Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI DESA

Makalah ini Diajukan Pada Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan

Dosen Pengampu: Arnida Wahyuni, M. SI

Kelompok I

1. Aldira Ananda ( 0502202056 )


2. Dela Syakila ( 0502202103 )
3. Devi Nathaliani br Sitepu ( 0502202030 )
4. Fhatyara Sera ( 0502202129 )
5. Naura Marsheila ( 0502202110 )
6. Riska Aulia Putri ( 0502202125 )
7. Salsabila Matondang ( 0502202042 )

KELAS AKS 6B

AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat
Rahmat dan Hidayah nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah yang diampu Ibu Arnida
Wahyuni, M. SI yang berjudul “Akuntansi Desa”.

Tujuan penulisan makalah ini dibuat Untuk memenuhi tugas kelompok dan untuk lebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita dalam mata kuliah Akuntansi Pemerintahan
terutama dalam pembahasan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga Allah memberikan ilmu yang lebih baik dan bermanfaat pada
mereka yang telah membaca dan diri penulis sendiri serta pada mereka yang telah memberikan
penilian dan saran atas makalah penulis ini, semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin, Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.

Medan, 23 Mei 2023

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ...............ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian Akuntansi Desa..................................................................................................3


B. Standar Akuntansi Desa.......................................................................................................4
C. Karakteristik Akuntansi Desa..............................................................................................5
D. Kelemahan Akuntansi Desa.................................................................................................5
E. Siklus Akuntansi Desa.........................................................................................................6
F. Sumber Dana Pemerintah yang Diterapkan dalam Akuntansi Desa....................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... ....14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu akuntansi kini berkembang pesat, khususnya di bidang akuntansi pemerintahan.


Akuntansi pemerintah adalah cabang akuntansi yang berfokus pada mendokumentasikan dan
meringkas transaksi yang terjadi dalam lembaga pemerintah. Akuntansi pemerintahan saat ini
tidak lagi diperlukan karena adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi dalam pencatatan
transaksi dan pelaporan atas kinerja pemerintah oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Akuntabilitas, manajemen, dan pemantauan adalah tujuan utama akuntansi pemerintah


dalam mengelola dana publik. Merupakan kewajiban pemerintah untuk menyampaikan data
keuangan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap selama periode yang ditentukan. Selain itu,
informasi dari akuntansi pemerintah harus digunakan dalam proses manajerial seperti
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, pembuatan
kebijakan, pengambilan keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan
keuangan publik. Penggunaan dana masyarakat juga perlu dilakukan pengawasan yang terarah,
ekonomis, efisien, efektif, adil, dan terawasi.

Akuntansi pemerintah digunakan tidak hanya di tingkat federal tetapi juga di tingkat
negara bagian dan lokal, serta di daerah pedesaan, di mana setiap pengeluaran harus transparan.
Namun, terkadang pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban
masih kurang memahami akuntansi pemerintahan, terutama untuk daerah pedesaan. Seiring
dengan perkembangannya, desa memiliki berbagai bentuk yang perlu diperkuat agar menjadi
komunitas modern yang mandiri yang dapat mendukung masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera. Dalam rangka memajukan kesejahteraan dan pemerataan kemampuan ekonomi, desa
memiliki kemampuan menguasai wilayahnya sendiri sesuai dengan kemampuan dan potensi
masyarakat.

Desa memiliki peran yang signifikan, terutama dalam menyelesaikan kegiatan yang
berkaitan dengan pelayanan publik. Untuk meningkatkan otonomi desa dan menuju kemandirian
desa, desentralisasi kewenangan—lebih banyak kewenangan ditambah dengan pendanaan dan
bantuan dengan infrastruktur yang sesuai—sangatlah penting. Posisi pemerintah desa semakin
kuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Selain untuk
meningkatkan kedudukan desa sebagai otoritas lokal, Undang-Undang Desa memberikan
landasan bagi kemajuan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud akuntansi desa?


