Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP (ASET

DESA) PADA DESA CINAGARA KECAMATAN MALANGBONG

Nama : Dede Rohaeti


NPM: 201930028

JURUSAN AKUNTANSI D3
STIE PASUNDAN BANDUNG
BANDUNG 2022

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO

Semoga Allah selalau memberikan kemudahan dalam setiap aktifitasku

Semoga apa yang kulakukan menjadi barokh dalam kehidupanku

Apapun yang ku usahakan mendapat hasil yang baik

Semua Kesuksesan pasti membutuhkan proses

Keyakinan yang kuat pasti akan menghasilkan kesuksesan

Jadikanlah pengalaman menjadi sebuah pembelajran

PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada Allah swt yang senantiasa memudahkan segala

urusan yang sulit, dan Segala perjuangan saya hingga titik ini saya

persembahkan pada semua dosen-dosen yang selama ini memberi ilmu

kepada kami,kepada dosen pembingbing,dan kepada Alm. Kedua orag tua

ibu/Bapak yang selama hidupnya tak henti-henti berdoa untuk kesuksesan

aku,tak lupa pada suami tercinta dan ketiga putraku yang selalau memberi

semagat untuk mamahnya .

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas akhir ini dengan berjudul “Analisis Laporan Pengelolaan Aset Desa Pada

Desa Cinagara Kecamatan Malangbong”.

Dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis sampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga atas segala bimbingan dan do’a yang tulus serta

memberikan bantuan baik moral maupun material. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.H. Dedi Hadian, MM. Selaku Pembina Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi

Pasundan Bandung.

2. Bapak Dr. Dudung Juhana,, MM., selaku Ketua Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi

Pasundan Bandung.

3. Bapak Aan Herdiana, Drs,MM., selaku Wakil Ketua satu (Bidang Akademik)

Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

4. Bapak Maulana Yusuf, SE, MM., selaku Wakil Ketua dua (Bidang

Administrasi dan Keuangan) Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

5. Bapak Anton Tirta Komara, SE, MM., Selaku Wakil Ketua Tiga (Bidang

Kemahasiswaan) Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

6. Ibu Bulan Tati Fitria, SE, MM., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi D3

Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

iii
7. Ibu Roro Endah Kumalasari, SE,M.AK, PIA selaku wali dosn Program Studi

Akuntasnsi D3 Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.

8. Seluruh Staff Tata Usaha dan Karyawan Sekolah Tiggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Bandung.

9. Kedua orang tuaku, keluarga dan kerabat yang senantiasa memanjatkan do’a,

dukungan dan kasih sayang sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

10. Bapak kepala Desa beserta Staff Desa Cinagara Kecamatan Malangbong yag

memberikan kesempata untuk melaksanakan penlitian .

11. teman-teman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi STIE Pasundan Bandung

Angkatan tahun 2019 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih

atas kenangan indah yang kalian berikan, moment tak terlupakan dari awal

kuliah hingga sampai sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, karena sebagai manusia biasa

yang tak luput dari kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak atau pembaca yang sifatnya

membangun agar laporan ini dapat lebih baik dan dapat bermanfaat sebagaimana

mestinya.

Malangbong, April 2022

DEDE ROHAETI

iv
ABSTRAK

Dede Rohaeti, 2022. Analisis Laporan Pengelolaan Aset Desa Pada Desa
Cinagara Kabupaten Garut, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi STIE
Pasundan Bandung. Dibimbing Oleh
…………………………………………………..selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses perencanaan, pengadaan,
penatausahaan, pelaporan dan pengawasan aset desa di Desa Cinagara Kecamatan
Malangbong Kabupaten Garut, faktor-faktor yang menjadi penghambat dan
upaya-upaya yang dilakukan. Ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, pengamatan dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan,
pengadaan, penatausahaan, pelaporan dan pengawasan aset desa di Desa Cinagara
Kabupaten Garut yang dilaksanakan belum sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset. Selain itu amanat
Undang-Undang Desa yaitu menginventarisir semua aset desa belum sepenuhnya
dilakukan oleh pemerintah desa. Adapun kendala yang dihadapi adalah
kompetensi sdm, komunikasi, kepastian hukum, sikap pelaksana, keahlian
pengelola kegiatan, transparansi dan komitmen organisasi. Saran yang dapat
diberikan yaitu lebih fokus pada peningkatan kompetensi sdm melalui sosialisasi,
bimbingan teknis dan pendidikan pelatihan yang berkesinambungan, segera
melakukan inventarisasi aset, dan mensosialisasikan sekaligus menerapkan
regulasi yang berlaku.

