Anda di halaman 1dari 10

PERLINDUNGAN KORBAN INVESTASI BODONG DITINJAU DARI

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

Haykal Afdol Bagaskara


haykalbagas903@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Jember

ABSTRAK
Masyarakat Indonesia saat ini tengah gencar melakukan investasi di bidang
keuangan, hal ini didasari oleh banyaknya masyarakat yang mengalami krisis
keuangan selama Indonesia diserang pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 hingga
saat ini. Sejalan dengan gencarnya investasi dibidang keuangan di tengah
masyarakat, mulai banyak pula pola produk investasi yang ditawarkan oleh
berbagai perusahaan investasi, mulai dari investasi saham, kripto, forex, dan lain
sebagainya. Namun oleh pihak tidak bertanggung jawab, keadaan ini justru
dijadikan peluang untuk memperkaya dirinya sendiri dengan menawarkan kepada
masyarakat produk investasi bodong dengan iming - iming investasi jangka pendek
(trading) yang dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat setiap hari.
Dengan iming-iming dapat memperoleh keuntungan setiap hari inilah yang
menyebabkan banyak masyarakat tertarik untuk berinvestasi pada produk investasi
bodong. Berbagai produk investasi bodong ditawarkan kepada masyarakat salah
satunya adalah broker forex ilegal dan investasi dengan pola skema ponzi. Pada
akhirnya banyak masyarakat yang menjadi korban dari investasi bodong yang
banyak ditawarkan di masyarakat. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana peran hukum perlindungan konsumen bagi masyarakat sebagai
pengguna jasa investasi bodong, sejauh mana pengaturan mengenai perlindungan
konsumen terhadap penyedia jasa investasi di bidang keuangan, dan bagaimana
proses penyelesaian kasus investasi bodong ditinjau dari hukum perlindungan
konsumen di Indonesia.
Kata Kunci: Investasi Bodong, Perlindungan Konsumen, Perlindungan.
PENDAHULUAN
Ditengah era perkembangan teknologi digital 4.0 saat ini memudahkan
masyarakat hampir disegala aspek kehidupan, sebagai contoh masyarakat dapat
dengan mudah memperoleh informasi terkini hanya dengan membuka sosial media,
melakukan pembayaran secara cash less dengan menggunakan e-wallet, bahkan
dapat melakukan investasi hanya dengan menggunakan gadget. Seluruh dunia
dapat diakses dengan mudah dan ada dalam genggaman dengan perkembangan
teknologi digital 4.0.

