Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENANGANAN TERHADAP PELANGGARAN DAN


KEJAHATAN NOTARIS PASAR MODAL

DHIA FAIRUZ
1906410585

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JANUARI 2021
1

PENANGANAN TERHADAP PELANGGARAN DAN KEJAHATAN


NOTARIS PASAR MODAL

Abstrak
Peran Notaris dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sangat besar
terutama dalam bidang keperdataan antar subyek hukum. Dalam lingkup pasar
modal, Notaris adalah sebagai salah satu profesi penunjang di lingkup pasar
modal yang mengemban tugas menyangkut urusan publik dalam konteks
keperdataan. Dalam menjalankan jabatan profesinya, Notaris haruslah sesuai
dengan kode etik seorang Notaris. Profesi Notaris dalam Undang-undang Pasar
Modal telah ditunjuk sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. Peran
utama profesi penunjang pasar modal pada umumnya adalah membantu emiten
dalam proses go public dan memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan
(disclousure) yang sifatnya terus. Secara khusus tulisan ini membahas mengenai
adanya pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh Notaris dan penanganan
terkait dengan kasus Notaris pasar modal. Dari hasil pembahasan bahwa
pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan Notaris di bidang Pasar Modal terbagi
menjadi dua, yaitu pelanggaran/kejahatan yang berkaitan dengan teknik
administratif dan kejahatan pasar. Dalam pelanggaran teknik administratif,
terdapat ketentuan berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal yang berbunyi sebagai berikut:“Setiap profesi penunjang
Pasar Modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan oleh
asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya”. Selanjutnya kejahatan pasar yaitu
berupa perdagangan oleh orang dalam atau yang biasa dikenal dengan istilah
insider trading, dan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris di pasar modal
biasanya berkaitan dengan administratif. Kejatahan dan pelanggaran ini berpotensi
sangat besar dilakukan oleh Notaris Pasar Modal, di mana Pasal 95 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa “orang dalam” tidak boleh
melakukan perdagangan, memengaruhi dan memberikan informasi kepada pihak
lain. Notaris dalam Pasar Modal mempunyai peranan penting terkait dengan
informasi atau data-data, para Notaris berperan sebelum, ketika dan sesudah
terjadi penawaran umum di pasar modal.

Kata kunci: Notaris, Pelanggaran, Kejahatan, Pasar Modal, Perdagangan Orang


Dalam.

Abstract
Notary has a substantial role in Indonesia society especially in civil rights
amongs legal subject. In capital markets scope, notary as one of capital market
supporting professions who providing public affairs services for private law. In
order to professional implement, notaries must carry out their professional duties
competently base on notarial ethics code. Law no. 8 of 1995 concerning capital
market, have been appointed notary as a supporting professions. In general, the
main role of supporting professions are to aid the issuers regarding go public
process and fulfil discrosure requirement. This journal particularly will discuss
about related case concerning notaries infringe and crime in capital market.
From the discussion, notaries infringe and crime in capital market can
divided into administration technique and market crime. Toward administration
technique, there are provisions based on Article No. 66 Law No. 8 of 1995
concerning capital market: “Every supporting professions of capital market must
obey the ethical code and professional standards that have been set by the
respective professional association as long as it does not againts this law and / or
the implement regulation.” Further, insider trading as known as one of capital
market crime, and violation in the capital market by notaries are usually about
administration technique. This crime and violation is regularly committed by
capital market notaries. Regards on Article No. 95 Law No. 8 of 1995 concerning
capital market: insider is not allowed to trading, influencing, and giving any
informations to other people. Notary in capital market have a significant role
related to informations and data, they jump right in before, while, and after
public offering in capital market.

Key Words: Notary, Violate/Infringe, Crime, Capital Market, Insider Trading.

I. PENDAHULUAN
Jabatan Notaris merupakan suatu jabatan yang sangat mulia, mengingat
peranan Notaris sangat penting bagi lalu lintas kehidupan masyarakat, maka
perilaku dan perbuatan Notaris dalam menjalankan jabatan profesinya haruslah
sesuai dengan kode etik seorang Notaris. Kebutuhan jasa yang diberikan oleh
Notaris terkait erat dengan persoalan kepercayaan antara para pihak (trust), yang
demikian dapat dikatakan bahwa pemberian kepercayaan kepada Notaris berarti
Notaris mau tidak mau telah dapat dikatakan memikul pula tanggung jawab
atasnya. Tanggung jawab ini dapat berupa tanggung jawab secara hukum dan
moral.
Notaris menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (selanjutnya disebut UUJN) adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Sebagai
pejabat umum yang menjalankan fungsi sosial untuk membuat akta otentik
berdasarkan permohonan penghadap atau masyarakat yang membutuhkan jasa
dibidang pembuatan akta, seorang Notaris dapat dibebani tanggung jawab
perbuatannya sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta tersebut.
1
Ruang lingkup pertanggung jawaban Notaris meliputi kebenaran materiil atas
akta yang dibuatnya. Mengenai tanggung jawab Notaris selaku pejabat umum
yang berhubungan dengan kebenaran materiil, dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu:2

1
Indonesia, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, (Bandung:
Citra Umbara, 2004), Hal. 2.
2
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Prespektif Hukum dan Etika,
(Yogyakarta: UII Press, 2009), Hal. 34.
A. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil
terhadap akta yang dibuatnya;
B. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil terhadap
akta yang dibuatnya;
C. Tanggung jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap
kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnya;
D. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan
kode etik Notaris.
Selain membuat akta sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Notaris juga
mempunyai tugas yang lain sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 15 ayat (2)
Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 yang telah diubah dengan UndangUndang
Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004. Seorang
Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya dituntut bertindak jujur dan adil
bagi semua pihak, tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan juga
untuk kepentingan masyarakat, serta mempunyai kewajiban untuk menjamin
kebenaran akta-akta yang dibuatnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas
jabatannya, Notaris wajib berada dalam pengawasan suatu lembaga yang netral
dan mandiri atau independen. Tujuan dari pengawasan terhadap Notaris adalah
agar para Notaris sungguh-sungguh memenuhi persyaratan-persyaratan dan
menjalankan tugas jabatannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan
perundang- undangan yang berlaku dan Kode Etik Notaris demi pengamanan dari
kepentingan masyarakat umum. Tujuan dari dibuatnya kode etik, dalam hal ini
adalah Kode Etik Notaris, pada intinya adalah untuk menjaga kehormatan dan
keluhuran martabat jabatan Notaris.3
Kedudukan Kode Etik bagi Notaris, yang pertama karena sifat dan hakekat
dari pekerjaan Notaris yang sangat berorientasi pada legalisasi, sehingga dapat
menjadi fundamen Hukum utama tentang status harta benda, hak dan kewajiban
seorang Penghadap yang menggunakan jasa Notaris tersebut. Kedua, agar tidak
terjadi ketidakadilan sebagai akibat dari pemberian status harta benda, hak dan
kewajiban yang tidak sesuai dengan kaidah dan prinsip-prinsip hukum dan
keadilan, sehingga dapat mengacaukan ketertiban umum dan juga mengacaukan
hak-hak pribadi dari masyarakat pencari keadilan, maka bagi dunia Notaris sangat
diperlukan juga suatu Kode Etik Profesi yang baik dan modern. 4 Profesi Notaris
dalam Undang-undang Pasar Modal telah ditunjuk sebagai salah satu profesi
penunjang pasar modal. Peran utama profesi penunjang pasar modal pada
umumnya adalah membantu emiten dalam proses go public dan memenuhi
persyaratan mengenai keterbukaan (disclousure) yang sifatnya terus. Penunjukkan
Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal dinya-takan dalam, pasal 64 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya
disebut UUPM), yang menyatakan profesi penunjang pasar modal terdiri dari:
1) Akuntan;
2) Konsultan Hukum;
3) Penilai;
4) Notaris; dan
3
Ibid., Hal. 118
4
Munir Fuady, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris,
Kurator dan Pengurus, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), Hal. 133.
5) Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Akhir-akhir ini profesi Notaris sering disorot oleh masyarakat, sering
terdengar adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan UUJN
maupun pelanggaran-pelanggaran terhadap etika profesi Notaris (Kode Etik
Notaris) dan juga peraturan perundang-undangan lainnya. Setiap Profesi
Penunjang Pasar Modal termasuk Notaris wajib menaati kode etik dan standar
profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepan-jang tidak
bertentangan dengan UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya. Dalam
melakukan kegiatan usaha di bidang Pasar Modal, Notaris wajib memberikan
pelayanan sesuai dengan undang-undang dan kode etik yang berlaku. Namun
terdapat oknum-oknum Notaris yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam undang-undang dan kode etik sehingga melakukan kejahatan
dan pelanggaran dalam pasar modal. Oleh karena itu, penulis mengangkat
rumusan masalah:
1. Bagaimana syarat-syarat dan peranan Notaris sebagai profesi penunjang
dalam pasar modal?
2. Bagaimanakah penanganan terhadap pelanggaran dan kejahatan yang
dilakukan oleh Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal?

II. PEMBAHASAN
A. Syarat-Syarat Dan Peran Notaris Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal
Dalam kegiatan pasar modal kehadiran profesi penunjang pasar modal di
Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal menjadi sangat penting untuk menjalankan fungsinya.
Salah satu profesi penunjang Pasar Modal adalah Notaris dan untuk dapat
melaksanakan fungsinya sebagai Notaris wajib terlebih dahulu terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).5
Notaris yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih
dahulu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.6
Penunjukkan Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal dinyatakan
dalam, pasal 64 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untukmembuat akta
autentik dan memiliki kewenanganlainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.7
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor penting
dalam pembangunan perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan
perusahaan yang menggunakan institusi ini sebagai media untuk menyerap
investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. 8 Perkembangan
investor asing dalam pasar modal Indonesia sejalan dengan aktifnya pasar
modal Indonesia.9 Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan
5
Kansil dan Christine Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, cet2, (Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 2002), Hal.141.
6
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 67 /POJK.04/2017 Tentang Notaris yang
Melakukan Kegiatan di Pasar Modal, Pasal 2.
7
Indonesia, Undang-undang tentang Jabatan Notaris, Op.Cit. Pasal 1 ayat (1)
8
Faiza Muklis, Perkembangan Dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, Jurnal Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Hal. 1.
9
Rudy Chandra, “Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa Efek Indonesia”,
Bisnis dan Birokrasi Vol.17, Hal. 1.
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan
stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pasar modal mempunyai peranan
strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk
usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan disisi
lain pasar modal jugamerupakan wahana investasi bagi masyarakat termasuk
pemodal menengah dan kecil.10Oleh karena itu, dibutuhkan profesi-profesi
penunjang pasar modal yang salah satunya adalah notaris. Peranan Notaris di
bidang pasar modal sangat diperlukan terutama dalam hubungannya dengan
penyusunan anggaran dasar para pelaku pasar modal, seperti emiten,
perusahaan publik, perusahaan efek, dan reksa dana, serta pembuatan kontrak-
kontrak penting seperti kontrak reksa dana, kontrak penjaminan emisi, dan
perwaliamanatan. Untuk menjamin keaslian dan kepercayaan para pihak,
pengesahan dari Notaris menjadi sesuatu yang sangat penting.
Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum yang diberi wewenang dalam
bertindak selaku profesi penunjang pasar modal berdasarkan ketentuan
ketentuan sebagai berikut:
A. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris yang di ubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014;
B. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar modal
Pasal 64 ayat (1) huruf d;
C. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 Pasal 56 ayat (2) tentang
Penyelenggaraan di Bidang Pasar Modal;
D. Keputusan Kepala BAPEPAM No.Kep-37/PM/1996 Pasal 1-B lampiran
nomor VIII.
Peran Notaris di bidang pasar modal diperlukan terutama dalam
hubungannya dengan penyusunan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) pihak atau pelaku pasar modal seperti emiten, perusahaan
publik, perusahaan efek serta kontrak-kontrak penting seperti Kontrak
Insvestasi Kolektif (KIK), kontrak penjaminan emisi atau akta penting seperti
Akta Pembubaran Dan Likuidasi Reksa Dana.11
Selain itu, jasa Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal, dalam
aktivitas pasar modal, diperlukan pula dalam hal-hal antara lain:12
1. Membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan
menyusun pernyataan keputusan RUPS, baik untuk persiapan go public
maupun RUPS setelah go public.
2. Meneliti keabsahan hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan RUPS,
seperti kesesuaian dengan anggaran dasar perusahaan, tata cara
pemanggilan untuk RUPS dan keabsahan dari pemegang saham atau
kuasanya untuk menghadiri RUPS.
3. Meneliti perubahan anggaran dasar tidak terlepas materi pasal-pasal dari
anggaran dasar yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Bahkan diperlukan untuk melakukan penyesuaian-