2. Apa itu standar akuntansi desa?
3. Bagaimana karakteristik akuntansi desa?
4. Apa saja kelemahan akuntansi desa?
5. Bagaimana siklus akuntansi desa?
6. Apa saja sumber dana pemerintah yang diterapkan dalam akuntansi desa?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Pemerintahan,
selain itu ada tujuan lain dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud akuntansi desa.


2. Untuk mengetahui apa itu standar akuntansi desa.
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik akuntansi desa.
4. Untuk mengetahui apa saja kelemahan akuntansi desa.
5. Untuk mengetahui bagaimana siklus akuntansi desa.
6. Untuk mengetahui apa sumber dana pemerintah yang diterapkan dalam akuntansi desa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Desa


Akuntansi keuangan desa adalah proses pencatatan transaksi pendapatan, belanja pemerintah
desa dan pembiayaan desa dengan menggunakan buku kas umum, buku kas harian pembantu,
buku bank, buku pajak, buku inventaris desa, buku persediaan, buku modal, buku piutang, dan
buku hutang. Laporan keuangan desa terdiri dari laporan realisasi anggaran desa, laporan
kekayaan milik desa awal, neraca desa dan catatan atas laporan keuangan desa.
Akuntansi desa juga dapat diartikan sebagai pencatatan dari suatu proses transaksi yang telah
terjadi atau dilakukan di desa, serta dibuktikan dengan adanya nota nota selanjutnya dilakukan
pencatatan dan berakhir dengan pelaporan keuangan sehingga nantinya akan menghasilkan
informasi ekonomi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak pihak yang tentunya
berhubungan dengan desa.
Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa diantaranya adalah:
1. Masyarakat desa
2. Perangkat desa
3. Pemerintahan daerah
4. Pemerintahan pusat
Laporan keuangan desa menurut Permendagri No 113 tahun 2014 yang wajib dilaporkan oleh
pemerintahan desa berupa:
1. Anggaran
2. Buku kas
3. Buku pajak
4. Buku bank
5. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban
desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.

3
Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa.

B. Standar Akuntansi Desa


Standar Akuntansi Pemerintahan Desa yang disingkat SAP Desa disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang mana ditalarbelakangi oleh adanya kebutuhan
akan akuntabilitas dan transparansi keuangan desa mengingat besarnya jumlah dana desa yang
diterima oleh setiap desa. Adanya SAP Desa sudah tentu membantu pemerintah desa dalam
menyajikan laporan keuangan yang relevan. Penggunaan basis akuntansi dalam laporan
keuangan pemerintah desa ialah basis kas untuk pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan untuk basis akrual digunakan atas aset, kewajiban dan
ekuitas dalam neraca.
Mengingat kebutuhan yang sangat mendesak, KSAP tidak berlambat-lambat dan segera
mulai menyusun SAPDesa. Segala persiapan dilakukan oleh KSAP secara maraton. Penyiapan
kajian pendahuluan, kajian dasar hukum, penyusunan draf kasar dan pembahasan-pembahasan
intern KSAP dilakukan dalam tahapan penyiapan konsep publikasian SAPDesa. Limited Hearing
dan Publick Hearing dilakukan dalam rangka mendapat masukan dari para pemangku
kepentingan. SAPDesa tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Penyusunan SAPDesa dilakukan oleh KSAP
melalui proses baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP.
Berikut ini adalah beberapa prinsip akuntansi yang umumnya diterapkan dalam Standar
Akuntansi Desa:
 Konsistensi: Laporan keuangan desa harus disusun secara konsisten dari tahun ke tahun,
sehingga memungkinkan perbandingan dan analisis yang akurat.
 Realisasi pendapatan: Pendapatan desa harus diakui pada saat terjadi atau dapat diukur
dengan cukup andal. Pendapatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti pajak, retribusi,
dan hibah.

