Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dhimas Setya Nugraha

NIM : 212400274

Prodi : Manajemen/A

Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan

DASAR HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA

Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan baik itu obligasi, saham, dan lain sebagainya. Pasar modal adalah
sarana pendanaan bagi perusahaan dan sarana bagi kegiatan berinvestasi dimana kegiatannya
berupa pertemuan antara penjual dan pembeli memperjualbelikan dana atau modal. Pembeli dana
merupakan perorangan atau badan usaha yang menyisihkan dana atau modal untuk usaha yang
produktif sedangkan penjual dana merupakan perusahaan yang membutuhkan dana atau tambahan
modal untuk kebutuhan usahannya.

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976, pasar modal
merupakan bursa efek seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952.
Yang dimaksud dengan bursa efek ini adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia, yang didirikan
untuk perdagangan uang dan efek-efek termasuk semua pelelangan efek-efek. Dalam ketentuan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dinyatakan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkatan dengan efek.

Dengan demikian pasar modal merupakan suatu pasar yang disiapkan untuk
memperdagangkan saham, obligasi, maupun jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan
jasa perantara perdagangan efek. Disinilah para pelaku pasar yang mempunyai kelebihan dana
melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Dasar Hukum Pasar Modal di Indonesia

Hukum pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan terkait penawaran umum yang
dikaitkan dengan kegiatan penawaran efek oleh emiten untuk menjual efek pada masyarakat umum
berdasarkan Teknik yang diatur dalam undang-undang pasar modal serta dalam peraturan
pelaksanaannya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pasar modal menjalankan dua
fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Untuk fungsi ekonomi, pasar modal adalah
wadah yang mempertemukan pihak yang memiliki dana dan ingin berinvestasi dengan harapan
akan mendapatkan imbalan dari investasi yang dilakukan dengan perusahaan yang memerlukan
dana tambahan untuk mengembangkan kegiatan usahanya agar memperoleh keuntungan yang
besar. Sedangkan fungsi keuangan, pasar modal menjadi tempat yang menyediakan dana bagi
perusahaan yang sedang membutuhkan yang dimana investor tidak perlu terlibat langsung dalam
kepemilikan aktiva riil untuk investasinya.

Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan betapa signifikan manfaat pasar modal bagi


perekonomian negara. Meningkatnya perkembangan pasar modal dan besarnya manfaat yang di
dapatkan dari adanya pasar modal bagi perekonomian negara perlu diimbangi dengan perangkat
hukum yang memadai agar dapat memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada
masyarakat selaku investor atas efek yang diterbitkan perusahaan.

Untuk menciptakan sebuah lembaga pasar modal yang modern tidak hanya didukung oleh
penggunaan perangkat teknologi yang canggih berupa komputerisasi sistem perdagangannya saja,
tetapi juga membutuhkan adanya kerangka hukum yang kokoh sebagai landasan hukum baik
berupa undang-undang maupun pelaksanaan yang mengatur segala aspek kegiatan pasar modal.

Pengaturan pasar modal di Indonesia dimulai pada tahun 1951 dengan diterbitkannya
Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 tentang bursa. Undang-Undang bursa ini
merupakan tonggak sejarah peraturan perundang-undangan di Indonesia. Satu tahun kemudian
Undang-Undang Darurat ini ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Tentang Bursa. Saat ini pasar modal di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal beserta peraturan pelaksanaannya.
Dalam rangka mengikuti laju perkembangan ekonomi yang semakin meningkat dan untuk
menciptakan kegiatan pasar modal yang teratur, efesien, serta melindungi para pemodal dan
masyarakat maka dilakukan penyempurnaan terhadap perangkat hukum pasar modal dengan
disahkannya UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan ditindaklanjuti dengan dua Peraturan
Pemerintah masing-masing PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mulai berlaku efektif pada 1
Januari 1996. Dan juga dikeluarkan tiga Keputusan Menteri Keuangan, satu berisi tentang
Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal, dan dua
lainnya berisi tentang Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksadana oleh Pemodal Asing, dan
Pembatasan Pemilikan Saham Perusahaan Efek oleh Pemodalan Asing

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah ketentuan
umum mengenai undang-undang Pasar Modal. Berisi tentang definisi, pengertian, serta aturan dan
ketentuan mengenai aktivitas di pasar modal. Di dalamnya berisi tentang:

BAB I Ketentuan Umum


Memberikan penjelasan tentang definisi, pengertian, serta aturan dan ketentuan yang diatur di UU
Pasar Modal.

BAB II Badan Pengawas Pasar Modal


Aturan mengenai fungsi, peran, otoritas, serta tanggung jawab yang dimiliki Badan Pengawas
Pasar Modal.

BAB III Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian
Memberikan pemaparan fungsi, syarat, dan ketentuan mengenai aktivitas di Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

BAB IV Reksa Dana


Aturan mengenai bentuk dan sifat Reksa Dana, serta ketentuan mengenai pengelolaan Reksa Dana.
BAB V Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi
Aturan mengenai persyaratan, ketentuan, otoritas kegiatan, serta pedoman untuk Perusahaan Efek,
Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi.

BAB VI Lembaga Penunjang Pasar Modal


Aturan mengenai persyaratan dan ketentuan tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal, yang di
dalamnya termasuk Kustodian, Biro Administrasi Efek, dan Wali Amanat.

BAB VII Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif


Penjelasan mengenai tata cara aktivitas penyelesaian transaksi bursa, serta syarat dan ketentuan
mengenai penitipan kolektif.

BAB VIII Profesi Penunjang Pasar Modal


Aturan yang mengatur profesi penunjang aktivitas Pasar Modal, serta persyaratan, tata cara, dan
kewajiban saat melakukan aktivitas di Pasar Modal.

BAB IX Emiten dan Perusahaan Publik


Penjelasan mengenai persyaratan pendaftaran, kewajiban, ketentuan, serta hak yang dimiliki
Emiten dan Perusahaan Publik dalam aktivitas di bursa saham.

BAB X Pelaporan dan Keterbukaan Informasi


Memberikan paparan kewajiban bagi pelaku di bursa saham untuk melapor kepada Badan
Pengawas Pasar Modal, termasuk jenis laporan yang harus disampaikan.

BAB XI Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam


Penjelasan mengenai aktivitas dan kegiatan apa saja yang dilarang di kegiatan Pasar Modal,
termasuk penipuan, dan pelarangan penggunaan orang dalam sesuai ketentuan berlaku.
BAB XII Pemeriksaan
Dasar hukum mengenai wewenang Bapepam melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran UU
Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, termasuk aturan tata cara pemeriksaan.

BAB XIII Penyidikan


Aturan mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan penyidikan yang dilakukan Bapepam
terhadap pelanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.

BAB XIV Sanksi Administratif


Aturan mengenai sanksi administratif yang diberikan Bapepam terhadap pelanggar UU Pasar
Modal dan peraturan pelaksanaannya.

BAB XV Ketentuan Pidana


Penjelasan mengenai ketentuan pidana terhadap pihak yang melanggar UU Pasar Modal dan
peraturan pelaksanaannya.

BAB XVI Ketentuan Lain-lain


Penjelasan mengenai ketentuan menuntut ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan dari
pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, serta kewajiban konsultasi dan atau
koordinasi Bapepam dan Bank Indonesia terkait aktivitas pengawasan di Pasar Modal.

BAB XVII Ketentuan Peralihan


Memberikan paparan kewajiban dan ketentuan bagi Perusahaan Publik setelah UU Pasar Modal
ini diundangkan, dan sifat peraturan lain terkait Pasar Modal setelah UU Pasar Modal ini resmi
berlaku.

BAB XVIII Ketentuan Penutup


Penjelasan mengenai tanggal berlakunya UU Pasar Modal mulai 1 Januari 1996, sekaligus tak
berlakunya UU lama yang mengatur Pasar Modal.
Berdasarkan UU Pasar Modal diatas, kebijakan di bidang pasar modal ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sedangkan pembinaan, pengaturan, serta pengawasan sehari-hari dilakukan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagai Lembaga yang berada dibawah naungan
Departemen Keuangan. Dalam melaksanakan fungsinya, Bapepam mempunyai kewenangan untuk
menerbitkan peraturan pelaksanaan di bidang pasar modal, memberikan izin, persetujuan dan
pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran
umum, dan berwenang melakukan pemeriksaan /penyidikan dalam rangka penegakan hukum atas
setiap pelanggaran terhadap perundang-undangan di bidang pasar modal.

Sasaran yang ingin dituju dalam UU Pasar Modal yaitu untuk mewujudkan :

1. Menciptakan kerangka hukum yang kokoh di bidang pasar modal


2. Meningkatkan transparasi dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat
pemodal
3. Meningkatkan profesionalisme pelaku pasar modal
4. Menciptakan sistem perdagangan yang aman dan efesien
5. Membuka kesempatan berinvestasi bagi pemodal kecil

Adapun upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi serta mendukung program


pemerintah di sektor keuangan pasca Letter of Intens (LoI) dan IMF, pasar modal Indonesia
telah menyusun program restrukturisasi dan reformasi di sektor pasar modal yang bertuang
dalam white paper yang berisi :

1. Restrukturisasi perusahaan efek dan Lembaga bursa efek


2. Peningkatan kualitas penerapan Good Corporate Governance oleh pelaku pasar
terutama emiten
3. Pengembangan produk pasar modal
4. Reorganisasi Bapepam

Dalam menghadapi persoalan kualitas penegakan hukum di bursa efek Indonesia,


Bapepam telah menggagas instrument hukum yang bernama civil remedy sebagaimana
dituangkan dalam dokumen yang menjadi blue-print pasar modal Indonesia tahun 2005-
2009 yang intinya regulator menetapkan sanksi kepada pelanggar UUPM untuk membayar
semua kerugian kepada pihak yang dirugikan. Konsep ini dinilai lebih optimal
dibandingkan sistem pidana dalam penerapannya dan mulai diterapkan oleh banyak negara
karena dinilai efektif sebagai efek jera.

Agar sesuai dengan tuntutan perubahan dunia internasional, maka dilakukan


penyempurnaan aturan dalam pasar modal sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dengan cara merevisi UUPM. Untuk itu, pemerintah telah
mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan Undang-Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada pertengahan
tahun 2003.

Perubahan UUPM ini akan memunculkan fenomena baru di pasar modal yaitu adanya
konsep “demutualisasi” atas pemilikan bursa efek yang beroperasi di Indonesia serta usulan
berubahnya status Bapepam. Rencana perubahan ini akan membuat bursa menjadi lebih
dinamis dalam melakukan pencarian dana untuk pegembangan pasar domestic. Dengan
demutualisasi akan memungkinkan bursa Indonesia melakukan penawaran atas efeknya
sehingga pencarian dana untuk proyek pengembangan pasar modal akan menjadi lebih
mudah. Dengan berubahnya status Bapepam menjadi Lembaga independent diharapkan
perlindungan terhadap investor dalam UUPM akan lebih efektif.
Daftar Pustaka

Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H. (2019). Hukum Pasar Modal. Indonesia: Penerbit Nuansa
Aulia.
Kusumaningtuti S., S. (2016). Pasar Modal. Indonesia: Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Rumawi, Lestari, A. S., Saija, R., Satriawan, D. G., Bancin, J. B., Berlianty, T., . . . Ihwanudin,
N. (2021). Hukum Pasar Modal. Indonesia: Widina Bhakti Persada Bandung.
Salami, R. U. (2011). Hukum Pasar Modal dan Tanggung Jawab Sosial. Jurnal Dinamik Hukum,
440-448.
Suhadi, E. (2020). PERSPEKTIF PENEGAKAN HUKUM PASAR MODAL INDONESIA:
MENUJU PASAR MODAL YANG HANDAL. Hukum dan Keadilan, 33-48.

Anda mungkin juga menyukai