Anda di halaman 1dari 83

PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TERHADAP

PENGELOLA DANA DESA STUDI KASUS DESA KAWATA


KECAMATAN MANGOLI UTARA TIMUR
KABUPATEN KEPULAUAN SULA
TAHUN ANGGARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Stara Satu (S1)
pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UniversitasMuhammadiyah Maluku utara

Oleh:

MUDAFAR UMASUGI
NPM :12105 65201 12085

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
TERNATE
2016

1
2
3
4
ABSTRAK

Nama:Mudafar Umasugi, NPM:121056520112085


Judul:Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Terhadap
Pengelolah Alokasi Dana Desa (Add) di Desa Kawata Kecamatan
Mangole Utara Timur Kabupaten Kepulauan Sula. Di Bimbing Oleh:
Bapak Abdullah Kaunar.S.IP,MA Selaku Pembimbing I Dan Bapak
Rahmat Suaib.S.IP,M.IP Selaku Pembimbing II
Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan
Dana Desa (DD) Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
pengelolaan Dana Desa (DD) sangat berpengaruh terutama dalam penyusunan
skala prioritas dalam penetapan rencana kegiatan dan mempertimbangkan potensi
desa, kebutuhan masyarakat sehingga hasil pelaksanaan pengelolaan Dana Desa
(DD) dapat dirasakan secara optimal bagi seluruh masyarakat desa.
Tujuan Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif/kualitatif, yaitu
penelitian yang berusaha untuk menunturkan atau mengambarkan pemecahan
masalah yang ada skarang berdasarkan data-data dan fakta, menganalisis dan
menginterprestasi peniliti mengunakan jenis penilitian deskriptif ini karena
hendak mengambarkan secara rinci hal-hal yang yang berkaitan dengan
pengawasan langsung dan tidak langsung dalam pelaksanaan program dana desa
(DD).
Berdasarkan hasil penelitian, Bahwa pengawasan badan permusyawaratan
desa (BPD) terhadap pengelola Dana Desa (DD) di desa Kawata Kecamatan
Mangole Utara Timur Kabupaten Kepulauan Sula. belum begitu optimal, karena
BPD lebih pentingkan kepentingan pribadinya dari pada kepentingan desa. Dari
bahan yang dianalisa, penulis dapat menyadari kesimpulan bahwa upaya untuk
meningkatkan pengawasan badan permusyawaratan desa dan penggelolaan Dana
Desa belum begitu optimal, untuk itu adapun saran kepada pemerintah desa
kawata agar harus diupayakan pelayanan kepada masyarakat.

Saran peneliti, Diharapkan bahwa kepala desa dan ketua bpd untuk
memberikan informasih atas segala bentuk dokumen dana desa (DD) kepada
masyarakat, sehingga akan menimalkan tidak terjadinya kecurangan dalam
penggelolaan dana desa (DD).

Kata Kunci: Pengawasan BPD Dan DD

5
DAFTTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
KATATA PENGANTAR………………………………………………...….……ii
ABSTRAK……………………………………………………………..….….......iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….4
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………………………4
1.3.1 Tujuan Penelitian...……………………………………………………...4
1.3.2 Manfaat Penelitian…………………………………...…….…………....5
a. Manfaat Teoritis……………………………………………………....5
b. Manfaat Praktis……………………………………………………….5
1.4. Definisi Konsepsional………………………………………….......,………...5
1.5. Metode Penelitian…………………………………………….……….....6
1.6. Sumber Data…………………………………………………….….….....6
1.7. Tehknik Pengumpulan Data……………………………………..……….7
1. Observasi………………………………………………………….......7
2. Wawancara………………………………………………….………...7
3. Dokumentasi………………………………………………………….8
1.8. Tehknik Analisis Data…………………………………………….……..8
BAB II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengawasan…………………………………………….........………10
2.2 Pengawasan BPD…………………………………………………….…12
2.3 Dana Desa (DD)………………………………….................…………..14
2.4 Penggunaan Dana Desa………………………………..............………..15
BAB III.GAMBARAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 .Sejarah desa kawata………………………………..……….…………..21
3.2. Pemberdayaan Masyarakat ………………………….…….….………..25

3.3. Pengelolaan Dana Desa (ADD) dalam pemberdayaan

6
masyarakat desa…………………………………....…………………….26
a. Perencanaan DD……...………………………..….……………......26
b. Penganggaran DD……………………………….…….………...…27
c. Mekanisme pencairan dan penya-luran DD….…....….…...….….....28
3.4. Susunan Organisasi Pemerintah Desa…………………..……...……....…......29
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam
Pengawasan Program Dana Desa……………………..............……....30
4.2. Sumber-Sumber Penggunaan DD……………………....………..…….42
4.3. Pengawasan DD………………………………………....……..…….....51
4.4. Pertanggungjawaban DD……………………………....……..………...46
4.5. Masalah Yang Dihadapi...........................................................................66
4.6. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Desa Kawata.......................67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan………………………………………………………...…70
5.2. Saran………………………………………………………………….71
DAFTAR PUSTAKA

7
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan efisien dan efektifitas dalam pelaksanaan pemerintahan desa

sudah menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi, maka partispasi semua pihak

sangat dibutuhkan bagi masyarakat terlebih dari aparat pelaksana pemerintah

desa. penyelengaran pemerintah desa yang efektif adalah merupakan kebutuhan

yang sangat mendesak, khususnya pada masa reformasi saat ini. arah pendekatan

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai upaya penyampaian

kebijakan pusat dan sebagai pelaksana program pemerintah. Hal ini ditandai oleh

adanya tuntutan bagi masyarakat, akan menunjang terciptanya aparatur

pemerintah desa yang berwibawah, bersih, teratur dan tertib dalam menjalankan

fungsi dan tugas yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. tuntutan dari

masyarakat itu timbul karena ada sebabnya, yaitu ada kegiatan-kegiatan yang

tidak terpuji dilakukan oleh pemerintah umunya dan aparat pemerintahan desa

khususnya. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di kalangan pemerintah

desa salah satuh penyebabnya kurang efektifitas pelaksanaan pengawasan yang

dilakukan oleh badan yang ada dalam tubuh pemerintahan desa itu

sendiri(kawata,1994:), Kedisiplinan pegawai untuk mentaati peraturan kerja dan

pelaksanaan tugas yang lainya terkadang masih di remehkan.keadaan tersebut

disebabkan oleh tingkat kesedaran para pegai akan tugasnya belum maksimal

1
sehingga pegawai cenderung lebih mengurus kepentingan pribadi atau

kepentingan golonganya.

Penguasa atau pimpinan perlu melakukan pengawasan atau tugas-tugas

pokok pemerintahan dan pembangunan, hal ini bertujuan untuk menunjang

terwujudnya perintahan yang bersih dan berwibawa, sebab tanpa pengawasan

yang efektif baik secara lansung maupun tidak lansung akan mengakibatkan

terjadinya penyimpangan atau penyelewengan. Badan permusyawaratan desa

kawata yang memiliki fungsi dalam pengawasan kinerja pemerintahan desa di

desa kawata, dimana salah satu misi yang ingin di capai adalah mencegah

terjadinya penyimpangan dalam melaksanakan manejemen pemerintahan desa.

Tujuan DD sebagaimana tercantum dalam surat edaran mendagri Nomor 140/640/

, tangal 22 maret adalah meningkatkan penyelengaran pemerintahan desa dalam

melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai

kewenanganya, meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara

partispatif sesuai dengan potensi desa, meningkatkan pemerataan pendapatan,

kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa, dan,

mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat berdasarkan butir-

butir tersebut diatas. Kebijakan DD merupakan salah satu wujud otonomi desa

yang terbukti dapat mendorong terciptanya kemandirian, demokrasi, pastispasi

dan kesejahtraan masyarakat desa. Berkaitan dengan tujuan dari program DD

tersebut di atas agar dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan peraturan yang

berlaku dan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan maka

2
diperlukan kepatuhan, pengawasan dan partispasi, Indonesia merupakan Negara

yang memiliki wilayah yang sangat luas yang terdiri dari beberapa provinsi, di

setiap provinsi dibagi-bagi menjadi beberapa tingkatan wilayah yaitu kabupaten

atau kota yang juga terbagi menjadi kecamatan, di mana kecamatan ini dibagi lagi

menjadi wilayah yang lebih kecil yaitu kelurahan dan desa. Untuk meningkatkan

pembangunan di desa, pemerintah Indonesia telah berupaya membuat program

pemberdayaan desa dimana diharapkan perangkat desa bersama masyarakatnya

dapat secara mandiri bekerjasama untuk membangun dan memajukan desa tempat

mereka tingal tentunya dibawah pengawasan pemerintah kabupaten.

BPD Dilapangan, menurut keluhan masyarakat bahwah dana yang di

alokasikan oleh pemerintah terhadap desa yaitu (DD) dana desa selama anggarang

yang di alokasikan lewat ( BPD) badan permusyawatan desa, tersebut tidak ada

pertemuan pemerintah desa dan masyarakat, sehinga masyarakat bertanya-tanya

dana yang di alokasikan oleh pemrintah itu berapa yang masuk di kas desa dan

yang di keluarkan berapa, masyarakatpun tidak tahu hal tersebut, karena, Kades

dan pemerintah desa lainya pertemuan secara diam saja, sehinga terjadi

kecemburuan social antara pemerintah desa dan masyarak desa. di desa kawata

kecamatan mangole utara timur kabupaten kepulauan sula. Salah satu program

yang dibuat oleh pemerintah adalah dana desa (DD) yaitu merupakan dana yang

dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yang bersumber dari

bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima yang diterima

oleh kabupaten/kota. Dana Desa ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan

dan meningkatkan partispasi, kesejahtraan serta pelayanan desa melalui

3
pembagunan dalam skala desa. Lacarnya pelaksanaan program tersebut tidak

lepas dari aparatur-aparatur desa yang melaksanakanya, namun untuk memastikan

pelaksanaan program tersebut berjalan sesuai dengan apa yang sudah disusun dan

direncanakan sebelumnya maka di perlukan pengawasan dari tim-tim pengawas,

salah satu lembaga yang bertugas dalam melakukan pengawasann dalam

pelaksanaan program alokasi dana desa ini adalah badan permusyawaratan

desa(BPD).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penilitian ini yaitu:

Bagaimana pengawasan BPD dalam pengelola dana desa DD di desa

kawata kecamatan mangoli utara timur kabupaten kepulauan sula.

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penilitian

1.3.1. Tujuan Penilitian

Tujuan penilitian yang akan dilakukan oleh peniliti adalah mengkaji

bagaimana peran badan permusyawaratan desa (BPD) dalam pengawasan

program dana desa (DD) di desa kawata kecamatan mangoli utara timur

kabupaten kepulauan sula.

4
1.3.2. Manfaat Penilitian

Manfaat dalam penilitian ini terdiri dari manfaat praktis dan manfaat

teoritis.

a. Manfaat Teoritis

secara teoritis manfaat peniliti diharapkan dapat menambah khsanah

pengatahuan bagi penulis dan diharapkan jadi acuan referensi bagi peneliti yang

hendak melakukan penilitian dengan judul terkait

b. Manfaat Praktis

Secara praktis peniliti, penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan

bagi BPD dalam pengawasan program dana desa DD di desa kawata kecamatan

mangoli utara timur kabupaten kepulauan sula.

I.4. Definisi Konsepsional

1. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan

Dana Desa (DD) dengan rencana yang diawasi oleh Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) apakah sudah sesuai dengan perencanaan pengelolaan dan

penggunaan Dana Desa (DD) yang merupakan serangkaian upaya untuk

mengoptimalkan hasil dan rencana pembangunan yang tepat sasaran dan

berkelanjutan di Desa Kawata Kecamatan Mangoli Utara Timur Kabupaten

Kepulauan Sula.

5
2. Penggelola Dana Desa (DD) merupakan proses pengamatan dari

seluruhkegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang

sedang dilakukan sesuai.

I.5. Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan peniliti dalam penelitian ini

adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menunturkan atau

mengambarkan pemecahan masalah yang ada skarang berdasarkan data-data dan

fakta, menganalisis dan menginterprestasi ( narbuko dan ahmadi, 2005:44) peniliti

mengunakan jenis penilitian deskriptif ini karena hendak mengambarkan secara

rinci hal-hal yang yang berkaitan dengan pengawasan langsung dan tidak

langsung dalam pelaksanaan program dana desa (DD) di desa kawata kecamatan

mangoli utara timur kabupaten kepulaun sula.

I.6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat berupa benda, hal atau orang dapat

diamati dan memberikan data maupun informasi yang sesuai dengan fokus

penelitian yang sudah ditetapkan. Dalam penelitian ini pemilihan narasumber

menurut Bungin (2005:31-34) menggunakan tehnik yaitu Porposive Sampling dan

Accidental Sampling serta data yang dibutuhkan pada saat penelitian lapangan

yaitu:Data Primer dan Data Sekunder.

6
1. Pjs Kades, Kawata A/n Sahrul Umasugi S.pd

2. Sekretaris Desa Kawata, Jalaludin Lumbes

3. Bendahara Desa Kawata, Fatahudin Umasugi

4. Ketua BPD, Salam Umasugi

5. Masyarakat, - Arfin Umasugi

-Jalaludin Makasar

-Ruslin Umasugi

I.7. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif

dengan mengunakan analisis data model. Sebagaimana yang dikutip oleh Matthew

B.Miles dan A.Micheal Huberman (2007:16) yang terdiri atas empat komponen

yaitu:

1. Observasi

Studi observasi penulis gunakan dengan cara melakukan pengamatan dan

pencatatan bahan atau data yang diperoleh langsung melalui pemantauan di lokasi

peninlitian.

2.Wawancara

Adapun jenis wawancara yang digunakan merupakan wawancara terbuka

yang di diwawancara mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan

mengatahui pula apa maksud wawancara itu. Pendapat responden dalam penilitian

7
ini mencakup pendapat dari pihak BPD, maupun dari pihak lain untuk mengecek

kembali ( cross check) serta memperjelas peran badan permusyawaratan desa

dalam pengelola dana desa.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu informasi beberapa laporan serta catatan-catatan

yang di pandang layak untuk dijadikan data pendukung penilitian.

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peningalan secara tertulis,

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat teori. Dalil

hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

I.8. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif

denganmengunakan analisis data model. Sebagaimana yang dikutip oleh Matthew

B. Miles dan A.Micheal Huberman (2007:16) yang terdiri atas empat komponen

yaitu:

1. Pengumpulan data adalah data pertama dan mentah yang dikumpulkan

dalam suatu penelitian. Data itu bisa dalam bentuk apa saja misalnya: gambar,

monografi kampung atau hasil wawancara.

2. menterjemah Penyederhanaan data adalah suatu proses memilih,

mefokuskan, menterjemmahkan dengan membuat catatan mengubah data mentah

yang telah dikupulkan dari penelitian sebelum kedalam catatan yang lebih baik

dan rinci yang telah disortir atauu diperiksa. Tahap ini merupakan tahap analisis

8
data yang mempertajam atau memusatkan, membuat dan sekaligus dapat

dibuktikan.

3. Penyajian data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu

sehingga diperlukan kemungkinan penarikan kesimpulan atau pengambilan

tindakan. Pengambilan data ini membantu untuk memahami peristiwa yang terjadi

dan mengarah pada analisa dan tindakan lebih lanjut berdasarkan pemahaman.Hal

inidilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara

penelusuran atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data

tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4. Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dan konfigurasi yang utuh

selama penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan adalah langkah ketiga

meliputi makna yang telah disederhanakan disajikan dalam pengumpulan data

dengan caramencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan

metodelogis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat

melalui hukum-hukum empiris.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu dari fungsi manejemen yang berada

pada tahap akhir, pengawasan tersebut berfungsi menentukan apakah yang

dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Manejemen itu sendiri

berdasarkan uraian gorge terry (dalam handayaningrat, 1996:25) bahwa proses

dari manejen yang lebih dikenal dengan akronim POAC, terdiri atas : perencanaan

(palinning), pengorganisasian (organizing), pengerakan. Definisi ini tidak tidak

hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi

tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, system, dan ruang

lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manejer. Pengawasan

sangat penting dilakukan oleh perusahan atau kantor pemerintahan dalam

kegiatan. Operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya peyimpangan-

penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan

tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahan atau kantor

sebelumya.Menurut Hararap (2001:14), pengawasan adalah keseluruhan system,

teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin

agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar

menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan

tujuan organisasi. sedangkan menurut maringan (2004:61) ,pengawasan adalah

proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang

10
dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah

ditentuka. Selain itu menurut dessler (2009:2), menyatakan bahwa pengawasan

(controlling) merupakan penyusunan standar seperti kouta penjualan, standar

kualitas, atau leval produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja actual

dibandingkan dengan standar yang telah ditepkan; mengadakan tindakan korektif

yang diperlukan. Berdasarkan penjelasan parah ahli diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwah pengawasn ann merupakan suatu tindakan pemantauan atau

pemeriksaan kegiatan perusahan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai

dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya danmelakukan tindakan korektif

yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya.

Pengawasan yang efektif. Membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat

terlaksanakan dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari

proses manejen. Funsi ini terdiri dari tugas-tugas monitor dan mengevaluasi

akivitas perusahan agar target perusahan tercapai. Dengan kata lain fungsi

pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan

telah tercapai.

11
2.2. Pengawasan (BPD)

Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

Pengelolaan Dana Desa (DD) Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

dalam pengelolaan Dana Desa (DD) sangat berpengaruh terutama dalam

penyusunan skala prioritas dalam penetapan rencana kegiatan dan

mempertimbangkan potensi desa, kebutuhan masyarakat sehingga hasil

pelaksanaan pengelolaan Dana Desa (DD) dapat dirasakan secara optimal

bagiseluruh lapisan masyarakat desa dimana dapat diterima semua pihak, semua

prosesperencanaan dan pemeliharaannya. Dimana Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) berperan sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa diantaranya adalah

pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan penggunaan Dana Desa (DD),

dimana tugas dan tanggung jawab Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu

membantu dalam memasyarakatkan tujuan, prinsip dan kebijakan Dana Desa

(DD) kepada masyarakat, memberikan pengawasan langsung maupun tidak

langsung terhadap pelaksanaan Dana Desa (DD), memberikan saran-saran

terhadap pelaksanaan Dana Desa (DD), memastikan adanya keterpaduan dan

mencegah terjadinya tumpang tindih kegiatan pelaksanaan Dana Desa (DD) dan

membangun kerja sama yang sinergis dengan Kepala Desa, dalam rangka

menyukseskan keberhasilan Dan Desa (DD). Dengan demikian harapan dari

pemberian Dana Desa (DD) yang terintegrasi dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDes) pada tahun 2011-2013 dapat tercapai diantaranya

terwujudnya kelembagaan di desa yang mandiri yang didukung oleh Sumber Daya

12
Manusia (SDM) yang handal dalam penyelenggaraan tugas pemerintah dalam

pembangunan, tersedianya sarana dan prasarana utama sebagai pendukung

kemajuan dan perkembangan desa, terselenggaranya pembangunan didesa serta

terjadinya proses pembelajaran dalam masyarakat terkait pengelolaan dan

penggunaan Dana Desa (DD).

Penggawasan merupakan salah satu dari fungi manejemen yang

berada pada tahap akhir, penggawasan tersebut berfungsi menentuka apakah yang

dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan, manejemen itu

sendiri berdasarkan uraian george terry (dalam handayaningrat, 1996:25) bahwa

proses dari manejemen yang lebih dikenal dengan akronim POAC, terdiri atas

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) pengerakann pelaksanaan

(actuating), serta pengawasan (controling). Menurut terry (dalam torang, 23:177)

mengungkapkan bahwa penggawasan (controling) terdiri dari

1. Menentukan menetapkan apa yang harus dilakukan atau

diharapkan.

2. Menemukan mengetahui apa yang terjadi .

3. Bandingkan hasil dengan harapan dan

4. Menyetujui atau tidak, hasil yang dicapai disertai dengan

pengoreksian.

Selain itu, pengawasan juga dimaksudkan untuk melaksanakan

penilaian dan koreksi terhadap proses pekerjaan yang sedang berlangsung, agar

hasil yang akan dicapai sesuai dengan apa yang telah di rencanakan sebelumya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari G.R Terry (dalam sidirasi 2013:10) yang

13
menyatakan bahwa, pengawasan dilakukan untuk menentukan apa yang telah

dicapai, mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif

bila diperlukan, untuk menjamin hasilnya akan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan. Sedangkan aktifitas pengawasan yang harus dilakukan dengan

membandingkan hasil yang dicapai dengan perencanaanya.

2.3. Dana Desa (DD)

Pengelolaan Dana Desa (DD) harus didasarkan pada mekanisme

pengelolaan berdasarkan tahap pelaksanaan yaitu persiapan, perencanaan dan

pelaksanaan Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

Pengelolaan Dana Desa (DD) dengan menggunakan prinsip pengelolaan yaitu

dapat diterima semua pihak, transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan

berkelanjutan. Sehingga hasil yang diharapkan dari pemberian Dana Desa (ADD)

dapat tercapai sesuai harapan namun tidak terlepas daripengawasan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), sehingga dapat mencegah terjadinya kekeliruan

atau penyimpangan serta dapat mengevaluasi permasalah yang terjadi dalam

pengelolaan Dana Desa (DD). Adapun pengawasan yang dilakukan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) pada saat pengelolaan Dana Desa (DD).

Menurut Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota

yang dalam pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang

disebut sebagai Dana Desa (DD). Penge-lolaan DD menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

14
Desa pada pasal 20, adalah Pengelolaan DD merupakan satu kesatuan dengan

pen-gelolaan keuangan desa yakni keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan

pengawasan keuang-an desa.

Tujuan adanya DD dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37

Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Ke-uangan Desa, adalah:

1. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di

tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.

4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya

dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

5. Mening-katkan ketentraman dan ketertiban masya-rakat.

6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka

pengembang-an kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.

7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong

masyarakat.

8. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa mela-lui

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Menurut Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota

yang dalam pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang

disebut sebagai Dana Desa (DD). Penge-lolaan ADD menurut Peraturan Menteri

15
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa pada pasal 20, adalah Pengelolaan DD merupakan satu kesatuan dengan

pen-gelolaan keuangan desa yakni keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, peng-anggaran, penatausahaan, pelaporan, per-tanggung-jawaban

dan pengawasan keuang-an desa.

Penggunaan DD menurut Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2006

tentang Dana Desa dalam pen-jelasan pasal 10, yakni sebesar 70 % untuk

pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas Pemerintahan Desa dan

sebesar 30% untuk biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai

dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan

untuk menandai keseluruhan kewenangan sesuai denagan kebutuhan dan prioritas

dana desa tersebut namun, mengingat dana desa bersumber dari Belanja Pusat,

untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, Pemerintah diberikan kewenangan

untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas

penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi

tanggungjawab desa. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun

2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Dana

Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota 22

16
untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).16 Anggaran Pendapatan dan

Belanja bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat

APBDES adalah Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui

bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan

dengan Peraturan Desa dan Dana Desa terdapat pada Bantuan Keuangan

Pemerintah Kabupaten meliputi:

1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD).

2. Dana Desa.

3. Penyisihan pajak dan retribusi daerah.

4. Sumbangan bantuan lainnya dari Kabupaten

Pembagian Dana Desa (DD) dapat dilihat berdasarkan Variabel

Independen utama dan Variabel Independen tambahan dengan rincian sebagai

berikut:

1. Asas Merata adalah besarnya bagian Anggaran Dana Desa (DD)

yang sama untuk di setiap atau yang disebut dengan Dana Desa (ADD) minimal.

Dana Desa (DD) Variabel Independen utama sebesar 70% dan Variabel

Independen Tambahan 30%.

2. Asas Adil adalah besarnya bagian Dana Desa (DD) yang dibagi

secara proporsional untuk di setiap berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung

dengan rumus dan variabel tertentu atau Dana Desa (DD) Proporsional (ADDP),

Variabel Proporsional Utama sebesar 60% dan Variabel Proporsional Tambahan

17
sebesar 40%. Variabel Independen Utama adalah Variabel yang dinilai terpenting

untuk menentukan nilai bobot desa. Variabel Utama ditujukan untuk mengurangi

kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar umum antar desa

secara bertahap dan mengatasi kemiskinan strukturan masyarakat di desa.

Variabel Independen Utama meliputi sebagai berikut:

1. Indikator kemiskinan.

2. Indikator Pendidikan Dasar.

3. Indikator Kesehatan.

4. Indikator Keterjangkauan Desa Variabel Tambahan merupakan

Variabel yang dapat ditambahkan oleh masing-masing daerah yang meliputi

sebagai berikut :

1. Indikator Jumlah Penduduk.

2. Indikator Luas Wilayah.

3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB).

4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun).

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada

Pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d disebutkan “

anggaran dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima

Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4) Pasal yang sama disebutkan

"Anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit

18
10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi

24 Khusus".17 Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10% anggaran

dana desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja Pusat dari desa“ program yang

berbasis desa”18. Kementrian/lembaga mengajukan anggaran untuk program yang

berbasis kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang perencanaan pembanguna nasional untuk ditetapkan

sebagai sumber dana desa. Dan Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 dirasakan menjadi angin segar bagi desa. Adanya undang-undang ini

menjadi dasar hukum dari diakuinya desa sebagai suatu daerah otonomi sendiri.

Dalam hubungannya dengan desentralisasi fiscal yang menjadi pokok dari

berlakunya undang-unadang tersebut yaitu terkait dengan 10% dana dari APBN

untuk desa diseluruh Indonesia, dimana setiap desa akan menerima dana kurang

lebih besar 1 Milyar per tahun. Pembagian anggaran yang hampir seragam

berkisar 1 Milyar padahal kapasitas pengelolaan pemerintah sangat beragam ( hal

ini akan diantisipasi melalui aturan-aturan desentralisasi fiscal yang mengatur

besarnya anggaran desa berdasarkan kebutuhan serta kemampuannya mengelola

melalui peraturan pemerintah.

Dana desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan

perundang undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan

kepentingan masyarakat setempat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara

nasional dalam APBN setiap tahun. Dana Desa sebagaimana bersumber dari

19
belanja. Pemerintah dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara

merata dan berkeadilan. Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana

Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara ditransfer

melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa.19 Dana

Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan perkalian antara jumlah di

setiap kabupaten/kota dan rata-rata Dana Desa setiap provinsi. Rata-rata Dana

Desa setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan

berdasarkan jumlah desa dalam provinsi yang bersangkutan serta jumlah

penduduk kabupaten/kota, luas wilayah kabupaten/kota, angka kemiskinan

kabupaten/kota, dan tingkat kesulitan geografis kabupaten/kota dalam provinsi

yang bersangkutan. Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (8) Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, bupati/walikota menetapkan besaran

Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya.

