Anda di halaman 1dari 52

TUGAS KELOMPOK KAPITA SELEKTA HUKUM PERUSAHAAN

PERAN NOTARIS DALAM LEGALITAS PENDIRIAN BADAN USAHA


MILIK DESA SETELAH TERBITNYA UNDANG-UNDANG NO 11
TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

Disusun Oleh:
Beryl Rahmah Anggriani / 110620200066
Ebrina Darmayanti Dwi Putri / 110620200072
Andreas / 110620210027
Enrico Norraspati / 110620210028
RD. Cakra Jaka Adhyaksa / 110620210030

Kelas : B

Dosen:

Dr. H. Isis Ikhawansyah, S.H., M.H., C.N

Dr. Anita Afriana, S.H., M.H.,

Pupung Faisal, S.H., M.H.

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 3
A. Latar Belakang ....................................................................... 3
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 10
BAB II PENDIRIAN BUMDESA BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA.......................11
A. Badan Usaha Milik Desa Berdasarkaan Peraturan Perundang-
Undangan di Indonesia...........................................................11
B. Pelaksanaan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa........................................................................................15
BAB III PERBANDINGAN PENDIRIAN BUMDESA SEBAGAI
BADAN HUKUM DENGAN BADAN HUKUM LAIN.........21
BAB IV PERAN NOTARIS TERKAIT PENDIRIAN BUMDESA
PASCA TERBITNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11
TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA ............................ 35
A. Pembahasan Legalitas Pendirian Badan Usaha Milik Desa
Menurut Hukum Positif di Indonesia...................................35
B. Pembahasan Peran Notaris Terkait Pendirian Badan Usaha
Milik Desa Setelah Terbitnya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja..........................................44
BAB V PENUTUP..................................................................................48
A. Kesimpulan ........................................................................... 48
B. Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA………………... ................................................... 51
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sebagaimana

disuarakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 (selanjutnyaa disebut sebagai UUD 1945), memajukan

kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai

tersebut. Pembangunan yang dimaksud memerlukan cakupan seluruh aspek

kehidupan bangsa yang diselenggarakan secara bersama-sama oleh masyarakat

dan juga pemerintah. Masyarakat memiliki peran utama dalam melakukan

pembangunan, dan Pemerintah memiliki kewaajiban untuk mengarahkan,

membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana yang dapat saling

mengisi, saling melengkapi, dan saling menunjang dalam satu kesatuan langkah

menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut.1

Pembangunan juga merupakan usaha untuk mengurangi berbagai

kesenjangan baik itu kesenjangan pendapatan, kesenjangan pendidikan,

maupun kesenjangan infrastruktur. Namun demikian, pembangunan yang

1
Zulkarnain Ridlwan, "Payung Hukum Pembentukan BUMDesa", Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 7 No. 3, Sept - Des 2013, hlm. 355.
4

dilakukan terhambat oleh berbagai macam faktor yang ada, seperti salah

satunya aspek kondisi geografis Negara Indonesia yang berbentuk kepulauan

yang sangat luas, menyebabkan pembangunan tersebut tidak serta merta dapat

tercapai yang menimbulkan kesenjangan di suatu daerah dengan daerah yang

lainnya. Kesenjangan yang seringkali kita lihat adalah kesenjangan yang ada

pada wilayah desa dan kota. Oleh karena itu, Pemerintah menerapkan sistem

otonomi daerah agar Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melansungkaan

pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masing-masing daerah.

Hal ini juga berlaku pada tingkat desa, karena desa sebagai pemerintahan yang

terdekat dengan masyarakat juga memiliki kewenangan otonomi untuk

mengurus wilayahnya sendiri.2

Pembangunan desa adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua lapisan

masyarakat desa dalam rangka mencapai tujuan desa. Seiring dengan pesatnya

perkembangan pelaksanaan otonomi daerah, maka desa pun memiliki peran

besar disini. Kedudukan desa yang diakui dalam kerangka otonomi daerah

berimplikasi pada perlakuan terhadap Desa yang diperlakukan sama dengan

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Melalui pengaturan tentang otonomi Desa, maka

seluruh desa dapat menentukan pendapatannya dengan tetap berada pada

koridor peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, Pemerintah Desa

akan berupaya maksimal meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa melalui

2
Ibid
5

programprogram yang telah disusun oleh Kementerian Desa, Pembangunan

Desa Tertinggal Dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).3

Dalam pelaksanaan otonomi desa, Pemerintah desa memiliki kewenangan

dan tanggung jawab untuk mengurus peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa.4 Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut

adalah dengan membentuk Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut

BUMDesa). Eksistensi BUMDesa tersebut merupakan alokasi dari dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) yang disalurkan melalui dana desa sebagai modal

dasar dalam pembentukan BUMDesa. Dengan adanya BUMDesa, Pemerintah

desa diharapkan dapat memperkuat keberadaan lembaga sosial ekonomi serta

dapat memperkuat solidaritas sosial dan menguatkan daya tawar kolektif yang

ada pada masing-masing desa hingga akhirnya dapat meningkatkan

kesejahteraan umum masyarakat desa.5

Secara yuridis, BUMDesa didirikan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes),

sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa, PP Nomor 43 Tahun 2014, PP Nomor 47 Tahun 2015, Permendes PDTT

3
Dita Dwi Mulyanti, Tinjauan Yuridis Terhadap Legalitas Bentuk Unit Usaha Badan Usaha Milik
Desa Pada Desa Wisata (Studi Di Desa Wisata Serang Dan Desa Wisata Panusupan), Jurnal
Hukum Diponegoro Law Journal, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Volume, 6 Nomor 2
Tahun 2017. h. 3.
4
Tarsius Muwardji, et.al., "BUMDesa Sebagai Badan Hukum Alternatif Dalam Pengembangan
Perkoperasian Indonesia", Acta Diurnal, Jurnal Kennotariatan dan Ke-PPAT-an, Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran Bandung, Volume 1 Nomor 1, Desember 2017, hlm. 2-3.
5
Ibid, hlm.4.
6

Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan Dan

Pembumbaran BUMDesa sebagai dasar berdirinya BUMDesa, namun dalam

prakteknya masih ada pihak-pihak lain yang belum dapat menerima hal tersebut

yang berkepentingan dengan urusan administrasi dan kegiatan-kegiatan

operasional usaha BUMDesa. Oleh karena masih adanya pihak lain yang

meminta Akta Notaris Pendirian BUMDesa, secara pragmatis akhirnya

pengurus BUMDesa meminta Notaris untuk membuat Akta Notaris. Ketika

Notaris akan mendaftarkan BUMDesa ke Kementrian Hukum Dan HAM

melalui Administrasi Hukum Umum (AHU) tidak ada ditemukan nomenklatur

dari BUMDesa seperti PT, Yayasan, Koperasi dll. Secara normatif peraturan

tersebut di atas tidak ada mengatur bahwa BUMDesa harus didirikan dengan

Akta Notaris. Legalitas, status hukum, payung hukum dan badan hukum yang

jelas dapat menjadi dasar hukum bagi BUMDesa dalam menjalankan

kegiataannya. Jika BUMDesa ingin melakukan hubungan hukum dengan pihak

lain maka dasar hukum dan badan hukum ini yang akan membuat pihak lain

yakin dan percaya untuk bekerjasama dengan BUMDesa.

Menurut Akmal Hidayat, BUMDesa memenuhi unsur sebagai badan hukum

sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahun 2015 dan Peraturan Menteri

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia

(Permendes PDTT) Nomor 4 tahun 2014. BUMDesa sah sebagai badan hukum

di saat disepakati pendiriannya dalam musyawarah desa oleh Pemerintah Desa,


7

BPD, dan unsur masyarakat, yang disahkan dengan Peraturan Desa (Perdes).6

Jika dibandingkan dengan Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi sahnya

mengandung status badan hukum di saat disahkan oleh Kementrian Hukum dan

HAM (Kemenkumham) RI, berbadan hukum koperasi oleh pengesahan oleh

Kementrian Koperasi & UKM (Kemenkop & UKM) yang Akta Pendirian

dibuat oleh Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang.7

Status memiliki badan hukum atau tidak memiliki badan hukum dapat

menentukan apakah suatu badan usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat

luas dalam kegiatan usahanya. Status badan hukum akan menentukan apakah

suatu badan usaha memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum.

Oleh karena itu, tatanan hukum tentang usaha berbentuk badan hukum penting

untuk dikembangkan agar memberi kepastian dalam kegiatan usaha. Terbitnya

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja mengatur lebih

jelas status BUMDesa sebagai badan hukum. Demikian halnya dengan terbitnya

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDesa, lebih jelas

mengatur bagaimana cara mendapatkan legalitas BUMDesa sebagai badan

hukum.