4
 Alokasi dan penggunaan dana: Dana desa harus dialokasikan dan digunakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan dana harus tercatat
dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
 Pencatatan dan pelaporan: Seluruh transaksi keuangan desa harus dicatat secara lengkap dan
akurat. Laporan keuangan desa harus disusun secara periodik dan mencakup informasi yang
relevan mengenai keuangan desa.
 Prinsip biaya historis: Aset desa harus dicatat berdasarkan biaya perolehan awalnya,
sedangkan liabilitas harus dicatat berdasarkan nilai nominal pada saat terjadinya transaksi.
 Pemisahan antara keuangan desa dan pribadi: Keuangan desa harus dipisahkan secara jelas
dari keuangan pribadi kepala desa atau petugas desa lainnya. Ini termasuk pemisahan
rekening bank dan pemisahan pencatatan transaksi.
C. Karakteristik Akuntansi Desa

Karakteristik akuntansi desa, meliputi hal – hal sebagai berikut :

1. Pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan desa.


2. Akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data/informasi dengan output informasi dan
laporan keuangan.
3. Informasi keuangan terkait suatu entitas (pemerintah desa).
4. Informasi dikomunikasikan untuk pemakai informasi keuangan desa dalam pengambilan
keputusan.
D. Kelemahan Akuntansi Desa

Beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.113/2014 adalah:

 Penggunaan basis kas menyebabkan beberapa masalah seperti: penerimaan atau


pengeluaran yang sifatnya non-kas tidak tercermin dalam laporan keuangan; aset
non-kas dan kewajiban tidak tercatat secara akuntansi; dan laporan operasional tidak
bisa disusun.
 Penggunaan single entry menyebabkan Laporan Kekayaan Milik Desa tidak bisa
disamakan dengan neraca yang seharusnya mencerminkan persamaan dasar
akuntansi “aset sama dengan kewajiban ditambah ekuitas”. Laporan Kekayaan Milik
Desa juga tidak dihasilkan dari catatan transaksi selama satu periode akuntansi
sehingga validitasnya masih bisa diragukan.

5
 Tidak ada kewajiban membuat catatan atas laporan keuangan sehingga informasi
yang disajikan belum tentu memberikan informasi yang lengkap kepada pengguna
laporan keuangan.
 Belum terlihat konsep konsolidasi laporan keuangan desa dengan laporan keuangan
pemerintah daerah padahal desa memperoleh alokasi dana baik dari pemerintah
pusat maupun daerah yang ditransfer melalui APBD.

E. Siklus Akuntansi desa

Siklus akuntansi merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi


pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan yang dimulai saat terjadi sebuah
transaksi.
Tahapan Siklus Akuntansi
1. Tahap Pencatatan
Tahap ini merupakan langkah awal dari siklus akuntansi. Berawal dari bukti- bukti transaksi
selanjutnya dilakukan pencatatan kedalam buku yang sesuai.
2. Tahap Penggolongan
Tahap selanjutnya setelah dilakukan pencatatan berdasarkan bukti transaksi adalah tahap
penggolongan. Tahap penggolongan merupakan tahap mengelompokkan catatan bukti transaksi
ke dalam kelompok buku besar sesuai dengan nama akun dan saldo-saldo yang telah dicatat dan
dinilai ke dalam kelompok debit dan kredit.
3. Tahap Pengikhtisaran
Pada tahap ini dilakukan pembuatan neraca saldo dan kertas kerja. Laporan Kekayaan Milik
Desa berisi saldo akhir akun-akun yang telah dicatat di buku besar utama dan buku besar
pembantu. Laporan Kekayaan Milik Desa dapat berfungsi untuk mengecek keakuratan dalam
memposting akun ke dalam debit dan kredit. Di dalam Laporan Kekayaan Milik Desa jumlah
kolom debit dan kredit harus sama atau seimbang.Sehingga perlunya pemeriksaan saldo debit
dan kredit di dalam Laporan Kekayaan Milik Desa dari waktu ke waktu untuk menghindari salah
pencatatan. Dengan demikian, pembuktian ini bukan merupakan salah satu indikasi bahwa
pencatatan telah dilakukan dengan benar.

6
4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :
a. Membuat Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa. Laporan ini berisi
jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari pemerintah desa
yang bersangkutan untuk tahun anggaran tertentu.
b. Laporan Kekayaan Milik Desa Laporan yang berisi posisi aset lancar, aset tidak lancar, dan
kewajiban pemerintah desa per 31 Desember tahun tertentu
F. Sumber Dana Pemerintah Yang Diterapkan Dalam A kuntansi Desa

Sumber dana pemerintah yang diterapkan dalam akuntansi desa

A. Pendapatan Asli Desa (PAD), Secara khusus PAD dikatakan meliputi hasil usaha desa,
hasil perekonomian desa, hasil pendampingan dan partisipasi, hasil kerjasama dan
pendapatan adil pertama desa yang berdasarkan UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa,
Penyediaan aliran pendapatan bagi masyarakat yang berhasil Penggunaan dan keefektifan
tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Secara umum dan kualitas setelah
melakukan perhitungan ini Membangun tujuan dan pencapaian yang ada. Dengan
demikian, ke depan Desa dapat mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan negara
dengan mendapatkan dengan cara terbaik dari kekuatan yang tersedia di setiap negara.
Dana masyarakat yang besar untuk mendukung penerimaan APBDesa akan mampu
membuat roda terus berputar. pemerintahan di tingkat lokal, termasuk menangani
kebutuhan kelompok rentan dikelola di tingkat nasional. APBDesa yang komprehensif
juga dapat mendorong warga untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan. Partisipasi warga tidak diterapkan pada APBD, dan
keberadaan APBDesa dapat menjawab partisipasi warga kecil dapat dikelola di tingkat
nasional. Untuk pengalokasian dana daerah dan pelaksanaan APB Desa yang tepat, perlu
diambil langkah-langkah penguatan pemerintah daerah (pemerintah daerah). dan Badan
Permusyawaratan Desa) dan pengelolaan keuangan desa, khususnya peningkatan
pendapatan Desa Asli Desa (PADes) yang berupaya untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Putu Eka
Dianita Marvilianti Dewia, 2017).

7
B. Dana Desa, Menurut undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa ialah bagian dari
saldo dana yang diterima dari pemerintah daerah/pemerintah kota sekurang-kurangnya
10% (sepuluh persen) dari APBD pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana
amanah. Yang dimaksud dana desa adalah dana anggaran yang diberikan kepada daerah
oleh pemerintah, dana tersebut berasal dari dana negara dan APBD yang sumber
utamanya adalah dana penyertaan modal pemerintah pusat dan daerah, minimal yang
diterima adalah 10% (Deka Veronica, 2020). Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014,
Dana Desa (DD) adalah sumber dana desa dari APBN dan pengeluaran yang ditransfer
dari pendapatan dan anggaran daerah. kabupaten/masyarakat dan digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan, pembinaan masyarakat, kepemimpinan dan
pemberdayaan masyarakat. Sistem pengelolaan dana desa, termasuk sistem pemungutan
dan pertanggungjawaban, mengacu pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa pembiayaan pembangunan pemerintah daerah,
mengikuti prinsip pembiayaan yang mengikuti pekerjaan, artinya uang yang mengikuti
anggaran pemerintah (APBD) dan Pemerintah Federal (APBN). Anggaran kota (dana
desa) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
 anggaran kota dari APBN,
 anggaran kota dan
 anggaran pajak dari APBD.

terutama dana desa yang dialokasikan dari pendapatan dan anggaran negara yang
direncanakan untuk desa ditransfer dari APBD daerah/masyarakat (Riyadi, 2000). Dana
tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan masyarakat dan pendampingan masyarakat (Jamaluddin,
et.all.2018). Biaya anggaran negara yang dikendalikan memaksa pemerintah federal
untuk bertindak. Oleh karena itu, Peraturan Desa PDT Trans No. 2 Tahun 2016
diterbitkan tentang Indeks Pembangunan Desa (Ade Irma Seska Arina, 2021).

8
C. Alokasi Dana Desa (ADD), Berdasarkan pasal 72 ayat 4 tentang Pemerintahan Daerah,
Batasan Dana dialokasikan untuk masyarakat untuk desa kecil setidaknya 10% dari saldo
dana diterima dari kabupaten/kota dalam APBD, Setelah Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Menurut informasi. Direktorat Jenderal Pembangunan Keuangan dan Dana
Perwalian adalah dana dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendukung proyek-proyek khusus yang relevan dengan daerah
dan berdasarkan kebutuhan nasional. Besaran alokasi khusus ditetapkan setiap tahun
dalam APBN (Annisa Riski Amnan, 2019).
Standar dari alokasi dana desa (ADD)
Menurut undang-undang Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945), pemerintah desa
berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan asas
kemandirian di bidang administrasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan otonomi daerah
meningkatkan pencapaian kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan yang lebih baik
hubungan sosial, kekuasaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di semua
daerah memimpin. Pasal 10 (3) menyatakan bahwa semua transaksi pemerintah
merupakan Administrasi pusat, Dengan cara yang sama, kita selalu tahu bahwa ada
pekerjaan penelaahan dan pengelolaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
(5) Undang-undang nomor 32 tahun 2004 adalah: berkaitan dengan pemerintahan yang
telah menjadi instansi pemerintah selain urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Pemerintah dapat:
a) Melakukan beberapa pekerjaan pemerintah sendiri.
b) Mendelegasikan beberapa fungsi pemerintahan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah
c) Menugaskan unit bisnis ke pemerintah daerah dan/atau local tergantung pada
peraturan departemen administrasi

Desentralisasi pemerintahan dari pemerintah pusat ke daerah, regional dan masyarakat,


dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan utama, yaitu visi pembangunan
manusia yang berkelanjutan atau pembangunan manusia yang berkelanjutan,

9
pertumbuhan akses ke layanan publik dan pekerjaan, meningkatkan partisipasi
masyarakat dan membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan dapat
meningkatkan kepatuhan pemerintah. Mengenai pelaksanaan penggunaan Alokasi Dana
Desa (ADD), maka Kerangka hukum pelaksanaan ADD meliputi:

1. Hukum Perdata No. 6 Tahun 2014, BAB DELAPAN Pendapatan Perdata dan Harta
Benda. Kota, bagian pertama (pendapatan kota, bagian 71-75) dan bagian kedua (properti
kota, bagian 76 - 77);
2. UU No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan mata uang nasional;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Negara;
4. Undang-Undang Pemerintahan Daerah No. 32 Tahun 2004;
5. Perubahan Kedua UU No. 12 Tahun 2008 Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;

Pengelolaan alokasi dana desa

Pengelolaan alokasi dana daerah (ADD) merupakan bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah dalam APBDesa. Oleh karena itu, dalam mengelola dana masyarakat,
dana tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan dana masyarakat sebagai
berikut:

a. Rencana dibuat, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka berdasarkan prinsip


dari, oleh dan untuk masyarakat.
b. Semua kegiatan harus bersifat struktural, teknis, dan legal.
c. Pengalokasian dana masyarakat (ADD) dilakukan dengan prinsip ekonomi,
diarahkan kepada di bawah kendali.
d. Jenis kegiatan tersebut akan didukung oleh alokasi modal daerah (ADD) yang
sangat terbuka. meningkatkan infrastruktur pelayanan publik berupa pemenuhan
kebutuhan dasar, memperkuat kelembagaan masyarakat dan kegiatan lain yang
dibutuhkan masyarakat diputuskan dalam rapat kota.

10
e. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ADD) harus dicatat dalam
APBD (APBDesa) dan proses penganggaran mengikuti sistem yang berlaku
(Rejeki, 2019).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi desa adalah proses pendokumentasian dan pengolahan transaksi yang terjadi di
dalam desa yang ditunjukkan dengan catatan, dilanjutkan dengan pencatatan dan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan data berupa laporan keuangan yang dimanfaatkan oleh pihak yang
berafiliasi dengan desa. Pihak yang menggunakan informasi keuangan desa antara lain perangkat
desa, masyarakat desa, serta pusat dan daerah pemerintahan.

Desa harus menetapkan aturan untuk sistem akuntansi desa sehingga keberhasilan
akuntansi dan laporan keuangan dipastikan dengan sistem yang hanya terfokus pada key
concern, hanya masalah yang terkait dengan akuntansi, dan memastikan bahwa pelaksana sistem
akuntansi terus memantau diri.

Pengawasan keuangan di desa kembali bergeser. Perubahan pengelolaan keuangan desa


diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 yang berlaku untuk
pengelolaan keuangan desa dan diterbitkan pada 8 Mei oleh Dirjen PP Kemenkumham Widodo
Ekatjhajana.

Ribuan badan usaha milik desa telah berdiri sebagai hasil implementasi UU Desa No. 6
Tahun 2014. Namun, penting untuk mengembangkan standar sistem akuntansi desa saat
menentukan desa. sehingga pelaporan keuangan dan kinerja akuntansi lebih terjamin. Sistem ini
dirancang untuk fokus secara eksklusif pada masalah akuntansi yang krusial, sehingga
memungkinkan implementasi akuntansi terus dipantau.

Sekali lagi, cara komunitas menangani dananya diubah. Perubahan pengelolaan keuangan
desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Keuangan
Desa yang diterbitkan pada tanggal 28 Mei oleh Dirjen PP Kementerian Hukum dan HAM dan
berlaku efektif sejak tanggal tersebut. .

Ribuan BUMDes telah berdiri sebagai hasil implementasi UU Desa No. 6 Tahun 2014.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi BUMDes dalam menjalankan
peraturan dan mengelola operasionalnya, antara lain permasalahan manajemen, keuangan standar
akuntansi, dan legalitas.

12
B. Saran

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ade Irma Seska Arina, V. M. (2021). PENGARUH DANA DESA DAN ALOKASI DANA
DESA TERHADAP INDEKS DESA MEMBANGUNDI KABUPATEN MINAHASA
TENGGARA. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, 22-41.

Annisa Riski Amnan, H. S. (2019). Pengaruh Alokasi Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa
Terhadap Belanja Desa. JURNAL ORGANISASI DAN MANAJEMEN, 37-46.

Deka Veronica, E. W. (2020). Evaluasi Keberhasilan Penggunaan Dana Desa (Studi Kasus Desa
Maju Jaya Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo). Jurnal Manajemen dan Sains, 318-
322.

Hantono. (2021). Akuntansi Sektor Publik. Media Sains Indo nesia.

Putu Eka Dianita Marvilianti Dewia, K. A. (2017). Optimalisasi Pemanfaatan dan


Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, 129-147.

Rejeki, R. (2019). Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Pokan Baru Kecamatan
Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. pekan baru: repositori.uma.ac.id.

Siswadi Sululing, Haruni Ode, dan Mohammad Gifari Sono. (2018). Seminar Nasional dan
Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Jakarta.

Sumber : IAI – KASP. 2015. PEDOMAN ASISTENSI AKUNTANSI KEUANGAN DESA.

Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014

Sumber: https://id.scribd.com/document/369614990/Siklus-Akuntansi-desaa

14

Anda mungkin juga menyukai