Kelompok I
KELAS AKS 6B
AKUNTANSI SYARI’AH
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat
Rahmat dan Hidayah nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah yang diampu Ibu Arnida
Wahyuni, M. SI yang berjudul “Akuntansi Desa”.
Tujuan penulisan makalah ini dibuat Untuk memenuhi tugas kelompok dan untuk lebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita dalam mata kuliah Akuntansi Pemerintahan
terutama dalam pembahasan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga Allah memberikan ilmu yang lebih baik dan bermanfaat pada
mereka yang telah membaca dan diri penulis sendiri serta pada mereka yang telah memberikan
penilian dan saran atas makalah penulis ini, semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin, Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Kesimpulan........................................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi pemerintah digunakan tidak hanya di tingkat federal tetapi juga di tingkat
negara bagian dan lokal, serta di daerah pedesaan, di mana setiap pengeluaran harus transparan.
Namun, terkadang pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban
masih kurang memahami akuntansi pemerintahan, terutama untuk daerah pedesaan. Seiring
dengan perkembangannya, desa memiliki berbagai bentuk yang perlu diperkuat agar menjadi
komunitas modern yang mandiri yang dapat mendukung masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera. Dalam rangka memajukan kesejahteraan dan pemerataan kemampuan ekonomi, desa
memiliki kemampuan menguasai wilayahnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan potensi
masyarakat.
Desa memiliki peran yang signifikan, terutama dalam menyelesaikan kegiatan yang
berkaitan dengan pelayanan publik. Untuk meningkatkan otonomi desa dan menuju kemandirian
desa, desentralisasi kewenangan—lebih banyak kewenangan ditambah dengan pendanaan dan
bantuan dengan infrastruktur yang sesuai—sangatlah penting. Posisi pemerintah desa semakin
kuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Selain untuk
meningkatkan kedudukan desa sebagai otoritas lokal, Undang-Undang Desa memberikan
landasan bagi kemajuan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Pemerintahan,
selain itu ada tujuan lain dalam penulisan makalah ini yaitu:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa.
4
Alokasi dan penggunaan dana: Dana desa harus dialokasikan dan digunakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan dana harus tercatat
dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pencatatan dan pelaporan: Seluruh transaksi keuangan desa harus dicatat secara lengkap dan
akurat. Laporan keuangan desa harus disusun secara periodik dan mencakup informasi yang
relevan mengenai keuangan desa.
Prinsip biaya historis: Aset desa harus dicatat berdasarkan biaya perolehan awalnya,
sedangkan liabilitas harus dicatat berdasarkan nilai nominal pada saat terjadinya transaksi.
Pemisahan antara keuangan desa dan pribadi: Keuangan desa harus dipisahkan secara jelas
dari keuangan pribadi kepala desa atau petugas desa lainnya. Ini termasuk pemisahan
rekening bank dan pemisahan pencatatan transaksi.
C. Karakteristik Akuntansi Desa
Beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.113/2014 adalah:
5
Tidak ada kewajiban membuat catatan atas laporan keuangan sehingga informasi
yang disajikan belum tentu memberikan informasi yang lengkap kepada pengguna
laporan keuangan.
Belum terlihat konsep konsolidasi laporan keuangan desa dengan laporan keuangan
pemerintah daerah padahal desa memperoleh alokasi dana baik dari pemerintah
pusat maupun daerah yang ditransfer melalui APBD.
6
4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :
a. Membuat Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa. Laporan ini berisi
jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari pemerintah desa
yang bersangkutan untuk tahun anggaran tertentu.
b. Laporan Kekayaan Milik Desa Laporan yang berisi posisi aset lancar, aset tidak lancar, dan
kewajiban pemerintah desa per 31 Desember tahun tertentu
F. Sumber Dana Pemerintah Yang Diterapkan Dalam A kuntansi Desa
A. Pendapatan Asli Desa (PAD), Secara khusus PAD dikatakan meliputi hasil usaha desa,
hasil perekonomian desa, hasil pendampingan dan partisipasi, hasil kerjasama dan
pendapatan adil pertama desa yang berdasarkan UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa,
Penyediaan aliran pendapatan bagi masyarakat yang berhasil Penggunaan dan keefektifan
tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Secara umum dan kualitas setelah
melakukan perhitungan ini Membangun tujuan dan pencapaian yang ada. Dengan
demikian, ke depan Desa dapat mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan negara
dengan mendapatkan dengan cara terbaik dari kekuatan yang tersedia di setiap negara.
Dana masyarakat yang besar untuk mendukung penerimaan APBDesa akan mampu
membuat roda terus berputar. pemerintahan di tingkat lokal, termasuk menangani
kebutuhan kelompok rentan dikelola di tingkat nasional. APBDesa yang komprehensif
juga dapat mendorong warga untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan. Partisipasi warga tidak diterapkan pada APBD, dan
keberadaan APBDesa dapat menjawab partisipasi warga kecil dapat dikelola di tingkat
nasional. Untuk pengalokasian dana daerah dan pelaksanaan APB Desa yang tepat, perlu
diambil langkah-langkah penguatan pemerintah daerah (pemerintah daerah). dan Badan
Permusyawaratan Desa) dan pengelolaan keuangan desa, khususnya peningkatan
pendapatan Desa Asli Desa (PADes) yang berupaya untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Putu Eka
Dianita Marvilianti Dewia, 2017).
7
B. Dana Desa, Menurut undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa ialah bagian dari
saldo dana yang diterima dari pemerintah daerah/pemerintah kota sekurang-kurangnya
10% (sepuluh persen) dari APBD pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana
amanah. Yang dimaksud dana desa adalah dana anggaran yang diberikan kepada daerah
oleh pemerintah, dana tersebut berasal dari dana negara dan APBD yang sumber
utamanya adalah dana penyertaan modal pemerintah pusat dan daerah, minimal yang
diterima adalah 10% (Deka Veronica, 2020). Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014,
Dana Desa (DD) adalah sumber dana desa dari APBN dan pengeluaran yang ditransfer
dari pendapatan dan anggaran daerah. kabupaten/masyarakat dan digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan, pembinaan masyarakat, kepemimpinan dan
pemberdayaan masyarakat. Sistem pengelolaan dana desa, termasuk sistem pemungutan
dan pertanggungjawaban, mengacu pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa pembiayaan pembangunan pemerintah daerah,
mengikuti prinsip pembiayaan yang mengikuti pekerjaan, artinya uang yang mengikuti
anggaran pemerintah (APBD) dan Pemerintah Federal (APBN). Anggaran kota (dana
desa) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
anggaran kota dari APBN,
anggaran kota dan
anggaran pajak dari APBD.
terutama dana desa yang dialokasikan dari pendapatan dan anggaran negara yang
direncanakan untuk desa ditransfer dari APBD daerah/masyarakat (Riyadi, 2000). Dana
tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan masyarakat dan pendampingan masyarakat (Jamaluddin,
et.all.2018). Biaya anggaran negara yang dikendalikan memaksa pemerintah federal
untuk bertindak. Oleh karena itu, Peraturan Desa PDT Trans No. 2 Tahun 2016
diterbitkan tentang Indeks Pembangunan Desa (Ade Irma Seska Arina, 2021).
8
C. Alokasi Dana Desa (ADD), Berdasarkan pasal 72 ayat 4 tentang Pemerintahan Daerah,
Batasan Dana dialokasikan untuk masyarakat untuk desa kecil setidaknya 10% dari saldo
dana diterima dari kabupaten/kota dalam APBD, Setelah Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Menurut informasi. Direktorat Jenderal Pembangunan Keuangan dan Dana
Perwalian adalah dana dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendukung proyek-proyek khusus yang relevan dengan daerah
dan berdasarkan kebutuhan nasional. Besaran alokasi khusus ditetapkan setiap tahun
dalam APBN (Annisa Riski Amnan, 2019).
Standar dari alokasi dana desa (ADD)
Menurut undang-undang Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945), pemerintah desa
berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan asas
kemandirian di bidang administrasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan otonomi daerah
meningkatkan pencapaian kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan yang lebih baik
hubungan sosial, kekuasaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di semua
daerah memimpin. Pasal 10 (3) menyatakan bahwa semua transaksi pemerintah
merupakan Administrasi pusat, Dengan cara yang sama, kita selalu tahu bahwa ada
pekerjaan penelaahan dan pengelolaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
(5) Undang-undang nomor 32 tahun 2004 adalah: berkaitan dengan pemerintahan yang
telah menjadi instansi pemerintah selain urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Pemerintah dapat:
a) Melakukan beberapa pekerjaan pemerintah sendiri.
b) Mendelegasikan beberapa fungsi pemerintahan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah
c) Menugaskan unit bisnis ke pemerintah daerah dan/atau local tergantung pada
peraturan departemen administrasi
9
pertumbuhan akses ke layanan publik dan pekerjaan, meningkatkan partisipasi
masyarakat dan membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan dapat
meningkatkan kepatuhan pemerintah. Mengenai pelaksanaan penggunaan Alokasi Dana
Desa (ADD), maka Kerangka hukum pelaksanaan ADD meliputi:
1. Hukum Perdata No. 6 Tahun 2014, BAB DELAPAN Pendapatan Perdata dan Harta
Benda. Kota, bagian pertama (pendapatan kota, bagian 71-75) dan bagian kedua (properti
kota, bagian 76 - 77);
2. UU No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan mata uang nasional;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Negara;
4. Undang-Undang Pemerintahan Daerah No. 32 Tahun 2004;
5. Perubahan Kedua UU No. 12 Tahun 2008 Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
Pengelolaan alokasi dana daerah (ADD) merupakan bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah dalam APBDesa. Oleh karena itu, dalam mengelola dana masyarakat,
dana tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan dana masyarakat sebagai
berikut:
10
e. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ADD) harus dicatat dalam
APBD (APBDesa) dan proses penganggaran mengikuti sistem yang berlaku
(Rejeki, 2019).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi desa adalah proses pendokumentasian dan pengolahan transaksi yang terjadi di
dalam desa yang ditunjukkan dengan catatan, dilanjutkan dengan pencatatan dan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan data berupa laporan keuangan yang dimanfaatkan oleh pihak yang
berafiliasi dengan desa. Pihak yang menggunakan informasi keuangan desa antara lain perangkat
desa, masyarakat desa, serta pusat dan daerah pemerintahan.
Desa harus menetapkan aturan untuk sistem akuntansi desa sehingga keberhasilan
akuntansi dan laporan keuangan dipastikan dengan sistem yang hanya terfokus pada key
concern, hanya masalah yang terkait dengan akuntansi, dan memastikan bahwa pelaksana sistem
akuntansi terus memantau diri.
Ribuan badan usaha milik desa telah berdiri sebagai hasil implementasi UU Desa No. 6
Tahun 2014. Namun, penting untuk mengembangkan standar sistem akuntansi desa saat
menentukan desa. sehingga pelaporan keuangan dan kinerja akuntansi lebih terjamin. Sistem ini
dirancang untuk fokus secara eksklusif pada masalah akuntansi yang krusial, sehingga
memungkinkan implementasi akuntansi terus dipantau.
Sekali lagi, cara komunitas menangani dananya diubah. Perubahan pengelolaan keuangan
desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Keuangan
Desa yang diterbitkan pada tanggal 28 Mei oleh Dirjen PP Kementerian Hukum dan HAM dan
berlaku efektif sejak tanggal tersebut. .
Ribuan BUMDes telah berdiri sebagai hasil implementasi UU Desa No. 6 Tahun 2014.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi BUMDes dalam menjalankan
peraturan dan mengelola operasionalnya, antara lain permasalahan manajemen, keuangan standar
akuntansi, dan legalitas.
12
B. Saran
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ade Irma Seska Arina, V. M. (2021). PENGARUH DANA DESA DAN ALOKASI DANA
DESA TERHADAP INDEKS DESA MEMBANGUNDI KABUPATEN MINAHASA
TENGGARA. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, 22-41.
Annisa Riski Amnan, H. S. (2019). Pengaruh Alokasi Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa
Terhadap Belanja Desa. JURNAL ORGANISASI DAN MANAJEMEN, 37-46.
Deka Veronica, E. W. (2020). Evaluasi Keberhasilan Penggunaan Dana Desa (Studi Kasus Desa
Maju Jaya Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo). Jurnal Manajemen dan Sains, 318-
322.
Rejeki, R. (2019). Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Pokan Baru Kecamatan
Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. pekan baru: repositori.uma.ac.id.
Siswadi Sululing, Haruni Ode, dan Mohammad Gifari Sono. (2018). Seminar Nasional dan
Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Jakarta.
Sumber: https://id.scribd.com/document/369614990/Siklus-Akuntansi-desaa
14