Disusun oleh:
Dosen Pembimbing :
Hestin Sri Widiawati S.Pd, M.Si
A. TUJUAN AUDIT
Tujuan umum suatu audit atas laporan keuangan adalah memberikan suatu
peryataan pendapat mengenal apakah laporan keuangan klien telah disajikan
secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam audit biasanya dirunuskan
tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Tujuan khusus ini berasal asersi-asersi yang di buat manajemen dalam
laporan keuangan.
Akitiva Lancar :
Kas......................................................................Rp 100.000.000,00
Dalam pelaporan pos ini neraca, manajemen membuat dua asersi eksplisit, yaitu
(1) kas benar-benar ada, dan (2) jumlah kas yang benar adalah Rp
100.000.000,00. Selain itu majajemen juga membuat tiga asersi eksplisit, Yaitu :
(1) semua kas yang harus dilaporkan telah di masukan, (2) semua kas yang
dilaporkan merupakan milik satuan usaha, dan (3) tidak terdapat pembatasan
dalam pengguan kas. Asersi terakir ini mengikuti persyaratan penyajian kas dalam
aktiva lancar sebagai mana diatur oleh standart akuntansi keuangan bias menjadi
salah saji material
b. Kelengkapan ( completeness)
1
c. Hak dan kewajiban ( rigbt and obligation)
b). Kelengkapan
2
keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di
neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
3
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen
membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang
jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai
pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan
semestinya.
4
Kategori asersi Tujuan khusus audit
5
Perlu diingat bahwa tujuan khusus audit harus dirancang untuk masing-
masing klien. SA 326.09 menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan audit,
auditor hendaknya mempertimbangkan kondisi khusus perusahaan, termasuk
didalamnya sifat aktivitas perusahaan dan praktik akuntansi yang spesifik dalam
perusahaan tersebut. Sebagai contoh, diperlukan tambahan tujuan khusus audit
apabila sebagian dari kas satuan usaha berbentuk valuta asing. Demikian pula
sejumlah tujuan khusus untuk masing-masing kategori bias berbeda-beda seperti
namapak seperi contoh diatas.
B. BUKTI AUDIT
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan
buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorahdum, dan catatan tidak
resmi, seperti dafatr lembar kerja (work shee) yang mendukung alokasi biaya,
6
perhitungan dan rekonsliassi secara keseluruhan merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja tidak di anggap sebagai
pendukung yang cukup suatu laporan keuangan. Di pihak lain, tanpa dilandasi
oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan
keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
1. Bukti jurnal
7
mempunyai wujud fisik dapat diinspeksioleh auditor untuk membuktikan asersi
tentang keberadaannya. Kegiatan pegawai perusahaan dapat diamati untuk
membuktikan asersi terjadinya suatu transaksi. Contoh informasi penguat :
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam penentuan cukup atau tidaknya jumlah
bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor, pertimbangan profesional
auditor memegang peranan penting. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah materialitas dan
resiko, faktor ekonomi, ukuran dan karakreristik populasi.
Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan
diperlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun
yang besaldo tidak material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor dalam memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur
akan lebih banyak bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terahadap surat berharga.
8
b). Faktor Ekonomi
Pengunpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua
faktor: waktu dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi di
dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika
dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan
yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor
memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan
pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat.
9
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor ini:
relevansi, sumber, ketepatan waktu, objektivitas, cara pemerolehan bukti.
Relevansi
Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan
audit. Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang
dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan
melakukakan pengamatan terhadap penghitungan fsisik sediaan yang
dilaksanakan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut tidak akan relevan dengan
tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan kepemilikan (asersi hak dan
kewajiban) serta asersi penilaian (asersi penilaian dan alokasi) sediaan.
Sumber
Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya tinggi. Dalam audit,
auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan
tangan pertama, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan sendiri yang
dilakukan oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak
langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi tangan kedua. Bukti audit yang
diperoleh dengan cara pertama relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila
dibanding dengan bukti audit yang dikumpulkan dengan cara kedua.
Ketepatan waktu
10
berharga pada tanggal neraca akan memberikan bukti yang lebih baik tentang
kuantitas aktiva tersebut yang ada di tangan klien pada taggal neraca
dibandingkan bila bukti tersebut di peroleh auditor pada tanggal lain.
Objektivitas
4. Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak Untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Dalam standar ini megharuskan auditor untuk menjadikan bukti audit yang
dikumpulkannya sebagai suatu dasar yang absolut bagi pendapat yang dinyatakan
atas laporan keuangan auditan. Dasar yang layak berkaitan dengan tingkat
keyakinan secara keseluruhan yang diperlukan oleh auditor untuk menyatakan
pendapata atas laporan keuangan auditan.
11
harus ditempuh oleh auditor unttuk memnuhi persyaratan tersebut. Auditor
diharuskan memberikan alasan setian penyimpangan dan pernyataan standar
auditing.
Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini :
12
Tipe data akuntansi
1. pengendalian intern
2. catatan akuntansi
1. bukti fisik
2. bukti dokumenter
3. perhitungan
4. bukti lisan
13
(2). Catatan akuntansi sebagai bukti
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang
digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan
laporan keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan verifikasi
terhadap suatu jumlah yang tercantum daalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai
pemgolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan akktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas. Pemeriksaan terhadap surat
berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud juga
memerlukan bukti fisik ini.
14
yang digunakan oleh para manajer misalnya, mungkin bukan milik perusahaan
tetapi disewa dari perusahaan lain. Seringkali bukti fisik bukan merupakan bukti
audit yang konklusif sifatnya. Sebagai contoh, kas yang ada di tangan yang
dihitung oleh auditor, terdiri dari uang dan cek yang di terima dari customer.
Perhitungan kas tersebut tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua cek
dappat di uangkan pada saat disetorkanke bank, karena adanya kemungkinan cek
tersebut kosong.
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti
dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat
dibagi menjadi tiga golongan :
1. bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
2. bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip
klien.
15
cetakan khusus merupakan bukti audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Di lain
pihak sertifikat wesel tagih akan mudah dibuat hanya dengan mengisi formulir
standar yang telah tersrdia.
Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar
yang bebas, yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien.
Bukti audit ini diperoleh auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi.
Konfirmasi adalah penerimaan suatu jawaban tertulis dari pihak yang bebas, yang
berisi verifikasi ketelitian informasi yang diminta oleh auditor.
Agar bukti dokumenter yang dihasilkan merupakan bukti audit yang andal,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatannya samapi dengan
diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur
pembuatan konfirmasi, pemgiriman, dan penerimaan jawabannya, maka auditor
akan kehilangan pengawasan terhadap konfirmasi tersebut, sehingga
independensinya akan hilang dan bukti audit yang dihasilkan tidak andal.
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar organisasi klien, yang
diperlukan oleh auditor, umumnya disimpan dalam arsip klien. Contoh bukti ini
adalah rekening koran bank, faktur dari penjual, sertifikat wesel tagih, order
pembelian dari customer, sertifikat saham dan obligasi. Hal yang perlu
dipertimbangakn dalam menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti
dokumenter ini adalah apakah dokumen tersebut dapat dengan dengan mudah
diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien. Pada umumnya bukti
audit yang berasal dari pihak luar dan didimpan dalam arsip klien ini merupakan
16
bukti audit yang relatif lebih andal bila dibandingkan dengan bukti dokumenter
yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bagi auditor, bukti dokumenter yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya rendah karena tidak
adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Contoh bukti dokumenter ini
adalah faktur penjualan, surat order pembelian, bukti pengiriman barang, laporan
penerimaan barang, memo kredit dan berbagai macaam dokumen yang lain. Tentu
saja faktur penjualan dan surat order pembelian yang asli dikirim kapada customer
atau pemasok, namun tembusan dokumen-dokumen tersebut, yang tersedia untuk
auditor, tidak pernah meninggalkan organisasi klien, sehingga tidak pernah dicek
kebenarannya oleh piha luar.
Salah satu tipe bukti audit yang penting yang dibuat dalam organisasi klien
adalah surat representasi manjemen (letter of representation atau management
representation letter). Surat ini dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi
klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta tertentu menegenai posisi
keuangan dan kegiatan perusahaan. Sebagai contoh, manajer keuangan
perusahaan klien diminta oleh auditor unutk menulis suatu surat pernyataan yang
menjelaskan bahwa menurut pengetahuannya semua utang perusahaan telah
dicantumkan dalam neraca. Tujuan auditor meminta surat tersebut adalah untuk
menyadarkan manajemen bahwa tanggung jawab atas kewajaran atas laporan
keuangan terletak di tanagn manajemen. Meskipun surat tersebut merupakan bukti
yang penting, tetapi bagi auditor bukti audit ini tidak membebaskan dirinya dari
tusgas untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang tercantum dalam surat
tersebut.
17
2. cross footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
18
menyadarkan karyawannya agar bekerja sama dengan auditor dalam menyediakan
informasi yang diperlukan oleh auditor tersebut. Di lain pihak, auditor harus
menghindari sikap sebagai polisi. Auditor tidak boleh melakukan penyelidikan
silang terhadap karyawan klien dan juga tidak boleh melakukan penekanan untuk
memperoleh informasi.
(5). Perbandingan
Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor
pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan
penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk
menguatkan Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
19
(6). Bukti dari spesialis
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak
boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ia harus
memahami metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis
tersebut dan harus melakukan pengujian terhadap data akuntansi yang diserahkan
oleh klien kepada spesialis tersebut. Auditor dapat menerima hasil pengujiannya
menyebabkan is berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis sebagai bukti
audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam
laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan penemuan
spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat
menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak
diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya.
20
6. Prosedur Audit
Definisi dari prosedur audit sendiri adalah instruksi untuk para auditor
sebagai teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan
bukti yang cukup dalam audit. Prosedur audit pada saat di lapangan biasanya
meliputi: kegiatan inspeksi, pengamatan, konfirmasi dan penerimaan keterangan
dan lainnya.
Mungkin beberapa dari anda mengetahui tentang pekerjaan audit dan apa
itu prosedur audit. Ketika anda mendengar pekerjaan auditor yang dipikiran anda
adalah pekerjaan yang cukup berat, hampir tidak ada libur, dan lain sebagainya.
Namun menjadi seorang auditor merupakan pekerjaan yang penting bagi
perusahaan.
a). Inspeksi
b). Pengamatan
21
Pada dasarnya adapun objek yang diamati dalam melakukan observasi
biasanya adalah karyawan, proses dan prosedur di lokasi. Pengamatan ini
merupakan bagian yang penting untuk laporan mengenai pemahaman
pengendalian internal. Sebab itulah pengamatan harus dilakukan oleh seorang
auditor sebgai teknik dari prosedur audit.
c). Konfirmasi
e). Penelusuran
Prosedur ini nantinya akan memberikan hasil dari kelengkapan data dari
catatan akuntansi. Biasanya penelusuran dilakukan terhadap transaksi penjualan
seperti keterangan orderan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, transaksi
penjualan, dan lain sebagainya.
22
f). Penghitungan
23
Semua prosedur audit tersebut merupakan prosedut audit yang biasanya dilakukan
oleh uditor. Untuk menjadi audit kamu dapat memahami beberapa prosedur audit
yang dijelaskan di atas untuk lebih mengetahui bahwa pekerjaan sebagai auditor
terbilang penting bagi perusahaan. Adapun bagi kamu yang sudah menjadi auditor
dapat memahami lebih lagi mengenai prosedur audit yang harus dilakukan. Oleh
karena pentingnya menjadi auditor maka, pembahasan mengenai prosedur audit
yang dijelaskan harus dipahami lebih mendalam.
Dalam situasi tertentu risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah
dalam akun dan didalam dilaporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan
dengan situasi yang biasa. Auditor. Harus waspada jika menghadapi siatuasi audit
yang mengandung risiko besar seperti contoh berikut ini :
Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit
untuk melunasi hutangnya akan mempunyai kecenderungan untuk menunda
penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih atau sediaan barang
dagangan yang sudah tidak laku dijual atau lupa mencatat utangnya. Hal ini tidak
mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan keuangannya baik.
24
para manajernya. Auditor harus waspada terhadap manajer yang pernyataan-
pernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak benar.
Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba dicatat sangat besar, maka reaksi
wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan penghasilan
atas laba Kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip
akuntansi yang ditetapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan
yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan tarif pajak yang drastis akan mendorong perusahaan untuk menggeser
pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih relative rendah.
25
C. HUBUNGAN TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, dan PROSEDUR
AUDIT
Terdapat tujuan audit atas asersi penilaian atau alokasi dimana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti
audit yang berbeda pula,
26
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasly. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance. Jakarta: Erlangga.
27