20
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah desa kawata

Secara gografis Desa Kawata merupakan suatu Desa dengan jumlah


penduduknya rata-rata memeluk agama islam. Paradigma historis Desa Kawata
sebelum dibentuk menjadi desa dan juga sebelum diberi nama Kawata, adalah
merupakan sebuah perjalanan dan perenungan sejarah yang cukup panjang dan
luar biasa oleh seorang tokoh kharismatik yang muncul di tengah-tengah
masyrakat “Hai Sua” yang sekarang disebut sula pada awal masa penjajahan
Kolonial Belanda.
Beliau almarhum yang beri nama Lutnan Nailu sangat dihormati dan
dihargai oleh masyarakat Suwa umumnya, lebih-lebih masyarakat “ Fa Ha
Hu”kelahiran beliau disuatu tempat yang saat ini diberi nama Desa Wailau.
Beliau adalah seorang tokoh yang mempunyai pengetahuan agama islam cukup
dalam, memiliki komitmen perjuangan melawan penjajah, serta mempertahankan
aqidah keagamaan, serta melakukan penyegaran masyarakat dari satu daerah ke
daerah lain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui perkebunan Pada
awal tahun 1901 sejak usia masih mudah beliau almarhum keluar dari Wailau dan
melakukan perjalan dengan perahu “sampan” ditemani oleh dua orang
saudaranya yaitu: “ Ahi Umasugi dan Dullah Umasugi” lewat lautan menuju
Manguni yang saat ini diberi nama Mangole. Pada waktu itu pulau mangole
masih keliling hutan belantara baru dibentuk tiga kampong yaitu Kampung
Titdoy, Kampung Mangole dan Kampung Waitina.
Berdasarkan perjalanan panjang yang cukup melelahkan oleh beliau

almarhum ke Mangoni untuk meminta persetujuan dari Kepala Adat Manguni

terkait sebagian wilayah Pulau Mangole bagian Timur dibawah kekusaan Kepala

Adat Waitina, bertemu langsung dengan kepala Adat Waitina yang selalu

ditemani oleh kedua saudaranya Ahi Umasugi dan Dullah Umasugi meminta

21
persetujuan dan alhamdullilah hasil kordinasi dan konsultasi pada tahun awal

1901 terpenuhi.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut menjadi catatan yang tidak pernah

hilang dalam pandangan anak-anak bangsa negeri ini. Perjuangan beliau

almarhum selalu dijadikan contoh dan teladan untuk menjaga hubungan baik antar

sesame. Selalu menjalin persatuan dan kesatuan menjunjung tinggi harkat dan

martabat kemanusiaan tanpa memandang etnis, suku, ras dan golongan. Dan itulah

selalu terbukti di Desa Kawata Kecamatan sanana selama ini dan merupakan

wujud lajunya pertumbuhan pembangunan Pada tahun 1901-1913 diwaktu itu

Kawata dipimpin atau yang menjadi Mohimo pertama adalah Lutnan Nailu,

kemudian diganti oleh Hamamit Sapsuha pada Tahun 1914-1916. Selanjutnya

Haruna Abdulah pada tahun 1916-1919. Tahun 1919-1921 Mohimo kembali

diganti oleh Lutnan Nailu. Kemudian 1921-1930 di gantikan oleh Hamamit

Sapsuha. Pergantian pemimpin atau mahimo kawata selalu mengalami perubahan

pembangunan dari segala aspek. Perkembangan selanjutnya perubahan

kepimimpinan selalu terjadi sesuai tuntutan dan perubahan zaman. Pada tahun

1931-1933 Mohimo kawata kembali beralih kepada bapak Abdul Razak Nailu.

Ditahun ini juga nama kampong berubah status menjadi desa dan pemimpin oleh

Umar Umagapi sebagai Kepala Desa Pertama di Desa Kawata Ibu Kota

Kecamatan sanana. Setelah itu baru diganti dengan Abdurahman Syahlan.

Kemudian diganti oleh Abdul Bar Badalan dan berakhir pada tahun 1960.

Kemudian ditahun 1960-1993 dipimpin oleh Abdollah Umasugi. 1993-1996

dipimpin oleh Jafar Hamisi. Dari 1996-2010 dipimpin oleh pjbt. Darwin Ishak

22
Faudu. Kemudian dari tahun 2010-2015 di pimpin oleh Sahabudin Galela sebagai

kepala Desa defenitif yang terpilih secara Demokratis.kemudian dari tahun 2016

di pimpin oleh Sahrul Umasugi sebagai PJS.

Kepala desa yang pernah memimpin di Desa Kawata berturut-turut


adalah:

NO NAMA JABATAN MASA KETERANGA


JABATAN N

1 Lutnan Nailu Mohimo 1901-1913 Almarhum


Umasugi

2 Hamamit Mohimo 1914-1916 Almarhum


Sapsuha

3 Haruna Mohimo 1916-1919 Almarhum


Abdul
Umasugi

4 Lutnan Nailu Kepala Dusun 1919-1921 Almarhum


Umasugi

5 Hamit Kepala Dusun 1921-1930 Almarhum


Sapsuha

6 Abdul Razak Kepala Desa 1931-1933 Almarhum


Nailu

7 Umar Kepala Desa 1934-1940 Almarhum


Umagap

8 Abdurahman Kepala Desa 1941-1950 Almarhum


Syahlan

9 Abdul Bar Kepala Desa 1950-1959 Almarhum


Badalan

10 Abdollah Kepala Desa 1960-1994 Almarhum


Umasugi

23
11 Jafar Hamisi Kepala Desa 1992-1996 Almarhum

12 Darwin Ishak Pj. Kepala Desa 1997-2010 Hidup


Faudu

13 Sahabudin Kepala Desa 2011-1015 Hidup


Galela

14 Sahru Pjs Kepala desa 2016 Hidup


Umasugi

Sumber: Kantor Desa

Pemerintahan disini diartikan organisasi dan atau lembaga yang member

pelayanan kepada masyarakat. Secara umum adanya undang-Undang, peraturan

pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah dan keputusan Pimpinan

Daerah, adalah aturan main yang memberi gerak berjalannya lembaga-lembaga

tersebut. Kelembagaan masyarakat adalah suatu himpunan norma-norma dari

tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan

masyarakat, dimana wujud konkritnya adalah asosiasi. Lembaga – lembaga yang

ada di desa adalah sebagai berikut:

PENDIDIK KETERANGA
No NAMA JABATAN
AN N

1 Sahabudin Galela Kepala Desa SMA 2015


2 Jalaludin Lumbessy Sekretaris Desa SMA 2010
3 Basir Umanahu Kaur Pemerintahan SMA 2014
4 Jamrin Umasugi Kaur Pembangunan SMP 2014
5 Arham Umasugi Kaur Umum S-1 2014
6 Sahdir Makian Kaur Kesra SMA 2014
7 Fatahudin Umasugi Bendahara SMA 2014
8 Nita Fataruba ST Administrasi S-1 2014
9 Jainudin Umasugi Kadus I SMP 2014
10 Musin Umasugi Kadus II SMP 2014
11 Salama Jiwa Kadus III SMP 2014

24
12 Harbun Umasugi Ketua RW 001 SMP 2014
13 Ruslan Umasugi Ketua RW 002 SD 2014
14 Tamrin Umasugi Ketua RW 003 SMA 2014
15 Ruswan Tuguis Ketua RT 01 SD 2014
16 Mulyadi Umasugi Ketua RT 02 SD 2014

17 Murni Makian Ketua RT 03 SD 2014

18 Ridwan Umaternate Ketua RT 04 SD 2014

19 Sanawi Umasugi Ketua RT 05 SMP 2014

20 Kasim Sapsuha Ketua RT 06 SMP 2014

21 Yunus Halik Ketua RT 07 SMP 2014

22 Karim Jawa Ketua RT 08 SMP 2014

23 Mahdi Umasugi Ketua RT 09 SMP 2014

24 Hi. Taip Tuguis Imam SD 2014

25 Jakaria Drakel Khotib SD 2014

26 Wasir Sibela Moding SD 2014

27 Najamudin Umasugi Moding SD 2014

28 Jumadi Galela Moding SD 2014

29 Malud Umasugi Moding SD 2014

Sumber: Data monografi desa Kawata

3.2. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, ) pemberdayaan adalah upaya yang

dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatanan terhadap suatu tatanan, agar

tatanan tersebut mampu berkembang secara mandiri. Dengan kata lain,

pemberdayaan sebagai upaya perbaikan wujud interkoneksitas yang terdapat di

dalam suatu tatanan dan atau upaya penyempurnaan terhadap elemen atau

komponen tatanan yang ditujukan agar tatanan dapat berkembang secara mandiri.

25
Jadi pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan agar suatu tatanan dapat

mencapai suatu kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005, ) tujuan pember-

dayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu pengembangan manusiawi

yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum

kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok mas-yarakat tersebut secara sosio

ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan

dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta da-lam pengembangan

masyarakat.

3.3. Pengelolaan Dana Desa (DD) dalam pemberdayaan masyarakat desa

a. Perencanaan DD

Perencanaan DD dilakukan dengan menjaring aspirasi dan kebutuhan

masya-rakat melalui musyawarah desa atau rembug desa, musyawarah desa

dilakukan pembahasan mengenai peren-canaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDesa), serta Musyawarah Ren-cana Pembangunan Desa

(Musrembangdes) sehingga dihasilkan Rencana Penggunaan Dana (RPD).

Perencanaan DD pada desa dilakukan dengan perencanaan partisipatif melalui

musyawarah desa.

Hasil penelitian menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat

dalam pelak-sanakan musyawarah desa dapat dilihat dari tingkat kehadiran dan

jumlah usulan oleh masyarakat. Fenomena dilapangan tersebut sesuai dengan teori

pemberdayaan oleh Ife dalam Suharto (2005, h.59) yang menjelas-kan bahwa

pemberdayaan masyarakat dapatdilihat dari pendefinisian kebutuhan yakni

26
kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

Pem-berdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari pendefinisian ide dan gagasan

yakni kemampuan mengekspresikan dan menyum-bangkan gagasan dalam suatu

forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

b. Penganggaran DD

Penganggaran DD dilakukan setelah hasil dari musyawarah desa disetujui

oleh seluruh pihak yang terkait di desa, sehingga dapat disusun Rencana

Penggunaan Dana (RPD) selama satu tahun berjalan. RPD tersebut memuat

penggunaan dana DD Desa Kawata. untuk pemberdayaan masyarakat dan opera-

sional pemerintah desa. RPD desa apabila diteliti sebenarnya tidak sesuai dengan

ketentuan, dimana dana untuk opera-sional Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

tidak dimasukkan dalam RPD Operasional Pemerintah desa. Namun dana

operasional BPD tersebut justru dimasukkan dalam RPD pemberdayaan

masyarakat. Kejadian tersebut sebenarnya bertentangan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Kepulauan Sula Nomor 18 Tahun 2006 tentang Dana Desa dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam kedua peraturan tersebut, ditetapkan bahwa

penggunaan ang-garan DD adalah sebesar 70% untuk Pem-berdayaan Masyarakat

dan sebesar 30% untuk biaya Operasional Pemerintah Desa dan BPD.

27
c. Mekanisme pencairan dan penya-luran DD

Mekanisme pencairan dan penyaluran DD, secara teknis ada beberapa

tahap yang harus di lalui, yaitu sebagai berikut: setelah semua berkas pengajuan

DD lengkap dan dalam berkas pengajuan mengetahui camat, kemudian bersama-

sama dari 4 desa ke Kecamatan diajukan ke Bagian Tata Pemerintahan Desa

Sekretariat Daerah Kabupaten . Kemudian Bagian Pe-merintahan Desa pada

Sekretariat Daerah Kabupaten akan meneruskan berkas permohonan berikut

lampirannya kepadaKepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Ke-uangan dan Asset

(DPPKA). Apabila semua persyaratan sudah dipenuhi maka DPPKA segera

mentransfer dana DD ke rekening PTPKD desa kawata Mekanisme penya-luran

dan pencairan DD pada desa sudah sesuai dengan peraturan yang mengatur

pengelolaan keuan

gan desa yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

28
3.4. Susunan Organisasi Pemerintah Desa

KEPALA KADES
SAHRUL UMASUGI
KELEMBAGAAN BPD
1. KETUA BPD : SALAM UMASUGI LK / LEMBAGA ADAT
2. WAKIL KETUA : MUSTAFA MAKIAN ………………………………………
3. SEKRETARIS : BAHRUDIN MAKIAN ………..
4. ANGGOTA : RAHIMA UMASUGI, SPD
5. ANGGOTA : JUFRI UMASUGI SEKDES
JALALUDIN LUMBESSY

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KAUR KAUR KEUANGAN


PEMERINTAHAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN ADMINISTRASI
FATAHUDIN
BASIR UMANAHU JAMRIN UMASUGI SAHDIR MAKIAN NITA FATARUBA,ST UMASUGI

SARMIN GALELA

KETUA DUSUN II KETUA DUSUN III


KETUA DUSUN I
MUSIN UMASUGI SALAMA JAWA
JAINUDIN UMASUGI

KETUA RT I :RUSWAN TUGUIS


KETUA RT II : MULYADI UMASUGI
KETUA RT III :MURNI MAKIAN
KETUA RT IV : RIDWAN UMATERNAT
KETUA RT V : SANAWIA UMASUGI
KETUA RT VI : KASIM SAPSUHA
KETUA RT VII: YUNUS HALIK
KETUA RT VII: KARIM JAWA
KETUA RT VIII:MAHDI UMASUGI

KETERANGAN::

.......... HUBUNGAN KORDINASI KADES DAN BPD

.......... HUBUNGAN KEMITRAAN KADES DAN LKMD/LPM

.......... HUBUNGAN PEMERINTAHAN KADES DAN PERANGKAT

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

4.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pengawasan

Program Dana Desa.

Kehadiran dan kinerja BPD masih dilingkupi sejumlah problem

kontradiktif yang berpotensi menjadi boomerang bagi proses demokratisai.

Problematika desa yang muncul berkisar pada persoalan legal formal, basis sosial

anggota BPD, dinamika internal maupun interaksiya dengan pelaku-pelaku

diluarnya. Permasalahan pelaksanaan kewenangan BPD dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa selama ini, dalam hal pembahasan rancangan peraturan desa

dan peraturan kepala desa, dapat dikatakan belum sesuai dengan yang diharapkan.

Kepala Desa sebagai Kepala Daerah di Desa bertanggungjawab atas pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan di daerahnya, Kepala Desa berkewajiban dan

bertanggungjawab atas pelaksanaan pemerintahan dalam rangka melakukan

pembangunan di daerahnya. Kepala Desa berkewajiban untuk memimpin

penyelengaraan pemerintahan, mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan serta membina kehidupan masyarakat di segala bidang.

Pertama, kepala desa sebagai top manajemen harus bisa menerapkan

fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan untuk mengatur desanya supaya lebih maju. Dalam pemilihan kepala

desa yang sesuai dan kompeten masyarakat harus mempertimbangkan bibit, bebet,

bobot calon kepala desa tersebut agar sesuai dengan harapan. Dalam

30
mempertimbangkan calon kepala desa peran pendidikan juga memberikan

peranan aktif terhadap perspektif-perspektif yang berkembang di masyarakat serta

tidak didasari dari konstruksi maupun intervensi dari manapun. Setelah kepala

desa terpilih, maka kepala desa harus membuat struktur organisasi desa.

Pembenahan organisasi pemerintahan desa yang dimaksud adalah membuat

struktur organisasi desa sesuai kebutuhan agar semua urusan desa dapat diatur

dengan baik dan tidak terjadi kesimpangsiuran seperti penyalahgunaan dana desa

serta ketimpangan sosial lainnya.

Struktur organisasi di desa harus terdiri dari orang-orang yang memiliki

standar kualitas dalam memimpin serta pembentukan badan-badan pengawasan

keuangan dipedesaan dan mencari orang yang paham bagaimana cara mengatur

desa tersebut. Setelah dibuatnya struktur organisasi desa, maka harus ditetapkan

tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing jabatan. Sebagai

contoh bagian kepala urusan ekonomi dan pembangunan bertugas sebagai

penyelenggara urusan perekonomian dan pembangunan, memiliki tanggungjawab

untuk menyelenggarakan pembangunan, dan memiliki wewenang yaitu

menjalankan serta memberikan inovasi-inovasi pembangunan desa sesuai dengan

kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan diberikannya tugas, tanggungjawab,

wewenang serta mencakup status dan peran yang dimiliki, maka aparatur desa

tersebut harus patuh dan menjalankan tugasnya dengan amanah dan memiliki rasa

tanggungjawab.

Struktur organisasi yang bisa berjalan dengan mengikuti aturan serta

terbuka dalam menerima kritik dan saran akan membuat desanya menjadi lebih

31
maju dan mendorong masyarakat setempat untuk aktif, sehingga tidak terjadi

kekacauan yang merugikan warga seperti tersendatnya dana dari pemerintah pusat

untuk desa tersebut yang akan menimbulkan konflik-konflik internal.

Kedua, siap atau tidak siap perangkat desa harus mau untuk mengelola

anggaran desa dengan transparan dan akuntabel. Pemerintahan desa yang

transparan dan akuntabel berkewajiban mempelajari sistem pembayaran, sistem

akuntansi, dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik. Kepala desa bertugas dan

berwenang membuat kebijakan. Kebijakan itulah yang nanti dilaksanakan

perangkat desa dimana faktor pembiayaannya akan dilakukan bagian keuangan

desa atau kasir. Penggunaan anggaran harus sesuai Peraturan desa (Perdes) yang

dimusyawarahkan antara Kepala Desa, masyarakat dan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Misalkan anggaran digunakan untuk gaji perangkat desa dan biaya

operasional desa yang nilainya sudah disetujui semua perangkat desa dan BPD

atas sepengetahuan tokoh masyarakat. Semua kegiatan anggaran harus dilakukan

secara transparan dengan membuat laporan keuangan secara terbuka kepada

warga setempat. Laporan tersebut harus dipasang di papan pengumuman yang

berada di kantor desa, sehingga warga dapat mengetahui anggaran digunakan

untuk apa saja, misalkan selama bulan Januari dana operasional desa dipakai

menggaji kepala desa, sekretaris desa, bendahara desa, perangkat desa, dan

seterusnya

. Dana desa juga bisa digunakan untuk membantu masyarakat desa yang

sedang membutuhkan modal usaha pertanian. Namun mekanisme dan tata cara

32
penggunaan anggaran desa untuk modal kelompok petani dan peternak di desa

harus bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai dalam penggunaan dana desa

tersebut tidak tepat sasaran yang akan menimbulkan kerugian untuk warga desa.

Pemerintahan desa yang transparan juga harus melibatkan warga desa secara aktif

dalam hal musyawarah dan penyaluran anggaran untuk pembangunan desa

tersebut. Dengan pemerintahan desa yang transparan dan akuntabel, maka

anggaran yang diberikan pemerintah pusat dapat dimanfaatkan dengan benar dan

tidak terjadi kecurigaan antara warga dan perangkat desa.

Ketiga, dalam penyaluran anggaran harus adanya pengawasan yang

dilakukan oleh masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan

pemerintah diatasnya yaitu pemerintah kota/kabupaten. Dana desa yang

bersumber dari APBN jumlahnya cukup besar maka diperlukan mekanisme

kontrol dari masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut agar

dana tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Namun, pada kenyataannya masih kurang pengawasan

terhadap dana desa sehingga pemanfaatannya tidak tepat sasaran. Menurut UU

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 55 c disebutkan bahwa Badan

Permusyawaratan Desa merupakan lembaga yang mempunyai fungsi melakukan

pengawasan kinerja kepala desa.

Maka dari itu, BPD harus menjalankan perannya secara sungguh-

sungguh terutama dalam hal pengawasan terhadap pemanfaatan anggaran desa.

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sudah memberikan payung hukum

yang jelas sehingga BPD tidak perlu ragu dalam menjalankan fungsinya untuk

33
melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa. Adanya mekanisme ‘check

and balance’ ini akan meminimalisir penyalahgunaan keuangan desa. Pemerintah

dalam pengawasan anggaran juga harus mengabarkan atau mensosialisasikan

informasi kepada seluruh masyarakat desa, tidak hanya diinfokan kepada pejabat

atau komunitas desa tertentu saja terkait pemanfaatan anggaran desa. Melalui

informasi ini, masyarakat desa memperoleh data atau informasi untuk melakukan

koordinasi penggunaan dana desa tersebut dan sebagai modal pengawasan

terhadap pemerintahan desanya masing-masing. Misalkan dalam satu desa

diperoleh dana 1 miliar, maka informasi terkait penerimaan dana ini harus

diumumkan kepada seluruh masyarakat desa secara detail.

Namun, pengawasan penyaluran dana desa sebaiknya tidak hanya

mengandalkan sistem birokrasi pemerintah saja, tetapi juga harus melibatkan

sistem budaya lokal yang berlaku di masing-masing desa. Sehingga sistem yang

diterapkan suatu desa bisa saja berbeda dengan sistem di desa lainnya.

Pengawasan terhadap anggaran desa menjadikan dana tersebut tidak

disalahgunakan, sehingga warga desa merasakan pemanfaatan dana tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, peran pemerintah pusat dan daerah serta

masyarakat sekitar sangat mempengaruhi pengelolaan anggaran yang ada di desa.

Agar pemanfaatan desa tepat sasaran, pemerintah tidak boleh membuat gap antara

perangkat desa dan masyarakat. Warga desa perlu mengetahui bagaimana kinerja

perangkat desa dengan kata lain transparan dalam hal anggaran untuk

pembangunan desa yang lebih maju. Struktur organisasi pun harus dibuat dengan

benar sehingga semua perangkat desa menjalankan tugas yang telah ditetapkan,

34
pemerintahan desa selalu melaporkan kondisi keuangan yang ada di desa tersebut

serta selalu lakukan pengawasan terhadap anggaran desa agar tidak terjadi

penyalahgunaan anggaran desa.

Dibalik organisasi maupun perangkat pedesaan yang ideal terdapat kritik

dan saran masyarakat yang bersifat membangun untuk progres desa yang

ditinggalinya. Masyarakat pedesaan yang cenderung bersifat apatis terhadap

urusan politik terutama anggaran desa karena minimnya pendidikan politik yang

mengatur kehidupan mereka harus diminimalisir melalui berbagai penyuluhan

yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli akan pentingnya kemajuan desa

terutama dalam anggaran pedesaan. Melihat fungsi dan wewenag kepala desa

yang begitu besar maka kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang

juga akan semakin besar, sehingga Peranan Badan Permusayawaratan Desa

sebagai lembaga pengawasan penyelengaran pemerintahan desa di tuntut

tanggung jawab dan kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Pjs Kades desa kawata dan PJS

kepala desa Kawata yang menuturkan bahwa.

“Anggaran pendapatan dan belanja desa kawata tahun anggaran 2016


senilai Rp. 909,659,413. Digunakan dalam belanja perlengkapan kantor,
penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa, belanja di bidang pembangunan,
untuk pembinaan taman pembacaan AL-Quran, pemberdayaan masyarakat,
penunjang pkk, penunjang kegiatan pemuda dan program-program lain yang
intinya untuk di desa kawata”

(Wawancara dengan Pjs Kepala desa kawata Sahrul Umasugi Spd, 07/10/2016).

35
Dengan jumlah Dana Desa yang begitu besar, diharapkan pembangunan

Desa Kawata juga meningkat, baik dari segi perekonomian masyarakat,

infrastruktur maupun pendidikan dan kesehatan. Kepala desa dituntut mampu

dalam pengelolaan alokasi dana desa agar sesuai dengan anggaran yang telah

diberikan dari Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan program kerja. Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga pengawasan pemerintahan desa

harus mencermati setiap aliran-aliran dana yang di tetapkan dan di salurkan

kemasing-masing pos pekerjaan yang telah di tetapkan untuk di kerjakan tepat

guna dan tepat pengalokasiannya sebagai bentuk preventif dari tindakan

penyelewengan yang timbul. Pengawasan menurut Sonny Sumarsono (2010:245)

adalah segala kegiatan dan tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu

kegiatan tidak menyimpang dari tujuan sertarencana yang telah digariskan.

Menurut Murdick (dalam Fattah 2009: 101) Pengawasanmerupakan proses dasar

yang secara esensial tetap diperlukan bagaimana punrumit dan luasnya suatu

organisasi. Proses dasarnya menurutnya terdiri dari tiga tahap :

1) Menetapkan standar pelaksanaan,

2) Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar,

3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar

dan rencana. Proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi

dan manajemen dengan menggungakan dua macam teknik, menurut Sondang P.

Siagian (2003: 115) yaitu:

1. Pengawasan Langsung

36
2. Pengawasan Tidak langsung

Yang dimaksud dengan pengawsan langsung ialah apabila pimpinan

organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang

dijalankan oleh parabawahannya. Pengawasan langsung dapat dibentuk:

a. Inspeksi langsung,

b. Observasi ditempat (On-the-spot observation), dan

c. Laporan ditempat (On-the-spot report) Yang sekaligus berarti

pangambilan keputusan on the spot pula jikadiperlukan.

2. Pengawasan Tidak langsung

Yang dimaksud dengan pengawasan tidaklangsung ialah pengawasan

dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh

parabawahan. Laporan itu dapat berbentuk:

a. Tertulis, dan

b. Lisan

Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah

lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa sebagai unsure penyelenggara pemerintahan desa. Ari

Dwipayana dan Sutoro Eko (2003:25) mengemukakan BPD merupakan actor

masyarakat politik yang paling nyata dan dekat ditingkat Desa, yang memainkan

peran sebagai jembatan antara elemen masyarakat dan pemerintah desa (negara).

37
BPD sebagai badan perakilan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi

pancasila. Kedudukan BPD dalam struktur pemerintahan desa adalah sejajar dan

menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pemerintahan desa

adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa.

Berdasarkan ketentuan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa, diamanatkan bahwa Pengaturan Badan Permusyawaratan Desa

ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dicantumkan secara rinci Tugas Wewenang

Badan Permusyawaratan Desa, yaitu :

a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan

Peraturan Kepala Desa.

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.

d. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.

e. Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

f. Menyusun tata tertib BPD. BPD mempunyai hak yaitu :

a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa.

b. Menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban :

38
a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-

undangan.

b. Melaksanakan kehidupan Demokrasi dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

c. Mempertahankan dan memelihara hokum Nasional serta keutuhan Negara

Republik Indonesia.

d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat.