Kata Kunci : Pengelolaan Aset Desa, Sumber Daya Manusia, Komunikasi, Desa
Cinagara.

v
ABSTRACT

Dede Rohaeti, 2022. Analysis of Village Asset Management Report in Cinagara


Village, Garut Regency, Thesis of Accounting Study Program, Faculty of
Economics, Institut of Economic Science. Supervised by ….………………… and
…………………….. as Advisor I and Advisor II.
The purpose of this study was to analyze the process of planning, procurement,
administration, reporting and supervision of village assets in Cinagara Village,
Garut Regency, the factors that become obstacles and the efforts made. This is a
qualitative research with a case study approach. Data obtained through in-depth
interview techniques, observation and documentation study. The results showed
that the processes of planning, procurement, administration, reporting and
monitoring of village assets in Cinagara Village, Garut Regency were not in
accordance with the Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2016
concerning Asset Management. In addition, the mandate of the Village Law,
which is to make an inventory of all village assets, has not been fully carried out
by the village government. The obstacles faced are human resource competence,
communication, legal certainty, the attitude of the executor, the expertise of the
activity manager, transparency and organizational commitment. Suggestions that
can be given are to focus more on improving human resource competencies
through socialization, technical guidance and continuous training education,
immediately carrying out an asset inventory, and socializing as well as
implementing applicable regulations.

Keywords: Village Asset Management, Human Resources, Communication,


Cinagara Village.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

MOTTO ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................... iii

ABSTRAK......................................................................................................v

ABSTRACT .................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vii

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah. .................................................................................. 6

1.3Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................7

BAB II

A. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ........................................................................................ 8

2.2 Pengertian Akuntansi .............................................................................. 8

2.3 Pengertian Sistem Akuntansi ..................................................................8

2.4 Tujuan Pokok Akuntansi ......................................................................... 9

2.5 Pengertian Desa ...................................................................................... 9

2.6 Kekayaan (Aset Desa).............................................................................. 11

2.7 Pengelolaan Aset Desa ............................................................................ 12

2.8 Proses Pengelolaan Aset Desa................................................................. 12

B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 17

C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi memberikan dampak perubahan yang begitu besar

pada kehidupan umat manusia. Perkembangan teknologi informasi juga

berpengaruh dan perkembangan industri jasa saat ini semakin meningkat pada

perusahaan, tetapi juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sistem

informasi akuntansi dalam kinerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa

teknologi sistem informasi sudah menjadi kebutuhan untuk menunjukkan

kinerja entitas perusahaan atau organisasi tersebut, Santoso (2016). Adanya

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, telah banyak

melakukan perubahan dari dulunya manual sekarang sudah beralih pada sistem

online data processing.

Salah satu sistem informasi yang sangat membantu dalam pengelolaan

keuangan adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA), dimana sistem informasi

akuntansi merupakan sistem yang berfungsi untuk mengumpulkan data,

menyimpan data tentang aktivitas transaksi keuangan dan memproses data

menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan

keputusan. Menurut Mega, Kusuma & Musmini (2020) Penerapan sistem

informasi akuntansi di lingkungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akan

memberikan dampak yang sangat positif dimana sistem informasi akan

membantu para pemangku kepentingan dalam menyediakan informasi terkait

keuangan yang bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan kegiatan usaha,


2

mengevaluasi semua kegiatan usaha yang dilakukan, melakukan pengendalian

intern, serta menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan.

Untuk itu agar sistem informasi akuntansi dapat diterapkan dengan baik di

lingkungan Badan Usaha Milik Desa maka pihak pemerintah desa perlu

memberikan fasilitas pelatihan Sistem informasi akuntansi kepada pengelola

badan usaha milik desa agar pengelola BUMDes mengerti dengan baik

mengenai sistem informasi akuntansi, dan pada akhirnya akan berdampak baik

bagi perkembangan badan usaha milik desa.

Oleh karena itu system infomasi akuntansi aktiva tetap daerah adalah

bagian dari elemen penting pada neraca pemerintah daerah. Informasi

tentang aset tetap dalam neraca menginformasikan kekayaan dan potensi

ekonomi dari pemerintah daerah. Berdasarkan informasi ini, masyarakat

mampu menilai beberapa hal, seperti seputar menariknya berinvestasi di

daerah tersebut, potensi keuntungan yang dapat diperoleh, kenyamanan

hidup terkait dengan bagaimana kelengkapan dan infrastruktur publik,

kemampuan keuangan dari pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan

Aset Desa, setiap desa dituntut untuk melakukan pencatatan serta

pelaporan aktiva tetap sebagai bagian dari bentuk pengelolaan aset.

Pengelolaan aset tetap daerah merupakah bagian dari elemen utama

dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Mulalinda &

Tangkuman (2014) menyebutkan bahwa pengelolaan aset daerah yang

ditangani dengan benar mampu dijadikan sebagai modal awal

pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan keuangannya.

