Surel: sutrisno@uii.ac.id
ABSTRAK Perilaku keuangan generasi milenial yang cenderung konsumtif cukup mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka di hari tua.
Berinvestasi sejak usia muda bisa menjadi alternatif bagi para milenial untuk mengatur keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh perilaku keuangan generasi milenial terhadap keputusan investasi. Perilaku finansial terdiri dari pengetahuan finansial, sikap
finansial, gaya hidup dan latar belakang keluarga. Populasi dalam penelitian ini adalah investor milenial di Yogyakarta yang lahir pada tahun
1980 sampai 2000 dengan jumlah sampel 100 responden yang diambil dengan metode snow ball sampling. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi berganda dengan variabel terikatnya adalah keputusan investasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan,
sikap keuangan, gaya hidup dan latar belakang keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi.
KATA KUNCI: keputusan investasi, pengetahuan keuangan, sikap keuangan, gaya hidup, latar belakang keluarga.
I. LATAR BELAKANG
Generasi milenial dikenal dengan nama Generasi Y, Generasi Selanjutnya, Generasi Gaming atau Generasi Saya. Kelompok ini
terdiri dari anak-anak yang lahir antara awal 1980-an dan awal 2000-an atau sebagian besar berusia dua puluhan. Generasi ini lahir di era
perkembangan teknologi yang sangat canggih yang identik dengan gadget dan internet. Kemajuan teknologi pada abad ke-20 telah banyak
berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakat (Palfrey et al., 2005). Ciri khas generasi tidak bisa jauh dari gadget, dari bangun hingga
ingin kembali tidur tak pernah lepas dari gadget. Kedua, dia lebih memilih pembayaran elektronik atau kartu kredit sebagai gaya hidupnya,
dan enggan membawa terlalu banyak uang tunai di dompetnya. Ketiga, generasi milenial hampir memiliki akun media sosial,
Mempelajari generasi milenial sangat penting karena kelompok ini akan segera menguasai pasar konsumen. Meningkatnya populasi generasi
milenial akan berdampak lebih besar di pasar. Generasi ini dipandang sebagai generasi dengan daya beli yang sangat tinggi karena gaya hidupnya.
Mereka juga menghadapi tantangan berupa keterbatasan kemampuan finansial dan kenaikan biaya hidup. Oleh karena itu, pengetahuan keuangan
pribadi sangat penting untuk mengambil keputusan yang tepat tentang pengelolaan keuangan.
Kemandirian finansial yang dialami oleh para milenial dapat mempengaruhi kehidupan mereka, tidak hanya dalam kesejahteraan finansial dan ekonomi mereka,
tetapi juga dalam hal hubungan mereka dengan keluarga, teman, bahkan dengan orang yang mereka temui. Penting untuk mengajari mereka keterampilan manajemen
keuangan yang baik untuk mereka praktikkan saat mereka masih di perguruan tinggi dan mereka dapat menggunakannya ketika mereka lulus. Biaya pemantauan
membantu mereka melacak anggaran pengeluaran mereka.
Perilaku keuangan mulai dikenal dan berkembang dalam dunia bisnis dan akademis pada tahun 1990. Perkembangan perilaku keuangan
dipelopori oleh perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Menurut penelitian Kholilah dan Iramani (2013) perilaku keuangan adalah
kemampuan seseorang dalam mengelola perencanaan, penganggaran, pengecekan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana
keuangan sehari-hari.
Tidak semua orang dapat mengelola keuangannya dengan baik dan setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengelola keuangan. Banyak keuntungan yang akan
didapat jika seseorang mampu mengelola keuangannya dengan baik. Mereka akan lebih bijak dan lebih bertanggung jawab dalam menggunakan uang yang mereka miliki.
Sebaliknya jika mereka tidak mampu mengelola keuangannya tidak akan mendapatkan keuntungan apapun.
Perilaku belanja seseorang sangat dipengaruhi oleh keluarganya. Anggota keluarga memiliki peran penting dalam produk apa yang akan dibeli dan
dikonsumsi. Semua anggota keluarga dalam rumah tangga termasuk pasangan dan anak-anak mempengaruhi keputusan keuangan. Keluarga yang berfungsi
dengan baik dapat membuat keputusan keuangan yang efektif. Giridhari dan
2237
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
Sathya (2011) menemukan banyak orang yang tidak rasional dalam mengambil keputusan investasi di sekuritas. Mereka membuat kesalahan kognitif atau
emosional dalam pengambilan keputusan. Shapero dan Sokol (1982), mengakui bahwa keluarga, terutama orang tua, berperan penting dalam
mempengaruhi niat anak untuk memulai usaha atau berinvestasi. Latar belakang orang tua, pekerjaan orang tua, posisi sosial orang tua dapat mempengaruhi
sikap seseorang dalam berbelanja, menabung, berinvestasi, kredit, penganggaran, dan pengelolaan keuangan. Hasil yang berbeda menurut Rahmi (2013)
menemukan pengaruh negatif latar belakang ekonomi keluarga terhadap minat berwirausaha, artinya semakin rendah tingkat latar belakang ekonomi
keluarga seperti pekerjaan, pendapatan, pendidikan maka semakin tinggi pula minat berwirausaha atau berinvestasi.
Selain itu, gaya hidup seseorang juga mempengaruhi perilaku pembeliannya. Gaya hidup mengacu pada cara seseorang hidup dalam masyarakat yang diekspresikan
melalui barang-barang yang dia beli atau konsumsi. Mengetahui apa yang akan dibelanjakan dan mengapa menggunakannya adalah cara untuk lebih memahami keuangan
seseorang. Ini adalah cara untuk menjaga kebiasaan berbelanja di jalur yang benar. Generasi milenial di Indonesia sebenarnya memiliki pendapatan yang cukup tinggi. Pada
awalnya mereka bekerja mereka dapat memperoleh 7 hingga 10 juta per bulan, dan beberapa orang bahkan setelah 4 tahun dapat mendapatkan gaji di atas 35 juta per bulan
(Chamim,
2016). Namun dengan gaya hidup konsumtif, tampaknya mereka tidak menggunakan pengetahuan finansial dalam mengambil keputusan finansial dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan keuangan pada tahap awal karir memiliki dampak yang sangat besar terhadap kondisi keuangan dan memiliki dampak berlipat ganda
dalam jangka waktu yang lama (Lusardi dan Mitchell, 2014).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keuangan di negara berkembang lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju (Hastings & Tejeda-Ashton, 2008; Cole, Sampson, & Zia, 2011; Klapper & Panos, 2011; Beckmann, 2013). Dew dan Xiao (2011)
menyajikan perilaku keuangan sebagai perilaku pengelolaan keuangan. Manajemen keuangan adalah kegiatan mengelola keuangan untuk
memaksimalkan hasil. Orang yang berperilaku baik dengan uang bisa mendapatkan perilaku keuangan yang positif dan dengan demikian
kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan dan sebaliknya. Shim, Barber, Card, Xiao dan Serido (2009) menemukan bahwa pengetahuan
keuangan memiliki kontribusi yang signifikan dalam perilaku keuangan seseorang. Mandel dan Klein (2009) dan Green (2013) menemukan
hasil yang berbeda yaitu pengetahuan keuangan tidak mempengaruhi perilaku keuangan. Juga,
Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Welly et al. (2016) menunjukkan bahwa literasi keuangan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi. Kemudian hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2015)
yang menunjukkan bahwa literasi keuangan investor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Untuk berinvestasi, seseorang membutuhkan komitmen untuk menyisihkan uangnya saat ini dan berharap mendapatkan keuntungan di masa
yang akan datang. Di Indonesia, minat berinvestasi di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia
dan Singapura. Mungkin hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat, adanya lembaga penanaman modal
ilegal yang beroperasi dan menipu masyarakat serta masyarakat tidak mengetahui manfaat dan manfaat investasi.
Reksa dana bisa menjadi alternatif bagi pelajar atau investor pemula yang ingin memulai investasi karena reksa dana tidak
membutuhkan banyak modal. Investasi lain yang cocok untuk kaum muda adalah investasi di sektor riil atau wirausaha karena tidak banyak
mengeluarkan modal seperti di sektor jasa dan perdagangan. Sedangkan untuk investasi pada logam mulia seperti emas sangat cocok
dijadikan jaminan jika terjadi inflasi atau krisis ekonomi
Ketika individu akan merencanakan investasi, maka individu tersebut harus memiliki literasi keuangan yang baik agar keputusan finansialnya memiliki
arah yang jelas. Pengetahuan keuangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang untuk menghindari masalah keuangan. Menurut Robb dan Woodyart
(2011) literasi keuangan yang cukup akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku keuangan seseorang, seperti mengelola atau mengalokasikan
keuangannya dengan tepat.
Perilaku finansial dapat dibagi menjadi dua; konsumsi dan pembiayaan. Yang pertama berkaitan dengan bagaimana uang digunakan untuk pengeluaran
konsumsi dan yang kedua berkaitan dengan bagaimana uang digunakan sebagai investasi dan tabungan. Pamarthy (2012) berpendapat bahwa sebagian besar
masalah keuangan pribadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keuangan.
Jain (2014) mengemukakan bahwa sikap dibagi menjadi tiga; positif, negatif, netral. Pengetahuan merupakan salah satu sumber sikap, namun
pengetahuan tidak serta merta selalu membantu dalam merumuskan sikap positif. Oleh karena itu, pengetahuan terkadang mandiri dan sikap merupakan
faktor dependen. Terlebih lagi, ketika sikap keuangan merupakan faktor independen, maka perilaku keuangan merupakan faktor dependen. Shim, Barber,
Card, Xiao dan Serido (2009) menemukan bahwa pengetahuan keuangan memprediksi sikap keuangan dan sikap keuangan berkontribusi pada perilaku
keuangan seseorang.
Perilaku keuangan dalam berinvestasi khususnya dalam kaitannya dengan sikap keuangan terhadap keputusan investasi menurut
Aminatuzzahra (2014) terdapat pengaruh sikap keuangan terhadap pengambilan keputusan investasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara sikap keuangan terhadap pengambilan keputusan investasi. Jika sikap keuangan dan mentalitas
keuangan individu baik, maka pengambilan keputusan investasi juga akan baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Robb dan Woodyard (2011) yang menyatakan bahwa seseorang dengan sikap keuangan yang
lebih percaya diri dalam hal pengetahuan keuangan, kondisi keuangan, mempengaruhi perilaku keuangan yang lebih baik. Selanjutnya penelitian
Danes dan Haberman (2007) menyatakan bahwa sikap keuangan itu
2238
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
Percaya diri dengan kondisi keuangan sendiri dapat mempengaruhi cara pengelolaan keuangan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
diri dalam mengambil keputusan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi (2013) dan Rochmawati (2012).
Magie (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gaya hidup merupakan aktivitas santai yang dilakukan oleh individu. Aktivitas dapat
diklasifikasikan sebagai berorientasi pada orang, budaya, pengembangan diri, komunitas atau hiburan. Berkenaan dengan jumlah uang yang dihabiskan untuk
berbelanja oleh seseorang, mereka membelanjakan jumlah uang yang berbeda berdasarkan karakteristik demografis dan gaya hidup. Hassan (2010),
menambahkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara gaya hidup dengan perilaku berbelanja. Mereka akan memilih untuk membeli produk
yang sesuai dengan minat mereka sesuai dengan produk dan harganya.
Menurut Barnewall (1988) ditemukan bahwa karakteristik investor individu seperti gaya hidup, penghindaran risiko, orientasi pengendalian
dan pekerjaan yang mempengaruhi keputusan mereka terkait dengan investasi. Warren et al. (1990) memprediksi pilihan investasi individu, misalnya
saham, obligasi, perumahan atau properti berdasarkan gaya hidup dan atribut demografis. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Fitria (2018)
yang merupakan variabel gaya hidup orientasi keluarga dan orientasi produktif tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku investasi.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2007) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan keuangan yang memadai
akan membuat seseorang melakukan perencanaan termasuk merencanakan antisipasi masa pensiun dengan investasi mulai dari usia produktif.
Berdasarkan temuan dan studi penelitian sebelumnya, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Penelitian Robb dan Woodyard (2011) mengungkapkan bahwa pengetahuan keuangan bersifat obyektif dan keyakinan keuangan atau
sikap keuangan bersifat subjektif sehingga tingkat korelasinya rendah dengan perilaku keuangan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh perspektif
perspektif perilaku keuangan bahwa dalam pengambilan keputusan keuangan secara neurologis cenderung memasukkan pengaruh (emosi) ke
dalam pengambilan keputusan. Jika sikap keuangan dan mentalitas keuangan individu baik, maka pengambilan keputusan investasi juga akan
baik. Berdasarkan temuan dan studi penelitian sebelumnya, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Milenial yang identik dengan sense of prestige akan memiliki motivasi untuk berinvestasi di bidang apapun agar memiliki kesan
berbeda di kalangannya. Ini bisa menjadi hal yang baik bagi para milenial untuk mulai berinvestasi sejak usia muda. Berdasarkan temuan dan
studi penelitian sebelumnya, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
2239
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
Mereka melihat orang tua sebagai teladan keuangan. Di rumah, orang tua menekankan pentingnya menabung. Mereka dilatih oleh orang
tuanya untuk hidup sederhana. Lebih lanjut menurut Shim et al. (2010) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi orang tua telah dikaitkan
dengan sikap dan perilaku keuangan, yang meliputi kesejahteraan keuangan dan kompetensi keuangan.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memotivasi dan mendidik anak untuk mulai berinvestasi sejak dini. Terutama pola dan gaya mendidik orang
tua tentang bagaimana mengelola uang secara bertanggung jawab. Sedangkan status sosial ekonomi orang tua dapat digunakan sebagai penunjang dalam
mengelola uang dan berinvestasi. Berdasarkan temuan dan studi penelitian sebelumnya, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Analisis regresi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas yaitu pengetahuan keuangan, sikap keuangan, gaya
hidup, latar belakang keluarga terhadap variabel terikat yaitu keputusan investasi generasi milenial. Dalam penelitian ini persamaan regresi
berganda dirumuskan sebagai berikut:
ID = α + β 1 FK + β 2 FA + β 3 LS + β 4 BG + ε
Gaya hidup
103 1,00 4,00 27.549 , 57921
Pengetahuan keuangan diketahui bahwa jumlah data yang masuk sebanyak 103 responden. Nilai mean atau rata-rata 2,873 dengan nilai
minimum 1,13 dan nilai maksimum yang diperoleh 3,92 sehingga dapat dikatakan bahwa
2240
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
sebagian besar jawaban responden sangat setuju. Sedangkan sikap keuangan memiliki rata-rata 2,951, dengan nilai minimum seluruh
responden diperoleh sebesar 1,33 dan nilai maksimum diperoleh sebesar 3,78. Selain itu standar deviasi sikap keuangan adalah 0,523.
Gaya hidup memiliki nilai rata-rata 2.755 dengan nilai minimum 1.00 dan diperoleh nilai maksimum
4.00. Latar belakang keluarga memiliki nilai rata-rata 2.763 dengan nilai minimum 1.60 dan nilai maksimum yang didapat sebesar 4.00. Selain
itu, deviasi standar latar belakang keluarga diperoleh sebesar 0,568. Sedangkan keputusan investasi memiliki nilai rata-rata keputusan
investasi sebesar 2.827 dengan nilai minimum 1,40 dan nilai maksimum yang diperoleh sebesar 4,00. Selain itu, standar deviasi keputusan
investasi diperoleh sebesar 0,569.
Uji validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariat antara masing-masing skor indikator dengan skor total konstruk.
Hasil analisis korelasi bivariat dengan melihat keluaran Pearson Correlation (Ghozali,
2011). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi α = 5%.
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa setiap pertanyaan mengenai variabel pengetahuan keuangan, sikap keuangan, gaya hidup, latar
belakang keluarga dan keputusan investasi mempunyai hasil yang signifikan <0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua pertanyaan pada 5 variabel
tersebut dinyatakan valid atau layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tes kepercayaan
Menurut Ghozali (2011) suatu kuesioner dikatakan reliabel atau reliabel jika jawaban seseorang atas suatu pernyataan konsisten dari
waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach Alpha dari masing-masing instrumen dalam variabel.
Instrumen dinyatakan reliabel jika memiliki koefisien alpha cronbach lebih dari 0,70. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki koefisien Alpha lebih dari
0.70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
F hitung = 46.658
Sig.F = 0,000
2241
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan keuangan memiliki nilai signifikansi 0,000. Lebih kecil dari yang dibutuhkan
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh parsial variabel pengetahuan keuangan terhadap keputusan investasi. Sedangkan
sikap keuangan mempunyai nilai signifikansi 0,02 lebih kecil dari kondisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap keuangan mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Gaya hidup juga memiliki nilai signifikansi 0,045 dan latar belakang keluarga
memiliki nilai signifikansi 0,042 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang disyaratkan, sehingga keduanya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan investasi.
V. PEMBAHASAN
Pengaruh Pengetahuan Keuangan terhadap Keputusan Investasi
Pengetahuan keuangan adalah keahlian untuk membuat penilaian berdasarkan informasi dan untuk mengambil tindakan efektif terkait penggunaan dan
pengelolaan dana saat ini dan masa depan. Ini termasuk kemampuan untuk memahami pilihan keuangan, merencanakan masa depan, membelanjakan uang dengan
bijak, dan mengelola acara kehidupan seperti menabung untuk masa pensiun, membiayai pendidikan anak.
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
investasi. Dengan demikian pernyataan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh positif terhadap keputusan investasi
diterima.
Pengetahuan finansial jelas penting dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, beberapa jangka pendek dan beberapa dengan konsekuensi jangka
panjang yang berguna untuk kesejahteraan. Pengaruh pengetahuan keuangan berbanding lurus dengan keputusan investasi individu, artinya semakin tinggi
pengetahuan keuangan seseorang maka akan semakin baik pula perilaku keputusan investasi individu.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2007) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keuangan
yang memadai akan membuat seseorang melakukan perencanaan termasuk mengantisipasi perencanaan pensiun dengan investasi sejak usia
produktif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Welly et al. (2016) menunjukkan bahwa literasi keuangan atau pengetahuan keuangan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Fitriarianti (2018) yang menunjukkan bahwa literasi keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi. Penelitian Melisa (2015) juga menunjukkan bahwa literasi keuangan investor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminatuzzahra (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara sikap keuangan
terhadap pengambilan keputusan investasi. Semakin baik sikap dan mentalitas keuangan individu maka perilaku keuangan individu dalam pengambilan
keputusan investasi juga semakin baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Danes dan Haberman (2007) yang menyatakan bahwa sikap
keuangan yang percaya diri terhadap kondisi keuangan seseorang dapat mempengaruhi cara Anda mengelola keuangan di masa yang akan datang
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri Anda terhadap keuangan. membuat keputusan investasi. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hariadi (2013) dan Rochmawati (2012).
Gaya hidup dapat dikontrol jika seseorang memiliki pengendalian diri yang baik sehingga mampu menggunakan uangnya dengan bijak dan bertanggung jawab. Untuk memenuhi
gaya hidupnya, para milenial berusaha untuk merencanakan hidup dengan sebaik-baiknya agar tidak mengalami masalah dan juga dapat berada pada sisi yang aman, dengan berinvestasi
2242
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Barnewall (1988) yang menyatakan bahwa karakteristik investor individu seperti gaya hidup,
penghindaran risiko, orientasi pengendalian dan pekerjaan mempengaruhi keputusan mereka terkait dengan investasi. Penelitian Warren et al.
(1990) juga memprediksi pilihan investasi individu (misalnya, saham, obligasi, real estat) berdasarkan gaya hidup dan atribut demografis. Namun
hasil ini bertentangan dengan penelitian Fitria (2018) yang menyatakan bahwa variabel gaya hidup orientasi keluarga dan orientasi produktif tidak
ada yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku investasi.
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa latar belakang keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
investasi. Dengan demikian pernyataan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa latar belakang keluarga berpengaruh positif terhadap keputusan investasi
diterima.
Latar belakang keluarga khususnya orang tua memiliki peran penting terkait persepsi keinginan untuk berinvestasi. Latar belakang orang tua,
pekerjaan orang tua, posisi sosial orang tua dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam berbelanja, menabung, berinvestasi, kredit, penganggaran, dan
pengelolaan keuangan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shapero dan Sokol (1982) yang menyatakan bahwa keluarga berperan penting dalam
mempengaruhi niat anak untuk memulai usaha atau berinvestasi. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2013)
yang menyatakan bahwa pengaruh variabel latar belakang ekonomi keluarga terhadap kewirausahaan atau minat berinvestasi adalah negatif.
VI. PENUTUPAN
Pengetahuan keuangan dan sikap keuangan memiliki peran penting dalam keputusan investasi. Pengetahuan keuangan dan sikap keuangan terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Seseorang dengan pengetahuan keuangan yang tinggi akan mengarah pada keputusan investasi
yang lebih baik dan lebih tepat. Karena seseorang sudah memiliki pengetahuan yang memadai tentang keuangan dan investasi. Begitu pula dengan sikap
keuangan yang tinggi maka perilaku keuangan dalam pengambilan keputusan investasi akan semakin baik. Sikap bijak dan bertanggung jawab dalam diri
seseorang sangat dibutuhkan untuk membantu seseorang dalam mengatur dan mengambil keputusan keuangan.
Gaya hidup dan latar belakang seseorang juga mempengaruhi keputusan investasi. Seseorang dengan gaya hidup tinggi tetap memiliki pengendalian diri
untuk mengambil keputusan investasi yang tepat, meskipun pengaruhnya rendah. Terbukti dari hasil penelitian ini bahwa kaum milenial yang terkenal dengan gaya
hidup boros ternyata masih menyisihkan sebagian uangnya untuk diinvestasikan sebagai saham masa depan. Begitu pula jika seseorang memiliki latar belakang
keluarga yang mendukung maka akan membentuk perilaku keuangan yang baik dan bertanggung jawab termasuk dalam pengambilan keputusan investasi.
Sehingga peran orang tua sangat dibutuhkan para milenial untuk dijadikan motivasi dan teladan dalam mengelola keuangan dan berinvestasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan Anda khususnya di bidang financial
behaviour. Penelitian ini juga masih perlu dilengkapi dengan penelitian lanjutan baik dengan mengembangkan populasi beserta sampelnya serta
variabel penelitiannya.
VII. REFERENSI
[1]. Barnewall, MM (1988). Meneliti Sifat Psikologis Investor Pasif dan Aktif. Jurnal dari
Aminatuzzahra. (2014). Persepsi Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Sikap Keuangan, Sosial Demografi Terhadap Perilaku Keuangan
Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Individu (Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro). Jurnal
Bisnis Strategi, Vol. 23, No. 2.
[2]. Perencanaan keuangan.
[3]. Beckmann, E. (2013). Literasi Keuangan dan Tabungan Rumah Tangga di Rumania. Dalam Scholar Commons,
Vol. 6, masalah 2, Pasal 9.
[4]. Bona, JTC (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belanja Mahasiswa Kolase. Jurnal Ilmu Fundamental dan Terapan, ISSN
1112-9867. Chamim, M. (2016). “ Muda, Kaya, dan Berbahaya , Tempo.co.
[5].
[6]. Cole, SA, Sampson, T. & Zia, B. (2011). Harga atau Pengetahuan? Apa yang Mendorong Permintaan Jasa Keuangan di Pasar
Berkembang ?. Jurnal Keuangan, Vol. 66, Masalah 6.
[7]. Danes, SM & Haberman, HR (2007). Pengetahuan Keuangan Remaja, Efikasi Diri dan Perilaku: Pandangan Gender. Konseling dan
Perencanaan Keuangan, 18 (2).
[8]. Dew, J. & Xiao, JJ (2011). Skala Perilaku Manajemen Keuangan: Pengembangan dan Validasi.
Jurnal Penyusunan dan Perencanaan Keuangan, 22 (1), 43-59.
[9]. Fitria, F. (2018). Pengaruh Gaya Hidup dan Manajemen Keuangan Terhadap Perilaku Investasi Pada Keluarga Wirausaha. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
2243
JURNAL DARI ULASAN KRITIS
[10]. Fitriarianti, B. (2018). Pengaruh Literasi Keuangan, Perilaku Keuangan dan Pendapatan terhadap
Keputusan Berinvestasi. Seminar Nasional I Universitas Pamulang.
[11]. Giridhari, M. & Sathya, SD (2011). Studi tentang Preferensi Investasi di Kalangan Investor Perkotaan di
Orissa, Prerana. Jurnal Pemikiran dan Praktek Manajemen, Volume 3, Edisi 1, ISSn: 0974-908X. [12]. Green, S. (2013). Akankah
Literasi Keuangan Mempengaruhi Keputusan Keuangan Siswa ?. Hormatilah Tesis. Kertas 161. [13]. Hariadi, D. (2013). Pengaruh Produk,
Harga, Promosi dan Distribusi terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen pada Produk Mikrovisi Proyektor. Bawal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol.1 No.1 hal67-87. [14]. Hasan, B. (2010).
Mengeksplorasi Perbedaan Gender dalam Sikap Belanja Online. Komputer pada Manusia
Tingkah laku, 26, 597-601.
[15]. Hastings, JS & Tejeda, AL (2008). Literasi Keuangan, Informasi dan Elastisitas Permintaan: Survei dan
Bukti Eksperimental dari Meksiko. Kertas Kerja NBER, No. 14538.
[16]. Hietanen, T. (2017). Sikap Mahasiswa Universitas Terhadap Berinvestasi: Perbandingan Antara
Inggris Raya dan Finlandia. Universitas Sains Terapan Helsinki Metropolia.
[17]. Jain, V. (2014). Model Sikap 3D. Jurnal Internasional Penelitian Lanjutan dalam Manajemen dan
Ilmu kemasyarakatan, 3 (3), 1-12.
[18]. Kholilah, AN dan Rr. Iramani. (2013). Studi Financial Management Behavior pada Masyarakat
Surabaya. Jurnal Bisnis dan Perbankan, Vol. 3, No. 1.
[19]. Klapper, LF & Panos, GA (2011). Literasi Keuangan dan Perencanaan Pensiun: Kasus Rusia.
Kertas Kerja University of Essex CER, Nomor 3.
[20]. Lusardi, A. & Mitchell, OS (2007). Keamanan Pensiun Baby Boomer: Peran Perencanaan, Keuangan
Melek huruf, dan Kekayaan Perumahan. Jurnal Ekonomi Moneter, 54, 205-224.
[21]. Lusardi, A. & Mitchell, OS (2014). Pentingnya Ekonomi Literasi Keuangan: Teori dan
Bukti. Jurnal Sastra Ekonomi, Volume 52, Edisi 1, hlm. 1-40.
[22]. Magie, AA (2008). Analisis Gaya Hidup, Orientasi Belanja, Perilaku Belanja dan Belanja
Keterlibatan Diantara Remaja Berusia 13 hingga 18 Tahun di Amerika Serikat. Disertasi dan Tesis ProQuest.
[23]. Mandell, L. & Klein, LS (2009). Dampak Edukasi Literasi Keuangan terhadap Keuangan Selanjutnya
Tingkah laku. Jurnal Konseling dan Perencanaan Keuangan, Vol. 20 (1), 15-22.
[24]. Melisa. (2015). Pengaruh Pengalaman Berinvestasi terhadap Literasi Keuangan dan Keputusan Investasi.
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
[25]. Nabilla, DR (2016). Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Pendapatan dan Gaya Hidup terhadap perilaku
Pengelolaan Keuangan Profesional Muda di Surabaya. Skripsi S1, STIE Perbanas Surabaya.
[26]. Palfrey, JS, Tonniges, TF, Hijau, M. & J. Richmond. (2005). Pendahuluan: Mengatasi Generasi Milenial
Morbiditas- Konteks Komunitas Pediatri, Pediatri, Volume 115, No. 4, hlm. 1121-1123. [27]. Pamarthy, HK (2012). Literasi Keuangan:
Sebagai Alat Inklusi Keuangan dan Perlindungan Klien. Baru
Delhi, India. Laporan UNDP.
[28]. Rahmi, A. (2013). Pengaruh Latar Belakang Ekonomi Keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri
terhadap Minat Berwirausaha Siswa Program Studi Bisnis Manajemen SMKN 2 Bukittinggi. Skripsi.
Universitas Negeri Padang.
[29]. Robb, CA & Woodyard, AS (2011). Pengetahuan Keuangan dan Perilaku Praktik Terbaik. Jurnal dari
Konseling dan Perencanaan Keuangan, Vol. 22 Edisi 1.
[30]. Rochmawati, S. (2012). Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Kontrol Perilaku Persepsian, Persepsi Risiko,
Persepsi Kebermanfaatan terhadap Niat Penggunaan Kartu Kredit. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
[31]. Shapero, A. & Sokol, L. (1982). Dimensi Sosial Kewirausahaan. Dalam C. Kent et al. (Eds), The
Ensiklopedia Kewirausahaan: 72-90. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
[32]. Shim, S., Barber, BL, Card, NA, Xiao, JJ & Serido, J. (2009). Sosialisasi Keuangan Tahun Pertama
Siswa Kolase: Peran Orang Tua, Pekerjaan, dan Pendidikan. Jurnal Remaja Remaja. DOI
10.1007 / s10964-009-9432-x.
[33]. Shim, S., Barber, BL, Card, NA, Xiao, JJ & Serido, J. (2010). Sosialisasi Keuangan Tahun Pertama
Siswa Koalase: Peran Orang Tua, Pekerjaan, dan Pendidikan. Jurnal Remaja Remaja, 39: 1457-
470.
[34]. Warren et al. (1990) dan Rajarajan (2000). Mengidentifikasi Segmen Grup Investor Berdasarkan Demografi
Dan Karakteristik Psikografik. Institut Pendidikan Tinggi Sri Sathya Sai, 3 (4), 27-36.
[35]. Welly, dkk. (2016). Analisis Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi di STIE Multi
Data Palembang. STIE MDP.
[36]. Xiao, JJ, Sorhaindo, B. & Garman, ET (2006). Perilaku Keuangan Konsumen dalam Konseling Kredit.
Jurnal Internasional Studi Konsumen, 108-121. [37]. Xiao, JJ, Shim, S., Barber, B. & Lyons, A. (2007). Keberhasilan Akademik dan
Kesejahteraan Kolase
Mahasiswa: Perilaku Keuangan Penting. TCAI, Universitas Arizona.
2244