1
Tren terbaru masyarakat Indonesia saat ini adalah mulai banyak masyarakat
yang menjadi pelaku investasi secara online demi kebebasan keuangan (financial
freedom) di masa tua, yang mana hal ini sejak tahun 2020 sudah sangat gencar
beredar di media sosial khususnya akibat krisis keuangan yang melanda Indonesia
saat pandemi virus Covid-19 melanda, dan dengan kondisi ini banyak masyarakat
yang mulai gencar melakukan investasi yang memudahkan dan dapat diakses dari
rumah, yaitu investasi online yang dapat diakses dengan praktis secara online
kapanpun dan dimanapun melalui telepon genggam.
Melihat peluang yang tengah gencarnya masyarakat dalam melakukan
investasi secara online ini, oleh beberapa perusahaan yang tidak bertanggung jawab
yang mencoba menjadikan hal ini sebagai ladang bisnis ilegal dengan menawarkan
investasi yang dapat memberikan keuntungan setiap harinya hanya dengan
menanamkan modal dengan nilai tertentu. Penawaran ini jelas sangat menggiurkan
bagi masyarakat awam yang kurang memiliki pengetahuan dibidang keuangan dan
pasar modal, khususnya investasi dan sedang gencar-gencarnya hendak melakukan
investasi. Belum lagi penawaran investasi online ini juga menawarkan kinerja yang
lebih praktis dan relatif mudah bagi masyarakat yang ingin bergabung tanpa
persyaratan yang rumit, juga perusahaan investasi fiktif ini dalam promosinya
kepada masyarakat sering membagikan screenshoot besaran hasil keuntungan yang
dapat diperoleh dalam sehari bahkan dalam dalam hitungan bulan dapat
memperoleh keuntungan yang fantastis hanya dengan bergabung dengan
perusahaan investasi fiktif tersebut.
Selain itu, investasi ilegal juga memberikan penawaran kepada masyarakat
melalui media sosial secara umum baik itu Instagram, twitter, telegram, maupun
secara broadcast melalui pesan whatsapp. Hal ini jelas menunjukkan lemahnya
upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan, pengawasan, dan perlindungan
konsumen terhadap investasi ilegal yang dapat secara bebas menawarkan jasanya
kepada masyarakat luas. Ditambah dengan adanya temuan pada tahun 2020 oleh
Satgas Waspada Investasi yang berhasil menemukan sebanyak 105 fintech peer to
peer lending ilegal yang dapat dengan mudah menawarkan pinjaman kepada
masyarakat. 99 (sembilan puluh sembilan) entitas yang ditemukan merupakan
entitas ilegal yang menawarkan 87 Perdagangan berjangka/Forex ilegal, 2
penjualan langsung (Direct Selling) ilegal, 3 Investasi Cryptocurrency ilegal, 3
Investasi uang, dan 4 lainnya.1
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan adanya peningkatan terhadap
perlindungan hukum bagi konsumen investasi dalam hal ini adalah masyarakat
1
Mochammad Januar Rizki, Mochammad Januar Rizki, “Satgas Temukan 105 Fintech dan 99
Investasi Bodong di Tengah Pandemi Maraknya fintech dan investasi ilegal itu sengaja
memanfaatkan kondisi melemahnya perekonomian masyarakat akibat pandemi Covid 19,”
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5efef1e080fc3/satgas-temukan-105-fintech-dan-99-
investasi-bodong-di-tengah-pandemi?r=9&q=investasi%20bodong&rs=2000&re=2020, diakses 5
Mei 2022.

2
sebagai investor untuk menjamin dan memberikan rasa aman kepada masyarakat
yang ingin melakukan investasi secara online. Pengaturan perlindungan hukum
terhadap konsumen ini secara umum dapat kita temukan dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun pelaksanaan peran
aktif juga diperlukan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam membuat regulasi,
pengawasan, dan penegakan peraturan untuk memberikan rasa aman kepada
masyarakat untuk dapat berinvestasi secara online.
METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini didasarkan pada hasil penelitian hukum yuridis
normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah
atau norma-norma dalam hukum positif yang berlaku. Sumber data yang digunakan
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang
digunakan adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 1/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Sedangkan sumber data
sekunder yang digunakan adalah referensi bahan bacaan yang kredibel berupa buku,
jurnal hukum, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perlindungan Terhadap Investor/Konsumen terhadap Investasi
Bodong
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mengartikan konsumen sebagai “setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”. Sedangkan pengertian Konsumen dalam POJK No.
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
memberikan pengertian Konsumen adalah “pihak-pihak yang menempatkan
dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa
Keuangan antara lain nasabah dan perbankan, pemodal di Pasar Modal,
pemegang polis pada perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.” Selain itu dalam Pasal 4
angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur mengenai hak konsumen
yang salah satunya adalah hak untuk memperoleh kemanan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
Dari pengertian Konsumen dalam dua peraturan tersebut, maka pelaku
investasi dapat dikategorikan sebagai konsumen atas produk jasa investasi yang
ditawarkan oleh perusahaan investasi, sehingga investor memiliki hak untuk
memperoleh perlindungan baik berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
maupun berdasarkan POJK No. 1/POJK.07/2013.

3
Pemerintah telah menetapkan bahwa Undang-Undang Perlindungan
Konsumen menjadi dasar hukum dalam melindungi hak-hak konsumen. Hukum
perlindungan konsumen sendiri tidak dapat dipisahkan dari Hukum Ekonomi, hal
ini karena permasalahan dalam hukum perlindungan konsumen erat kaitannya
dengan kebutuhan masyarakat terhadap suatu barang dan/atau jasa.2 Dalam konteks
investasi, perlindungan hukum diperlukan demi memberikan perlindungan kepada
investor untuk menghindarkannya dari resiko yang harus ditanggung oleh investor
dalam melakukan investasi.3
Tujuan dari diadakannya perlindungan konsumen berdasarkan Pasal 3
Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah untuk:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negative pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, Kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
Prinsip keterbukaan menjadi dasar dari perlindungan terhadap konsumen
selaku investor dan penikmat jasa investasi, selain itu prinsip pengawasan otoritas,
kualitas produk investasi, pelarangan dan penegakan peraturan juga menjadi
perhatian penting yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan masyarakat
dalam berinvestasi secara online.4
Dalam hal mengembangkan upaya perlindungan terhadap konsumen, maka
sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dibentuklah lembaga yang
memiliki peran dan tanggungjawab untuk menyelesaiakn sengketa konsumen baik

2
I Made Aswin Ksamawantara, Johannes Ibrahim Kosasih, dan I Made Minggu Widyantara,
“Perlindungan Konsumen Terhadap Penipuan yang dilakukan Broker Forex Ilegal,” Jurnal
Interpretasi Hukum, Vol. 2, No. 2, Juni, 2021.
3
Asriati Asriati dan Sumiyati Baddu, “Investasi Online Reksadana: Aspek Hukum dan Perlindungan
Bagi Investor selaku Konsumen,” PLENO JURE, Vol. 10, No. 1, April, 2021.
4
Kadek Desy Pramita dan Kadek Diva Hendrayana, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor
Sebagai Konsumen dalam Investasi Online,” Jurnal Pacta Sunt Servanda, Vol. 2, No. 1, Juli, 2021.

4
ditingkat daerah maupun penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan, yaitu
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
BPSK merupakan lembaga khusus yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen dengan tugas utama untuk menyelesaiakan
permasalahan yang timbul diantara pelaku usaha dengan konsumen.5 BPSK
berperan menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dan tanpa perlu adanya
pengacara, dan yang utama penyelesaian perkara konsumen melalui BPSK
mengedepankan penyelesaian secara kekeluargaan dengan musyawarah. 6 Namun,
konsumen juga dapat mengajukan gugatan untuk ganti rugi terhadap pelaku usaha,
hal ini sebagaimana Pasal 23 UU Perlindungan Konsumen.
Dalam persidangan yang ditempuh melalui BPSK ada 3 (tiga) cara, yaitu: 7
a. Persidangan Arbitrase:
Penyelesaian sengketa perdata diluar pengadilan umum, dan dasar
pengajuannya adalah perjanjian aribtrase yang sebelumnya telah dibuat dan
disetujui oleh para pihak.
b. Persidangan Konsiliasi:
Penyelesaian sengketa Konsiliasi hampir mirip dengan Arbitrase, hanya saja
perbedaannya terletak pada pendapat konsiliator tidak mengikat
sebagaimana putusan arbitrase.
c. Persidangan Mediasi:
Penyelesaian dengan cara mediasi mengutamakan asas kekeluargaan,
dimana pihak ketiga memberi masukan kepada pihak yang berperkara
sebagai jalan keluar penyelesaian sengketa.
Keputusan BPSK sendiri bersifat mengikat dan final, hal ini sesuai dengan
pilihan penyelesaian sengketa yang dipilih oleh konsumen, baik itu secara Mediasi,
Konsiliasi, maupun Arbitrase. Sehingga putusan atas sengketa tersebut wajib
dilaksanakan oleh para pihak tanpa terkecuali (Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen jo. Pasal 42 ayat (1)). 8
Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bagi para pihak untuk dapat
mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri dengan batasan waktu paling lambat
adalah 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan BPSK,
hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 56 ayat (2) UUPK.
Pada dasarnyam untuk menghindarkan diri dari penipuan investasi online,
investor harus terlebih dahulu menggali informasi mengenai pihak penyedia jasa