Penanganan aktiva tetap daerah yang kurang sesuai dengan PSAP 07

akan berdampak pada penyajian laporan keuangan. Hal tersebut konsisten


3

terhadap studi yang dilakukan oleh Budiman, Pangemanan, & Tangkuman

(2014). Maksudnya aktiva tetap yang digambarkan dalam neraca harus sesuai

dengan biaya perolehan aset tetap tersebut selanjutnya dikurangi dengan

jumlah akumulasi penyusutan.

Penanganan aset tetap yang kurang tepat disebabkan karena masih

mempraktikkan sistem manual, yang memungkinkan terjadinya kesalahan pada

penjumlahan total penyusutan. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam

pencatatan dan perhitungan yang biasa disebabkan oleh manusia, sehingga hal

ini menjadi kendala tersendiri bagi pemerintah daerah. Pencatatan secara

manual sudah mulai ditinggalkan kebanyakan instansi dan sudah mulai

berpindah ke sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi. Penanganan

informasi dengan cara manual telah mulai ditinggalkan karena sudah tidak lagi

memenuhi standar efisiensi serta efektifitas (Wirawan & Hidayat, 2015). Hal

tersebut dipicu oleh perkembangan teknologi informasi yang meliputi

perkembangan software dan hardware yang semakin maju. Sistem informasi

dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan dan penyimpanan data,

sehingga dapat memberikan informasi yang tepat serta akurat. Informasi yang

tepat serta akurat diperlukan guna mengambil sebuah keputusan yang tepat

(Paramitha, 2017). Ketersediaan informasi yang akurat dan akurat mampu

menaikkan kinerja yang lebih efisien serta kecepatan operasional instansi, hal

ini sesuai dengan hasil penelitian (Prasetyo, 2014). (Ariska & Jazman, 2016)

menyatakan bahwa dengan adanya sistem pencatatan aset, data aset dapat

disimpan secara lebih rinci dan akurat serta aman. Sistem pencatatan aset tetap

dapat mencakup pengelolaan dan penyimpanan data dengan tujuan penyusunan

laporan aset tetap. Pada penelitian ini sistem yang dirancang mampu

diaplikasikan pada setiap desa yang ada Indonesia. Namun, objek yang diambil
4

pada penelitian ini adalah desa cinagara pada Kecamatan Malangbong. Alasan

penulis menggunakan desa Cinagara pada Kecamatan Malangbong

dikarenakan desa tersebut dinilai masih sangat kurang dalam pemanfaatan

teknologi informasi khususnya sistem akuntansi, serta kurangnya aparatur

yang kompeten dalam pembuatan laporan yang baik dan benar sesuai standar.

Ketidakmampuan aparatur dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi

maka output yang dihasilkan akan keliru sehingga laporan yang dihasilkan

tidak memenuhi standar yang berlaku (Sukmaningrum, 2012). Hingga saat ini

pencatatan aset tetap pada desa Cinagara pada Kecamatan Malangbong masih

belum terkomputerisasi sehingga memicu adanya kesalahan pencatatan,

kehilangan barang, dan kesalahan pelaporan yang konsisten. Hal ini bisa

dilihat dari pendapatan dana Desa dari tahun 2015 sampai tahun 2021 yag

mengalami fluktasi sebagai berikut:

Table 1.1 Dana Desa Cinagara


Periode Tahun 2015 sampai Tahun 2021
N Tahun Jumlah Keterangan
o
1 2015 Rp. 290.900.000 Naik

2 2016 Rp. 395.840.000 Naik

3 2017 Rp. 406.440.000 Naik

4 2018 Rp. 406.440.000 Tetap

5 2019 Rp. 392.628.000 Turun

6 2020 Rp. 535.205.307 Naik

7 2021 Rp. 445.882.453 Turun

Sumber data : APB-De Desa Cinagara

Berdasarkan sumber dana desa diatas telah tercantum di dalam UU.