Dalam proses penentuan pembagian tugas pengawasan, BPD tidak

memiliki salinan proposal DD yang telah di susun melalui musyawara

perencanaan pembangunan desa yang dilaksanakan sebelum dana di cairkan.

Sehinga mereka tidak memiliki rincian daftar kegiata-kegiatan lengkap dengan

besaran dana tersebut. Daftar yang mereka miliki hanya dari catatan yang mereka

catat sendiri saat musyawara berlangsung. Dallam proses penemuan kasus yang

berkenaan dengan realisasi dana DD, pengawasan secara langsung yang

dilakksanakan oleh BPD sangatlah kurang. Hal ini disebabkan oleh kesibukan-

kesibukan pekerjaan anggota-anggota BPD yang memiliki pekerjaan tetap sendiri

. sehingga mereka lebih mengawasih kegiatan realisasi dana DD yang sdangkan

berjalan secara tidak langsung yaitu dengan mendengar perkembangan dan rincian

kegiatan yang telah dilaksanakan oleh panitia pelaksanaan kegiatan realisasi dana

DD tersebut tampa mengetahui secara langsung apa yang sedangkan terjadi. Serta

39
kepala desa yang tidak bisa di ajak berkodinasi dan tidak transparan dalam

mengelola uang yang digunakan untuk kegiatan tertentu dimana kepala desa itu

sendiri yang menjadi penanggung jawabnya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan ketua BPD desa kawat:

“Dana Desa dan laporan pertangjawaban anggaran untuk tahun 2015, tidak
pernah ada pertanggung jawaban di hadapan masyarakat, tidak ada transparansi
dalam pengelolaan uang”

(wawancara denagan bapak salam umasugi, 08/10/2016)

Dalam proses membandingkan hasil realisasi DD dengan perencanaan

sebalunya, BPD desa kawata tidak dilibatkan dalam proses penyusunan LPJ,

selain itu setelah LPJ tersebut selesai mereka tidak diberikan salinan SPJ yang

telah dibuat untuk diperiksa apakah isi LPJ tersebut telah benar dan sesuai

denagan realisasi yang dikerjakan. Sehingah mereka tidak mengetahui kesesuaian

SPJ dengan realisasi kegiatan sebelum LPJ diserahkan kepada tim pembina

kabupaten. Melakukan pengawasan dan memintah informasih dari pemerintah

desa terkait pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, pelayanan serta

pengelolaan dan pemanfaatan anggaran di desa secara rutin adalah tugas pokok

dari BPD. BPD harus proaktif, diminta atau tidak diminta sekalipun BPD harus

mengawal pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang diembang. Diawal tahun 2016 ini,

pemerintah daerah berharap kepada seluruh BPD untuk aktif tanpa harus

menungguh perintah dari pihak manapun, termasuk itu dari kepala desa sendiri,

seperti halnya fungsi pengawasan yang disadang oleh BPD terhadap pengelolaan

40
dan pemanfaatan angaran pemerintah desa, itu harus diketahui oleh publik dan

dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pemerintah desa atas permintaan

BPD. Sumber dana serta pemanfaatan dana tersebut harus diinformasikan secara

terbuka dihapan publik, agara azaz transparansi seperti yang diharapkkan oleh

pemerintah saat ini dapat tercapai. Seperrti itulah peran BPD, jadi salah ketika

BPD menunggu laporan atau perintah dari pemerintah desa, harunya BPD yang

dijemput bola dan proaktif melibatkan diri, minimal, secara berkala meminta

laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan dan pemanfaatan anggaran dari

pemerintah desa. Hal ini di lakukan agar tercipta pemerintahan desa yang baik,

akuntable, transparansi dan tepat sasaran.

Berikut hasil wawancara penulis dengan ketua BPD Desa Kawata yang

menuturkan bahwah:

“kata ketua BPD, beliau juga mengatakan bahwa program


pembangunan fisik maupun non fisik yang di ajukan oleh pemerintah Desa
Kawata untuk pembangunan di tahun 2016, 80% saat ini telah berhasil dirasakan
oeh masyarakat Desa Kawata, seperti pembangunan fisik dengan adanya
pembangunan jalan stapak, pembangunan jembatan, pembanguna drainase, talut
penahan banjir dan got, saya selaku ketua BPD Desa Kawata menyatakan bahwa
angaran dana desa atau biaya untuk tahun 2016 yang digunakan dalam
pembangunan tersebut, seluruh masyarakat desa kawata mengetahuinya, karena
dibuat papan nama proyek dan dipasang pada tempat pembangunan tersebut, juga
dilakukan rapat pertanggungjawaban secara umum dan transparansi yaitu saat pjs
Kepala Desa Kawata Sahrul Umasugi menjabat”

(Wawancara Dengan Bpk Salam Umasugi, 08/10/2016)

Sedangkan dalam proses evaluasi hasil realisasi DD di temukan bahwa

kurang tegasnya sika BPD dalam menegur dan mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan dana desa DD menyebabkan

41
penyalahgunaan dana desa DD dapat terjadi. Tindakan BPD sebagai upaya

mencegah terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan DD adalah dengan

memberikan nasehat kepada pihak yang telah terindikasi melakukan melakuakan

penyimpangan tersebut. Hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan yang dapat

menjadi dasar hukum tentang prosedur pengawasan yang harus dilakukan oleh

BPD dalam mengewasi program DD serta wewenang BPD untuk mengatasi

pemyimpangan-pemyimpang yang di temukan oleh BPD selama pengawasan.

4.2. Sumber Sumber Pengunaan DD

Menurut Peraturan daerah Nomor 83 Tahun 2009 tentang Dana Desa di

Kabupaten Kepulauan Sula, Dana Desa yang selanjutnya disebut DD adalah dana

yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk desa yang selanjutnya menjadi

bagian dari APBDesa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan

pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintahan Daerah sebagai berikut

Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pengelolaan Dana

Desa (DD) Di Desa Kawata

42
Indikator Pengawasan yang dilakukan oleh Bentuk pengawasan
Badan Permusyawaratan Desa Badan
(BPD) Permusyawaratan
Desa (BPD)

a. Persiapan Ikut serta bersama aparatur desa Pengawasan


dalam mengadakan sosialisasi dan langsung.
membagikan selembaran terkait
berapa besar Dana Desa (DD)
yang akan diterima desa.

b. Perencanaan Mengontrol serta melihat tingkat Pengawasan


minat masyarakat dalam langsung
menyampaikan aspirasi di
MUSREMBANG Desa.
Menyetujui rencana kegiatan dan
mengesahkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) apabila dalam
penyusunan musyawarah sudah
menjadi kesepakatan dan disetujui
bersama forum musyawarah. Serta
melihat apakah Pemerintahan Desa
sudah melakukan survey terkait
harga barang dan jasa terkait
pelaksanaan.
c. Pelaksanaan Meminta pertanggung jawaban Pengawasan
atas hasil dari pelaksanaan Dana langsung
Desa (DD) dan jika terjadi dan tidak langsung.
kekeliruan maka Badan
Permusyawaratan Desa (BPD)
dapat melihat, mengecek serta
memeriksa secara langsung apa
yang terjadi.
Sumber :Data monografi desa Kawata

Penggunaan Dana Desa (DD) bertujuan agar apa yang diharapkan bias

tercapai seperti terwujudnya kelembagaan didesa yang mandiri dengan didukung

oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam menyelenggarakan tugas

pemerintahan, tersedianya sarana dan prasarana didesa yang dapat mendukung

kemajuan dan perkembangan desa sesuai dengan potensi desa, terselenggaranya

43
pembangunan di desa dengan menggunakan pola pembangunan partisipasi dan

terjadinya proses pembelajaran dalam masyarakat yang tidak terlepas dari

pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Penggunaan Dana Desa (DD) didasarkan pada 30% untuk untuk

penyelenggaraan Pemerintah Desa yaitu tunjangan aparatur desa, tunjangan non

aparatur desa, operasional Pemerintahan Desa dan operasional Lembaga

Kemasyarakatan Desa (LKD) dan Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dalam Pengelolaan Dana Desa (DD) 70% untuk pemberdayaan masyarakat

mencakup pemberdayaan ekonomi, pemberdayaanlingkungan desa dan

pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun tugas

BadanPermusyawaratan Desa (BPD) sebagai pengawas dalam penggunaan Dana

Desa (DD) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penggunaan Dana

Desa (DD) Di Desa Kawata

Indikator Pengawasan yang dilakukan oleh Bentuk


Badan Permusyawaratan Desa pengawasan
(BPD) Badan
Permusyawaratan

44
Desa (BPD)

a. 30% untuk Melihat Pemerintahan Desa dalam Pengawasan tidak


penyeleggaraan menggunaka Dana Desa (DD) Langsung
Pemerintah apakah mengupayakan
keseimbangan dalam mewujudkan
Desa kesejahteraan aparatur desa
sehingga dapat memberikan
pelayana baik kepada masyarakat.
b. 70% untuk Melihat apakah penggunaan Dana Pengawasan
pemberdayaan Desa (DD) di upayakan untuk langsung
masyarakat keseimbangaan dan kesinambungan dan tidak langsung
pembangunan saran dan prasarana
yang didasarkan pada skala
prioritas,
perkembangan dan peningkatkan di desa.

Sumber :Data monografi desa Kawata

Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengelolaan

Dana Desa (DD) yaitu persiapan, perencanaan dan pelaksanaan serta penggunaan

Dana Desa (DD) yaitu 30% untuk penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan 70%

untuk pemberdayaan masyarakat, tidak terlepas dari prinsip-prinsip dalam

pelaksanaan yaitu diterima semua pihak, transparansi, dapat dipertanggung

jawabkan dan berkelanjutan. Jadi secara keseluruhan pengawasan yang dilakukan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) baik pengelolaan dan penggunaan dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan harkat

dan martabat masyarakat desa melalui percepatan dan pemeratn apembangunan,

45
melalui upaya pemberdayaan masyarakat sehingga tujuan pemberian Dana Desa

(DD) dapat tercapai sesuai harapan.

Berdasarkan penelitian dilapangan tentang pengawasan Badan

PermusyawaratanDesa (BPD) dalam pengelolaan Dana Desa (DD) di Desa

Kawata Kecamatan mangoli utara timur kabupaten kepulauan sula maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengelolaan Dana Desa (DD) didasarkan pada mekanisme pengelolaan yaitu

persiapan, perencanaan dan pelaksanaan yang tidak terlepas dari prinsip-

prinsip dalam pelaksanaan dan pengelolaan Dana Desa (DD) yaitu dapat

diterima semua pihak, transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan

berkelanjutan Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

Pengelolaan Dana Desa (DD)

2. Pengunaan Dana Desa (DD) 30% untuk penyelenggaraan Pemerintah Desa

yaitu tunjangan aparatur desa, tunjangan non aparatur desa, Operasional

Pemerintah Desa dan Operasional (Lembaga Kemasyarakatan Desa) LKD

serta 70% untuk pemberdayaan masyarakat yaitu pemberdayaan ekonomi,

pemberdayaan lingkungan desa dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia

(SDM).

3. Secara keseluruhan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) baik dalam pengelolaan dan penggunaan Dana Desa (DD)

dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

46
Peraturan daerah Nomor 83 Tahun 2009 tentang pengalokasian Dana Desa

Pasal 6 menjelaskan bahwa :

1. Pengalokasian dana desa adalah sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk

Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintahan Desa dan 70% (tujuh

puluh persen) untuk pemberdayaan masyarakat

2. Rincian besaran penggunaan DD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan

dalam surat keputusan Bupati Penggunaan Belanja Aparatur dan Operasional

Pemerintahan Desa sebesar 30% (tiga puluh perseratus) sebagaimana

dimaksud ayat (1) terdiri dari :

a. tunjangan Aparat Desa

b. tunjangan non Aparat Desa

c. operasional pemerintah desa dan bantuan operasional lembaga

kemasyarakatan desa

4. penggunaan belanja pemberdayaan masyarakat dipergunakan untuk :

a. pemberdayaan ekonomi

b. pemberdayaan sumber daya manusia

c. pemberdayaan lingkungan

5. pemberdayaan ekonomi sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf a digunakan

untuk :

a. pembangunan dan perbaikan sarana perekonomian dalam skala kecil

b. penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDES

c. pengembangan ketahanan pangan

47
d. pengembangan tekhnologi tepat guna

e. dan sebagainya yang dianggap penting sesuai dengan potensi dan

kebutuhan desa

6. pemberdayaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf b

digunakan untuk :

a. peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat desa

b. pengembangan sosial budaya

c. peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa

d. dan sebagainya yang dianggap penting sesuai dengan potensi dan

kebutuhan desa

7. pemberdayaan lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf c digunakan

untuk :

a. pembangunan perbaikan lingkungan dan permukiman

b. pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana desa

c. dan sebagainya yang dianggap penting sesuai dengan potensi dan

kebutuhan desa.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Kawata yang

menuturkan bahwah:

“Adapun pengunaan Dana Desa Kawata (DD) adalah yang pertama,


belanja penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, dalam
bidang pelaksanaan pembangunan desa, untuk pemberdayaan masyarakat dan DD
tersebut juga di gunakan dalam peningkatan usaha tani”.
(wawancara dengan bapak Jaludin Lumbesi/ Sekdes Desa Kawata, 9/10/2016.