5
rahmi Rimanda, “Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk) Sebagai Lembaga
Quasi Yudisial Di Indonesia,” Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol. 4, 2019.
6
Imelda Tamba, “Peranbpsk Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Indonesia Untuk Sebagai
Wujud Cita-Cita Perlindungan Konsumen Di Bidang Ekonomi,” Vol. 1, 2018.
7
Arif Rahman, “Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) Kota Serang,” Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 1, Juli, 2018.
8
Asriati Asriati dan Sumiyati Baddu, above note 3.

5
layanan investasi sebelum melakukan investasi tersebut. Namun, apabila telah
terjadi penipuan terhadap konsumen (investor) dalam hal investasi, maka sesuai
dengan peraturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, maka konsumen (investor) dapat mengajukan gugatan dan melaporkan
perusahaan penyedia jasa investasi tersebut ke BPSK dan mengikuti prosedur
persidangan yang hendak ditempuh.
B. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Melaksanakan
Perlindungan Terhadap Investor (Konsumen)
Salah satu tujuan dari dibentukan lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
adalah demi melindungi kepentingan masyarakat selaku konsumen, hal ini
sebagaimana amanat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga dapat diketahui salah satu tugas dari OJK adalah
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.9 Menindaklanjuti hal tersebut,
OJK menerbitkan Peraturan OJK Nomor 01/POJK.07/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang mana mengatur bagaimana bentuk
perlindungan konsumen kepada masyarakat secara khusus di bidang Usaha Jasa
Keuangan.
OJK memiliki fungsi untuk melaksanakan sistem pengaturan dan
pengawasan terhadap setiap penyedia jasa keuangan di bidang Pasar Modal, dan
juga OJK memiliki wewenang untuk mengatur dan mengawasi kegiatan jasa
keuangan di bidang Pasar Modal, Perbankan, dan IKNB. Sehingga, perlindungan
konsumen di bidang investasi online menjadi bagian dari tugas dan wewenang dari
OJK.10 OJK dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasannya di sektor
jasa keuangan memberi perlindungan hukum kepada konsumen yang bersifat
preventif dan represif. Bentuk perlindungan secara preventif yang dilakukan OJK
sebagai upaya pencegahan adanya Investasi ilegal yang dapat merugikan
masyarakat, yaitu:11
a. Memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
karakteristik, layanan, dan produk yang dapat ditawarkan oleh Pelaku Usaha
Jasa Keuangan;
b. Mencabut izin Lembaga Jasa Keuangan apabila didapati bahwa kegiatannya
dapat berpotensi merugikan masyarakat;

9
Fitria Rahmadani, Paramita Prananingtyas, dan Siti Mahmudah, “Perlindungan Hukum Terhadap
Investor Oleh Otoritas Jasa Keuangan Dalam Hal Terjadi Investasi Ilegal (Studi Kasus Pt Golden
Traders Indonesia Syariah),” Diponegoro Law Review, Vol. 5, No. 2, 2016.
10
Asriati Asriati dan Sumiyati Baddu, above note 3.
11
Vidya Noor Rachmadini, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal Menurut
Undang-Undang Pasar Modal Dan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan,” Pena Justisia: Media
Komunikasi dan Kajian Hukum, Vol. 18, No. 2, Juli, 2020.