N0.6/2014 yang berisi tentang Desa Pasal 72 dan Ayat 1 dari manakah sumber

dana desa itu berasal, sumber dana desa berasal dari: Pendapatan Asli dari

Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa Alokasi dari APBN dalam belanja
5

dilakukan secara transfer ke daerah/desa; Bagian dari hasil pajak daerah serta

retribusi daerah Kabupaten/Kota; paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi

daerah Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

telah diterima Kabupaten/Kota; paling sedikit 10% dari dana perimbangan

yang diterima Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi

Khusus Bantuan Keuangan yang berasal dari APBD Provinsi dan APBD

Kabupaten/Kota; Hibah dan sumbangan yang tidak terikat oleh pihak ketiga;

dan lain-lain pendapatan Desa yang sah. Berdasarkan permasalahan yang

terjadi pada desa Cinagara Kecamatan Malangbong maka penulis bermaksud

untuk memberikan output berupa laporan aset tetap. Implementasi sistem

informasi akuntansi yang terkomputerisasi diharapkan dapat menjadi peluang

bagi desa untuk mengakses, mengelola, serta memanfaatkan informasi dengan

cepat dan akurat dalam memajukan terbentuknya pemerintahan yang bersih,

transparan, dan mampu menanggapi tuntutan perubahan secara efektif, maka

saya bermaksud untuk melakukan penelitian dan bisa menjawb dari latar

belakang permasalahan di Desa Cinagara dengan judul “Analisis Sistem

Informasi Akuntansi Aktiva Tetap (Aset Desa) pada Desa Cinagara Kecamatan

Malangbong”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan

masalah yaitu apakah laporan pengelolaan aset desa pada Desa Cinagara

Kabupaten Garut sesuai dengan pengelolaan aset desa yang diatur dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan

Aset Desa.

1.3 Tujuan Penelitian


6

Dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam pengelolaan aset

desa yang berada Di Desa cinagara Kecamtan malangbong Kabupaten Garut.

1.4 Manfaat Peelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi secara spesifik

dalam pengembangan ilmu dan sebagai wawasan untuk menerapkan teori-

teori dalam laporan aset desa.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan

pertimbangan dalam penyusunan laporan pencatatan kekayaan (Aset) desa

pada Desa Cinagara Kecamatan Malangbong.

.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Akuntansi

Suwardjono (2015:10) menyatakan bahwa akuntansi dapat didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa

informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan

negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada

pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Dalam arti sempit, akuntansi merupakan proses, fungsi,

atau praktik, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian,

pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan,

peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang

terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu

unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang

relevan bagi pihak yang berkepentingan.

2. Pengertian sistem akuntansi

Menurut Mulyadi (2001), sistem akuntansi adalah organisasi formulir,

catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan

informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan

pengelolaan perusahaan. Formulir atau dokumen merupakan dokumen yang

digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 menjelaskan sistem akuntansi

pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang

terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran

dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.


8

3. Tujuan Pokok Akuntansi

Menurut Halim dan Kusufi (2012), tujuan pokok akuntansi pemerintahan

adalah: a) Pertanggungjawaban, yaitu memberikan informasi keuangan yang

lengkap pada waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggung

jawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintahan. Fungsi

pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih luas daripada sekedar

ketaatan terhadap peraturan, tetapi juga keharusan bertindak bijaksana dalam

penggunaan sumber-sumber daya. b) Manajerial, yaitu akuntansi

pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan untuk

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian

anggaran, perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan serta

penilaian kinerja pemerintah. Tujuan ini perlu dikembangkan agar organisasi

pemerintah tingkat atas dan menengah dapat menjadikan informasi keuangan

atas pelaksanaan yang lalu untuk membuat keputusan ataupun penyusunan

perencanaan untuk masa yang akan datang, c) Pengawasan, yaitu akuntansi

pemerintahan juga harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh

aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi

yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin dilakukannya

prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau

unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya

berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem

akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi.

4. Pengertian Desa

Pedesaan merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia

(Dinar, 2016). Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,


9

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan desa adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa adalah Kepala Desa atau disebut dengan nama lain

dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa.

Badan permusyawaratan desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan

ditetapkan secara demokratis. Menurut H.A. Widjaja (2003) desa adalah

sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli

berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa.

Desa dipimpin oleh Kepala Desa yang dipilih secara langsung oleh

rakyat melalui pemilihan umum yang disebut PILKADES. Pemerintahan

desa yang dipimpin oleh Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa sesuai

dengan tugas dan fungsi berdasarkan jabatan masing-masing. Struktur

organisasi pemerintah desa sesuai dengan kewenangan dan beban tugas yang

harus dilaksanakan. Menurut Asnawi Rewansyah (2011) ada lima fungsi

utama pemerintah yaitu:

1) Fungsi mengatur/regulasi.

2) Fungsi pelayanan kepada masyarakat.


10

3) Fungsi pemberdayaan masyarakat.

4) Fungsi pengelolaan aset/kekayaan.

5) Fungsi pengamanan dan perlindungan.

5. Kekayaan (Aset Desa)

Aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli milik

desa, dibeli atau diperoleh dari beban Anggaran Pendapatan Belanja Desa

(APBDes) atau perolehan hak lainnya yang sah. (Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 Tahun 2016) tentang Pengelolaan Aset Desa, menyatakan

bahwa jenis aset desa terdiri atas:

a. Kekayaan asli desa terdiri atas:

1) Kas desa.

2) Pasar desa.

3) Pasar hewan

4) Tambatan perahu

5) Bangunan desa

6) Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa

7) Pelelangan hasil pertanian

8) Hutan milik desa

9) Mata air milik desa

10) Pemandian umum, dan

11) Lain-lain kekayaan desa.

b. Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDes.

c. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis.

d. Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak

dan/atau diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang.


11

e. Hasil kerja sama desa.

f. Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah.

6. Pengelolaan Aset Desa

Menurut Kartika (2017) pengelolaan aset adalah salah satu cara bagi desa

untuk melakukan suatu pembangunan baik yang menggunakan pedoman

dalam pengelolaannya. Kekayaan desa dikelola oleh kepala desa beserta

perangkat desa ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Pengelolaan aset

desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,

transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan aset desa yang

mempunyai wewenang dan tanggung jawab yaitu:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa.

b. Menetapkan pembantu pengelolaan dan petugas/pengurus aset desa.

c. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan aset desa.

d. Menetapkan kebijakan pengamanan aset desa.

e. Mengajukan usul pengadaan, pemindahtanganan dan atau penghapusan

aset desa yang bersifat strategi melalui musyawarah desa.

f. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan aset desa sesuai

batas kewenangan.

g. Menyetujui usul pemanfaatan aset desa selain tanah dan/atau bangunan.

7. Proses pengelolaan Aset Desa

Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan aset milik desa

yang merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,pengadaan,

penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,penghapusan,

pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan,penilaian, pengawasan, dan


12

pengendalian kekayaan milik desa dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa meliputi:

a. Perencanaan

Program perencanaan keuangan desa disusun melalui forummusyawarah

di Balai Desa, perencanaan pembangunan desa yang telah diusulkan dalam

rencana kegiatan pembangunan desa yang berpedoman pada prinsip-prinsip

perencanaan pembangunan partisipasi masyarakat desa dan transparansi

pemerintah kepada masyarakat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2016 menetapkan aturan mengenai perencanaan aset desa dituangkan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk

kebutuhan 6 tahun. Sedangkan perencanaan kebutuhan aset desa untuk

kebutuhan 1 tahun dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKPDes) dan ditetapkan dalam APBDes setelah memperhatikan

ketersediaan aset desa yang ada.

b. Pengadaan

Pengadaan aset desa dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien,

efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan

akuntabel. Sedangkan pengadaan barang dan jasa di desa diatur dengan

Peraturan Bupati/Walikota dengan pedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Penggunaan

Penggunaan aset desa dilakukan oleh pemerintah desa dan aparatur desa

dengan sepengetahuan masyarakat dalam menggunakan aset desa guna

menghasilkan pendapatan asli desa. Status penggunaan aset desa ditetapkan

setiap tahun dengan keputusan kepala desa.


13

d. Pemanfaatan

Pemanfaatan aset desa merupakan optimalisasi terhadap penggunaan aset

desa untuk menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang dan dapat

mensejahterakan masyarakat. Pemanfaatan aset desa dapat dilaksanakan

sepanjang tidak dipergunakan langsung untuk menunjang penyelenggaraan

pemerintah desa. Bentuk pemanfaatan desa seperti sewa, pinjam pakai,

kerjasama pemanfaatan dan bangun guna serah atau bagun serah guna.

Pemanfaatan aset desa seperti tanah sawah dapat mendapatkan pendapatan

desa dan membantu perekonomian masyarakat desa. Sehingga pemerintah

desa dan masyarakat desa bisa saling bekerja sama dalam pemanfaatan aset

desa guna menambah pendapatan desa.

e. Pengamanan

Pengamanan aset desa wajib dilakukan oleh kepala desa dan

perangkat desa yang meliputi:

1) Administrasi antara lain pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan

penyimpanan dokumen kepemilikan.

2) Fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang,

penurunan jumlah barang dan hilangnya barang.

3) Pengamatan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara

pemagaran dan pemasangan tanda batas.

4) Selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan

pemeliharaan.

5) Pengamanan hukum antara lain dengan melengkapi bukti status

kepemilikan. Biaya pengamanan aset desa dibebankan pada APBDes

dan wajib dilakukan oleh kepala desa dan perangkat desa.