48
Pengunaan DD untuk desa kawata digunakan dalam belanja perlengkapan

kantor, penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa, belanja di bidang

pembangunan, untuk pembinaan taman pembacaa Al-Quran, pemberdayaan

masyarakat, penunjang pkk, penunjang kegiatan pemuda, dalam bidang

penangulangan kemiskinan, dan juga digunakan dalam pendistribusian raskin, Hal

tersebut merupakan pencapaian pemberdayaan masyarakat dengan kecenderungan

primer. Berdasarkan teori pemberdayaan oleh Pranaka dan Vindhayanika dalam

Prasojo (2003) kecenderungan primer merupakan proses pemberdayaan

ditekankan pada pro-ses pemberian atau pengalihan sebagian ke-kuasaan,

kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat atau individu agar menjadi lebih

berdaya. Dalam hal peningkatan pendapatan desa, pada desa kawata belum

memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMD) dalam pengalokasian DD juga belum

ada anggaran untuk pembentukan BUMD. Dalam penggunaan dana untuk

peningkatan derajat kesehatan yaitu dengan memberikan bantuan kepada Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu). Dimana biaya tersebut diperuntukan untuk

membiayai kegiatankegiatan posyandu balita maupun posyandu lansia. Hal

tersebut sesuai dengan teori pemberdayaan oleh Ife dalam Suharto (2005) yang

menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat dilihat dari kemampuan dalam kaitannya

dengan proses kelahiran dan perawatan anak.

Berdasarkan teori pemberdayaan masyarakat oleh Ife dalam Suharto

(2005) yang menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan

dengan meningkatkan kemampuan menjangkau, mengunakan dan

mempenggaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial,

49
pendidikan, kesehatan. Pada bidang pendidikan, penggunaan dana desa DD untuk

peningkatan pendidikan luar sekolah yaitu dengan memberikan bantuan untuk

operasional kegiatan belajar mengajar pada TK dan Paud. Dalam pemanfaatannya

sebenarnya sudah sesuai, namun terlalu kecilnya dialokasikan merupakan

kelemahan dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Berdasarkan teori pemberdayaan masyarakat oleh Widjaja (2004) yang

menjelaskan bahwa cara dalam memberdayakan masyarakat terutama di pedesaan

tidak cukup hanya dengan upaya meningkatan produktifitas, pemberian

kesempatan usaha yang sama atau memberi modal saja, akan tetapi harus diikuti

pula dengan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat. Menanggapi

pemberdayakan masyarakat tersebut, desa mengalokasikan dana desa DD untuk

pemberdayaan masyarakat dalam bidang peningkatan sosial dan ekonomi

masyarakat yaitu dengan peningkatan peranan wanita melalui perwujudan

kesetaraan gender dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa.

Dalam mendorong peningkatan sosial dan ekonomi masyarakat dapat dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan dari PKK, yang bertujuan meningkatkan pendapatan

keluarga dengan kemandirian. Fenomena dilapangan menunjukkan, masih

terdapat kesenjangan gender dalam bidang politik dimana tidak adanya

keterlibatan perempuan dalam pemerintahan pada desa.

Menurut Prasojo (2003) Pemberdayaan masyarakat tidak hanya

menyangkut aspek ekonomi. Ada berbagai macam pemberdayaan, antara lain:

pemberdayaan bidang politik, bidang hukum, bidang sosial, bidang budaya,

bidang ekologi dan pemberdayaan bidang spiritual. Apabila dikaitkan dengan

50
teori pemberdayaan tersebut pada desa belum terlihat adanya pemberdayaan

dalam bidang politik dan hukum yang didanai dari DD. Sedangkan pemberdayaan

dalam bidang sosial, budaya, dan spriritual di lakukan dengan mengalokasikan

dana ADD untuk peningkatan pengamalan kehidupan keagamaan dalam rangka

peningkatan kesalehan sosial serta pelestarian kegotong-royongan dan

keswadayaan.

4.3. Pengawasan DD

Pengawasan dilakukan terhadap jalannya pemerintahan dan

pembangunan agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari rencana yang

telah ditetapkan dan aturan yang berlaku berdasarkan terdahap pelaksanaan fisik

maupun pengelolaan keuangan. Pengawasan pengelolaan DD secara fungsional

yakni pengawasan oleh aparat pengawas atau satuan organisasi pemerintah

Kabupaten kepulauan sula maupun Kecamatan mangole utara timur yang

menyelenggarakan pengawasan. Berdasarkan pengamatan peneliti, pengawasan

secara fungsional pada desa kawata yang berupa pelaporan yang seharusnya

dilakukan setiap bulan (Laporan Berkala) dan setiap akhir tahun (SPJ), namun

pada pelaksanaannya hanya dilakukan 3 kali dalam satu tahun. Apabila dikaitkan

dengan peraturan yang mengatur mengenai pengawasan pengelolaan DD yakni

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa, pada pasal 24 menjelaskan bahwa pemerintah

pemerintah Provinsi wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran DD dari

Pemerintah Kabupaten. Sedangkan Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib

membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan

51
fenomena di lapangan, pengawasan oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten,

maupun Camat yang terjadi dalam pengelolaan DD pada desa sudah sesuai

dengan aturan yang berlaku. Namun masih perlu ditingkatkan dalam kuantitasnya

dan kualitas pengawasan Pengawasan secara melekat yaitu pengawasan yang

dilakukan oleh atasan langsung melalui struktur organisasi, bagan organisasi

dengan rentang kendali yang tegas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta

uraian tugas pekerjaan yang jelas. Peneliti melihat bahwa pengawasan melekat

pada desa kawata telah dilaksanakan oleh Kepala Desa, perangkat desa dan

masing-masing ketua pelaksana kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian, belum

terjadi pengawasan secara langsung oleh masyarakat dalam pengelolaan DD. Hal

tersebut terjadi dikarenakan kurang pahamnya masyarakat akan adanya program

DD sehingga perlu adanya sosialisasi dan transparansi penggunaan dana desa DD

dari pemerintah desa.

4.4. Pertanggungjawaban DD

Pertanggungjawaban merupakan bentuk konsekuensi atas penggunaan

dana publik yang dipercayakan kepada pemerintah desa. Dilihat dari bentuk

pertanggungjawaban, pada desa cenderung bersifat administratif.

Pertanggungjawaban administratif merupakan pertanggungjawaban pemerintah

desa atas kegiatan pelaksanaan DD secara administratif berupa Surat Pertanggung

Jawaban (SPJ) DD atas pengawasan Camat kepada Bupati melalui Bagian Tata

Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten. Menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa, bahwa pertanggungjawaban disampaikan dalam bentuk pelaporan hasil

52
pelaksanaan pengelolaan DD. Pelaporan dilakukan setiap bulan (Laporan Berkala)

dan setiap akhir tahun (SPJ) dan dilaksanakan secara struktural dari Kepala Desa

kepada Camat, kemudian oleh Camat diteruskan Kepada Bupati. Namun dalam

pelaksanaannya, pertanggungjawaban DD pada desa hanya dilakukan hanya 3 kali

dalam tahun yakni pada saat untuk pencairan DD tahap selanjutnya dan tahun

selanjutnya bahkan pada awal di implementasikan program DD

pertanggungjawaban hanya dilakukan pada akhir tahun.

Berikut hasil wawancara penulis dengan degan bendahara desa kawata

yan menuturkan bahwa:

“Dana Desa (DD) Desa Kawata pada tahun 2015, yaitu senilai Rp.
407,425,000. Dan untuk tahun 2016 dengan jumlah Rp. 909,659,413. Adapun
pengunaan dana Desa, dalam bidang pekaksanaan pembangunan desa, untuk
pemberdayaan masyarakat dan DD tersebut juga di gunakan dalam peningkatan
usaha tani”.
(wawancara dengan bapak Fatahudin Umasugi Bendahara, 10/10/2016).

Berikut tabel-tabel angaran pendapatan dan belanja desa kawata untuk

tahun 2015 dan 2016.

53
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
PEMERINTAH DESA KAWATA
TAHUN ANGGARAN 2015.

KOKDE ANGGARAN
REKENIN URAIAN ( Rp ) KET
G

1 2 3 4

1 PENDAPATAN 407.425.000,-

1 1 Pendapatan AsliDesa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya,Pendapatan dan Gotong Royong
1 1 2 lain – lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
1 2 Pendapatan Transfer 407.425.000,-
1 2 1 Dana Desa DD
306.180.000,-
1 2 2 Bagian dari hasil Pajak dan retribusi Daerah Kab/Kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa ADD
101.245.000,-
1 2
4 Bantuan Keuangan
1 2
4 1 Bantuan Propinsi
1 2
4 Bantuan Kabupaten/Kota
1 3 Pendapatan Lain – Lain
1 3
1 Hibah dan Sunbangan dari Pihak Ketiga yang tidak
mengikat
1 3 2 Lain – Lain Pendapatan Desa yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN 407.425.000,-
2 BELANJA
2 1 Bidang penyelenggara Pemerintah Desa
101.425.000,-
2 1 1 Penghasilan Tetap dan Tunjangan 60,000,000,-

2 1 1 1 Belanja Pegawai
Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
28.200.000,-
- Kepala Desa (Rp.500.000 x 12 Bln ) 6.000.000,-
- Kepala Urusan (Rp.250.000 x 3Oang x 12 Bln ) 9.000.000,-
- Bendahara Desa (Rp.350.000 x 12 Bln ) 4.200.000,-
- Kepala Dusun (Rp.250.000 x 3Oang x 12 Bln ) 9.000.000,-
Tunjanagan Kepala Desa dan Perangkat 13,200,000,-
- Kepala Desa (Rp.500.000 x 12 Bln ) 6.000.000,-
- Seketaris Desa (Rp.250.000x12 Bln) 3.000.000,-
- Bendahara Desa (Rp.350.000 x 12 Bln ) 4.200.000,-
Tunjangan BPD 18,600,000,-

54
- Ketua BPD (Rp.450.000 x 12 Bln ) 5.400.000,-
- Wakil Ketua BPD (Rp.250.000 x 12 Bln ) 3.000.000,-

1 2 3 4

- Sekretaris BPD (Rp.250.000 x 12 Bln ) 3.000.000,-


- anggota BPD (Rp.150.000 x 4 Orang x 12 Bln ) 7.200.000,-
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 3 Operasional Perkantoran
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 4 Operasional RT / RW 16,020,000,-
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
Intensif RT / RW
RW ( Rp.115.000 x3 Orang x 12 ) 4.140.000,-
RT ( 9Orang x 12 11.485.000,-

2 1 5 Operasional Tokoh Agama 25,800.000,-


2 1 5 2 Belanja Barang dan Jasa
- Intensif Hakim Syarah
- Imam ( Rp.250.000 x 3 Orang X 12 ) 9,000,000,-
- Hatib ( Rp.200.000 x 3 Orang X 12 ) 7,200.000,-
- Moding ( Rp.200.000 x 4 Orang X 12 ) 9.600.000,-

2 2 Bidang Pelaksana Pembangunan Desa 214.326.000,- APBN

2 2 1 Pembangunan Jembatan Jalan Desa RT 003 / RW 01 86,720,000,-


Dusun I 5m x 9m
2 2 1 2 Belanja Barang dan Jasa
Upah Kerja 40.500.000,-
- Sewa Tukang. 30,000,000,-
- Honor Pengawas2 orang x 40 hr x Rp.150.000,- 6,000,000,-
- Trans portasi Angkutan Laut3x pp x Rp.1.000.000 3,000,000,-
- Upah BuruhB ongkar Muat3 xpemuatan @ Rp.500.000 1,500,000,-

2 2 1 3 Belanja Modal 46,220,000,-


- Semen PC 130zak @ Rp.80.000,- 10.400.000,-
- Semen PC 55 zak @ Rp.90.000,- 4,950,000,-
- Besi 10 , 20 Staf @ Rp.95.000,- 1.900.000,-
- Besi 10, 30 Staf @ Rp.85.000,- 2.550.000,-
- Besi 8, 20 Staf @ Rp.65.000,- 1.300.000,-
- Besi 6 , 9 Staf @ Rp.45.000,- 405.000,-
- Kawat Benrat 2 Kg @ Rp. 25.000,- 50.000,-

55
- Ember Kecil 30 bh @ Rp.15.000,- 450.000,-
- Cet Tembok 3klg. @ Rp.110.000,- 330.000,-
- Batu Kali 10Kubik @ Rp.250.000,- 2.500.000,-
- Pasir Kerikil 28 kubik @ Rp.250.000,- 7,250,000,-
- Pasir Halus Pantai29 Kubik @ Rp.150.000,- 4,350.000,-
- Paku Campuran 330,000,-

1 2 3 4

- Kayu Papan 1Kubik,3cm x 25cm x 4m @ Rp.1,500.000,- 1.500.000,-


- Kayu Lata 1 Kubik, 5cm x 7cm x 4m@ Rp.1,500.000, 1.500.000,-
- Skop 6 bh, @ Rp.85.000,- 510.000,-
- Belanja Pacul 4 bh, @ Rp.85.000,- 340.000,-
-Belanja Tali Boplang 3 Rol, @ Rp.20.000,- 60.000,-
-Belanja Pak Wel 2 bh, @ Rp.90.000,- 180.000,-
-Belanja Linggis 2 bh, @ Rp.75.000,- 150.000,-
-Belanja Mata Gergaji 4 bh @ Rp.10.000,- 40.000,-
-Belanja Isi Gergaji 2 bh @ Rp.20.000,- 40.000,-
-Belanja Martel 1 bh @ Rp.69.000,- 69.000,-
-Belanja kwas 4 inc 2 bh @ Rp.20,000,- 40,000,-
- Belanj akwas 3,5 inc, 2bh @ Rp.13,.000,- 26,000,-
- Sewa Gudang 40 hari.x Rp. 100,000 4.000.000,-
- Upah cet jembatan 2 org x 5 hr x Rp. 100,000 1,000,000,-

2 2 2 PEMBUATAN PAGAR KANTOR DESA = 50 m 37,502,000,-

2 2 2 2 Belanja Barang Dan Jasa 26.500.000,-

-Sewa Tukang . 20.000.000,-


-Sewa Cetak Batako 2 org x 4hr x Rp. 80,000,- 2,000.000,-
- Honor Pengawas 1 orang x 40 hr x Rp.50.000 2.000.000,-
- Transportasi Laut 2 x pp 1,700,000,-
- Upah buruh bongkar muat 800,000,-

2 2 2 3 BELANJA MODAL
10,998,000,-
-Belanja Semen PC 65 zak@ Rp. 80,000 5,200,000,-
-Belanja Cet Tembok 4klg. @ Rp.110,000 440,000,-
-Belanja Batu Kali5Kubik@ Rp. 250,000 1,250,000,-
-Belanja Pasir Keriki l5Kubik@ Rp. 250,000 1,250,000,-
-BelanjaPasirHalusPantai14Kubik@ Rp. 150,000 2,100,000,-
-BelanjaKabilEterna 2x2,5. SatuRol 525,000,-
-BelanjaPipa 15 bh 225,000,-
-BelanjaKwas 2,5 inc.1bh,, 8,000,-

2 2 3 PEMBUATAN TALUk = 49,50 m 34,000,000,-

56
2 2 3 2 Belanja Baang Dan Jasa 17.000.000,-

-SewaTukang .8orang . x 20 hr x Rp.100,000,- 16.000.000,-


- Honor Pengawas 1 orang x 20 hari x Rp.50.000 1.000.000,-

2 2 3 3 BELANJA MODAL
17.000.000,-
-Semen PC 80sak. @ Rp.80.000,- 6.400.000,-
-Batu Kali 14kubik. @ Rp.250.000,- 3.500.000,-
-BatuKerikil 9 kubik. @ Rp.250.000,- 2.250.000,-
-PasirHalusPantai. 19 kubik. @ Rp.150.000,- 2.850.000,-
-TransportasiAngkutanLaut .2xpp . @ Rp.1.000.000,- 1.000.000,-
-UpahBuruhBongkarMuat. 2x. @Rp. 500.000,- 1.000.000,-

1 2 3 4

2 2 4 Perbaikan Saluran Air Bersih 56,104,000,-


2 2 4 2 Belanja Barang dan Jasa
Upah Kerja 20.000.000,-
- SewaTukang4 orang x 20 hr x Rp. 125.000 18.000.000,-
- Honor Pengawas 1 orang 1.000.000,-
- Transportasi Laut 1x pp 700,000.-
- Upah buru bongkar muat 300,000,-

2 2 2 3 - Belanja Modal 36,104.000,-

- Falf 4, 1buah @ Rp.6.000.000,- 6.000.000,-


- Pipa 4 inci 2Staf @ Rp.500.000 1.000.000,-
- LemPipa 1 bh @ Rp.45,000 45.000,-
-BelanjaLemFiipin 1 psg 65.000,-
- Belanjamatagegaji 1 bh 18.000,-
- BelanjaPisau Cutter 25.000,-
- Belanja Ring Baut 5/8. 24 bh. @ Rp.2.000 48.000,-
- BelanjaKunci Pas 1bh. 65.000,-
- BelanjaKunci pas 1 bh 45.000,-
- BelanjaPakingKaret 1m 130.000,-
- Belanja Slot Avion 1 bh 45.000,-
-Semen Pcn20 Zak. @ Rp. 80.000 1,600.000,-
- MesinAlkon1 Paket 9.850.000,-
- Mesin Diesel 1 paket 7.200.000,-
- Sannyo 1 Unit (Jet Pam 30 m) 3,000,000,-
- Pipa besi 1 inc ‘ A, 5 staf @ Rp. 290,000 1,450,000,-
- Sok drat dalam pipa besi 1 inc , 2 bh @ Rp.15,000 30,000,-
- Elbok drat dalam pipa besi 1 inc , 6 bh @ Rp.15,000 90,000,-
- Lem pipa 1 klg, @ Rp.50,000,- 50,000,-

57
- Siltip 2 bh @ Rp. 10,000 20,000,-
- Cok Putih 2 bh @ Rp. 10,000 20,000,-
- Terminal cok 2 bh, @ Rp. 20,000 40,000,-
- Balon Biasa, 1bh 10,000,-
- Kabel putih 2x2,5, 75 m @ Rp. 10,000 750,000,-
- Pipa PVC 1 inc ,10 staf @ Rp. 35,000 350,000,-
- Pipa PVC 1 ¾ iinc ,2 staf @ Rp. 60,000 120,000,-
- Sok drat dalam pipa besi 1 inc , 2 bh @ Rp.15,000 30.000,-
- Elbok drat dalam pipa besi 1 ¾ inc , 1 bh @ Rp.10,000 10,000,-
- Lem epox 1 set 40,000,-
- Kunci pipa 2 bh @ Rp. 120,000 240,000,-
- Slot Avion 6 bh @ Rp.25,000 150,000,-
- Drom plastik 1 bh 450,000,-
- Keong NP 1 dos 215,000,-
- Seng gelombang 8 lbr @ Rp. 52,000 416,000,-
- Seng gelombang Alumanium 3 lbr @ Rp. 60,000 180,000.-
1 2 3 4

- Seng polos 2 lbr @ Rp. 55,000 110,000,-


- Paku seng 1 kg 26,000,-
- Paku biasa 7 cm. 2 kg @ Rp. 25,000 50,000,-
- Batu Kali 1 Kubik 225.000,-
-PasirKerikil 1 Kubik 225.000,-
-PasirHaslusPantai 2 kubik. @ Rp.150.000 300.000,-
-KayuLata 5 x 5 cm. Panjang 4m. ¼ Kubik 500.000,-
-KayuBalok 6 x 10 cm Panjang 4m. ¼ Kubik 500.000,-
- Minyak bensin 20 ltr @ Rp. 20,000 200,000,-
- Minyak solar 19 ltr @ Rp. 9,000 171,000,-

2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 91.854.000,- APBN

2 4 1 2 - Program Pelatiha Tentang Peningkata 20,518,000,-


Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa.
2 4 1 2 - Belanja Barangdan Jasa
- Cetak Buku Administrasi Desa. 1,450,000,-
- Cetak Tema Kegiatan (Spanduk) Pelatihan 300,000,-
- Belanja Map Plastik 200,000,-
- Belanja pena pilot 120,000,-
- Belanja note buku 285,000,-
- Belanja Minyak Bensin 200,000,-
- UangDudukPesertaPelatihan 3,000,000,-
- UangDudukPesertapeninjau 750,000,-
- SewaRuangan (Gedung) 1,000,000,-
- SewaMesinGenset 500,000,-

58
- SewaSousistem 1,000,000,-
- Honor Narasumber 3,000,000,-
- Honor Instuktur ( MC)Pemateri 300,000,-
- Honor PembacaanDo’a 150,000,-
- Honor PanitiaKegiatanPelatihan. 2,400,000,-
- Blanja TransportasiLautTimKabupaten pp 1,000,000,-
- Blanja TransportasiLautTim Kecamatan.pp 700,000,-
- SnecPagidan Sore 1,500,000,-
- Makan siang 2,763,000,-

2 4 2 Peningkatan Usaha Tani 70,236.000,-


2 4 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Kelompok Usaha Tani (PembuatanKebunDesa) 58.236.000,-
4 ha.
- PembersihanLahan 5.500.000,-
- PembuatanPagarKebunDesa 8.000.000,-
- KayuPapan15 kb, 3m x 2cm x 25cm @ 30.000.000,-
Rp.2.000.000
- KayuBalok (KayuBesi) 7kb, 6 x 6 cm x180cm @ Rp. 14.000.000,-
2.000.000
- Paku 7cm, 24kg @ Rp.25.000 600.000,-
1 2 3 4

- Martel 2 Bh 80.000,-
- Linggis 2 bh 170,000,-
- Pacul 1 bh @ Rp. 85,000 85,000,-

- Penunjang Kegiatan LPM 3.000.000,-


- Honor Pengurus LPM 3orang x 1Tahun . @ Rp.1,200,000.
3.000.000,-

- Penunjang Kegiatan Posyandu


3.000.000,-
- Honor PetugasPosyandu 3orang x 1Tahun. @ 3.000.000,-
Rp.1200.000.

- Penunjang Kegiatan Linmas / Hansip 6.000.000,-


- Honor Linmas 6 orang x 1Tahun. @ Rp.1.200.000 6.000.000,-

Sumber: data laporan pertanggung jawaban Anggarn Belanja Desa Kawata 2015

59
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
PEMERINTAH DESA KAWATA
TAHUN ANGGARAN 2016.

KOKDE ANGGARAN
REKENING URAIAN ( Rp ) KET

1 2 3 4

1 PENDAPATAN 909,659,413

1 1 Pendapatan Asli Desa


1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya,Pendapatan dan Gotong
Royong
1 1 2 lain – lain PendapatanAsliDesa yang
Sah
1 2 Pendapatan Transfer 909,659,413
1 2 1 Dana Desa 656,079,462 APDN

1 2 2 Bagian dari hasil Pajak dan retribusi


Daerah Kab/Kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa 253,080,801 APD II

1 2
4 Bantuan Keuangan
1 2
4 1 Bantuan Propinsi
1 2
4 Bantuan Kabupaten/Kota
1 3 Pendapatan Lain – Lain
1 3
1 Hibah dan Sunbangan dari Pihak Ketiga
yang tidak mengikat
1 3 2 Lain – Lain Pendapatan Desa yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN 909,659,413

2 BELANJA 909,659,413
2 1 Bidang penyelenggara Pemerintah APD II
Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan Tunjangan 111,000,000

2 1 1 1 Belanja Pegawai

Penghasilan Tetap Kepala Desadan 72,000.000,-


Perangka tDesa
- KepalaDesa (Rp.1.000.000 x 12 Bln ) 12.000.000,-

60
-Bendahara Desa (Rp.500.000 x 12 Bln) 6.000.000

-Kepala Seksi (Rp.500.000 x 3 Orang x 18.000.000,-


12 Bln)

Tunjanagan Kepala Desadan 13,200,000,-


Perangkat
- Kepala Desa (Rp.500.000 x 12 Bln ) 6.000.000,-
- Seketaris Desa (Rp.300.000x12 Bln) 3.600.000,-
- Bendahara Desa (Rp.350.000 x 12 Bln ) 4.600.000,-
Tunjangan BPD 25,800,000,-

- Ketua BPD (Rp.550.000 x 12 Bln ) 3.600.000,-


- Wakil Ketua BPD (Rp.300.000 x 12 Bln ) 3.600.000,-

1 2 3 4

- Sekretaris BPD (Rp.250.000 x 12 Bln ) 3.600.000,-


- anggota BPD (Rp.250.000 x 4 Orang x 12 12,00.000,-
Bln )
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 3 Belanja Modal
2 1 3 Operasional Perkantoran
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa 21.730.802

2 1 4 - Alat Tulis Kantor (ATK) 990.802

2 1 4 2 - Benda Pos (Materai 6000 dan 3000) 1.000.000

- Alat dan bahan Kebersihan


300.000

- Perjalanan Dinas Pemerintah Desa 15.000.000

- Pemeliharaan Kantor 440.000

- Biaya Foto Copy LPJ dan Laminating 500.000

2 1 5 - Rekening Listrik Kantor Desa 200.000

2 1 5 2 -Musyawarah Desa dalam satu tahun 300.000

61
- Dokumen perencanaan desa (rpjm desa, 3,000,00
rkp desa, desain dan rab dan apbddesa)

2 2 1 2 Belanja Modal 10.750.000

- Meja Stengah Biro Kantor 1.500.000


-
- Laptop Azus 1 unit 4.600.000
-
- Printer Canon IP 2770 900.000

2 2 1 3 -Operasional RT/RW dan Tokoh 54.600.000


Agama

Belanja Barang dan Jasa


-
- Insentif RT/RW 28.800.000
-
- Insentif RW 3 Orang (Rp.200.000 x 12 7.200.000
Bln)
-
- Insentif RT 9 Orang (Rp.200.000 x 12 21.600.000
Bln)
-
-Oprasional Tokoh Agama

Belanja Barang dan Jasa 25.800.000

- Tunjangan Tokoh Agama

- Imam Desa 3 Orang(250.000 x 12


Bln) 9.000.000

Khatib 3 Orang (200.000 x 12 Bln) 7.200.000


-
Modim 4 Orang(200.000 x 12 Bln) 9.600.000

Operasional LPM ,Kader Posyandu


Linmas

Belanja Barang dan Jasa 42.600.000


-
Ketua LPM @ 300,000 x 12 Bulan 3.600.000
-
Wakil Ketua LPM @ 250,000 x 12 3.000.000
Bulan

62
-
- 3.000.000
Sekretaris @ 250,000 x 12 Bulan

- 9.600.000
Angota LPM 4 @ 200,000 x 12 Bulan

- 7.200.000
Kader Posyandu 3 @ 200,000 x 12
Bulan

- 16.200.000
Insentif Hansip 9 @ 150,000 x 12
Bulan

2 2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan 542.774.050 APBN


Desa

2 2 2 2 Pembuatan Talut Penahan Banjir 294.930.950


Primer 212 M

Belanja Barang dan Jasa 73.764.150

- Upah Kerja Kegiatan Talut Penahan


Banjir 212 M 34.650.000

- Upah Tukang 22.300.000

- Pembayaran Pajak 16.814.150

2 2 2 3 BELANJA MODAL 221.166.800

- Bahan Material 215.857.800

- Alat 5.309.000
Pembuatan Drainase / Saluran Air 125 164.671.475
M

Belanja Barang dan Jasa 42.246.475

- Upah Kerja Kegiatan drainase


21.525.000

63
- Upah Tukang 11.100.000

- Pembayaran Pajak 9.621.475

Pemeliharaan Sarana Prasarana Air 17.200.000


Bersih

Belanja Barang dan Jasa 17.200.000

- Honor Pengawas Sarana Air Bersih 7.200.000

- Biaya Perawatan Sarana Air Bersih 10.000.000

Bidang Pembinaan Kemasayarakatan 5.400.000 APBN

Pembinaan TPA (Taman Pembacaan Al-


Qur'an) 4 TPA

Belanja Barang dan Jasa 5.400.000

Bidang Pemberdayaan Masyarakat 113.305.412

Peningkatan Kapasitas Kelompok


Masyarakat

-Pelatihan Tentang Peningkatan


Usaha Tani 17.305.562

Belanja Barang dan Jasa

- Peningkatan Kebun desa 4 Ha

Belanja Barang dan Jasa


25.000.000

64
- Penunjang Kegiatan PKK

Belanja
4 Barang dan Jasa 21.000.000

- Peningkatan Kebun desa 4 Ha

Belanja Barang dan Jasa 25.000.000

- Penunjang Kegiatan PKK

Belanja Barang dan Jasa 21.000.000

Belanja Barang dan Jasa 50.000.000

Sumber: data laporan pertanggung jawaban Anggarn Belanja Desa Kawata 2016

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa belum terjadi

pertanggungjawaban secara langssung kepada masyarakat. Hal tersebut terrjadi

karena belum ada trans-paransi atau keterbukaan pemerintah desa sebagai

pengelola DD kepada masyarakat dalam bentuk informasih maupun tertulis terkait

pengunaaan DD. Analisis tersebut juga di dukung oleh kenyataan bahwa

pelaksana kegiatan kegiatan fisik yang di danai DD diserahkan kepada kepala

dusun atau perangkat desa, sedangkan sebagian besar tidak pernah

menginformassikan kepada masyarakat tentang dana yang diterimanya khusnya

anggaran Dana Desa untuk tahun 2010-2015.

Lebih jelasnya berikut hasil wawancara penulis dengan salah satuh warga

Desa Kawata Kecamatan Mangoli Utara Timur yang mengatahkan bahwa:

“Desa Kawata untuk tahun 2010 sampai 2015 dalam kepemimpinan


Bapak Syabudin Galela selaku kepala desa Kawata, dalam melakukan rapat
pertanggungjawaban anggaran dana desa tidak pernah dilakukan secara
transparansi, masyarakat merasa di abaikan dan menayakan langsung hal tersebut

65
kepada pimpinan desanya, lalu saat itu beliau mengatahkan bahwa rapat
pertanggungjawaban Dana Desa (DD), hanya dapat dilakukan denagan rapat lokal
saja, yang mana di perbolehkan untuk hadir dalamm rapat lookal tersebut hanya
perangkat pemerintah desa saja dan tidak bisa dihadiri oleh masyarakat secara
keseluruhan “wawancara denagan bapak Ruslin Umasugi,10/10 2016)
Berdaskan hasil wawancara di atas maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa upaya badan permusyawaratan desa terhadap Dana belum

terbuka untuk meberikan pertanggungjawaban yang menyangkut dengan

anggaran DD tersebut. hal ini seharusnya tidak terjadi mengigat pentingya peran

pemerintah dalam mengelolah anggaran Dana Desa sanggat penting, untuk

massyarakat untuk masyarakat desa kawata.

Hal tersebut ber-tantanggan dengan ketentuan dalam peraturan daerah

nomor 18 tahun 2006 tentang dana desa pasal, bahwa kegiatan yang bersumber

dari DD harus dipertanggungjawabkan secara langsung kepada masyarakat dan

BPD serta pelaksanaan DD harus dilakukan secara partispstif, transparan.

4.5. Masalah Yang Dihadapi

tidak tersedianya fasilitas pemerintah Desa yang memadai untuk

pelayanan masyarakat, rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendorong

percepatan pembangunan dan pengawasan jalannya pemerintahan Desa,

pemerintah Desa tidak transparan dan syarat KKN, tidak terkelolanya sistim

administrasi pemerintahan oleh aparat, karena pemahaman yang masih kurang

tentang prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik tentang DD.

Berikut petikan penulis dengan salah seorang masyarakat yang

menjelaskan bahwa:

“saya berhap kepada pemerintah desa terutama kepada bapak ketua BPD
agar melaksanakan tugas untuk kepentingan desa, dan anggaran DD harus di

66
pertanggungjawabkan agar tidak ada kecemburuan sosial, dan pemerintah desa
lebih pentingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan desa.”(wawancara
dengan bapak Arfin Umasugi, 10/10/2016)

Berdasarkan informasih yang dapat diperoleh dari keterangan di atas

maka perlu dapat perhatian khusus dari pemerintah kota kabupaten Kepulauan

Sula Sula agar dapat mengatasi hal tersebut. Demi kepentingan desa dan

kepentingan masyarakat.

4.6. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Desa Kawata

Meningkatkan kemampuan aparat dalam pelayanan bidang pemerintahan,

mewujudkan pemerintahan desa yang bersih melalui transparansi dalam

perencanaan pembangunan dan pengembangan informasi program masuk desa

dan penggunaan DD, akuntabilitas (pertanggungjawaban) dalam pelaksanaan

program pembangunan dan penggunaan dana-dana pembangunan baik dari

pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pendapatan desa, serta

meningkatkan Pendapatan Asli Desa dengan menetapkan Peraturan Desa tentang

pengelolaan anggaran dan desa (DD).

1. Penguatan tata kelola pemerintahan bagi aparat desa dan BPD;

2. Pengelolaan Pembangunan Partisipatif,

3. Program peningkatan pendapatan asli desa (APB Desa);

4. Pelembagaan Sistem Perencanaan Pembangunan Partisipatif;

5. Penyusunan Perdes.

67
Strategi

“Seharunya pemrintah kabupaten melakukan pengecekan/soalisasi ke


desa-desa terutama desa Kawata Kecamatan Mangoli Utara Timur Kabupaten
Kepulaun Sula, agar mengetahui kondisi desa dan tata kerja pemrintah desa
tentang menggelolah dan mengunakan anggaran dana Desa di Desa Kawata.”
(wawancara penulis dengan dengan bapak Jalaludi Makasar, 11/10/2016

Dari hasil wawancara di atas maka sudah tentunya ada perhatian khusus

dari pemerintah tentang bagaiman cara mengatasinya demi kesejatraan

masyarakat.

Adapun perumusan konsep rencana strategis pencapain yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan peningkatan kapasitas aparat melalui pelatihan motivasi

Pemerintahan Desa Kawata yang menekankan pada kesadaran arti tata

pemerintahan yang baik.

2. Mendorong partisipasi dan keswadayaan masyarakat, melalui proses

sosialisasi dan penyadaran

3. Menumbuhkan iklim dan sistem sosial politik tingkat desa yang

demokratis,

4. Penyelenggaraan pemerintahan desa yang professi Kawata, kompeten dan

proporsi Kawata dan membangun hubungan yang sehat dengan BPD dan

lembaga-lembaga desa.

5. Menggali dan mengembangkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal di tengah

masyarakat agar terus dilestarikan dan diperkuat,

6. Mendorong kerjasama dengan pihak ketiga, termasuk SKPD dan LSM,

7. Pemberdayaan lembaga-lembaga ataupun aparatur Desa.

68
8. Pembinaan dan Pengembangan Manajemen dana Administrasi

Pemerintahan Desa.

9. Penguatan dan penataan manajemen pemerintah desa yang dinamis, bersih

dan berwibawa serta demokratis untuk mengoptimalkan kinerja Perangkat

Desa,

10. Program peningkatan pendapatan asli desa (APD Desa) dan perkuat

mengelola angaran dan desa demi kesejatraan masyarakat.

69
BAB V

KESIMPULA DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasann yang telah di

ilustrasikan di atas, maka di peroleh beberapa hal pokok yang di rumuskan dalam

kesimpulan penelitian sebagai berikut;

1. kepada pemerintah desa terutama kepada bapak ketua BPD agar

melaksanakan tugas untuk kepentingan desa, dan anggaran DD harus

dipertanggungjawabkan agar tidak ada kecemburuan sosial, dan

pemerintah desa lebih pentingkan kepentingan pribadi dari pada

kepentingan desa.

2. Meningkatkan kemampuan aparat pmerintah desa dalam pelayanan bidang

pemerintahan, mewujudkan pemerintahan desa yang bersih melalui

transparansi dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan

informasi program masuk desa dan penggunaan DD.

3. Peran badan permusyawaratan desa (BPD) terhadap pengelola dana desa

(DD) belum begitu optimal, karena BPD lebih pentingkan kepentingan

pribadinya dari pada kepentingan desa.

70
5.2. Saran

Berdasarka kesimpulan di atas maka, saran-saran yang di berikan oleh

peneeliti antara lain:

1. Diharapkan agar aparatur pemerintah desa khusunya kepala desa dan ketua

BPD desa kawata Kecamatan mangole utara timur kabupaten kepulauan

sula memperbaiki proses penyampaian laporan pertanggungjawaban

tentang pengelolan dana desa (DD) dan nilai-nilai akuntabilitas kepada

masyarakat desa, sehingga masyarakat dapat melihat bagaimana

penggelolaan DD akan lebih baik dan taransparan.

2. Diharapkan kepala desa dan ketua bpd untuk memberikan informasih atas

segala bentuk dokumen dana desa (DD) kepada masyarakat, sehingga akan

menimalkan tidak terjadinya kecurangan dalam penggelolaan dana desa

(DD).

3. Peniliti mengrekomendasikan untuk dibentuk badan pengawas independen

pengawas dana desa (DD), Sehingga dalam pelaksanaanya, akan lebih baik

dan tepat menghindari penyalagunaan penggelolaan dana desa dikalangan

BPD kiranya lebih ditingkatkan fungsinya sebagai penyalur aspirasi

masyarakat dan fungsi pengawasan dapat berjalan dengan maksimal.

71
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2006) surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1794 prihal
Tanggapan dan Pelaksanaan DD. Jakarta.
Anonim, (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta.
Anonim, (2007). Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Badan Permusyawaratan Desa.
Anonim, (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta
Anonim, (2009). Peraturan Bupati Nomor 86 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa .
Bugin Burhan. 2011. Peneletian Kualitatif, Jakarta Kencana Prenada
Media Group
Dessler Gary. 2009. Manejemen SDM, Buku 1
Jakarta Indeks
Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2004. Manual
Pemerintah Desa.
Mulyono, Deddy. 2001. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan.
Universitas Indonesia Press.
Menurut Wahjudin Sumpeno (2011, )
pemberdayaan
menurut Sumaryadi (2005, ) tujuan pember-dayaan
masyarakat
Miles, Matthew B dan Huberman, A Micheal. 2007. Analisis Data Kualitatif.
UI Press.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.
Erlangga.
Rozaki, Abdur dkk. 2004. Memperkuat Kapasitas Desa Dalam Pembangunan
Ekonomi. IRE
Saragi. P, Tumpal. 2004. Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa Alternatif
Pemberdayaan Desa. CV. Cipiruy
Sumaryadi, I Nyoman (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta,Citra Utama.
Suharto,Edi(2005).MembangunMasyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung,
Refika Aditama.
Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Alokasi
Dana Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan

72
Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Fokus Media
Prasojo, Eko (2003): Perspektif Membangun Partisipasi Publik. Jurnal Ilmiah
Publik, vol IV, No. 2, Maret-Agustus :10-24.
Sahdan, Gorris Dkk. 2004. Buku Saku Pedoman Dana Desa (DD). Bandung
Saragi. P, Tumpal. 2004. Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa Alternatif
Pemberdayaan Desa. CV. Cipiruy
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. 2009
Siagian, SondangP.2003.Teori dan Praktek Kepemimpinan. Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Fokus Media
Umar, Asri. 2005. Pedoman Dana Desa (DD) Dari Pemerintah Kabupaten/Kota
Kepada pemerintah Desa. CV. Citra Utama
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Daerah
Fokus Media
Widjaja, HAW. 2001. Pemerintah Desa, Berdasarkan Undang-UndangNomor 22
Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. PT. Bina Aksara.
Widjaja, HAW. (2004) Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat dan
Utuh.Jakarta,PT. RajaGrafindo Persada.

Sumber Lain:
(htt://learning of. Susansusantiteori+modernisasi).

73

Anda mungkin juga menyukai