6
c. Mengoptimalisasi layanan konsumen yang disediakan oleh OJK yaitu
Layanan Konsumen Keuangan Terintegrasi atau Intefrated Financial
Customer Care (IFCC);
d. Membuat aturan yang mengatur pelaksanaan penawaran produk dan/atau
layanan jasa keuangan;
e. Meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
Langkah represif yang dapat ditempuh OJK guna memberantas investasi
ilegal ditengah masyarakat, yaitu:12
a. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-
208/BL/2007, tertanggal 20 Juni 2007 dan Surat Nomor: Kep-124/BL/2012,
tertanggal 19 Maret 2012, OJK telah membentuk Satuan Tugas Penanganan
Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Pengelolaan Investasi atau
dikenal dengan Satgas Waspada Investasi. Satgas ini dibentuk hasil
Kerjasama dengan beberapa instansi, dan bertugas untuk mencegah dan
menangani kasus penawaran dan praktek investasi ilegal yang bererdar di
masyarakat. Satgas Waspada Investasi juga memberikan himbauan kepada
masyarakat untuk mewaspadai ciri-ciri investasi ilegal, yaitu “high-return,
free-risk, high-insentive, unfair, big-promise & guarantee”13;
b. Membentuk lembaga perlindungan investor Bernama Dana Perlindungan
Pemodal atau Investor Protection Found (IPF). Yang dengan dibentuknya
IPF ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan
investasi di industri pasar modal Indonesia.
c. Menerbitkan aturan yang mengatur perlindungan konsumen di sektor jasa
keuangan yaitu dengan adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Diharapkan dengan adanya POJK ini dapat memberikan pedoman bagi
lembaga jasa keuangan dan masyarakat mengenai perlindungan yang
disediakan oleh OJK di sektor jasa keuangan. Melalui POJK ini juga
masyarakat dapat mengetahui industry keuangan apa saja yang diawasi oleh
OJK, bagaimana dan jenis pengaduan seperti apa yang dapat disampaikan
oleh masyarakat, serta tahapan dan syarat apa saja yang diperlukan dalam
mengajukan pengaduan.14
d. Berdasarkan Pasal 29 huruf C Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK diberi tugas untuk dapat memfasilitasi
masyarakat dalam menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan
oleh pelaku Usaha Jasa Keuangan, dengan mekanisme penyelesaian

12
Kadek Desy Pramita dan Kadek Diva Hendrayana, above note 4.
13
Winda Fitri, “Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Terhadap Investasi Bodong Yang Memakai
Skema Ponzi,” Vol. 9, No. 3, 2021.
14
Ahmad Zuhairi, Khairus Febryan Fitrahady, Dan Kadek Rika Yunita, “Penyuluhan Perlindungan
Hukum Dan Peran Ojk Kepada Masyarakat Dari Investasi Ilegal Di Kelurahan Pagutan Kota
Mataram,” Vol. 3, 2021.

7
sengketa di sektor jasa keuangan baik itu melalui Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa (LAPS), maupun meneruskan sengketa ke
Pengadilan.
Pada dasarnya, upaya untuk mencegah dan menghindarkan masyarakat dari
investasi ilegal telah dilakukan oleh OJK secara maksimal, namun keterbatasan
dalam menjangkau masyarakat secara keseluruhan adalah masalah yang sulit
dipecahkan mengingat banyaknya jumlah penduduk Indonesia dan luasnya wilayah
Indonesia. Sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh OJK dalam mengakomodir
perlindungan terhadap investor dalam hal ini merupakan konsumen sektor jasa
keuangan adalah dengan membuat regulasi ketat mengenai perlindungan konsumen
di sektor jasa keuangan dengan adanya POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa investor
merupakan termasuk dalam kategori konsumen di sektor jasa keuangan, sehingga
investor berhak atas perlindungan konsumen apabila didapati adanya investasi
ilegal. Pemerintah telah membuat regulasi secara umum yang mengatur mengenai
perlindungan konsumen yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Langkah penyelesaian yang dapat ditempuh oleh
konsumen yang menjadi korban penipuan investasi ilegal berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu konsumen dapat melakukan pengaduan ke
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), serta memilih alternatif
penyelesaian sengketa yang disediakan baik itu secara Mediasi, Arbitrasi, maupun
Konsiliasi.
Secara khusus lembaga yang bertanggung jawab terhadap perlindungan
konsumen di sektor jasa keuangan adalah Otoritas Jasa Keuangan, hal ini
sebagaimana amanat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa OJK memiliki tanggung jawab
dalam melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Sejalan dengan amanat
tersebut, OJK berupaya melakukan perlindungan terhadap konsumen sektor jasa
keuangan, salah satu upayanya adalah dengan membentuk POJK Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Dimana
dengan adanya pengaturan ini, masyarakat diharapkan dapat lebih berhati – hati
dalam memilih investasi online agar tidak tergiur dengan investasi ilegal yang
menawarkan dapat memperoleh keuntungan setiap hari. Masyarakat juga
diharapkan dapat lebih teliti sebelum berinvestasi, dengan terlebih dahulu melihat
daftar usaha jasa keuangan khususnya penyedia jasa investasi yang telah mendapat
izin dari OJK, hal ini guna mencegah masyarakat terjerumus dalam investasi ilegal.
Selain itu, OJK Bersama instansi terkait telah membentuk Satgas Penanganan
Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Pengelolaan Investasi atau lebih