14

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan aset desa wajib dilakukan oleh kepala desa dan

perangkat desa baik aset yang bergerak maupun tidak bergerak,

pemeliharaan aset yang bergerak dengan membutuhkan dana yang besar

dimasukkan dalam rencana penganggaran. Biaya pemeliharaan aset desa

dibebankan pada APBDes.

g. Penghapusan

Penghapusan aset merupakan kegiatan menghapus atau

meniadakan aset desa dari buku inventaris desa, penghapusan aset desa

dilakukan dalam hal beralih kepemilikan, pemusnahan (aset yang sudah

tidak dapat dimanfaatkan atau tidak memiliki nilai ekonomis seperti

meja, kursi, komputer dll.) dan terjadinya sebab lain karena hilang,

kecurian dan terbakar.

h. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan aset desa merupakan kegiatan pengalihan

kepemilikan barang milik desa yang disahkan oleh kepala desa dan perlu

diketahui oleh masyarakat langsung. Pemindahtanganan meliputi tukar

menukar, penjualan dan penyertaan modal pemerintah desa.

Pemindahtanganan aset desa yang berupa tanah dan bangunan milik desa

hanya dilakukan dengan tukar menukar dan penyertaan modal.

i. Penatausahaan

Pengelolaan aset desa herus memiliki pembukuan, inventarisasi

dan pelaporan. Penatausahaan aset desa harus diinventarisir dalam buku

inventaris aset desa dan diberi kodefikasi sebagai bentuk


15

pertanggungjawaban dalam pelaporan. Ada tiga kepala urusan yaitu

kepala urusan pembangunan, kepala urusan umum, dan kepala urusan

pemerintahan penatausahaan pengelolaan aset desa, terlebih dahulu

dilakukan perhitungan aset, lalu pencatatan, setelah itu dilaporkan dalam

pembukuan. Setelah pembukuan selesai dimasukkan dalam jurnal

inventarisasi dan dilakukan pelaporan untuk menyusun laporan

pertanggungjawaban.

j. Pelaporan

Laporan keuangan desa menyajikan informasi yang relevan

mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

kepala desa. Kepala desa mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya

yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan

struktur pada satu periode pelaporan.

k. Penilaian

Penilaian merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

aparatur desa dan ikut sertanya masyarakat untuk melakukan pengukuran

yang didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan

menggunakan metode tertentu untuk memperoleh nilai aset desa.

l. Pengendalian dan pengawasan

Pengendalian dan pengawasan aset desa dilakukan oleh beberapa

pihak yang bersama-sama untuk menghindari penyimpangan

perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki desa. Pembinaan

dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan aset desa dilakukan

oleh Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa,

Gubernur dan Bupati/Walikota dapat dilimpahkan kepada camat.


16

Laporan pencatatan kekayaan desa harus sesuai dengan Peraturan Meteri

Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 yang meliputi perencanaan,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan,pemeliharaan,

penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,pelaporan, penilaian,

pengawasan, dan pengendalian sehingga laporan kekayaan milik desa

dapat disajikan wajar sehingga memberikan informasi yang valid.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Neger Nomor 113 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Keuangan desa dikelola

berdasarkan asasasas transparan, akuntabel partisipatif, serta dilakukan

dengan tata tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa,

dikelola dalam masa satu tahun anggara yakni mulai tanggal 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desamber. Pengelolaan keuangan desa tidak

lepas dari Kepala Desa dan perangkat Desa lainnya. Kepala desa

menyampaikan tanggung jawab dalam setiap realisasi pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) kepada Bupati/Walikota

berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun yaitu

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes dilampirkan

format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes tahun

anggaran berkenaan, format laporan kekayaan milik desa per 31

Desember tahun anggaran berkenaan.

B. Flowchart

a. Definisi Flow Chart Menurut Jogiyanto (2005).

Flow Chart merupakan metode untuk menggambarkan tahap-tahap

penyelesaian masalah (prosedur), beserta aliran data dengan simbol-simbol

standar yang mudah dipahami. Flow chart digunakan untuk mendokumentasikan


17

standar proses yang telah ada sehingga menjadi pedoman dalam menjalankan

proses produksi sehingga dapat melakukan peningkatan dan/atau perbaikan

proses yang berkesinambungan (secara terus menerus).

Tujuan utama penggunaan flow chart untuk menyederhanakan rangkaian

proses atau prosedur untuk memudahkan pemahaman pengguna terhadap

informasi bersangkutan. Jogiyanto menjelaskan beberapa keuntungan dalam

penggunaan Flow chart (Diagram Alir) antara lain:

a) Sebagai Dokumentasi Prosedur Kerja dalam ISO

b) Sebagai pedoman untuk menjalankan Operasional

c) Sebagai pedoman untuk melakukan pelatihan terhadap Karyawan baru

d) Sebagai benchmark

e) Sebagai Peta kerja untuk mencegah terjadi kehilangan arah

f) Mempermudah pengambilan keputusan

b. Bentuk-bentuk Simbol Flow Chart

Flow chart (Diagram Alir) berbentuk diagram yang mewakili algoritma

atau proses dengan berbagai jenis kotak-kotak dan dihubungkan oleh garis-garis

panah sebagai arah alirannya. Menurut Jogiyanto (2005:802) ”Bagan alir

program (program flow chart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan

alir sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem”. Di dalam

kotak-kotak proses biasanya diberikan label atau judul singkat mengenai proses

yang dilakukannya.

a) Simbol Mulai/Awal atau Selesai/Akhir (Start/End) 14 Simbol Start dan End

biasanya dilambangkan dengan Oval, Lingkaran ataupun Kotak Persegi

Panjang yang sudutnya dibulatkan.


18

b) Simbol Proses atau Kegiatan (Process) Simbol untuk proses/langkah atau

kegiatan yang akan dilakukan pada umumnya berbentuk Kotak Persegi

Panjang (rectangle).

c) Simbol Kondisional atau Keputusan (Conditional or Decision) Simbol

kondisional atau keputusan biasanya dilambangkan dengan Kotak yang

berbentuk Diamond (Rhombus) yang pada umumnya akan mempunyai

output (keluaran) seperti Ya atau Tidak; Benar atau Salah.

d) Simbol Arah Aliran (Flow) Simbol arah aliran proses dilambangkan dengan

panah (arrow) dengan anak panahnya menuju ke proses selanjutnya.

e) Simbol Masukan/Keluaran (Input/Output) Simbol untuk menunjukan

masukan dan keluaran data (Input dan Output) dilambangkan dengan kotak

yang berbentuk jajaran genjang (Parallelogram).


19

Tabel 2.1. Simbol Input/ Output

Sumber : Jogiyanto (2005)


20

Tabel 2.2 Simbol Proses

Sumber : Jogiyanto (2005)


21

Tabel 2.3. Simbol Simpanan

Sumber : Jogiyanto (2005)


22

Tabel 2.4 Simbol Alur dan Lainnya

Sumber : Jogiyanto (2005)

c. Fungsi Flow Chart

Menurut Tague (2005), flow chart memiliki beberapa fungsi penting

dalam memberikan gambaran tentang sebuah prosedur. Fungsi tersebut antara

lain:
23

1) Relationship

Flow chart dapat memberikan gambaran yang efektif, jelas, dan ringkas

tentang procedure logic. Teknik penyajian yang bersifat grafis jelas akan

lebih baik dari pada uraian-uraian yang bersifat teks, khususnya dalam

menyajikan logika-logika yang bersifat kompleks.

2) Analysis

Dengan adanya pengungkapan yang jelas dalam model atau chart, maka

para pembaca dapat dengan mudah melihat permasalahan atau memfokuskan

perhatian pada area-area tertentu pada sistem informasi.

3) Communication

Simbol-simbol yang digunakan mengikuti suatu standar tertentu yang

sudah diakui secara umum, maka flow chart dapat merupakan alat bantu yang

sangat efektif dalam mengkomunikasikan logika suatu masalah atau dalam

mendokumentasikan logika tersebut.

d. Jenis-Jenis Flow chart

Sterneckert (2003) menyarankan untuk membuat model diagram alir

yang berbeda sesuai dengan perspektif pemakai (managers, sistem analysts and

clerks) dan dikenal ada 5 jenis diagram alir secara umum:

1. Flow chart Sistem (Sistem Flow chart)

Flow chart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau

apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan

menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan

kata lain, flow chart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan

prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flow

chart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang
24

mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flow chart sistem dapat

digambarkan secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau

offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer, misalnya mesin tik,

cash register atau kalkulator).

2. Flow chart Paperwork / Flow chart Dokumen (Document Flow chart)

Flow chart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui

sistem. Flow chart Paperwork sering disebut juga dengan Flow chart

Dokumen. Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan

laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form dan

laporan diproses, dicatat dan disimpan.

3. Flow chart Skematik

Flow chart skematik mirip dengan flow chart sistem yang

menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flow chart ini bukan hanya

menggunakan simbol-simbol flow chart standar, tetapi juga menggunakan

gambar-gambar komputer, peripheral, form-form, atau peralatan lain yang

digunakan dalam sistem. Flow chart skematik digunakan sebagai alat

komunikasi antara analisis sistem dengan seorang yang tidak familiar dengan

simbol-simbol flow chart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai

ganti dari simbol-simbol flow chart akan menghemat waktu yang dibutuhkan

oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti

flow chart.
25

Gambar 2.1 Contoh Flow chart Skematik

C. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah diteliti dapat dijadikan acuan pada

penelitian ini yaitu analisis laporan pencatatan aset desa pada Desa Cinagara

Kabupaten Garut, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu

No. Nama Penulis Judul Metode Hasil Penelitian


Penelitian penelitian
1. Khoirul Strategi Penelitian ini Hasil penelitian
Syahputra, Peningkatan menggunakan menunjukkan
Yusman Pengelolaan metode bahwa lemahnya
Syaukat, Barang Milik kualitatif kompetensi
dan Abdul Daerah pada sumber daya
Kohar Pemerintah manusia pengelola
Irwanto Kabupaten barang milik daerah
Kepulauan tidak
Anambas terlepas dari kurang
optimalnya
pembinaan,
pengawasan dan
pengendalian pada
pengurus
barang milik daerah
dan ini juga
26

berdampak pada
kinerja aparatur
pengelola barang
milik daerah.
2. Dinar Aji Analisis Penelitian Hasil penelitian ini
Atmaja Pengelolaan Ini menggunakan yaitu kepala
Keuangan metode kualitatif desa dan perangkat
Desa dan Deskriptif. desa lainnya
Kekayaan telah mengelola
Desa (Study keuangan desa
Kasus di sesuai dengan
Desa peraturan
Plesungan pemerintah hal ini
Kecamatan tidak
Gondangrejo dibuktikan tidak
Kabupaten adanya
Karangnyar) pemborosan dalam
keuangan
desa. Pengelolaan
keuangan
Desa Plesungan
menunjukkan
transparan dilihat
dari
perencanaan,
pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban
kepada
masyarakat dan
pemerintahan
27

Kabupaten/Kota dan
Provinsi.
3. Herybertus Analisis Metode Hasil penelitian
Yudha Penerapan penelitian bahwa
Pradana Pengelolaan dilakukan pengelolaan
Keuangan dengan keuangan desa di
Desa teknik Desa Jatimulyo
Berdasarkan deskriptif secara umum
Peraturan sudah sesuai dengan
Menteri Peraturan
Dalam Menteri Dalam
Negeri Negeri Nomor
Nomor 113 113 Tahun 2014
Tahun 2014 namun masih
ada beberapa
ketentuan yang
belum dilakukan
yaitu pada
proses perencanaan
keuangan
desa masih
mengalami
keterlambatan.
4. Siswadi Analisis Hasil penelitian ini
Jenis penelitian
Sululing, Laporan yaitu setiap
ini adalah
Haruni Ode Keuangan transaksi keuangan
kuantitatif
desa yang terjadi
Dan Desa harus dicatat dengan
Mohammad menggunakan buku
Gifari Sono kas umum,buku kas
28

harian modal, buku


piutang, dan buku
hutang dengan
benar dan seimbang
sehingga realisasi
anggaran,
laporan kekayaan
milik desa
awal, neraca desa
dan catatan
atas laporan
keuangan
5. M. Khanif Pengelolaan Penelitian ini Hasil penelitian ini
Hermawan Aset Desa menggunakan menunjukkan
Dari Metode kualitatif. kecenderungan
Perspektif belum baik
Kebijakan dalam pelaksanaan
Publik (Studi pengelolaan
pad Cenang aset desa di Desa
dan Desa Cenang dan
Dukuhmaja Desa Dukuhmaja,
Kecamatan karena masih
Songgom banyak masalah
Kabupaten yang ditemukan
Brebes)”. dalam beberapa
kegiatan
pengelolaan aset
desa.
6. Amrie Pengelolaan Penelitian ini Hasil penelitian ini
Firmansyah Aset Desa di menunjukkan
29

Kabupaten menggunakan bahwa beberapa


Tangerang metode penelitian desa di Kabupaten
kualitatif Tangerang dalam
pengelolaan aset
desa belum baik.
Penatausahaan aset
desa pada Desa
Rawa Burung dan
Desa Rawa Rengas
belum dilakukan
secara optimal,
terutama Desa Rawa
Rengas yang masih
belum dilaksanakan
pelaporan aset desa
sehingga masih
belum dilaksanakan
akuntabel dan
transparan.

D. Kerangka Pemikiran

Laporan pencatatan kekayaan desa di Desa Cinagara Kecamatan

Malangseperti dokumen laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) yang dilampirkan laporan kekayaan

milik desa, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),

dokumen Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDes), buku kas umum desa, dan

buku inventaris aset desa. Gambaran kerangka pikir dalam penelitian ini dengan

dengan skema sebagai berikut:


30

Kantor Desa Cinagara


Kabupaten Garut

Proses pengelolaan aset desa

Laporan pertanggungjawaban realisasi


pelaksanaan APBDesa terlampir laporan
aset desa

Peraturan Meteri Dalam Negeri


Nomor 1 Tahun 2016

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai