Anda di halaman 1dari 21

PERAN MAHASISWA AKUNTANSI DALAM MENINGKATKAN

AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA

ELIA AGUSTA
1511031068

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan kasihNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Peran
Mahasiswa Akuntansi Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan Desa” tepat
waktu dan sesuai dengan ketentuan.

Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan seleksi Pemilihan
Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Lampung Tahun 2018.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang selalu memotivasi tiap
langkah positif yang saya ambil, dosen pembimbing yang telah membimbing banyak
hal dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, dan teman-teman yang selalu ada untuk
memberikan semangat dan masukan positif selama proses pengerjaan ini.

Saya sadar bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan,
maka dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan untu kedepannya. Semoga karya tulis ilmiah ini mampu memberikan
manfaat untuk semua pihak.

Bandar Lampung, 10 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………i

I. PENDAHULUAN………………………………………………………1

II. TELAAH PUSTAKA…………………………………………………...5

III. ANALISIS DAN SINTESIS…………………………………………....9

IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI…………………………………..14

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, desa menjadi salah satu sasaran utama pemerintah dalam
pembangunan dan peningkatan mutu mengingat minimnya kompetensi desa dalam
beberapa aspek yang menyebabkan pertumbuhan desa tidak terlalu pesat
dibandingkan dengan pertumbuhan kota. Salah satu target yang tertera pada “Nawa
Cita Jokowi-JK” dalam Perpres No 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional atau RPJMN 2015-2019 yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desa merupakan bagian yang potensial dan
jumlahnya sangat banyak di dalam negara ini, di Provinsi Lampung sendiri terdapat
15 kabupaten/kota, 22 kecamatan, 2.435 desa, dan 118 kelurahan, sehingga
pembangunan desa dirasa penting untuk memaksimalkan potensi yang ada dengan
mengedepankan peranan pengelolaan keuangan yang ada di desa.

Peranan pengelolaan keuangan desa menjadi hal yang sangat krusial sebab
beberapa penelitian membuktikan bahwa kompetensi aparatur desa terhadap
akuntansi dan pengelolaan keuangan desa masih rendah. Menurut penelitian Furqani
(2010) tentang pengelolaan keuangan desa di pemerintahan Desa Kalimo, Kecamatan
Kalianget, Kabupaten Sumenep, sebagian besar proses pengelolaan keuangan desa
tidak memenuhi prinsip tanggung jawab karena ada beberapa hal dalam proses yang
tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 37/2007. Minimnya kemampuan aparatur
desa dalam mengelola keuangan berakar dari kurangnya pemahaman terhadap ilmu
akuntansi karena, semakin baik pemahaman aparatur desa terhadap ilmu akuntansi
maka semakin meningkatkan pula kemampuan aparatur desa dalam mengelola
keuangan desa karena pedoman dasar akuntansi sudah dipahami secara mendalam.
Berdasarkan penelitian, 60% dari kepala desa merupakan lulusan sekolah menengah
atas yang tidak terlalu mengetahui tentang detail pelaporan akuntansi pada umumnya.

Kemampuan pengelolaan keuangan desa menjadi sangat penting mengingat


pada tahun 2014, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
yang menjelaskan bahwa pada tahun 2015 desa akan mendapat alokasi dana 10% dari
Alokasi APBN. Dana tersebut dialokasikan tanpa perantara melainkan akan
disalurkan langsung melalui kepala desa tetapi, jumlah nominal yang akan diberikan
kepada masing-masing desa akan berbeda-beda bergantung kepada geografis desa,
jumlah penduduk, dan angka kematian. Pengalokasian dana tersebut akan menambah
penerimaan desa yang secara langsung akan memerlukan laporan
pertanggungjawaban dari desa yang mengacu pada Peraturan Mentri No. 113 Tahun
2014.

Menyadari bahwa desa mengemban tanggung jawab yang semakin besar,


pengelolaan atas keuangan desa dinilai sangat penting untuk menghasilkan laporan
pertanggungjawaban yang reliable dan accountable, dengan demikian pemahaman
terhadap akuntansi bagi perangkat desa juga diperlukan untuk mendorong
pengelolaan keuangan desa yang baik dan benar. Pemahaman akuntansi bagi
perangkat desa merupakan titik berat pembahasan karya tulis ilmiah ini sebab,
pemahaman akuntansi yang baik berpengaruh positif dalam meningkatkan
kemampuan pengelolaan keuangan desa.

