OLEH:
WENNI PANGGALO
C1G121103
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah dari Bapak Dr. Jopang., M. Si
selaku dosen pengampu mata kuliah “Pemerintahan Desa”. Penulis berharap agar makalah ini
dapat dijadikan sebagai selah satu acuan agar dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena sempurna hanya
milik Allah SWT. Sehingga masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya untuk
itu, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini agar makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
......... Pemerintahan Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu
dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga
dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Secara lebih operasional Undang-
untuk memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah dengan maksud
pembangunan disegala bidang. Desa sebagai bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten yang
berhubungan langsung dengan masyarakat, tentunya mempunyai hubungan yang lebih dekat
dengan masyarakat. Selain itu, desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus
demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Karena itu, Desa diharapkan dapat meningkatkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan Desa atau
disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat
(7) yang menegaskan, bahwa ”susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
diatur dalam undang-undang”. Hal itu berarti, bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya pemerintahan
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Berdasarkan juga pada awalnya perumusan secara
formal desa dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa,
dikatakan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
membawa perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur Pemerintahan Daerah serta
agar lebih efektif dan efisien, dimana penataan Administrasi merupakan pencatatan data dan
Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa,
Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa,
Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa
yaitu: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, dan
Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah, dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang itu disusun dengan semangat penerapan
amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal
18 B ayat (2) untuk diatur dalam susunan pemerintahan sesuai dengan ketentuan Pasal 18
ayat (7). Walaupun demikian, kewenangan kesatuan masyarakat tentang hukum adat
yang berkaitan.
Bertitik tolak pada semangat reformasi sistem Pemerintahan Desa tersebut, maka
Pemerintahan Desa yang berhubungan langsung dengan masyarakat diarahkan untuk dapat
untuk menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang
terjadi. Pasal4, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa :
1. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
Indonesia;
2. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
Indonesia;
bertanggung jawab;
yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
nasional; dan
.. Adapun pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan oleh Peraturan Daerah
Kabupaten (Perda Kabupaten) sesuai Pedoman Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Adapun rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang diatas antara
lain :
PEMBAHASAN
yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa
berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
antara yang satu dengan yang lain. Pembagian fungsi dan kewenangan lembaga negara di
Indonesia tidak hanya terjadi dipemerintahan pusat saja, tetapi juga dipemerintahan desa.
Pemerintahan desa juga terdapat aparat aparat dan perangkat desa yang memiliki fungsi dan
kewenangan masing-masing.
Pemerintah Desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintah daerah akan
berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintah
Daerah.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga legislatif desa, yang sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). BPD merupakan suatu lembaga pemerintahan
desa yang memiliki fungsi dan peran, dimana fungsi dan peran tersebut memiliki
ketersinambungan dengan pemerintah desa yaitu kepala desa dan lembaga-lembaga lainnya.
BPD sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan di desa, memiliki fungsi yaitu
membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, serta melakukan pengawasan kinerja kepala desa
dalam menjalankan pemerintahan desa atau dengan kata lain BPD juga dapat dikatakan
di negeri ini telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perubahan- perubahan
suasana politik yang mengirinya. Posisi desa selalu hangat diperdebatkan tergantung dari
pemerintahan desa atau kota ditujukan sebagai suatu tempat atau suatu kesatuan
masyarakat hukum yang tergantung dimana masyarakat itu berada. Diartikan sebagai
kesatuan masyarakat hukum karena baik pemerintahan desa maupun kota memiliki sistem
nilai yang berbeda-beda satu sama lain sehingga keberadaan kota atau desa memiliki
dalamnya bukan merupakan perkara yang mudah untuk dilakukan. Sebab, berbicara tentang
cikal bakal pemerintahan desa di Indonesia harus menoleh jauh kebelakang untuk melihat
otonomi daerah. Otonomi desa harus menjadi pijakan dalam pembagian struktur
ketatanegaraan Indonesia mulai dari pusat sampai ke daerah yang kemudian bermuara pada
regulasi otonomi desa yang tetap berpedoman pada keaslian “desa” sebagai kesatuan
masyarakat hukum.
Salah satu hak asal-usulnya terkait dengan penguasaan terhadap wilayahnya, dengan
masyarakat hukum ini tidak hanya diakui tetapi dihormati, artinya mempunyai keududukan
yang sederajat dan sama pentingnya dengan kesatuan pemerintahan lain seperti kabupaten
dan kota. Kesederajatan ini mengandung makna, bahwa kesatuan masyarakat hukum yang
berdasarkan hukum adat berhak atas segala perlakuan dan diberi kesempatan berkembang
sebagai subsistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan tetap berada pada prinsip
Nomor 32 Tahun 2004, menempatkan pemerintahan desa sebagai bagaian dari pemerintahan
daerah kabupaten/kota, sehingga keberadaan pemerintahan desa adalah sebagai sub sistem
ayat (2) UUD 1945 kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak hak tradisonalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyara-kat dan prinsip Negara
Landasan ini memisahkan antara satuan pemerintahan daerah yang diberi otonomi
dengan kesatuan masyarakat hukum. Urusan yang dikelola oleh satuan pemerintahan daerah
menunjukkan pemencaran kekuasaan, sementara, sepanjang masih ada, urusan yang dikelola
oleh Desa merupakan pengakuan. Tentunya tetap dimungkinkan terdapat tugas pembantuan
1. Desa Swadaya
Desa swadaya merupakan desa yang memiliki potensi khusus yang dikelola
dengan baik sehingga bisa membantu perekonomian warga disana. Dimana ciri desa
swadaya yaitu :
Daerah yang terisolir dari desa lain sehingga mempersulit beberapa warganya
untuk melakukan transaksi dengan desa lain, selain itu cukup sulit mendapat
Penduduk yang jarang, biasanya terjadi jika desa berada di daerah pelosok dan
Bersifat tertutup
pencaharian yang sama dan umumnya pekerjaan yang dilakukan adalah agraris
berbagai daerah
Desa swakarya adalah klasifikasi desa peralihan atau transisi antara desa swadaya
Kebiasaan atau adat istiadat yang tidak mengikat penuh namun masih digunakan
sebagai panduan
Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi seperti layaknya swadaya, sehingga
letak desa swakarya tidak terlalu jauh dari pusat perekonomian kota
Telah memilih tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan juga
prasarana lain
Jalur lalu lintas yang sudah lancar dan jarak tempuh yang bukan lagi menjadi
penghalang
3. Desa Swasembada
dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya yang sesuai dengan kegiatan
Penduduk padat-padat
Telah memiliki fasilitas yang memadai dan juga maju dibanding warga dari desa
lainnya
2.4 Peran Pemerintah Desa di Indonesia
a. Struktur Perantara
pihak lainnya, posisi sebagai struktur perantara ini menjadi sangat penting pada saat
kelompok yang lebih kuat maupun yang lebih banyak memiliki uang, seiring dengan
surut,di gantikan oleh lembaga suwadaya masyarakat (LSM) dalam berbagai bidang.
b. Pelayan Masyarakat
Yakni memberikan pelayanan dalam bentuk barang dan atau jasa publik yang
diatur berdasarkan asal usul desa bersangkutan ataupun berupa penugasan dari
c. Agen Pembaharu
Yakni menjadi pelopor perubahan bagi desa dan masyarakatnya, baik atas
orde baru, peran ini sangat menonjol antara lain dalam menyusukseskan program
keluarga berencana, memperkenalkan bibit padi baru dan lain sebagainya. Peran ini juga
perantara dalam urusan pemerintahan baik itu di tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota. Yang mengatur atau mengurus urusan pemerintah desa dan juga sebagai
ugas dan taggung jawab yang di berikan. Kepala desa mempunyai peran sebagai agen
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, desa yang berarti tanah
air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan
sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya
sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan
Widjaja (2003: 165) menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli,
bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat
melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki
kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.
Desa sebagai berikut: “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat
12).
Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya,
bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adatistiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman,
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-
usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang
menyediakan ruang bagi masyarakat desa untuk menjadi aktor utama pembangunan di desa.
Selain memiliki hak yang melekat pada dirinya, masyarakat desa juga memiliki kewajiban-
kewajiban.
Hak masyarakat yang ditegaskan dalam Pasal 68 ayat (1) UU 6/2014 adalah sebagai
berikut:
1. Meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
3. Menyampaikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggungjawab
4. Memilih, dipilih dan/atau ditetapkan menjadi: (a) kepala desa, (b) perangkat desa, (c)
di desa
1. Baik kewenangan asal usul maupun kewenangan lokal bukanlah kewenangan yang
diserahkan oleh pemerintah, bukan juga merupakan sisa (residu) yang dilimpahkan
PP No. 72/2005. Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis kewenangan
itu diakui dan ditetapkan langsung oleh undang- undang dan dijabarkan oleh peraturan
pemerintah. Peraturan pemerintah dalam ini bukanlah perintah yang absolut melainkan
sebagai pandu arah yang di dalamnya akan membuat daftar positif (positive list), dan
kemudian menentukan pilihan atas positive list itu dan ditetapkan dengan peraturan desa
administrasi desa. Mengatur dalam hal ini bukan dalam bentuk mengeluarkan izin baik
kepada warga maupun kepada pihak luar seperti investor, melainkan dalam bentuk
keputusan alokatif kepada masyarakat, seperti alokasi anggaran dalam APB Desa,
alokasi air kepada warga, dan lain- lain. Desa tidak bisa memberikan izin mendirikan
bangunan, izin pertambangan, izin eksploitasi air untuk kepentingan bisnis dan
sebagainya.
