Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

HUKUM PASAR MODAL

DISUSUN OLEH:

CELINE TANGNANDEZ WIJAYA 01656220052

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2023
1. Dasar Hukum Notaris di Pasar Modal
Pasar Modal, sebagai suatu arena yang menyediakan sarana bagi perusahaan
untuk menghimpun dana serta menjadi alternatif investasi bagi masyarakat investor,
mencakup berbagai aspek yang mencerminkan kompleksitasnya. Dalam strukturnya,
Pasar Modal tidak hanya berfungsi sebagai tempat penawaran umum dan
perdagangan efek, tetapi juga menjadi wadah di mana perusahaan publik atau emiten
dapat terlibat dalam interaksi dengan masyarakat investor.
Secara klasik, Pasar Modal diartikan sebagai suatu ruang bisnis yang
menangani perdagangan surat-surat berharga, seperti saham, sertifikat saham,
obligasi, dan instrumen keuangan lainnya. Akan tetapi, definisi Pasar Modal yang
lebih spesifik diberikan dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM). UUPM menggambarkan Pasar Modal sebagai
kegiatan yang terkait dengan penawaran umum dan perdagangan efek, serta
keterlibatan perusahaan publik yang terkait dengan efek tersebut.
Lebih lanjut, kegiatan yang melibatkan penawaran umum dan perdagangan
efek di Pasar Modal ini dilindungi oleh payung hukum yang mendasarkan dirinya
pada prinsip keterbukaan. Prinsip ini mencerminkan komitmen untuk memberikan
transparansi yang tinggi dalam setiap aspek kegiatan Pasar Modal. Kejelasan dan
keterbukaan dalam informasi terkait penawaran umum, perdagangan efek, dan
keterlibatan perusahaan publik menjadi landasan bagi regulasi dalam mengawasi dan
mengelola dinamika Pasar Modal.
Dengan demikian, Pasar Modal tidak hanya menjadi tempat untuk mencari
dana atau sarana investasi semata, melainkan juga mencerminkan suatu sistem yang
terstruktur dengan baik, melibatkan berbagai pihak, termasuk perusahaan publik dan
masyarakat investor. Adanya perlindungan hukum yang mengedepankan prinsip
keterbukaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan dan keamanan kepada para
pelaku Pasar Modal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pasar modal memiliki tujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional
dengan fokus pada peningkatan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi
nasional demi mewujudkan kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Dalam konteks ini,
pasar modal diarahkan untuk menjadi sumber pembiayaan bagi berbagai sektor usaha,
termasuk usaha menengah dan kecil, dengan tujuan mengembangkan dan memajukan
kegiatan bisnis mereka.
Pasar modal bukan hanya sebagai sarana untuk menyediakan dana bagi dunia
usaha, melainkan juga sebagai wahana investasi bagi masyarakat, termasuk para

1
pemodal dengan kapasitas keuangan yang terbatas seperti pemodal kecil dan
menengah. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal bukan hanya bertujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan pengembangan perusahaan melalui sumber
pembiayaan alternatif, tetapi juga berperan dalam memberikan akses kepada
masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan investasi.
Dengan demikian, pasar modal berfungsi sebagai instrumen yang dapat
mendukung inklusivitas ekonomi dengan memberikan peluang kepada berbagai
lapisan masyarakat untuk berinvestasi. Sehingga, sejalan dengan pembangunan usaha
di tingkat perusahaan, terdapat kesempatan bagi masyarakat yang lebih luas, terutama
pemodal kecil dan menengah, untuk turut merasakan manfaat dari dinamika
pertumbuhan ekonomi nasional yang diakomodasi melalui aktivitas pasar modal.
Notaris adalah pejabat publik dengan satu-satunya wewenang untuk membuat
akta kesepakatan kontrak atau keputusan dengan yang diharuskan hukum untuk
diformulasikan dalam dokumen yang dikonfirmasi. Notaris juga bertanggung jawab
untuk mengatur tanggal akta, untuk menyimpan untuk memberikan grosse yang sah
atau salinan atau kutipan sebagian dari perbuatan, asalkan pembuatan akta tidak
ditugaskan kepada pejabat publik lainnya dan hanya tugas eksklusif dari Notaris.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2014
atas Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN), menyatakan yang dimaksud
dengan Notaris adalah. pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan
memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang ini
atau berdasarkan undang-undang lainnya.
Menurut Pasal 15 UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (selanjutnya disebut UUJN) berbunyi “Notaris berwenang membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang memiliki
kepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin akta, memberikan
grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
Oleh Undang-Undang Pasar Modal, profesi Notaris telah ditunjuk sebagai
salah satu profesi penunjang pasar modal. Peran utama profesi penunjang pasar
modal pada umumnya adalah membantu emiten dalam proses go public dan
memenuhi mengenai keterbukaan (disclosure) yang sifatnya terus menerus.

2
Penunjukkan Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal dinyatakan dalam Pasal
64 ayat (1) UUPM, yang menyatakan profesi penunjang pasar modal terdiri dari:
1. Akuntan;
2. Konsultan hukum;
3. Penilai;
4. Notaris; dan
5. Profesi lain yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.
Setiap Profesi Penunjang Pasar Modal termasuk Notaris wajib menaati kode etik dan
standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak
bertentangan dengan UUPM atau peraturan pelaksanaanya. Dalam melakukan
kegiatan usaha di bidang Pasar Modal, Notaris wajib memberikan pendapat atau
penilaian yang independen. Selain itu, jasa Notaris sebagai profesi penunjang pasar
modal, dalam aktivitas pasar modal, diperlukan pula dalam hal-hal antara lain:
1. Membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun
pernyataan keputusan RUPS, baik untuk persiapan go public maupun RUPS
setelah go public.
2. Meneliti keabsahan hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan RUPS, seperti
kesesuaian dengan anggaran dasar perusahaan, tata cara pemanggilan untuk
RUPS dan keabsahan dari pemegang saham atau kuasanya untuk menghadiri
RUPS.
3. Meneliti perubahan anggaran dasar tidak terlepas materi pasal-pasal dari
anggaran dasar yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Bahkan diperlukan untuk melakukan penyesuaian penyesuaian
pasal-pasal dalam anggaran dasar agar sejalan dan memenuhi ketentuan
menurut peraturan di bidang pasar modal dalam rangka melindungi investor
dan masyarakat.
Notaris dalam kegiatan pasar modal sebagaimana disebutkan dalam
penjelasan Pasal 64 ayat (1) huruf d Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) adalah
sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan terdaftar di
Bapepam. Menurut Pasal 15 UUJN berbunyi: “Notaris berwenang membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu

3
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.”
Kehadiran Notaris di sektor pasar modal diatur dengan ketat oleh Pasal 64
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sebagai salah satu pelaku
yang berperan signifikan di dalam pasar modal, profesi Notaris memiliki tanggung
jawab yang besar dalam mengembangkan industri tersebut. Mengingat signifikansi
peran Notaris dan kerumitan regulasi di pasar modal, sangatlah penting bagi Notaris
untuk terus memantau dan memahami perkembangan regulasi di ranah pasar modal.
Tak hanya itu, ketentuan Pasal 16 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2004 dan Pasal 4 Kode
Etik Notaris menegaskan bahwa Notaris diwajibkan menjalankan tugasnya dengan
jujur, teliti, mandiri, tanpa berpihak, penuh tanggung jawab, serta menjaga
kepentingan pihak yang terlibat dalam perbuatan hukum.
Secara khusus, UUPM menunjuk profesi Notaris sebagai salah satu pilar
penunjang dalam ekosistem pasar modal. Tanggung jawab utama profesi penunjang
pasar modal, termasuk Notaris, secara umum terfokus pada bantuan kepada emiten
dalam proses go public dan memastikan pemenuhan persyaratan keterbukaan
(disclosure) yang bersifat berkelanjutan. Dalam konteks ini, fungsi Notaris sebagai
profesi penunjang pasar modal sangat relevan, karena Notaris memiliki kewenangan
sebagai pejabat umum untuk menyusun akta otentik dan menjalankan tugas lainnya
sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Dengan
demikian, Notaris bukan hanya menjadi pelaku bisnis dalam pasar modal, tetapi juga
menjalankan peran etis dan profesional yang mendorong pengembangan pasar modal
yang sehat, transparan, dan berintegritas.
Peran Notaris di bidang pasar modal diperlukan terutama dalam hubungannya
dengan penyusunan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) pihak
atau pelaku pasar modal seperti emiten, perusahaan publik, perusahaan efek serta
kontrak-kontrak penting seperti Kontrak Investasi Kolektif (KIK), kontrak
penjaminan emisi atau akta penting seperti Akta Pembubaran Dan Likuidasi Reksa
Dana.
Selain itu, jasa Notaris di bidang pasar modal, dalam aktivitas pasar modal,
diperlukan pula dalam hal-hal antara lain:
a. Membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun
pernyataan keputusan RUPS, baik untuk persiapan go public maupun RUPS
setelah go public.

4
b. Meneliti keabsahan hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan RUPS, seperti
kesesuaian dengan anggaran dasar perusahaan, tata cara pemanggilan untuk
RUPS dan keabsahan dari pemegang saham atau kuasanya untuk menghadiri
RUPS.
c. Meneliti perubahan anggaran dasar tidak terlepas materi pasal-pasal dari
anggaran dasar yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Bahkan diperlukan untuk melakukan penyesuaian penyesuaian
pasal-pasal dalam anggaran dasar agar sejalan dan memenuhi ketentuan
menurut peraturan di bidang pasar modal dalam rangka melindungi investor
dan masyarakat.
d. Meneliti Permodalan dan saham seperti Jumlah modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor Emiten yang ada pada saat terakhir sebelum
emisi, Jenis saham yang dikeluarkan Emiten, Susunan pemegang saham
terakhir, Riwayat permodalan dan kepemilikan saham serta peralihannya, dan
Bukti penyetoran modal.
e. Meneliti Persetujuan-persetujuan, khususnya persetujuan untuk melakukan go
public, seperti Persetujuan RUPS, Persetujuan dari Komisaris Emiten,
Persetujuan dari instansi yang berwenang yang disyaratkan agar Emiten dapat
melakukan kegiatan usahanya, atau untuk memiliki, menguasai, menempati,
menggunakan sesuatu atau mendapatkan suatu hak-hak.

2. Syarat Notaris dalam Pasar Modal


Bagi seorang notaris untuk menjalankan kegiatan dalam pasar modal terdapat
beberapa syarat yang harus diikuti, seperti awalnya harus terlebih dahulu terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 67/Pojk.04/2017 Tahun 2017 Tentang Notaris yang
Melakukan Kegiatan di Pasar Modal (“POJK 67”). Dimana dalam Pasal 3 peraturan
yang sama menjelaskan terkait persyaratan pendaftaran notaris, yaitu:
a. telah diangkat sebagai notaris oleh kementerian yang membawahi bidang
kenotariatan serta telah diambil sumpahnya sebagai notaris oleh instansi yang
berwenang;
b. telah menjadi anggota Organisasi Notaris;
c. memiliki akhlak dan moral yang baik;
d. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang jasa keuangan;

5
e. bersikap independen, objektif, dan profesional dalam melakukan kegiatan di
bidang pasar modal;
f. menaati kode etik yang ditetapkan oleh Organisasi Notaris;
g. memiliki keahlian di bidang pasar modal yang dipenuhi melalui program
Pendidikan Profesi dengan jumlah paling sedikit 30 (tiga puluh) satuan kredit
profesi;
h. tidak bekerja rangkap sebagai profesi penunjang pasar modal lainnya dan/atau
jabatan lain yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dilarang
untuk dirangkap dengan jabatan notaris; dan
i. tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pembatalan surat tanda
terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan.
Kemudian permohonan pendaftaran notaris sebagai profesi penunjang pasar
modal diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan menggunakan formulir
permohonan pendaftaran notaris sebagai profesi penunjang pasar modal sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam POJK 67.
Permohonan pendaftaran bagi notaris wajib disertai dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi kartu tanda penduduk yang masih berlaku;
b. fotokopi nomor pokok wajib pajak atas nama notaris yang bersangkutan;
c. pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm dengan latar belakang berwarna
merah sebanyak 1 (satu) lembar;
d. fotokopi surat keputusan pengangkatan selaku notaris dari kementerian yang
membawahi bidang kenotariatan dan berita acara sumpah notaris dari instansi
yang berwenang;
e. fotokopi bukti keanggotaan dalam Organisasi Notaris;
f. fotokopi sertifikat Pendidikan Profesi; dan
g. surat pernyataan dengan materai cukup yang disusun dengan menggunakan
format Surat Pernyataan Notaris sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini, yang menyatakan bahwa notaris:
1. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang jasa keuangan;
2. sanggup bersikap independen, objektif, dan profesional dalam
melakukan kegiatan di pasar modal;
3. tidak bekerja rangkap sebagai profesi penunjang pasar modal lainnya
dan/atau jabatan lain yang oleh ketentuan peraturan

6
perundang-undangan dilarang untuk dirangkap dengan jabatan notaris;
dan
4. tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pembatalan surat
tanda terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan.

3. Kegiatan Notaris dalam Membantu Emiten dan Underwriter dalam Proses


IPO dan Secondary Market
Peran signifikan yang diemban oleh notaris dalam proses Penawaran Umum
Perdana (IPO) dan pasar sekunder tidak dapat diabaikan. Notaris terlibat secara
langsung dalam penyusunan dokumen hukum krusial, termasuk akta pendirian
perusahaan dan prospektus IPO. Tugas mereka melibatkan pemastian bahwa semua
dokumen tersebut mematuhi dengan cermat kepatuhan hukum dan regulasi yang
berlaku dalam pasar modal.
Penting untuk dicatat bahwa peran notaris tidak hanya sebatas pada
penyusunan dokumen, melainkan juga melibatkan verifikasi teliti atas keabsahan
dokumen dan transaksi yang terkait dengan penawaran saham. Dengan melakukan
verifikasi ini, notaris memberikan kepercayaan kepada para investor, sekaligus
melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat dalam proses ini.
Peran notaris tidak hanya terfokus pada IPO, melainkan juga memegang peran
sentral dalam transaksi pasar sekunder, khususnya dalam konteks perubahan
kepemilikan saham. Mereka bertanggung jawab memastikan bahwa seluruh proses
transaksi berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Penyusunan akta
peralihan saham oleh notaris menjadi kunci dalam mencatat setiap perubahan
kepemilikan, dan dalam konteks penawaran umum, mereka juga bertanggung jawab
menyusun akta pernyataan penerimaan saham oleh pemegang saham baru.
Dengan melibatkan diri dalam proses verifikasi yang sangat cermat, notaris
menjaga integritas dan keabsahan setiap transaksi saham. Tanggung jawab mereka
melibatkan pemastian bahwa semua prosedur hukum yang relevan telah diikuti
dengan benar, menjadikan peran notaris sebagai pengawal kepatuhan terhadap
ketentuan hukum yang berlaku dalam lingkup pasar modal secara menyeluruh.

4. Perjanjian dalam Kegiatan Pasar Modal


Perjanjian-perjanjian yang ada di dalam pasar modal adalah sebagai berikut:
1. Penjaminan emisi efek

7
Salah satu kesepakatan yang digarap dalam konteks go public adalah
perjanjian penjaminan emisi efek yang disepakati antara pihak emiten dan
pihak yang bertindak sebagai penjamin emisi efek. Dalam upaya melakukan
penawaran umum, emiten dapat menunjuk penjamin emisi efek untuk
membantu dalam mengedarkan efek kepada masyarakat. Penunjukan
penjamin emisi efek untuk membantu dalam penjualan efek menjadi mungkin
karena Pasal 1 angka 17 UU Pasar Modal menyebutkan bahwa penjamin
emisi efek adalah pihak yang melakukan kontrak dengan emiten untuk
melaksanakan penawaran umum demi kepentingan emiten, dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Meskipun, menurut penjelasan Pasal 40 UU Pasar Modal, pada
prinsipnya, emiten dapat melepas efek tanpa melibatkan penjamin emisi efek.
Akan tetapi, apabila emiten memutuskan untuk menunjuk penjamin emisi, hal
ini bertujuan untuk membantu emiten dalam pemasaran dan penjualan efek
yang ditawarkan, memberikan kepastian terkait perolehan dana dari hasil
penjualan efek tersebut. Penunjukan penjamin emisi efek juga berperan dalam
mengelola risiko distribusi terkait penawaran efek yang mungkin tidak
seluruhnya terjual, sehingga penjamin emisi efek akan berusaha maksimal
untuk menjual efek tersebut.
Oleh karena itu, peran utama penjamin emisi efek adalah memberikan
jaminan terhadap penjualan efek pada saat IPO. Terkait dengan IPO ini, tugas
penjamin emisi secara lebih rinci melibatkan berbagai aspek, seperti:
- Memberikan jasa konsultasi kepada emiten dalam rangka IPO;
- Menjamin efek yang diterbitkan emiten, bahwa penjamin emisi
bertanggung jawab atas keberhasilan penjualan seluruh efek emiten;
- Melakukan kegiatan pemasaran dan membantu menjual Efek yang
diterbitkan oleh emiten kepada investor, serta melakukan distribusi
Efek kepada investor Meskipun fungsi utama penjamin emisi Efek
adalah untuk melakukan underwriting, namun izin sebagai wakil
penjamin emisi Efek juga dapat digunakan untuk kegiatan perantara
perdagangan Efek (Pasal 33 ayat 1) dengan ketentuan bahwa penjamin
emisi Efek tersebut dilarang bekerja pada lebih dari satu perusahaan
Efek ( Pasal 33 ayat 2 UUPM).
Pembentukan perjanjian penjaminan emisi Efek merupakan langkah
yang diambil sebelum pernyataan pendaftaran dianggap efektif. Perjanjian ini

8
adalah hasil kolaborasi antara penjamin emisi Efek dan emiten. Menurut Pasal
39 UUPM, penjamin emisi Efek memiliki kewajiban untuk mematuhi
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian tersebut. Meskipun istilah yang
digunakan dalam Pasal 39 adalah "perjanjian," Penjelasan Pasal 39 UUPM
menggunakan istilah "kontrak" penjaminan emisi.
Jika penjamin emisi Efek dan emiten sudah menyepakati untuk
menjalankan penawaran umum sesuai dengan kontrak yang ditentukan,
keduanya wajib melaksanakan penawaran umum tersebut sesuai dengan isi
kontrak dan mencantumkannya dalam prospektus. Pasal 40 UUPM mengatur
bahwa penjamin emisi Efek bertanggung jawab atas berbagai kegiatan dalam
penawaran umum, termasuk pemasaran efek, penjatahan efek, pengembalian
uang pembayaran pesanan efek yang tidak terjual, dan pembayaran hasil
penawaran umum kepada emiten.
Penjamin emisi Efek, yang seringkali merupakan suatu grup atau
sindikasi, dapat membagi tugas di antara mereka dalam suatu penawaran
umum jika terlibat lebih dari satu penjamin. Namun, pembagian tugas ini
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing penjamin terhadap
keberhasilan penawaran umum.
Tanggung jawab penjamin emisi Efek tergantung pada jenis perjanjian
yang disepakati. Dalam konteks ini, klausula utama yang harus disertakan
dalam perjanjian penjaminan emisi Efek mencakup identitas pihak yang
terlibat, penunjukan penjamin pelaksana emisi, nilai efek, kesanggupan
penjamin emisi untuk membeli sisa efek, teknis pelaksanaan penawaran
umum, pembayaran hasil penjualan efek, imbalan jasa, pernyataan-pernyataan
dari emiten dan penjamin pelaksana emisi, serta masa berlaku dan berakhirnya
perjanjian. Adendum atau perubahan perjanjian penjaminan emisi Efek dapat
mencakup penunjukan perusahaan efek sebagai penjamin emisi, rincian bunga
dan harga penawaran untuk obligasi, porsi penjamin masing-masing penjamin
emisi, jadwal waktu proses emisi, dan imbalan jasa masing-masing penjamin
emisi Efek.
2. Perjanjian Perwaliamanatan untuk Efek bersifat Utang
a. Penerbitan efek bersifat utang
Banyak perusahaan saat ini menunjukkan minat yang
meningkat dalam memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif sumber
pendanaan, salah satunya dengan menerbitkan Efek bersifat utang,

9
seperti obligasi. Efek bersifat utang tersebut memiliki jatuh tempo satu
tahun atau lebih dan diterbitkan oleh emiten melalui penawaran
umum, termasuk Efek yang dapat ditukar dengan saham atau yang
memberikan hak untuk memperoleh saham. Untuk melindungi
kepentingan investor, obligasi harus mendapatkan peringkat dari
lembaga pemeringkat sebelum dijual atau ditawarkan oleh emiten
kepada masyarakat.
Pemeringkatan Efek bersifat utang merupakan opini mengenai
kemampuan emiten untuk membayar kewajiban pembayaran tepat
waktu terkait dengan Efek bersifat utang. Pemeringkatan ini diatur
oleh Angka 1 huruf a (1) Peraturan Bapepam Nomor IX.C.1. Sebagai
salah satu langkah kritis dalam menjaga kepercayaan investor,
pemeringkatan Efek bersifat utang memainkan peran penting dalam
mengevaluasi kinerja calon emiten, mempertimbangkan berbagai
faktor yang terkait dengan aspek keuangan perusahaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Adanya pemeringkatan memberikan manfaat signifikan bagi
investor karena hasil peringkat menentukan kelayakan obligasi sebagai
instrumen investasi dan kemampuan emiten sebagai penerbit obligasi
untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang pada saat jatuh tempo.
Terdapat dua jenis pemeringkatan yang umumnya dilakukan, yakni
pemeringkatan perusahaan yang menilai keseluruhan performa
perusahaan, dan pemeringkatan Efek yang fokus pada penilaian Efek
yang ditawarkan oleh perusahaan, seperti peringkat obligasi.

b. Tugas, Tanggung Jawab, dan Larangan bagi Wali Amanat


Dalam penerbitan Efek bersifat utang, timbul kekhawatiran
terkait risiko yang dapat muncul apabila pihak emiten gagal memenuhi
kewajiban utangnya. Untuk menjaga kepentingan investor yang
memegang Efek bersifat utang dan mengawasi kinerja emiten,
pentingnya keberadaan wali amanat menjadi sangat mendesak. Oleh
karena itu, ketika emiten hendak menerbitkan Efek bersifat utang,
emiten diwajibkan untuk menunjuk wali amanat dan menyusun
kontrak perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan Pasal 52 UUPM.

10
Wali amanat merupakan entitas yang bertugas mewakili kepentingan
pemegang Efek bersifat utang, baik dalam maupun di luar konteks
pengadilan, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 30 UUPM.
Umumnya, bank yang telah mendapatkan izin operasi sebagai wali
amanat dari Bapepam menjadi pilihan yang lazim untuk mengemban
peran wali amanat tersebut.
c. Perwaliamanatan
Wali amanat berperan sebagai perwakilan pemegang Efek
bersifat utang, baik dalam maupun di luar pengadilan. Keberadaan
konsep wali amanat, yang tidak ada dalam sistem hukum civil law,
diadopsi dari sistem common law yang mengenalkan konsep "trust".
Penggunaan yang sukses dari konsep "trust" dan "trustee" dalam
bidang keuangan telah mendorong banyak negara sistem hukum civil
law untuk menyertakan "trust" dalam peraturan-peraturan hukum
mereka.
Konsep "trust" dalam lingkup yang lebih umum merujuk pada
kumpulan hak dan kewajiban yang terkait dengan kekayaan, baik yang
berwujud maupun tidak. Dalam konteks obligasi, "trust"
mengindikasikan kewajiban emiten atau penerbit obligasi untuk
membayar kembali uang yang dipinjam dari investor atau pemegang
obligasi, termasuk bunga dan hak-hak lain yang terkait.
"Trustee" dalam konteks penerbitan Efek bersifat utang atau
obligasi diartikan sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang
Efek bersifat utang atau obligasi, bertanggung jawab kepada
pemegang Efek bersifat utang atau obligasi meskipun ditunjuk dan
dibayar oleh emiten. Pemegang Efek bersifat utang atau obligasi yang
diwakili oleh trustee merupakan kelompok keseluruhan pemegang
Efek bersifat utang atau obligasi, bukan individu atau perorangan
secara terpisah.
d. Pedoman Penyusunan Kontrak Perwaliamanatan
Dalam sistem Common Law, konsep perwaliamanatan
umumnya diwujudkan dalam dokumen Trust Indenture. Pada
dasarnya, Trust Indenture merupakan perjanjian dalam kontrak
obligasi yang dibentuk antara penerbit obligasi dan wali amanat
sebagai perwakilan pemegang obligasi. Dokumen ini menetapkan

11
ketentuan dan tanggung jawab masing-masing pihak terkait hak,
keistimewaan, dan kewajiban yang berlaku sejak pembelian obligasi
hingga jatuh tempo. Penerbit obligasi atau emiten bertanggung jawab
untuk membuat perjanjian perwaliamanatan ini.
Di Indonesia, konsep Trust Indenture diadopsi dan disesuaikan
menjadi kontrak perwaliamanatan. Sesuai dengan Pasal 52 UUPM,
emiten yang menerbitkan atau menjual Efek bersifat utang diwajibkan
membuat kontrak perwaliamanatan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam. Pentingnya dicatat bahwa Pasal 52 UUPM
menggunakan istilah "kontrak" perwaliamanatan, tidak "perjanjian"
perwaliamanatan.
Kontrak perwaliamanatan adalah perjanjian antara emiten dan
wali amanat yang disusun dalam bentuk akta notariil, yang dibuat
dalam rangka penerbitan Efek bersifat utang. Penyajian kontrak
perwaliamanatan dalam bentuk akta notariil memberikan kepastian
hukum yang lebih tinggi terhadap klausa-klausa yang tercantum di
dalamnya.
3. Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek
Sebelum mendaftarkan Efeknya, emiten diharuskan untuk
menjalankan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek (PPPE) dengan bursa,
kecuali jika emiten atau perusahaan publik tersebut telah memiliki pernyataan
pendaftarannya yang sudah efektif. Jika dalam jangka waktu 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak tanggal laporan keuangan terakhir yang telah diaudit
telah berlalu, namun pernyataan efektif belum dikeluarkan oleh OJK, maka
emiten harus memperbaharui dokumen yang diperlukan dan kembali
menandatangani PPPE dengan bursa.
Berbeda dengan proses pembentukan perjanjian pada umumnya, PPPE
dibentuk dengan emiten mengajukan permintaan kepada Bursa Efek untuk
mengadakan PPPE, sesuai dengan ketentuan huruf B Angka 1 Peraturan BEI
No.I.1. Dalam pengajuan tersebut, emiten diwajibkan untuk melampirkan
dokumen-dokumen yang diminta oleh Bursa Efek.
Kontras dengan perjanjian lain yang sering kali disusun berdasarkan
kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, PPPE memiliki format baku
dengan substansi yang telah ditentukan sebelumnya, seperti yang tercantum di
Lampiran I.A.1-3 Peraturan BEI No.I.A.1 Mengenai Perjanjian Pendahuluan

12
Pencatatan Efek. Format baku ini, yang dapat ditemukan di Lampiran
L.A.1-3, terdiri dari lima Pasal yang mengatur berbagai aspek, mulai dari
pertimbangan bursa atas permintaan emiten untuk mengadakan PPPE (Pasal
1) hingga memberikan peluang untuk menyusun perjanjian tersendiri
mengenai hal-hal yang belum diatur dalam PPPE (Pasal 5).
4. Perjanjian Pemeringkatan
Perjanjian pemeringkatan Efek adalah kesepakatan yang dilakukan
antara perusahaan pemeringkat Efek dan pihak yang meminta jasa
pemeringkatan Efek atau menerima peringkat Efek. Perusahaan pemeringkat
Efek ini merupakan bentuk perseroan terbatas yang berfungsi sebagai
penasihat investasi, menyelenggarakan kegiatan pemeringkatan, dan
memberikan peringkat sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK No.
52/POJK.04/2015 tentang Pedoman Perjanjian Pemeringkatan Perusahaan
(POJK 52/ POJK.04/2015).
Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3, pemeringkat Efek yang melakukan
penilaian atas permintaan pihak tertentu diwajibkan membuat perjanjian
pemeringkatan dengan pihak tersebut. Rinciannya, perjanjian pemeringkatan
setidaknya mencakup aspek-aspek berikut:
- Identifikasi perusahaan pemeringkat Efek, termasuk nama dan
alamatnya.
- Identifikasi pihak yang meminta pemeringkatan, termasuk nama dan
alamatnya.
- Tujuan dan maksud dari pemeringkatan yang dilakukan.
- Hak dan kewajiban perusahaan pemeringkat Efek.
- Hak dan kewajiban pihak yang meminta pemeringkatan.
- Jangka waktu penyelesaian pemeringkatan.
- Ketentuan mengenai pembatalan dan penundaan proses
pemeringkatan.
- Prosedur dan ketentuan mengenai keberatan.
- Klausa kerahasiaan terkait informasi pemeringkatan.
- Pembatasan pemberitahuan hasil peringkat.
- Klausa penyelesaian sengketa.
- Ketentuan pengakhiran kontrak.
Perjanjian pemeringkatan juga harus memuat hak dan kewajiban para
pihak. Kewajiban perusahaan pemeringkat Efek yang diatur dalam perjanjian

13
melibatkan beberapa aspek, termasuk menyelesaikan pemeringkatan sesuai
jadwal yang disepakati, menjaga kerahasiaan informasi terkait pemeringkatan,
memberikan jawaban atas tanggapan dan keberatan yang diajukan pihak yang
meminta pemeringkatan, serta melakukan kaji ulang terhadap hasil
pemeringkatan jika diperlukan oleh regulasi atau terkait dengan fakta material
atau kejadian penting.
5. Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan
Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) UPM, manajer investasi bertanggung
jawab atas pengelolaan reksa dana, baik yang berbentuk perseroan maupun
kontrak investasi kolektif, melalui kontrak. Pengelolaan reksa dana, menurut
Penjelasan Pasal 21 ayat (1) UPM, adalah pengelolaan dana yang dimiliki
oleh manajer investasi. Kontrak pengelolaan reksa dana berbentuk perseroan
dibuat oleh direksi bersama manajer investasi, sesuai dengan Pasal 21 ayat (2)
UUPM. Kontrak tersebut merupakan kesepakatan antara direksi reksa dana
berbentuk perseroan dan manajer investasi, di mana reksa dana berbentuk
perseroan menghimpun dana dengan menjual saham dan
menginvestasikannya dalam Efek yang diperdagangkan di pasar modal dan
pasar uang, sebagaimana diatur oleh Pasal 18 ayat (1) huruf a UUPM dan
Pasal 1 Angka 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2017
tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan
(POJK 32/POJK.04/2017).
Menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (2) UUPM, kontrak pengelolaan
reksa dana berbentuk perseroan mencakup:
- Rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan pasar modal.
- Rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham.
- Rencana diversifikasi investasi dalam berbagai sektor industri.
- Pembatasan investasi dalam sektor-sektor tertentu.
Lebih lanjut, POJK 32/POJK.04/2017 menetapkan bahwa kontrak
pengelolaan reksa dana berbentuk perseroan paling sedikit memuat:
- Identifikasi manajer investasi, termasuk nama dan alamatnya.
- Komposisi investasi di pasar uang dan pasar modal.
- Rencana diversifikasi investasi Efek berdasarkan industri emiten.
- Alokasi dan rincian biaya manajer investasi dengan reksa dana
berbentuk perseroan.
- Kewajiban manajer investasi berbentuk perseroan.

14
- Ketentuan pembukuan dan laporan, termasuk perhitungan nilai aktiva
bersih.
- Prosedur pemutusan dan perubahan kontrak.
- Tata cara penjualan atau pembelian kembali (pelunasan) saham,
khususnya untuk reksa dana berbentuk perseroan terbuka.
- Manajer investasi harus menjamin penyimpanan Efek, dana, dan aset
lainnya oleh bank kustodian.
- Kondisi yang dapat menjadi dasar likuidasi untuk reksa dana
berbentuk perseroan.
- Pembatasan bagi reksa dana berbentuk perseroan.
- Larangan investasi di sektor tertentu.
- Tanggung jawab manajer investasi terhadap kerugian yang mungkin
timbul dari tindakannya.
- Segala kontrak baru, perpanjangan, atau pengalihan untuk reksa dana
berbentuk perseroan harus merupakan hasil perundingan berdasarkan
kepentingan objektif para pihak terkait, seperti apabila perundingan
dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki kepentingan terhadap pihak
lainnya.
- Rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham.
6. Kontrak Penyimpanan Kekayaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan
Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) UUPM, seluruh kekayaan reksa dana
harus disimpan di bank kustodian. Kontrak penyimpanan kekayaan reksa dana
berbentuk perseroan dibuat oleh direksi reksa dana dengan bank kustodian
(Pasal 26 ayat (1) UUPM). Oleh karena itu, kontrak tersebut merupakan
kesepakatan antara direksi reksa dana dan bank kustodian untuk menyimpan
dan mengelola kekayaan reksa dana. Bank kustodian yang dipilih dalam
kontrak penyimpanan kekayaan reksa dana tidak diperbolehkan memiliki
afiliasi dengan manajer investasi yang mengelola reksa dana (Pasal 25 ayat (2)
UUPM).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2017 tentang
Pedoman Kontrak Penyimpanan Kekayaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan
(POJK 27/POJK.04/2017) mengatur bahwa kontrak penyimpanan kekayaan
reksa dana berbentuk perseroan dengan bank kustodian setidaknya harus
mencakup:
- Nama dan alamat bank kustodian.

15
- Prosedur penjualan atau pembelian kembali (pelunasan) saham,
khususnya untuk reksa dana berbentuk perseroan terbuka.
- Pemisahan rekening Efek atas nama reksa dana berbentuk perseroan.
- Tanggung jawab bank kustodian dalam mengadministrasikan Efek dan
dana reksa dana berbentuk perseroan, termasuk penyimpanan Efek dan
harta lain, penerimaan dividen, bunga, dan hak lain, serta penyelesaian
transaksi Efek.
- Kewajiban bank kustodian dalam membuat dan menyampaikan
laporan kepada manajer investasi, reksa dana berbentuk perseroan, dan
otoritas jasa keuangan.
- Kewenangan akuntan untuk memeriksa laporan keuangan dan
prosedur operasional reksa dana berbentuk perseroan.
- Kewajiban bank kustodian dalam mencatat, melakukan balik nama
Efek, dan mendistribusikan hak-hak terkait saham reksa dana
berbentuk perseroan.
- Tanggung jawab bank kustodian untuk mengganti rugi reksa dana
berbentuk perseroan atas kerugian atau kesalahan yang terkait dengan
Efek dan dana dalam rekening.
- Biaya yang dikenakan oleh bank kustodian terkait layanan yang
diberikan dan biaya yang dibebankan pada reksa dana berbentuk
perseroan.
- Kewajiban bank kustodian untuk mengasuransikan kekayaan reksa
dana berbentuk perseroan jika dianggap perlu oleh para pihak.
- Larangan untuk menghentikan kegiatan bank kustodian sebelum
dialihkan kepada bank kustodian pengganti.
- Kewajiban bank kustodian untuk menetapkan nilai aktiva bersih reksa
dana berbentuk perseroan jika diberi tugas untuk melakukan
perhitungan tersebut.
7. Kontrak Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Pasal 21 ayat (1) UUPM menyatakan bahwa manajer investasi
mengelola reksa dana, baik yang berbentuk perseroan maupun kontrak
investasi kolektif, berdasarkan kontrak. Sementara itu, Pasal 18 ayat (4)
UUPM menegaskan bahwa reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
hanya dapat dikelola oleh manajer investasi melalui kontrak. Kontrak
investasi kolektif adalah kesepakatan antara manajer investasi dan bank

16
kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, di mana manajer
investasi memiliki kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif,
sementara bank kustodian bertanggung jawab atas penitipan kolektif
(Penjelasan Pasal 18 ayat (1) huruf b UUPM jo. Pasal 1 Angka 2 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.04/2016 tentang Reksa Dana
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, selanjutnya disebut POJK
23/POJK.04/2016).
Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif mengumpulkan dana
dengan menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal, dan
kemudian dana tersebut diinvestasikan dalam berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Menurut Penjelasan Pasal 21
ayat (3) UUPM, kontrak pengelolaan reksa dana berbentuk kontrak investasi
kolektif, antara lain, harus mencakup:
- Rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan pasar modal.
- Rencana diversifikasi Efek dalam obligasi dan saham.
- Rencana diversifikasi investasi dalam berbagai sektor industri.
- Larangan investasi dalam sektor-sektor tertentu.
8. Kontrak Pembukaan Rekening Efek
a. Rekening Efek
Dalam melakukan investasi di pasar modal, setiap investor
wajib membuka rekening Efek terlebih dahulu di perusahaan Efek
yang bertindak sebagai perantara untuk melaksanakan transaksi Efek.
Rekening Efek merupakan akun khusus yang digunakan untuk
mencatat aktivitas transaksi Efek di pasar modal, terutama di pasar
sekunder. Sesuai dengan peraturan KSEI No. I-D, rekening Efek
dijelaskan sebagai akun yang mencatat posisi Efek dan/atau dana yang
tercatat di KSEI. Rekening Efek memiliki peran penting karena
perdagangan Efek saat ini dilakukan dalam bentuk scripless trading, di
mana penyelesaian transaksi Efek dilakukan secara elektronik tanpa
menggunakan warkat, melainkan melalui pemindahbukuan ke
rekening Efek.
Proses pemindahbukuan tersebut memerlukan rekening Efek
yang dibuka oleh setiap perusahaan Efek yang menjadi anggota bursa.
Rekening Efek di KSEI digunakan untuk mencatat dan menyelesaikan
aktivitas transaksi Efek. Sebagai bagian dari proses ini, Efek yang

17
sebelumnya dalam bentuk warkat harus diubah menjadi Efek dalam
bentuk tanpa warkat dalam rekening Efek. Perlu dicatat bahwa
rekening Efek memiliki kegunaan yang terbatas dan hanya digunakan
untuk keperluan terkait perdagangan Efek, berbeda dengan rekening
tabungan yang bersifat lebih umum.
b. Jenis Rekening Efek
Terbagi berdasarkan entitas yang melakukan pengelolaannya,
rekening efek mencakup dua kategori utama, yaitu rekening Efek yang
terdaftar pada bank kustodian dan rekening Efek yang terdaftar pada
KSEI. Kategori rekening Efek pada KSEI sendiri terdiri dari dua jenis,
yakni rekening efek utama dan sub rekening efek.
c. Jenis Kontrak Pembukaan Rekening Efek
1. Kontrak Pembukaan Rekening Efek antara Nasabah dan
Perusahaan Efek
Salah satu ciri khas dari kegiatan di pasar modal adalah
bahwa setiap transaksi Efek, baik itu di pasar perdana atau
pasar sekunder, selalu melibatkan perantara, artinya transaksi
tersebut harus dilakukan melalui pihak ketiga (pada pasar
perdana: agen penjual, pada pasar sekunder: perantara
pedagang Efek). Oleh karena itu, investor yang berencana
untuk melakukan transaksi Efek, terutama di Bursa Efek,
diharuskan untuk menghubungi perusahaan efek yang telah
memiliki izin sebagai perantara pedagang Efek. Investor
kemudian akan menjadi nasabah dari perusahaan Efek dan
memberikan kuasa kepada perantara pedagang Efek untuk
melakukan beberapa tugas, di antaranya:
- Mengajukan order beli/jual di bursa.
- Menangani pemindahbukuan dana di rekening dana
nasabah pada bank, untuk keperluan transaksi Efek
nasabah.
- Menyediakan informasi, termasuk mutasi dan/atau saldo
dana dalam rekening dana di bank, kepada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.
2. Kontrak Pembukaan Rekening Efek antara Partisipan
(Perusahaan Efek/ Kustodian) dan KSEI

18
Kontrak pembukaan rekening Efek antara partisipan
dan KSEI memiliki tujuan untuk mendukung penyelesaian
transaksi yang dilakukan melalui pemindahbukuan (book entry
settlement). Penyelesaian transaksi tersebut melibatkan
pemindahbukuan Efek dan/atau dana antar rekening Efek
sebagai bagian dari pemenuhan hak dan kewajiban penyerahan
Efek dan/atau dana yang timbul akibat Transaksi Bursa yang
dilakukan oleh AB sesuai dengan peraturan KPEl dan/atau
Bursa Efek. Pemindahbukuan dilaksanakan melalui rekening
Efek yang menjadi partisipan atau pemegang rekening di
KSEI.
Rekening Efek yang dibuka di KSEI oleh partisipan
berfungsi untuk menampung transaksi Efek untuk kepentingan
nasabah. Oleh karena itu, terdapat dua konsep kepemilikan
yang unik pada rekening Efek, yaitu kepemilikan manfaat
(beneficial ownership) dan kepemilikan terdaftar (registered
ownership). Kepemilikan manfaat atas Efek merupakan hak
pemegang rekening Efek terhadap manfaat tertentu yang terkait
dengan Efek yang dicatat dalam penitipan kolektif di rekening
Efek pada perusahaan Efek, bank kustodian, atau LPP. Hak ini
muncul dari kontrak rekening Efek antara pemegang rekening
dan kustodian, UPM, dan peraturan pelaksanaannya (Angka 1
huruf a Peraturan VI.A.3).
Sementara itu, kepemilikan terdaftar atas Efek adalah
hak pemegang Efek terhadap emiten Efek tersebut yang
berkaitan dengan Efek yang terdaftar dalam buku emiten atas
nama pemegang Efek (Angka 1 huruf a Peraturan VI.A.3).
Menurut Angka 2 huruf a Peraturan VI.A.3, kustodian wajib
memberikan bukti kepemilikan manfaat atas Efek kepada
pemegang rekening Efek dalam bentuk konfirmasi tertulis.
Proses pemindahan kepemilikan manfaat atas Efek dicatat
melalui debet dan kredit dalam rekening Efek pada kustodian
dan dikonfirmasi kepada pemegang rekening Efek melalui:
- Konfirmasi pembelian atau penjualan Efek.
- Tanda terima penyimpanan Efek ke dalam rekening Efek.

19
- Konfirmasi atas penerimaan atau penyerahan Efek.
- Laporan rekening Efek bulanan yang mencatat debit dan
kredit pada rekening Efek.
- Dokumen lain yang diterbitkan oleh Kustodian terkait
dengan transaksi debit dan kredit pada rekening Efek,
termasuk konfirmasi secara elektronik.
9. Kontrak Pembukaan Rekening Dana
a. Rekening Dana Pemegang Rekening
Pemegang rekening merujuk kepada pihak yang namanya
terdaftar sebagai pemegang rekening Efek utama, sebagaimana
dijelaskan dalam Angka 1.2.1. Peraturan KSEI Nomor I-D tentang
Rekening Dana yang selanjutnya disebut Peraturan KSEI No. I-D.
Rekening Efek utama adalah rekening Efek yang terdaftar atas nama
partisipan atau pihak lain yang telah mendapat persetujuan dari OJK,
sebagaimana diatur dalam Angka 1.2.11. Peraturan KSEI No. I-D.
Partisipan merujuk kepada perusahaan Efek atau bank kustodian yang
telah membuka rekening Efek utama di KSEI, sesuai dengan Angka
1.2.11. Peraturan KSEI No. I-D. Perusahaan Efek atau bank kustodian
ini berperan sebagai pemegang rekening Efek utama di KSEI untuk
mewakili kepentingan nasabahnya.
Segala dana yang tercatat dalam rekening Efek akan disimpan
oleh KSEI pada bank pembayaran atau Bank Indonesia dalam
rekening giro khusus yang atas namanya, bertujuan untuk kepentingan
pemegang rekening. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Peraturan KSEI No. I-D.
b. Rekening Dana Nasabah
Investor yang terlibat dalam transaksi Efek tidak hanya
diharuskan untuk menyusun kontrak pembukaan rekening Efek, tetapi
juga diwajibkan untuk membuka rekening dana nasabah (RDN).
Definisi rekening dana nasabah, menurut Peraturan KSEI No. I-D,
adalah rekening dana yang terdaftar atas nama nasabah. Pembukaan
rekening ini dilakukan oleh perantara pedagang Efek atau pihak lain
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mereka yang mengelola rekening Efek nasabah, berdasarkan kuasa
dari nasabah, melakukan administrasi RDN di bank yang telah

20
menjalin perjanjian kerja sama dengan KSEI untuk melaksanakan
tugas administratif RDN tersebut.
5. Modal yang Disiapkan Notaris
Notaris tidak berperan sebagai penyedia modal dalam konteks pembukaan
rekening efek atau transaksi di pasar modal. Perannya lebih terfokus pada aspek
hukum dan dokumentasi yang terkait dengan transaksi tersebut. Modal yang
diperlukan untuk berinvestasi dalam rekening efek atau pasar modal dibiayai oleh
investor secara mandiri. Waktu yang diperlukan untuk melengkapi proses pembukaan
rekening efek dapat bervariasi tergantung pada kebijakan perusahaan sekuritas dan
persyaratan pihak berwenang. Proses ini melibatkan verifikasi dokumen, tanda
tangan, dan mungkin memerlukan persetujuan dari pihak-pihak terkait.
Transaksi di pasar modal melibatkan interaksi antara investor dengan
perusahaan sekuritas atau dengan investor lainnya melalui mekanisme bursa. Waktu
penyelesaian transaksi juga dapat bervariasi tergantung pada jenis transaksi dan
aturan yang berlaku. Penting untuk berkonsultasi dengan perusahaan sekuritas dan
memahami persyaratan serta prosedur yang berlaku dalam situasi tertentu, karena hal
ini dapat berbeda di antara lembaga keuangan dan yurisdiksi yang berbeda.

21

Anda mungkin juga menyukai