Selanjutnya, pengelolaan keuangan desa yang baik mencerminkan kualitas


sumber daya manusia yang baik dengan mengacu kepada standar laporan keuangan
yang dibuat diakhir periode. Selain itu, pengelolaan keuangan desa yang baik pula
akan menjadi ujung tombak kepada terarahnya penggunaan dana desa, pertumbuhan
dan pembangunan infrastruktur yang baik, dan merujuk kepada pembangunan
berkelanjutan yang mendorong perkembangan perekonomian desa dan menggerakkan
pembangunan nasional. Mahasiswa merupakan agen yang mampu menjadi solusi
dalam permasalahan ini, mengingat mahasiswa merupakan lapisan yang paling
mungkin untuk dapat melakukan program pengajaran dengan learning by doing yang
sudah didapatkan di dalam perkuliahan atau kehidupan sehari-hari mengetahui
pengaturan akan unsur kesopanan dan tata cara yang baik dan benar.

Peranan ilmu akuntansi dirasa sangat penting dalam standarisasi pengelolaan


keuangan yang baik. Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang memegang peranan
sangat penting dalam hal pengelolaan keuangan demi perekonomian yang baik.
Akuntansi adalah suatu sistem atau kemampuan untuk mengukur dan mengelola
transaksi keuangan serta memberikan hasil pengelolaan tersebut dalam bentuk
informasi kepada pihak-pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak ekstern ini terdiri
dari investor, kreditur pemerintah, serikat buruh, lembaga perpajakan, masyarakat
umum dan lain-lain (Suparwoto, 1990).

Sementara, desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas


wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lalu, keuangan desa merupakan semua hak
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa (Agus
dan Madya, 2015).

Melihat betapa pentingnya akuntansi sebagai pedoman dalam hal pengelolaan


keuangan hingga menghasilkan informasi yang relevan terhadap cerminan kondisi
keuangan yang ada dan menyadari bahwa masih sangat minimnya pengetahuan
masyarakat dan perangkat desa akan ilmu akuntansi untuk membuat laporan
keuangan, maka penulis merasa perlu untuk membahas tentang masalah akuntansi
yang terjadi di desa dan memberikan rekomendasi atas cara yang tepat untuk dapat
melakukan penguatan peran pengelolaan keuangan desa untuk mendorong
pembangunan nasional. Karya tulis ilmiah ini akan menggunakan metode deskriptif
dengan data sekunder.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan


yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Bagaimana peran mahasiswa akuntansi terhadap pemahaman akuntansi


bagi perangkat pemerintahan di desa?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peran mahasiswa akuntansi terhadap pemahaman akuntansi bagi perangkat
pemerintahan di desa.

1.4 MANFAAT
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang
pengelolaan keuangan desa bagi perangkat desa dan menerapkan solusi sebaik-
baiknya demi kemajuan positif.

.a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya pengelolaan keuangan desa atau penerapan pengelolaan keuangan
desa secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan
ilmiah dalam bidang akuntansi di Indonesia.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Pembangunan dari Bawah (Bottom up)

Dalam konteks masa kini, perubahan paradigma pembangunan mengarah pada


satu paradigm baru yaitu “Pembangunan Berkelanjutan”. Pembangunan berkelanjutan
tidak sekedar pembangunan pada aspek ekonomi dengan pengarustamaan
pembangunan sosial, juga mulai dikembangkan konsep pembangunan yang berpusat
pada manusia (people centered development), juga pembangunan yang berpusat pada
lingkungan.

Salah satu indikator dari pembangunan berkelanjutan adalah dalam


mengkonstruksikan pembangunan tidak lagi bersifat top down atau semua program
ditentukan oleh pemerintah pusat dan tinggal diimplementasikan di bawah, melainkan
pembangunan yang diinsiasi dari bawah berdasarkan kebutuhan, harapan, dan
partisipasi masyarakat atau lebih dikenal bottom up.

Selain itu, pembangunan dari bawah yang dimaksudkan adalah mengenai


bagaimana pemerintah mampu untuk mulai memperbaiki sistem dari bawah (desa)
yang dalam hal ini meliputi tentang akuntansi keuangan desa yang berhubungan
dengan pembuatan pencatatan, pengelompokkan akun, hingga pembuatan laporan
keuangan. Dengan mengacu pada teori pembangunan dari bawah, setidaknya desa
perlu mendapatkan pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi demi
kelancaran pembukuan yang merujuk kepada alokasi dana yang baik pada sektor-
sektor yang diprioritaskan. Dengan demikian pembangunan di desa akan menjadi rata
dan berkualitas dengan fokus pada sektor utama yang perlu pembaharuan dan
perbaikan.

Sejauh ini, desa telah mendapatkan kesempatan yang besar untuk mengatur tata
pemerintahannya sendiri juga diberikan wewenang dalam mengatur pelaksanaan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah desa diamanatkan
untuk dapat lebih mengelola pemerintahan desa dan meningkatkan sumber daya
pengelolaan keuangan desa. Pada tahun 2015, terdapat dana desa sebesar 20,7 triliyun
rupiah untuk 74.093 desa. Selanjutnya di tahun 2016, dana desa berjumlah sekitar
46,7 triliyun rupiah untuk 74.754 desa dan akan meningkat jumlahnya menjadi
sekitar 1 milyar per desa pada tahun 2017 (BPPK, 2017) angka yang cukup fantastis
dan sangat signifikan pengaruhnya bagi pembangunan di desa.

Selain itu, desa tidak hanya mendapatkan pendapatan dari dana desa saja,
melainkan ada beberapa sumber pendapatan desa lainnya seperti, alokasi dana desa,
dana bagi hasil pajak/retribusi daerah, serta bantuan kekayaan dari pemerintah
provinsi/kabupaten/kota. Maka, prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
desa sangat diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban ke masyarakat desa
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku demi terwujudnya pemerintahan
yang baik (Indrajaya, 2017). Hal tersebut dapat terwujud dengan meningkatkan
pemahaman akuntansi pada aparatur desa yang mengelola keuangan desa agar
pertanggungjawaban keuangannya jelas, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.2 Tinjauan Akuntansi Desa

Berdasarkan tinjauan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah


Kabupaten Banjar, Makassar, Sulawesi Selatan, ada langkah awal akuntansi desa
yang merujuk kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang merupakan batu loncatan bagi
pembangunan sistem akuntansi desa. Teknik akuntansi yang dipilih dalam peraturan
tersebut relatif masih sederhana. Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas di
mana transaksi ekonomi entitas desa diakui dan dicatat pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Meski berbasis kas, entitas desa tetap diminta menyajikan informasi
terkait aset non-kas dan kewajiban pada akhir tahun anggaran. Pembukuan desa
dilakukan dengan sistem single entry. Sarana pencatatan utama adalah buku kas
umum yang berfungsi untuk merekam semua transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas. Selanjutnya untuk memilah rincian transaksi penerimaan dan pengeluaran
berdasarkan jenis kegiatan dibuat buku kas pembantu kegiatan. Selain itu, ada juga
buku kas pembantu pajak dan buku bank desa.

Laporan keuangan yang digunakan sebagai pertanggungjawaban kepala desa


kepada bupati/walikota adalah Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa. Laporan tersebut berisi informasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan
desa. Laporan pertanggungjawaban juga dilampiri dengan Laporan Kekayaan Milik
Desa yang isinya mirip dengan neraca, yaitu berupa informasi tentang aset lancar dan
tidak lancar; kewajiban jangka pendek; dan kekayaan bersih yang diperoleh dari
selisih antara aset dengan kewajiban.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur


dalam Permendagri 113/2014, antara lain:

a) Penggunaan basis kas menyebabkan beberapa masalah seperti: penerimaan


atau pengeluaran yang sifatnya non-kas tidak tercermin dalam laporan
keuangan; aset non-kas dan kewajiban tidak tercatat secara akuntansi; dan
laporan operasional tidak bisa disusun.

b) Penggunaan single entry menyebabkan Laporan Kekayaan Milik Desa tidak


bisa disamakan dengan neraca yang seharusnya mencerminkan persamaan
dasar akuntansi “aset sama dengan kewajiban ditambah ekuitas”. Laporan
Kekayaan Milik Desa juga tidak dihasilkan dari catatan transaksi selama satu
periode akuntansi sehingga validitasnya masih bisa diragukan.

c) Tidak ada kewajiban membuat catatan atas laporan keuangan sehingga


informasi yang disajikan belum tentu memberikan informasi yang lengkap
kepada pengguna laporan keuangan.
d) Belum terlihat konsep konsolidasi laporan keuangan desa dengan laporan
keuangan pemerintah daerah padahal desa memperoleh alokasi dana baik dari
pemerintah pusat maupun daerah yang ditransfer melalui APBD.

Berdasarkan sumber diatas, mereka menyarankan agar lebih baik pihak-pihak


yang berwenang duduk bersama merancang satu model pelaporan keuangan
pemerintah desa yang mudah dipahami aparat desa dan bisa memenuhi semua
kebutuhan pengguna laporan keuangan, termasuk pemberi dana terikat.
(http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2016/05/26/tinjauan-akuntansi-desa/).
BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 KONDISI NYATA PEMAHAMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Indonesia memiliki banyak sekali desa potensial yang dapat dikembangkan


guna meningkatkan pendapatan negara. Provinsi Lampung misalnya, memiliki 2.435
desa yang membutuhkan perhatian dan bantuan agar dapat berkembang dengan baik
dalam memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada disana.
Namun, kenyataan miris pun harus dihadapi mengingat masih minim sekali perangkat
di dalam desa yang mampu mengelola keuangan dengan baik. Sumber daya manusia
(SDM) untuk penyusunan laporan keuangan masih sangat kurang. Jangankan di desa,
di kota pun masih parah jadi wajar saja jika selama ini pelaporan keuangan desa
sering bermasalah. Perangkat desa memang belum melek akuntansi dan jumlah
sumber daya manusia yang memahami akuntansi masih sangat terbatas. Penelitian
menyatakan bahwa kompetensi dalam konteks keterampilan, pengetahuan, dan sikap
kerja berpengaruh positif terhadap pengelolaan keuangan dana desa yang berarti
bahwa semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh aparatur desa di Provinsi
Lampung, maka akan semakin baik pula pengelolaan laporan keuangan dana desa
(Indrajaya, 2017).

Penguatan peran pengelolaan keuangan desa ini dinilai sangat penting karena
pengalokasian dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam hal ini adalah
desa memerlukan tata kelola yang baik agar uang tersebut dapat tepat sasaran dan
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di desa. Melalui KKN (Kuliah Kerja
Nyata) salah satu aktivitas yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi
Universitas Lampung, penulis mendapatkan banyak fakta yang menyedihkan tentang
pemahaman akuntansi di desa. Beberapa narasumber mengatakan bahwa adanya
keterbatasan pemahaman mengenai bagaimana mekanisme dari pembuatan siklus
akuntansi, kesalahan dalam pembuatan akun pada jurnal, dan tidak benar-benar
menerapkan sistem dan standar akuntansi. Mengerucut pada akuntansi keuangan
desa, salah satu mahasiswa KKN Universitas Lampung mengatakan bahwa masalah
yang timbul masih seputar pencatatan pajak (PPN), kurangnya penyuluhan dan
pelatihan, serta kesulitan dalam pembentukan Badan Usaha Milik Desa. Sebagian
besar kasus tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan terhadap akuntansi bagi
pegawai atau perangkat desa serta minimnya perhatian pemerintah untuk memberikan
pembelajaran maupun sosialisasi.

Masalah ini sebenarnya memunculkan masalah lain yang lebih besar dan
krusial. Ketidakbaikan pemahaman terhadap mekanisme pencatatan, pelaporan,
penganalisaan, dan pembuatan laporan keuangan akan menyebabkan alokasi dana
desa menjadi tidak tepat sasaran atau tidak terdistribusikan ke sektor-sektor primer
yang membutuhkan, selain itu, transparansi keuangan desa pun akan sulit untuk
dilihat mengingat ketidakjelasan laporan keuangan yang berujung pada dana desa
yang habis dan tidak adanya infrastruktur atau fasilitas yang terbangun di desa itu
sendiri. Ini dapat mempengaruhi keadaan mikroekonomi karena masalah
pembangunan yang ada di desa akan menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan
sosial timbul karena ketimpangan pendapatan masyarakatnya karena minimnya
fasilitas bagi mereka untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan masalah tersebut,
desa pun tak mampu banyak berkontribusi untuk pendapatan negeri ini. Maka, kita
harus membantu mereka untuk mengetahui dan memahami akuntansi secara baik
untuk meningkatkan ketepatsasaran alokasi dana di desa serta meningkatkan siklus
perekonomian desa yang secara tidak langsung akan mempengaruhi roda
perekonomian negeri.
3.2 SOLUSI PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DESA

“Penyiapan aparat desa dalam pengelolaan pembangunan desa mulai dari


proses perencanaan, pelaksanaan/pengawasan dan pelaporan/pertanggungjawaban
mutlak diperlukan. Pengelolaan pembangunan yang bersifat top down sudah tidak
bisa lagi diterapkan mengingat tuntutan kemandirian desa/masyarakat di dalam
mencukupi kebutuhan sendiri (Setyorini dkk, 2017). Berdasarkan dengan masalah
yang ada, penulis memiliki beberapa solusi yang diharapkan mampu dilaksanakan
demi tercapainya perbaikan atas pemahaman akuntansi di desa. Pertama, dengan
memaksimalkan tim KKN untuk melakukan pendampingan dengan perangkat desa
selama periode KKN tersebut berlangsung perihal cara akuntansi bekerja, keuntungan
menggunakan akuntansi, dan pengaruh penggunaan akuntansi dengan kondisi desa.
Jika dibutuhkan, universitas diharapkan untuk bisa menambah jumlah mahasiswa
jurusan akuntansi di satu desa (dari satu mahasiswa menjadi dua mahasiswa) dengan
harapan bertambahnya jumlah mahasiswa yang diutus ke desa dapat memberikan
pengajaran yang lebih efektif lagi terhadap perangkat desa dalam memahami
akuntansi.

Dalam mempersiapkan mahasiswa KKN yang siap terjun ke desa, pembekalan


dan penyuluhan kepada mahasiswa jurusan akuntansi akan dilakukan terlebih dahulu
agar kelak mereka akan siap untuk mengampingi masyarakat desa, membenahi
ketidaksesuaian atas sistem pelaporan, dan menjadi mahasiswa yang mampu
menerapkan dan membagi ilmunya yang sangat berguna dalam masyarakat. Hal-hal
yang akan dilakukan meliputi, penguatan ilmu dasar akuntansi dengan pertemuan di
dalam kelas dengan dosen sebagai fasilitatornya, membuat modul sederhana khusus
berisi tentang akuntansi dasar dan materi yang diperlukan untuk desa, dan membuat
wadah untuk para mahasiswa agar dapat membagikan pengalaman serta kendala yang
mereka alami di desa lalu dipecahkan bersama dengan beberapa fasilitator, rekan-
rekan KKN, dan mahasiswa itu sediri. Harapannya penyuluhan ini akan berjalan
dengan baik dan menghasilkan output positif sebagai berikut:

Permasalahan Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan


Melek akuntansi Masih sangat rendah Tumbuh sejalan dengan
proses
Penerimaan/keterbukaan Tertutup dan terkesan Mulai mau menerima
terhadap perubahan tidak menginginkan perubahan sedikit demi
perubahan sedikit
Pemahaman akuntansi Masih minim Tumbuh sejalan dengan
prosesnya
Laporan keuangan Tidak sesuai Pemendagri Mengarah kepada
perbaikan sesuai standar
Pemendagri
Fasilitas desa Masih minim Mulai terbangun karena
alokasi dana yang jelas
Transparansi Sangat Kurang Mulai terbangun,
tercermin dari pelaporan
akuntansinya

Kedua, pemerintah perlu mengupayakan pengadaan sosialisasi maupun


pelatihan/penyuluhan keuangan desa untuk mentransfer ilmu akuntansi dan
mengaplikasikannya di desanya masing-masing, bimbingan secara intensif untuk
pegawai, dan asistensi terhadap pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa. Pelatihan merupakan usaha untuk memperbaiki kinerja dari karyawan yang
harus dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan karyawan, demi terwujudnya tujuan dari perusahaan (Ayuningtyas,
2011). Dengan pelatihan yang ringan dan tidak rumit diharapkan akuntansi dapat
dipahami secara sederhana oleh aparatur desa, tetapi tetap menjaga akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan dana desa.
Pelatihan sederhana dapat berupa pemahaman dasar akuntansi, contohnya, cara
mencatat kas yang diterima dan dikeluarkan dengan benar serta sesuai kondisi
sebenarnya, juga mencatat aset yang diberikan dan peruntukannya. Selanjutnya,
pelatihan akuntansi harus sesuai dengan level pengetahuannya, misalnya, untuk
kepala desa, cukup meningkatkan pengetahuan umum tentang akuntansi. Untuk
jangka pendek ini, perlu dipertimbangkan merekrut tenaga fasilitator PNPM Mandiri
dan lulusan SMK, terutama jurusan akuntansi (www.beritasatu.com).

Hal tersebut merupakan solusi yang paling baik yang dapat dilakukan oleh
pemerintah. Cara-cara tersebut harus diimplementasikan mengingat akuntansi
merupakan inti dari perkembangan ekonomi dimana saja. Dengan akuntansi, kita
dapat menghitung anggaran, beban, serta laba atau rugi di akhir periode suatu
lembaga atau institusi. Dengan akuntansi juga, ekonomi kreatif akan berjalan sejalan
karena industri rumahan akan terus memproduksi barang untuk dijual dan akuntansi
akan mencatat semua kas masuk dan kas keluar yang ada. Terlebih lagi, laporan
keuangan akan mencatat aktiva, pasiva, modal, yang nanti akan memperlihatkan laba
ataupun rugi.

Lalu, sebuah laporan keuangan yang baik dan informatif akan mengundang
investor untuk berinvestasi, dengan adanya investasi maka akan ada penambahan
modal yang akan membantu masyarakat dalam mengembangkan industri rumahannya
untuk membeli bahan baku, peralatan, perlengkapan, menyewa tempat produksi yang
lebih besar, dan membuka lapangan pekerjaan lebih besar lagi. Secara tidak langsung,
hal ini akan meningkatkan keuntungan dan menjalankan roda perekonomian,
akhirnya desa mampu berkembang dan tumbuh dengan baik serta berkontribusi ke
negara ini yaitu, Indonesia.
BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 SIMPULAN

1. Peran mahasiswa akuntansi dapat meningkatkan akuntabilitas keuangan desa.


Karena melalui program KKN yang dilaksanakan mampu meningkatkan pemahaman
terhadap akuntansi dan bagaimana membuat laporan akuntansi yang akuntabilitas.

4.2 REKOMENDASI

1. Memaksimalkan tim KKN untuk mendampingi perangkat desa mengenai cara


akuntansi bekerja, keuntungan menggunakan akuntansi, dan pengaruh penggunaan
akuntansi dengan kondisi desa. Jika dibutuhkan, universitas diharapkan untuk bisa
menambah jumlah mahasiswa jurusan akuntansidengan harapan bertambahnya
jumlah mahasiswa yang diutus ke desa dapat memberikan pengajaran yang lebih
efektif lagi terhadap perangkat desa dalam memahami akuntansi demi meningkatkan
pemahaman aparatur desa untuk membuat laporan pertanggungjawaban yang
mengacu pada prinsip akuntabel. Akuntabilitas merupakan keharusan dalam
menyajikan laporan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja
dan tindakan seseorang badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau berkewanangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.

2. Apabila memungkinkan pemerintah dapat mengadakan sosialisasi maupun


pelatihan/penyuluhan keuangan desa untuk mentransfer ilmu akuntansi dan
mengaplikasikannya di desanya masing-masing, bimbingan secara intensif untuk
pegawai, dan asistensi terhadap pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Puji., Widyaiswara Madya. 2015. “Pengelolaan Keuangan Desa: Sistem dan
Prosedur Pelaporan Keuangan Desa”. 12 Maret 2018.
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/20473-pengelolaan-keuangan-desa-sistem-dan-prosedur-pelaporan-
keuangan-desa.

Rahmatullah, Rahmat. 2010. “Masih Mungkinkah Pembangunan Dari Bawah”. 12


Maret 2018. http://www.rahmatullah.net/2010/11/masih-mungkinkah-pembangunan-
dari-bawah.html.

http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2016/05/26/tinjauan-akuntansi-desa/. Diakses
pada tanggal 12 Maret 2018.

Wedhaswary, Inggried Dwi. 2014. “Nawa Cita 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK”. 1


April 2018.
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Priorita
s.Jokowi-JK.

Manafe, Dina. 2015. “ Belum Melek Akuntansi, Aparatur Bakal Kesulitan Kelola
Dana Desa”. 1 April 2018. http://www.beritasatu.com/nasional/244773-belum-melek-
akuntansi-aparatur-bakal-kesulitan-kelola-dana-desa.html.

http://www.keuangandesa.com/2017/04/dana-desa-menurut-undang-undang-no-6-
tahun-2014/. Diakses pada tanggal 6 April 2018.
http://keuanganlsm.com/dana-desa-menurut-undang-undang-no-6-tahun-2014/.
Diakses pada tanggal 6 April 2018.
Salamatun Zen, Tuntun. “Peningkatan Kemampuan Tata Kelola Keuangan Desa”. 10
April 2018.
http://pengabdian.lppm.itb.ac.id/pengabdian/laporanpengabdian/peningkatan-
kemampuan-tata-kelola-keuangan-desa.
Setyorini, Christina Tri., dkk. 2017. “Analisis Efektivitas Pelatihan Keuangan Desa:
Upaya Peningkatan Profesionalisme Aparatur Desa”. 10 April 2018.
http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/1007/pdf_180.
Indrajaya, Johan Arief. 2017. “Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa Dan
Implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Terhadap Pengelolaan Keuangan
Dana Desa”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai