Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi yang berkembang pesat saat ini, pengetahuan dan pemahaman yang
teliti dan cermat tentang pengelolaan keuangan sangatlah penting. Individu diarahkan pada
pemanfaatan keuangan sebagai karakteristiknya, bukan hanya pada perdagangan, sehingga
kapasitas individu untuk mengelola urusan keuangan sangatlah penting. (Sandi et al., 2020).
Proses ini bisa dimudahkan dengan meningkatkan literasi keuangan. Literasi keuangan ialah
keterampilan individu dalam mengevaluasi informasi dan menciptakan keputusan yang tepat
tentang pengelolaan keuangan. Menurut Nicolini (2019), literasi keuangan meliputi
kecakapan untuk memahami dan mengelola sumber daya keuangan dengan baik agar dapat
mencapai kestabilan finansial. (Santini et al., 2019; Kumar et al., 2017).

Milenial sangat membutuhkan literasi keuangan karena banyak dari mereka


dibesarkan dalam budaya konsumtif dan gaya hidup yang mahal, serta mudahnya akses ke
kredit. Sebagian besar dari mereka memulai karir sebagai wirausahawan muda tanpa
memahami dengan cukup tentang sumber daya keuangan mereka dan cara mengelolanya
secara cerdas. Oleh karena itu, literasi keuangan menjadi kunci penting bagi mereka untuk
mengelola keuangan dengan baik dan mencapai kesuksesan finansial di masa depan. (Sandi
et al., 2020). Banyak dari generasi muda yang kurang berlatih dalam keterampilan keuangan
dasar, seperti mengelola anggaran, membuat rencana penghematan harian, merencanakan
investasi jangka panjang, dan sebagainya. (Amanah et al., 2016).

Belakangan ini, penelitian telah memfokuskan perhatiannya pada literasi keuangan


yang masih kurang maksimal di masyarakat. OJK melaporkan pada survei di tahun 2022
mengenai tingkat literasi keuangan rakyat Indonesia hanya mencapai 49,68%. Hal ini dapat
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, seperti Malaysia yang
memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 81% dari total penduduknya, Thailand dengan
78%, dan Singapura dengan 96%. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi
keuangan penduduk Indonesia masih jauh di bawah tingkat literasi keuangan di tiga negara
tetangga tersebut.

Kurangnya literasi keuangan di kalangan masyarakat Indonesia dapat menimbulkan


risiko bagi mereka, terutama generasi milenial. Hal ini karena kurangnya pengetahuan
tentang keuangan dapat membuat generasi milenial lebih rentan terhadap penipuan investasi
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya, generasi milenial
dapat menjadi korban dari skema investasi bodong yang dapat menyebabkan kerugian
finansial yang signifikan. (Chairani et al., 2021). Generasi milenial saat ini tidaklah lepas dari
sosial media, seperti mengikuti para artis maupun influencer yang terkenal dengan memiliki
banyak pengikut. Generasi milenial dikenal dengan generasi yang konsumtif dengan daya
beli yang tinggi karena gaya hidup. Milenial juga rentan terhadap tingkat kekecewaan yang
lebih tinggi dari rata-rata. Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan
bahwa milenial adalah yang paling tidak puas dengan penghasilan mereka saat ini
sehubungan dengan kemampuan mereka untuk menjalani gaya hidup yang diinginkan (Taylor
& Keeter, 2010). Hal tersebut dimanfaatkan oleh para influencer dengan bukti yang saat ini
sedang marak-maraknya para influencer di sosial media melakukan flexing.

Tujuan utama para influencer flexing adalah untuk menarik perhatian calon korban
investasi bodong, berkedok sebagai seorang trader yang sukses dan mampu menghasilkan
uang milyaran secara instan tanpa diimbangi dengan bekerja keras. Salah satu cara untuk
menarik korban yakni melalui Iklan online dengan menyamar sebagai konten non-iklan yang
dapat menimbulkan banyak risiko bagi pengguna. Tersembunyi seperti itu, iklan muncul di
platform media sosial ketika pembuat konten atau influencer mendukung produk dan merek
dalam konten mereka (Mathur et al., 2018).
Mikro-influencer umumnya memiliki banyak audiens yang lebih kecil daripada
influencer yang lebih terkenal. Tetapi bagi banyak perusahaan, mereka bisa menjadi alat
pemasaran atau affiliator yang hebat (Delkamp, 2018). Affiliator juga mampu menarik
pelanggan yang lebih baik daripada kelompok riset lain karena dapat membayar mereka lebih
baik setelah mengetahui hasil kerja mereka selama ini (Griskeuvicius & Kenrick, 2013).
Namun pada akhirnya satu per satu para affiliator ini mulai ditangkap polisi karena dianggap
sebagai tindakan yang melanggar hukum, disamping itu dari pihak korban banyak juga
mengalami kerugian hingga ratusan bahkan milyaran rupiah akibat iming-iming para
affiliator tersebut.
Doni Salmanan, seorang influencer asal Bandung, dijerat kepolisian atas kasus
penyebaran hoax, judi online, dan pencucian uang melalui aplikasi Quotex. Aplikasi ini
merupakan platform trading aset digital yang diperkenalkan pada tahun 2019 dan
menawarkan lebih dari 400 sarana gratis untuk trading mata uang, saham, mata uang mayor,
logam, minyak atau gas, dan mata uang kripto. Doni Salmanan dituduh sebagai affiliator dari
aplikasi ini, di mana ia diduga mendapatkan keuntungan 80% dari kerugian para trader
Quotex dan menyampaikan berita palsu dengan menjanjikan kemenangan kepada
anggotanya. Sementara itu, Indra Kenz, seorang pemengaruh lainnya, ditahan di rumah
tahanan (Rutan) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri karena dituduh melakukan
penyelewengan investasi via Binomo. Banyak masyarakat yang tertarik menggunakan
aplikasi ini untuk mempejualbelikan dasar investasi semacam saham atau forex dalam waktu
yang tidak lama dengan harapan mendapatkan untung sebagai trader. Total kerugian 14
korban kasus Indra mencapai Rp25.620.605.124.1
Dapat disimpulkan bahwa mengelola keuangan dengan hati-hati sangat penting
mengingat pesatnya perkembangan ekonomi di era globalisasi saat ini. Keputusan tentang
pengelolaan dana dapat diambil dengan bijak melalui pengelolaan keuangan yang tepat.
Sebab itu, pengetahuan dan ilmu tentang pengelolaan keuangan memiliki urgensitas agar
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola keuangan. Menurut Puspita &
Isnalita (2019); Nur et al. (2021), Sikap yang baik mengenai konsep keuangan menjadi kunci
penting dalam membentuk perilaku keuangan yang baik dan sehat. Tanpa pemahaman yang
memadai mengenai keuangan, individu sulit untuk mengambil keputusan keuangan yang
tepat dan efektif untuk masa depan mereka. Semakin sering seseorang menghadapi masalah
keuangan, semakin penting juga pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya mengenai
keuangan, sehingga membantu dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang dan
meningkatkan kesejahteraan finansial. (Safryani et al., 2018).
Peneliti sebelumnya berfokus pada literasi keuangan di kalangan generasi Z, generasi
yang paling muda yang lahir di tahun 1997-2012 (Ramadanti, 2021; Sustiyo, 2020; Viana et
al., 2021; Tiwari & Yadav, 2022; Edwy et al., 2022). Sehingga menarik untuk meneliti lebih
lanjut pada generasi milenial yang dinilai mempunyai intelegensi digital yang tinggi dan
senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet (Basuki, 2021), juga dianggap sebagai
generasi yang konsumtif (Ratnasari, 2021).
Kemudian perilaku keuangan pada generasi milenial di Bandung (Renata &
Wiryawan, 2021; Qurotaa’yun dan Krisnawati, 2019) dan di Jakarta (Faramitha et al., 2021).
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji seberapa besar dampak literasi
keuangan pada perilaku keuangan abad milenial yang berlokasi di Malang. Sesuai dengan
persentase urutan literasi di kota Malang terukur pada level 69,43% atau jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kesuluruhan nasional, yakni 49,68%.

1
artikel "Kasus Opsi Biner Doni Salmanan: Pentingnya Melek Literasi Finansial", https://tirto.id/gpLv. Diakses
pada 15 Desember 2022.
Penelitian ini memberikan wawasan baru untuk literature para generasi millennial
terkait dampak investasi bodong yang disebarkan oleh para influencer dan affiliator yang
tidak bertanggung jawab. Selain itu dengan bertambahnya informasi terntang waspada
investasi diharapkan para milenial memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang literasi
keuangan dan bijak dalam pengelolaan keuangannya. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka dengan ini penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Literasi
Keuangan Terhadap Perilaku Keuangan Generasi Milenial Tentang Bahayanya
Investasi Bodong Dan Flexing Affiliator”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulis mendapatkan rumusan


masalah berupa:
1. Apakah literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku keuangan pada generasi
milenial di Kota Malang?

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka manfaat penelitian ini adalah:


1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitan ini adalah penelitian ini memberikan pemahaman
tentang kaitan perilaku keuangan dengan tingkat literasi keuangan generasi millenial.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang tingkat literasi generasi millenial di Kota Malang kepada masyarakat dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai