Anda di halaman 1dari 9

FRAUD FINANCIAL TECHNOLOGY FINTECH DI

INDONESIA

DI SUSUN OLEH :
CANTIKA WIDYASTUTI (A1B019059)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
TEORI
Sejarah Fraud
Menurut Raswin (2015), perkembangan fraud dimulai dari abad ke 16 yang dipelopori oleh
Albrecht Durrer, dari gaya printmaking, meningkatkan pasar untuk mencetak sendiri oleh
mereka dan menandatanganinya, yang membuat mereka pemalsuan. Pada abad ke 20 yang
membuat pasar seni pemalsuan sangat menguntungkan. Ada yang luas terutama pemalsuan
bernilai seni, seperti gambar yang dimaksudkan oleh Picasso, Klee dan Matisse. Menurut
Raswin (2015), secara harafiah fraud di definisikan sebagai kecurangan, namun pengertian
ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s Law
Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat
dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua
cara yang tidak terduga, penuh siasat, licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur
yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah
perbuatan curang yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Menurut Raswin (2015), berdasarkan definisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA),
yang dimaksud dengan fraud adalah “An array of irregularities and illegal acts characterized
by intentional deception” sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum
yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Menurut Raswin (2015),
Webster’s New World Dictionary mendefinisikan fraud sebagai suatu pembohongan atau
penipuan (deception) yang dilakukan demi kepentingan pribadi, sementara International
Standards of Auditing seksi 240 The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud in an Audit
of Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud sebagai “…tindakan yang disengaja
oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam government perusahaan,
karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh
keuntungan yang tidak adil atau illegal”. Motifnya sama, yaitu sama-sama memperkacaya
diri sendiri atau golongan dan modus yang sama, yaitu dengan melakukan cara-cara yang
illegal

Fraud
Menurut Raswin (2015), fraud adalah sebuah istilah di bidang IT yang artinya sebuah
perbuatan kecurangan yang melanggar hukum (illegal-acts) yang dilakukan secara sengaja
dan sifatnya dapat merugikan pihak lain. Pengertian fraud pada umumnya merupakan
kecurangan yang diberi nama dengan nama lain seperti pencurian, penyerobotan, pemerasan,
penjiplakan, penggelapan dan lain-lain. Orang awam sering kali mengartikan bahwa fraud
secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud atau kecurangan itu sendiri
adalah tindakan yang melawan hukum oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi
dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya yang secara
langsung merugikan pihak lain. Orang awam sering kali mengartikan bahwa fraud secara
sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Menurut Raswin (2015), hasil penelitian
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menunjukkan bahwa setiap tahun rerata
5% dari pendapatan organisasi menjadi korban fraud. Fraud dapat dikategorikan berdasarkan
seseorang memiliki keinginan untuk melakukan kecurangan dengan fraud triangle. Fraud
triangle merupakan segitiga kecurangan yang menggambarkan adanya 3 kondisi penyebab
terjadinya penyalahgunaan aset dan kecurangan. Menurut Raswin (2015), Menurut Raswin
(2015), tiga komponen fraud triangle adalah sebagai berikut.
1. Pressure
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya
hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba,
dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah
finansial. Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.

2. Opportunity
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan
karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity
merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui
penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud

3. Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya:
Tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang
dicintainya.
Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak
mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji,
promosi).
Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak
mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

Sejarah Financial Technology


Menurut Pasha (2017), fintech di dunia digital diawali dengan kemajuan teknologi di bidang
keuangan. Perkembangan komputer serta jaringan internet di tahun 1966 ke atas membuka
peluang besar bagi para pengusaha finansial untuk mengembangkan bisnis mereka secara
global.
Menurut Pasha (2017), dalam era 1980an bank mulai menggunakan sistem pencatatan data
yang mudah diakses melalui komputer. Dari sini, benih-benih fintech mulai muncul di back
office bank serta fasilitas permodalan lainnya. Di tahun 1982, E-Trade membawa fintech
menuju arah yang lebih terang dengan memperbolehkan sistem perbankan secara elektronik
untuk investor. Berkat pertumbuhan internet di tahun 1990an, model finansial E-Trade
semakin ramai digunakan. Salah satunya adalah situs brokerage saham online yang
memudahkan investor untuk menanamkan modal mereka.
Menurut Pasha (2017), tahun 1998 adalah saat di mana bank mulai mengenalkan online
banking untuk para nasabahnya. fintech pun menjadi semakin mudah digunakan masyarakat
luas, juga makin dikenal. Pembayaran yang praktis dan jauh berbeda dengan metode
pembayaran konvensional membuat perkembangan fintech semakin gencar. Layanan
finansial yang lebih efisien dengan menggunakan teknologi dan software dapat dengan
mudah diraih dengan fintech.