10
Neni Sri Imantiati, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dan Upaya Bapepam Dalam
Mengatasi Pelanggaran Dan Kejahatan Pasar”, Jurnal Mimba, (Oktober-Desember 2000), Hal.2.
11
Tan Thong Kie, Serba Serbi Praktek Notaris, Buku I Cet. 2,( Jakarta, PT. Ichtiar Baru,
2001), Hal. 94.
12
Ibid, Hal. 95.
penyesuaian pasal-pasal dalam anggaran dasar agar sejalan dan memenuhi
ketentuan menurut peraturan di bidang pasar modal dalam rangka
melindungi investor dan mayarakat.
Persyaratan pendaftaran Notaris berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor: 67/POJK.04/2017 Tentang Notaris yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal, Pasal 2, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
meliputi: 13
a. telah diangkat sebagai Notaris oleh kementerian yang membawahi bidang
kenotariatan serta telah diambil sumpahnya sebagai Notaris oleh instansi
yang berwenang;
b. telah menjadi anggota Organisasi Notaris;
c. memiliki akhlak dan moral yang baik;
d. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana di bidang jasa keuangan;
e. bersikap independen, objektif, dan profesional dalam melakukan kegiatan
di bidang pasar modal;
f. menaati kode etik yang ditetapkan oleh Organisasi Notaris;
g. memiliki keahlian di bidang pasar modal yang dipenuhi melalui program
Pendidikan Profesi dengan jumlah paling sedikit 30 (tiga puluh) satuan
kredit profesi;
h. tidak bekerja rangkap sebagai profesi penunjang pasar modal lainnya
dan/atau jabatan lain yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris; dan
i. tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pembatalan surat tanda
terdaftar dari Otoritas Jasa Keuangan.
Setelah memenuhi ketentuan syarat-syarat tersebut di atas calon Notaris
pasar modal juga harus mengikuti ketentuan mengenai Pendidikan Profesi
Lanjutan yaitu:14
1) Kewajiban Notaris untuk mengikuti Pendidikan Profesi lanjutan
sebagaimana dimaksud angka 3 huruf h peraturan ini mulai berlaku untuk
tahun berikutnya setelah Notaris memperoleh Surat Tanda Terdaftar
Profesi Penunjang Pasar Modal (STTD) dari BAPEPAM dan LK;
2) Notaris yang tidak mengikuti Pendidikan Profesi lanjutan sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 huruf h peraturan ini, akan dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis;
3) Jika dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Notaris tidak mengikuti Pendidikan
Profesi lanjutan, atau jika dalam waktu 5 (lima) tahun Notaris tidak
mengikuti Pendidikan Profesi lanjutan, sebanyak 3 (tiga) kali, Notaris
dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan usaha di
bidang Pasar Modal, kecuali Notaris yang sedang melaksanakan cuti, sakit,
atau untuk sementara berhalangan menjalankan untuk menjalankan
kegiatan di Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam angka 16 peraturan
ini.

13
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 67 /POJK.04/2017 Tentang Notarsi yang
Melakukan Kegiatan di Pasar Modal, Pasal 3.
14
Keputusan Kepala BAPEPAM No.Kep-37/PM/1996 lampiran NOMOR VIII.D.1.- tanggal
17 januari 1996 Tentang Pendaftaran Notaris yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal.
B. Penanganan Terhadap Pelanggaran Dan Kejahatan Yang Dilakukan Oleh
Notaris Sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal
1. Pelanggaran:
Terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal adalah
karena beberapa alasan, seperti kesalahan pelaku pasar modal, kelemahan
aparat yang mencakup integritas dan profesionalisme, dan juga karena
kelemahan peraturan yang ada.15Kejahatan di bidang pasar modal terbagi
menjadi kejahatan yang berkaitan dengan teknis administratif dan
kejahatan pasar. Ketentuan yang berkaitan dengan profesi penunjang pasar
modal, khususnya Notaris berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Pasar
Modal, setiap profesi Penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan
standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya. 16 Apabila kewajiban tersebut tidak terpenuhi
maka para profesi penunjang pasar modal tersebut akan mendapatkan
sanksi administratif dan sanksi pidana. Selain itu, jenis kejahatan yang
dapat dilakukan oleh notaris Pasar Modal adalah bentuk kejahatan pasar,
yaitu penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam.
Sedangkan pelanggaran yang bersifat administratif, yang
berpotensi dilakukan oleh notaris, adalah berkaitan dengan kewajiban
menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada BAPEPAM
dan/atau masyarakat, serta pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban
yang diatur dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, yaitu mengenai kewajiban menaati kode etik dan standar
profesi. Pada pelanggaran yang bersifat administratif ini dapat dikenai
sanksi administratif sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 102 Ayat 2
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sanksi
administratif tersebut yaitu peringatan tertulis, denda yaitu kewajiban
untuk membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan
persetujuan; dan pembatalan pendaftaran. 17
Salah satu contoh kasus dari pelanggaran Notaris dalam pasar
modal adalah sebagai berikut: pada awalnya seorang Investor dari PT. Star
Pasific, Tbk melapor ke BAPEPAM tentang adanya dugaan pelanggaran
pasar modal yang dilakukan oleh PT. Star Pasific, Tbk. Pelanggaran
tersebut terkait aksi korporasi, right issue pada Januari 2009. Konversi
saham seri A dan seri B menjadi saham seri C yang dianggap cacat hukum
karena adanya perlakuan yang berbeda bagi pemegang saham minoritas
yang sahamnya tidak dikonversi. dalam kasus tersebut selain PT. Star
Pasific, Tbk. sebagai terlapor serta Notaris X sebagai turut terlapor yang
membantu dan berperan dalam pelaksanaan RUPS Luar Biasa III
tertantanggal 27 November 2008.
Adanya pemegang saham yang berdomisili di British Virgin Island
yang memberikan kuasa pada PT. Ciptadana Securities untuk hadir dalam
RUPSLB III, dimana surat kuasa tersebut tidak ada legalisasi dari Notaris
15
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), Hal. 258.
16
Indonesia, Undang-undang tentang Pasar Modal, Op.Cit.,Pasal 66.
17
Ibid., Pasal 102 ayat (2).
atau pejabat yang berwenang dan Perwakilan Republik Indonesia di
British Virgin Island.
Diketahui bahwa Notaris X tidak memenuhi panggilan tim
pemeriksa, karena BAPEPAM tidak meminta izin kepada Majelis
Pengawas Daerah Notaris. Sehigga dugaan pelanggaran tersebut tidak
dapat diklarifikasi lebih lanjut. Namun BAPEPAM tetap menjatuhkan
sanksi administratif kepada Notaris X, yakni berupa pembekuan kegiatan
usaha selaku Notaris pasar modal selama 3 (tiga) bulan, atas pelanggaran
terhadap pasal 66 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal jo. Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 16 ayat 1 huruf a Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Pasal 3 Kode Etik
Notaris. Terhadap sanksi yang dilakukan oleh BAPEPAM, Notaris X tidak
melakukan upaya keberatan.Notaris sebagai salah satu profesi penunjang
dalam pasar modal bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan kegiatan
pasar modal terkait dengan produk-produk yang berupa akta otentik yang
dihasilkan oleh Notaris tersebut. Tanggung jawab utama dari profesi
penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public
dan memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan (disclosure) yang
sifatnya terus-menerus.
Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris atau UUJN yang
disebutkan dalam Pasal 1 Pengertian Notaris yang menyatakan bahwa:
“Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
penetapan, yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan
grosse, salinan, dan kutipannya, semuanya sepanjang akta itu oleh suatu
peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
atau orang lain.”18
Notaris yang dimaksud adalah pejabat umum yang berwenang
membuat akta otentik dan terdaftar di BAPEPAM. Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik dua hal utama dalam kaitan kedudukan Notaris
sebagai Profesi Penunjang Pasar Modal, yaitu pertama sebagai pejabat
umum yang berwenang membuat akta otentik dan yang kedua adanya
kewajiban Notaris untuk terlebih dahulu mendaftarkan dirinya di
BAPEPAM agar dapat menjadi pelaku dalam pasar modal.19
Notaris adalah profesi yang tidak berpihak. Dalam membuat suatu
akta, independensi Notaris harus benar-benar tercermin dimana akta yang
dibuat oleh Notaris sedapat mungkin tidak memberikan keuntungan yang
tidak seimbang antara para pihak yang terlibat dalam akta, ataupun pihak-
pihak yang akan terpengaruh oleh akta. Dalam Pasal 16 huruf a Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengatur bahwa
Notaris wajib:“bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum”.
Keberadaan Notaris di dalam transaksi kegiatan di bidang pasar
modal sangat dibutuhkan, terutama terkait pembuatan akta-akta otentik.

18
Indonesia, Undang-undang Tentang Jabatan Notaris, Op.Cit., Pasal. 2.
Akta-akta otentik yang dibuat oleh Notaris memiliki kekuatan pembuktian
yang sempurna di muka pengadilan.20
Akta otentik itu sendiri diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata:
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuat”
Serta dalam Pasal 1 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris: “Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik.”21
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai
peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan
masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang
perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan akan
pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan dengan
berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan
ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global.
Melalui akta otentik ditentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya
sengketa. Walaupun seandainya sengketa tersebut tidak dapat dihindari,
dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik sebagai alat
bukti tertulis dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian
perkara secara murah dan cepat. Akta otentik dibuat oleh atau di hadapan
Notaris, selain karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan,
tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk
memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi
masyarakat secara keseluruhan.22
Dalam hal ini Notaris X sebagai turut terlapor, tidak cermat dan
tidak hati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Legalisasi terhadap
dokumen/surat kuasa yang berasal dari luar negeri dan yang akan
digunakan di Indonesia, berlaku ketentuan sebagaimana yang tertuang
dalam surat dari Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 tentang
Naskah Dokumen Luar Negeri yang mempunyai akibat hukum di
Indonesia, yakni sebagai berikut:23
a. Dokumen-dokumen yang disusun sesuai dengan ketentuan-ketentuan
hukum atau peraturan perundang-undangan setempat oleh pejabat-
pejabat yang ditunjuk dan berwenang untuk melakukan hal itu,
disahkan oleh Departemen Luar Negeri dari negara yang
bersangkutan;
b. Perwakilan Republik Indonesia melegalisir tanda tangan dan cap
pejabat Departemen Luar Negeri negara yang dimaksud tersebut di
atas. Untuk keperluan legalisasi, biasanya perwakilan Republik
Indonesia

20
Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. kedua, (Jakarta: Erlangga, 1983),
Hal. 54-55.
21
Ibid., Hal 2.
22
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), Hal.29.
23
Surat Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 tentang Naskah Dokumen Luar
Negeri.
menerima contoh dari tanda tangan pejabat-pejabat yang berwenang
tersebut;
c. Agar dokumen yang telah dilegalisir oleh Perwakilan Republik
Indonesia tersebut di atas dapat berlaku di Indonesia, maka tanda
tangan pejabat Perwakilan Republik Indonesia pada dokumen-
dokumen tersebut perlu di legalisasi kembali oleh Departemen Luar
Negeri Republik Indonesia;
Dengan demikian surat kuasa yang diberikan oleh pemegang saham
PT Star Pacific, Tbk yang berdomisili di British Virgin Island yang
memberi kuasa kepada PT Ciptadana Securities untuk menghadiri dalam
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa III, untuk dapat digunakan di
Indonesia maka surat kuasa tersebut haruslah terlebih dahulu disahkan
oleh Departemen Luar Negeri di British Virgin Island, kemudian diberi
tanda tangan dan cap dari pejabat Departemen Luar Negeri di British
Virgin Island tersebut, dan tidak lupa harus dilegalisasi oleh Perwakilan
Republik Indonesia di British Virgin Island, selanjutnya untuk dapat
berlaku di Indonesia, maka tanda tangan pejabat Perwakilan Republik
Indonesia di British Virgin Island tersebut harus dilegalisasi kembali oleh
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3038
K/Pdt/1981 juga menyatakan sebagai berikut: “Keabsahan mengenai surat
kuasa yang dibuat di luar negeri selain harus memenuhi persyaratan
formil juga harus dilegalisir lebih dahulu oleh KBRI setempat.”
Putusan Mahkamah Agung tersebut juga dijadikan landasan bagi
Pengadilan Tinggi Agama Surabaya ketika memutus suatu perkara. Dalam
pertimbangan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor
60/Pdt.G/2008/PTA.Sby. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya antara lain
menyatakan sebagai berikut:Untuk keabsahan surat kuasa yang dibuat di
luar negeri ditambah lagi persyaratannya, yakni legalisasi pihak KBRI,
tidak menjadi soal apakah surat kuasa tersebut berbentuk di bawah tangan
atau otentik, mesti harus dilegalisasi KBRI. Syarat ini bertujuan untuk
memberi kepastian hukum Pengadilan tentang kebenaran pembuatan surat
kuasa di negara yang bersangkutan. Dengan adanya legalisasi tidak ada
lagi keraguan atas pemberian kuasa kepada kuasa.
Tidak teliti dan tidak cermatnya Notaris X dalam melaksanakan tugas
dan jabatannya sangat jelas dapat mengakibatkan tidak sahnya suara atau
tidak dihitungnya suara yang dikeluarkan oleh penerima kuasa yang
dalam hal ini PT. Ciptadana Securities Rapat Umum tidak diakui sah
dalam Pemegang Saham Luar Biasa III.
Sehubungan dengan peraturan tersebut, dalam Pasal 4 Angka 2 jo.
Pasal 16 Ayat 1 Huruf a UU No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
jo. Pasal
3 Kode Etik Notaris, disebutkan bahwa Notaris dalam menjalankan
jabatannya berkewajiban bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak
berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum. Dalam hal ini Notaris X tidak memenuhi panggilan dari
BAPEPAM dan menyampaikan melalui surat No. 80/MW/VII/2009
tertanggal 29 Juli 2009 dan surat No. 10/VIII/MW/2009 tertanggal 4
Agustus 2009 dengan
berdalih bahwa BAPEPAM harus meminta izin kepada Majelis Pengawas
Daerah.
Dalam kasus ini pemanggilan oleh tim pemeriksa dari BAPEPAM
tersebut bukanlah untuk kepentingan peradilan ataupun penyidikan.
Pemanggilan tersebut merupakan pemeriksaan dalam lingkup wilayah
otoritas pasar modal, sekaligus pemenuhan terhadap ketentuan Pasal 100
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 12 Ayat 3 PP No. 46
Tahun 1995 tentang Tata cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal,
dimana BAPEPAM memiliki wewenang untuk mengadakan pemeriksaan
terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran peraturan di bidang pasar modal.
Sebagaimana ketentuan Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris ini mutlak menjadi kewenangan MPD, yang tidak
dipunyai oleh Majelis Pengawas Wilayah ataupun Majelis Pengawas
Pusat. Ketentuan tersebut berlaku hanya dalam perkara pidana, karena
berkaitan dengan tugas penyidik dan penuntut umum dalam ruang lingkup
perkara pidana. Jadi, apabila seorang Notaris digugat secara perdata, maka
izin dari MPD tersebut tidak diperlukan, karena hak setiap orang untuk
mengajukan gugatan jika ada hak-haknya yang terlanggar akibat
kecerobohan atau kelalaian seorang Notaris.24
Sebagaimana kasus tersebut jika dilihat dalam ketentuan Pasal 66 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengatur sebagai berikut:25
“Setiap profesi penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan
standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini dan/atau peraturan
pelaksanaannya.” Khusus bagi Notaris yang berkegiatan di bidang pasar
modal, hubungan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris adalah Lex specialis derogat lex generalis.
Kode etik Notaris merupakan suatu standar pemenuhan kualitas
minimal jasa yang diberikan kepada kliennya, dan merupakan suatu
kewajiban bagi setiap Notaris yang berkegiatan di pasar modal untuk
mentaatinya. Namun, dalam hal kode etik dan standar profesi dimaksud
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal beserta peraturan pelaksananya, maka Notaris sebagai profesi
penunjang pasar modal harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal beserta peraturan
pelaksananya.
2. Kejahatan:
Perkembangan ekonomi saat ini berjalan sangat pesat namun,
ditengah pesatnya pertumbuhan ekonomi yang kemudian memberi peluang
kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal untuk
melakukan kejahatan pasar modal.26 Selain menimbulkan fenomena baru

24
Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris, cet. pertama, (Jakarta: PT Refika Aditama,
2011), Hal.7.
25
Indonesia, Undang-undang Nomor tentang Pasar Modal, Op.Cit., Pasal 66.
26
Elvira Fitriyani Pakpahan, dkk. “Peran Pemerintah dalam Mitigasi Kejahatan Pasar
Modal Indonesia”, JEHSS Vol.2, (Agustus 2019), Hal.2
yang banyak menguntungkan dalam aktivitas ekonomi, karena
memungkinkan perusahaan mendapatkan dana masyarakat yang relatif
murah dan memberikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat, pasar
modal juga mempunyai sisi negatif dengan munculnya kejahatan kerah
putih (white collar crime), yang sangat merugikan masyarakat. Bahkan
kejahatan kerah putih yang terjadi di pasar modal pada umumnya
dilakukan dengan begitu sempurnanya sehingga para korban sama sekali
tidak merasa dirugikan dengan adanya kejahatan tersebut. masyarakat
umumnya hanya menganggap kejahatan yang dilakukan, dan
mengakibatkan kerugian bagi mereka, sebagai akibat yang harus
ditanggung karena “kekuatan” pasar yang negatif, dan merupakan bagian
dari mekanisme di mana mereka kebetulan menjadi korbannya.27 Tidak
terpungkiri bahwa tingkat kesulitan penegakan hukum bagi pelanggaran
tindak pidana yang masuk dalam katagori kejahatan kerah putih, berbeda
dengan penegakan hukum terhadap kejahatan konvensional.28
Selanjutnya Tindak pidana berupa kejahatan dalam pasar modal
adalah berbagai tindakan yang terdapat dalam pasal 103 ayat 1, pasal 104,
pasal 106 dan pasal 107 UU Pasar Modal yaitu:29Pihak- pihak yang
melakukan kegiatan pasar modal tanpa izin atau atau pendaftaran
sebagaimana disyaratkan oleh UU Pasar Modal, seperti: bursa efek, LKP
dan LPP, reksadana, perusahaan efek, wakil perusahaan efek, penasehat
investasi, custodian, biro administrasi efek, wali amanat, dan profesi
penunjang pasar modal, Penipuan, Manipulasi pasar, Perdagangan orang
dalam, melanggar ketentuan tentang emiten yang bisa melakukan
penawaran umum (IPO) dan juga kewajiban perusahaan publik
menyatakan pendaftarannya kepada Bapepam, dan setiap pihak yang
dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan pihak lain atau
menyesatkan BAPEPAM, menghilangkan, memusnahkan, menghapus,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan dan memalsukan catatan dari
pihak yang memperoleh izin, persetujuan atau pendaftaran termasuk
emiten dan perusahaan publik. Pemerintah Indonesia melalui Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) berupaya keras untuk mengatasi dan
mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara, antara
lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai
tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal
sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban BAPEPAM sangat berat,
oleh karena itu BAPEPAM diberi kewenangan untuk
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan,
sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas dugaan terjadinya
kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, BAPEPAM memiliki kewenangan
melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian sanksi
administratif.30

27
Baharuddin Lopa, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Cet.II, (Jakarta:PT.
Kompas Media Nusantara, 2002), Hal.35.
28
Hasbullah F. Sjawie, “Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal Sebagai
Bagian Dari Tindak Pidana Ekonomi”, Era Hukum Nomor 2, (Oktober 2016), Hal. 3.
29
Indonesia, Undang-undang tentang Pasar Modal, Op.Cit., Pasal 103-107.
30
M. Irsan Nasarudin, dkk. Op.Cit., Hal. 257.
Pelanggaran yang terjadi di pasar modal sangat beragam dilihat
dari segala jenis, modus, operandi, atau kerugian yang mungkin
ditimbulkan, oleh karena itu Bapepam diberikan kewenangan untuk
mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran yang terjadi dan
wewenang untuk meneruskan ke tahap penyidikan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan dari berbagai sudut pandang, misalnya
pertimbangan aspek yuridis dan ekonomis.31
Pasal 100 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal mengatur bahwa yang dimaksud dengan kejahatan antara lain
diatur dalam Pasal 103 ayat 1, yaitu setiap pihak yang melakukan kegiatan
di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran, sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal.32
Kejahatan yang berpotensi yang dilakukan oleh Notaris sebagai
profesi penunjang pasar modal adalah perdangan oleh orang dalam atau
yang biasa lebih dikenal dengan istilah insider trading. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Concordia University Montreal dan Elizabethtown
College dikatakan bahwa:
“The issue of insider trading is widely documented and has always
been a controversial topic as the public yearns for a final
conclusion. The perception that insiders are better informed about
the affairs of the company and that insiders trades are positively
associated with the firm’s future earnings innovation motivate
many public investors to imitate insiders with the purpose of
achieving abnormal profit.”33
Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menyatakan Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik maupun
orang yang melakukan transaksi dengan emiten, yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan efek.
34
Selanjutnya, Penjelasan Pasal 95 Undang-Undang tersebut menyatakan:
a. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
b. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
c. orang perseorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik
memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam;
atau
d. pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi
Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b atau c di atas.
Dari Pasal 95 Undang-Undang Pasar Modal tersebut diketahui bahwa
pada penjelasan huruf c, Notaris juga dapat dikategorikan sebagai orang
yang karena kedudukannya atau profesinya memungkinkan untuk
mendapatkan informasi orang dalam terkait dengan pembuatan akta yang

31
Bismar Nasution, “Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Di
Bidang Pasar Modal Melalui Pendekatan Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System)”,
USU Law Journal, Vol.3.No.2., (Agustus 2015), Hal. 7.
32
Indonesia, Undang-undang tentang Pasar Modal, Op.Cit., Pasal 100 ayat (2).
33
Emma Neuhauser, “The Linkage between Insider Trading Activities, Market Efficiency,
and Stock Information Content”, JBEP, (September 2017), Page11.
34
Ibid., Pasal 95.
dibuatnya. Sehingga terdapat beberapa oknum Notaris yang
memanfaatkan kedudukannya untuk melakukan perdagangan informasi
orang dalam.
Penyampaian informasi/data tidak boleh menimbulkan presepsi yang
keliru di kalangan para investor dalam mengambil keputusan
investasinya. Yang dimaksud dengan informasi atau fakta material adalah
informasi penting dan relevan mengenai kejadian atau fakta, yang dapat
mempengaruhi harga efek di bursa atau keputusan pemodal atau pihak
lain yang berkepentingan atas informasi tersebut.35
Perdagangan informasi orang dalam juga yang membedakan kejahatan
yang dilakukan di bursa dan kejahatan tindak pidana umum lainnya.
Karena jika tindak pidana pasar modal lainnya sedikit banyak mempunyai
persamaan dengan tindak pidana pasar modal lainnya, perdagangan orang
dalam hanya ada dan eksklusif merupakan ciri khas kejahatan yang hanya
terjadi di pasar modal.36
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau
fakta materil, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga.37
Informasi merupakan komponen yang amat penting dalam berinvestasi.
Karena dengan informasi investor memutuskan apakah akan membeli,
menjual, atau menahan saham-saham (dan efek lainnya). Karena
peningnya informasi dalam keputusan investasi, maka di dalam industri
sekuritas salah satu pilar penting adalah bagaimana menjamin
tersedianya/tersebarnya informasi ini ke sebanyak mungkin investor pada
waktu secepatnya melalui penerapan prinsip keterbukaan. Demikian juga
penyebaran informasi yang memungkinkan setiap pihak mendapatkan
informasi yang bersamaan tanpa menguntungkan salah satu pihak, akan
memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing yang
menggunakan informasi tersebut, tanpa perlu ada yang dirugikan karena
informasi datang terlambat atau pihak lain menerima lebih cepat.
Berdasarkan hal itu, penggunaan informasi orang dalam (Insider
Information) merupakan unsur yang diharamkan di pasar modal. Hal ini
karena penggunaan informasi orang dalam oleh insiders atau pihak lain
yang mempunyai hubungan dengan orang dalam dapat
menguntungkannya pihak tersebut secara finansial, dengan
mengakibatkan kerugian pada pihak lain. Insiders misalnya dapat dengan
cepat mengambil tindakan menjual (bisanya pada harga lebih tinggi),
apabila dari laporan keuangan perusahaan dia mengetahui adanya
kerugian yang akan dilaporkan perusahaan. Informasi-informasi tersebut
merupakan informasi yang akan menjadi penyebab naik atau turunnya
harga saham perusahaan.
Dengan demikian larangan penggunaan informasi orang dalam lebih
disebabkan karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang kurang
fair terhadap orang lain, yang sama sekali tidak tahu adanya informasi
tersebut. atau seperti yang dikatakan Cambell Committee di Australia:

35
M. Irsan Nasarudin, “Resiko Investasi Pada Surat Berharga Pasar Modal”, Jurnal
Hukum dan Pembangunan, Hal. 3.
36
Barry A.K. Ridder, Insider Trading, (Brisol: Jordans & Sons Limited, 1983), Hal.1.
37
Fadilah Haidar, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Kejahatan
Insider Trading Pada Pasar Modal Di Indonesia, Jurnal Cita Hukum, Vol.3. (Juni 2015), Hal. 7.
”The objective of restrictions on insider trading is to ensure that
securities market operates freely and fairly , with all participants
having equal access to relevant information”.38
Oleh karenanya larangan terhadap penggunaan informasi orang dalam
transaksi efek telah merupakan suatu yang universal dalam tahun-tahun
belakangan ini. larangan penggunaan informasi orang dalam telah
diadopsi oleh banyak negara karena memang larangan penggunaannya
dianggap sangat tidak tepat.ntetapi ini tidak berarti tidak ada orang yang
mempertanyakan larangan atas penggunaan informasi orang dalam,
misalnya yang dikemukakan oleh HLG Manne yang menyatakan bahwa:
“The first that insider trading by insiders allows information to
rapidly impounded in the prices of securities. As a result, the
efficiency of capital market increases. Because firms use securities
prices in making investment and capital budgeting decisions,
increases in prices efficiency will lead to higher levels of economic
output.”39
Informasi orang dalam sendiri tidak secara tegas dinyatakan
penggunaannya oleh Undang-Undang Pasar Modal. Dalam penjelasan
atas Pasal 95, Undang-Undang Pasar Modal hanya menyatakan bahwa
“informasi orang dalam” adalah informasi material yang dimiliki oleh
orang dalam belum tersedia untuk umum. Oleh karenanya, untuk
mendapatkan pengertian yang lebih jelas atas istilah informasi orang
dalam ini haruslah dibaca dengan menghubungkan dua istilah yang
digunakan Undang-Undang Pasar Modal dengan istilah “orang dalam”,
yang digunakan dalam penjelasan atas Pasal 95 mengenai istilah orang
dalam.
Pengaturan Pasar Modal Indonesia, juga membuat larangan
memengaruhi orang lain untuk melakukan transaksi atau memberikan tip
kepada pihak lain. Pasal 96 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal menyatakan orang yang dimaksud pada Pasal 95
Undang- Undang pasar modal dilarang mempengaruhi pihak lain dalam
pembelian dan penjualan efek dan memberi informasi kepada pihak
manapun.40
Sanksi dari tindak pidana yang dilakukan dalam pasar modal seperti
penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam yang diatur
dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97
ayat (1) dan Pasal 98 Undang-Undang Pasar Modal tersebut adalah pidana
penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima belas
milyar rupiah hal ini disebutkan dalam Pasal 104 Undang-Undang Pasar
Modal.41
Peranan Notaris dalam pasar modal sangat penting dan mempunyai
peranan kunci terkait dengan informasi atau data-data. Dalam penawaran
umum, Notaris berperan sejak sebelum, ketika, dan sesudah penawaran
umum. Dengan demikian dapat dipastikan dalam menjalankan tugasnya,
seorang Notaris sebagai profesi penunjang pasar modal, mudah untuk
memperoleh informasi tentang emiten atau perusahaan publik.
38
R. Baxt, Securities Industries Law, 1996. Hal. 313.
39
HLG. Manne, insider Trading and The Stock Market, 1966.
40
Indonesia, Undang-undang tentang Pasar Modal,Op.Cit., Pasal 96.
41
Ibid., Pasal 104.
Oleh karena itu posisi seorang Notaris sangat rawan dengan praktik
insider trading, karena Notaris dapat dengan mudah menjadi pihak yang
membocorkan informasi orang dalam tersebut kepada pihak lain yang
mempunyai kepentingan tertentu. Infomasi yang dimaksud dapat
dikategorikan sebagai informasi material yang dimiliki oleh orang dalam
yang belum tersedia untuk umum dan masih bersifat tertutup atau rahasia
serta dapat mengakibatkan diuntungkannya pihak-pihak lain tersebut.
Terlepas dari sulitnya pelacakan yang harus dilakukan atas pelaku
kejahatan di pasar modal, hal pertama yang harus dilakukan dalam
penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan di pasar modal
sebenarnya keinginan untuk melakukan penyidikan itu sendiri. Keinginan
ini akan dipermudah apabila otoritas pasar modal mewajibkan dengan
konsisten dilakukannya pencatatan secara benar, atas transaksi dan pelaku
transaksi oleh perusahaan efek. Pencatatan yang baik dan benar akan
membuat otoritas pasar modal lebih mudah melakukan pelacakan atas
kejahatan yang dilakukan, karena pada dasarnya pelacakan yang
didasarkan atas laporan yang benar dapat mengharapkan terbongkarnya
kasus-kasus kejahatan dipasar modal. Penatatan atas identitas yang benar
akan sangat mebantu tersingkapnya pelaku atas kejahatan.
Memang sulit untuk menghentikan dan menemukan semua kejahatan
yang terjadi, karena transaksi di pasar modal memang terjadi dengan cepat
dan dalam jumlah yang banyak. Tetapi otoritas yang berwenang pasti dapat
menemukan kejahatan-kejahatan yang dilakukan dalam skala yang besar,
sepanjang adanya pencatatan yang benar dan baik atas identitas dan
transaksi yang dilakukan. Dengan mempergunakan catatan yang ada,
penyidik dapat melacak dari mana asal transaksi tersebut, siapa pelakunya,
apa hubungan yang ada antara pelaku transaksi dengan efek yang
ditransaksikannya, serta motif apa yang ada di belakang transaksi tersebut.
Perlu dilakukan telaah hukum secara mendalam akan kejahatan insider
trading agar hukuman yang diterima tepat sasaran dan memiliki efek jera,
terlepas sanksi tersebut berupa sanksi perdata atau pidana. Sistem
Pengawasan di Pasar Modal Dari studi kasus pelanggaran hukum pasar
modal khususnya insider trading, tergambar bahwa demikian luas dan
rumitnya tindak pelanggaran di pasar modal. Hal ini harusnya dapat
diakomodir dalam pengembangan hukum Indonesia.42
1. Pemeriksaan dan penyidikan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 100 dan 101 Undang-Undang Pasar
Modal, pemeriksaan dan penyidikan terhadap peristiwa yang diduga
merupakan pelanggaran UUPM dan peraturan pelaksanaannya, dilakukan
oleh BAPEPAM.43 BAPEPAM yang kini disebut otoritas jasa keuangan
(OJK) berwenang melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang
patut diduga telah, sedang atau mencoba melakukan atau menyuruh, turut
serta, membujuk atau mencoba melakukan pelanggaran UUPM dan/atau
peraturan pelaksanaannya. Dengan kewenangan tersebut, BAPEPAM
dapat mengumpulkan data, informasi dan/atau keterangan lain yang
diperlukan
42
Prawitra Thalib, “Mekanisme Penanganan Kejahatan Insider Trading Pasar Modal Di
Indonesia”, Yuridika Vol. 27, (Mei-Agustus 2012), Hal. 5.
43
Ibid., Pasal 101-101.
sebagai bukti atas pelanggaran terhadap peraturan perundangan pasar
modal.
UUPM memberi wewenang kepada BAPEPAM/OJK
untukmenunjuk pegawainya yang diberi tugas penyidikan sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), seperti yang diatur dalam Pasal 6
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 44
Dengan status sebagai PPNS, maka PPNS tersebut juga berperan sebagai
polisi pasar modal, yaitu polisi degan keahlian khusus. Dengan tugas ini,
BAPEPAM/OJK mempunyai kewenangan yang sama seperti yang
dipunyai oleh otoritas pasar modal di negara lain seperti securities and
exchange commission (SEC) di Amerika Serikat. Harapan masyarakat di
masa depan juga akan semakin besar terhadap OJK, karena dianggap
sebagai “guardian” dari para investor. BAPEPAM/OJK diharapkan
melakukan enforcement secara konsisten terhadap pelanggaran peraturan
yang terjadi di pasar modal.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Pasar Modal telah dikeluarkan yang pada dasarnya
mengatur formalitas yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan, norma
pemeriksaan, serta tata cara yang dilakukan dalam pemeriksaan. Dalam
rangka pemeriksaan BAPEPAM/OJK dapat meminta
keterangan/konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan pihak lain
yang diduga melakukan atau terlibat dalam adanya pelanggaran pasar
modal.45 Data, informasi, bahan dan keterangan lain yang dikumpulkan
dalam rangka pemeriksaan pihak yang melanggar Undang-Undang Pasar
Modal, dapat digunakan untuk menetapkan sanksi administratif.
Sementara kewenangan BAPEPAM/OJK dalam hal penuntutan
terhadap kasus tindak kejahatan di bidang pasar modal berada di tangan
kejaksaan. BAPEPAM/OJK tidak berwenang untuk itu. Tugas
BAPEPAM/OJK adalah melakukan pemeriksaan dan penyidikan dibuat,
dan akan menyerahkan berkas tersebut kepada kejaksaan. Selanjutnya
pihak kejaksaan akan menindak lanjuti hasil kerja BAPEPAM tersebut,
setelah dikaji, kejaksaan akan memberikan keputusan, berkas perkara
dianggap lengkap dan bisa diteruskan untuk melakukan penuntutan atau
berkas perkara dianggap tidak lengkap, tidak jelas, maka kejaksaan akan
mengembalikan berkas tersebut kepada BAPEPAM/OJK untuk
disempurnakan. Namun tampaknya sampai saat ini kerjasama antara
BAPEPAM/OJK dan kejaksaan harus lebih ditingkatkan agar titik-titik
kelemahan dari hasil kerja kedua instansi tersebut bisa diatasi, sehingga
penegakan hukum atas tindak pidana dalam pasar modal dapat lebih
optimal.

III.PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

44
Indonesia, Undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 6.
45
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Pasar
Modal.
1. Notaris yang ikut andil dalam bidang pasar modal adalah notaris
terdaftar sebagaimana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM
Nomor. Kep- 37/PM/1996 tentang pendaftaran Profesi Penunjang
Pasar Modal. Peranan Notaris di bidang pasar modal sangat
diperlukan terutama dalam hubungannya dengan penyusunan
anggaran dasar para pelaku pasar modal, seperti emiten, perusahaan
publik, perusahaan efek, dan reksa dana, serta pembuatan kontrak-
kontrak penting seperti kontrak reksa dana, kontrak penjaminan
emisi, dan perwaliamanatan. Untuk menjamin keaslian dan
kepercayaan para pihak, pengesahan dari Notaris menjadi sesuatu
yang sangat penting.
2. Pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan Notaris di bidang pasar
modal yaitu pelanggaran berkaitan dengan teknik administratif.
Dalam pelanggaran teknik administratif, terdapat ketentuan
berdasarkan Pasal 66 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Sedangkan kejahatan dalam pasar modal yang berkaitan dengan
Notaris berupa perdagangan oleh orang dalam atau yang biasa
dikenal dengan istilah insider trading. Kejatahan ini berpotensi
sangat besar dilakukan oleh Notaris Pasar Modal, di mana Pasal 95
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa “orang
dalam” tidak boleh melakukan perdagangan, memengaruhi dan
memberikan informasi kepada pihak lain, sementara Notaris dalam
Pasar Modal mempunyai peranan penting terkait dengan informasi
atau data-data.

B. Saran
1. Notaris yang berkegiatan di pasar modal seharusnya wajib
memahami dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
pasar modal, serta menjalankan jabatan sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan kode etik notaris.
2. Pemerintah harus lebih cermat dalam mengawasi kegiatan dalam
pasar modal sehingga kejahatan dan pelanggaran dalam pasar
modal dapat diminimalisir serta dapat melindungi pihak-pihak
yang terkait di dalam pasar modal

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang tentang Jabatan Notaris. UU Nomor 30 Tahun
2004.LN Tahun 2004 Nomor 117. TLN Nomor 4432. Yang diubah dengan
Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Jabatan Notaris.
UU No. 2 Tahun 2014. LN No. 3 Tahun 2014, TLN No. 5491.
. Undang-Undang tentang Pasar Modal. UU Nomor 8
Tahun 1995. LN Nomor 64 Tahun 1995. TLN Nomor 360.
. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).
Cet XIX. Diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio. Jakarta:
Pradnya Paramita. 1995.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 Pasal 56 ayat (2) tentang
Penyelenggaraan di Bidang Pasar Modal;
Departemen Kehakiman. Surat tertanggal 1 Mei 1978 tentang Naskah
Dokumen Luar Negeri
Keputusan Kepala BAPEPAM No.Kep-37/PM/1996 Pasal 1-B lampiran
nomor VIII.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 67/POJK.04/2017 Tentang
Notaris yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal
B. Buku
Adjie, Habib. Majelis Pengawas Notaris, cet. Pertama. Jakarta: PT Refika
Aditama, 2011.
A.K. Ridder, Barry. Insider Trading. Brisol: Jordans & Sons Limited.
1983. Baxt, R. Securities Industries Law, 1996.
Fuady, Munir. Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,
Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. 2005.
Ghofur Anshori, Abdul. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Prespektif
Hukum dan Etika. Yogyakarta: UII Press. 2009.
Kansil dan Christine Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, cet2.
Jakarta:Pustaka Sinar Harapan. 2002.
Lopa, Baharuddin. Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Cet.II.
Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara.2002.
Manne, HLG. insider Trading and The Stock Market, 1966.
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007.
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika. 2006.
Tan Thong Kie. Serba Serbi Praktek Notaris, Buku I Cet. 2. Jakarta, PT.
Ichtiar Baru. 2001.
Tobing, Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, cet. Kedua. Jakarta:
Erlangga.1983.
C. Jurnal
Chandra, Rudy. “Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa
Efek Indonesia”, Bisnis dan Birokrasi Vol.17, Hal. 1.
Fitriyani Pakpahan, Elvira dkk. “Peran Pemerintah dalam Mitigasi
Kejahatan Pasar Modal Indonesia”, JEHSS Vol.2, (Agustus 2019),
Hal.2
Haidar, Fadilah. “Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik
Kejahatan Insider Trading Pada Pasar Modal Di Indonesia, Jurnal
Cita Hukum, Vol.3. (Juni 2015), Hal. 7.
Muklis, Faiza. Perkembangan Dan Tantangan Pasar Modal Indonesia,
Jurnal Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Hal. 1.
Neuhauser, Emma. “The Linkage between Insider Trading Activities,
Market Efficiency, and Stock Information Content”, JBEP,
(September 2017), Page11.
Nasution, Bismar. “Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana
Penipuan Di Bidang Pasar Modal Melalui Pendekatan Sistem
Peradilan Pidana (Criminal Justice System)”, USU Law Journal,
Vol.3.No.2., Hal. 7.
Nasarudin, M. Irsan. “Resiko Investasi Pada Surat Berharga Pasar Modal”,
Jurnal Hukum dan Pembangunan, Hal. 3.
Sri Imantiati, Neni. “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dan Upaya
Bapepam Dalam Mengatasi Pelanggaran Dan Kejahatan Pasar”,
Jurnal Mimba, (Oktober-Desember 2000), Hal.2.
Sjawie, Hasbullah F. “Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar
Modal Sebagai Bagian Dari Tindak Pidana Ekonomi”, Era Hukum
Nomor 2, (Oktober 2016), Hal. 3.
Thalib, Prawitra. “Mekanisme Penanganan Kejahatan Insider Trading
Pasar Modal Di Indonesia”, Yuridika Vol. 27, (Mei-Agustus 2012),
Hal. 5.

Anda mungkin juga menyukai