Anda di halaman 1dari 36

MATERI AUDITING 2

AUDIT SIKLUS PENDANAAN

DOSEN PEMBIMBING:
Hestin Sri Widiawati, S.Pd., M.Si.

DI SUSUN OLEH :
1. Vilda Saputri (18.1.02.01.0050)
2. Ahmad Anas Murtado (18.1.02.01.0060)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.76, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur
64112
AUDIT SIKLUS PENDANAAN

Konsep Dasar Siklus Pendanaan

Pengertian

Siklus pendanaan adalah siklus transaksi yang berhubungan dengan

kegiatan pendanaan, baik dalam bentuk utang jangka pajang maupun dalam

bentuk penerbitan saham.

Sifat siklus pendanaan hampir mirip dengan siklus investasi, dimana


perbedaannya ialah jika dalam siklus investasi perusahaan membeli saham
atau obligasi perusahaan lain, maka dalam siklus pendanaan perusahaan
mengeluarkan surat berharga saham atau obligasi (utang jangka panjang). Siklus
pendanaan berkaitan dengan transaksi mengenai penghimpunan dana dari pihak
lain, dimana penghimpunan dana ini dimaksudkan sebagai setoran modal melalui
penjualan saham maupun sebagai utang jangka panjang. Disamping itu, siklus
pendanaan juga berkaitan dengan pembayaran kembali utang jangka panjang
yang telah jatuh tempo, pembayaran bunga dan dividen. Siklus ini meliputi dua
kelompok transaksi yaitu :
 Transaksi utang jangka panjang: yang meliputi utang obligasi,
hipotik, wesel, dan pinjaman, beserta pembayaran pokok dan bunganya.
 Transaksi ekuitas pemegang saham (modal): yang meliputi
penerbitan dan penebusan kembali saham prefern dan saham biasa,
transaksi pembelian kembali saham dan pembayaran dividen.
Siklus pendanaan bersinggungan dengan siklus pengeluaran kas, dimana
hal ini memiliki alasan karena pembayaran bunga obligasi dan dividen
oleh perusahaan biasanya dilaksanakan dalam bentuk uang atau sejenisnya.
Rekening yang terkait dalam siklus pendanaan :
Transaksi Utang Jangka Transaksi Ekuitas
Panjang Pemegang Saham
Obligasi, hipotik, wesel, dan Saham preferen
pinjaman jangka panjang
Premi obligasi Saham biasa

Utang bunga Saham dibeli kembali

Biaya bunga Paid-in capital

Laba rugi dalam penghentian Laba ditahan


obligasi
Dividen
Utang dividen

Transaksi dan akun

Transaksi siklus pendanaan mencakup:

1)        Transaksi utang jangka panjang ke bank atau lembaga keuangan lain, serta

penggunaan aset tetap sebagai jaminan utang.

2)        Transaksi angsuran periodik dan pembayaran bunga utang jangka panjang.

3)        Transaksi penyesuaian beban/utang bunga pada akhir periode akuntansi.

4)        Transaksi pelunasan utang jangka panjang.

5)        Transaksi utang leasing.

6)        Transaksi angsuran periodik utang leasing.

7)        Transaksi penyesuaian beban/utang bunga atas utang leasing pada akhir

periode akuntansi.

8)        Transaksi utang obligasi, dijual dengan premium atau dengan diskonto.

9)        Transaksi pembayaran bunga obligasi dan amortisasi premium atau diskonto

obligasi.

10)    Transaksi penyesuaian beban/utang bunga obligasi pada akhir periode

akuntansi.

11)    Transaksi pelunasan utang obligasi.

12)    Transaksi penjualan saham preferen dan saham biasa SECARA TUNAI,

dengan diskonto (disagio saham) atau dengan premium (agio saham).


13)    Transaksi penjualan saham biasa SECARA ANGSURAN (Subscription

Stock).

14)    Transaksi penarikan kembali saham sebagai SAHAM TREASURY, baik

dicatat dengan metode kos maupun dengan metode nilai nominal.

15)    Transaksi penjualan kembali saham treasury.

Akun-akun dalam siklus pendanaan:

Akun-akun dalam siklus pendanaan dapat dilihat di ilustrasi 1.1., yaitu akun-

akun dengan saldo xxxx:

Ilustrasi 1.1.

Laporan Posisi Keuangan

Aset Lancar Utang Lancar

       Piutang Pesanan Saham xxxx         Utang Bunga xxxx

Investasi Jangka Panjang Utang Dividen


         xxxx

Aset Tetap Utang Jangka Panjang

Aset Tidak Berwujud          Utang Janka Panjang – Bank xxxx

Aset Lain-lain          Utang Leasing xxxx

         Utang Obligasi xxxx

         Premium/Diskonto Utang xxxx

Obligasi

Modal Saham

Modal Saham Dipesan


         xxxx

Modal Saham Preferen


         xxxx

Agio Saham Preferen


         xxxx

Modal Saham Biasa


         xxxx

Agio Saham Biasa


         xxxx
Saham Treasury
         xxxx

Agio Saham Treasury


         xxxx

Laba Yang Ditahan


         xxxx

Tujuan Audit Siklus Pendanaan


Tujuan audit siklus pendanaan adalah untuk memperoleh bukti
tentang masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan
saldo siklus pendanan. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori
asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen. Tujuan audit siklus
pendanaan adalah sebagai berikut:

Kategori Asersi Tujuan Audit Tujuan Audit Saldo


Kelompok Transaksi Rekening
Keberadaan atau Transaksi-transaksi  Saldo utang
Keterjadian biaya bunga dan jangka panjang
transaksi laba-rugi dalam
lainnya yang telah pembukuan
dibukukan mencerminkan
mencerminkan pengaruh utang yang ada
dari transaksi dan pada tangal
kejadian utang jangka neraca.
panjang yang terjadi
dalam tahun yang
diperiksa.  Saldo ekuitas
pemegang
saham (modal)
dalam
pembukuan
mencerminkan
hak pemilik
yang ada pada
tanggal neraca.
Kelengkapan Semua biaya bunga  Saldo-saldo utang
dan transaksi jangka panjang
pendapatan lain yang mencerminkan
berkaitan dengan semua utang
utang jangka jangka panjang
panjang yang terjadi kepada kreditur
selama periode yang per tanggal
diperiksa telah dicatat. neraca.

 Saldo ekuitas
pemegang saham
mencerminkan
klaim pemilik
atas asset
perusahaan.
Hak dan Kewajiban  Semua saldo
utang jangka
panjang dalam
pembukuan
mencerminkan
kewajiban
perusahaan.

 Saldo ekuitas
pemegang saham
mencerminkan
klaim pemilik
atas aset
perusahaan.
Penilaian atau Transaksi biaya bungan Saldo-saldo utang jangka
Pengalokasian dan pendapatan lainnya panjang da ekuitas
yang berkaitan dengan pemegang saham telah
utang jangka panjang dinilai dengan tepat
telah dinilai dengan sesuai dengan PABU.
tepat sesuai dengan
PABU.
Penyajian dan Transaksi utang jangka  Saldo-saldo utang
Pengungkapan panjang dan ekuitas jangka panjang
pemegang saham dan ekuitas
(modal) telah pemegang saham
diidentifikasi dan telah
dikelompokkan diidentifikasi dan
dengan benar dalam dikelompokkan
laporan keuangan. dengan tepat
dalam laporan
keuangan.

 Semua syarat,
ketentuan,
komitmen dan
kewajiban yang
berkaitan dengan
utang jangka
panjang telah
diungkapkan
dengan memadai.

 Semua hal yang


berkaitan dengan
penerbitan saham
seperti nilai
nominal atau nilai
yang ditetapkan,
saham diotorisasi
dan saham
ditempatkan,
serta jumlah
saham yang
dibeli kembali,
telah
diungkapkan.

Potensi Kesalahan

Sebagaimana audit pada siklus transaksi yang lain, audit siklus pendanaan

diperlukan karena adanya potensi kesalahan pelaporan, baik kesalahan tersebut

bersifat tidak disengaja (error) maupun bersifat disengaja (fraud/irregularity).

Potensi kesalahan dalam siklus pendanaan antara lain adalah:

1.            Kesalahan pelaporan saldo akun transaksi pendanaan (lihat akun akun pada

ilustrasi 1.1.), misalnya karena kesalahan pisah batas transaksi atau sengaja

tidak melaporkan utang jangka panjang secara lengkap karena pertimbangan

tertentu.

2.            Uang hasil pendanaan tidak digunakan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

3.            Penyalahgunaan dana pelunasan pinjaman oleh oknum staf perusahaan.

4.            Kesalahan pencatatan pelunasan pinjaman, misalnya kesalahan klasifikasi

unsur pelunasan pokok pinjaman dan pelunasan bunga pinjaman.

5.            Kesalahan pencatatan utang leasing karena kesalahan klasifikasi antara

leasing operasional (operating lease) dan leasing pendanaan (financing

lease).

6.            Kesalahan pencatatan penyesuaian utang bunga pada akhir periode

akuntansi.
7.            Kesalahan pencatatan beban bunga, misalnya karena tidak

memperhitungkan  amortisasi premium atau diskonto utang obligasi.

8.            Kesalahan pencatatan konversi utang obligasi dengan saham.

9.            Kesalahan pencatatan transaksi penjualan saham dengan pola

pesanan (subscription stock), terutama pada saat pemesan saham gagal

melunasi kekurangan pembayaran saham.

10.        Kesalahan pencatatan pengumuman dan pembayaran dividen, misalnya

dalam kasus dividen saham atau dividen likuidasi.

11.        Kesalahan pencatatan saham treasury dan penjualan kembali saham

treasury.

Tinggi rendahnya potensi kesalahan (potensi salah saji) dipengaruhi oleh

kecukupan dan efektifitas SPI (Sistem Pengendalian Internal) pada masing-masing

transaksi pendanaan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan efektifitas serta efisiensi

proses audit, standar audit mensyaratkan auditor untuk memahami serta menguji

SPI pada masing-masing transaksi, misalnya dengan mengevaluasi SOP (Standar

Operasional dan Prosedur) serta peralatan (teknologi) yang digunakan

untuk mendukung ketepatan pencatatan transaksi, dan

juga kompetensi serta integritas pelaksana transaksi.

Sistem Pengendalian Internal (SPI)


Sebagaimana audit untuk siklus transaksi yang lain, untuk menjamin
efektifitas dan efisiensi proses audit, auditor perlu memahami dan menguji SPI
untuk transaksi pendanaan, baik untuk transaksi utang jangka panjang maupun
untuk transaksi saham.
Unsur-unsur SPI yang perlu difahami dan diuji mencakup unsur-unsur yang
ada dalam framework SPI COSO  (Committee of Sponsoring Organizations),
yaitu: (1) lingkungan pengendalian, (2) asesmen risiko, (3) aktivitas pengendalian,
(4) sistem informasi dan komunikasi, dan (5) monitoring. Auditor perlu
memahami keberadaan masing-masing unsur pengendalian tersebut melalui
evaluasi bukti-bukti dokumenter serta kebijakan dan prosedur yang berlaku dalam
pelaksanaan masing-masing jenis transaksi.

Secara ringkas, unsur-unsur SPI mencakup beberapa hal sebagai berikut:


1.            Perencanaan, misalnya perencanaan atas pendanaan proyek
pengembangan bisnis.
2.            Anggaran, misalnya anggaran atas pendanaan dan alokasi dana proyek
pengembangan bisnis.
3.            Otorisasi, misalnya penetapan SOP (Standar Operasional dan Prosedur)
untuk pendanaan, penggunaan dana, pertanggungjawaban penggunaan dana,
dan evaluasi efektifitas penggunaan dana.
4.            Dokumen transaksi, adalah standar dokumen transaksi untuk transaksi
pendanaan dan penggunaan dana.
5.            Dokumen pembukuan, adalah standar pencatatan dan pelaporan untuk
pendanaan dan penggunaan dana.
6.            Teknologi informasi, adalah program aplikasi untuk proses dokumentasi,
pengolahan data, dan pelaporan transaksi pendanaan dan penggunaan dana.
7.            Pengecekkan independen, adalah sistem untuk deteksi dini
ketidaktepatan perenanaan, pelaksanaan, dan pelaporan aktifitas pendanaan.
8.            SDM yang kompeten, adalah dukungan SDM yang menguasai
kompetensi untuk melaksanaan tugas-tugas menjadi tanggungjawabnya.
9.            Monitoring, adalah pemantauan terhadap kecukupan dan efektifitas
desain SPI.

a.        Fungsi-fungsi Transaksi
Salah satu unsur SPI adalah pemisahan fungsi transaksi (segregation of
duties), dengan tujuan: (1) meningkatkan efektifitas serta kualitas pelaksanaan
kegiatan, (2) mencegah potensi penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab.
Kebijakan pemisahan fungsi transaksi bisa berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Unsur pemanfaatan TI bisa menjadi salah satu penyebab
perbedaan, misalnya dengan TI beberapa fungsi bisa disatukan karena
pelaksanaan pengendalian dilakukan melalui TI.
Secara umum, fungsi-fungsi yang perlu dipisah adalah (1) fungsi otorisasi,
(2) fungsi pembukuan, (3) fungsi penyimpanan.  

Fungsi-fungsi transaksi dalam siklus pendanaan mencakup:


1.  Fungsi otorisasi utang jangka panjang, utang obligasi, dan modal saham.
2.  Fungsi pelaksana teknis pendanaan, mencakup: utang jangka panjang,
penerbitan utang obligasi, penerbitan saham, pelunasan obligasi, dan
penarikan kembali saham.
3.  Fungsi penerimaan kas atas hasil pendanaan serta fungsi pengeluaran kas
untuk biaya pendanaan dan pelunasan pendanaan.
4.  Fungsi pembukuan transaksi pendanaan.

b.        Bukti-bukti transaksi:
Bukti-bukti transaksi dapat berupa bukti manual atau bukti elektronik, yang
mencakup:
1.               Dokumen rencana pendanaan.
2.               Dokumen anggaran penerimaan dan penggunaan hasil pendanaan.
3.               Memo otorisasi pendanaan: otorisasi utang jangka panjang, otorisasi
penerbitan utang obligasi, dan otorisasi penerbitan modal saham.
4.               Dokumen penjaminan pendanaan.
5.               Bukti penerimaan kas atas hasil pendanaan.
6.               Dokumen keputusan penarikan kembali saham dan penjualan kembali
saham yang telah ditarik (saham treasury).
7.               Memo otorisasi penarikan kembali saham.
8.               Bukti pengeluaran kas untuk biaya pendanaan (bunga dan dividen),
pelunasan utang jangka panjang, pelunasan utang obligasi, dan penarikan
kembali saham.
9.               Memo penyesuaian beban bunga pada akhir periode akuntansi.

c.              Dokumen Pembukuan
Dokumen pembukuan dapat berupa dokumen manual dan dapat
berupa dokumen elektronik.
1.            Jurnal penerimaan kas (untuk penerimaan kas atas hasil pendanaan)
2.            Jurnal pengeluran kas (untuk pengeluaran kas yang berhubungan dengan
pendanaan)
3.            Jurnal umum (untuk penyesuaian bunga dan pengumuman dividen)
4.            Buku pembantu untuk masing-masing kategori akun pendanaan.
5.            Buku besar (ringkasan buku pembantu).
6.            Laporan periodik status akun pendanaan.

d.        Pemahaman dan Pengujian SPI


Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses audit, auditor perlu
memahami dan menguji SPI untuk masing-masing objek audit. Hasil pemahaman
dan pengujian SPI harus didokumentasikan secara sistematis dan lengkap, baik
dalam bentuk narasi, daftar pertanyaan, maupun dalam bentuk bagan alir.
Pengujian SPI diperlukan karena antara standar SPI dengan pelaksanaan SPI bisa
terjadi perbedaan. Tujuan pehaman dan pengujian SPI adalah untuk membuat
asesmen tingkat potensi kesalahan, baik yang bersifat tidak disengaja (error)
maupun yang bersifat disengaja (erregularity). Asesmen tingkat potensi salah saji
digunakan untuk menentukan sifat, saat, dan luas pengujian substantif.

Materialitas Salah Saji


Materialitas salah saji adalah ukuran tentang materialitas temuan kesalahan
dalam audit asersi manajemen. Suatu kesalahan dikatakan material jika kesalahan
tersebut mengganggu keyakinan auditor tentang kewajaran asersi manajemen
yang sedang diaudit, atau diprakirakan akan berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pengguna laporan keuangan.
Hasil asesmen kualitas SPI serta potensi salah saji digunakan sebagai dasar
penentuan materialitas salah saji, sehingga ukuran materialitas salah saji bisa
berbeda antara satu asersi dengan asersi yang lain, dan juga antara satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain.
Ukuran materialitas salah saji ditentukan berdasarkan pertimbangan
profesional auditor, dengan mengacu pada hasil pemahaman dan pengujian SPI
untuk asersi manajemen yang diaudit. Pertimbangan profesional adalah
pertimbangan yang didasarkan pada keluasan pengalaman, tingkat pelatihan, dan
pendidikan auditor. Pertimbangan profesional tidak bisa diajarkan, tetapi harus
dikembangkan sendiri oleh masing-masing auditor.

Sikap Auditor Terhadap Temuan Salah Saji


1.               Jika temuan kesalahan dipandang tidak material, auditor membuat
usulan jurnal penyesuaian atau usulan tambahan pengungkapan, tergantung
pada bentuk kesalahannya, dan asersi yang diaudit dianggap wajar.
2.               Jika temuan kesalahan dipandang material, auditor melakukan
pengujian tambahan untuk meyakinkan kewajaran asersi yang diaudit. Jika
dari hasil pengujian tambahan tetap tidak diperoleh keyakinan tentang
kewajaran asersi yang diaudit, maka asersi yang diaudit dikecualikan dari
pendapat auditor.

Penyusunan Program Audit Siklus Pendanaan serta Penerapan Prosedur


Audit
Penerbitan obligasi dan saham biasa biasanya merupakan sumber dana
modal yang utama. Siklus pendanaan berkaitan dengan siklus pengeluaran ketika
kas dikeluarkan untuk membayar bunga obligasi, penarikan obligasi, dividen tunai
dan pembelian saham treasuri.
Beberapa pertimbangan perencanaan audit meliputi :
1. Materialitas
Arti penting dari utang jangka panjang dalam posisi keuangan berbagai
perusahan dapat saja berbeda-beda. Pada umumnya di perusahaan,
perbandingan utang jangka panjang terhadap total kewajiban dan ekuitas
pemegang saham tidak material, tetapi pada perusahaan-perusahaan
seperti PLN, perusahaan gas dan air minum utang jangka panjang bisa
mencerminkan lebih dari 50% klaim atas total aktiva.
2. Risiko bawaan
Risiko salah saji dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi-transaksi
siklus keuangan biasanya rendah, dimana dalam kebanyakan perusahaan
transaksi- transaksi siklus ini jarang terjadi kecuali untuk pembayaran
bunga dan dividen, yang kadang-kadang ditangani oleh pihak luar.
Disamping itu juga, transaksi-transaksi semacam ini kebanyakan
membutuhkan otorisasi dari dewan komisaris dan pejabat perusahaan
terlibat dalam pelaksanaannya.
3. Risiko prosedur analitis
Merupakan elemen risiko deteksi yang berupa kegagalan prosedur
analitis dalam mendeteksi kekeliruan material. Apabila auditro
memahami aktivitas-aktivitas investasi dan sifat bisnis klien, maka
kativitas-aktivitas pendanaan klien bisa diperkirakan.
4. Risiko pengendalian
Penerapan komponen-komponen pengendalian internal atas
transaksi-transaksi dan saldo-saldo pada siklus pendapatan dalam banyak
hal serupa dengan apa yang telah diterapkan untuk siklus investasi.
Sebagai contoh, dalam lingkungan pengendalian, tanggung jawab atas
transaksi biasanya dibebankan pada kepala departemen yang harus
memiliki integritas dan kompetensi untuk melakukan tugas-tugas
tersebut. Sebagian besar transaksi memerlukan otorisasi dari dewan
komisaris, dan dewan komitmen audit harus memonitor dengan ketat
aktivitas dan pengendalian dalam siklus ini.

Dokumen dan Catatan


Sejumlah dokumen yang ada pada siklus pendanaan yaitu seperti
sertifikat saham dan sertifikat obligasi yang sudut pandangnya dilihat dari
sudut pandang penerbit (issuer). Selain itu, transaksi-transaksi pada siklus
pendanaan menyangkut ayat-ayat dalam jurnal umum, jurnal penerimaan
& pengeluaran kas untuk aktifitas penerbitan dan penghentian utang,
sekuritas saham, pembayaran utang, pembayaran bunga serta
pengumuman dan pembayaran dividen.
Fungsi dan Pengendalian Yang Berkaitan
Fungsi-fungsi siklus pendanaan dan aktivitas pengendalian yang berkaitan
dengan siklus pendanaan yaitu :
 Pemberian otorisasi atas obligasi dan modal saham oleh dewan
komisaris berdasarkan perencanaan strategic dan aktivitas investasi
perusahaan.
 Penerbitan obligasi dan modal saham yang dilakukan sesuai otorisasi
oleh dewan komisaris dan peraturan hukum yang berlaku, yang hasil
penerbitannya segera disetorkan ke bank secara utuh serta sertifikat
obligasi dan saham tersebut harus di amankan secara fisik.
 Pembayaran bunga obligasi dan dividen tunai sesuai dengan otorisasi
dewan komisaris dan manajemen.
 Pelunasan dan pembelian kembali obligasi dan modal saham yang
dilakukan sesuai dengan otorisasi dewan komisaris serta saham yang
dibeli kembali harus diamankan secara fisik.
 Pencatatan atas transaksi pembelanjaan secara baik dan benar
mengenai jumlahnya, penggolongannya dan periode akuntansinya
yang sesuai dengan otorisasi dan dokumen pendukung.

Prosedur Analitis yang digunakan untuk mengaudit siklus pendanaan yaitu :


1. Rasio arus kas bebas
Arus kas bebas yang negative menunjukkan kebutuhan akan dan
mendekati jumlah dari pembiayaan yang diharapkan guna mencegah kekeringan
kas atau investasi.
2. Rasio utang berbunga terhadap total asset.
Memberikan kelayakan atas proporsi ekuitas entitas yang dapat
dibandingkan dengan pengalaman tahun sebelumnya atau data industry.
3. Rasio ekuitas pemegang saham terhadap total asset.
Memberikan kelayakan atas proporsi ekuitas entitas yang dapat
dibandingkan dengan pengalaman tahun sebelumnya atau data industry.
4. Rasio membandingkan pengembalian atas asset dengan biaya incremental
utang
Jika sebuah perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi atas asset dibanding biaya incremental utangnya, maka ini
merupakan tanda bahwa entitas dapat menggunakan pembiayaan dengan utang
untuk memperluas asset dan laba entitas tersebut.
5. Rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa
Memberikan pengujian kelayakan atau ekuitas pemegang saham dengan
adanya struktur laba dan pembiayaan perusahaan.
6. Rasio arus kas dari operasi terhadap dividen dan utang lancer
Suatu pengujian atas kemampuan entitas untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang apabila rasio kurang dari 1,0 menunjukkan adanya masalah
likuiditas yang potensial.
7. Rasio beberapa kali bunga dihasilkan
Pengujian atas kemampuan entitas untuk menghasilkan laba untuk
menutup biaya pelunasan utang yang apabila rasio kurang dari 1,0 menunjukkan
bahwa laba entitas tidak mencukupi untuk menutupi biaya pendanaan.
8. Rasio beban bunga terhadap utang bunga
Suatu pengujian kelayakan atas beban bunga yang dicatat yang harus
mendekati biaya modal utang rata-rata entitas.

Pengujian Substantif Atas Saldo Hutang Jangka Panjang


Dari sudut pandang pengauditan, utang wesel, utang hipotik, dan utang
obligasi mempunyai karakteristik yang sama. Pada umumnya, utang-utang
semacam ini (1) disertai dengan perjanjian tentang bunga yang disepakati,
(2) memerlukan persetujuan dari dewan komisaris, (3) mungkin disertai
dengan jaminan harta tetap atau bentuk lainnya. Tujuan audit atas rekening-
rekening tersebut biasanya dapat dicapai dengan mudah.
Pada umumnya perusahaan hanya memiliki sedikit transaksi berkaitan
dengan utang jangka panjang, tetapi jumlah per transaksi seringkali sangat
signifikan. Transaksi utang jangka panjang jarang memiliki masalah dengan
pisah batas akhir tahun. Oleh karena itu, pengujian substantif atas saldo utang
jangka panjang bisa dilakukan sebelum atau sesudah tanggal neraca. Pengujian
atas biaya yang berkaitan biasanya dilakukan bersamaan dengan pengujian
atas saldo utang.

Penentuan Risiko Deteksi


Risiko deteksi untuk semua asersi yang berkaitan dengan saldo
rekening biasanya ditetapkan rendah karena sifat dan volume transaksi utang
jangka panjang relatif jarang, kecuali untuk asersi kelengkapan dan penilaian
atau pengalokasian. Namun auditor harus tetap skeptis terhadap kemungkinan
terjadinya utang tidak dicatat, karena setiap penilaian risiko pengendalian yang
relevan, tingkat risiko deteksi yang tepat dapat ditentukan untuk setiap asersi
signifikan yang berkaitan dengan saldo utang jangka panjang.

Pengujian Substantif atas Saldo Utang Jangka Panjang


1. Prosedur-prosedur Awal
Prosedur-prosedur awal sebagaimana berlaku untuk pengujian
substantif atas saldo rekening yang lain, juga berlaku untuk utang jangka
panjang. Auditor harus memahami bisnis dan bidang usaha klien, menentukan
kebutuhan perusahaan akan pembelanjaan dari luar, dan kemampuan untuk
membayar utang-utangnya. Oleh karena aktivitas pembelanjan jelas sangat
berkaitan erat dengan aktivitas investasi, maka auditor bisa melakukan kegiatan
tersebut untuk kedua aktivitas ini secara bersamaan.
Dalam prosedur inisial, hal yang pertama dilakukan auditor ialah memriksa
ketepatan matematis skedul pendukung dengan cara merekonsiliasi saldo dalam
skedul dengan saldo buku besar dan buku pembantu utang jangka panjang.
Skedul yang umum adalah daftar jumlah obligasi yang dipegang pemilik dengan
register yang disiapkan oleh bond trustee.
2. Prosedur Analitis
Bagian terpenting pengauditan utang jangka panjang panjang adalah
penentuan bahwa informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan
prakiraan auditor. Pemahaman auditor atas bisnis dan bidang usaha klien serta
risiko prosedur analitis bisa mengarahkan pada prosedur-prosedur yang bisa
dilakukan auditor untuk menetapkan kewajaran informasi keuangan yang
berkaitan dengan utang jangka panjang dan biaya bunga. Auditor juga harus
menilai pengungkapan tentang saat jatuh tempo dan hal-hal penting lainnya
sesuai dengan isi perjanjian. Sebagai bagian dari pertanggungjawaban auditor
untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan klien, auditor harus mengevaluasi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas yang cukup untuk
membayar bunga, utang yang jatuh tempo, dan hal-hal lain sesuai dengan
perjanjian. Pada waktu melaksanakan prosedur analitis, auditor harus selalu
bersikap skeptis professional dan menyelidiki hal-hal yang tidak normal.
3. Pengujian Detail Transaksi
Dalam pengujian obligasi, auditor harus mendapatkan bukti mengenai nilai
nominal obligasi dan hasil bersih yang diperoleh dari penerbitan obligasi.
Penerbitan surat-surat utang harus ditelusur ke penerimaan kas yang dibuktikan
dengan tanda terima pembayaran dari broker. Pembayaran pokok pinjaman utang
jangka panjang dapat diverifikasi dengan memeriksa voucher atau bukti
pengeluaran kas. Pembayaran untuk pelunasan utang dapat diperiksa juga
dengan menginspeksi sertifikat wesel atau sertifikat obligasi untuk memastikan
bahwa sertifikat-sertifikat tersebut telah diberi tanda “LUNAS” atau telah
dibatalkan. Apabila pembayaran pokok utang dilakukan secara angsuran, maka
ketepatan pengangsuran harus diperiksa juga ke daftar angsuran. maka ketepatan
pengangsuran harus diperiksa juga ke daftar angsuran. Obligasi mungkin juga
dikonversi menjadi saham. Apabila hal ini terjadi, maka auditor harus memeriksa
transaksi konversi tersebut dengan menginspeksi sertifikat obligasi yang
dibatalkan dan sertifikat saham yang bersangkutan.
Apabila bunga obligasi dibayar melalui pajak luar yang independen, maka
auditor harus memeriksa laporan pembayaran bunga yang dibuat agen.
Pencocokan ayat-ayat jurnal yang diposting ke dalam rekening utang jangka
panjang ke dokumen pendukungnya akan memberi bukti mengenai 4 asersi
yaitu :
 Keberadaan atau Keterjadian.
 Kelengkapan.
 Hak dan Kewajiban.
 Penilaian atau Pengalokasian.
Dalam hal ini asersi kelengkapan yang dibuktikan melalui pencocokan ke
dokumen, hanya terbatas pada pembuktian bahwa ayat-ayat jurnal yang telah
mengurangi utang jangka panjang adalah pendebetan (pengurangan) yang sah
dan benar. Namun pencocokan ke dokumen atas ayat-ayat jurnal tidak bisa
menemukan adanya utang jangka panjang yang tidak dicatat.
4. Pengujian Detail Saldo
a. Konfirmasi utang
Auditor dapat melakukan konfirmasi mengenai keberadaan dan termin
utang jangka panjang dengan pihak yang meminjamkan dana, seperti bank dan
bond trustee. Disamping itu auditor juga dapat meminta klien membuat surat
permintaan kepada pihak-pihak tersebut untuk menjawab konfirmasi kepada
auditor. Pengiriman surat dan penerimaan jawaban konfirmasi harus dilakukan
oleh auditor. Pengujian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.
b. Review otorisasi dan kontrak
Bukti adanya otorisasi dapat dilihat dalam notulen rapat dewan komisaris.
Otorisasi pengeluaran utang jangka panjang meliputi referensi ke pasal aturan
hukum yang berkaitan dengan pembiayaan dengan pinjaman. Auditor juga
harus menelaah mengenai aspek hukum yang dapat terjadi apabila ada masalah
dengan pinjaman. Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi keberadan
atau keterjadiaan, hak dan kewajiban. Vouching penjurnalan rekening utang
jangka panjang.
Auditor pertama kali melihat penjurnalan utang jangka panjang, dimana
selanjutnya auditor menelusuri keberadaan dokumen-dokumen pendukungnya,
seperti: cancelled check, voucher dan sertivikat penghentian obligasi. Pengujian
ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban,
dan penilaian atau pengalokasian.
c. Menghitung kembali biaya bunga
Biaya bunga dapat diverifikasikan dengan bukti dokumen dan perhitungan
kembali. Biaya bunga yang dibebankan dapat diverifikasi dengan
pengidentifikasian tanggal pembayaran bunga terakhir, dan menghitung kembali
jumlah yang dibukukan klien. Apabila ada kupon pembayaran bunga obligasi,
auditor dapat memeriksa kupon yang telah ditukarkan dan merekonsiliasikan
dengan jumlah bunga yang dibayarkan. Pengujian ini berkaitan erat dengan
asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau
pengalokasian serta asersi hak dan kewajiban utang bunga yang harus dibayar.

5. Membandingkan Penyajian Dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum


Agar laporan keuangan lebih informatif maka perubahan pada setiap
rekening ekuitas pemegang saham harus diungkapkan. Pengungkapan tersebut
dapat dilakukan pada batang tubuh laporan utama dengan memberikan catatan di
dalamnya atau disajikan ke dalam laporan terpisah. Pengungkapan yang
berkaitan dengan bagian ekuitas ini meliputi ketentuan opsi saham, dividen
yang tertunggak, nilai pari saham atau nilai yang ditetapkan, preferensi dalam
pembagian dividen dan likuiditas. Auditor mendapatkan bukti tentang asersi
penyajian dan pengungkapan melalui pengujian-pengujian diatas dan dari review
atas notulen rapat dan pencocokan ke rekening-rekening ekuitas pemegang
saham. Dalam mereview notulen rapat, auditor harus memperhatikan apakah ada
saham yang telah dicadangkan untuk opsi saham atau ketentuan serupa,
komitmen penerbitan saham yang akan datang dalam rangka pembelian atau
merger dengan perusahaan lain, pembatasan pembayaran dividen atau
persyaratan minimum modal kerja. Bukti yang relevan bisa juga diperoleh
melalui diskusi dan komunikasi dengan penasehat hukum klien.
Pengujian Substantif Atas Ekuitas Pemegang Saham (MODAL)
Seperti halnya utang jangka panjang, pengujian saldo ekuitas pemegang
saham bisa dilakukan sebelum atau sesudah tanggal neraca. Dalam pengauditan
saldo-saldo ini, untuk asersi-asersi penilaian atau pengalokasian dan
penyajian dan pengungkapan perlu dipisahkan antara modal saham disetor
dengan laba ditahan.

Penentuan Risiko Deteksi


Sama seperti risiko deteksi pada utang jangka panjang, risiko deteksi pada
ekuitas kadang ditetapkan rendah karena transaksi pada ekuitas terjadi tidak
rutin. Namun jika transaksi ini terjadi rutin pada perusahaan klien, maka risiko
deteksi dapat ditetapkan moderat atau tinggi.
Pengujian Substantif Atas Ekuitas Pemegang Saham
1. Prosedur-prsedur Awal
Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai bisnis dan bidang usaha
klien untuk menentukan (1) kebutuhan perusahaan akan pendanaan dari
eksternal dan (2) kebutuhan akan pendanaan dari ekuitas (modal saham) untuk
mendukung perkembangan perusahaan. Pendanaan dari ekuitas diperlukan baik
untuk mendukukung aktivitas investasi, atau untuk mendukung investasi yang
diperlukan dalam modal kerja (misalkan penambahan persediaan).
2. Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis digunakan rasio-rasio yang bermanfaat dalam
mengevaluasi kewajaran saldo rekening-rekening ekuitas pemegang
saham. Rasio-rasio tersebut, misalnya: ROE, EPS, sustainable growth rate,
rasio ekuitas dengan jumlah kewajiban dan ekuitas, dan lain sebagainya. Bukti
yang diperoleh dari prosedur ini berkaitan dengan asersi- asersi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
3. Pengujian Detail Transaksi
a. Pencocokan Ayat-ayat Jurnal ke Rekening Modal Saham Disetor
dengan Dokumen Pendukung
Setiap perubahan dalam rekening modal saham harus dicocokkan
ke dokumen pendukunnya. Untuk menerbitkan saham baru, auditor bisa
memeriksa bukti penerimaan kas dari hasil penerbitan saham tersebut. Untuk
saham yang diterbitkan, harga pasar saham bisa dijadikan sebagai dasar harga
wajar aktiva tersebut.
Auditor harus benar-benar cermat dalam menentukan ketepatan perlakuan
akuntansi atas penerbitan saham dalam opsi saham, waran, konversi, atau stock
split. Auditor harus juga memiliki dokumen tentang saham yang dibeli kembali
berupa otorisasi notulen rapat, voucher pengeluaran kas, dan bukti pengeluaran
kas lainnya.
Bukti yang diperoleh dari pencocokan ke dokumen atas pendebetan
dan pengkreditan dalam rekening-rekening modal saham disetor sebagian besar
berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban, serta
penilaian atau pengalokasian.
b. Pencocokkan Ayat-ayat Jurnal ke Rekening Laba Ditahan dengan
Dokumen Pendukung
Setiap ayat jurnal ke rekening laba ditahan kecuali posting laba/rugi bersih
harus dicocokkan ke dokumen pendukungnya. Jurnal untuk mencatat
pengumuman dividen dan penyisihan laba ditahan harus ditelusur ke buku
notulen rapat. Dalam menentukan ketepatan pendistribusian dari laba
ditahan, auditor harus:
 Menetapkan bahwa preferensi dan hak pemegang saham lain, serta
pembatasan
pembagian dividen telah dilaksanakan.
 Menetapkan jumlah saham yang beredar pada tanggal pencatatan dan
memeriksa ketepatan jumlah dividen yang diumumkan dengan menghitung
ulang.
 Memastikan kebenaran ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat
pengumuman dividen.
 Menelusur pembayaran dividen ke bukti pengeluaran kas dan dokumen
lainnya.
Pencocokan ke dokumen dimaksudkan agar auditor dapat
menetapkan apakah (1) pemisahan yang telah tepat dilakukan antara modal
saham disetor dengan laba ditahan, dan (2) ketentuan-ketentuan hukum serta
perjanjian telah dipenuhi. Selain untuk asersi penilaian atau oengalokasian,
pengujian ini juga bersangkutan dengan asersi-asersi keberadaan atau
keterrjadian; serta hak dan kewajiban.
4. Pengujian Detail Saldo
a. Review Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan harus
dimiliki auditor dan disimpan dalam kertas kerja permanen. Auditor harus
mengajukan pertanyaan kepada manajemen dan penasihat hukum klien tentang
ada tidaknya perubahan dalam AD/ART selama tahun yang diperiksa.
Jawaban mengenai pertanyaan tersebut harus diperoleh secara tertulis.
Pengujian ini untuk menentukan bahwa modal saham telah memenuhi
semua persyaratan hukum dan bahwa dewan komisaris telah melakukan tindakan
dalam batas kewenangannya. Dengan demikian pengujian ini akan menjadi bukti
yang penting tentang asersi keberadaan atau keterjadian serta hak dan kewajiban.
b. Review Otorisasi dan Ketentuan-ketentuan Penerbitan Saham
Semua penerbitan saham, pembelian kembali saham, dan pengumuman
dividen harus mendapat otorisasi dari dewan komisaris. Oleh karena itu, review
atas notulen rapat ditujukan untuk mendapatkan bukti bahwa transaksi-
transaksi yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham yang terjadi
selama tahun yang diperikas telah mendapat otorisasi. Pengujian ini berkaitan
dengan asersi keberadaan atau keterjadian serta hak dan kewajiban.
c. Konfirmasi tentang Saham yang Beredar dengan Registrar dan Agen
Penjual
Apabila klien menggunakan registrar, auditor harus mengkonfirmasi jumlah
saham diotorisasi, diterbitkan, dan saham beredar pada tanggal neraca
kepada registrar. Konfirmasi pada agen penjual akan menghasilkan bukti tentang
jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham. Jawaban
konfirmasi tersebut harus dibandingkan dengan rekening modal saham dan buku
pembantu pemegang saham. Pengujian ini berhubungan dengan asersi keberadaan
atau keterjadian, kelengkapan, serta hak dan kewajiban.
d. Inspeksi Buku Sertifikat Saham
Pengujian ini diperlukan apabila klien menangan sendiri penjualan dan
administrasi saham. Dalam hal demikian, auditor perlu melakukan beberapa
pengujian. Pertama, auditor harus memeriksa buku sertifikat saham untuk
menentukan bahwa (1) bonggol saham yang telah diterbitkan dan beredar telah
diisi dengan benar, (2) sertifikat-sertifikat saham yang dibatalkan diletakkan
pada bonggol dengan benar, dan (3) semua sertifikat yang belum diterbitkan
berada dalam keadaan utuh.
Kedua, auditor harus memastikan bahwa perubahan yang terjadi selama
tahun yang diperiksa telah dicatat dengan benar dalam masing-masing rekening
pemegang saham di buku pembantu pemegang saham. Apabila terjadi
berbagai penerbitan da pembatalan, maka pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan sampel.
Ketiga, auditor harus merekonsiliasi total saham yang diterbitkan dan
beredar sebagaimana ditunjukkan oleh buku sertifikat saham dengan total saham
menurut buku pembantu pemegang saham dan rekening modal saham.
Asersi-asersi yang berkaitan dengan pengujian ini sama dengan asersi
pada konfirmasi saham dengan registrar dan transfer agent.
e. Inspeksi atas Saham yang Dibeli Kembali
Apabila saham yang telah beredar dibeli kembali oleh
perusahaan, auditor harus menghitung sertifikat-sertifikat tersebut pada saat
yang bersamaan dengan perhitungan sekuritas-sekuritas yang lain. Perhitungan
ini sebaiknya dilakukan rekonsiliasi dari tanggal perhitungan ke tanggal neraca.
Jumlah saham tersebut harus cocok dengan jumlah saham yang tercatat dalam
rekening Modal Saham Tresury. Pada waktu menginspeksi sertifikat, auditor
harus membuat catatan dalam kertas kerjanya tentang jumlah saham yang dibeli
kembali selama periode yang diperiksa dan dilakukan penelusuran ke catatan
kas. Pengujian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, serta hak dan kewajiban.
5. Membandingakan Penyajian di Laporan Dengan Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum
Agar laporan keuangan informatif, maka perubahan pada setiap rekening
ekuitas pemegang saham harus diungkapkan. Pengungkapan tersebut bisa
dilakukan pada batang tubuh laporan utama dengan memberi catatan di
dalamnya, atau disajikan dalam laporan terpisah.
Pengungkapan yang berkaitan dengan bagianekuitas ini meliputi ketentuan
opsi saham, utang dividen, nilai nominal saham, preferensi dalam pembagian
dividen dan likuidasi. Auditor mendapatkan bukti tentang asersi penyajian dan
pengungkapan melalui pengujian- pengujian di atas dan dari review atas notulen
rapat dan pencocokkan ke rekening-rekening ekuitas pemegang saham. Dalam
mereview notulen rapat, auditor harus memperhatikan apakah ada saham yang
telah dicadangkan untuk opsi saham atau ketentuan serupa, komitmen
penerbitan saham yang akan datang dalam rangka pembelian atau merger
dengan perusahaan lain, pembatasan pembayaran dividen atau persyaratan
minimum modal kerja. Bukti yang relevan bisa juga diperoleh melalui diskusi
dan komitmen dengan penasihat hukum klien.

KASUS :

PT CLS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan


office equipment & supplies yang mempunyai kantor pusat di Cakung, Jakarta
Timur. PT CLS telah berdiri sejak tahun 2012 saat perusahaan memulai
pembangunan kawasan industri di Purwakarta, Jawa Barat. PT CLS mulai
beroperasi dan memperoleh pendapatan pada tahun 2014.
Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur dan
dalam tahap pengembangan pembangunan pabrik, PT CLS membutuhkan dana
dari pihak internal (pemegang saham) maupun dana dari pihak ketiga atau dana
dari bank dalam proses pembangunan kawasan industri yang telah direncanakan
oleh manajemen PT CLS maupun manajemen pemegang saham. Sehingga PT
CLS mempunyai kewajiban yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang, serta memiliki modal yang diklasifikasikan
sebagai modal saham dan laba ditahan perusahaan. Berikut ini penjelasan lebih
lanjut mengenai klasifikasi mengenai kewajiban dan modal tersebut :
1. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang berasal dari transaksi antara PT CLS dengan PT BCF
mengenai pembiayaan pembangun yang sedang berlangsung di Purwakarta.
Kewajiban jangka panjang PT CLS dibagi menjadi :
 Pinjaman dari Pemegang saham
Pinjaman dari pemegang saham merupakan kewajiban yang diperoleh dari PT
BCF untuk melakukan proses pembelian tanah dan pembangunan bangunan
dan infrastruktur perseroan. Pinjaman terhadap pemegang saham ini tidak
mempunyai jaminan dan tanpa jadual pengembalian yang tetap. Pinjaman
dari pemegang saham sudah terjadi sejak tahun 2012 silam. Kewajiban jangka
panjang ini timbul karena PT BCF hanya memberikan modal setoran awal,
dijelaskan, tetapi dalam proses pengembangan pembangunan PT BCF
memberikan pinjaman kepada PT CLS. Berikut ini rincian penjelasan
mengenai pinjaman dari pemegang saham pada tahun 2012-2014.
Pinjaman dari Pemegang Saham tahun 2012-2014
Pinjaman dari Pemegang Saham
Jumlah
Tahun
(Rp)
2012 23.562.967.245
2013 46.944.587.345
2014 31.881.587.345

Dari tabel pinjaman dari pemegang saham menunjukan pada tahun 2012
ke tahun 2013 pinjaman PT CLS mengalami peningkatan, tetapi pada
tahun 2013 ke tahun 2014 pinjaman dari pemegang saham telah menurun
karena PT CLS telah membayar pinjaman dari pemegang saham. Berikut
ini rincian pinjaman yang dilakukan PT CLS pada tahun 2014 kepada
pemegang saham.

Rincian Pinjaman dari Pemegang Saham tahun 2014

Rincian Pinjaman dari PT


BCF
Tahun 2014
Jumlah
Bulan
(Rp)
Januari 202.500.000
May 4.650.000.000
Juni 5.250.000.000
Agustus 4.500.000.000
September 4.950.000.000
Oktober 5.284.500.000
November 4.950.000.000
Desember 150.000.000

PT CLS melakukan pinjaman kepada pemegang saham pada bulan-bulan


tertentu saja pada saat invoices dari kontraktor pembangunan ditagihkan
kepada PT CLS. Tetapi pada tahun 2014 telah membayar pinjaman kepada
PT BCF sebesar Rp45.000.000.000 pada bulan Januari 2014.
 Jaminan sewa
Jaminan sewa merupakan kewajiban yang timbul dari transaksi dengan
PT BCF. Jaminan sewa merupakan dana yang diberikan dari PT BCF
terhadap PT CLS dikarenakan PT BCF melakukan sewa gudang dengan
jangka waktu 5 tahun di Purwakarta, Jawa Barat.
2. Modal Perusahaan
Struktur modal perusahaan yang dimiliki PT CLS terdiri dari modal saham
serta laba ditahan yang diperoleh sejak tahun 2012 silam. Penjelasan struktur
modal PT CLS sebagai berikut :
 Modal Saham
Modal Saham merupakan setoran modal pertama yang diperoleh dari
pemegang saham pada saat perusahaan berdiri. Modal saham PT CLS pada
tanggal 31 Desember 2014 senilai Rp 300.000.000. Pemegang modal saham
mayoritas PT CLS adalah PT BCF senilai Rp 298.500.000 dan Ny. ND
sebagai pemegang saham minoritas senilai Rp 1.500.000,.
 Laba ditahan
Laba ditahan merupakan akumulasi laba/defisit yang diperoleh PT CLS
semenjak melakukan kegiatan operasional maupun pembangunan
infrastruktur perusahaan. Pada tahun 2014 PT CLS mendapatkan laba sebesar
Rp370.399.197 (Audited), tetapi laba ditahan perusahaan masih defisit karena
pada tahun 2013 PT CLS masih mendapatkan kerugian sebesar
Rp4.995.417.228 (Audited) dari kegiatan usaha yang dilakukan.
3. Penyajian Utang dan Modal pada Laporan Keuangan PT CLS
PT CLS menyajikan nilai saldo dari utang dan modal yang
diperoleh pada tanggal 31 Desember 2014 dijelaskan pada tabel dibawah
ini :

Penyajian Utang dan Modal PT CLS 31 Desember 2014 (Unaudited)


PT CLS
Laporan Posisi Keuangan (Parsial)
31/12/201
4
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

LIABILITAS DAN DEFISIENSI MODAL 2014 2013


LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank 52.500.000.000 -
Biaya yang masih harus dibayar 52.500.000 45.000.000
Utang pajak 490.337.085 490.452.135
Utang bunga 2.778.576.809 2.778.576.809
Total Liabilitas Jangka Pendek 55.821.413.894 3.314.028.944

LIABILITAS JANGKA PANJANG


Pinjaman dari pemegang saham 31.881.587.345 46.944.587.345
Jaminan sewa 75.000.000 -
Total Liabilitas Jangka Panjang 31.956.587.345 46.944.587.345
Total Liabilitas 87.778.001.238 50.258.616.288

DEFISIENSI MODAL
Modal saham 300.000.000 300.000.000
Defisit (7.493.125.842) (6.446.748.726)
Retained Earning - 31 Des 2014 (1.652.870.970) (1.046.377.116)
Defisiensi modal – Neto (8.845.996.812) (7.193.125.842)
TOTAL LIABILITAS NETO
SETELAH DIKURANGI 79.031.004.426 43.065.490.446
DEFISIENSI MODAL

4. Pengendalian Internal terhadap Utang dan Modal PT CLS


Pengujian pengendalian internal berfungsi untuk menentukan
internal control yang dilakukan perusahaan. Pengendalian internal penting
dilakukan agar auditor dapat memberikan kesimpulan terkait pemahaman
pengendalian internal yang diterapkan perusahaan. PT CLS tidak memiliki
diagram arus (flowchart) pada siklus bisnis. PT CLS adalah perusahaan
menengah, sesuai dengan kriteria usaha menurut UU Nomor 20 Tahun
2008 mengenai UMKM, karena PT CLS menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur dan PT CLS mempunyai hasil pendapatan yang lebih dari
Rp2.500.000.000. Apabila PT CLS sewaktu-waktu terjadi keadaan tidak
menguntungkan, tanggung jawab diserahkan sepenuhnya kepada pemegang
saham mayoritas, PT BCF.

ANALISIS :
Proses Audit :
Fase Perencanaan
Perencanaan audit sangat penting dilakukan oleh seorang auditor dalam
penugasan auditnya. Perencanaan audit berfungsi agar auditor mampu
mendapatkan bukti yang cukup memadai sesuai dengan kondisinya, menjaga
supaya biaya audit tetap terjangkau, dan mencegah kesalahpahaman dengan
klien.. Setelah mendapat surat penugasan dan pernyataan dari manajemen (PT
CLS), auditor diperbolehkan untuk melakukan audit di PT CLS.
Hal pertama yang perlu dipahami seorang auditor saat melakukan audit
adalah memahami bisnis dan industri klien. Dengan memiliki pemahaman yang
baik terkait bisnis klien, auditor dapat menilai pengendalian internal hingga
menilai risiko salah saji yang mungkin timbul dalam penyajian laporan keuangan.

lalu auditor telah memahami dengan baik industri bisnis dan cukup meminta
laporan manajemen dari PT CLS untuk menilai kinerja dan laporan- laporan
penting lainnya seperti akta pendirian perusahaan, notulensi rapat, dan kode etik
serta undang-undang terkait industri bisnis. Pada fase perencanaan ini, auditor
juga menilai risiko yang mungkin ditimbulkan PT CLS.
Selanjutnya adalah melakukan prosedur analitis awal yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya risiko salah saji. Untuk itu, pada bagian ini auditor
menggunakan penilaian atas risiko bisnis klien dengan menghitung nilai salah saji
(materialitas)
Melakukan Prosedur Analytical Review
Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam proses perencanaan audit
adalah melakukan prosedur analitis awal yang bertujuan untuk mengidentifikasi
bagian-bagian yang berisiko adanya salah saji yang material. Pengujian berupa
prosedur analitis dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan klien
antara tahun lalu dan tahun berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis, auditor
dapat memahami dengan baik industri bisnis klien dan risiko yang kemungkinan
dihadapi oleh klien, seperti adanya penurunan kinerja di tahun berjalan,
memperkirakan transaksi yang bertambah dan atau berkurang.

Prosedur audit yang dilakukan untuk melakukan prosedur analitis awal


adalah meminta laporan keuangan tahun 2013 (audited) dan laporan keuangan
tahun 2014 (unaudited). Pada prosedur analitis terkait akun utang dan modal,
langkah pertama yang dilakukan penulis adalah membandingkan rasio utang dan
modal tahun 2014 dengan tahun sebelumnya, 2013. Hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah nilai utang dan modal di tahun 2014 mengalami kenaikan
atau penurunan.

Perbandingan Jumlah Utang dan Modal PT CLS


2014 2013 Kenaikan Persentase
No. Nama Akun
(Unaudited) (Audited) (Penurunan) (%)
1 Liabilitas Jangka Pendek 55.821.413.894 3.314.028.944 52.507.384.950 1584,40%
2 Liabilitas Jangka Panjang 31.956.587.345 46.944.587.345 (14.988.000.000) -31,93%
3 Modal Saham 300.000.000 300.000.000 - 0%
4 Retained Earning (Loss) (8.845.996.812) (7.193.125.842) (1.652.870.970) 22,98%

Dari hasil perhitungan rasio untuk utang dan modal diatas pada tahun 2014
utang dan modal, PT CLS mengalami kenaikan paling signifikan dari total utang
jangka pendek Rp 52.606.384.950 atau sebesar 1587,38% dari tahun sebelumnya.
Pada akun total utang jangka panjang mengalami penurunan pada tahun 2014 Rp
14.988.000.000 atau sebesar 31,93%. Perhitungan laba ditahan juga menunjukkan
pada tahun 2014 PT CLS mengalami penambahan defisit Rp 1.652.870.970 atau
sebesar 22,98% dari tahun 2013.
Jumlah yang sangat signifikan ini menimbulkan asumsi awal dari penulis
bahwa adanya perolehan utang jangka pendek, pelunasan utang jangka panjang,
dan penambahan beban yang besar pada tahun 2014. Namun, asumsi awal yang
diberikan penulis belum dapat diyakini keberadaannya karena belum dikumpulkan
bukti lain yang memadai. Sementara dapat meyakini bahwa tidak ditemukan
adanya salah saji dalam penyajian utang dan modal di laporan keuangan.

Perhitungan Debt to Equity Ratio PT CLS

Total Liabilities 87.778.001.238


Debt to Equity Ratio = =
Total Equity (8.845.996.812)
=
-992,29%

Dari hasil analisa DER perusahaan auditor menyatakan bahwa perusahaan


masih belum bisa membayar semua utang yang dimiliki dengan menggunakan
modal perusahaan saat ini, karena perusahaan juga masih mengalami defisit
akumulasi dari tahun sebelumnya.
HASIL ANALISIS :

bahwa going concern atau kemampuan perusahaan dalam


mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan yang dimiliki oleh PT CLS
tidak diragukan karena PT CLS ditanggung penuh oleh pemegang saham, PT
BCF, atas segala pembiayaan atau kerugian yang mungkin dialami oleh PT CLS.
Rencana strategis (Renstra) PT CLS pada tahun kedepannya dapat dikatakan tidak
ada, karena manajemen PT CLS bergantung penuh kepada PT BCF.
Analisis mengenai pengendalian internal yang dimiliki oleh PT CLS,
menilai bahwa pengendalian internal PT CLS sudah baik, karena adanya
pemisahan tugas yang jelas dan manajemen yang baik, tetapi PT CLS harus segera
membuat flowchart dalam semua proses transaksi perusahaan agar apabila
perusahaan telah beroperasi secara penuh, dalam hal melakukan penjualan dan
pembelian, PT CLS mempunyai prosedur yang jelas dan teratur.

Dari hasil analisa Debt to Equity Ratio PT CLS, menunjukan bahwa PT


CLS belum mampu melunasi utang yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi PT CLS
harus segera melunasi utang bank yang dimiliki sejak tahun 2014 dengan cara
melakukan penjualan sebagian tanah – properti investasi yang di Purwakarta
sesuai dengan perencanaan manajemen PT CLS agar beban perusahaan yang
dimiliki oleh PT CLS tidak terlalu banyak.

PENUTUP
Melalui audit terhadap siklus pendanaan, seorang auditor dapat
mengevaluasi bagaimana ekuitas pemegang saham di perusahaan klien
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Auditor juga
diharapkan dapat mengevaluasi seberapa efektif entitas telah memanfaatkan
perolehan atas utang jangka panjangnya untuk menghasilkan penjualan, laba
dan arus kas serta mencapai tujuan entitas itu. Kemudian auditor juga dapat
mengevaluasi bagaimana ekuitas pemegang saham yang telah direncanakan di
perusahaan klien agar benar-benar dapat menjadi pendukung yang penting
untuk mencapai sasaran perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jasa Audit & Asuransi; Pendekatan Sistematis (Auditing & Assurance; A
Systematic Approach) Buku 2 Edisi 4/ William F. Messier, Jr. , Steven M. Glover,
& Douglas F. Prawitt : Jakarta, Salemba Empat, 2005.
https://www.slideshare.net
www.scribd.com
https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai