Kerjasama
Yayasan Almamater Merauke dan
United Nation Development Programme (UNDP)
Laporan ini merupakan hasil kajian terhadap perikehidupan masyarakat dan keberadaan
lembaga kemasyarakatan dalam kapasitasnya mendukung usaha peningkatan
perikehidupan masyarakat. Kajian tersebut dilakukan secara independen, namun
demikian UNDP turut serta dalam memberikan pengarahan dan masukan kepada
organisasi baik pada proses awal maupun pada proses persiapan laporan. Adapun data
yang dikumpulkan, analisa dan isu-isu yang disampaikan tidak sepenuhnya mewakili
pandangan dari UNDP.
This report represents the result of an assessment of community livelihoods and civil
society organisations capacity to support improvements in community livelihoods. The
assessment was carried out independently of the UNDP, however UNDP advisors
provided initial guidance to the organizations that conducted the assessments and gave
feedback on the preparation of the report. As such, the information gathered, analysis
and issues associated herewith do not necessarily represent the views of UNDP.
RINGKASAN
Survey Kajian Keberadaan dan Kapasitas CSO/CBO serta Perikehidupan
Berkelanjutan Masyarakat Di Wilayah Papua Selatan dilakukan pada 4 Kabupaten
yaitu; Kabupaten Merauke, Mappi, Asmat dan Bouven Digoel pada 16 kampung.
Penentuan lokasi sasaran survei dilakukan dengan pertimbangan hal-hal sebagai
berikut: 1)Etnis dan karakteristik kehidupan sosial budaya masyarakat pada ke-4
kabupaten sangat berbeda dan tidak saling mewakili; 2)Perbedaan tingkat keberadaan,
perkembangan dan pertumbuhan CSO/CBO yang sangat berbeda; 3)Letak kampung
secara geografis (pesisir dan pedalaman) sehingga mewakili potensi sumberdaya alam
yang berbeda; 4) Letak dan akses transportasi (Kampung pinggiran kota
Kabupaten/Distrik dan daerah yang sulit dijangkau transportasi).
Pengumpulan data dan informasi tentang keberadaan dan kapasitas CSO/CBO
dilakukan di ke-4 Kabupaten melalui Inthep Interview orang-orang kunci, Diskusi dan
Wawancara dengan masyarakat dan Badan Pengurus kelembagaan serta FGD pada
kelompok-kelompok tertentu. Sedangkan pengumpulan data dan informasi tentang
perikehidupan masyarakat dilakukan Observasi dengan pendekatan PRA, Diskusi dan
wawancara dengan masyarakat pada ke 16 kampung. Pengumpulan data dan
informasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang keberadaan
dan kapasistas CSO/CBO serta kondisi kehidupan masyarakat saat ini sebagai dasar
acuan perencanaan pembangunan di wilayah Selatan Papua ke depan.
Hasil pelaksanaan survei secara umum dapat digambarkan keberadaan CSO/CBO
tidak merata, lebih banyak terpusat pada Kabupaten Merauke (Kabupaten Induk) dan
di ibukota ke-3 kabupaten pemekaran. Sebagian besar daerah kampung-kampung
khususnya pada ke-3 kabupaten pemekaran sama sekali belum terjangkau. Tingkat
kapasitas lembaga dan SDM personal khususnya NGO lokal masih sangat rendah,
sehingga sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan bagi masyarakat yang
dilakukan. Capaian hasil pengembangan program yang dilakukan CSO umumnya
belum memberikan manfaat bagi peningkatan keberlanjutan kehidupan pada
masyarakat kelompok sasaran. Pengembangan program yang dilakukan hasilnya
masih sebatas peningkatan motivasi dan pengembangan pemikiran kritis terhadap
kehidupan mereka. Ketidakberlanjutan pengembangan program yang dilakukan,
umumnya karena singkatnya waktu pendampingan dan perencanaan program yang
kurang sesuai dengan kondisi serta kebutuhan masyarakat maupun akses pasar.
Hampir seluruh masyarakat pada ke 16 melakukan dan mempertahankan kegiatan
usaha pemanfaatan sumber daya alam sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari. Kampung-kampung yang dekat dengan ibukota Kabupaten/Distrik di
Merauke lebih merasakan ketertekanan hidup secara ekonomi karena ketersediaan
sumber daya alam semakin terbatas dan tingkat kebutuhan semakin tinggi.
ii
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua. UNDP-ALMAMATER
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
Halaman Cover
Ringkasan
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
1
2
3
3
5
6
8
9
9
9
10
10
11
13
14
Kabupaten Mappi
.
a) Sejarah dan keadaan umum .
b) Budaya dan pola kehidupan .
c) Profil Kampung ..
Kampung Obaa
Kampung Muin..
Kampung Mur
.
Kampung Sumur Aman.
15
15
16
16
16
18
19
20
3. Kabupaten Asmat
.
a) Sejarah dan keadaan umum .
b) Budaya dan pola kehidupan .
c) Profil Kampung .
Kampung Syuru
.
Kampung Yamas
Kampung Erma
.
Kampung Buetkuar .
21
21
21
23
23
25
26
28
iii
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua. UNDP-ALMAMATER
30
30
30
31
31
32
33
34
5. Kesimpulan
36
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1)
2)
3)
4.
38
39
40
41.
iv
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua. UNDP-ALMAMATER
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keterlibatan organisasi masyarakat sipil (CSO/CBO) dalam memfasilitasi maupun
mendampingi masyarakat dalam proses pembangunan, merupakan bagian integral
dari upaya percepatan pembangunan di Papua. Untuk itu, dalam Papua Needs
Assessmentoleh UNDP (United Nation Development Programme) dilakukan Kajian
Keberadaan dan Kapasitas CSO/CBO dan Analisa Prikehidupan Berkelanjutan pada
Masyarakat. Pengkajian kapasitas Civil Society di seluruh Papua, dilaksanakan pada
empat wilayah yang mewakili ciri-ciri khas kultural dan ekologik yang sama yaitu;
Wilayah Papua Utara, Pegunungan Tengah, Teluk Cenderawasih dan Kepala Burung
serta Papua Selatan.
Pada wilayah Papua Selatan, pelaksanaan survey pengkajian kapasitas civil society
dilakukan bekerjasama dengan Yayasan Almamater Merauke. Kegiatan pengkajian
dilakukan pada 4 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Merauke, Mappi, Asmat dan
Bouven Digoel. serta di 16 lokasi kampung. Di tingkat Kabupaten, survey dilakukan
untuk mendapatkan data dan informasi tentang keberadaan dan kapasistas CSO/CBO
(LSM=Lembaga Swadaya Masyarakat dan KSM=Kelompok Sawadaya Masyarakat
LA=Lembaga Agama; LMA=Lembaga Musyawarah Adat;). Pada tingkat kampung,
kegiatan survey dilakukan untuk mendapatkan data dan gambaran tentang tingkat
prikehidupan berkelanjutan masyarakat.
Data dan informasi yang tercakup dalam laporan ini merupakan data primer yang
diperoleh melalui Diskusi/Wawancara, FGD, Inthep Interview dan observasi langsung
dengan pendekatan PRA. Pembahasan tentang keberadaan dan kapasitas CSO/CBO
merupakan kajian dari data dan informasi yang dikumpulkan dalam bentuk notulensi
FGD, Questioner Inthep Interview dan profil kelembagaan. Sedangkan pembahasan
tentang Prikehidupan Berkelanjutan Masyarakat merupakan kajian dari data dan
informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil kampung yang memuat tentang
sejarah kampung, budaya dan pola kehidupan sehari-hari, potensi sumberdaya alam
dan mata pencaharian, potensi SDM, akses kelembagaan dan aspirasi serta kebutuhan
masyarakat. (Profil kampung secara detail dimuat terpisah dalam laporan ini sebagai
dokumen tersendiri).
Tujuan dan Metodologi
Survei pengkajian keberadaan dan kapasitas CSO-CBO serta pengkajian prikehidupan
berkelanjutan masyarakat di Kampung pada wilayah Papua Selatan ini bertujuan
sebagai berikut:
Mengidentifikasi dan mendata keberadaan dan kapasitas CSO-CBO
sehubungan dengan pelayanan yang dilakukan dalam membangun kehidupan
masyarakat mencakup, bidang pengembangan program, wilayah sasaran dan
capaian hasil pelaksanaan program dan permasalahan.
Mengkaji kondisi dan perkembangan kehidupan sosial, budaya, potensi
sumberdaya (SDA dan SDM), kebutuhan dan permasalahan, serta menggali
aspirasi, persepsi dan pola pikir masyarakat tentang rencana pembangunan
bagi kehidupan mereka kedepan.
1
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Uraian Kegiatan
1. Pelatihan dan persiapan
2. Kord.dan pengumpulan
data di Kabupaten
3. Pelaksanaan survey
Di Kampung
4. Analisa data dan
penulisan Draf laporan
5. Lokakarya & penyerahan
laporan akhir
Desember
3
4
L
I
B
U
R
2
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
3
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Era tahun 1963-1979 setelah Pemerintah Indonesia masuk, pihak gereja Katholik
dan Protestan menyerahkan pengelolaan bidang pendidikan pada yayasan dibawah
lembaga gereja. Semua sekolah yang telah dibangun oleh Misionaris diserahkan
pengelolaannya pada YPPK (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katholik) dan
gereja Protestan pada YPK (Yayasan Pendidikan Kristen).
Pada tahun 1979 atas prakarsa beberapa tokoh gereja dan pemerhati masyarakat,
didirikan Yayasan Santo Antonius (Yasanto) yang mandiri diluar lembaga gereja
dan sepenuhnya melayani masyarakat. Selanjutnya diikuti berdirinya Yapsel
(Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan) dan Yayasan Mitra
Karya disponsori oleh WVI (Wahana Visi Indonesia). Tahun 1990-1998 berdiri
beberapa yayasan lokal antara lain Yatari (Yayasan Wanita Mandiri), Yasamer
(Yayasan Sabang Merauke), Yayasan Almamater (Alam Lestari Masyarakat Maju
dan Sejahtera), YWL (Yayasan Wasur Lestari) dan masuknya 2 NGO
Internasional yaitu WWF(World Wide Fund for Nature) dan WVI (Wahana Visi
Indonesia). Tahun 19992001, setelah masa reformasi dan meningkatnya
penularan HIV/Aids di Kabupaten Merauke, pertumbuhan yayasan berkembang
pesat mencapai 43 yayasan lokal dan ditambah 1 NGO Internasional
(MSF=Medecins Sans Frontieres).
LMA (Lembaga Musyawarah Adat) di wilayah Papua Selatan mulai terbentuk
pada tahun 1998-2002 yang difasilitasi Yayasan maupun lembaga Pemerintah.
Saat ini hampir seluruh suku dan sub suku telah memiliki struktur dan badan
kepengurusan kelembagaan adat.. Sedangkan Lembaga Agama Islam umumnya
terbentuk berdasarkan jumlah pemeluknya dan berkembang secara mandiri
Hasil pendataan survey yang dilakukan (Februari 2004), saat ini di Wilayah Papua
Selatan CSO (Yayasan dan KSM) yang aktif kurang lebih 24 lembaga. Aktif
dimaksudkan disini adalah memiliki kantor atau badan pengurus yang bisa
dihubungi dan diperoleh data tentang kelembagaannya.
Secara ringkas,
perkembangan CSO di wilayah Papua Selatan digambarkan dalam diagram adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan dan Perkembangan
CSO di Wilayah Selatan Papua
50
40
30
20
10
0
1963-1979 1979-1990 1990-1998 1998-2001
2004NGO-Lokal
NGO-Internasional
4
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Berdasarkan kajian hasil data profil lembaga, FGD dan Inthep Interview yang
dilakukan, penyebaran CSO (LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat dan KSM =
Kelompok Swadaya Masyarakat) pada ke-4 wilayah kabupaten terlihat bahwa
sebagian besar masih terpusat di kota Merauke dan sekitarnya. (Peta Penyebaran
CSO terlampir, peta-2).
Penyebaran Lembaga Agama (Katholik, Protestan dan Islam) pada ke 4 wilayah
kabupaten telah berkembang sampai ke kampung baik secara struktur maupun
operasional mengikuti perkembangan penganutnya.
Sedangkan LMA
penyebarannya telah mengikuti suku/etnis tetapi secara operasional masih terbatas
di Ibukota Kabupaten/Distrik. Peta penyebaran CBO/Lembaga Agama dan
Lembaga Masyarakat Adat terlampir, peta-3.
2. Kelembagaan dan Program Kerja
Pendataan kelembagaan dan program kerja khusus untuk Lembaga Agama
(Katholik, Protestan dan Islam) tidak dilakukan karena secara struktural maupun
operasional berjalan dengan program yang tetap yaitu pengembangan ajaran
agama pada penganutnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
disampaikan bahwa pengembangan program lain, peran Lembaga Agama lebih
bersifat mendampingi untuk mendekatkan pada umat sebagai kelompok sasaran.
Pengumpulan profil lembaga masyarakat sipil (CSO/CBO) pada ke-4 kabupaten
hanya dilakukan pada LSM< KSM dan LMA yang ada dan aktif. Hasil
pengumpulan data di rekap dalam table ringkasan yang memuat tentang nama
lembaga, status hukum, jumlah personal (dibedakan atas tingkat pendidikan dan
jenis kelamin), Bidang/program kerja dan cakupan wilayah sasaran. Ringkasan
data profil kelembagaan LSM/KSM dan LMA dari ke-4 wilayah kabupaten
(Lampiran 3).
Dari data profil kelembagaan berdasarkan cakupan daerah sasaran terlihat bahwa,
sebagian besar CSO masih terpusat di Kabupaten Merauke sebagai kabupaten
induk, sedangkan pada wilayah kabupaten pemekaran jumlahnya sangat terbatas.
Cakupan program sangat bervariatif dalam berbagai bidang pelayanan. Jumlah
dan tingkat pendidikan personal, pada masing-masing lembaga sangat bervariasi
juga. Berdasarkan jumlah dan tingkat pendidikan, terlihat bahwa perbedaan NGO
lokal dan NGO internasional sangat jelas, dimana pada NGO-Internasional jumlah
dan tingkat pendidikan personal dapat dikatakan memadai sedangkan pada NGO
lokal sebagian besar sangat terbatas.
Dari kajian data profil kelembagan yang dikumpulkan dan hasil FGD serta Inthep
interview yang dilakukan, keberadaan CSO (LSM dan KSM) berdasarkan
bidang/program kerja yang dilakukan pada ke-4 kabupaten dapat digambarkan
sebagai berikut:
5
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Pendidikan/SDM
Ekonom i
Kesehatan
Gender
Merauke
Mappi
Asm at
Bo.Digoel
Konservasi
6
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
7
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Sebagian besar NGO-lokal tidak memiliki funding tetap dan usaha produktif
sehingga sangat tergantung pada donatur.
Sebagian besar NGO-lokal memiliki kapasitas lembaga dan SDM staf yang
sangat terbatas sehingga sulit membangun komunikasi dengan Funding
Internasional.
8
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
9
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
10
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
11
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Mata pencaharian utama bagi masyarakat saat ini adalah memanfaatkan hasil
hutan dan kali sebagai sumber penghasilan yang dipasarkan melalui pedagang
keliling. Hasil alam yang saat ini merupakan sumber penghasilan adalah
penjualan anakan ikan arwana, batok kura-kura dan tanaman obat (cakar
ayam) harganya cukup tinggi tetapi sifatnya musiman.
Pengembangan kegiatan pertanian dan peternakan pada lahan pekarangan saat
ini masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan konsumtif. Makanan pokok
diperoleh dari menanam padi atau membeli beras dan sagu serta umbi-umbian
menjadi makanan tambahan. Sagu sudah semakin berkurang karena tidak
dipelihara, sehingga masyarakat sudah lebih banyak mengkonsumsi beras
yang mudah didapat. Pembinaan oleh NGO khususnya bidang pertanian dan
pelatihan keterampilan usaha telah dilakukan. Hasilnya, kegiatan usaha
seperti menanam padi, pisang dan umbi-umbian; sayur dan kacang-kacangan,
usaha peternakan khususnya ayam masih dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk pemenuhan konsumtif sehari-hari. Bantuan ternak sapi dari pemerintah
dan penanaman jambu mete tidak berhasil karena kurangnya pendampingan
oleh tenaga PPL. Sapi bantuan kebanyakan mati atau dipotong masyarakat
sedangkan lahan jambu mete terbakar pada musim kemarau.
Tingkat pendidikan masyarakat secara umum masih sangat rendah (tamat SD)
tetapi saat ini banyak generasi mudah sudah melanjut pendidikan ke tingkat
SLTP dan SLTA yang ada pada lokasi pemukiman transmigrasi. Pendidikan
ketrampilan yang dilakukan khusus pada kaum perempuan masih sangat
terbatas. Pelatihan pembuatan emping pernah dilakukan hasilnya cukup baik
usaha pembuatan emping masih dilakukan khususnya pada musim berbuah di
hutan. Keterampilan menjahit pada kelompok ibu-ibu juga pernah
dikembangkan tetapi tidak berjalan karena program tidak ditindak lanjuti
sampai masyarakat mandiri.
Kelembagaan kampung cukup aktif secara personal tetapi tidak produktif
dalam meningkatkan pembangunan kampung.
Lembaga lain seperti
puskesmas cukup aktif dan kegiatan belajar pada sekolah dasar berjalan lancar
karena kekurangan guru ditambah tenaga bantu dari masyarakat lokal yang
sudah tamat SLTA. Akses pasar sangat terbatas sehingga masyarakat hanya
mengharapkan pedagang keliling yang datang membeli hasil masyarakat.
Sumber air minum bagi masyarakat cukup tersedia berupa sumur yang dibuat
sendiri dan air kali terutama pada musim kemarau. Tetapi kualitasnya kurang
baik sehingga perlu ditingkatkan denganmembangun prasarana yang lebih
baik.
Aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang utama adalah pasar atau alat
transportasi yang khusus melayani masyarakat setempat. Pengembangan
program peningkatan hasil usaha pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
seperti ikan dan emping yang hasilnya semakin menurun. Pengembangan
program berupa rehabilitasi sagu dan budidaya sagu juga diharapkan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat yang sudah semakin hilang.
12
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Kampung Okaba;
merupakan pusat ibu kota Distrik didirikan oleh
pemerintah Belanda sejak tahun 1910. Saat ini, kampung Okaba merupakan
kampung yang tingkat heterogenitas penduduknya sangat tinggi. Jumlah
pendatang sudah lebih besar dari jumlah penduduk asli yang berasal dari suku
Marind-pantai. Jumlah penduduknya sebanyak 780 jiwa (82 KK) terdiri dari
laki-laki 534 dan perempuan 246, Akses transportasi dari kota kabupaten
(Merauke) bisa melalui darat dan laut. Melalui darat dengan kenderaan roda
dua melalui 2 kali penyebrangan (Sungai Kumbe dan Sungai Bian), kondisi
jalan kurang baik sehingga sulit dilalui pada musim hujan. Melalui laut
dengan kapal kayu yang jarak tempuh kurang lebih 1 malam dari Merauke.
Kondisi perumahan masyarakat setempat umumnya sangat sederhana terbuat
dari gaba-gaba dan atap daun sagu sangat berbeda dengan perumahan
pendatang.
Potensi sumber daya alam cukup banyak tetapi kondisinya mulai menurun
akibat pemanfaatan yang kurang terkendali. Hasil alam yang telah
dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber penghasilan keluarga adalah hasil
laut seperti jenis-jenis ikan yang memiliki nilai jual tinggi , udang, gelembung
dan sirip. Hasil rawa seperti ikan arwana yang dimanfaatkan secara musiman
dengan menjual anakan, harganya cukup tinggi. Hasil hutan berupa kayu
olahan telah banyak dilakukan sehingga hasilnya mulai menurun, hasil hutan
non kayu seperti binatang buruan (rusa, babi, kangguru) juga sudah mulai
terbatas.
Mata pencaharian utama masyarakat setempat adalah sebagai nelayan dan
mengelola hasil hutan yang laku dipasarkan, pembuatan kopra dan minyak
kelapa dari hasil kebun kelapa yang telah dikembangkan sejak zaman Belanda.
Makanan pokok adalah sagu, pisang dan umbi-umbian yang masih dipelihara
pada dusun-dusun tradisional yang dimiliki. Sedangkan konsumsi beras
sebagai makanan tambahan bila ada uang untuk membeli.
Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah terbatasnya pasar hasil
sumber daya alam karena hanya mengharapkan pedagang keliling yang
mengambil dengan harga cukup rendah. Pendapatan dari hasil laut menurun
karena meningkatnya persaingan dari nelayan luar yang memiliki perasarana
tangkap yang lebih baik. Hasil buruan juga menurun karena tingginya tingkat
perburuan liar yang dilakukan pendatang dari luar dengan menggunakan
senjata api. Pengembangan pembangunan bidang pertanian, peternakan
melalui bantuan pemerintah (Program IDT dan PPK) kurang berkembang
karena kurangnya pendampingan dilapangan.
Tingkat pendidikan masyarakat masih cukup rendah, rata-rata hanya tamat
SD. Keterampilan masyarakat juga sangat terbatas karena belum pernah ada
pelatihan keterampilan baik dari pemerintah maupun NGO-lokal. Masalah
utama bagi peningkatan pendidikan adalah kurangnya kesadaran orang tua
untuk menyekolahkan anaknya dan kurangnya biaya.
13
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
14
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
15
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
b) Budaya dan Pola Kehidupan; Umumnya masyarakat suku Yaghai dan Auyu
masih memegang teguh prinsip-prinsip adat dan dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kepemilikan hak ulayat sangat dihargai dan dijunjung
tinggi, bila terladi pelanggaran batas-batas akan menimbulkan konflik yang
besar dan berkepanjanagan.
Penjagaan hak ualayat adalah tugas dan
tanggung jawab yang telah dipercayakan leluhur masing-masing marga untuk
menjaga dan memelihara kelestarian alam. Alam (Bumi) ditempatkan sebagai
sumber yang kaya akan makanan sehingga harus dijaga supaya manusia tetap
hidup sejahtera. Secara budaya aturan-aturan adat dalam kehidupan seharihari seperti perkawinan, pringatan kematian dan membuka lahan baru masih
dipraktekkan. Secara sisitim kekerabatan dalam kampung, masyarakat diatur
oleh seorang kepala suku yang dipercaya dan bertugas memberi nasehat dan
mengawasi pelaksanaan aturan adat.
Pola kehidupan masyarakat tidak terlepas dari budaya dan hubungan yang erat
dengan alam sekitarnya. Usaha pemanfaatan sumber daya alam merupakan
salah satu cara yang dilakukan untuk mengawasi wilayah hak tanah adatnya.
Ketergantungan terhadap sumber daya alam dalam pandangan masyarakat
adalah suatu keterikatan yang kompleks baik secara fisik, spiritual dan
mentalitas. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari semuanya diambil dari alam
dengan sistim meramu dengan memperhatikan ketentuan atau norma adat
yang sudah digariskan. Untuk mengkaji lebih jauh tentang Prikehidupan
Berkelanjutan masyarakat suku Yaghai dilakukan survei pada 4 lokasi
kampung yang berbeda berdasarkan letak kampung (pesisir dan daerah
pedalaman), jarak dan akses dengan pusat keramaian (ibu kota kabupaten atau
Distrik). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka lokasi survei ditentukan
pada empat lokasi kampung yaitu, Obaa, Muin, Mur dan Sumur Aman. Hasil
kajian prikehidupan berkelanjutan pada masing-masing kampung dijabarkan
sebagai berikut:
c) Profil Kampung;
Kampung Obaa; didirikan pada tahun 1937 oleh Misionaris (Katholik) yang
datang mengajarkan ajaran agama dan membuka pendidikan formal maupun
nonformal. Disamping itu juga mengajarkan keterampilan pada masyarakat
terutama bertani. Kampung Obaa berjarak 15 Km dari kota Kabupaten dan
dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau memakai kenderaan roda dua.
Secara umum wilayah kampung merupakan daerah rawa dan lahan gambut,
tipe hutannya merupakan hutan hujan tripis yang sangat kaya dengan berbagai
keragaman habitat. Perumahan masyarakat dibuat dengan bahan-bahan lokal
yang ada, konstruksi kayu dengan dinding gaba-gaba dan beratap daun sagu.
Sumber air minum sangat terbatas khusunya pada musim kemarau karena
sarana prasarana air bersih sama sekali tidak ada.
Potensi sumber daya alam masih cukup berlimpah terutama potensi hasil hutan
berupa kayu pertukangan yang memiliki nilai jual tinggi (kayu besi, kayu cina,
linggua,bintanggur, mersawa dan lain-lain).
16
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Pemanfaatan kayu sudah sangat terbatas untuk tujuan komersial karena HPH
sebagai pembeli kayu hasil tebangan rakyat sudah ditutup. Hasil hutan non
kayu juga cukup banyak seperti damar, kulit lawang dan masoi tetapi sampai
sejauh ini belum dimanfaatkan karena tidak ada pasaran dan keterampilan
masyarakat terbatas. Hasil kali berupa ikan, udang dan lain-lain dimanfaatkan
hanya untuk kebutuhan konsumtif karena tidak ada pemasaran.
Mata pencaharian masyarakat saat ini sangat tergantung dari penjualan hasil
pertanian berupa sayur dan buah-buahan tapi sangat terbatas karena kurangnya
tempat pemasaran. Potensi pertanian lain yaitu berupa kebun karet yang
dibiarkan menjadi hutan karena PT. Yudefo yang tadinya mengelola karet
sudah tutup. Rendahnya penghasilan masyarakat dari menjual hasil pertanian
mendorong masyarakat untuk menjual kayu dengan meminta bantuan pihak
gereja untuk diolah menjadi balok atau papan. Hasilnya tidak memuaskan
masyarakat karena pihak gereja tidak punya dana untuk membayar tunai jadi
harus menunggu kayu laku dijual.
Kebutuhan makanan pokok masih sangat cukup karena dusun sagu masih baik
dan pisang atau umbi-umbian yang ditanam hasilnya tidak habis dimakan.
Permasalahan utama akibat rendahnya pendapatan adalah pemenuhan
kebutuhan konsumtif terhadap barang yang harus dibeli tidak terpenuhi.
Bantuan usaha pengembangan ekonomi tidak pernah ada baik adari
pemerintah maupun NGO, baik dalam bentuk barang maupun pelatihanpelatihan.
Tingkat pendidikan masyarakat umumnya masih sangat rendah, sebagian
besar hanya taman SD dan sedikit orang yang tamat SMP. Khususnya
perempuan tingkat pendidikannya lebih rendah dari kaum laki-laki dan banyak
yang tidak sekolah. Ada anggapan dalam masyarakat bahwa kaum perempuan
harus lebih rendah pedidikannya dari kaum laki-laki. Untuk mengatasi
rendahnya pendidikan anak, pihak Misionaris menerapkan pola asrama bagi
anak yang melanjut ke SLTP atau SLTA di kota Kabupaten. Kendala utama
adalah pihak orang tua tidak mampu membiaya anaknya di asrama sementara
pihak gerja juga tidak memiliki dana khusus untuk membiaya anak sekolah.
Keterampilan masyarakat juga sangat rendah karena belum adanya perhatian
pihak pemerintah maupun NGO khususnya dalam upaya peningkatan SDM
masyarakat.
Akses kelembagaan pemerintah pada kampung Obaa masih sangat terbatas,
walaupun dekat dengan ibukota Kabupaten. Akses pendidikan berupa SD,
SMP berjalan baik dan lancar semuanya dari YPPK (Yayasan Pendidikan
Persekolahan Katholik), fasilitas/sarana serta guru ada dan cukup memadai..
Akses kesehatan hanya ada di ibu kota Kabupaten dan kesadaran masyarakat
berobat juga masih sangat terbatas.
Umumnya masyarakat masih
menggunakan obat-obat tradisional dan jasa dukun kampung. Kegiatan geraja
sangat aktif baik dalam pelayanan agama maupun pelayanan organisasi.
17
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Aspirasi dan kebutuhan mendesak bagi masyarakat adalah akses pasar yang
dekat dengan kampung atau transportasi udara, kapal dan darat yang baik
sehingga hasil-hasil dapat dipasarkan keluar; sarana prasarana air bersih;
bangunan perumahan rakyat, sekolah-sekolah keterampilan (pertukangan) dan
penyuluhan berbagai bidang terutama HIV/Aids baik dari pemerintah maupun
yayasan.
Kampung Muin; didirikan pada tahun 1920 oleh masyarakat yang berpindah
dalam rombongan besar.
Masuknya Misionaris (Katholik) merubah
masyarakat dari mengayau menjadi percaya Tuhan dan tinggal menetap.
Selain ajaran agama juga dibuka sekolah dan diajarkan keterampilan pertanian
pada masyarakat. Pemerintah masuk pada tahun 1970 membentuk desa dan
membangun sekolah-sekolah. Pada tahun 1978 melalui bantuan Bangdes
(pembangunan desa) masyarakat mendapatkan alat-alat pertanian dan bibitbibit tanaman.
Jarak kampung ke ibu kota kabupaten sekitar 20 Km dapat ditempuh dengan
jalan darat menggunakan kenderaan roda dua, sedangkan ke Distrik harus
melalui rawa dengan menggunakan perahu dayung. Secara umum wilayah
kampung merupakan daerah rawa dan lahan gambut, tipe hutannya merupakan
hutan hujan tripis yang sangat kaya dengan berbagai keragaman habitat.
Perumahan masyarakat dibuat dengan bahan-bahan lokal yang ada, konstruksi
kayu dengan dinding gaba-gana dan beratap daun sagu. Sumber air bersih
diperoleh dari galian di pinggir rawa yang tergenang bila musim hujan dan
musim kering rasanya agak payau.
Potensi sumber daya alam masih cukup berlimpah terutama potensi hasil hutan
berupa kayu pertukangan yang memiliki nilai jual tinggi (kayu besi, kayu cina,
linggua,bintanggur, mersawa dan lain-lain). Pemanfaatan kayu dilakukan
sebatas pemenuhan kebutuhan dan dijual pada pasaran lokal. Hasil hutan non
kayu juga cukup banyak seperti damar, kulit lawang dan masoi tetapi belum
dimanfaatkan. Hasil kali berupa ikan, udang dan lain-lain dimanfaatkan hanya
untuk kebutuhan konsumtif karena tidak ada pemasaran.
Mata pencaharian utama masyarakat adalah memanfaatkan hasil hutan dan
hasil pertanian yang dijual di pasar lokal (Ibu kota Kabupaten). Hasil yang
dipasarkan sangat terbatas karena tidak ada pedagang sehingga penghasilan
masyarakat sangat rendah. Rendahnya penghasilan masyarakat mengakibatkan
pemenuhan kebutuhan konsumtif sehari-hari dalam keluarga kurang terpenuhi.
Kebutuhan makanan pokok masih sangat cukup karena dusun sagu masih baik
dan pisang atau umbi-umbian yang ditanam hasilnya tidak habis dimakan.
Pembangunan ekonomi masyarakat oleh pemerintah maupun yayasan belum
pernah ada.
18
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
19
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
20
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
21
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
22
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
C. Profil Kampung
Kampung Syuru; didirikan oleh masyarakat rumpun Bismam atas inisitif
sendiri untuk menghindari perselisihan karena masalah perempuan yang sering
terjadi akibat perang antar sub suku. Kampung Syuru berdekatan dengan
Ibukota Distrik/Ibukota Kabupaten (Agats) yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki 10 15 menit melalui jalan jembatan kayu. Jumlah
penduduknya sebanyak 237 KK dengan ratio jumlah laki-laki sebanyak 614
jiwa dan perempuan sebanyak 607 jiwa. Kondisi perumahan masyarakat pada
umumnya sederhana terbuat dari kayu buah, berdinding gaba-gaba/kulit
papan, beratap rumbia dan sebagian sudah rusak berat, di dalam satu rumah
biasanya dihuni lebih dari satu keluarga.
Potensi sumberdaya alam berupa hasil hutan terutama kayu bahan bangunan
(Kayu besi, kayu Merah) yang sudah berkurang akibat pemanfaatan yang
berlebihan. Hasil hutan non kayu berupa binatang buruan (babi, kasuari dan
buaya) dimanfaatkan untuk dikonsumtif sendiri dan dijual bila ada pembeli.
Potensi sumber daya laut masih sangat kaya seperti jenis-jenis ikan, kepiting
dan udang dimanfaatkan terbatas konsumtif dan dijual di pasar lokal. Makanan
pokok adalah sagu yang diperoleh dari dusun alam warisan generasi
sebelumnya dan pisang serta umbi-umbian yang dikelola secara pertanian
tradisional pada wilayah dusun.
Mata pencaharian utama masyarakat adalah menjual kayu dan hasil laut (ikan
kepiting, udang dan lain-lain) serta hasil ukiran. Pendapatan dari hasil usaha
ekonomi yang dilakukan sangat terbatas karena kurangnya pemasaran, yang
ada hanya pasaran lokal. Pengembangan usaha pertanian sulit dilakukan
karena tidak tersedianya lahan kering.
Untuk kebutuhan konsumtif,
masyarakat menanam dibak-bak papan atau perahu bekas dengan mengambil
tanah dari hutan. Hasilnya kurang memuaskan karena pertumbuhan tanaman
kurang baik.
Program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah maupun NGO khususnya
tentang pengembangan usaha ekonomi baik hasil laut maupun pertanian belum
ada. Bantuan pengembangan usaha ekonomi dan pembinaan langsung pada
masyarakat baru dilakukan oleh Yayasan Almamater. Pengembangan peogram
dan pembinaan terbatas pada pemberian bantuan dana sebesar 14 juta sebagai
modal usaha ukiran dengan pola pengembangan sanggar serta pelatihan
manajemen usaha dan keuangan bagi anggota pengurus sanggar.
Tingkat pedidikan masyarakat juga masih sangat rendah, motivasi orang tua
menyekolahkan anak pada tingkat lanjut sangat rendah dan kurangnya
dukungan biaya. Keterampilan masyarakat dalam pengembangan kegiatan
usaha masih sangat terbatas karena kurangnya perhatian pemerintah maupun
NGO. Pelatihan peningkatan SDM telah dilakukan khususnya pada kaum
perempuan melalui program PKK dan Akat Cepes tetapi tidak ditindak lanjuti
dalam bentuk kegiatan operasinal dilapangan sehingga tidak berkembang.
23
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
24
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
25
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
dari hasil alam yang ada. Kebutuhan barang-barang konsumtif luar meningkat
setelah masyarakat mendapatkan penghasilan sewaktu adanya HPH. Untuk
meningkatkan penghasilan, sebagian masyarakat bekeja pada proyek
pembangunan di Kabupaten karena sejak ada HPH masyarakat sudah dilatih
tentang pertukangan.
Tingkat pendidikan masyarakat juga masih sangat rendah umumnya hanya
tamat SD dan saat ini generasi usia sekolah juga hanya terbatas sampai SD
karena untuk melanjut pada daerah lain tidak ada dukungan biaya.
Keterampilan masyarakat juga masih sangat rendah karena belum banyak
kegiatan pelatihan keterampilan oleh Pemerintah maupun NGO, ada tetapi
tidak berkelanjutan. Kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan adalah
keterampilan pertukangan. (HPH Bina Desa) dan Keterampilan Manajemen
organisasi dan Rumah Tangga, Kerajinan Anyaman dan Pertanian (WKRI
cabang Agats). Hasilnya belum memberikan dampak bagi perubahan
ekonomi masyarakat karena tidak ada kelanjutannya.
Kelembagaan pemerintahan kampung aparatnya cukup aktif tetapi tidak
ditunjang dengan bantuan dana operasional dan bantuan proyek-proyek
pembangunan dari Distrik maupun Kabupaten. Lembaga pendidikan berupa
SD berjalan aktif karena guru sudah ada dan menetap dikampung walaupun
jumlahnya tidak mencukupi. Pelayanan kesehatan juga aktif, sarana Pustu
(Puskesmas Pembantu) dan tenaga medis (Bidan) tetapi kesadaran dan biaya
berobat rendah. Lembaga adat (Lembaga musyawarah adat asmat) di
kampung Yamas diwakili oleh Lembaga adat rumpun Joerat yang aktifitasnya
cukup berjalan dengan baik tetapi tidak ditunjang dengan dana oprasional
yang memadai.
Aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang mendesak adalah sarana transportasi
umum berupa taksi air, bak penampung air hujan, perbaikan sarana jalan
jembatan dalam kampung, perbaikan dan peningkatan sarana/prasarana
sekolah dan Pustu serta perumahan masyarakat.
Masyarakat juga
mengharapkan adanya perhatian pemerintah maupun NGO untuk
meningkatkan kegiatan perekonomian (khususnya program pengembangan
produktifitas usaha pengelolaan sumberdaya alam) dan SDM masyarakat
melalui pelatihan-pelatihan dan pembinaan yang baik.
Kampung Erma; masyarakat berasal dari rumpun Kenok dengan inisiatif
sendiri mendirikan kampung Erma sejak tahun 1930an yang dipelopori oleh
dua keluarga yaitu Windepok dan Tenemu. Kampung Erma ke Pusat Distrik
hanya dipisahkan oleh sungai Pii, dapat ditempuh dengan perahu dayung
selama 5-10 menit, sedangkan ke Ibukota Kabupaten (Agats) dapat
ditempuh dengan menggunakan speedboat/longboat yang ditempuh selama
1,5 2,5 jam. Kondisi fisik geografis daerah umumnya tanah rawa gambut
yang terendam terutama pada musim hujan. Jumlah penduduk sebanyak 572
KK, laki-laki sebanyak 783 jiwa dan perempuan sebanyak 739 jiwa. Sarana
26
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
dan prasarana umum berupa jalan/jembatan dalam kampung sudah rusak dan
masih diperbaiki (bantuan Pemerintah)
Sumber air bersih selain
mengandalkan air hujan, masyarakat juga memanfaatkan air sungai Pii.
Kondisi perumahan masyarakat pada umumnya terbuat dari kayu buah,
berdinding gaba-gaba/kulit kayu, beratap rumbia dan sebagian sudah rusak, di
dalam satu rumah biasanya dihuni lebih dari satu keluarga.
Potensi sumber daya alam berupa hasil hutan maupun hasil kali masih cukup
banyak tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal karena tidak ada pasar.
Makanan pokok adalah sagu yang diambil dari dusun-dusun alam warisan
generasi sebelumnya. Makanan tambahan berupa pisang dan umbi-umbian
yang ditanam didusun secara tradisional dan dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan konsumtif sehari-hari.
Hasil hutan non kayu seperti binatang
buruan (babi, kuskus dan burung) dimanfaatkan hanya untuk konsumtif atau
dijual bila ada pedagang yang beli. Hasil sumberdaya perairan sangat terbatas
berupa udang dan ikan duri dimanfaatkan hanya untuk kebutuhan konsumtif
dan dijual bila hasilnya cukup. Motivasi masyarakat untuk melakukan
kegiatan pertanian cukup tinggi tetapi keterampilan dan bibit yang dimiliki
sangat terbatas. Beberapa keluarga telah mencoba menanam tanaman buahbuahan seperti sukun, nangka dan salak tetapi belum produktif.
Tingkat pendidikan sangat rendah masih banyak masyarakat yang tidak tahu
baca tulis. Sebagian besar generasi muda hanya sampai tamat SD karena mau
melanjut tidak ada biaya. Keterampilan masyarakat sangat rendah, program
peningkatan keterampilan masyarakat dari Pemerintah maupun NGO belum
pernah ada. Khususnya kaum perempuan, keterampilan dan wawasannya
sangat rendah sehingga dalam setiap pertemuan umum tidak ada perempuan
yang mau ikut dan terlibat.
Kelembagaan pemerintahan kampung aparatnya cukup aktif dalam melayani
masyarakat maupun memfasilitasi tamu yang datang, tetapi tidak ditunjang
dengan bantuan dana operasional sehingga pembangunan kampung tidak
berkembang. Lembaga pendidikan berupa SD tidak berjalan karena tidak ada
guru dan terbatasnya sarana prasarana. Pelayanan kesehatan di kampung tidak
ada tetapi masyarakat diharapkan ke ibukota Distrik yang jaraknya tidak jauh.
Lembaga adat (Lembaga musyawarah adat asmat) di kampung Erma diwakili
oleh FAR (Forum Adat Rumpun) Kenok, aktifitasnya cukup berjalan terutama
dalam menyelesaikan masalah-maslah yang berhubungan dengan budaya dan
aturan adat dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan PPL Kehutanan sangat
membantu masyarakat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
alam hutan, karena petugas tersebut melayani, membantu, membina dan
mendampingi masyarakat dengan baik serta telah menyatu dengan kehidupan
masyarakat pada semua kampung di Distrik Sawaerma.
27
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
28
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
29
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
30
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
31
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
32
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
33
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
34
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
35
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
5.
Kesimpulan
Kajian Prikehidupan Berkelanjutan pada masyarakat berdasarkan hasil survei
yang dilakukan pada ke-4 Kabupaten di 16 kampung adalah sebagai berikut:
Bersarkan hasil studi, secara umum dapat disimpulkan bahwa pada semua
kampung tingkat pendidikan dan motivasi sekolah masih sangat rendah juga
didorong oleh kurangnya dukungan biaya bagi aspek pendidikan.
Pada seluruh kampung rata-rata akses sumber air bersih, akses transportasi,
akses pasar, penerangan/listrik, pelayanan kesehatan khususnya bagi ibu dan
anak masih sangat kurang memadai.
Sebagian besar ketersediaan sumber daya alam masih cukup tinggi tetapi
tidak dikelola secara baik sebagai sumber ekonomi produktif karena
rendahnya pengetahuan, keterampilan dan akses pasar serta kurangnya
perhatian pemerintah maupun NGO yang ada.
36
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Di Kabupaten Mappi, Asmat dan Bouven Digul tidak terlalu berbeda antar
ke empat kampung karena potensi sumber daya alamnya masih tersedia
walaupun sudah menurun sehingga masih mencukupi untuk pemenuhan
kebutuhan konsumtif pangan sehari-hari. Pergeseran pola kehidupan
masyarakat khususnya konsumtif kebutuhan skunder akan barang-barang
luar tidak terlalu mendominasi kehidupan sehari-hari sehingga dibeli bila
ada uang saja.
37
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Lampiran Peta 1.
Kab. Mimika
Dist.
Akat
KAB. ASMAT
Dist.
Bomakia
KAB MAPPI
KAB.BOVEN
DIGOEL
P
N
G
Dist.
Midiptana
KAB. MERAUKE
:
:
:
:
:
Batas Negara
Batas Kabupaten
Batas Distrik
Sungai
Lokasi Survei
38
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Lampiran Peta 2.
Kab. Mimika
Dist.
Akat
KAB. ASMAT
Dist.
Bomakia
KAB MAPPI
P
N
G
KAB.BOVEN
DIGOEL
Dist.
Midiptana
KAB. MERAUKE
:
:
:
:
:
Batas Negara
Batas Kabupaten
Batas Distrik
Sungai
Lokasi Survei
: Katholik
: Protestan
: Islam
: LMA
39
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Persebaran
Persebaran Lembaga
Lembaga CSO
CSO di
di Wilayah
Wilayah Selatan
Selatan Papua
Papua..
Lampiran
Lampiran Peta
Peta 3.
3.
23
23
22
22
24
24
23
23
Kab.
Kab. Mimika
Mimika
24
24
20
20
N
N
23
23
23
23
11
17
21
21
23
23
17
17
Dist.
Dist.
Akat
Akat
KAB. ASMAT
22
22
17
17
15
15
10
10
16
16
23
23
23
23
13
13
19
19
18
18
Dist.
Bomakia
15
15
KAB
KAB MAPPI
MAPPI
11
13
13
23
23
15
15
11
P
P
N
N
G
G
15
15
10
10
KAB.BOVEN
KAB.BOVEN
DIGOEL
DIGOEL
Dist.
Dist.
Midiptana
Midiptana
KAB.
KAB. MERAUKE
MERAUKE
17
17
13
13
15
15
44
66
10
10
11
11
17
17
16
16
88
55
77
99
12
12
22
33
14
14
:
:
:
:
Batas Negara
Batas Kabupaten
Batas Distrik
Sungai
1 : Yasanto
2 : YWL
3 : Yatari
4 : Y.Aesculap
5 : Y. ABBA
6 : Yamikari
7 : Yamapan
8 : Y.Anim Ha
9 : KK.Jamper
10 : YPPK
21 : KOMPAD
12 : MSF
22 : YPPGI
13 : YPK
23 : YPPK
14 : PP-DDI
24 : YKPA
15 : WVI
16 : WWF
17 : Y.Almamater
18 : YAPIS
19 : YPMA
20 : AKAT CEPES
11 : YAPEPA
40
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
11
Lampiran 4.
No
1
Nama Lembaga
Status Hukum
Berbadan
Hukum
Yayasan
Aesculap
Merauke
Jlk. Missi No. 15
Yayasan ABBA,
Jl. Missi No. 17
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Jml Staff
Pendidikan
110 orang.
S2: L; 4 P, 1
S1; L, 48- P,18
D3; L,9-P,2; D2;
5L
SMA; L,7-P11
SMP; L,2; SD;
2L,1P
5 orang.
S1; P, 3
SMA: L, 1
9 orang
S1; L,2-P,1;
SMA; L,2-P,1
SMP; P,1; SD;
P,2
17 orang
S1; L,8 P,3
SMA; L,3 P,3
5 orang
S1;L,1-P,2;
SMA; P,1
SMP; P,1
2 orang
S1; L,1
Bidang Program
1. Pendidikan
2. Sosial Ekonomi
3. Kesehatan
Daerah Sasaran
1. Merauke
2. Merauke,
Mappi, Boven
digul, Asmat
3. Merauke
Keterangan
1)1980Skrg
2)1987Skrg
3)1997-Skrg
1. Pemgemb SDM
2. Pengelolaan SDA dan
konservasi
3. Pengb.Ekonomi Masy
1. Pendidikan
2. Ekonomi
3. Kesehatan
1. Kesehatan
2. Kesejateraan Masy.
Kab. Merauke
2003
Skrg
1. Kesehatan
2. Pendidikan
Kab. Merauke
1. 2002- skrg
2. 2004- skrg
1. Pembenahan struktur
Orgn. kelembagaan
Kab. Merauke
41
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
10
11
Yamikari (Yayasan
MitraKarya Mandiri)
Jl.Pompa Air Minum
Muli No. 7
Yamapan=Yayasan
Matahari Kehidupan
Jln. At-Taqwa/
Seringgu- Merauke
Yayasan Anim Ha
Jl. Biak No. 40
Berbadan
Hukum
Kelompok Kreatif
JAMPER
Jl. Myr.Wiratno
No.15
YPPK (Yay.Pend
Persekolahan
Khatolik
Jl. Missi No. 2
Yamikari (Yayasan
MitraKarya Mandiri)
Jl.Pompa Air Minum
Muli No. 7
Yamapan=Yayasan
Matahari Kehidupan
Jln. At-Taqwa/
Seringgu- Merauke
Belum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
SMA: L,1
2.Penertiban hak-hak
dasar masyarakat.
13 orang
S1; L,2 P,2
SMA;L,4 P,2
SMP;L,2 - P,1
8 orang
S1; L,3 P,2
D3; L,1
SMA;L,1 P,1
4 Orang
S1; L,1 P,1
SMA L,1 P,1
11 Orang
SMA; L,6 P,1
SMP; L,2 ; SD;
L.2
7 Orang
S1; L,2 - P,2
SMA; L,1 P,2
1. Kesehatan
Kab. Merauke
1. Kesehatan
2. Pendidikan
3. Ek. Kerakyatan
4. Lingkungan hidup
1. Pendidikan
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Sebagian
belum
Terlaksana.
1. Media KIE
2. Sarana Kes
3. Bina Generasi muda
di luar sekolah.
1. Pendidikan
Kab. Merauke
2002
sekarang
1974 - skrg
13 orang
S1; L,2 P,2
SMA;L,4 P,2
SMP;L,2 - P,1
8 orang
S1; L,3 P,2
D3; L,1
SMA;L,1 P,1
1. Kesehatan
1. Kab. Merauke
2. Kab Mappi
3. Kab Boven
Digoel
Kab. Merauke
1. Kesehatan
2. Pendidikan
3. Ek. Kerakyatan
4. Lingkungan hidup
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Kab. Merauke
Sebagian
belum
Terlaksana.
2001-sekarang
42
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Yayasan Anim Ha
Jl. Biak No. 40
Berbadan
Hukum
10
Kelompok Kreatif
JAMPER
Jl. Myr.Wiratno
No.15
YPPK (Yay.Pend
Persekolahan
Khatolik
Jl. Missi No. 2
YAPEPA (Yayasan
.Peduli
Perempuan
dan Anak)
Jl. Mangga Dua
MSF (Medecins Sant
Frontieres)
Dokter Lintas Batas
Jl. R.Mandala
No 102
Belum
Berbadan
Hukum
11
12
13
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
4 Orang
S1; L,1 P,1
SMA L,1 P,1
11 Orang
SMA; L,6 P,1
SMP; L,2 ; SD;
L.2
7 Orang
S1; L,2 - P,2
SMA; L,1 P,2
1. Pendidikan
Kab. Merauke
2001-sekarang
1. Media KIE
2. Sarana Kes
3. Bina Generasi muda
di luar sekolah.
1. Pendidikan
Kab. Merauke
2002
sekarang
1974 - skrg
15 Orang
S1; L,2 P,6
SMA;L,4 P,2
SLTP; P,1
30 Orang
S1; L,4 P,2
D3; L,3, - P,3
SMA; L,7 P,2
SMEA;
L,2;
STM; L2
SLTP;P,1
SD; L,1 - P,3
1. Kes. Reproduksi
2. Kes. Ibu dan Anak
3. PKM
1. Kab. Merauke
2. Kab Mappi
3. Kab Boven
Digoel
1. Kab. Merauke
1. Kab. Merauke
2001 - skrg
1. Kab. Merauke
2. Kab. Mappi
3. Kab. Boven
Digoel
1. Kab. Merauke
14
YPK (Yayasan
Berbadan
Pendidikan Kristen) Hukum
PSW ,Jl. Brawijaya
4 Orang
D1; L,1
SMA L,1 P,2
1. Pendidikan
15
Pondok
Pesantren Berbadan
Darud Dawah Wal
Hukum
Irsyad (PP-DDI)
27 Orang
S1; L,7 P,8
SMA; L,9 P,3
1. Pendidikan Keagama
an dan Pend Umum
1998 - skrg
43
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
Lampu Satu-Mrk.
WVI=Wahana Visi
Indonesia,
Jl. Brawijaya
Berbadan
Hukum
17
Berbadan
Hukum
18
ALMAMATER
(Yayasan Alam Les
tari Masy. Maju dan
Sejahtera)
Jl. Brawijaya No.13
YAPIS (Yayasan
Pendidikan Islam)
Tana Merah
YPMA(Yayasan
Pengb. Masy. Adat
Tana Merah
LMA Suku Wambon
Mindiptana
Berbadan
Hukum
dalam proses
16
19
20
21
22
23
Berbadan
Hukum
Berbadan
Hukum
Dalam Proses
Dalam proses
39 Orang
S1; L,16 - P,9
D3; L,3 p,2
SMA; L,6 P,3
7 Orang
S1; L,4 - P,2
SMA; L,1
16 Orang
S1; L,6 P,2
SMA; L,4 P,2
SMP; L,1, - P,1
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pengembangan
Masyarakat
1.Kehutanan
2.Air bersih
1. Kab. Merauke
2. Kab. Boven
Digoel
3. Kab Asmat
Kab.Merauke.
Kab.Boven digoel
1. Pertanian
2. Konservasi dan
Pengeloaan SDA
3. Kesehatan Masy.
4. Gender
1. Pendidikan
1. Kab. Merauke
2. Kab Asmat
3 Orang
S1; L,1; SMA;
L,2
1. Perekonomian
10 Orang
SMA; L,8 P,2
2. Gender 3. Sosek
4. Pendidikan SDM
1.Pembenahan str.Org.
5 orang
SMA; L,5
2 .Penertiban hak-hak
dasar masy.
Memelihara dan
6 orang
SD :L, 6 orang
melestarikan budaya
1.Penguatan Masy. adat
102 0rang
S1; L,2 ; SMA; 2.Penglolaan
L,10
3.Pengawasan tanah adat
SLTP;L,30 ; SD;
L,60
1. Tanah Merah
1. Boven Digoel
1. Boven Digoel
1.Kab. Mappi
Seluruh wilayah
Adat Asmat
(12 FAR)
Diprakarsai
1995-1999 dan
di kukuhkan
tahun 2000
44
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
24
AKATCEPES
(Perempuan Sejati)
Dalam proses
25
KOMPAD (komisi
penanggulangan
HIV/AIDS Distrik)
YPPGI(Yayasan
pendidikan dan
persekolahan gereja
indonesia).
Jaringan
Forum
26
Berbadan
Hukum/
disamakan
27
YPPK(Yay.
Pend. Berbadan
dan
Persekolahan Hukum/
katolik).
disamakan
28
Berbadan
Hukum
32 Orang
S1; L, 3 P, 3
SMA; L,3 P,7
SLTP; L, 3 P,7
SD; L, 3 P,3
9 Orang
S1; L,7 P,2
1.GENDER
2.Manajemen org. dan
usaha Permp. Asmat
3.Manajemen ERT
4.Gizi Ibu & anak
1.KIE (Komunikasi,
infoemasi & Edukasi)
Kabupaten Asmat
Didirikan pada
Tahun 2000
Kabupaten Asmat
Didirikan pada
tahun 2002
64 Orang
DIII; L,4; SMA;
L,10
SLTP; L,30 P,1
SD; L, 16 P,3
9 Orang
S1; L,6 ; SLTP;
L,3
SD; L,1.
22 Orang
S1; L, 1;
SMA;L,10 P,9
SLTP;L,1;
SD;L,1
1.Pendidikan Formal
SD.
Didirikan sejak
tahun 1973.
1.Pendidikan Formal
TK/SD/SLTP
Kabupaten Asmat
( 7 Distrik)
Didirikan sejak
tahun 1956
TK/SMU
.Kesehatan dan Sos.Bud
idirikan sejak
tahun 1987
45
Kajian Masyarakat Sipil di Selatan Papua UNDP-ALMAMATER
KEADAAN UMUM
Kabupaten Boven Digoel, adalah salah satu kabupaten pemekaran di
wilayah selatan Papua yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Merauke
sejak tahun 2002 dengan Ibu kota Kabupaten adalah Tanah Merah. Wilayah
pemekaran Boven Digoel memiliki luas kurang lebih 26.439 Km dengan
jumlah penduduk 40.057 jiwa yang terdiri dari 6 Distrik yaitu Dsitrik
Mandobo, Mindiptanah, Jair, Waropko, Kouh dan Bomakia dengan 87
Kampung.
Secara Administrasi wilayah Kabupaten Boven Digoel terletak pada
107 107.40 Bujur Timur dan 6 - 6.20 Lintang Selatan dengan
berbatasan:
1.
2.
3.
4.
sumberdaya alam berupa sagu sudah mulai berkurang dan juga telah
berubahnya pola kehidupan masyarakat yang mengarah pada kehidupan lebih
modern.
Batas-batas atas tanah menjadi isu strategis di Kampung Kampung,
dimana secara administratif luas tanah yang ada di Kampung cukup besar,
namun kenyataannya sebagian dari tanah-tanah tersebut masih diklaim
sebagai tanah adat dan penyelesaiannya atas status tanah-tanah tersebut
sampai saat ini belum dituntaskan. Lembaga Adat sebagai persentatif dari
perwakilan suku belum maksimal menanganinya. Hal ini akan menjadi rumit
jika Pihak Pemerintah dan Pihak LMA tidak serius menanganinya.
Berdasarkan Survey pada 4 kampung di Kabupaten Boven Digoel maka
diperoleh profil, yang meliputi sejarah dan keadaan umum kampung, potensi
Sumber Daya Alam dan Mata Pencaharian, sumber daya manusia, akses
kelembagaan serta aspirasi dan kebutuhan. Adapun penentuan Kampung
adalah berdasarkan pada :
1. Letak Geografis dan akses transportasi yaitu wilayah dekat Kabupaten
dan Wilayah Jauh dari kabupaten ( Kampung Sokanggo, Kampung
Mawan dan Kampung
2. Wilayah yang merupakan daerah sasaran Korindo dan daerah yang
bukan areal Kawasan Korindo ( Kampung Sokanggo, Kampung Mawan
dan Kampung Tinggam)
3. Wilayah dengan keragaman Eknis dan homogenitas sehingga mewakili
kampung campuran dan kampung asli (kampung Sokanggo penduduk
Campuran dan Mawan homogen)
Berikut ini adalah Profil 4 kampung yaitu Distrik Mandobo (2 kampung
yaitu : Kampung Sokanggo dan Mawan) dan Distrik Mindiptanah (2 kampung
yaitu Kampung Awyanka dan Kampung Tinggam) di Kabupaten Boven Digoel
yang menjadi lokasi sasaran Survei :
Kampung
Sokanggo
Kejadian
1949-1955
1960
1963-1967
1967-1970
1972
1973
tersumbat dan tidak pernah diperbaiki akibatnya pada saat hujan Kampung
tergenang air dan terjadilah banjir, dan bila diikuti oleh meluwapnya sungai
digoel maka sebagian kampung akan tergenang air 3-4 meter.
Sarana dan prasarana umum seperti : prasarana air bersih jumlahnya
sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada serta
dalam kondisi yang kurang terawat dan tidak berfungsi dengan baik.
lanjutan yang ada sangat terbatas dan jumlah tenaga pengajar yang sangat
kurang.
Kondisi ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak berjalan
dengan baik.
Yayasan Wahana Visi Indonesia mencoba mengatasi permasalahan
pendidikan dengan memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak Sekolah
berupa memberian bantuan fasilitas belajar dan bantuan biaya sekolah, akan
tetapi karena terbatasnya dana yang dimiliki Lembaga dan ketentuan dari
Lembaga Pendonor tidak semua anak usia sekolah dapat di bantu oleh lembaga
ini.
D. Kelembagaan di Kampung
Lembaga yang ada dan termasuk dalam wilayah Kampung Sokanggo
adalah masing-masing :
-
Gereja yang terdiri dari Gereja Katholik 2 buah dan Protestan 2 buah
Lembaga Gereja yang telah ada sejak jaman Belanda sangat berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ini terlihat dari perubahan pola
kehidupan masyarakat, dimana masyarakat yang dulunya masih
menggunakan cara-cara trasdisi/budaya dalam kegiatan sehari-hari
digantikan dengan menggunakan cara-cara agama.
Mesjid 1 buah
Kelompok Muslim adalah kelompok Minoritas yang ada di Kampung
Sokanggo, dimana umumnya dianut oleh para pedagang Bugis Makasar
yang telah ada dan bermukim di Kampung Sokanggo sejak kampung
tersebut terbentuk.
( Roda perekonomian masyarakat bergerak karena adanya pedagang Bugis
Makasar yang kehadirannya sejak tahun 1968, dimana masyarakat membeli
kebutuhan sehari-hari seperti beras, dan kebutuhan lainnya sedangkan
pedagang Bugis Makasar Membeli hasil hutan berupa kayu Log dan hasil hutan
lainnya).
Bank 2 buah berupa Bank BRI dan Bank Papua. Khusus untuk Bank
Papua telah ditingkatkan statusnya dari Kantor Pemegang Kas menjadi
Kantor Cabang Pembantu.
Kantor, Badan dan Dinas yang terdiri dari : Kantor Distrik Mandobo,
Pemda, Bappeda, Pertanian, Dinas Kesehatan, Tenaga Kerja,
Perekonomian
Petugas PPL baik PPL Pertanian, Perkebunan dan Perikanan tidak aktif, hal
ini dikarenakan Pemerintah belum memberikan perhatian yang serius
dalam menangani masalah tersebut.
Isu/Permasalahan Strategis
A.
ASPIRASI MASYARAKAT
- Pembangunan SLTP
- Pembangunan
siswa SLTA
Asrama
bagi
Pengurusan
Adminitrasi
yang - Pembangunan Balai Kampung
dan Kantor kepala Kampung
sangat
sulit
dan
sulitnya
menghubungi aparat kampung
1.
Kondisi
kebanyakan
rumah Pembangunan
dan
penduduk yang tidak layak huni
pemukiman penduduk
2.
3.
4.
perbaikan
No.
Isu/Permasalahan Strategis
ASPIRASI MASYARAKAT
untuk umum
5.
B.
Bidang Ekonomi
1.
C.
1.
Tingkat
rendah
Masih terjadinya
batas-batas tanah
Rendahnya tingkat
SD,SLTP dan SLTA
keterampilan
konflik
atas tanah
batas-batas
10
BANK
PASAR
PEM.
KAMPUNG
PPL
LSM
SEKOLAH
MASYARAKAT
GEREJA
KATOLIK
PUSKESMAS
11
matoa
rambutan
Durian
KA
LI
DI
GU
Rumput
Rumput
Rumput
Kp.Wet
Rumput
Rumput
Rumput
Rumput
U
Rumput
Rumput
12
IP
A
N
A
IN
KP. SOKONGGO
AL
IG
RT
AIR PO
Food Mart
Kp.Wet
Polisi
Puskesmas
Mesji
d
SDYPPK
Soska
ME
Pelabuhan
Lama
BRI
BPD
Gereja
katolik
DPR
Gereja
GPI
Asrama
Putri
K.Pos
Di strik
Telkom
PLN
Bapeda
Food Mart
KODIM
Kilang
Padi
Pelabuhan Baru
13
RA
UK
E
KEGIATAN
MALARIA
DURIAN
MATOA
RAMBUTAN
PASKAH
HARI KEMERDEKAAN
HARI NATAL
JAN
FEB
MART
APR
MEI
14
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Kampung
Mawan
15
Kejadian
1927
1930
1935
1957
1959
1963
1967
1968
11-41972
1980
datang
ke
Kampung
sebagai
Guru
tanah
16
1987
19881990
1993
1998
19992000
20022003
2004
17
Bapak Thomas
berusaha untuk
18
C.
D.
Kelembagaan di Kampung
Lembaga yang ada dan termasuk dalam wilayah Kampung Mawan
adalah masing-masing :
-
19
Isu/Permasalahan Strategis
A.
ASPIRASI MASYARAKAT
- Pembangunan SLTP
- Pembangunan
Asrama
siswa SLTA
2.
Kondisi
kebanyakan
penduduk yang tidak la
yak huni
3.
Terbatasnya
sarana
prasarana air bersih
4.
B.
Bidang Ekonomi
1.
C.
1.
Tingkat
rendah
Masih terjadinya
batas-batas tanah
Rendahnya
SD SLTP d
keterampilan
tingkat
SLTA
bagi
perbaikan
dan Pembangunan
sarana
dan
prasarana penyediaan air bersih
untuk umum
konflik
atas tanah
batas-batas
20
No.
Isu/Permasalahan Strategis
SD,SLTP dan SLTA
ASPIRASI MASYARAKAT
SD,SLTP dan SLTA
21
LSM
PENDIDIKAN
MASYARAKAT
GEREJA
POSYANDU
KATOLIK
APARAT
KAMPUNG
PASAR
22
Rumah
KP. MAWAN
Rumah
Rumah
Rumah
KUBURAN
Rumah
Rumah
Gereja
Katolik
Rumah POSYANDU
Rumah
BALAI DESA
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
SD
NEGRI
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
T .ME
ip
Mind
23
tana
RA H
Hutan sagu
Hutan sagu
D
Hutan sagu
HUTAN HETEROGEN
kelapa
HUTAN HETEROGEN
kelapa
rambutan
matoa
kelapa
rambutan
rambutan
kelapa
matoa
durian
matoa
rambutan
durian
kelapa
durian
matoa
rambutan
durian
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
rambutan
matoa
matoa
matoa
HUTAN HETEROGEN
T .ME
di
Min
24
a
pt an
R AH
KEGIATAN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
1 TANAM/PANEN SAYURAN
2 RAMBUTAN/MATOA/DURIAN
3 BERBURU RUSA/MENJARING IKAN
4 WAFAT JESUS KRISTUS
5 PASKAH
6 KENAIKAN JESUS KRISTUS
7 BANTUAN KORINDO *
8 HARI KEMERDEKAAN
9 BANTUAN WVI *
10 HARI NATAL
11 MALARIA
* BAHAN BANGUNAN U/ RUMAH
* UANG SEKOLAH
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat di Kabupaten Boven Digoel
25
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Kampung
Tinggam
26
Kejadian
1927
1972
1973
air yang dibuat di badan jalan dan sumur dangkal yang dibuat
secara swadaya dan air hujan.
27
28
C.
D.
Kelembagaan di Kampung
Lembaga yang ada dan termasuk dalam wilayah Kampung Sokanggo
adalah masing-masing :
-
Isu/Permasalahan Strategis
ASPIRASI MASYARAKAT
A.
1.
Kondisi
kebanyakan
rumah Pembangunan
dan
penduduk yang tidak layak huni
pemukiman penduduk
2.
perbaikan
29
No.
Isu/Permasalahan Strategis
ASPIRASI MASYARAKAT
3.
B.
Bidang Ekonomi
1.
C.
1.
atas tanah
batas-batas
penghubung
Adanya prasarana
kepasar
30
APARAT
DESA
LSM
MASYARAKAT
GEREJA
KATOLIK
SEKOLAH
PUSTU
PASAR
31
KP. TINGGAM
DURIAN
DURIAN
MATOA
MATOA
RAMBUTAN
DURIAN
MATOA
TANA
MER A
H
MINDIPTANA
DURIAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
MATOA
32
MATOA
MATOA
MATOA
Hutan sagu
MATOA
Hutan sagu
MATOA
HUTAN HETEROGEN
Hutan sagu
HUTAN HETEROGEN
RAMBUTAN
HUTAN HETEROGEN
RAMBUTAN
Hutan sagu
RAMBUTAN
DURIAN
kelapa
DURIAN
kelapa
Hutan sagu
kelapa
MATOA
DURIAN
kelapa
kelapa
MATOA
Hutan sagu
kelapa
DURIAN
DURIAN
DURIAN
DURIAN
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
RAMBUTAN
MATOA
MATOA
DURIAN
MATOA
RAMBUTAN
RAMBUTAN
DURIAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
TANA M
ER AH
RAMBUTAN
RAMBUTAN
MINDIPTANA
RAMBUTAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
RAMBUTAN
kelapa
kelapa
kelapa
Hutan sagu
RAMBUTAN
RAMBUTAN
MATOA
DURIAN
DURIAN
HUTAN HETEROGEN
kelapa
DURIAN
DURIAN
Hutan sagu
MATOA
MATOA
RAMBUTAN
HUTAN HETEROGEN
33
No
KEGIATAN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
1 MALARIA
2 DURIAN
3 MATOA
4 RAMBUTAN
5 WAFAT JESUS KRISTUS
6 PASKAH
7 KENAIKAN JESUS KRISTUS
8 HARI KEMERDEKAAN
9 HARI NATAL
34
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Kampung
Awayanka
35
Kejadian
1933
1938
1972
1973
kampung
Mindiptanah
mmbentuk
merupakan
peninggalan
Belanda
dan
tidak
dirawat/diperbaiki lagi oleh pemerintah Indonesia.
pernah
36
37
C.
D.
Kelembagaan di Kampung
Lembaga yang ada dan termasuk dalam wilayah Kampung Awayanka
adalah masing-masing :
-
Gereja yang terdiri dari Gereja Katholik 2 buah dan Protestan 2 buah
Lembaga Gereja yang telah ada sejak jaman Belanda sangat berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini ini terlihat dari perubahan pola kehidupan masyarakat, dimana
masyarakat yang dulunya masih menggunakan cara-cara trasdisi/budaya
dalam kegiatan sehari-hari digantikan dengan menggunakan cara-cara
agama.
Mesjid 1 buah
Kelompok Muslim adalah kelompok Minoritas yang ada di Kampung
Sokanggo, dimana umumnya dianut oleh para pedagang Bugis Makasar
yang telah ada dan bermukim di Kampung Sokanggo sejak kampung
tersebut terbentuk. Kerukunan antar umat beragama terjalin sangat baik
dimasyarakat.
Gedung Sekolah Dasar 2 buah (Sd Inpres dan SD YPPK), SMP YPPK 1
buah, SMA YPPK 1 Buah, ketersediaan tenaga guru masih sangat kurang
walaupun proses belajar mengajar dapat berjalan dimana guru mengajar
beberapa bidang studi.
Bank 2 buah berupa Bank BRI dan Bank Papua yang statusnya masih
merupakan kantor pemegang kas.
38
LSM WVI, yang memberikan bantuan kepada anak usia sekolah berupa
bantuan biaya dan fasilitas belajar dan membantu pengadaan Guru Bantu,
akan tetapi bantuan tersebut masih sangat terbatas hal ini dikarenakan
keterbatasan dana yang ada dan jumlah tenaga guru yang ada sangat
terbatas.
Kantor yang ada seperti Kantor Distrik Mindiptana, , PLN, Pos Dan Giro,
Puskesmas, Kepolisian dan Koramil semuanya terdapat didalam kampung
Mindiptana.
No.
Isu/Permasalahan Strategis
ASPIRASI MASYARAKAT
A.
1.
Kondisi
kebanyakan
rumah Pembangunan
dan
penduduk yang tidak layak huni
pemukiman penduduk
2.
3.
B.
Bidang Ekonomi
1.
perbaikan
39
No.
Isu/Permasalahan Strategis
baik
ASPIRASI MASYARAKAT
koperasi
C.
1.
Tingkat
rendah
Masih terjadinya
batas-batas tanah
Rendahnya tingkat
SD,SLTP dan SLTA
keterampilan
konflik
atas tanah
batas-batas
40
PENDIDIKAN
LMA
PASAR
LSM
PUSKESMAS
MASYARAKAT
GEREJA
PROTESTAN
MASJID
GEREJA
KATOLIK
BANK
PPL
PEMERINTAHAN
DISTRIK
41
KP. AWAYANKA
Ai
rt
waropko
PAS
AR
Gereja
GPI
o
rp
kios
s
kio
GOR
SD
INPRES
Lap.
Kuburan
b ola
Mesjid
Ktr.IMIGRASI
Tana
Merah
Ktr Koramil
Ktr Camat
Puskes
mas
KOMPMISSI
Poo
l
KTRPOS
BRI
SD
YPPK
BANK
PAPUA
Gereja
Katolik
SMP
YPPK
SMA
YPPK
42
Hutan sagu
HUTAN HETEROGEN
Hutan bus
Hutan bus
Hutan bus
Hutan sagu
HUTAN HETEROGEN
durian
durian
Hutan bus
rambutan
Hutan sagu
matoa
kelapa
rt
po
Ai r
durian
kelapa
Hutan sagu
durian
Hutan bus
matoa
rambutan
Hutan bus
kelapa
WAROPKO
durian
Hutan bus
kelapa
rambutan
rambutan
rambutan
matoa
kelapa
TANA MERAH
durian
kelapa
kelapa
rambutan
rambutan
durian
kelapa
rambutan
kelapa
rambutan
durian
rambutan
matoa
kelapa
kelapa
rambutan
matoa
rambutan
durian
matoa
durian
SUNGAI
matoa
KOU
matoa
rambutan
durian
karet
durian
D
D
HUTAN HETEROGEN
D
HUTAN HETEROGEN
HUTAN HETEROGEN
43
No
KEGIATAN
1 DURIAN/MATOA
2. RAMBUTAN
4.PASKAH
6.HARI KEMERDEKAAN
7.HARI NATAL
8.MALARIA
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
44
PROFIL KAMPUNG
LOKASI KAJIAN PERIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN ASMAT
KERJASAMA
UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME
YAYASAN ALMAMATER MERAUKE
2005
PROFIL KAMPUNG
LOKASI KAJIAN PERIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN ASMAT
I.
KEADAAN UMUM
A. Kondisi Umum
Kabupaten Asmat merupakan salah satu Kabupaten pemekaran
dari Kabupaten Merauke yang berada dibagian tengah pantai
selatan Propinsi Papua dengan luas wilayah 23.746 KM. atau
5,63% dari luas wilayah Propinsi Papua. Secara Geografis
Kabupaten Asmat terletak antara 137-140 BT dan 4-7 LS
dengan keadaan topografi umumnya datar dan berawa dengan
kemiringan 0-8% dari bagian pantai ke bagian Utara. Secara
Administratif Kabupaten Asmat terdiri dari 7 Distrik (Agats, Atsy,
Sawaerma, Akat, Pantai Kasuari, Fayit dan Suator) dan 139
Kampung dengan jumlah penduduk 67.390 jiwa.
Kabupaten Asmat berbatasan langsung dengan Kabupaten Mappi
dan Laut Arafura di sebelah Selatan; Kabupaten Jayawijaya dan
Yahokimo di sebelah Utara; Kabupaten Mappi dan Bouven Digul
di sebelah Timur dan Kabupaten Mimika di sebelah barat. Untuk
menjangkau Kabupaten Asmat dapat ditempuh dengan
menggunakan pesawat udara (Twin Otter/Cessna) dari
Merauke/Timika atau kapal laut (kapal perintis) dari Merauke
Kondisi geografis wilayah Kabupaten Asmat sebagian besar
merupakan daerah areal hutan rawa dan sebagian kecil berupa
dataran dengan ketinggian antara 0-100 Meter diatas permukaan
laut. Dengan kondisi tanah lumpur yang dipengaruhi pasang
surut air laut dan lahan rawa gambut, keadaan ini menyebabkan
hampir seluruh aktifitas kehidupan masyarakat berada di atas
rumah panggung dan jembatan kayu dengan demikian
pengembangan pembangunan
fisik memerlukan biaya yang
sangat tinggi.
B. Budaya dan Pola Kehidupan
Pada wilayah Kabupaten Asmat, masyarakat adat berasal dari
suku Asmat yang terdiri dari 12 Far (Forum Adat Rumpun) yaitu:
1.Joerat terdiri dari Kampung Yamas; Yeni; Yufri; Yaun; As;
Atat; Nakai; Kapi dan Ao.
2.Bismam terdiri dari Kampung Ewer; Syuru; Yepem; Ipem;
Per; Uwus dan Beriten.
3.Siamai terdiri dari Kampung Ayam; Kame; Warse; Amborep;
Sesakam; Yokor; Epem: Serew; Becow; Betkuar dan Yuni
4.Kenok terdiri dari Kampung Sawa; Erma; soan; Bu; Er; Agani;
Munu; Yipawer; Komor; Manep; Simini
5.Safan terdiri dari Kampung Ocenep; Pirien; Basim; Buepis;
Nanew; Bagair; Piramat; Taoro; Yaptambor; Santambor;
Bayun; Simsagar; Sinakat; Kayirin; Pirimapun; Aorket; Saman;
Sanem; Emene; Tareo I; Tareo II; Warkai dan Samendoro.
1
Jadi pada prinsipnya ada uang baru kerja hal ini menyebabkan
budaya swadaya masyarakat dalam membangun kampung telah
dilupakan sehingga perumahan dan sarana jalan serta sarana
umum lainnya perbaikannya hanya mengaharapkan bantuan dari
pemerintah.
Pola kehidupan ini sudah sulit ditinggalkan karena dengan
eksploitasi sumberdaya alam (kayu besi, kayu merah, kulit
buaya) masyarakat mudah mendapatkan uang, namun karena
potensinya sudah sangat terbatas jadi sudah tidak dapat
diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga.
Disamping itu karena masyarakat belum dapat menggunakan
uang dengan baik sehingga masyarakat biasanya menghabiskan
seluruh uangnya dalam hitungan hari bagi kepuasan dan
pemenuhan keinginan konsumtif.
Dulu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga hanya wanita
yang bekerja namun saat ini baik wanita maupun pria bersamasama melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di kampung Syuru aktifitas kehidupan kaum perempuan sudah
mulai nampak terbuka, ini dapat dilihat dari pengamatan
lapangan dan hasil pertemuan dengan berbagai elemen
masyarakat dimana para perempuan turut aktif dalam kegiatan
pertemuan tersebut. Kaum perempuan cukup aktif dan respek
dalam diskusi yang menyangkut pembangunan perempuan Asmat
dan kesetaraan Gender serta para perempuan telah turut dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.
Permasalahan yang biasanya timbul adalah pengambilan hasil
hutan/dusun tanpa izin pemilik hak ulayat yang menimbulkan
konflik sampai dengan tindak kekerasan. Namun bila dapat
diselesaikan biasanya dengan perhitungan ganti rugi berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak.
Permasalahan lain yang sering menjadi konflik di masyarakat
adalah masalah perempuan sehingga dalam tatanan kehidupan
masyarakat Asmat sangat berhati-hati dengan masalah wanita..
Kondisi ini menyebabkan perempuan Asmat merasa hanya
sebagai objek kaum pria dan mereka tidak diperbolehkan
beraktifitas diluar rumah, Kekerasan dan penganiayaan sering
terjadi didalam keluarga.
Dalam
kehidupan
berkeluarga
pernah
terjadi
tindak
kekerasan/penganiayaan yang dilakukan oleh suami terhadap
istrinya sehingga sang istri meninggal, ada yang dibakar dengan
api, dipukul dengan kampak atau kayu dayung, diikat dan tidak
diberi makan, ada yang hasil penjualan ikan/kepiting dirampas
suami untuk membeli minuman beralkohol, istri dilarang keluar
rumah dan perlakuan lainya yang tidak manusiawi. Kaum
perempuan asmat mengangap bahwa mereka hanyalah sebagai
sapi perah/kuda beban.
6
Akses Kelembagaan
Lembaga yang ada di Kampung Syuru berupa Pemerintahan
Kampung yang didukung dengan beberapa aparat kampung yang
cukup aktif menjalankan program pemerintah dan melayani
masyarakat namun belum terlaksana dengan baik sesuai dengan
yang
direncanakan
karena
tidak
ditunjang
dengan
sarana/prasarana serta biaya operasional yang memadai.
Lembaga pendidikan
berupa SD dan SMP serta Pustu
(Puskesmas Pembantu) yang aktifitasnya berjalan dengan baik
dan rutin kerena ditunjang dengan sarana/prasaran dan tenaga
yang
memadai
sehingga
masyarakat
dapat
merasakan
manfaatnya dengan baik.
Lembaga Agama masuk ke Syuru sejak tahun 1953 bersamaan
dengan masuknya missionaris ke Asmat. Sarana ibadah yang
terdapat di Syuru berupa gereja Protestan 2 unit sedangkan
gereja Katolik berada di Bisagats yang aktifitasnya sangat rutin
dan masyarakat Syuru merupakan masyarakat yang cukup taat
beribadah dan menjalankan norma-norma agama dengan baik.
Kehidupan antara umat beragama sangat baik dan saling
menghargai/menghormati
satu
dengan
lainnya
sehingga
keharmonisan hidup antara warga dapat terjaga dengan baik.
Lembaga sosial lainnya berupa LMAA (Lembaga musyawarah adat
asmat) pendiriannnya difasilitasi oleh WWF yang dirintis dari
tahun 1995 -1999 dan baru pada tahun 2000 diukuhkan. LMAA
membawahi 12 FAR (Forum Adat Rumpun). Dimana sebenarnya
LMAA sangat berperan dalam membantu masyarakat adat dalam
aktifitas kehidupannya namun karena keterbatasan dana dan
sebagian besar pengurusnya telah bekerja sebagai PNS, guru dan
anggota dewan, serta tidak adanya pemberdayaan dan
pendampingan kelembagaan sehingga program kerja LMAA tidak
berjalan sebagaimana mestinya dan belum menjangkau seluruh
wilayah Asmat.
Program kerja LMAA yang telah dilaksanakan antara lain :
Sosialisasi Visi-Misi LMAA, Penguatan masyarakat adat Asmat,
Pengembangan ekonomi berbasis pemanfaatan SDA, Pelestarian
Hak-hak wilayah tanah adat, Pengembangan SDM, Advokasi
masyarakat adat, Monitoring/kunjungan ke FAR.
Sejak Asmat menjadi Kabupaten LMAA tidak pernah dilibatkan
dalam aktifitas program pembangunan walaupun hanya sebatas
koordinasi, namun dulu saat masih menjadi Distrik Agats
pemerintah Distrik sering berkoordinasi dengan LMAA dalam
program pembangunan.
AKATCEPES (Perempuan Sejati) yang merupakan lembaga/forum
komunikasi wanita dengan prioritas kesetaraan perempuan
(Gender), pendiriannnya difasilitasi oleh Pastor Allo Setitit,OSC
pada bulan Mei tahun 2000.
8
10
Jecam
ungai
Anak S
Jew
Grj
Khatolik
ambrep
Anak Sungai F
Pus tu
Grj
Protestan
11
SD
SMP
Am basman
Anak Sungai
PLTD
nB
ut a
u
aka
Tumbuhan Kelapa
k
An a
Je
ga i
S un
ca m
Tumbuhan Kelapa
mbasman
Anak Sungai A
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
SD
Tumbuhan Kelapa
SMP
Pustu
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
Fambrep
Anak Sungai
Grj
Khatolik
Hutan Bakau
Jew
Grj
Protestan
Tumbuhan Kelapa
Hutan Bakau
Tumbuhan Kelapa
12
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Tumbuhan Kelapa
PLTD
Pemerinta
han
Distrik/
Kampung
Kios
Pustu/
Posyandu
LSM
Yayasan
Masyarakat
LMMA
JEW
Gereja
Protestan/
Katolik
Kompad
Akatcepes
PKK
Pasar
Sekolah (SD,
SMP)
PPL
13
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Bank
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Mei
Bulan
Juni Juli
Agst Sept
Tebang kayu **
Mencari Ikan**
Tokok Sagu, cari ulat sagu *'
Berburu *'
Mengukir
Pesta Topeng
Pesta Patung Bis
Pesta Budaya
HUT RI
Hari Paskah
Berkebun
Pesta Natal
Okt
Nov
Des
KETERANGAN
** : Hasil dijual
*' ; Hasil dimakan dan dijual
Jenis-jenis Ikan : Kakap, Kuru, Bandeng
Kerabu, Udang dll.
Jenis Tanaman: Keladi, ubi-ubian, cabe,
sereh dll.
Jenis binatang buruan : Babi hutan, kasuari
tuban, ular dll.
Jenis kayu yang ditebang: Kayu besi, kayu
merah, kayu blao-blao.
14
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
19
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Sekolah
Gereja
Jew
Pustu
Doking
Kapal
Sungai Pomats
20
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Hutan Bakau
N
Kampung Yemi
Tumbuha
n Kelapa
Sekolah
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
Sagu
Hutan Bakau
Tumbuhan Kelapa
Sagu
Sa
gu
Gereja
Jew
Pustu
Doking
Kapal
Sungai Pomats
Hutan Bakau
1
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Pemerinta
han
Kampung
LSM
Yayasan
Pustu/
Posyandu
WK
(Wanita
Katolik)
Masyarakat
Gereja
Katolik
LMMA
JE
Kios
Sekolah (SD)
Pasar
22
PPL
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Mei
Bulan
Juni Juli
Agst Sept
Tebang Kayu
Mencari Ikan
Tokok Sagu
Berburu
Mencari Buaya
Hari Paskah
Membuat Perahu
Pesta Budaya
Pesta Perahu
Pesta Ulat Sagu
Pesta Noken
Pesta Tombak
Berkebun
Mencari Kura - kura
Hari Natal
HUT RI 17 Agustus
23
Okt
Nov
Des
KETERANGAN
- Kayu ditebang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan dijual. Jenis - jenis kayu: Kayu
Besi,Ketapang,Pala hutan,Bintanggur,
Blao-blao (Kayu perahu) dan Benuang.
- Hasil ikan umumnya dikonsumsi,tidak dijual
karena sulitnya pasaran dan transportasi.
Jenis - jenis ikan :Kakap,Kuru,Bandeng
Kerabu,Sumpit, Ote, sumpit, udang, siput
kepiting
- Sagu sebagian di konsumsi dan sebagian
di jual.
- Buaya ditangkap untuk diambil kulitnya dan
dagingnya dimakan.
- Hasil - hasil kebun umumnya dikonsumsi,
tidak dijual karena sulitnya pasaran dan
trasportasi. Jenis - jenis tanaman: Kasbi,
Pisang, Keladi, kacang panjang, sukun,
kelapa dan Jambu air.
Akses Kelembagaan
Lembaga yang ada di Kampung Erma berupa Pemerintahan Kampung yang
ditunjang dengan beberapa aparat kampung yang cukup aktif menjalankan
program pemerintah dan melayani masyarakat namun belum terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana karena tidak ditunjang dengan
sarana/prasarana serta biaya operasional yang memadai.
Lembaga pendidikan berupa SD serta Pustu (Puskesmas Pembantu) yang
aktifitasnya kurang berjalan dengan baik dan rutin kerena tidak ditunjang
dengan sarana/prasarana dan tenaga yang memadai sehingga masyarakat
belum dapat merasakan manfaat pembangunan dibidang pendidikan dan
kesehatan dengan baik.
Lembaga agama masuk ke Kampung Erma sejak tahun 1953 bersamaan
dengan masuknya missionaris ke Asmat. Sarana ibadah yang terdapat di
Erma berupa gereja Katolik 1 unit yang aktifitas ibadahnya sangat rutin
dilakukan masyarakat. Masyarakat Erma merupakan masyarakat yang
cukup taat beribadah dan menjalankan norma-norma agama dengan baik.
Kehidupan
antara
umat
beragama
sangat
baik
dan
saling
menghargai/menghormati satu dengan lainnya sehingga keharmonisan
hidup antara warga dapat terjaga dengan baik.
Keberadaan LMAA (Lembaga musyawarah adat asmat) di kampung Erma
diwakili oleh Lembaga adat rumpun Kenok yang aktifitasnya cukup
berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktifnya lembaga adat yang
selalu membicarakan semua permasalahan masyarakat kampung di dalam
JE, namun koordinasi dengan LMAA masih sangat terbatas.
Keberadaan PPL Kehutanan sangat membantu masyarakat dalam usaha
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam hutan, karena petugas
tersebut melayani, membantu, membina dan mendampingi masyarakat
dengan baik serta telah menyatu dengan kehidupan masyarakat di Distrik
Sawaerma.
WWF pernah masuk ke Kampung Erma namun hanya sebatas pada
program penyuluhan dan pelestarian sumberdaya alam tanpa memikirkan
alternatif lain dalam usaha pemanfaatan SDA
oleh masyarakat, sehingga masyarakat kurang respek karena kehidupan
masyarakat sangat tergantung dari pemanfaatan sumberdaya alam.
Aspirasi dan Kebutuhan
Kebutuhan masyarakat di kampung Erma yang mendesak adalah sarana
transportasi umum berupa taksi air, bak penampung air hujan, perbaikan
dan peningkatan sarana/prasarana sekolah dan Pustu serta peningkatan
dan pengembangan sumber-sumber usaha ekonomi produktif masyarakat
yang berasal dari pemanfaatan SDA.
27
Keterbatasannya
pengetahuan/keterampilan
masyarakat
dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan tingkat ketergantungan yang sangat
tinggi maka diperlukan kegiatan peningkatan pengetahuan/keterampilan
melalui kegiatan pelatihan, kursus-kursus yang berkaitan dengan usaha
pemanfaatan serta pengelolaan sumberdaya alam bagi peningkatan
ekonomi keluarga.
Pengelolaan tersebut harus ditunjang dengan sarana transportasi dan
pasar yang lebih memadai. Masyarakat juga mengharapkan adanya
pembinaan dan pendampingan baik dari Pemerintah maupun swasta dalam
membantu masyarakat mengembangkan usaha pemanfaatan sumberdaya
alam serta peningkatan sumberdaya manusia sehingga masyarakat dapat
hidup lebih baik.
28
Sung
ai Pi
Sungai Pomats
Pustu
Jew
Gereja
Dermaga
ak
An
ai
ng
Su
ap
ra y
Ka
SD. Inpres
29
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
ai Pi
Sung
Sungai Pomats
Tanaman Kelapa
Pustu
Jew
Kelapa
Sagu
Gereja
Dermaga
a
An
ap
r ay
Ka
ai
g
un
kS
Tanaman Kelapa
SD. Inpres
Tumbuhan Sagu
30
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Tumbuhan Sagu
Tanaman Sukun
LSM
Yayasan
Pemerinta
han
Kampung
Pustu/
Posyandu
WK
(Wanita
Katolik)
Masyarakat
Gereja
Katolik
LMMA
JE
Kios
Sekolah (SD)
Pasar
31
PPL
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Juni Juli
Agst Sept
Tebang kayu
Mencari Ikan
Tebang Sagu
Berburu
Mencari Buaya
Hari Paskah
Membuat Perahu
Pesta Budaya, Pesta Patung
Pesta Ulat sagu, Topeng
Pesta Perahu
Hari Natal
HUT RI 17 Agustus
Berkebun
Mencari Kura-kura
32
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Okt
Nov
Des
KETERANGAN
- Aktifitas kehidupan masyarakat mengambil
hasil sumberdaya alam dilakukan sesuai dgn
musim.
- Sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan
Sagu, kayu, pandan, ikan, udang, kepiting,
siput, gambir, kura-kura, kuskus, buaya yang
diantaranya dimaka/dijual di pasar agats,
- Pesta Budaya dilakukan secara besar-besaran
yang diikuti oleh waki dari seluruh kampung
- Dalam menyambut hari Paskah, Natal dan
tahun baru masyarakat masyarakat siapkan
kebutuhan makan yang diambil dari dusun
- Kayu produksi yang teah di jual ; Pala hutan
binuang, bintangur, terentang, ketapang
33
34
Akses Kelembagaan
Lembaga yang ada di Kampung Buetkuar berupa Pemerintahan Kampung
namun tidak berjalan karena sejak kepala kampung meninggal otomatis
roda pemerintahan kampung lumpuh dan aparat kampung lainnya belum
memiliki kemampuan untuk menjalankan program kerja.
Lembaga pendidikan berupa SD baru enam bulan proses belajar mengajar
berlangsung. Pustu (Puskesmas Pembantu) yang tidak aktif karena tidak
ditunjang dengan sarana/prasarana dan tenaga yang memadai sehingga
masyarakat belum dapat merasakan manfaat pembangunan dibidang
kesehatan dengan baik. Lembaga Agama masuk ke Buetkuar sejak tahun
1973 bersamaan dengan masuknya pendeta ke Asmat. Sarana ibadah
yang terdapat di Buetkuar berupa gereja Protestan 1 unit yang aktifitas
ibadahnya tidak rutin karena pendeta tidak berada tidak berada di
Kampung karena tidak adanya sarana transportasi dan biaya operasional
bagi pendeta .
Keberadaan LMAA (Lembaga musyawarah adat asmat) di kampung
Buetkuar diwakili oleh Lembaga adat rumpun Simai aktifitasnya cukup
berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktifnya lembaga adat yang
selalu membicarakan semua permasalahan masyarakat kampung, pesta
adat dan ritual adat di dalam JE, namun koordinasi dengan LMAA masih
sangat terbatas.
Yayasan Almamater masuk ke Kampung Buetkuar pada tahun 2003 baru
sebatas survei potensi gaharu dan tingkat ketergantungan masyarakat
dalam usaha pemanfaatan gaharu serta pengenalan tanaman sayuran.
Keberadaan CSO ini sangat memberi warna dan nuansa baru dalam
kehidupan masyarakat karena mereka belum pernah melihat/mengenal
berbagai jenis sayuran serta masyarakat menyambut dengan sangat
antusias dan aktif dalam setiap kegiatan pelatihan penanaman sayuran.
Masyarakat sangat mengharapkan adanya LSM yang bisa membantu
dalam meningkatkan dan mengembangakan pembangunan di Kampung.
Aspirasi dan Kebutuhan
Kebutuhan masyarakat di kampung Buetkuar yang mendesak adalah
sarana transportasi umum berupa taksi air, bak penampung air hujan,
perbaikan dan peningkatan sarana/prasarana sekolah dan Pustu serta
peningkatan dan pengembangan sumber-sumber usaha ekonomi produktif
masyarakat yang berasal dari pemanfaatan SDA.
Keterbatasannya
pengetahuan/keterampilan
masyarakat
dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan tingkat ketergantungan usaha
pencaharian gaharu yang sangat tinggi maka diperlukan kegiatan
peningkatan pengetahuan/keterampilan melalui kegiatan pelatihan,
kursus-kursus yang berkaitan dengan usaha pemanfaatan serta
pengelolaan sumberdaya alam bagi peningkatan ekonomi keluarga.
Pengelolaan tersebut harus ditunjang dengan sarana transportasi dan
pasar yang lebih memadai. Masyarakat juga mengharapkan adanya
pembinaan dan pendampingan baik dari Pemerintah maupun swasta dalam
membantu masyarakat mengembangkan usaha pemanfaatan sumberdaya
alam serta peningkatan sumberdaya manusia sehingga masyarakat dapat
hidup lebih baik.
36
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Sungai Serep
Jew
Lapangan Bola
Pustu
Gereja
Lapangan Volley
Sek olah
37
Itim
Sungai
Itim
Hutan Sekunder
Sungai
Sungai Serep
Hutan Sekunder
Hutan Sekunder
Lapangan Bola
Gereja
Pustu
Lapangan Volley
Sekolah
Sagu
Sagu
Hutan sekunder
Sagu
38
Sagu
LSM
Yayasan
Gereja
Protestan
Pemerinta
han
Kampung
Pustu/
Posyandu
LMMA
JE
Masyarakat
Pedagang
Kios
Pasar
Sekolah (SD)
PPL
39
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Mei
Bulan
Juni Juli
Agst Sept
Mencari Gaharu **
Mencari Ikan *'
Tokok sagu, cari ulat sagu *'
Tebang kayu
Berkebun *
Beternak *'
Berburu *
Tahun Baru
Hari Natal
Paskah
Hari Kemerdekaan
Pesta Perahu
Pesta Ulat sagu
Cari Buaya **
Buat Perahu **
Cari Buah Matoa *'
Nov
Des
KETERANGAN
** : Hasilnya dijual
* : Hasilnya dimakan
*' : Sebagian dimakan dan sebagian
dijual/barter dengan Beras,gula,kopi
tembakau dll.
Jenis Ikan : Gurame, Kakap, Kerabu dll
Jenis Hasil Tanaman : Pisang, ubi-ubian,
Kacang panjang,tebu,timun,gambas,
tebu, cabe, dan pepaya.
Jenis ternaK : Ayam dan burung nuri
Hasil Kayu : Kayu besi, kayu blao-blao
(kayu perahu).
40
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Asmat
Okt
41
42
Diskusi dan wawancara langsung pada berbagai tokoh masyarakat, tokoh agama
dan tokoh adat serta masyarakat di kampung untuk mendapatkan gambaran tentang
pembangunan dan kehidupan masyarakat di Kampung.
43
Budaya Asmat masih kental terasa dalam aktifitas kehidupan sehari-hari dengan
tetap mempertahankan budaya JEW/JE serta tradisi mengukir yang telah turun
temurun dilakukan masyarakat Asmat.
44
Sarana sekolahah dan Pustu yang aktif menjalankan programnya untuk membangun
dan melayani masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan di Kampung Syuru
serta satu-satunya pasar tradisional yang ada di Kota Agats.
45
Salah satu sumber air bagi kebutuhan hidup masyarakat di Kampung Syuru serta
bak penampung air hujan yang jumlahnya sangat terbatas sehingga sering terjadi
konflik, serta salah satu kios milik masyarakat Asmat.
46
47
Suasana dn kondisi fisik Kampung Syuru yang sebagian besar jalan jembatan telah
rusak parah sehingga harus berhati-hati bila jalan ditatasnya, dan masyarakat
berusaha untuk memperbaiki sebisanya.
48
49
50
Kondisi dan suasana Kampung Erma yang pembangunan jalan jembatan masih
terbengkalai serta sarana jual beli berupa kios sebagi temapt pemenuhan sembilan
bahan pokok di Pos-Erma dan Kampung Erma.
51
Sarana ibadah yang ada di Kampung Erma berupa Gereja yang cukup rutin
menjalankan aktiitasnya dan bangunan Pustu yang tidak aktif serta kondisi gedung
sekolah yang jarang dilakukan proses belajar mengajar.
52
Masyarakat Erma pernah melakukan penanaman padi sebanyak dua kali pada lokasi
halaman sekolah (gambar tengah) dan mereka sangat mengharapkan sentuhan
pembangunan yang nyata bagi peningkatan hidupnya dengan memperhatikan
kebutuhan di masyarakat.
53
Suasana dan kondisi Kampung Buetkuar yang memiliki sarana gereja Protestan, SD
dan Pustu, namun kegiatan ibadah dan pelayanan kesehatan sangat jarang dilakukan
sedangkan SD baru aktif sekitar enam bulan terakhir.
54
55
Kebun yang ditanami pisang , ubi kayu dan beberapa jenis tanaman lain yang
biasanya di tanam pada pinggir sungai serta kondisi lahan yang rusak akibat
pencaharian kayu gaharu.
56
57
Aktifitas pencarian kayu gaharu hidup ( pohon gaharu) dan gaharu terendam/kayu
mati yang berada di dalam tanah dan kerusakan hutan akibat penebangan pohon
yang sembarangan.
58
PROFIL KAMPUNG
LOKASI KAJIAN PERIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN
MASYARAKAT KABUPATEN MAPPI
KERJASAMA
UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME
YAYASAN ALMAMATER MERAUKE
2005
ASSESSMENT
PERIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN MAPPI
I.
II.
Pola kehidupan masyarakat suku Yaghai sehari-hari tidak terlepas dari budaya
yang dimiliki dan ketergantungan terhadap sumberdaya alam yang tersedia.
Ketergantungan terhadap sumberdaya alam bagi masyarakat memiliki pengertian
sebagai suatu keterikatan yang kompleks baik secara Fisik, mental dan spritual.
dan telah diberlangsung sejak turun-temurun. Pemenuhan kebutuhan konsumtif
maupun bahan-bahan untuk bangunan perumahan, perahu semuanya diambil dari
potensi sumber daya alam yang tersedia.
Pemanfaatan hasil hutan dan sumberdaya laut/kali;
Sejak turun temurun masyarakat suku Yaghai sudah memanfaatkan hasil hutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Hasil hutan yang dimanfaatkan
seperti jenis kayu dayung (bah de), dimanfaatkan masyarakat untuk pembuatan
dayung dan perahu. Pohon sagu dan kelapa dimanfaatkan masyarakat sebagai
bahan dasar rumah. Jenis hewan buruan yang dimanfaatkan masyarakat seperti
jenis babi (batik), kasuari (toghou/nagua). Untuk jenis hasil laut yang
dimanfaatkan masyarakat adalah jenis ikan dan udang. Alat yang digunakan
untuk menangkap ikan dengan menggunakan bubu dan tombak (kalaway).
Pengelolaan kebun tradisional; dilakukan dengan membuka lahan hutan (kokho)
pertama kali biasanya ditaruh sesajen (tembakau) seraya menyebut seluruh
moyang dan memohon. Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan
kayu (Okum) yang ditajamkan setelah itu bibit ditanam. Hasil kebun/dusun yang
dikelola secara tradisional antara lain.kelapa (Payoh), ubi (deeka), petatas
(mukhpah), keladi (tonqmi), sagu (bai), pisang (naper) dan tebu (meek).
III.
Sumber air bersih masyarakat berasal dari sumur galian dekat rawa, dimana
apabila pada musim kemarau air menjadi keruh dan payau sedangkan saat
musim hujan sumur tergenang oleh air rawa. Keadaan sumur berupa lobang
galian tanpa pembatas dan penutup, air diambil dengan menggunakan tali
timba. Dikampung ini terdapat satu penampungan bak air, tetapi hanya
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat kampung Obaa.
Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat dilakukan di Puskesmas Mappi,
letaknya di pusat Kabupaten Mappi dari kampung jaraknya kurang lebih 1-2
Km. Puskesmas Mappi selain mengurus pasien berobat juga tersedia fasilitas
rawat-inap yang ditangani oleh dua orang tenaga dokter dibantu oleh sejumlah
mantri dan perawat. Selain tenaga kesehatan, masyarakat suku Yaghai
mengenal dukun yang berperan untuk mengobati orang sakit. Sampai saat ini
masyarakat masih banyak yang memanfaatkan tenaga dukun untuk
pengobatan. Kesadaran berobat masyarakat masih relatif rendah karena
masyarakat masih percaya pada kemampuan dukun.
2. Potensi SDA dan Mata pencaharian
Potensi sumber daya alam yang biasa dimanfaatkan masyarakat adalah hasil
hutan dan hasil laut.sungai. Hasil hutan berupa kayu pertukangan yang
memiliki nilai jual tinggi dan binatang buruan. Pemanfaatannya saat ini
terbatas karena potensi sudah menurun dan pasarnya tidak ada. Hasil
sungai/laut yang dimanfaatkan berupa jenis-jenia ikan, baik untuk konsumtif
maupun dijual pada pasar lokal.
Selain sumber daya alam, potensi pertanian juga sangat mencukupi dan saat
ini menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat. Hasil dari
pertanian dijual masyarakat ke pasar lokal yang terletak di ibu kota kabupaten.
Kebanyakan kaum perempuanlah yang memasarkan hasil pertanian sementara
kaum laki laki menangkap ikan. Hasil pertanian masyarakat diantaranya jenis
jenis sayuran lokal seperti jagung, kangkung, daun ubi, tomat, dan bayam.
Pada musim musim tertentu masyarakat menjual durian dan rambutan.
Hasil laut/sungai yang dijual berupa ikan duri, ikan gabus, dan ikan sembilang.
Hasil penjualan dari hasil pertanian relatif rendah, hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari. Hasil buruan masyarakat di kampung Obaa
diantaranya kasuari, biawak, mambruk, dan jenis unggas lainnya, namun tidak
dipasarkan oleh masyarakat. Hasil hutan/ jenis kayu yang dimanfaatkan antara
lain kayu besi, kayu rahai,dan kayu bintanggur. Saat ini pasarnya agak sulit,
sehingga masyarakat meminta bantuan misionaris khatolik untuk menjualnya.
Makanan pokok masyarakat Obaa umumnya Sagu, namun dengan masuknya
pendatang (orang makassar dan jawa), pola konsumsi sebagian masyarakat
lambat laun berubah dari sagu ke beras (mengikuti pola konsumsi pendatang).
4. Akses Kelembagaan
Akses kelembagaan di kampung tidak begitu lengkap, karena letak kampung
ini dekat dengan ibukota kabupaten sehingga mudah dijangkau masyarakat
seperti Rumah Sakit sangat dekat dengan kampung Obaa.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Thn 1950
Thn 1960
Thn 1963
Thn 1970
Thn 1970 -
Wartel
a mar s A
pi
SD YPPK Ke
e Kepi
Kepi
SM P Y PP K
Kuburan
G ereja
Kat oli k
Kompl.
Susteran
P
a
st o
r an
Dermaga
Kali Obaa
10
Sagu
Sagu
Durian
Rambutan
Rambutan
Sagu
Sagu
Durian
Sagu
Sagu
Kebun kasbi
Kebun pisang
Sagu
Durian
Kebun kasbi
Kebun pisang
Sagu
Rambutan
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Dermaga
Kelapa
Kelapa
Tempat
mencari
ikan
Kelapa
Kali Obaa
11
Rawa-rawa
Tempat
mencari
ikan
Kebun kasbi
Kegiatan
Menanam sayur-sayuran
Pangkur Sagu
Panen Durian
Panen Rambutan
10
Paskah
11
Bulan Rosario
12
Natal
13
Hari Kemerdekaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
12
Okt
Nov
Des
SD YPPK
BAPERKAM
GEREJA
PPL
PEM-KAM
LMA
PASAR
Ket. :
: Lembaga yang ada dikampung
: Lembaga yang tidak ada dikampung
13
14
Hasil hutan non kayu khususnya binatang buruan, diantaranya kasuari, babi
hutan dan jenis unggas lainnya, dimanfaatkan untuk kepentingan konsumtif.
Hasil lain dari dusun yang dimanfaatkan masyarakat adalah sagu, kelapa,
jagung dan ubi-ubian.
Hasil laut/sungai dimanfaatkan khusus untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti ikan, kepiting dan udang.
Hampir semua potensi yang ada, dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari dan sebagian lagi dijual di pasar lokal yang
terletak di ibukota kabupaten. Hasil pertanian tanaman buah-buahan juga
dimiliki masyarakat seperti durian dan rambutan, selain dimakan juga
dipasarkan di kota.
Berdasarkan potensi alam yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat, maka
umumnya masyarakat di kampung Muin hidup dengan mata pencaharian
sebagai pengumpul hasil hutan, bercocok tanam di dusun, dan menangkap
ikan. Makanan pokok masyarakat di kampung Muin adalah Sagu, sebagian
masyarakat mengkonsumsi beras sebagai makanan tambahan. Jenis ubi
ubian dan pisang, dimanfaatkan masyarakat sebagai makanan sampingan
masyarakat di kampung Muin.
3. SDM
Sebagian masyarakat berpendidikan SD dan terlihat juga pada jumlah murid
SD yang bersekolah sekarang lebih rendah dibandingkan jumlah anak usia
sekolah di kampung.
Hal ini dipengaruhi oleh sarana dan prasarana
pendidikan yang masih terbatas dan dengan jumlah tenaga pengajar yang
terbatas pula. Selain itu kurang adanya dukungan dari orang tua akan
pentingnya sekolah anak untuk masa depan mereka, hal ini juga berkaitan
dengan pendapatan secara ekonomis berpengaruh terhadap bagi anak anak
usia sekolah.
SD YPPK Muin saat ini tidak dapat digunakan karena rusaknya atap gedung
sekolah dan sementara proses belajar mengajar dilakukan di Gereja. Tenaga
guru tetap tidak ada di kampung saat ini dan yang mengajar adalah guru
honorer.
4. Akses Kelembagaan
LMA kampung cukup aktif menjalankan tugaskannya untuk melestarikan dan
menjaga nilainilai adat. Kepala Kampung menjalankan berjalan cukup baik
tetapi mengalami hambatan pada biaya operasional. Di kampung terdapat 1
buah bangunan pustu tetapi tidak ada petugas sehingga masyarakat biasanya
berobat ke Puskesmas ( sekarang Rumah Sakit ) di Distrik Obaa (Kepi) dengan
menggunakan perahu tradisional sekitar 30-60 menit.
Mayoritas masyarakat di kampung Muin beragama khatolik, sekolah sekolah
pionir yang didirikan oleh misionaris khatolik. Pembinaan keagamaan oleh
pihak gereja cukup aktif, masyarakat pun cukup aktif dalam kegiatan kegiatan
keagamaan yang diselenggarakan oleh pihak gereja seperti mudika, kelompok
kelompok doa dan kegiatan kerohanian lainnya pada hari hari besar
keagamaan.
5. Aspirasi dan Kebutuhan
Hasil indepth interview dan FGD dengan masyarakat, hal pokok yang menjadi
aspirasi masyarakat, adalah masalah perumahan yang dirasakan oleh
masyarakat kurang layak. Sarana transportasi sungai perlu ditingkatkan agar
hasil hasil pertanian dan perkebunan masyarakat dapat dipasarkan di Kepi.
15
15
Kestabilan harga pasar, karena harga pasar yang saat ini berlaku tidak
menguntungkan masyarakat sehingga motivasi masyarakat untuk memasarkan
hasil pertanian saat ini menurun.
Dibidang pendidikan, masyarakat membutukan sekolah sekolah Kejuruan
seperti pertanian, pertukangan, dan mesin untuk dapat mengelola SDA yang
ada di kampungnya. Kebutuhan terhadap tenaga guru menjadi hal yang urgent
untuk dipenuhi.
Perlu adanya penyuluhan penyuluhan di berbagai aspek baik dari pihak
Pemerintah atau swasta guna menambah pengetahuan masyarakat kampung
dalam meningkatkan ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
16
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Sejarah Kampung
Sejarah Kampung Muin
Thn < 1920
Thn 1935
Thn 1935
Thn 1970
Thn 1978
Thn 1980
Thn 1998
17
SD YPPK
Pengasapan ikan
Tambatan
perahu
Katolik
Gereja
ut s u P
Lap a
nga n
Bo la
18
Kebun kasbi
Durian
Kelapa
Rambutan
Kebun pisang
Durian
Durian
Kebun pisang
Kebun pisang
Kebun pisang
Rawa-rawa
Kelapa
Kebun kasbi
Kelapa
Kebun kasbi
Kebun pisang
Kelapa
Durian
Kebun kasbi
Kebun kasbiKebun kasbi
Kelapa
Kelapa Kelapa
Rambutan
Rambutan
Rambutan
Durian
Kelapa
Durian
Rambutan
Kelapa
Sagu
Rambutan
Sagu
Sagu
Rambutan
Rambutan
Kelapa
Rambutan
Kebun kasbi
Kebun kasbiKebun kasbi
Rambutan
Rambutan
Kelapa Rambutan
Kelapa
Kebun pisang
Durian
Durian
Kebun pisang
Lapa
ngan
Rambutan
Kebun pisang
Rambutan
Rambutan
Durian
Rambutan
Sagu
Tempat
mencari
ikan
Sagu
Sagu
Rambutan
Bola
Durian
Kelapa
Kebun kasbi
Kebun kasbi
Kelapa
Kelapa
Kebun kasbi
Kebun pisang
Sagu
Sagu
Durian
Kebun pisang
Durian
Kelapa
Rawa-rawa
Kebun pisang
Kelapa Kelapa
Kelapa
Rawa-rawa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
19
Tempat
mencari
ikan
Kegiatan
Menanam sayur-sayuran
Pangkur Sagu
Panen Durian
Panen Rambutan
10
11
12
Paskah
13
Bulan Rosario
14
Natal
15
Hari Kemerdekaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
20
Okt
Nov
Des
SD YPPK
PASAR
PEM-KAM
GEREJA
PPL
BAPERKAM
PUSTU
LMA
Ket. :
: Lembaga yang ada dikampung
: Lembaga yang tidak ada dikampung
21
22
23
24
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Sejarah Kampung
Sejarah Kampung Mur
Thn 1925
Thn 1936
Thn 1936
Thn 1936
Thn 1971
Thn 1978
25
Gudang
Jembatan
Gudang
Mesjid
Jalan Ke Kepi
Derm aga
Gereja Katolik
Polsek
SD YPPK
SD YPPK
s a ms ek s u P
nat s et or P aj er e G
Fo o d M a rt
Balai Desa
SMP N 1 Mur
ki rt si d r ot na K
ki rt si D ha mu R
F ood M art
Jembatan
Kuburan
Lapangan Bola
26
Dermaga
Kelapa
Hutan Heterogen
Kelapa
Sagu Kelapa
Kelapa
Sagu
Kelapa
Sagu
Sagu
Sagu
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Rambutan
Kebun ubi kayu
Kelapa
Rambutan Rambutan
Rambutan
Tebu
Tebu
Rambutan
Kelapa
Kelapa
Tebu
Tebu
Rambutan
Kelapa
Tebu
Karet
Tebu
Karet
Rambutan
Kelapa Kelapa
Karet
Karet
Jembatan
Rambutan
Rambutan
Kelapa Kelapa
Karet
Rambutan
Rambutan
Karet
Rambutan
Rambutan Rambutan
Rambutan
Rambutan
Karet
Karet
Karet
Karet
Rambutan Rambutan
Kelapa Kelapa Kelapa
Kelapa Kelapa
Kelapa
Rambutan
Hutan Heterogen
Kelapa Kelapa
Rambutan
Gambir
Gambir
Rambutan
Gambir
Kelapa
Hutan Heterogen
Kelapa
Gambir
Gambir
27
Kegiatan
Menanam sayur-sayuran
Pangkur Sagu
Menanam padi
Panen Rambutan
10
11
12
Paskah
13
Bulan Rosario
14
Natal
15
Hari Kemerdekaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
28
Okt
Nov
Des
SD YPPK
PEM-KAM
GEREJA
PPL
BAPERKAM
LMA
PASAR
SMPN1 MUR
PUSKESMAS
Ket. :
: Lembaga yang ada dikampung
: Lembaga yang tidak ada dikampung
29
30
31
4. Akses Kelembagaan
Peran gereja katolik sangat besar dalam membina iman dan perilaku
masyarakat di kampung. Masyarakat Asmat yang sudah cukup lama bermukim
di kampung Sumur Aman yang sudah dianggap saudara saudara oleh orang
Yaghai. Sistem kepemimpinan adat yang diketuai oleh seorang ketua adat (
weyir ) menjalankan tugas dan tanggung jawab kepada masyarakat dan semua
aturan adat berpusat pada rumah adat ( jew ) dimana terdapat perwakilan tua
tua adat dari setiap marga yang ada di kampung. Termasuk hubungan
kekeluargaan dengan suku Yaghai yang disebut Yagmat ( Yaghai Asmat ).
Pustu di kampung aktif memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
sementara sebagian masyarakat kampung belum memiliki pemahaman yang
cukup baik untuk memeriksa kesehatan jika sakit, hal ini disebabkan masih
adanya pemahaman adat yang cukup kuat sehingga penyakit biasanya
dipersepsikan dengan perbuatan yang salah dengan adat.
Pasar merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat, di
kampung Sumur Aman tidak ada pasar sehingga masyarakat cukup kesulitan
memasarkan hasil. Kondisi ini dipergunakan oleh pedagang luar untuk
mempermainkan harga khususnya potensi laut yang sebenarnya mempunyai
harga jual cukup tinggi.
Di kampung Sumur Aman tidak ada petugas PPL, biasanya Misionaris
beupaya memberikan bantuan atau berkoordinasi aparat pemerintah tingkat
Distrik untuk memberikan bantuan seperti jenis sayur sayuran untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, belum pernah ada lembaga
swasta lain yang masuk ke kampung ini..
5. Aspirasi dan Kebutuhan
Masyarakat kampung Sumur Aman membutuhkan pasar lokal untuk dapat
memasarkan hasil terutama hasil laut. Sarana transportasi sangat dibutuhkan
untuk dapat menjangkau ibukota Distrik dengan lancar.
Kondisi sarana pendidikan di sumur aman hanya 1 buah SD Inpres,
masyarakat membutuhkan pendirian sekolah yang berjenjang lebih tinggi,
sehingga untuk melanjutkan sekolah tidak perlu jauh jauh ke ibu kota
kabupaten. Masyarakat juga menginginkan tenaga guru yang benar benar
mengabdi, karena masyarakat mengeluhkan guru yang tidak aktif mengajar.
Adanya penyuluhan atau pelatihan dari pihak pemerintah atau swasta
khususnya dalam bidang perikanan guna peningkatan kualitas dan pemasaran
hasil masyarakat.
Perlu adanya penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat menjaga dan
meningkatkan kesehatannya. Bidang pertanian perlu ditingkatkan sehingga
masyarakat dapat menghasilkan i makanan untuk memenuhi kebutuhan seharihari.
32
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Sejarah Kampung
Sejarah Kampung Sumur Aman
Thn 1920
Thn 1925
Thn 1930
Thn 1950
Thn 1960
Thn 1980
33
Food
Mart
Balai Desa
Jew/Rumah Adat
Gereja
KPPY DS
Lapangan Bola
Pustu
Bak air
sekolah
Bak air
sekolah
Kuburan
34
Kali Coc
Tempat
mencari ikan
Bakau
Bakau
Bakau
Bakau
Bakau
Bakau
Bakau
Bakau
Tempat
mencari ikan
Bakau
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Kelapa
Hutan Sagu
Kelapa
Kelapa
Kelapa Kelapa
Kayu Bus
Hutan Sagu
Kayu Bus
Hutan Sagu
Kayu Bus
Hutan Sagu
Kayu Bus
Ubi kayu
Kayu BusKayu Bus
Ubi kayu
Ubi kayu
Hutan Heterogen
Hutan Heterogen
Hutan Heterogen
Hutan Heterogen
35
Kegiatan
Menanam sayur-sayuran
Pangkur Sagu
10
11
Paskah
12
Bulan Rosario
13
Natal
14
Hari Kemerdekaan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
36
Okt
Nov
Des
SD INPRES
PPL
GEREJA
PASAR
PEM-KAM
PUSTU
LMA
Ket. :
: Lembaga yang ada dikampung
: Lembaga yang tidak ada dikampung
37
Kab. Mimika
Dist.
Akat
Kab.. Asmat
KAB MAPPI
P
N
G
Dist.
Midiptana
Legend
: Batas Negara
: Batas Kabupaten
: Batas Kecamatan
38
PROFIL KAMPUNG
LOKASI KAJIAN PERIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN MERAUKE
KEADAAN UMUM
Kabupaten Merauke terletak di Pantai Selatan Irian jaya,
dekat perbatasan dengan Negara Papua Niew Guinea (PNG).
Wilayah ini yang terbentang dari Pantai sampai Sungai Digul
adalah daerah yang didiami Suku Bangsa Marind.
Kabupaten Merauke memiliki jumlah penduduk 171.009 jiwa
terdiri dari 89,253
laki-laki dan 81,846 perempuan serta
luas wilayah mencapai 45.071 Km, terletak diantara 137
141 Bujur Timur dan 5 9 Lintang Selatan. Kabupaten
Merauke sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten
Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, sebelah selatan dan
sebelah barat berbatasan dengan laut Arafuru, serta di
bagian timur berbatasan dengan Papua New Guinea (PNG).
Jumlah distrik pada tahun 2005 tercatat 11 yaitu Kimaam ,
Okaba, Kurik, Merauke, Semangga, Tanah Miring, Jagebob,
Sota, Muting, Elikobel dan Ulilin. Jumlah kampung sebanyak
160, kelurahan 8.
Kabupaten Merauke. didirikan oleh pemerintah Belanda yang
membuka pos pemerintah pada tanggal 12 Februari 1902, dekat
muara Sungai Maro di jalan Ermasu sekarang Merauke. Hingga
saat ini ulang tahun kota Merauke
diperingati setiap
tanggal 12 Februari, dimana pada ulang tahun yang ke-100
pada tahun 2002 lalu lahirlah motto pembangunan menggunakan
bahasa Marind IZAKOD BEKAI IZKOD KAI yang artinya SATU
HATI SATU TUJUAN
BUDAYA DAN POLA KEHIDUPAN
Penduduk asli Merauke adalah suku Marind terbagi atas
beberapa sub suku (Marind Pantai, Dek, Bob, Marori, Kanum,
Yeinan) dan terdiri dari 5 marga besar yaitu ; Gebse,
Mahuse, Basik basik, Balagaise, dan Samkakai.
Sub Suku Marind Kanum terbagi atas 5 marga besar yaitu :
Dimar, Ndiken, Sanggra, Gelambu dan Maywa.
Sub Suku Marind Yeinan terbagi atas 5 marga besar yaitu :
1. YEMUNAIN
: Wenanjai; Yoakajai; Kwipalo; Kwarjei;
Dagaljei
2. KABROHNAIN : Guamerjei;Kwekujei;Dagijei;Ipijei;Blojei;
Tabaljei;Tangkarjei; Ongjei
3. YANGGIPNAIN : Gagujei; Webtu; Gualjei; Bongjei
4. MAUJEINAIN : Kodaip; Mago; Kwemo; Galjai; Moujei
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih menerapkan
budaya Marind terutama saat acara kematian, perkawinan,
angkat anak, tusuk telinga dan inisiasi yang ditandai dengan
acara bunuh babi. Dimana bila ada anggota keluarga meninggal
dunia maka keluarga yang ditinggalkan harus berpuasa selama
40 hari berpantang makanan yang bernafas, tidak boleh
berburu atau memancing dan juga dilakukan acara tanam
misar / tongkat pemali yang menandai dimulainya budaya SASI
yaitu tidak boleh mengambil hasil selama satu tahun, dapat
dilakukan pada kebun kelapa, kali atau dusun sagu. Tujuan
SASI sebenarnya adalah untuk membatasi eksploitasi dan
meningkatkan hasil kebun kelapa, jumlah ikan di kali dan
1
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
3
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
DAN
KEADAAN UMUM
7
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Hutan Campuran
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
J l . Ke Tomer
Kul er
Rumah
Rumah
Hutan Campuran
Lahan s awah
n
mpu
ra
Gerej a
SD
Bal ai Des a
Perumahan Mas y arak at
Kuburan
Umum
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
Laut
Arafura
8
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Lahan s awah
Jembatan Ke Pantai
Gues t
Hous e
Kali Ban
ggu
Pus k es mas
Rmh
Pos Pol i s i
Rmh Rmh
Huta
n Ca
Lahan s awah
Hutan Campuran
Sagu
Lahan s awah
Hutan Heterogen
J l . Ke
Kul er
Hutan Heterogen
erog
en
n He t
Pos Pol i s i
Gerej a
Sagu
Lahan s awah
Jembatan Ke Pantai
Kuburan
Umum
gu
SD
Bal ai Des a
Tumbuhan Kelapa
Gues t
Hous e
Tumbuhan Kelapa
Laut Arafura
Kal i Ba
ng
Pus k es mas
Hu ta
Sagu
Lahan s awah
Hutan Heterogen
Lahan s awah
Lahan s awah
No
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Feb
Maret
April
Mei
Bulan
Juni
Juli
Menanam Padi
Menanam Ubi-ubian
Membuat Minyak Kelapa
Mengumpulkan Pasir
Menjaring Ikan
Menjaring Udang
Berburu Rusa
Hari Keagamaan Kristiani
Hari Kemerdekaan RI
Membuat Kapur
Mengolah Kemiri
10
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
PPL
Pasar
Sekolah Dasar
Pemerintahan
Distrik/
Kampung
LSM (WVI)
YWL
Puskesmas/
Pustu
Masyarakat
WWF
Pedagang
Keliling
Lembaga
Musyawarah
Adat (LMA)
Gereja
11
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
DAN
KEADAAN UMUM
13
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
D. AKSES KELEMBAGAAN
Kelembagaan kampung secara kepengurusan lengkap dan aktif
mengikuti kegiatan pertemuan di distrik/kabupaten namun
tidak memilki program atau perencanaan pembangunan kampung
kedepan Sedangkan untuk lembaga puskesmas pembantu cukup
aktif dengan 1 orang tenaga mantri, dimana kegiatan posyandu
aktif dilakukan setiap bulan.
Satu-satunya lembaga sekolah yang tersedia adalah SD YPPK
yang sec.ara aktif melaksanakan kegiatan belajar mengajar
oleh 2 orang guru tetap dan 4 orang guru honor yang direkrut
dari pemuda/I local yang telah menyelesaikan pendidikan SMU.
Hampir sebagian besar penduduk Poo beragama Kristen katolik,
untuk kegiatan pelayanan keagamaan ini dibina oleh seorang
pastor yang secara berkala melakukan pelayanan dan dibantu
oleh seorang dewan paroki dari masyarakat local sehingga
pelayanan berjalan aktif. Sedangkan untuk mengatasi masalahmasalah adat terdapat juga lembaga adat / LMA yang
terstruktur baik dan dilengkapi dengan polisi adat, walaupun
seringkali
tidak
berfungsi
secara
adminitratif
dan
operasional.
Sebagai salah satu daerah potensi pertanian kampung Poo
memiliki seorang PPL, namun keberadaan PPL yang jarang
berkunjung tidak jelas perannya sehingga aktifitas pertanian
di kampung hanya dari Yayasan Almamater.
Salah satu masalah yang menyebabkan rendahnya pendapatan
masyarakat adalah akses pasar yang cukup jauh dimana
masyarakat masih tergantung dengan keberadaan pedagang
keliling untuk memasarkan hasil usaha.
ke
pasar.
Disamping
itu
perlu
dilakukan
peningkatan
produktifitas usaha di bidang perikanan dan pertanian
mengingat potensi sumber daya alam yang menjadi andalan
masyarakat telah menurun. Maka untuk mengatasi hal ini
masyarakat perlu dibekali dengan pelatihan untuk mengelola
sumber daya alam yang masih tersisa guna meningkatkan
pendapatan keluarga.
Sagu sebagai tanaman adat yang turun temurun telah
diusahakan pengembangannya secara tradisional pada musim
kemarau tahun 1997 lalu banyakyang terbakar, sehingga
jumlahnya turun drastis. Hal ini menyebabkan masyarakat
harus menempuh perjalanan cukup jauh untuk memperoleh sagu.
Mengatasi keadaan ini mereka mengharapkan adanya program
pengembangan budidaya sagu yaitu untuk meningkatkan kembali
kesadaran
dan semangat masyarakat yang
semakin menurun sejak
peristiwa kebakaran dusun tahun 1997 lalu. Manfaat tanaman
sagu cukup banyak, disamping sebagai makanan pokok juga
dapat digunakan untuk keperluan i bahan industri.
15
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Dusun sagu
Dus un s agu
Dusun sagu
Dusun sagu
Dusun sagu
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
PPL
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Pustu
a ro
Kali M
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Jl. Ke Toray
Rumah
Rumah
Tanaman sagu
Lahan Sawah
Gereja
Persemaian Gambir
S ek olah
16
Rumah
Lahan Sawah
Balai desa
n Bu
H ut a
Rumah Rumah
Tanaman s agu
Rumah
Rumah
Rumah
Kuburan umum
KUD
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
at
Ob
e
aw
aw
li T
Ka
Lahan Gambir 600 Anakan
Rumah
Rumah
li
Ka
Lahan Sawah
Lahan Sawah
Rumah
Rumah
P
a
t
u
n
g
Rumah
Jl. Ke Jagebob
Rumah
Jembatan
Dusun sagu
Rumah
Dusun Sagu
Dusun Sagu
Dusun Sagu
Dusun Sagu
t
ba
li O
a
K
Jl. Ke Toray
Jl. Ke J agebob
Lahan Sawah
Lahan Sawah
li
Ka
Tanaman sagu
w
Ta
Kuburan umum
e
aw
Lahan Gambir 600 Anakan
P.kes
m as
Bal ai desa
Hutan Bus
KUD
Tanaman sagu
Maro
Kali
Lahan Sawah
Persemaian Gambir
Gereja
P
a
t
u
n
g
S ek olah
17
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
No
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Feb
Maret
April
Menangkap Arwana/Keloso
Menjaring Ikan Kakap
Menjaring Udang
Menanam Padi
Mencari Gambir
Menanam Sayur
Hari Keagamaan Kristiani
Hari Kemerdekaan RI
Berburu Rusa/Kasuari dll
18
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Mei
Bulan
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
PPL
Pemerintahan
Distrik/
Kampung
Pasar
Sekolah Dasar
LSM
(Almamater)
Puskesmas/
Pustu
Masyarakat
Lembaga
Musyawarah
Adat (LMA)
Gereja
Khatolik
Koperasi
Unit
Desa
(KUD)
Pedagang
Keliling
19
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
DAN
KEADAAN UMUM
B.
awal musim hujan karena ikan ini hidup di air tawar dan
harga jualnya cukup tinggi yaitu Rp. 3.000 per ekor.
Potensi yang besar ini menyebabkan banyak pihak luar yang
tertarik masuk mengambil hasil untuk diperdagangkan, bahkan
pengambilan ikan/udang dengan menggunakan kapal-kapal motor.
Sedangkan hasil laut yang diperoleh saat ini jumlahnya
semakin sedikit dan hanya dapat dijual pada pedagang
keliling yang telah menetapkan harga misalnya harga udang
besar Rp. 7.000 per kg, harga daging rusa Rp. 7.000 per kg
sehingga dirasakan kurang menguntungkan bagi masyarakat,
sampai
saat ini hasil yang diperoleh terbatas untuk
konsumsi sehari-hari. Keterbatasan hasil ini karena sampai
saat ini masih banyak pihak luar yang datang dengan
menggunakan prasarana tangkap yang lebih baik dan lebih
banyak.
Penurunan hasil dari laut ini diikuti pula dengan semakin
sulitnya mendapatkan hewan buruan seperti rusa, babi hutan
dan saham. Padahal sebelum tahun 1990 kampung Okaba terkenal
sebagai penghasil daging
dan dendeng rusa namun karena
adanya perburuan dari pihak luar selama 15 tahun belakangan
dengan menggunakan motor dan senapan membuat hewan buruan
semakin
jauh
masuk
hutan
sementara
masyarakat
hanya
menggunakan senjata tradisional seperti panah dan parang
sehingga memperoleh hasil terbatas dan kampung Okaba tidak
lagi dikenal sebagai sentra rusa. Hewan buruan yang masih
banyak diperoleh adalah saham dan babi hutan, sedangkan
pendatang sebagai pembeli banyak yang tidak menyukai
sehingga harga jual saham rendah yaitu sekitar Rp. 3.000 per
kg dan pemasaran daging babi terbatas hanya bagi umat
kristiani.
Upaya peningkatan pendapatan keluarga lainnya adalah melalui
usaha di bidang peternakan, pemerintah melalui program IDT
telah menyalurkan ternak sapi dan kambing untuk masyarakat.
Walau tidak berkembang dengan baik, karena ternaknya lebih
banyak dijual namun sampai saat ini ternak sapi masih ada
beberapa keluarga yang memilikinya. Usaha ternak ayam
melalui program distrik yaitu PPK (Program Pengembangan
Kecamatan) oleh kaum ibu saat ini sedang diupayakan.
Ketika pemerintahan Hindia Belanda dan misi masuk okaba
mulai dikembangkan perkebunan kelapa yaitu sejak tahun 1920,
dimana buah kelapa kering dijual ke kapal-kapal yang lewat
atau dijual ke kabupaten Merauke. Disamping itu pada tahun
1950 masyarakat di ajar membuat kopra oleh seorang pastor
yang kemudian pemasarannya dilakukan oleh pihak misi. Hingga
saat ini usaha perkebunan kelapa ini masih dipertahankan
masyarakat walaupun hanya dalam skala kecil yaitu dengan
menjual kelapa dalam bentuk kopra dan minyak kelapa, namun
karena pemasaran hasil cukup sulit maka tanaman kelapa ini
kurang terpelihara dengan baik sehingga terjadi penurunan
hasil.
Makanan pokok masyarakat adalah sagu yang diperoleh dari
dusun sagu dan letaknya cukup jauh dari kampung yang biasa
ditempuh dengan jalan kaki selama 3 jam Semakin jauhnya
letak dusun ini karena pengaruh pengembangan distrik yaitu
pembangunan
gedung-gedung
sekolah,
perkantoran
ataupun
sarana umum lainnya. Masyarakat asli Okaba sampai saat ini
masih rajin memelihara dusun sagu mereka yang juga ditanami
21
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
berhubungan
dengan
pembangunan kampung, misalnya untuk pelepasan tanah milik
masyarakat yang akan
23
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Puskesmas
J l,
ak
Koramil
Knt.
Distrik
Rumah Rumah
Lap B ola
SM P
Dusun Kelapa
Lahan Sawah
Bumbal
Lahan Sayuran
Perumahan Masy
Rmh.
Camat
S D Inpr es
P erumahan Mas y .
Tumbuhan Sagu
PLN
Perumahan Masy
Pemancar
Perumahan Masy
Kampung Alaku
Kampung Alatepi
Dusun Sagu
BPD
SD YPPK
Perumahan Masy
Perumahan Masy
Perumahan Masy
S MU
Kuburan
Peng
inapan
ma
er u
Sungai Koloy
Bandara
Rumah
Lahan
Sawah
Missi
Rumah
Perumahan Masy.
Perumahan Masy.
Perum ahan
S D. Y P K
Barak Polsek
P erumahan Mas y .
P er umahan Mas y .
Polsek
G. Protestan
P erumahan Mas y .
Perumahan M asy.
P erumahan Mas y .
Pasar
Perumahan Masy.
P er umahan Mas y .
Perumahan
Masy
P erumahan Mas y .
Masjid
h
ma
Ru
n
ha
a sy
M
Perumahan
masy
Kuburan
PPK
P er umahan Mas y .
Dusun K ela
pa
Bu
r
P erumahan Mas y .
Rumah
P erumahan Mas y .
Ke
Jl. Ke Tagaepe/Bade
Knt.
LMA
B arak P ols ek
R umah
R umah
G.Khatolik`
Tumbuhan K elapa
L a u t A rafu ra
24
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Tumbuhan K elapa
Tumbuhan K elapa
Knt.
Di stri k
Koram il
Puskesmas
Jl. Ke Buraka
Jl. Ke Tagaepe/Bade
Lahan Sawah
Bumbal
Hutan Heterogen
Ke
la
pa
SM P
Lap Bola
Hutan Heterogen
Du
su
n
Lahan Sayuran
S D Inpres
Tumbuhan Sagu
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
Dusun Sagu
SD YPPK
B andara
Polsek
Peng
inapan
Masjid
Kuburan
BPD
S MU
Pasar
Dusun Kelapa
PLN
Kuburan
Sungai
Kol oy
PPK
Pemancar
Lahan
Sawah
Missi
G. Protestan
SD.
YPK
Knt.
LMA
Tumbuhan Kelapa
Tumbuhan Kelapa
G.Khatolik`
Laut A rafura
25
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Tumbuhan Kelapa
No
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Feb
Maret
April
Menjaring Udang
Menjaring Ikan
Menangkap Arwana/Keloso
Menanam Ubi-ubian
Menanam Padi
Berburu Rusa/saham dll
Membuat Kopra
Membuat Minyak Kelapa
Hari Keagamaan Kristiani
Hari Kemerdekaan RI
26
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Mei
Bulan
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
Pemerintahan
Distrik/
Kampung
LSM/ YAYASAN
Pedagang
Keliling
Puskesmas
Masyarakat
Lembaga
Musyawarah
Adat (LMA)
Gereja/Masjid
Sekolah (SD,
SMP,SMA)
Pasar
PPL
27
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Bank
DAN
KEADAAN UMUM
30
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Hutan Campuran
Dus un Sagu
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
Rumah
hal ok e S
ha mu R
Dus un Sagu Marga
Mahus e/Samk ak ai
31
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Rumah
G. Protes tan
Lapangan Voll ey
Bal ai Des a
K ubur an U mum
ha mu R
Saw Mi l l
Rumah
J l . Ke Nak i as
Rumah
Hutan Campuran
Dusun Sagu
J l . Ke Ok aba
w
ta
a
Hutan Heterogen
Dus un Sagu
J l . Ke Nak i as
Saw Mi l l
K ubur an U mum
Bal ai Des a
G. Protes tan
Hutan Campuran
Dus un Sagu Marga
Boy en/Kai z e
Hutan Heterogen
ha
l ok e S
Dus un Sagu Marga
Mahus e/Samk ak ai
32
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Dusun Sagu
J l . Ke Ok aba
No
Jenis Kegiatan
Jan
1
2
3
4
5
6
7
Feb
Maret
April
Mei
33
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Bulan
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
Sekolah Dasar
Pemerintahan
Distrik/
Kampung
Puskesmas/
Pustu
LSM/Yayasan
Masyarakat
Pedagang
Keliling
Lembaga
Musyawarah
Adat (LMA)
Gereja
Protestan
34
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Kab. Mimika
Dist.
Akat
Dist.
Bomakia
Kab.. Asmat
KAB MAPPI
P
N
G
Dist.
Midiptana
TAGAEPE
Distrik
Kimaam
Dist. Muting
POO
Dist Okaba
.T. Miring
Kurik
Dist
Jagebob
ONGGAYA
Legend
: Batas Negara
: Batas Kabupaten
: Batas Kecamatan
: Lokasi Survey
35
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
36
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
37
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
Potensi Sumber Daya Alam yang ada di setiap kampung umumnya banyak, upaya
pemanfaatan lahan dengan menanam sayur dan menanam padi disela-sela tanaman
sagu di lahan pekarangan rumah. Salah satu tanaman adapt Marind yang masih
dilestarikan adalah tanaman Wati yang biasanya digunakan dalam pesta-pesta adat.
38
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
39
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke
PROFIL KAMPUNG
LOKASI KAJIAN PRIKEHIDUPAN BERKELANJUTAN
MASYARAKAT
DI KABUPATEN MERAUKE
40
Kajian Perikehidupan Berkelanjutan Masyarakat Merauke