Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4308/Hukum Perbankan dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Kode/Nama UPBJJ : 21/Jakarta
Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1. Lembaga keuangan bukan bank (LKBB) didirikan pada tahun 1972 dengan tujuan mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal. Dasar hukum dari LKBB adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Bursa dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep 38/MK/IV/ 1972 tanggal 18 Januari 1972 tentang Perubahan dan Tambahan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep.792/MK/IV/12/1970 tanggal 7 Desember 1970. Kemudian, diubah dan ditambah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/MK/IV/I/1972 menetapkan bahwa lembaga keuangan bukan bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas/surat berharga (commercial paper) dan mengeluarkan pada masyarakat terutama untuk membiayai investasi perusahaan. Jenis- jenis LKBB adalah perusahaan perasuransian, dana pensiun, perusahaan efek, reksa dana, perusahaan penjamin, perusahaan modal ventura,sewa guna usaha (leasing) dan pegadaian. Dalam hal ini, LKBB berperan aktif dalam manfaat masyarakat dari segi Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang/jasa, Memperlancar distribusi barang, Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan. Yang dimana masyarakat melakukan aktivitas pada kehidupan sehari-harinya adalah membuat lapangan kerja dan pekerja yang saling memberikan keuntungan dan manfaat dari berbagai pihak dalam keterkaitan baik dibidang apapun dari beberapa jenis LKBB salah satunya seperti perusahaan modal ventura. 2. Perkembangan terakhir karena lemahnya pengawasan internal terhadap bank- bank di Indonesia oleh Bank Indonesia oleh karenanya Bank Indonesia memerlukan lembaga yang independen dan dapat membantunya untuk melakukan pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia ini. Maka lahirlah OJK atau yang selanjutnya disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan. Dasar hukum lahirnya Otoritas Jasa Keuangan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253) tentang Otoritas Jasa Keuangan. Penegasan bahwa Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga independen termaktup dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253) tentang Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253) tentang Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan dalam sektor Jasa Keuangan. Namun setelah di uji kembali oleh Mahkamah Konstitusi atas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253) tentang Otoritas Jasa Keuangan tidaklah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karenanya permohonan untuk membubarkan Otoritas Jasa Keuangan tersebut tidak dikabulkan oleh Mahkamah Agung. Dari segi hukum dan telah diuji kembali oleh Mahkamah Agung, bahwa OJK merupakan bagian dari lembaga independen, dalam pengawasan Internal bank-bank untuk mencegahnya inflasi dan tutupnya bank. Bahwa yang diketahui, bank merupakan perputaran uang yang disimpan oleh masyarakat sehingga terus bergerak dalam pemanfaatannya di dunia ekonomi masyarakat. Walaupun kenyataanya realitas dilapangan dalam sumbang perlindungan ekonomi dan hukum pada masyarakat masih belum jelas dan belum memiliki perlindungan yang real atau dapat diandalkan , seperti mencuatnya invetasi bodong seperti DNA Pro-academy yang terdaftar OJK sebagai MLM ; kasus Bank Century yang merugikan masyarakat dalam pengelapan dana oleh oknum tertentu dan OJK berserta Menteri keuangan sekarang ibu Sri Mulyani menutup mata bahkan tidak memberikan solusi yang adil bagi masyrakat seperti nilai deposito tidak balikan sesuai nominal awal , ataupun pengantian uang kehilangan masyarakat karena kurang efektifnya OJK, sehingga produk penipuan tersebut beredar , mengantongi izin dan merugikan masyarakat. Sehingga dapat terlihat dampaknya 0 besar. Bahkan Kembali lagi masyarakat sendiri yang harus mencari jalur keadilan dengan tangan pribadinya melewati pengadilan, sedangkan OJK hanya lepas tangan. Padahal dari segi tanggung jawab dan hukumnya harusnya OJK juga terlibat dalam merugikan masyarakat tersebut.