3. Kewenangan desa lebih banyak mengurus, terutama yang berorientasi kepada pelayanan
warga dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh desa melayani dan juga
4. Selain mengatur dan mengurus, desa dapat mengakses urusan pemerintahan yang
masyarakat. Selain contoh di atas tentang beberapa desa menangkap air sungai Desa
dapat mengakses dan memanfaatkan lahan negara berskala kecil (yang tidak
Lahan sisa proyek pembangunan, tanggul dan bantaran sungai, maupun tepian jalan
pohon di atas lahan itu dengan cara mengusulkan dan memperoleh izin dari
bupati/walikota.
yang tertulis secara eksplisit dalam ketentuan peraturan perundang- undangan. Ada
perubahan pengaturan tentang kewenangan desa antara UU No. 32/2004 dengan UU No.
6/2014. Pertama, UU No. 32/2004 menegaskan urusan pemerintahan yang sudah ada
beradasarkan hak asal-usul. Pada dasarnya kedua pengaturan ini mengandung isi yang
sama, hanya saja UU No. 32/2004 secara tersurat membatasi pada urusan pemerintahan.
menegaskan kewenangan lokal berskala desa. Jenis kewenangan kedua inilah yang
(RAPB Desa).
dibandingkan era orde baru. Perubahan ini sejalan tuntutan dan kebutuhan
perubahan paradigma pembangunan dari “membangun desa” ke “desa
membangun”.
sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya sosial, keuangan, dan
yang ada di desa termasuk sumber daya aparatur pemerintah desa. Pembagian
tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah desa sangat diperlukan untuk
sumber daya, aset dan potensi yang ada di desa untuk peningkatan kesejahte
raan masyarakat.
tugas dan fungsinya sebagai mitra pemerintah desa dalam melaksakan tugas
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Pemerintah Desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintah daerah akan berhubungan
dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintah daerah sangat didukung dan ditentukan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintah Daerah.
di negeri ini telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perubahan- perubahan
suasana politik yang mengirinya. Posisi desa selalu hangat diperdebatkan tergantung dari
pemerintahan desa atau kota ditujukan sebagai suatu tempat atau suatu kesatuan
masyarakat hukum yang tergantung dimana masyarakat itu berada. Diartikan sebagai
kesatuan masyarakat hukum karena baik pemerintahan desa maupun kota memiliki sistem
nilai yang berbeda-beda satu sama lain sehingga keberadaan kota atau desa memiliki
difinisi yang berbeda satu sama lainnya. Menurut perkembangannya desa dibagi menjadi
tiga klasifikasi, diantaranya: Desa swadaya, Desa Swakarya, dan Desa Swasembada.
Perantara dalam urusan pemerintahan baik itu di tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota. Yang mengatur atau mengurus urusan pemerintah desa dan juga sebagai
Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-
usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang
http://eprints.uniskabjm.ac.id/6043/#:~:text=Berdasarkan%20Undang%2DUndang%20Nomor
%2032,18B%20ayat%202%20UUD%201945
http://tulakan.jepara.go.id/desa/upload/dokumen/TIGA-KLASIFIKASI-DESA-converted.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/275406-pemerintahan-desa-bc9190f0.pdf
https://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/254/2/bab1.pdf
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/6018/SINAR%20SUPRA
%20SITANGGANG.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://file:///C:/Users/user/Downloads/JURNAL%20(06-08-17-02-14-26)%20(1).pdf
https://file:///C:/Users/user/Downloads/13-Article%20Text-25-1-10-20190922%20(1).pdf
https://www.desabira.com/apa-saja-hak-dan-kewajiban-masyarakat-desa-menurut-uu-6-2014/
https://pendampingdesa.com/kewenangan-desa/
https://www.simpeldesa.com/blog/kewenangan-pemdes-dalam-mengelola-pemerintahan/2065/