Financial Technology
Menurut Lestari (2018), fintech merupakan gelombang baru perusahaan dalam mengubah
persepsi cara orang dalam pembayaran, mengirim uang, meminjamkan uang dan berinvestasi.
Pada umumnya, fintech atau financial techology merupakan implementasi dan pemanfaatan
teknologi untuk peningkatan layanan jasa perbankan dan keuangan. Fintech sangat banyak
dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup). Dalam cara menggunakan fintech sangat
membutuhkan manfaat teknologi software, internet, komunikasi dan komputerisasi terkini.
Semakin berkembangnya fintech, tentu dapat merusak pasar atau industri saat ini. Melalui
inovasi fintech ini menjadi lebih mudah bagi seseorang untuk berinvestasi
Menurut Pasha (2017), fintech menjadi solusi bagi pertumbuhan industri yang berbasis
elektronik (ecommerce). Pemerintah sudah menyiapkan bagaimana masuknya e-commerce di
Indonesia untuk menjadi pertumbuhan bagi usaha kecil dan menengah hingga lahirnya
wirausahawan (enterpreneur) yang baru. Perkembangan fintech menjadi peluang bagi inovasi
wirausahawan dalam mendominasi teknologi masa kini dan menyaingi produk-produk
fintech lainnya. Dengan adanya dukungan berupa peningkatan konektivitas internet dan
perangkat mobile menjadi peluang dalam bisnis fintech untuk semakin maju. Menurut Pasha
(2017), ada beberapa jenis fintech yang digunakan oleh masing-masing perusahaan sesuai
dengan inovasinya, yaitu:
1. Crowd Funding

Kegiatan penggalangan dana, beramal, dan kegiatan sosial lainnya sekarang sudah
bisa pula melalui startup yang bergerak di bidang crowd funding. Lebih tepatnya,
crowd funding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan dana
untuk disalurkan kembali kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti korban
bencana alam, korban perang, mendanai pembuatan karya, dan sebagainya.
Penggalangan dana tersebut dilakukan secara online. Salah satu contoh startup
crowd funding terbesar adalah Kitabisa.com. Startup ini menciptakan wadah agar
kita bisa membantu sesama dengan cara yang lebih mudah, aman, dan efisien

2. E-Money

E-Money atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah uang yang dikemas
ke dalam dunia digital, sehingga dapat dikatakan dompet elektronik. Uang ini
umumnya bisa digunakan untuk berbelanja, membayar tagihan, dan lain-lain
melalui sebuah aplikasi. Salah satu dompet elektronik itu adalah Gopay. Gopay
merupakan sebuah aplikasi yang bisa dengan mudah diunggah di smartphone dan
berasal dari PT Gojek Indonesia. Gopay dilengkapi dengan fitur lainnya sebagai
metode pembayaran untuk mempermudah pembayaran dalam Gojek seperti
GoFood, Go-Car dan lain-lain.

3. Insurance
Jenis startup yang bergerak di bidang insurance ini cukup menarik. Pandangan
masyarakat pada umumnya mengatakan bahwa asuransi yang diketahui selama ini
merupakan asuransi konvensional, dimana orang mengeluarkan sejumlah uang
sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari asuransi tersebut di masa
depan. Jenis asuransi startup tidak semua berjalan demikian. Ada pula startup
asuransi yang menyediakan layanan kepada penggunanya berupa informasi rumah
sakit terdekat, dokter terpercaya, referensi rumah sakit, dan sebagainya.
HiOscar.com adalah satu jenis startup seperti ini. Startup ini dibangun dengan
tujuan untuk memberikan cara yang sederhana, intuitif, dan proaktif dalam
membantu para pelanggannya menavigasi sistem kesehatan mereka. Startup ini
berkolaborasi dengan para provider atau dengan para dokter kelas dunia dan
rumah sakit terbaik yang ingin bekerja sama untuk membantu mengelola
kesehatan para anggotanya.

4. P2P Lending

Peer to peer (P2P) Lending adalah startup yang menyediakan platform pinjaman
secara online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian paling vital untuk
membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini.
Dengan demikian, bagi orang-orang yang membutuhkan dana untuk membuka
atau mengembangkan usahanya, sekarang ini bisa menggunakan jasa startup yang
bergerak di bidang p2p lending. Contohnya adalah uangteman.com merupakan
salah satu contoh startup yang bergerak di bidang ini. Startup ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan finansial masyarakat dengan cara cukup mengisi formulir di
website uangteman.com dalam waktu sekitar 5 menit, dan memenuhi persy
aratannya.

5. Payment Gateway

Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin banyak


didirikannya startup yang menjadi jembatan penghubung antara e-commerce
dengan pelanggan, terutama dalam hal sistem pembayaran. Layanan yang
disediakan startup untuk e-commerce ini disebut dengan layanan payment
gateway. Payment gateway memungkinkan masyarakat memilih beragam metode
pembayaran berbasis digital (digital payment gateway) yang dikelola oleh
sejumlah startup, dengan demikian akan meningkatkan volume penjualan e-
commerce. Payment gateway satu di antaranya adalah iPaymu
PEMBAHASAN

Fraud pada Fintech di Indonesia


Di Indonesia, fraud dapat menjadi tolak ukur bagi usaha fintech di indonesia dan menjadi
ancaman bagi masa depan fintech. Berdasarkan sudut pandang investor, masalah fraud sangat
penting untuk diatasi dengan sebaik-baiknya. Banyak investor telah berinvestasi ketika
fintech terjadi pada fase startup. OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menjadi sistem keamanan
bagi fintech, untuk mencegah atau menghapus kecurangan-kecurangan dalam hal merugikan
kinerja fintech. Pada masa kini, banyak peretas ingin mencuri informasi atau merugikan
fintech yang ada di Indonesia dengan alasan untuk merugikan perusahaan fintech agar
investor menjadi tidak nyaman ketika berinvestasi di fintech tersebut. Fraud tersebut bisa saja
merugikan pihak customer untuk menghapus kepercayaannya terhadap fintech tersebut.
Faktor adanya fraud bisa terjadi dalam teknologi dimana saja. Semua orang dapat melakukan
fraud dengan mencari kelemahan dari teknologi tersebut. Seperti halnya masyarakat banyak
mulai mendirikan fintech dan mayoritas merupakan perusahaan startup. Dengan perubahan
teknologi yang baru, tentu masyarakat masih beradaptasi terhadap fintech tersebut sehingga
banyak orang juga melakukan fraud untuk merugikan pihak konsumen maupun pihak PT
Gojek Indonesia.

Opini Subyektif
Fintech yang ada di Indonesia sudah berkembang secara cepat dan tepat, memudahkan
masyarakat dalam segala hal dalam melakukan transaksi. Contoh perkembangan fintech yang
terus berkembang hingga saat ini adalah Gopay. Gopay merupakan e-money dari aplikasi
Gojek sebagai metode pembayaran dalam bertransaksi di dalam aplikasi Gojek. Dengan
kemudahan tersebut, pelanggan tidak perlu melakukan pembayaran lewat cash. Namun fraud
pada kasus fintech yang ada Indonesia belum dapat ditangani secara baik, salah satunya fraud
pada pada aplikasi pembayaran PT Gojek Indonesia yaitu Gopay. Ada berbagai pihak yang
berpengaruh terhadap kasus mengenai dugaan pencurian saldo Gopay sebagai berikut.
1. Pihak Pelanggan Ketika bertansaksi menggunakan aplikasi Gojek dan mengalami
ketidakberesan dalam sistem kemananan tersebut, maka tindakan pelanggan harus
melapor atau bertanya kepada pihak PT Gojek Indonesia secara langsung. Selain itu,
pelanggan juga harus membaca peraturan mengenai penggunaan Gopay agar tidak
terjadi kesalahan kembali. Kasus ini terjadi karena pelanggan mengirimkan OTP (One
Time Password) kepada peretas sehingga otomatis akun pelanggan terkena hack.
Namun, pelanggan dalam kasus ini tidak terima karena email tersebut berasal dari
surel Gojek yang terlihat resmi. Seharusnya pihak PT Gojek Indonesia memberikan
imbalan atau ganti rugi atas kejadian tersebut supaya tidak kehilangan pelanggan
tersebut.
2. Pihak PT Gojek Indonesia Sebagai pihak PT Gojek Indonesia ada baiknya jika
terjadinya kasus terutama fraud terhadap akun pelanggan, harus ditangani secara
cepat, tidak menunggu dari berita saja. Selain itu, pihak Gojek harus tegas dalam
menangani kasus tersebut dan harus memberi kabar pada korban secara cepat agar
pelanggan percaya terhadap PT Gojek Indonesia. Jika pihak PT Gojek Indonesia tidak
menangani permasalahan ini dengan baik, maka para pelanggan yang setia dengan
pelayanan PT Gojek Indonesia akan semakin tidak percaya dengan sistem keamanan
PT Gojek Indonesia terutama dalam menggunakan metode pembayaran Gopay. PT
Gojek Indonesia harus memperbaiki atau menambahkan sistem keamanannya dengan
baik dan melakukan evaluasi agar pihak konsumen tidak merasa rugi atas kasus
tersebut. Seharusnya PT Gojek Indonesia harus memiliki sistem pemantauan untuk
setiap gerak-gerik pelanggan dalam menggunakan aplikasi Gojek termasuk dalam
pembayaran Gopay supaya pelanggan bisa lebih percaya terhadap keamanan PT
Gojek Indonesia. Selain itu, PT Gojek Indonesia seharusnya bisa melakukan open
forum bagi pelanggan untuk saling berbagi informasi antar pelanggan PT Gojek
Indonesia dan bagian administrasi PT Gojek Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar
pihak administrasi dapat memantau keluhan apa saja yang dipermasalahkan oleh
pelanggan. Jika tidak melakukan forum, maka bisa menggunakan sistem chat
pelanggan dengan administrasi secara langsung melalui website resmi PT Gojek
Indonesia supaya pelanggan mendapatkan respon secara cepat dari pihak administrasi.

3. Pihak OJK Pihak OJK harus melakukan pengawasan secara luas terhadap fintech
terutama di Indonesia yang masih tergolong baru. Terutama pada peraturan dalam
menangani kasus fraud dan lainnya, sehingga dapat menguntungkan pihak pelanggan
dan PT Gojek Indonesia. Pihak OJK dalam menghadapi kasus fraud fintech masih
belum maksimal hingga saat ini. Seharusnya pihak OJK harus lebih tegas terhadap PT
Gojek Indonesia agar tidak diam saja dalam melakukan kasus tersebut dan
meningkatkan pelayanan yang baik terhadap pelanggan. Jika tidak adanya
pemanggilan khusus untuk PT Gojek Indonesia, maka PT Gojek Indonesia tidak bisa
menangani pelanggan yang banyak apabila korban yang hanya satu orang tidak bisa
ditangani lebih lanjut. Dalam hal ini, dapat dikatakan PT Gojek Indonesia masih gagal
dalam menangani kasus fraud tersebut. Seharusnya PT Gojek Indonesia harus lebih
waspada atau memantau aksi peretas sehingga tidak merugikan baik pihak PT Gojek
Indonesia maupun pihak pelanggan. Tidak hanya menggunakan keamanan kode OTP
(One Time Password) saja, melainkan harus melakukan sistem pemantauan gerak-
gerik pelanggan dan memberikan kepastian kepada pelanggan untuk bisa
menyelesaikan kasus tersebut dengan baik. Walaupun tidak semua pelanggan Gojek
terpengaruh terhadap kasus tersebut, namun jika PT Gojek Indonesia tidak bisa
menangani kasus dalam satu orang saja, bagaimana dengan jika menangani semua
pelanggan Gojek yang bermasalah
KESIMPULAN

Kesimpulan
Fintech merupakan industri baru yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
meminjam atau transaksi. Dalam arti fintech memiliki inovasi dalam bidang jasa keuangan
secara online dan inovasi dalam berbagai hal penawaran setiap perusahaan fintech. Fintech
menjadi tolak ukur bagi pelanggan dalam mengakses produk keuangan secara praktis. Di
Indonesia, Fintech berkembang di berbagai sektor, mulai dari startup pembayaran,
peminjaman (lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan
(crowdfunding), remitansi, riset keuangan, e-money dan lain-lain. Namun, fintech tidak
hanya ada kemudahan saja, melainkan kecurangan atau fraud dalam merugikan pihak
perusahaan dengan pelanggan juga ada, terutama pada kasus fraud di PT Gojek Indonesia.
Kasus tersebut merugikan pelanggan bernama Sigit Erdianto Sunarno dalam saldo Gopay
yang merupakan metode pembayaran Gojek terus menerus berkurang akibat peretas
mengirim email dari PT Gojek Indonesia resmi untuk melakukan verifikasi dan mengirim
OTP (One Time Password).
Hal ini sangat merugikan bagi pelanggan dan PT Gojek Indonesia yang dapat kehilangan
kepercayaan pelanggannya. Tentu dari pihak pelanggan merasa kecewa dan pelanggan lain
bisa mulai takut dalam mengisi saldo Gopaynya. PT Gojek Indonesia seharusnya tidak diam
saja, melainkan menyelidiki kasus tersebut secara cepat dan memberi kabar kepada korban
mengenai proses penanganan kasus tersebut. Pihak OJK seharusnya membuat peraturan yang
lebih ketat terhadap PT Gojek Indonesia untuk pelanggan dan peretas. PT Gojek Indonesia
sebaiknya memberikan imbalan atau ganti rugi atas kejadian kasus yang merugikan
pelanggan tersebut dan memberikan kepercayaan terhadap pelanggan bahwa kasus tersebut
bisa diselesaikan dengan baik dan benar.

Saran
Menurut saya, saran yang dapat diberikan adalah dalam kasus ini, sebaiknya PT Gojek
Indonesia dapat memberikan tindakan yang baik agar kasus tersebut cepat selesai dan
mengembalikan kepercayaan pelanggan. Meskipun semua pelanggan percaya terhadap
kemudahan sistem pembayaran Gopay dari PT Gojek Indonesia, sebaiknya PT Gojek
Indonesia dapat menangani setiap kasus terutama kasus fraud dengan baik dan benar. PT
Gojek indonesia juga harus lebih memperhatikan keadaan pelanggan apabila terdapat
permasalahan yang berhubungan dengan Gopay.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F. (2016). The Fintech Book: The Financial Technology Handbook for Investors,
Entrepreneurs and Visionaries. Journal of Indonesian Economy and Business, Vol. 31, No. 3.
345-348
Anugerah, N., & Indriani M. (2018). Data Protection in Financial Technology Services.
Sriwijaya Law Review, Vol. 2, No.12. 82-92.
DailySocial.id. (2016). Indonesian Fintech Report. Jakarta: DailySocial.id.
Harrington, C. (2017). Why Fintech Could Lead to More Financial Crime. CFA Institute
Magazin, Vol. 28, No. 3. 224-238.
He, D., & Leckow, R. (2017). Fintech and Financial Services: Initial Considerations.
Washington: Board of Governors of the Federal Reserve System.
Lestari, N. (2018). Legalitas Financial Technology dalm Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Marliani, M., & Jogi, Y. (2015). Persepsi Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Pencurian Kas.
Business Accounting Review, Vol. 3, No. 2. 21-30. 142- 159
Pasha, M. (2017). Perkembangan Fintech di Indonesia. ( https://blog.syarq.com/fintech-
indonesia-perkembangan-dari-masa-ke-masa-4c941f531557 ) Diakses pada tanggal 1 Mei
2018.
Raswin, A. (2015). Sejarah Fraud. (http://kelompokfround.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-
dan-pengertian-fraud.html ). Diakses pada tanggal 1 Mei 2018.
https://www.ojk.go.id/id/pages/FAQ-Otoritas-jasa-keuangan.aspx (Diakses pada tanggal 1
Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai