Anda di halaman 1dari 28

AUDITING 1

“TUJUAN DAN BUKTI AUDIT”

Disusun oleh:

1. Rofi’ul Rismawan Al-Islamy 18.1.02.01.0041


2. Ahmad Anas Murtado 18.1.02.01.0060

Dosen Pembimbing :
Hestin Sri Widiawati S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2020/2021
TUJUAN DAN BUKTI AUDIT

A. TUJUAN AUDIT

Tujuan umum suatu audit atas laporan keuangan adalah memberikan suatu
peryataan pendapat mengenal apakah laporan keuangan klien telah disajikan
secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam audit biasanya dirunuskan
tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Tujuan khusus ini berasal asersi-asersi yang di buat manajemen dalam
laporan keuangan.

1. Asersi-Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi asersi-asersi manajemen yang explisit. Seperti


contoh, perhatikanlah komponen neraca berikut ini :

Akitiva Lancar :

Kas......................................................................Rp 100.000.000,00

Dalam pelaporan pos ini neraca, manajemen membuat dua asersi eksplisit, yaitu
(1) kas benar-benar ada, dan (2) jumlah kas yang benar adalah Rp
100.000.000,00. Selain itu majajemen juga membuat tiga asersi eksplisit, Yaitu :
(1) semua kas yang harus dilaporkan telah di masukan, (2) semua kas yang
dilaporkan merupakan milik satuan usaha, dan (3) tidak terdapat pembatasan
dalam pengguan kas. Asersi terakir ini mengikuti persyaratan penyajian kas dalam
aktiva lancar sebagai mana diatur oleh standart akuntansi keuangan bias menjadi
salah saji material

Asersi-asersi yang sama melandasi semua aktiva, kewajiban, pendapatan,


dan biaya komponen- komponen keuangan. Dalam PSA No.07, bukti audit (SA
32603), Disebut golongan besar asersi-asersi laporan keuangan.

a. Keberadaan atau kejadian (existence or accurence)

b. Kelengkapan ( completeness)

1
c. Hak dan kewajiban ( rigbt and obligation)

d. Penelitian ( valuantion) atau pengalokasian ( allocation )

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosoure)

Dalam uraian di bawah ini akan di bahas pengertian masing-masing asersi


sebagaimana tercamtum dalam SA 326 disertai dengan contohnya. Selanjutnya
akan di tunjukan seperangkat tujuan khusus auidit untuk kas pada berbagai
kelompok asersi.

a). Keberadaan atau Keterjadian

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah


aktiva atau utang satuan usaha pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Asersi manajemen tentang
keberadaan berlaku baik aktiva yang mempunyai ujud fisik seperti kas dan
persediaan, maupun rekening-rekening yang tidak memiliki ujud fisik seperti
piutang dagang dan hutang dagang. Dalam contoh diatas, asersi keberadaan
berhubungan dengan apa hal-hal dimasukan sebagai kas ( seperti kas kecil, kas
yang belum disetor ke bank dan rekening giro) benar-benar ada. Asersi ini tidak
berkaitan dengan apakah Rp 100.000.000,00 merupakan jumlah yang benar untuk
pos ini, sebab hal itu berkaitan dengan penilaian dan pengalokasian yang akan
dijelaskan kemudian.

Dalam asersi ini manajemen juga menyatakan bahwa pendapatan dan


biaya sebagaimana Nampak dalam laporan rugi-laba adalah akibat dari transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian yang terjadi selama periode laporan.

b). Kelengkapan

Asersi tentang kelengkapan (completeness) berhubungan dengan apakah


semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan
telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan

2
keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di
neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.

c). Hak dan Kewajiban


Asersi tentang dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak perusahaan dan hutang merupakan kewajiban peruasahaan pada
tanggal tertentu. Perlu diketahui bahwa asersi adalah satu-satunya asersi yang
hanya berkaitan dengan neraca (aktiva dan kewajiban), sedangkan asersi-asersi
yang lain berkaitan dngan semua laporan keuangan. Asersi ini umumnya
berhubungan dengan hak pemilikan dan kewajiban hukum. Sebagai contoh,
manajemen secara implisit menyatakan bahwa perusahaa memiliki kas, persedian
dan aktiva-aktiva lain yang dilaporkan dalam neraca, dan utang dagang dan utang-
utang lainnya adalah kewajiban hokum suatu usaha. Asersi hak dan kewajiban
juga menyangkut hak atas penggunaan property dan juga menyangkut utang-utang
yang tertentu yang bukan kewajiban hukum. Sebagai contoh, property milik
pemberi sewa ( lessor ) bias dibenarkan bila dilaporkan sebagai aktiva dalam
neraca penerima sewa apabila ha katas penggunaan property telah diperoleh
melalui perjanjian sewa guna usaha yang dikapitalisasi. Di pihak lai, biaya
pension yang tidak di bentuk danannya bias dimasukan sebagai hutang meskipun
satuan usaha pembuat laporan secara hukum tidak berkewajiban untuk itu.

d). Penelitian ( Valuantion) atau Pengalokasian ( Allocation )

Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation)


berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan
dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap
dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara
sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya.
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum
di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

e). Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosoure)

3
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen
membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang
jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai
pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan
semestinya.

2. Tujuan Khusus Audit

Untuk mendapat bukti sebagai pendukung pendapat atas laporan


keuangan, auditor merumuskan tujuan-tujuan khusus audit untuk setiap rekening
dalam laporan keuangan. Kategori-kategori asersi laporan keuangan yang disusun
manajemen seperti diterangkan di atas, merupakan titik tolak yang sangat baik
untuk merumuskan tujuan khusus audit. Tabel berikut ini memberi gambaran
penjabaran khusus audit untuk kas berdasarkan pembahasan mengenai kategori-
kategori diatas :

4
Kategori asersi Tujuan khusus audit

Keberadaan atau keterjadian


Dana kas kecil, penerimaan kas yang
belum disetor ke bank, rekening giro, dan
lain-lain yang dilaporkan sebagai kas, ada
pada tanggal neraca.

Kas yang dilaporkan meliputi semua kas


Kelengkapan
kecil, kas yang belum disetor ke bank, dan
kas lain yang ada ditangan.

Semua hal yang dilaporkan dalam kas


Hak dan kewajiban
adalah milik satuan usaha pada tanggal
neraca

Semua komponen kas telah dijumlah


dengan benar. Juenal penerimaan kas dan
Penilaian dan pengalokasian
jurnal pengeluaran kas, benar jumlah-
jumlah rupiahnya dan telah diposting
dengan benar ke buku besar.
Kas yang ada ditangan telah dihitung
dengan benar.
Saldo rekening giro telah direkonsiliasi
dengan benar.

Semua yang dimasukan dalam kas tidak


dibatasi dank as tersedia digunakan untuk
Penyajian dan pengungkapan
operasi.
Pengungkapan yang diperlukan telah
memadai.

5
Perlu diingat bahwa tujuan khusus audit harus dirancang untuk masing-
masing klien. SA 326.09 menyatakan bahwa dalam merumuskan tujuan audit,
auditor hendaknya mempertimbangkan kondisi khusus perusahaan, termasuk
didalamnya sifat aktivitas perusahaan dan praktik akuntansi yang spesifik dalam
perusahaan tersebut. Sebagai contoh, diperlukan tambahan tujuan khusus audit
apabila sebagian dari kas satuan usaha berbentuk valuta asing. Demikian pula
sejumlah tujuan khusus untuk masing-masing kategori bias berbeda-beda seperti
namapak seperi contoh diatas.

Dalam melaksanakan audit, auditor harus mengumpulkan bukti yang


berkaitan dengan setiap tujuan khusus. Dari data yang terkumpul, auditor akan
sampai pada kesimpulan apakah ada asersi manajemen yang salah saji.
Selanjutnya kesimpulan mengenai masing-masing asersi digabungkan untuk
sampai pada pendapat mengenai laporan keuangan sebagai keseluruan.

B. BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau


informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit
sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumplkan bukti audit. Meskipun catatan akuntansi menyediakan bukti audit
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebutt bukan
merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga
mengumpulkan bukti audit dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan
bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.

1. Bukti Audit Yang Mendukung Laporan Keuangan

a). Data Akuntansi

Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan
buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorahdum, dan catatan tidak
resmi, seperti dafatr lembar kerja (work shee) yang mendukung alokasi biaya,

6
perhitungan dan rekonsliassi secara keseluruhan merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja tidak di anggap sebagai
pendukung yang cukup suatu laporan keuangan. Di pihak lain, tanpa dilandasi
oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan
keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan


jalan (1) menganalisis dan me-review, (2) menelusuri kembali langkah-langkah
prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan
lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3) menghitung kembali dan
melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan
informasi yang sama. Dalam suatu sistem akuntansi yang dirancang dan yang di
selenggarakan dengan baik, akan terdapat konsistensi intern. Konsistensi ini dapat
di temukan melalui prosedur yang menghasilkan bukti bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan
hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum
di indonesia. Contoh data akuntansi :

1. Bukti jurnal

2. Buku besar dan buku besar pembantu

3. Buku pedoman akuntansi

4. Memorandum dan catatan tak resmi, seperti kertas kerja, perhitungan-


perhitungan, dan rekonsiliasi

b). Informasi Penguat

Informasi penguat meliputi segala dokumen cek, faktur, surat kontrak,


notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,
informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pegamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lai yanga dikembangkan oleh
oatau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat. Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan
dalam akun-akun daan asersi dalam laporan keuangna, biasanya di simpan dalam
arsip perusahaan dan tersedia bagi auditoe untuk di audit. Aktiva yang

7
mempunyai wujud fisik dapat diinspeksioleh auditor untuk membuktikan asersi
tentang keberadaannya. Kegiatan pegawai perusahaan dapat diamati untuk
membuktikan asersi terjadinya suatu transaksi. Contoh informasi penguat :

1. Dokumen sebagai cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat.

2. Konfirmasi dan peryataan tertulis dari pihak yang mengetahui.

3. Informasi yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan.

2. Cukup Atau Tidaknya Bukti Audit

Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam penentuan cukup atau tidaknya jumlah
bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor, pertimbangan profesional
auditor memegang peranan penting. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah materialitas dan
resiko, faktor ekonomi, ukuran dan karakreristik populasi.

a). Materialitas dan Resiko

Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan
diperlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun
yang besaldo tidak material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor dalam memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur
akan lebih banyak bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terahadap surat berharga.

Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk di sajikan salah


dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulan oleh auditor
umumnya lebih banyak bila di bandingkan dengan akun yang memiliki
kemungkianan kecil untuk salah disajikan dalam lapora keuangan. Karena
penyajian sediaan dalam neraca memerlukan penentuan dan kuantitas sediaan dan
nilaisediaan pada tanggal neraca, resiko salah saji sediaan dalam neraca lebih
tinggi bila di bandingkan dengan resiko salah saji tanah.

8
b). Faktor Ekonomi

Pengunpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua
faktor: waktu dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi di
dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika
dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan
yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor
memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan
pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat.

c). Ukuran dan Karakteristik Populasi

Dalam pemeriksaan atas unsur-usur tertentu laporan keuangan, audittor


seringkali menggunkana sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih
secara acak sebagai anggota populasi untuk di periksa karakteristiknya.
Umumnya, semakin besar populasi, semakin banyak jumlah bukti audit yang
dipriksa oleh auditor. Karakterisstik populasi di tentukan oleh homogenitas
anggota populasi. Jika audit menghadapi populasi dengan anggota yaang
homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dan populasi tersebut lebih kecil bila
dibandingkan dengan populasi yang bertanggota hiterogen.

3. Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data


akuntansi di informasi penguat.

a). Kompetensi Data Akuntansi

Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektifitas


pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan
catatan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang di buata dalam organisasi klien.
Sebaliknya, pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau
mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi.

b). Kompetensi Informasi Penguat

9
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor ini:
relevansi, sumber, ketepatan waktu, objektivitas, cara pemerolehan bukti.

Relevansi

Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan
audit. Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang
dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan
melakukakan pengamatan terhadap penghitungan fsisik sediaan yang
dilaksanakan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut tidak akan relevan dengan
tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan kepemilikan (asersi hak dan
kewajiban) serta asersi penilaian (asersi penilaian dan alokasi) sediaan.

Sumber

Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya tinggi. Dalam audit,
auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan
tangan pertama, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan sendiri yang
dilakukan oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak
langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi tangan kedua. Bukti audit yang
diperoleh dengan cara pertama relatif lebih tinggi tingkat kompetensinya bila
dibanding dengan bukti audit yang dikumpulkan dengan cara kedua.

Ketepatan waktu

Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang


diperoleh auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dala
memverifikasi aktifa lancar, utang lancar, dan saldo akun laba rugi yang
bersangkutan. Untuk akun-akun yang berkaitan dengan aktiva lancar, utang
lancar, dan akun laba rugi yang bersangkutan auditor harus memperoleh bukti
bahwa klien telah melakukan pisah batas semestinya transaksi kas, penjualan, dan
pembelian pada tanggal neraca. Pemerolehan bukti ini akan mudah di lakukan jika
auditor menerapkan prosedur audit pada atau mendekati tanggal neraca. Demikian
pula, bukti audit yang di peroleh dari perhitungan fisik terhadap kas dan surat

10
berharga pada tanggal neraca akan memberikan bukti yang lebih baik tentang
kuantitas aktiva tersebut yang ada di tangan klien pada taggal neraca
dibandingkan bila bukti tersebut di peroleh auditor pada tanggal lain.

Objektivitas

Bukti yang bersifat objektif umumnya di anggap lebih andal dibandingkan


dengan bukti yang bersifat subjektif. Sebagai contoh, bukti tentang eksistensi
aktiva tetap berwujud akan lebih kompeten bila di peroleh melalui inspeksi fisik,
karena secara objketif bukti tersebut lebih konklusif. Bukti yang diperoleh dari
pihak luar entitas yang di audit dipandang lebih bersifat objektif dibandingkan
dengan bukti yang hanya bersumber dari klien. Bukti yang mendukung estimasi
manajemen tentang keusangan sediaan dan jaminan purna jual produk merupakan
bukti yang subjektif sifatnya. Dalam menghadapi bukti yang bersifat subjektif ini,
auditor harus (1) mempertimbangkan kompetensi dan integritas karyawan yang
diberi wewenang untuk melakukan estimasi, (2) menilai apakah proses
pengambilan keputusan yang semestinya telah diikuti oleh klien dalam
mempertimbangkan estimasi tersebut.

4. Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak Untuk Menyatakan Pendapat Auditor

Dalam standar ini megharuskan auditor untuk menjadikan bukti audit yang
dikumpulkannya sebagai suatu dasar yang absolut bagi pendapat yang dinyatakan
atas laporan keuangan auditan. Dasar yang layak berkaitan dengan tingkat
keyakinan secara keseluruhan yang diperlukan oleh auditor untuk menyatakan
pendapata atas laporan keuangan auditan.

Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh bebrapa


faktor berikut ini:

a). Pertimbangan Profesional

Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan


keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.
Pernyataan standar auditing (PSA) yang diterbitkan oleh ikatan akuntan indonesia
berisi persyaratan tentang bukti audit dan memberikan panduan tentang cara yang

11
harus ditempuh oleh auditor unttuk memnuhi persyaratan tersebut. Auditor
diharuskan memberikan alasan setian penyimpangan dan pernyataan standar
auditing.

b). Inrtegritas Manajemen

Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan


keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi utuk mengendalikan sebagian
besar bukti penguat dan data akuntan yang mendukung laporan keuangan. Oleh
karena itu, auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan terhadap
integritas manajemen.

c). Kepemilikan Publik Versus Terbatas

Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam


audit atas laporan keuangan perusahaan publik (misalnya Ptyang go public) di
bandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh
kalangan terbatas (misalnya PT tertutup). Hal ini disebabkan karena dalam audit
atas alporan keuangan perusahaan publik, laporan audit di gunakan oleh pemakai
dari kalangan lebih luas, dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan
pengambilan keputusan investasinya terutama atas laporan keuangan auditan.

d). Kondisi Keuangan

Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan


proses kebangkrutan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan
meletakan kesalahan di pudak auditor karena kegagalan auditor untuk
memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan
perusahaan. Dalam hal ini, auditor harus mempertahankan pendapatan atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yaang telah di laksanakan.

5. Tipe Bukti Audit

Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini :

12
Tipe data akuntansi

1. pengendalian intern

2. catatan akuntansi

Tipe informasi penguat

1. bukti fisik

2. bukti dokumenter

3. perhitungan

4. bukti lisan

5. perbandingan dan ratio

6. bukti dari spesialis

a). Tipe data akuntansi

(1). Pengendalian intern sebagai bukti

Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat


digunakan untuk mengecek kete;itian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan
yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya
pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk
di dalamnya. Oleh karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah
merancanh pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usaha
setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai
keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang


menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari
berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti
audit yang harus di kumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika
pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang
banyak.

13
(2). Catatan akuntansi sebagai bukti

Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang
digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan
laporan keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan verifikasi
terhadap suatu jumlah yang tercantum daalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai
pemgolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

Kendalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada


pengendalian intern yang di terapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi
tersebut. Sebagai contoh: (1) jika buku pembantu dipegang oleh karyawan yang
tidak memegang buku besar dan secara periodik diadakan rekonsiliasi antara buku
pembantu dengan akun kontrol yang berkaitan dengan buku besar dan (2) semua
jurnal umum harus mendapatkan persetujuan tertulis dari manager akuntansi,
maka auditor dapat mengangkat jurnal, buku besar, dan buku pembantu sebagai
bukti audit yang andal, yang mendukung angka-angka dalam laporan keuangan.

b). Informasi penguat

(1). Bukti fisik

Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan akktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh
auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas. Pemeriksaan terhadap surat
berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud juga
memerlukan bukti fisik ini.

Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk


membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut. Oleh karena itu, untuk jenis
aktiva tertentu, bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling handal dan
bermanfaat.

Untuk aktiva tertentu, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti audit


yang cukup untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva tersebut. Mobil

14
yang digunakan oleh para manajer misalnya, mungkin bukan milik perusahaan
tetapi disewa dari perusahaan lain. Seringkali bukti fisik bukan merupakan bukti
audit yang konklusif sifatnya. Sebagai contoh, kas yang ada di tangan yang
dihitung oleh auditor, terdiri dari uang dan cek yang di terima dari customer.
Perhitungan kas tersebut tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua cek
dappat di uangkan pada saat disetorkanke bank, karena adanya kemungkinan cek
tersebut kosong.

Pengamatan (observasi) fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk


mengidentifikasi sesuatu yang di periksa untuk menentukan kuantitas, dan
setidak-tidaknya merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian
kekayaan tersebut. Pengamatan fisik tidak dapat membuktikan adanya hak
kepemilikan terhadap suatu aktiva. Oleh karena itu, meskipun bukti fisik
merupakan hal yang penting dalam pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada
umumnya masih harus didukung oleh tipe bukti audit yang lain. Untuk jenis
aktiva tertentu, seperti piutang usaha atau aktiva tidak berwujud, tidak mungkin
bagi auditor untuk mengumpulkan bukti fisik.

(2). Bukti dokumenter

Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti
dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat
dibagi menjadi tiga golongan :

1. bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.

2. bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip
klien.

3. bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Dalam menilai keandalan bukti dokumenter, auditor harus memperhatikan


apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan
yang tidak jujur. Sebagai contoh, sertifikat saham yang dibuat dari kertas dan

15
cetakan khusus merupakan bukti audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Di lain
pihak sertifikat wesel tagih akan mudah dibuat hanya dengan mengisi formulir
standar yang telah tersrdia.

Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar
yang bebas, yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien.
Bukti audit ini diperoleh auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi.
Konfirmasi adalah penerimaan suatu jawaban tertulis dari pihak yang bebas, yang
berisi verifikasi ketelitian informasi yang diminta oleh auditor.

Penggunaan konfirmasi untuk memproleh informasi tergantung pada


perlunya informasi yang andal dalam situasi tertentu dan tersedianya bukti
alternatif. Biasanya auditor tidak menggunakan konfirmasi untuk verifikasi tiap-
tiap transaksi antar perusahaan secara individual, seperti transaksi penjualan,
karena auditor dapat menggunakan dokumen untuk menentukan baik atau
tidaknya sistem pancatatan informasi klien. Begitu juga dalam audit terhadap
aktiva tetap, auditor jarang menggunakan konfirmasi karena aktiva tersebut dapat
diverifikasi dengan pemeriksaan dokumen dan fisik aktiva tersebut.

Agar bukti dokumenter yang dihasilkan merupakan bukti audit yang andal,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatannya samapi dengan
diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur
pembuatan konfirmasi, pemgiriman, dan penerimaan jawabannya, maka auditor
akan kehilangan pengawasan terhadap konfirmasi tersebut, sehingga
independensinya akan hilang dan bukti audit yang dihasilkan tidak andal.

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar organisasi klien, yang
diperlukan oleh auditor, umumnya disimpan dalam arsip klien. Contoh bukti ini
adalah rekening koran bank, faktur dari penjual, sertifikat wesel tagih, order
pembelian dari customer, sertifikat saham dan obligasi. Hal yang perlu
dipertimbangakn dalam menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti
dokumenter ini adalah apakah dokumen tersebut dapat dengan dengan mudah
diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien. Pada umumnya bukti
audit yang berasal dari pihak luar dan didimpan dalam arsip klien ini merupakan

16
bukti audit yang relatif lebih andal bila dibandingkan dengan bukti dokumenter
yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Bagi auditor, bukti dokumenter yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya rendah karena tidak
adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Contoh bukti dokumenter ini
adalah faktur penjualan, surat order pembelian, bukti pengiriman barang, laporan
penerimaan barang, memo kredit dan berbagai macaam dokumen yang lain. Tentu
saja faktur penjualan dan surat order pembelian yang asli dikirim kapada customer
atau pemasok, namun tembusan dokumen-dokumen tersebut, yang tersedia untuk
auditor, tidak pernah meninggalkan organisasi klien, sehingga tidak pernah dicek
kebenarannya oleh piha luar.

Salah satu tipe bukti audit yang penting yang dibuat dalam organisasi klien
adalah surat representasi manjemen (letter of representation atau management
representation letter). Surat ini dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi
klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta tertentu menegenai posisi
keuangan dan kegiatan perusahaan. Sebagai contoh, manajer keuangan
perusahaan klien diminta oleh auditor unutk menulis suatu surat pernyataan yang
menjelaskan bahwa menurut pengetahuannya semua utang perusahaan telah
dicantumkan dalam neraca. Tujuan auditor meminta surat tersebut adalah untuk
menyadarkan manajemen bahwa tanggung jawab atas kewajaran atas laporan
keuangan terletak di tanagn manajemen. Meskipun surat tersebut merupakan bukti
yang penting, tetapi bagi auditor bukti audit ini tidak membebaskan dirinya dari
tusgas untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang tercantum dalam surat
tersebut.

(3). Perhitungan sebagai bukti

Perhitunagn yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan


ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu
bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah :

1. footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.

17
2. cross footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.

3. pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan


terif depresiasi yang digunakan oleh klien.

4. pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per


saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.

(4). Bukti lisan

Dalam meelaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka,


namun berhububgab dengan orang, terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam
rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara
lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya
tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Keterangan yang diminta
oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan
akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang
tidak berterima umum di indonesia, kemungkinan pengumpulan piutang usaha
yang sudah lama tidak tertagih, dan kemungkinan adanya utang bersyarat.

Jawaban lisan yang diperoleh deri permintaan keterangan tersebut


nerupakan tipe bukti lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini
dapat menunkjukkan situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau
pengumpulan bukti audit lain yang akan menguatkan buki lisan tersebut. Sebagai
contoh, pada waktu auditor ingin memperoleh informasi mengenai metode
pencatatan dan pengendalian intern terhadap transaksi penjualan, ia biasanya
memulainya dengan menanyai kliennya bagaimana bekerjanya sisitem akuntansi
penjualan dalam organisasi tersebut. Kemudian ia akan melakukan pengujian
terhadap sistem tersebut untuk menentukan apakah transaksi telah di catat dan di
otorisasi seperti yang dijelaskan dalam Jawaban lisan yang diterima sebelumnya
oleh auditor.

Dalam mengajukan pertanyaan, auditor hendaknya tidak bersikap otoriter


maupun bersikap terlalu merendahkan diri. Auditor melaksanakan audit atas
permintaan klien, oleh karena itu, adalah menjadi kepentingan klien untuk

18
menyadarkan karyawannya agar bekerja sama dengan auditor dalam menyediakan
informasi yang diperlukan oleh auditor tersebut. Di lain pihak, auditor harus
menghindari sikap sebagai polisi. Auditor tidak boleh melakukan penyelidikan
silang terhadap karyawan klien dan juga tidak boleh melakukan penekanan untuk
memperoleh informasi.

(5). Perbandingan

Untuk melakukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna


penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang
berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terdapat perubahan yang bersifat luar
biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal
mengenai penyebabnya. Sebagai contoh, tipe bukti auditor ini adalah
perbandingan jumlah biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap tahun tertentu
dengan tahun sebelumnya. Jika perbedaan cukup signifikan, auditor mencari
informasi penyebab terjadinya perubahan biaya tersebut.

Di samping membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor


juga mempelajari hubungan persentase berbagai unsur dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh, auditor mengetahui bahwa tahun-tahun sebelumnya klien
menentukan besarnya kerugian akibat tidak tertagihnya piutang usaha sebesar 1%
dari hasil penjualan bersih. Dalam tahun yang diaudit, klien menaikkan besarnya
kerugian tersebut menjadi 8% dari hasil penjualan bersih. Perubahan yang cukup
besar ini menyebabkan auditor melakukan penyelidikan secara saksama terhadap
semua piutang usaha yang di hapus dalam tahun yang di audit, untuk menentukan
penyebab kenaikan jumlah taksiran kerugian piutang usaha tersebut.

Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor
pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan
penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk
menguatkan Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.

19
(6). Bukti dari spesialis

Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau


pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya
adalah pengacara, insinyur sipil, geologist, penilai (appraiser).

Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan


auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-
hal berikut ini:

a. Penilaian, misalnya kerja seni, obat-obatan khusus, dan restricted


securities.
b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang
tersedia atau kondisi. Misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan
baku yang ada di gudang.
c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode
khusus. Misalnya, beberapa perhitungan aktuarial.
d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan. Misalnya,
pengaruh potensi suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak
atas properti.

Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak
boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ia harus
memahami metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis
tersebut dan harus melakukan pengujian terhadap data akuntansi yang diserahkan
oleh klien kepada spesialis tersebut. Auditor dapat menerima hasil pengujiannya
menyebabkan is berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis sebagai bukti
audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam
laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan penemuan
spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat
menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak
diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya.

20
6. Prosedur Audit

Definisi dari prosedur audit sendiri adalah instruksi untuk para auditor
sebagai teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan
bukti yang cukup dalam audit. Prosedur audit pada saat di lapangan biasanya
meliputi: kegiatan inspeksi, pengamatan, konfirmasi dan penerimaan keterangan
dan lainnya.

Mungkin beberapa dari anda mengetahui tentang pekerjaan audit dan apa
itu prosedur audit. Ketika anda mendengar pekerjaan auditor yang dipikiran anda
adalah pekerjaan yang cukup berat, hampir tidak ada libur, dan lain sebagainya.
Namun menjadi seorang auditor merupakan pekerjaan yang penting bagi
perusahaan.

Jika pekerjaan sebagai marketing merupakan ujung tombak dari


perusahaan begitu juga pekerjaan sebagai auditor. Membahas mengenai pekerjaan
sebagai auditor memiliki prosedurnya sendiri seperti berikut ini:

a). Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara keseluruhan atau terperinci


terhadap dokumen, catatan atau kondisi fisik sesuatu. Pemerikasaan terhadap
dokumen atau catatan ini dimaksudkan agar seorang auditor dapat menentukan
ketetapan persyaratan, faktur dan dokumen penting lainnya. Dengan inspeksi ini
maka, dapat dilakukannya evaluasi. Oleh karena itu, dalam prosedur audit
inspeksi penting untuk dilakukan.

b). Pengamatan

Berbicara mengenai pengamatan atau istilah lainnya dikenal sebagai


observasi. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan menyaksikan secara
lansgsung kegiatan yang sedang berlangsung saat melakukan audit. Pengamatan
dilakukan terhadap keseluruhan mulai dari perhitungan fisik jumlah barang dan
lain sebagainya.

21
Pada dasarnya adapun objek yang diamati dalam melakukan observasi
biasanya adalah karyawan, proses dan prosedur di lokasi. Pengamatan ini
merupakan bagian yang penting untuk laporan mengenai pemahaman
pengendalian internal. Sebab itulah pengamatan harus dilakukan oleh seorang
auditor sebgai teknik dari prosedur audit.

c). Konfirmasi

Konfirmasi merupakan penyelidikan untuk mendapatkan informasi dari


pihak lain selain pihak organisasi. Prosedurnya klien akan memberikan
pertanyaan yang di mana klien akan memberikan jawaban langsung kepada
auditor seputar apa yang ditanyakan oleh auditor. Berdasarkan jawaban langsung
yang diberikan oleh klien inilah yang nantinya menjadi bukti yang sifatnya
objektif karena sumbernya berasal dari luar.

d). Permintaan Keterangan

Menjadi auditor tentu akan melakukan permintaan keterangan sebagai


salah satu prosedur audit di mana tahap ini dilakukan biasanya berupa keterangan
secara lisan. Oleh karena itu, keterangan secara lisan ini dapat menjadi bukti yang
sifatnya lisan dan nyata. Permintaan keterangan ini akan melibatkan bagian
menejemen atau karyawan. Permintaan keterangan ini biasanya berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh pihak terkait. Berdasarkan hal ini
maka seorang auditor akan mendapatkan bukti lisan.

e). Penelusuran

Adapun prosedur audit lainnya berupa penelusuran di mana seorang


auditor biasanya akan melakukan penelurusan ulang mulai dari awal sampai data
dalam dokumen. Dokumen awal ini akan ditelusuri dari tahap awal sampai ke
tahap catatan akuntansi.

Prosedur ini nantinya akan memberikan hasil dari kelengkapan data dari
catatan akuntansi. Biasanya penelusuran dilakukan terhadap transaksi penjualan
seperti keterangan orderan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, transaksi
penjualan, dan lain sebagainya.

22
f). Penghitungan

Melakukan perhitungan dalam prosedur audit bertujuan untuk


mengevaluasi bukti fisik berupa barang yang ada, jumlah kas dan catatan
keseluruhan dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Perhitungan ini
dilakukan untuk mengevalasi bukti fisik kuantitas yang ada dengan pertanggung
jawaban catatan yang ada. Maka dari itu, intinya perhitungan dilakukan untuk
mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

g). Pemeriksaan Bukti Pendukung

Kegiatan selanjutnya pemeriksaan bukti pendukung bagian dari prosedur


audit yang juga penting. Prosedur ini meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi. Teknik ini dilakukan dengan perbandingan antara dokumen dengan
catatan akuntansi. Prosedur ini bertujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai
kebenaran perlakukan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi

h). Pelaksanaan ulang

Dalam prosedur auditor untuk pelaksanaan ulang ini bisanya dilakukan


pengulangan kegiatan yang dilakukan oleh klien. Salah satu prosedur audit yang
penting dilakukan dalam pelaksanaan ulang meliputi premi obligasi, bunga akrual,
diskon, beban penyusutan, total jurnal, perhitungan kuantitas dikalikan harga per
item yang telah disesuaikan. Pelaksanaan ulang juga dapat dilakukan terhadap
proses transaksi tertentu untuk memastikan kembali.

i). Teknik Audit Berbantuan Komputer

Melakukan prosedur audit yang berhubungan dengan bantuan komputer.


Prosedur audit selanjutnya dilakukan dengan bantuan media elektronik untuk
catatan akuntansi. Beberapa kegiatan auditor yang dilakukan berbantuan komputer
meliputi perhitungan jumlah saldo, perhitungan rasio, perbandingan unsur data
yang ada didalam berbagai file, pemilihan nama debitur yang akan dikirim surat
konfirmasi dan lain sebagainya.

23
Semua prosedur audit tersebut merupakan prosedut audit yang biasanya dilakukan
oleh uditor. Untuk menjadi audit kamu dapat memahami beberapa prosedur audit
yang dijelaskan di atas untuk lebih mengetahui bahwa pekerjaan sebagai auditor
terbilang penting bagi perusahaan. Adapun bagi kamu yang sudah menjadi auditor
dapat memahami lebih lagi mengenai prosedur audit yang harus dilakukan. Oleh
karena pentingnya menjadi auditor maka, pembahasan mengenai prosedur audit
yang dijelaskan harus dipahami lebih mendalam.

7. Situasi Audit yang Mengandung Risiko Besar

Dalam situasi tertentu risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah
dalam akun dan didalam dilaporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan
dengan situasi yang biasa. Auditor. Harus waspada jika menghadapi siatuasi audit
yang mengandung risiko besar seperti contoh berikut ini :

a). Pengendalian Intern yang lemah

Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti, yang harus


dikumpulkan oleh auditor. Dalam situasi yang pengendalian intern dalam suatu
bidang lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti audit yang
nnci yang lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang dihasilkan Oleh
pengendalian intern yang lemah tersebut.

b). Kondisi keuangan yang tidak sehat

Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit
untuk melunasi hutangnya akan mempunyai kecenderungan untuk menunda
penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih atau sediaan barang
dagangan yang sudah tidak laku dijual atau lupa mencatat utangnya. Hal ini tidak
mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan keuangannya baik.

c). Manajemen yang Tidak Dapat Dipercaya

Sebelum menerima suatu perusahaan sebagai klien, auditor publik harus


memperoleh informasi mengenai latar belakang atau riwayat para direktur dan

24
para manajernya. Auditor harus waspada terhadap manajer yang pernyataan-
pernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak benar.

d). Penggantian Auditor

Klien yang mengganti auditornya tanpa alasan yang jelas, mungkin


disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh auditor
yang lama. Tetapi, sering kali terjadinya penggantian auditor tersebut disebabkan
adanya perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai penyajian
laporan keuangan dan pengungkapannya. Klien baru yang pernah mengganti
auditornya merupakan klien yang berisiko besar bagi auditor penggantinya.

e). Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba

Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba dicatat sangat besar, maka reaksi
wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan penghasilan
atas laba Kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip
akuntansi yang ditetapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan
yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan tarif pajak yang drastis akan mendorong perusahaan untuk menggeser
pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih relative rendah.

f). Usaha yang Bersifat Spekulatif

Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang


kegiatannya dalam usaha yang sifatnya spekulatif. Akan menghadapi risiko yang
lebih besar jika dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit terhadap
perusahaan yang kegiatan usahanya relatif stabil dalam jangka panjang.

g). Transaksi Perusahaan yang Kompleks

Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit


merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila dibandingkan
dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional,

25
C. HUBUNGAN TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, dan PROSEDUR
AUDIT

Sejak awal telah diketahui bahwa tujuan menyeluruh audit laporan


keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien
menyajikan secara wajar. Dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit Yang cukup dan kompeten
sebagal dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Terdapat tujuan audit atas asersi penilaian atau alokasi dimana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti
audit yang berbeda pula,

Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk Saldo akun


atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan
prosedur audit Yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan
bahan bukti kompeten Yang cukup. Pertimbangan auditor tentang kecukupan
bukt' audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta
ukuran dan karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah
relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas,

Metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk


mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti Yang mencukupi dan kompeten
merupakan procedure audit. Pilihan auditor tentang prosedur audit dipengaruhi
Oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan, diproses, dipelihara, atau
disimpan secara elektronik.

Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu


tujuan audit tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur
dalam memenuhi tujuan audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut
harus dipertimbangkan dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2014. Auditing (Bukti Audit). Jakarta: Salemba Empat

Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Jilid 1.


Edisi Keempat. Yogyakarta : Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasly. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance. Jakarta: Erlangga.

27

Anda mungkin juga menyukai