0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan4 halaman
Maraknya kasus investasi bodong di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama: keinginan untuk kaya cepat, mudah dipengaruhi influencer, dan rendahnya literasi keuangan masyarakat. Untuk mencegah hal ini, OJK perlu meningkatkan edukasi masyarakat, memperkenalkan produk investasi yang aman, serta bekerja sama dengan lembaga terkait untuk mencegah investasi ilegal.
Maraknya kasus investasi bodong di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama: keinginan untuk kaya cepat, mudah dipengaruhi influencer, dan rendahnya literasi keuangan masyarakat. Untuk mencegah hal ini, OJK perlu meningkatkan edukasi masyarakat, memperkenalkan produk investasi yang aman, serta bekerja sama dengan lembaga terkait untuk mencegah investasi ilegal.
Maraknya kasus investasi bodong di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama: keinginan untuk kaya cepat, mudah dipengaruhi influencer, dan rendahnya literasi keuangan masyarakat. Untuk mencegah hal ini, OJK perlu meningkatkan edukasi masyarakat, memperkenalkan produk investasi yang aman, serta bekerja sama dengan lembaga terkait untuk mencegah investasi ilegal.
Menurut kelompok kami, 3 tahun belakangan ini kasus investasi bodong semakin menjamur dan marak terjadi di Indonesia. Rata-rata kasus investasi bodong dilakukan dengan menghimpun dana masyarakat, tetapi tidak memiliki izin dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maraknya investasi bodong menunjukkan tingginya jumlah korban di Indonesia. Hal ini juga membuktikan pentingnya peran masyarakat serta pemerintah khusunya OJK untuk mencegah adanya investasi bodong kedepannya.
Identifikasi mengapa masih banyak masyarakat yang tertarik dengan
investasi bodong: Terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan masyarakat terjerat dalam investasi bodong. Faktor pertama, keinginan untuk cepat meraup untung dengan cara yang mudah. Sifat alami manusia yang ingin cepat kaya, membuat banyak masyarakat yang sudah mengetahui risiko dan kerugian tapi masih tetap nekat untuk berinvestasi ilegal dengan pikiran untuk meraih keuntungan daripada tidak sama sekali. Para korban terjerumus karena tertarik melihat profit yang fantastis dari para affiliator. Misalnya, para korban dijanjikan dan diiming-imingi, mereka (affiliator) memamerkan (hasil trading), bahwa di sini para korban bisa sukses. Para korban melihat hasil mereka ini seperti nyata. Padahal, keuntungan yang dijanjikan tak pernah sejalan. Para korban justru terus-menerus mengalami kerugian. Hal ini membuktikan bahwa iming-iming “cuan instan” masih sangat ampuh untuk mengelabui masyarakat Indonesia. Faktor kedua, gampang dipengaruhi. Salah satu strategi pemasaran investasi bodong dengan merekrut pemengaruh (influencer) di media sosial. Mereka sekaligus sekaligus berperan sebagai affiliator untuk menggaet para calon korban. Biasanya cara yang dilakukan para influencer untuk meyakinkan masyarakat dengan cara pamer alias flexing. Mereka memamerkan harta kekayaannya untuk menunjukkan kesuksesan mereka dalam melakukan investasi. Biasanya korban mudah tertipu dengan gaya hidup yang dipamerkan di platform media sosial atas hasil investasi. Faktor ketiga, rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. Tercatat, indeks literasi keuangan di Indonesia hanya sebesar 38,03 persen per 2019. Sementara, indeks literasi digital berada di level 3,49 pada 2021. Masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat atas investasi dan perkembangan teknologi digital yang masif telah memberikan peluang bagi para investasi bodong. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai dunia digital dan keuangan membuat mereka gampang tergiur investasi yang menawarkan keuntungan tidak wajar. Pengetahuan finansial masyarakat yang relatif rendah dimanfaatkan para pelaku kejahatan investasi. Padahal skema investasi bodong sudah lama terjadi dan banyak menimbulkan korban. Modusnya pun sama dengan janji keuntungan yang tidak masuk akal. Masyarakat tidak mengetahui apa manfaat dan risiko yang sebenarnya dari produk keuangan selain dari menabung. Terlebih risiko investasi, masyarakat ini tidak tahu detail. Selain literasi keuangan, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai informasi digital. Misalnya, tidak bisa memilah dan memilih sumber informasi di internet. Akhirnya tahu bahwa influencer A bisa kaya raya karena investasi X, maka masyarakat banyak yang ikut tanpa mempertimbangkan risikonya.
2. Solusi yang kami tawarkan untuk permasalahan investasi bodong:
Dari banyaknya kasus investasi bodong, masyarakat seharusnya dapat lebih berhati-hati terhadap investasi ilegal yang masih marak bertebaran di Indonesia. Pertama, periksa lisensi atau legalitas dari perusahaan investasi. Masyarakat harus memastikan kembali pihak yang menawarkan investasi tersebut telah memiliki perizinan dari otoritas yang berwenang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan serta memiliki izin dalam menawarkan produk investasi dan tercatat sebagai mitra pemasar sebelum berinvestasi. Masyarakat harus memahami pentingnya investasi termasuk cara memilih produk dan layanan keuangan yang aman dan patuh terhadap regulasi serta perizinan yang telah ditetapkan pemerintah. Kedua, jangan cepat percaya jika ada investasi yang menawarkan keuntungan yang tinggi atau tidak wajar. Apalagi jika perusahaan investasi tersebut tidak memiliki aset dasar yang jelas. Jika ada penawaran investasi, lakukan pengecekan 2L yakni legal dan logis. Legal artinya tanyakan izinnya dan logis artinya pahami rasionalitas imbal hasilnya. Ketiga, meminta transparansi prospektus risiko, kerugian, profit, dan lain sebagainya kepada perusahaan investasi. Keempat, jangan gampang dipengaruhi. Tetap kritis, meskipun aplikasi investasi gencar berpromosi dengan menjual nama tokoh atau influencer.
Menurut kelompok kami, usaha yang masih perlu dilakukan oleh
pemerintah khusunya otoritas berwenang untuk meningkatkan minat investasi masyarakat pada instrument yang legal:
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus terus berupaya untuk mencegah
timbulnya kerugian masyarakat akibat dari penawaran investasi bodong. Tindakan preventif yang dilakukan oleh OJK diharapkan bisa mencegah kerugian masyarakat serta meningkatkan kepercagaan masyarakat terhadap produk dan jasa industri sektor keuangan.
Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan oleh OJK adalah memperkenalkan produk-produk dan layanan jasa keuangan yang dapat menjadi sarana investasi yang aman sekaligus menguntungkan bagi masyarakat.
OJK juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi dan
iklan layanan masyarakat terkait investasi bodong. OJK juga dapat rutin melakukan sosialisasi di berbagai daerah, khususnya yang terdampak praktik investasi ilegal.
OJK juga bisa menggandeng 7 lembaga terkait untuk mencegah kegiatan
investasi bodong, mulai dari Kejaksaan, Kepolisian, Kementerian Perdagangan, Kemenkop UKM, Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Koordinasi antar Lembaga ini dilakukan dengan rutin menggelar pertemuan secara intens dan berkala untuk mencegah praktik investasi bodong di Indonesia.