8
sering dikenal dengan Satgas Waspada Investasi yang terus berupaya memberantas
investasi ilegal yang beredar di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Rizki, Mochammad Januar, Mochammad Januar Rizki, “Satgas Temukan 105
Fintech dan 99 Investasi Bodong di Tengah Pandemi Maraknya fintech dan
investasi ilegal itu sengaja memanfaatkan kondisi melemahnya
perekonomian masyarakat akibat pandemi Covid 19,”
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5efef1e080fc3/satgas-
temukan-105-fintech-dan-99-investasi-bodong-di-tengah
pandemi?r=9&q=investasi%20bodong&rs=2000&re=2020, diakses 5 Mei
2022.

I Made Aswin Ksamawantara, Johannes Ibrahim Kosasih, dan I Made Minggu


Widyantara, “Perlindungan Konsumen Terhadap Penipuan yang dilakukan
Broker Forex Ilegal,” Jurnal Interpretasi Hukum, Vol. 2, No. 2, Juni, 2021.

Asriati, Asriati dan Sumiyati Baddu, “Investasi Online Reksadana: Aspek Hukum
dan Perlindungan Bagi Investor selaku Konsumen,” PLENO JURE, Vol. 10,
No. 1, April, 2021.

Desy Pramita, Kadek dan Kadek Diva Hendrayana, “Perlindungan Hukum


Terhadap Investor Sebagai Konsumen dalam Investasi Online,” Jurnal
Pacta Sunt Servanda, Vol. 2, No. 1, Juli, 2021.

Rimanda, Rahmi, “Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk)


Sebagai Lembaga Quasi Yudisial Di Indonesia,” Jurnal Bina Mulia Hukum,
Vol. 4, 2019.

Tamba, Imelda, “Peranbpsk Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Indonesia


Untuk Sebagai Wujud Cita-Cita Perlindungan Konsumen Di Bidang
Ekonomi,” Vol. 1, 2018.

Rahman, Arif, “Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui Badan Penyelesaian


Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Serang,” Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum,
Vol. 2, No. 1, Juli, 2018.

Rahmadani, Fitria, Paramita Prananingtyas, dan Siti Mahmudah, “Perlindungan


Hukum Terhadap Investor Oleh Otoritas Jasa Keuangan Dalam Hal Terjadi
Investasi Ilegal (Studi Kasus Pt Golden Traders Indonesia Syariah),”
Diponegoro Law Review, Vol. 5, No. 2, 2016.

Rachmadini, Vidya Noor, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Dan Undang-Undang Otoritas Jasa
Keuangan,” Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum, Vol. 18,
No. 2, Juli, 2020.

9
Fitri, Winda, “Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Terhadap Investasi Bodong
Yang Memakai Skema Ponzi,” Vol. 9, No. 3, 2021.

Zuhairi, Ahmad, Khairus Febryan Fitrahady, dan Kadek Rika Yunita, “Penyuluhan
Perlindungan Hukum Dan Peran Ojk Kepada Masyarakat Dari Investasi
Ilegal Di Kelurahan Pagutan Kota Mataram,” Vol. 3, 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai