Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan di bidang

teknologi dan informasi berkembang sangatlah pesat. Sehingga seluruh

aspek kebutuhan di dalam kehidupan manusia mengalami perkembangan.

Adanya era digital membuat manusia menjadi tidak terbatas dalam

mengakses informasi mengenai berbagai macam kebutuhan mulai dari

teknologi, makanan, minuman, maupun fesyen yang merupakan kebutuhan

sehari-hari manusia. Tanpa adanya batasan tersebut membuat manusia

memiliki keinginan yang semakin kompleks, beragam, tidak terbatas, dan

harus terpenuhi dalam kehidupan. Manusia memang pada dasarnya tidak

mungkin terlepas dari kegiatan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari

dalam rangka memenuhi kebutuhan. Kegiatan konsumsi dalam era yang

tanpa batas seperti sekarang di mana akses informasi sangat mudah

didapatkan tentunya dapat mendorong seseorang menjadi berperilaku

konsumtif.

Kemudahan akses informasi melalui perkembangan dunia digital

sangat terasa di Indonesia. Menurut data yang penulis himpun dari Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia di bawah ini, menunjukkan adanya

peningkatan dari tahun ke tahun terkait dengan penggunaan internet di

negara ini.

1
2

Gambar 1.1
Data Pengguna Internet di Indonesia
Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2020

Berdasarkan grafik di atas, jumlah pengguna Internet di Indonesia

terus mengalami peningkatan dari tahun sampai dengan tahun. Wilayah

Pulau Jawa sendiri menyumbang angka persentase sebesar 55,7% dari total

seluruh pengguna internet pada tahun 2019. Sedangkan menurut klasifikasi

subyek pengguna, akses internet paling banyak digunakan oleh penduduk

berusia 20 – 24 tahun dengan jumlah pengguna sebesar 36,8%. DKI Jakarta

menjadi provinsi dengan tingkat pengguna internet terbesar yakni sebanyak

85% dari total jumlah penduduk. Penggunaan internet paling banyak

digunakan untuk mengakses tentang gaya hidup dibanding dengan

pendidikan maupun bisnis. Penggunaan internet untuk gaya hidup

terindikasi melalui tingginya akses terhadap sosial media yakni sebesar

51,5%. Data tersebut dapat menjadi indikasi awal bahwa gaya hidup

memungkinkan untuk dapat memengaruhi seseorang dalam mengambil

sebuah keputusan termasuk keputusan untuk mengkonsumsi barang atau

jasa baik secara kualitas maupun kuantitas.


3

Belum lagi kemudian dengan adanya kemunculan aplikasi-aplikasi

e-commerce yang kemudian memudahkan seseorang untuk dapat

mengakses kebutuhannya melalui media aplikasi belanja daring. Ini

tentunya menjadi tantangan bagi setiap elemen masyarakat untuk semakin

cerdas dan bijak dalam mengelola keuangannya. Dengan banyaknya

flashsale dan diskon yang ditawarkan bisa membuat para pemuda

menomorduakan kebutuhan demi memenuhi keinginannya.

Mengutip pernyataan dari Katadata Insight Center yang

disampaikan pada laman Tempo.co, 85% pelaku transaksi e-commerce

berasal dari Generasi Z dan milenial. Ini tentunya patut menjadi perhatian

lebih karena para milenial dan Generasi Z tentunya termasuk pada kategori

pemuda yang nantinya akan memegang peranan penting dalam kehidupan

bangsa.

Gambar 1.2
Data Pelaku Transaksi Melalui e-commerce
Sumber : katabooks.katadata.co.id

Data di atas menggambarkan bahwa banyaknya pengguna e-

commerce dari kalangan pemuda. Hal ini menjadi indikator bahwa para

pemuda rentan untuk terjebak dalam perilaku konsumtif. Kemudahan akses


4

informasi serta pengaruh gaya hidup yang didapat dari internet tentu juga

memiliki peranan penting bagi tingginya tingkat konsumsi pemuda. Hal ini

harus menjadi perhatian agar kelak para pemuda dapat lebih melakukan

kontrol terhadap setiap transaksi yang dilakukannya. Karena apabila

perilaku konsumtif yang dilakukan seseorang tidak bisa dihentikan maka

akan menyebabkan pemborosan finansial terhadap orang tersebut. Selain

berdampak terhadap pemborosan keuangan, perilaku konsumtif akan

menimbulkan kelangkaan terhadap sumber daya pemenuh kebutuhan yang

terbatas.

Tentunya dalam proses pemenuhan kebutuhan diperlukan

pengelolaan keuangan yang baik agar setiap keputusan konsumsi yang

diambil dilakukan secara cermat. Pengelolaan keuangan bagi masyarakat

Indonesia sendiri tercermin dalam survey yang dilakukan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) tentang literasi keuangan.

Gambar 1.3
Indeks Literasi Keuangan Nasional
Sumber : OJK 2019
5

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan Indonesia

masih tergolong rendah yakni sebesar 38,03%. Ini berarti dari seratus orang

Indonesia, tidak lebih dari 40 orang yang memiliki kemampuan literasi

keuangan yang baik (well literate). Padahal literasi keuangan merupakan

elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan setiap orang, karena akan

berdampak pada kualitas keputusan untuk mencapai kesejahteraan. Literasi

keuangan bertujuan untuk menjadikan individu yang cerdas dalam membuat

keputusan keuangan, atau dengan kata lain yaitu menjadikan seseorang

menjadi kritis ketika hendak membuat keputusan keuangan. Tingginya

tingkat literasi keuangan akan meminimalisir perilaku konsumtif seseorang

dalam berkonsumsi.

Literasi keuangan dan gaya hidup merupakan dua faktor yang secara

signifikan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mengacu pada riset

yang dilakukan oleh Pulungan & Hastina pada tahun 2018 terhadap

mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan

mahasiswa jurusan manajemen dalam hal literasi keuangan maka dapat

menurunkan perilaku konsumtif dalam kegiatan konsumsi. Sedangkan dari

sisi gaya hidup disimpulkan bahwa semakin mewah dan hedonisme gaya

hidup mahasiswa maka akan meningkatkan perilaku konsumtif mereka.

Sebaliknya jika menurunnya sikap mewah dan hedonisnya gaya hidup

mahasiswa maka akan menurunkan tingkat perilaku konsumtif mahasiswa


6

fakultas ekonomi dan bisnis jurusan manajemen Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

Tetapi hasil penelitian berbeda didapatkan oleh Kusumaningtyas &

Sakti pada tahun 2017 yang melakukan studi pada pelajar kelas XI IPS di

sekolah Taman Siswa Sidoarjo. Pada penelitian tersebut, literasi keuangan

dikatakan tidak berpengaruh terhadap kegiatan konsumtif. Ini tentunya

menjadi gap research yang membuat penulis menjadi tertarik untuk

meneliti pengaruh antara literasi keuangan dan gaya hidup terhadap perilaku

konsumtif. Karena terbukti ada dua hasil penelitian yang memiliki

kesimpulan berkebalikan.

Penulis kemudian tertarik menjadikan pemuda sebagai objek

penelitian. Karena pemuda sebagai tonggak sebuah bangsa adalah cerminan

kondisi negara ini di beberapa tahun mendatang. Berdasarkan data yang

penulis dapatkan dari Biro Pusat Statistik, jumlah pemuda di DKI Jakarta

berada pada persentase 22,97% yang artinya hampir seperempat dari total

penduduk DKI Jakarta. Sedang menurut UU Kepemudaan No 40 Tahun

2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 tahun sampai 30

tahun. Tentu rentang usia ini merupakan rentang usia produktif sekaligus

menjadi target promosi bagi sebagian besar produk yang beredar di pasaran.

Bila pemuda memiliki literasi keuangan yang baik dan dapat melakukan

kontrol terhadap gaya hidupnya, maka perilaku konsumtif dapat sedikitnya


7

berkurang di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. Sebab pemuda

diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mampu menjadikan

generasi yang akan datang agar tidak berperilaku konsumtif.

YISC Al Azhar sendiri adalah sebuah organisasi pemuda yang

memiliki kantor kesekretariatan di Jakarta Selatan. YISC Al Azhar

beranggotakan para pemuda dengan beragam latar belakang. Anggota

mereka memiliki latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang beragam

dengan mayoritas pendidikan terakhir Strata-1. Tentunya dengan ini YISC

Al Azhar dapat dikategorikan sebagai representasi dari pemuda yang

semestinya melek terhadap literasi keuangan dan memiliki kontrol yang

baik terhadap gaya hidup. Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas,

peneliti terdorong untuk melakukan penelitian “Pengaruh Literasi

Keuangan dan Gaya Hidup Terhadap Perilaku Konsumtif Pemuda

(Studi Kasus Pada Organisasi Pemuda YISC Al Azhar)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas. Maka dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Para pemuda masih tergolong rentan terhadap pengaruh tren, dan gaya

hidup yang berlaku sehingga mendorong perilaku konsumtif.

2. Perilaku konsumtif di wilayah DKI Jakarta tergolong tinggi.

3. Literasi keuangan di Indonesia belum termasuk kepada kategori well

literate.
8

4. Literasi keuangan belum sepenuhnya dapat membendung perilaku

konsumtif.

5. Pemuda belum memiliki kontribusi terhadap perubahan pola perilaku


konsumtif di DKI Jakarta.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas untuk lebih memperjelas dan memberikan

arahan yang tepat. Maka dalam penelitian ini penulis membatasi

pembahasan masalah ini pada pengaruh literasi keuangan dan gaya hidup

terhadap perilaku konsumtif pemuda.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh literasi keuangan dan gaya hidup terhadap

perilaku konsumtif pemuda anggota YISC Al Azhar?

2. Apakah terdapat pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku

konsumtif pemuda anggota YISC Al Azhar?

3. Apakah terdapat pengaruh gaya hidup terhadap perilaku konsumtif

pemuda anggota YISC Al Azhar?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :


9

1. Untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan dan gaya hidup terhadap

perilaku konsumtif pemuda anggota YISC Al Azhar.

2. Untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku

konsumtif pemuda anggota YISC Al Azhar.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap perilaku konsumtif

pemuda anggota YISC Al Azhar.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dalam rangka penerapan teori-teori yang telah

didapat di bangku perkuliahan serta untuk mengetahui sejauh

mana tingkat kemampuan peneliti dalam meneliti sebuah

masalah.

b. Dapat menambah perbendaharaan referensi di perpustakaan

Universitas Indraprasta PGRI serta menambah pengetahuan dan

informasi khususnya mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi

yang akan meneliti masalah yang sama.

c. Sebagai bahan referensi dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan-

masukan yang berharga bagi YISC Al Azhar, sehingga dapat


10

menjadi bahan pertimbangan bagi organisasi untuk dapat

mengembangkan potensi dan pengetahuan anggotanya.

b. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa

UNINDRA dalam menghindari perilaku konsumtif.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan pembahasan akan diuraikan secara

singkat beserta sistematika isi dari setiap bab dalam penulisan penelitian ini,

berikut ini adalah pembagian dari setiap bab beserta uraiannya :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, hasil penelitian

yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian,

metode penelitian, populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis

data.
BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumtif

a. Definisi Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan

memakai produk yang tidak tuntas. Artinya belum habis produk yang

dipakai, seseorang telah menggunakan produk sejenis dari merk

lainnya. Atau dapat disebutkan, membeli barang karena adanya hadiah

yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang

memakai barang tersebut menurut Astuti (dalam Kanserina, 2015:2)

Menurut Fitriyani (dalam Kusumastuti, 2019:17) “perilaku

konsumtif sebagai perilaku tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan

yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah

mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif

melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar

kebutuhan rasional, dan pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor

kebutuhan (need) melainkan pada faktor keinginan (want).”

Sedangkan Lina dan Rosyid (dalam Lestarina dkk, 2017:4)

menyatakan bahwa perilaku konsumtif ditandai oleh adanya kehidupan

mewah dan berlebihan. Penggunaan segala hal yang dianggap paling

11
12

mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-

besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan

didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat semata – mata.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli di atas maka

peneliti menyimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah sebuah

perilaku di mana seseorang dalam membeli suatu produk tidak lagi

melihat dari sisi kebutuhan tetapi lebih kepada keinginan dengan

mengabaikan aspek rasional yang didorong untuk memberikan

kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta dikendalikan

oleh keinginan memenuhi hasrat semata-mata.

b. Dimensi Perilaku Konsumtif

Menurut Lina dan Rosyid ( dalam Apriyan, 2015:3-4) indikator

perilaku konsumtif tersusun atas tiga aspek, yaitu:

1. Impulsive buying (pembelian impulsif) merupakan sebuah

keputusan yang tidak terencana dan tiba-tiba dalam membeli

sebuah produk yang dalam pelaksanaannya lebih menggunakan

emosi dan perasaan ketimbang logika.

2. Non-rational buying (pembelian tidak rasional) merupakan

suatu perilaku dimana konsumen membeli sesuatu yang

dilakukan semata untuk mencari kesenangan.

3. Wasteful buying (pemborosan) adalah perilaku menghambur-

hamburkan banyak dana tanpa didasari adanya kebutuhan yang

jelas.
13

Sedangkan dimensi dari perilaku konsumtif menurut

(Mangkunegara, 2009:59) adalah sebagai berikut:

1. Pemilikan produk dimana seseorang yang sudah memiliki

suatu barang akan cenderung membeli sesuatu yang

berkaitan dengan barang yang sudah dimiliki.

2. Perbedaan individu yang akan berpengaruh pada motif

seseorang dalam melakukan pembelian. Ada yang membeli

karena kebutuhan namun ada juga yang membeli karena

ingin memperoleh kesenangan dari perilaku pembelian tanpa

mementingkan kegunaan produk.

3. Pengaruh pemasaran seperti display toko, iklan, promosi,

diskon, dan sebagainya yang mendorong konsumen untuk

melakukan pembelian.

4. Pencarian informasi dimana individu melakukan pembelian

berdasarkan informasi yang dimiliki individu terkait suatu

produk.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menggunakan

impulsive buying, non-rational buying, dan wasteful buying sebagai

dimensi yang akan digunakan sebagai dasar untuk membuat alat ukur

perilaku konsumtif.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif


14

Menurut Engel, Blackwell, & Miniard (2010), perilaku

konsumtif pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor internal dan eksternal:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam

diri setiap individu, yaitu:

a. Motivasi

Motivasi merupakan suatu konsep yang dipakai untuk

menerangkan kekuatan-kekuatan yang ada pada organisme

untuk memunculkan dan mengarahkan tingkah lakunya.

Setiap individu mempunyai motivasi untuk memenuhi

kebutuhannya, untuk itu motivasi berpengaruh pada

pembelian barang secara berlebihan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

b. Proses belajar dan pengamatan

Konsumen mengamati dan mempelajari stimulus yang

berupa informasi-informasi yang diperolehnya. Hasil dari

pengamatan dan proses belajar kemudian membentuk

kemampuan literasi keuangan yang memengaruhi perilaku

konsumtif.

c. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian merupakan pola perilaku yang konstan dan

menetap pada individu. Seseorang yang sudah memiliki


15

perilaku membeli secara berlebihan akan terus

melakukannya. Sedangkan konsep diri didefinisikan sebagai

cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu tertentu

sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan. Bila

individu melihat diri sendiri dalam keadaan yang tidak baik,

maka individu akan berusaha menutupinya dengan membeli

barang yang sebenarnya tidak perlu

d. Keadaan ekonomi

Pilihan terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi seseorang. Orang yang memiliki ekonomi

rendah akan menggunakan uangnya secara lebih cermat

dibandingkan yang berekonomi tinggi.

e. Gaya hidup

Gaya hidup merupakan pola konsumsi yang merefleksikan

pilihan seseorang tentang bagaimana individu tersebut

menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup senang

berbelanja dan mengikuti tren merupakan contoh gaya hidup

yang menimbulkan perilaku konsumtif.

Faktor eksternal

a. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pola perilaku yang disadari, diakui,

dan dimiliki bersama serta berlangsung dalam kelompok,

baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Budaya dapat


16

didefinisikan sebagai hasil kreatifitas manusia dari satu

generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan

pola perilaku konsumtif dalam kehidupannya sebagai

anggota masyarakat.

b. Kelas sosial

Kelas sosial merupakan kelompok-kelompok relatif

homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang

tersusun dalam suatu hierarki dan keanggotaannya

mempunyai system nilai, minat dan perilaku yang serupa.

Apabila dalam kelas sosial tersebut terdiri dari anggota-

anggota yang memiliki kasta yang tinggi, maka akan

terbentuknya perilaku konsumtif pada kelompok tersebut.

c. Keluarga

Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan

contoh fundamental yang utama bagi perkembangan

seseorang. Keluarga memegang peranan terbesar dan

terutama dalam pembentukan individu termasuk perilaku

konsumtif.

d. Kelompok acuan

Suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat,

norma, dan perilaku konsumen. Kelompok acuan

menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya baru serta

mempengaruhi perilaku, dan konsep pribadi seseorang dan


17

menciptakan tekanan untuk mengetahui apa yang mungkin

mempengaruhi pilihan produk dan merek.

2. Literasi Keuangan

a. Definisi Literasi Keuangan

Organization for Economic Co-operation and Development

atau OECD (dalam OJK 2017:17) mendefinisikan literasi keuangan

sebagai pengetahuan dan pemahaman atas konsep dan resiko

keuangan, berikut keterampilan, motivasi, serta keyakinan untuk

menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya tersebut

dalam rangka membuat keputusan keuangan yang efektif,

meningkatkan kesejahteraan keuangan individu dan masyarakat,

dan berpartisipasi dalam bidang ekonomi.

Menurut Remund (2010:284) literasi keuangan merupakan

pengukuran terhadap pemahaman seseorang mengenai konsep

keuangan, dan memiliki kemampuan dan keyakinan untuk mengatur

keuangan pribadi melalui pengambilan keputusan jangka pendek

yang tepat, perencanaan keuangan jangka panjang, serta

memperhatikan kejadian dan kondisi ekonomi.

Sedangkan Atkinson & Messy (2012:39), berpendapat

literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan

keyakinan keuangan yang dimiliki oleh seseorang individu yang

memengaruhi sikap dan perilaku keuangannya. Peningkatan

pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berdampak pada


18

partisipasi yang aktif dalam kegiatan terkait keuangan, serta perilaku

keuangan yang lebih positif pada seorang individu. Selain itu kaitan

antara perilaku dengan sikap seseorang terlihat pada seseorang yang

memiliki sikap positif untuk jangka panjang kemungkinan besar

akan menunjukkan perilaku keuangan yang lebih baik dibandingkan

dengan seseorang yang memiliki sikap keuangan untuk jangka

pendek.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari para ahli di atas

maka peneliti menyimpulkan bahwa literasi keuangan adalah

pengetahuan atas konsep dan resiko keuangan yang disertai dengan

kemampuan untuk mengatur keuangan pribadi melalui pengambilan

keputusan jangka pendek maupun panjang secara tepat yang efektif

dalam meningkatkan kesejahteraan keuangan individu.

b. Dimensi Literasi Keuangan

Peneliti dalam hal ini mengacu pada dimensi keuangan yang

dirumuskan oleh OJK, (2016:40-43) diantaranya:

1. Kemampuan keuangan

Kemampuan dasar terkait dengan informasi keuangan yang

sudah dimiliki disertai dengan kemampuan menghitung

sederhana.

2. Informasi keuangan

Sumber informasi terkait keuangan yang didapat berasal dari

mana saja.
19

3. Pengelolaan keuangan

Berkaitan dengan tujuan keuangan seseorang serta upaya

mencapai tujuan keuangan itu.

4. Penganggaran keuangan

Memiliki perencanaan keuangan serta komitmen dalam

pelaksanaannya.

5. Ketahanan keuangan

Memiliki rencana terkait dengan mitigasi keuangan apabila

terjadi kehilangan pendapatan baik secara terencana maupun

tiba-tiba.

3. Gaya Hidup

a. Definisi Gaya Hidup

Menurut Kotler (dalam Pulungan & Hastina, 2018:108) gaya

hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat, dan opininya, dalam arti bahwa secara umum

gaya hidup seseorang dapat dilihat dari aktivitas rutin yang dia

lakukan, apa yang mereka pikirkan terhadap segala hal disekitarnya

dan seberapa jauh dia peduli dengan hal itu dan juga apa yang dia

pikirkan tentang dirinya sendiri dan juga dunia luar.

Gaya hidup merupakan bagaimana orang hidup, bagaimana

membelanjakan uang, dan bagaimana mengalokasikan waktu.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola

seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan kebiasaan


20

dalam membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu

(Sumarwan, 2014:57).

Sedangkan menurut Prasidda & Prihatini (2017:134-143),

gaya hidup merupakan pola tindakan yang membedakan satu

individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya.

Jika gaya hidup diasumsikan sebagai sebuah ideologi, maka akan

membentuk sebuah identitas diri yang bersifat individu maupun

kelompok. Identitas inilah yang menjadi pembeda satu dengan

lainnya. Gaya hidup dapat mengarahkan seperti apa tujuan dari

setiap individu yang dapat membentuk sebuah kebanggan tersendiri.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan

oleh beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gaya hidup

merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam minat

dan opininya serta tercermin dari bagaimana ia mengalokasikan

waktu dan membelanjakan uang dengan tujuan membentuk sebuah

identitas kebanggan tersendiri.

b. Dimensi Gaya Hidup

Menurut Plummer (dalam Hastuti, 2018:37) terdapat indikator

dari dimensi gaya hidup yakni sebagai berikut:

1. Kegiatan

Dengan mengungkapkan apa yang dikerjakan konsumen, produk apa

yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dilakukan dalam

mengisi waktu luang.


21

2. Minat

Dengan mengemukakan apa minat, kesukaan, kegemaran, dan

prioritas dalam hidup konsumen.

3. Opini

Berkisar tentang pandangan dan perasaan konsumen dalam

menghadapi isu-isu global, lokal, ekonomi, dan sosial.

Sedangkan menurut Felicia (dalam Kusumastuti, 2019),

dimensi dari gaya hidup yaitu:

1. Kesenangan hidup

Ketertarikan individu terhadap suatu objek seperti suatu benda,

acara dan topik yang menekankan kesenangan hidup

2. Minat,

Tertarik pada sesuatu yang sifatnya baru, dan peka akan inovasi

baru.

3. Kepribadian

Pribadi dengan kecenderungan impulsif memiliki keinginan untuk

menjadi pusat perhatian, dan suka mengikuti orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dimensi yang akan

digunakan peneliti sebagai acuan atau dasar dalam pembuatan alat ukur

gaya hidup adalah berdasarkan teori dari Sunarto yakni kegiatan, minat,

dan opini.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


22

Penelitian ini fokus mengenai pengaruh literasi keuangan dan gaya

hidup terhadap perilaku konsumtif pemuda. Berdasarkan eksplorasi

peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini

dengan metode yang digunakan peneliti terdahulu yaitu, metode kuantitatif,

hasil yang diperoleh dari peneliti terdahulu beragam dan dipaparkan dalam

tabel di bawah ini:

Tabel 2. 1
Hasil Penelitian Relevan

No. Nama Penulis/Tahun/Jurnal Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Risa Astiningrum/2018/Seminar Pengaruh Gaya Hidup Berdasarkan hasil analisis data

Nasional keIndonesiaan III Tahun dan Literasi Keuangan dan pembahasan yang sudah dilakukan

2018 “Penguatan SDM di Era Terhadap Perilaku mengenai pengaruh gaya hidup dan

Disrupsi Teknologi”. Konsumtif Mahasiswa literasi keuangan terhadap perilaku

Prodi PJKR UPGRIS konsumtif mahasiswa prodi PJKR

UPGRIS, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1) Gaya hidup (X1)

berpengaruh signifikan terhadap perilaku

konsumtif (Y). Hal ini sesuai dengan hasil t

hitung 2,075> t tabel 1,9750 dengan taraf

signifikan 0,040> 0,05

2) Literasi keuangan (X2) berpengaruh

signifikan terhadap perilaku konsumtif


23

(Y). Hal ini sesuai dengan hasil t hitung 4,064

> t tabel 1,9750 dengan taraf signifikan

0,000< 0,05

3) Gaya hidup (X1) dan literasi keuangan (X2)

secara simultan berpengaruh terhadap perilaku

konsumtif (Y) dengan nilai F hitung

12,813 > F tabel 2,66 dengan taraf

signifikan 0,000 < 0,05.

2. Delyana Rahmawany Pulungan dan Pengaruh Gaya Hidup Dapat diberikan kesimpulan yaitu

Hastina Febriaty /2018/Jurnal Riset dan Literasi Keuangan 1) Berdasarkan dari pengujian hipotesis

Sains Manajemen Volume 2 No. 3. Terhadap Perilaku penelitian yang dilakukan bahwasanya gaya

Konsumtif Mahasiswa hidup berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku konsumtif mahasiswa.

2) Berdasarkan dari pengujian hipotesis diatas

dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

perilaku konsumtif mahasiswa jurusan

manajemen fakultas ekonomi Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara, hal ini dapat

dijelaskan bahwa semakin tinggi kemampuan

mahasiswa jurusan manajemen dalam hal

literasi ekonomi maka dapat menurunkan

perilaku konsumtif mahasiswa Jurusan

manajemen fakultas ekonomi dan bisnis dalam

kegiatan konsumsi
24

3. Indarti Kusumaningtyas/2017/Jurnal Pengaruh Literasi Dapat diberikan kesimpulan yaitu: 1) Uji t

Pendidikan Ekonomi Unnesa Volume Keuangan dan Gaya didapatkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.

5 No. 3 Hidup Terhadap Hal ini berarti literasi keuangan tidak

Perilaku Konsumtif berpengaruh terhadap perilaku konsumtif 2)

Siswa Kelas IX IPS di Berdasarkan uji t didapatkan hasil H0 ditolak

SMA Negeri 1 Taman dan Ha diterima. Hal ini gaya hidup

Sidoarjo berpengaruh terhadap perilaku konsumtif

siswa. Oleh karena itu, semakin tinggi gaya

hidup maka semakin tinggi pula perilaku

konsumtif yang ditunjukkan oleh siswa

berikut..

Sumber: Jurnal

C. Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2017:60) kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Perilaku konsumtif adalah sebuah perilaku di mana seseorang dalam

membeli suatu produk tidak lagi melihat dari sisi kebutuhan tetapi lebih

kepada keinginan dengan mengabaikan aspek rasional yang didorong untuk

memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta

dikendalikan oleh keinginan memenuhi hasrat semata-mata. Perilaku

konsumtif tentunya dapat diukur dengan beberapa faktor seperti faktor

internal (motivasi, proses belajar dan pengamatan, kepribadian dan konsep

diri, keadaan ekonomi, serta gaya hidup) dan faktor eksternal (kebudayaan,

kelas sosial, keluarga, dan kelompok acuan).


25

Literasi keuangan adalah pengetahuan atas konsep dan resiko

keuangan yang disertai dengan kemampuan untuk mengatur keuangan

pribadi melalui pengambilan keputusan jangka pendek maupun panjang

secara tepat yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan keuangan

individu. Oleh karena itu maka, literasi keuangan dapat memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif. Semakin baik

literasi keuangan seseorang maka akan dapat menekan perilaku konsumtif.

Karena seseorang yang paham bagaimana mengatur keuangan tentu dia

tidak akan terjebak pada pola perilaku konsumtif.

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan

dalam minat dan opininya serta tercermin dari bagaimana ia

mengalokasikan waktu dan membelanjakan uang dengan tujuan membentuk

sebuah identitas kebanggan tersendiri. Gaya hidup tentunya dapat

memengaruhi perilaku konsumtif karena setiap orang kemudian bisa

melakukan keputusan pembelian berdasarkan minat dan opininya. Semakin

gaya hidupnya dapat dikendalikan, maka perilaku konsumtif juga dapat

ditekan.

Pada penelitian ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumtif, yakni literasi keuangan yang baik serta gaya hidup yang

sesuai dengan kemampuan diri.

Kerangka berpikir pada penelitian ini menunjukkan ketertarikan

antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), maka penulis

membuat model kerangka berpikir sebagai berikut:


26

Literasi Keuangan (X1) H¹


Perilaku Konsumtif (Y)
Gaya Hidup (X2) H²


Gambar 2. 1
Kerangka Berpikir
Sumber : Data diolah peneliti

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Yusuf (2014:16) hipotesis adalah kesimpulan sementara

yang belum final, suatu jawaban sementara, suatu dugaan sementara yang

merupakan konstruk peneliti terhadap masalah penelitian, yang menyatakan

hubungan antara dua variabel atau lebih.

Berdasarkan perumusan masalah dan penjabaran teori-teori yang

telah dikemukakan, maka hipotesis pada penelitian dapat dirumuskan yaitu;

1. Diduga terdapat pengaruh literasi keuangan terhadap

perilaku konsumtif.

2. Diduga terdapat pengaruh gaya hidup terhadap perilaku

konsumtif.

3. Diduga terdapat pengaruh literasi keuangan dan gaya hidup

secara simultan terhadap perilaku konsumtif.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian yang penulis laksanakan diharapkan akan selesai selama

4 bulan. Penelitian ini dilaksanakan dan terbagi melalui beberapa fase,

yaitu:

Tabel 3. 2
Jadwal Kegiatan Penelitian

Deskripsi Oktober November Desember Januari


No
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul

2 Persetujuan Judul

3 Pengajuan Bab I

4 Pengajuan Bab II

5 Pengajuan Bab III

6 Seminar Proposal
Sumber: Data Primer diolah oleh penulis, 2022

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian tersebut

akan dilakukan. Adapun penelitian ini dilakukan di organisasi

kepemudaan YISC Al Azhar yang beralamat di Komplek Masjid Agung

Al Azhar Jl. Sisingamangaraja, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

kode pos 12110.

27
28

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Yusuf

(2014:58) pendekatan kuantitatif memandang tingkah laku manusia dapat

diramal dan realitas sosial; objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu,

penggunaan penelitian kuantitatif dengan instrument yang valid dan reliabel

serta analisis statistik yang sesuai dan tepat menyebabkan hasil penelitian

yang dicapai tidak menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya.

Hermawan (2019:16) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif

adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah

dimana data yang diperoleh berupa angka-angka atau pernyataan-

pernyataan yang di nilai, dan dianalisis dengan analisis statistik. Penelitian

ini menggunakan pendekatan survey dengan memberikan kuesioner kepada

responden yang bertujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil survey dapat diketahui fakta dan kejadian nyata yang

akan dideskripsikan sesuai dengan keadaan lapangan yang berkaitan dengan

tingkat literasi keuangan dan gaya hidup responden yang memengaruhi

perilaku konsumtif.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang,


29

tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau

objek tersebut.

Sekumpulan orang atau objek yang dimiliki kesamaan dalam satu

atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset

khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas

sebelum penelitian dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah

anggota aktif dalam kepengurusan YISC Al Azhar yang berjumlah 248

orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan Sampel

dalam penelitian ini adalah sebagian dari anggota YISC Al Azhar yang

akan diambil menggunakan metodologi Slovin.

Metode Slovin sendiri adalah sebuah metode pengambilan sampel

berdasarkan margin of error yang kita kehendaki. Dalam

pelaksanaannya peneliti meminta izin kepada pihak sekretariat YISC Al

Azhar untuk menyebarkan kuesioner kepada anggota aktifnya sesuai

dengan tujuan dari penelitian

3. Teknik Pengambilan Sampel


30

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan rumus slovin yang diambil dari buku metodologi

penelitian pendekatan praktis dalam penelitian Sugiyono (2017:81).

Keterangan :

n = Jumlah sampel (responden dalam penelitian)

N = Jumlah populasi

e² = Presisi yang diharapkan

1 = Konstanta

Dengan perhitungan sebagai berikut :

248
𝑛=
1 + 248 (0,05)2

n = 108,02

n = 108 (digenapkan dari 108,2)

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa sampel yang dapat

digunakan adalah 108,02 orang, tetapi untuk keakuratan hasil penelitian

maka jumlah dibulatkan menjadi 108 orang responden.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data yang dapat menjelaskan permasalahan dari penelitian

secara objektif. Dalam proses pegumpulan data penelitian ini, penulis

menggunakan dua Teknik pengumpulan data, yaitu:


31

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan, sebagai landasan teori yang sesuai dengan

penelitian ini. Landasan teori yang digunakan berasal dari buku-buku

literatur dan artikel-artikel yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian

ini.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah pernyataan tertulis yang diberikan kepada

responden untuk menjawab”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa

kuesioner (angket) adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat

daftar pertanyaan-pertanyaan yang secara biologis berhubungan dengan

masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang

mempunyai makna dalam penguji hipotesis dan tujuan dibuatnya kuesioner

ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh literasi

keuangan dan gaya hidup terhadap perilaku konsumtif pemuda. Reponden

dapat memberikan jawaban dengan memberikan tanda pada salah satu atau

beberapa jawaban yang telah disediakan oleh penulis. Penelitian ini

menggunakan skala likert, skala likert merupakan skala multi-item, yaitu

skala yang digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap suatu objek

dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan. Dalam hal ini, digunakan

skala pengukuran likert 5 point, caranya dengan menghadapkan responden

pada beberapa pertanyaan kemudian diminta untuk memberikan jawaban

atas tingkat jawaban yang terdiri dari: selalu, sering, jarang, netral, dan tidak

pernah.
32

Untuk pengumpulan data (X¹),(X²), dan data (Y) digunakan angket

pernyataan dengan 5 (lima) pilihan jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.2.
Skor Penilaian Kuesioner

Simbol Kategori Nilai Robot


SL Selalu 5
SR Sering 4
N Netral 3
JR Jarang 2
TP Tidak Pernah 1
Sumber: Sugiyono (2017: 94)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan merupakan suatu alat ukur yang

dipergunakan peneltili dalam pengumpulan data yang dapat dipercaya

dengan melalui suatu gejala. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

intrumen penelitian berupa angket (kuesioner atau pertanyaan) yang

diberikan kepada anggota YISC Al Azhar yang aktif melakukan transaksi

keuangan.

Untuk memberikan fokus kajian yang lebih cermat, maka perlu

dirumuskan operasional variabel penelitian yang terdiri dari tiga variabel

yaitu 2 variabel bebas (X¹) variabel literasi keuangan dan (X²) variabel gaya

hidup serta satu variabel terikat (Y) variabel perilaku konsumtif. Instrumen

penelitian untuk mengukur ketiga variabel tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Literasi Keuangan (X¹)


33

a. Definisi Konseptual

Literasi keuangan adalah pengetahuan atas konsep dan

resiko keuangan yang disertai dengan kemampuan untuk mengatur

keuangan pribadi melalui pengambilan keputusan jangka pendek

maupun panjang secara tepat yang efektif dalam meningkatkan

kesejahteraan keuangan individu.

b. Definisi Operasional

Literasi keuangan dapat dilihat dari seberapa baik seseorang

memiliki kemampuan keuangan, informasi keuangan, pengelolaan

keuangan, penganggaran keuangan, dan ketahanan keuangan

c. Kisi – Kisi Instrumen

Tabel 3.3.
Kisi-kisi Instrumen Literasi Keuangan
No Indikator Literasi Keuangan No pernyataan
1 Kemampuan keuangan 1, 2
2 Informasi keuangan 3, 4
3 Pengelolaan keuangan 5, 6
4 Penganggaran keuangan 7, 8
5 Ketahanan keuangan 9, 10
Sumber : OJK ( 2016)

2. Gaya Hidup (X²)

a. Definisi Konseptual

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang

diekspresikan dalam minat dan opininya serta tercermin dari

bagaimana ia mengalokasikan waktu dan membelanjakan uang

dengan tujuan membentuk sebuah identitas kebanggan tersendiri.


34

b. Definisi Operasional

Gaya hidup dapat diukur berdasarkan kegiatan, minat, dan

opini yang dimiliki oleh setiap individu.

c. Kisi – Kisi Instrumen

Tabel 3.4
Kisi-kisi instrumen gaya hidup
No Indikator Gaya Hidup No Pernyataan

1 Kegiatan 1, 2, 3,4
2 Minat 5, 6, 7
3 Opini 8, 9, 10
Sumber : Plummer (dalam Hastuti, 2018:37)

3. Perilaku Konsumtif (Y)

a. Definisi Konseptual

Perilaku konsumtif adalah sebuah perilaku di mana

seseorang dalam membeli suatu produk tidak lagi melihat dari sisi

kebutuhan tetapi lebih kepada keinginan dengan mengabaikan

aspek rasional yang didorong untuk memberikan kepuasan dan

kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta dikendalikan oleh

keinginan memenuhi hasrat semata-mata.

b. Definisi Operasional

Perilaku konsumtif dapat diukur dari seberapa sering

seseorang melakukan impulsive buying, non-rational buying, dan

wasteful buying dalam setiap transaksi yang dilakukan.

c. Kisi – Kisi Instrumen

Tabel 3.5.
Kisi-kisi instrumen perilaku konsumtif
No Indikator Perilaku Konsumtif No Pernyataan
35

1 Impulsive buying 1, 2, 3,4


2 Non rational buying 5, 6, 7
3 Wasteful buying 8, 9, 10
Sumber : Lina dan Rosyid ( dalam Apriyan, 2015:3-4)

E. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner. Jadi validitas digunakan untuk mengukur apakah pertanyaan

dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang

akan diukur. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r

hitung dengan r table untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n

adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r table dan nilai positif maka butir

atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2009:49)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Ghozali (2009:45).


36

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha

Cronbach dengan hasil yang didapatkan menggunakan bantuan SPSS

(Statistical Program for Social Science) versi 24. Setelah diperoleh hasil

yang didapat dari perhitungan reliabilitas, selanjutnya hasil tersebut

disesuaikan dengan kaidah reliabilitas untuk dapat mengetahui tinggi

rendahnya reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam penelitian ini,

kaidah yang digunakan adalah kaidah reliabilitas menurut Guilford. Seperti

pada table berikut

Tabel 3.6
Kaidah Reliabilitas Guliford

Kriteria Koefisien Reliabilitas


Sangat Reliabel >0.9
Reliabel 0.7 - 0.9
Cukup Reliabel 0.4 - 0.7
Kurang Reliabel 0.2 - 0.4
Tidak Reliabel <0.2
Sumber : Yunanto (2016)

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017:207), analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke

dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

36
37

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu literasi

keuangan dan gaya hidup terhadap perilaku konsumtif sebagai variabel

terikat. Maka data akan dianalisis dengan analisis regresi linear

berganda. Menurut Nazir (dalam Nurjannah dan Nurhayati, 2017:594)

yaitu persamaan garis regresi lebih dari satau prediktor sebagai berikut

𝑌 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 + 𝑒
Keterangan :

Y = variable terikat

𝑋1 = Variabel bebas (literasi keuangan)

𝑋2 = Variabel bebas (gaya hidup)

𝑎1 , 𝑎2 = Koefisien regresi

𝑎0 = Konstanta

𝑒 = Disturbance term

2. Analisis Korelasi

Menurut Sugiyono (2017:224) koefisien korelasi merupakan angka

hubungan kuatnya antar dua variabel atau lebih. Koefisien product

moment merupakan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari

hubungan dan membuktikan hipotesis. Rumus untuk korelasi product

moment adalah sebagai berikut :

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟=
√(𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)²)(𝑛 ∑ 𝑦 2 ) − (∑ 𝑦)2

Keterangan :
38

𝑟 = Koefisien korelasi product moment

𝑌 = Nilai variabel bebas

𝑋 = Nilai variabel terikat

𝑛 = Jumlah titik pasangan (X, Y)

𝑒 = Disturbance term

Korelasi product moment dilambangkan dengan r. Koefisien

korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1

sedangkan yang terkecil adalah 0. Interpretasi terhadap nilai koefisien

korelasi akan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7.
Interprestasi Koefisien Korelasi

Nilai Kriteria
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2017: 184)

3. Analisis Koefisien Determinasi

Menurut Nurjannah dan Nurhayati (2017:599) analisis statistik

koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau

persentase sumbangan variabel bebas (literasi keuangan dan gaya hidup)

terhadap variabel terikat (perilaku konsumtif).

𝑏1 ∑ 𝑋1 𝑌 ± 𝑏2 ∑ 𝑋2 𝑌
𝑅² =
∑ 𝑌2

Keterangan:

𝑅² = Koefisien Determinasi
39

𝑋1 = Variabel Bebas (Literasi Keuangan dan Gaya Hidup

𝑌 = Variabel Terikat

𝑏 = Koefisien Regresi

Besarnya nilai R² berada di antara 0 dan 1 yaitu 0 < R² < 1. Jika nilai

R² semakin mendekati 1 maka dapat dinyatakan model semakin baik

dengan asumsi tidak terjadi regresi lancung.

H. Uji Hipotesis

1. Uji t (parsial)

Menurut Nurjannah dan Nurhayati (2017:600) uji t

digunakan untuk menguji apakah variabel bebas (literasi keuangan

dan gaya hidup) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat (perilaku konsumtif).

Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel maka hasilnya

signifikan yang berarti H_0 ditolak dan H_1 diterima. Sedangkan

jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak

signifikan yang berarti H_0 diterima dan H_1 ditolak.

Kriteria

1. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Atau

1. Jika p < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika p > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.


40

2. Uji F (simultan)

Menurut Ghozali (2009) “Uji f adalah pengujian signifikansi

persamaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)

terhadap variabel dependen.” Signifikansi model regresi secara

simultan diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig) di mana jika

nilai sig di bawah 0.05 maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Kriteria

1. Jika f hitung > f tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika f hitung < f tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Atau

3. Jika p < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

4. Jika p > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Atkinson, A., & Messy, F. (2012). Penelitian Terhadap Keuangan, Asuransi,


dan Dana Pensiun. Organization For Economic Development
Program.
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (2010). Perilaku Konsumen
Jilid 1 Edisi 6. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang.
Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif & Mixed Method. Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Strategi Nasional Literasi Keuangan
Indonesia.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumarwan, U. (2014). Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana
B. Jurnal

Apriyan, F. (2015). Hubungan Antara Locus of Control Dengan Perilaku


Konsumtif. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma
Palembang, 3-4
Hastuti, S. H. (2018). Pengaruh Gaya Hidup dan Sifat Kepribadian Terhadap
Pembelian Impulsif. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 37.
Kanserina, D. (2015). Pengaruh Literasi Ekonomi dan Gaya Hidup Terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
UNDIKSHA 2015. Jurnal Pendidikan Ekonomi, FEB, Universitas
Pendidikan Ganesha, 2.
Kusumaningtyas, I., & Sakti, N. C. (2017). Pengaruh Literasi Keuangan Gaya
Hidup Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas XI IPS Di SMA
Negeri 1 Taman Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Volume 5
Nomor 3, 6-7.
Kusumastuti, S. (2019). Pengaruh Literasi Ekonomi, Gaya Hidup, dan
Kebudayaan Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. UNS-FKIP Pendidikan
Ekonomi.
Lestarina, E., & Dkk. (2017). Perilaku Konsumtif di Kalangan Remaja.
Jurnal Riset Tindakan Indonesia, 4.
OECD. (2016). PISA 2015 Assesment and Analytical Framework Science:
Science Reading, Mathematic, and Financial Literacy. Paris: OECD
Publishing.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Survey Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan 2016. Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Bidang
Edukasi dan Perlindungan Konsumen
Prasidda, I., & Prihatini, A. (2017). Analisis Pengaruh Periklanan Dan Gaya
Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Rokok
Marlboro PT. Hm Sampoerna Tbk. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis,
134-143.
Pulungan, R. P., & Hastina, F. (2018). Pengaruh gaya hidup dan literasi
keuangan terhadap perilaku konsumtif. AQLI Lembaga Penelitian dan
Penulisan Ilmiah.
Remund, D. L. (2010). Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer
Definition in an Increasingly Complex Economy. The American
Council on Consumer Interests.
C. Undang – undang

Undang-undang Nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan

D. Website

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2020). Retrieved from


www.apjii.or.id (diakses pada tanggal 20 Oktober 2021)
Katadata. (2020) Katadata Insight Center (KIC) (2020). Retrieved from
www.databooks.katadata.co.id (diakses pada tanggal (diakses pada
tanggal 20 Januari 2022)

Anda mungkin juga menyukai