6
Akmal Hidayat, Hukum BUMDESA, (Yogyakarta: Samudera Biru), 2018, hlm. 64.
7
Ibid, hlm. 63-64.
8

Dalam Bagian Penjelasan Pasal 117 Angka 2 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja selanjutnya merubah isi dari Penjelasan Pasal

87 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa :

“BUMDesa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi

ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber

daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. BUMDesa

secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan terbatas,

atau koperasi. Oleh karena itu, BUMDesa merupakan suatu badan usaha bercirikan

Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Desa. BUMDesa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan

pengembangan ekonomi lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa,

BUMDesa dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, antara

lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam. BUMDesa dalam

kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga

berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.

BUMDesa diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan

potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan

baik, sangat dimungkinkan pada saatnya BUMDesa mengikuti badan hukum yang

telah ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan.”

Berdasarkan pengertian di atas bahwa BUMDesa adalah Badan Hukum

yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa. BUMDesa dibentuk oleh

Pemerintah Desa dan secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan
9

hukum seperti Perseroan Terbatas (PT) ataupun koperasi. Dikatakan pula

bahwa BUMDesa merupakan suatu badan usaha bercirikan Desa.

Pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan

melalui Peraturan Desa (Perdes). Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha

merupakan unsur yang terpenting karena legalitas adalah jati diri yang

melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha sehingga diakui oleh

masyarakat.8 Dengan adanya pengakuan masyarakat tentang legalitas

berdirinya sebuah BUMDesa, maka segala urusan administrasi dan operasional

kegiatan-kegiatan usaha BUMDesa akan berjalan dengan baik dan lancar.

Berkaitan dengan status suatu badan usaha sebagai badan hukum, pada

umumnya diperlukan peran Notaris untuk membuat akta otentik berupa akta

pendirian badan hukum yang bersangkutan. Namun secara normatif, dalam

Peraturan Perundang-undangan yang ada saat ini, baik mulai dari Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah sampai kepada Peraturan Menteri terkait dengan

pendirian sebuah BUMDesa tidak ada aturan yang memiliki keterkaitan atas

pemberian kewenangan pada Notaris, sebagai pejabat umum yang berperan

terkait legalitas pendirian BUMDesa. Namun pada kenyataannya masih

adapihak lain yang meminta Akta Notaris Pendirian BUM Desa, secara

pragmatis akhirnya pengurus BUM Desa meminta Notaris untuk membuat Akta

8
Zaenal Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, (Jakarta: Erlangga),
2012. hlm. 184.
10

Notaris. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian

terkait: "Peran Notaris Dalam Legalitas Pendirian Badan Usaha Milik Desa

Setelah Terbitnya Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun idenntifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana legalitas pendirian BUMDesa dalam hukum positif di

Indonesia?

2. Bagaimana peran notaris dalam legalitas pendirian BUMDesa setelah

munculnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerjaa

dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha

Milik Desa?
11

BAB II

PENDIRIAN BUMDESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA

A. Badan Usaha Milik Desa Berdasarkaan Peraturan Perundang-

Undangan di Indonesia

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, desa

memiliki hak otonomi.9 Desa merupakan sub sistem terkecil dan terendah

dalam struktur Pemerintahan Negara, yang terdekat dengan masyarakat dan

secara riil langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk

disejahterakan.10 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(selanjutnya disebut UU Desa) memberikan pengaturan yang lebih jelas dan

lengkap tentang legitimasi dan substansi tentang Desa. Undang-Undang

tersebut mencoba menyiapkan Desa sebagai entitas masyarakat dan juga

entitas ekonomi yang mandiri dan selaras dengan Pembangunan Nasional

dengan tujuan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat desa. Agar dapat

memenuhi tujuan tersebut, dibentuklah Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat desa untuk mengembangkan

potensi ekonomi yang dimiliki.

9
Moch. Solekhan, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat,
(Malang: Setara Press), 2014. hlm. 17.
10
Ni'Matul Huda, Hukum Pemerintahan Desa, (Malang: Setara Press), 2015. hlm. 36.
12

Pasal 87 UU Desa menyebutkan bahwa:

1. Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM

Desa.

2. BUMDesa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

3. BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau

pelayanan umum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

Undangan.

Adapun tujuan dari didirikannya BUMDesa diatur terpisah dalam Pasal 3

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi

Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengeloaan,

Pembubaran Badan Usaha Milik Desa antara lain:

1. Meningkatkan perekonomian desa.

2. Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa.

3. Meningkatkan masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa.

4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau

dengan pihak ketiga.

5. Menciptakan peluang dan jaringan yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga.

6. Membuka lowongan kerja.

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan

pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa.


13

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli

Desa.

Berdasarkan ketentuan di atas, Undang-Undang Desa memberi peluang

kepada Desa untuk membangun wilayahnya melalui pendirian BUMDesa.

Seperti halnya Pemerintah Pusat yang dapat mendirikan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dan Pemerintah Daerah yang dapat mendirikan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), maka Desa juga dapat dapat mendirikan

BUMDesa sebagai bagian dari proses pengelolaan keuangan desa agar lebih

optimal dan dapat memberikan pemasukan bagi desa. Dengan adanya

BUMDesa, Desa diharapkan dapat ikut berperan lebih dalam menghasilkan

barang dan/atau jasa yang diperlukan untuk mewujudkan kemakmuran

sebesar-besarnya masyarakat desa, dan dapat menjadi sumber Pendapatan

Asli Desa (PADes), sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) tidak hanya bergantung pada Anggaran Dana Desa dan Bantuann

Desa saja.

Hasil-hasil usaha yang didapatkan dari kegiatan BUMDesa tersebut,

sebagaimana diatur dalam Pasal 89 Undang-Undang Desa, dapat

dimanfaatkan untuk:

1. Pengembangan usaha; dan

2. Pembangunaan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa dan pemberian

bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan untuk

masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana

bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja


14

Desa.

Dengan demikian, melalui pendirian BUMDesa, Desa dan masyarakat

desa dapat secara mandiri meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

dengan memanfaatkan segala potensi ekonomi, potensi sumber daya alam,

dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Desa. Manfaat dan tujuan dari

pembentukan BUMDesa yang tersirat dalam Undang-Undang Desa tersebut

menyebabkan BUMDesa memiliki bentuk organisasi dengan karakteristik

yang khas, seperti yang dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 87 UU Desa,

yakni:

BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti

perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan

suatu badan usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di

samping untuk membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan

fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya.

Pasal tersebut menunjukkan bahwa meskipun BUMDesa merupakan badan

hukum, namun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai badan hukum sapa

seperti badan hukum lainnya karena dalam melakukan kegiatannya,

BUMDesa disamping memiliki fungsi untuk mencari keuntungan, BUMDesa

berfungsi juga untuk membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa.

Berkenaan dengan modal usaha dalam pelaksanaan BUMDesa, sumber

utama modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat desa tersebut


15

dengan mennganut asas mandiri. Hal ini berarti bahwa pemenuhan modal

usaha BUMDesa harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian,

tidak menutup kemungkinan bahwa BUMDesa dapat mengajukan pinjaman

modal kepada pihak luar, seperti Pemerintah Desa dan pihak lain, bahkan

pihak ketiga.11 Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 90 UU Desa yang

menyatakan:

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:

a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;

b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar;

c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di

Desa.

Dari ketentuan tersebut, maka Pemerintah Pusat, Provinsi, maupun Daerah

Kabupaten/Kota dapat memberikan akses permodalan ke dalam BUMDesa,

yang apabila dilakukan, akan berkaitan dengan pengawasan terhadap

pengelolaan BUMdesa dan pembagian kewenangan dalam pengawasan

BUMDesa yang diatur dalam Pasal 32 Permendesa Nomor 4 Tahun 2015.

B. Pelaksanaan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

11
Moh Mahfud M.D., et.al., Prosiding Kongres Pancasila IV : Strategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia, Yogyakarta, Pusat Studi Pancasila,
UGM, 2012, hlm. 334.
16

Pendirian BUMDesa pada awalnya diatur dalam Pasal 142 Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentaang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyebutkan bahwa:

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendirian, pengurusan dan

pengelolaan, serta pembubaran BUMDesaa dan BUMDesa Bersama diatur

dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pembangunan desa, pembangunan kawasan perdesaan, dan

pemberdayaan masyarakat Desa berkoordinasi dengan Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahann dalam negeri.

Ketentuan dalam Pasal 142 tersebut menunjukkan bahwa Kementerian

Desasn dan PDTT serta Kementerian Negeri harus saling bekerjasama dalam

mengatur, mengurus, dan mengelola BUMDesa.

Pendirian BUMDesa tersebut diatur dalam Pasal 88 UU Desa yang

mengatur bahwa pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa

yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Desa. Hal yang sama juga diatur

dalam Pasal 4 Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015. Namun, peraturan-

peraturan tersebut belum memberikan kejelasan terkait status badan hukum

dari BUMDesa. Namun dengan munculnya Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut UU Cipta Kerja) dan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan

Usaha Milik Desa, status badan hukum dari BUMDesa sudah diatur dengan

jelas.
17

Berdasarkan pengertian BUM Desa pada UU Cipta Kerja jelas dikatakan

bahwa BUM Desa merupakan Badan Hukum, artinya dalam hal ini secara

legalitas BUM Desa merupakan Badan Hukum yang diakui oleh Republik

Indonesia yang dapat didirikan oleh Desa.

Dalam melaksanakan kegiatannya, untuk mencapai kelancaran operasional

serta kegiatan usaha yang dilakukan, BUMDesa dapat membentuk unit-unit

usaha. Hal tersebut dikemukakan dalam Pasal 117 ayat (4) UU Cipta Kerja.

Adapun Legalitas BUM Desa dan unit-unit usahanya merupakan suatu hal

yang terpisahdari BUMDesa itu sendiri.

Pembentukan BUM Desa dilakukan dalam forum Musyawarah Desa

termasuk hal–hal yang strategis bagi Desa. Hasil kesepakatan Musyawarah

Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.

Pembahasan tentang BUM Desa meliputi :

a. Organisasi pengelola BUM Desa;

b. Modal usaha BUM Desa; dan

c. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

Dalam Musyawarah Desa yang penting adalah rencana pemetaan

aspirasi/kebutuhan masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD, Anggota BPD

dapat bekerjasama dengan para pendamping untuk melakukan kajian


18

kelayakan usaha pada tingkat sederhana yakni :

a. Menentukan potensi desa yang dapat dikembangkan melalui

pengelolaan usaha/ bisnis;

b. Mengenali kebutuhan sebagaian besar warga negara dan masyarakat

luar desa.

c. Merumuskan bersama dengan warga untuk menentukan rancangan

alternatif tentang unit usaha dan klasifikasi jenis usaha. Unit usaha

yang diajukan berbadan hukum (PT dan LKM) maupun yang tidak

berbadan hukum.

d. Klarifikasi jenis usaha pada lokasi desa yang baru memulai usaha

ekonomi desa secara kolektif, disarankan untuk merancang

alternatifunit usaha BUM Desa tipe pelayanan (sarving) atau bisnis

social (social business) atau bisnis penyewaan (renting).

e. Organisasi pengelola BUM Desa termasuk didalamnya susunan

kepengurusan (struktur organisasi dan nama pengurus). Struktur

organisasi menjadi bahan pembahasan dalam Musyawarah Desa dan

nantinya akan menjadi bagian substantive dalam Peraturan Desa

tentang pendirian BUM Desa. Kesepakatan atas orang dalam

sususnan kepengurusan BUM Desa selanjutnya ditetapkan dalam

keputusan Kepala Desa.

f. Modal Usaha BUM Desa.

g. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

h. Pokok-pokok bahasan opsional tentang rencana investasi desa yang


19

dilakukan oleh pihak luar dan nantinya dapat dikelola oleh BUM

Desa.

Dalam pendirian BUM Desa, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan

oleh Perangkat Desa (terutama Kepala Desa) sebagai Komisaris BUM Desa.

Tahapan pendirian BUM Desa harus dilakukan melalui inisiatif desa yang

dirumuskan secara partisipatif oleh seluruh komponen Masyarakat Desa.

Pendirian BUM Desa juga dimungkinkan atas inisiatif Pemerintah Kabupaten

sebagai bentuk intervensi pembangunan perdesaan untuk mendukung

pembangunan daerah.

BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Unit

usaha yang berbadan hukum tersebut dapat berupa lembaga bisnis yang

kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa dan Masyarakat. Dalam hal

BUMDesa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk

organisasi BUMDesa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian

BUMDesa. Terkait unit-unit usaha tersebut, dapat meliputi antara lain:

a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan

perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang

sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan Peraturan

PerundangUndangan tentang Perseroan Terbatas; dan

b. Lembaga keuangan mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam

Puluh) persen, sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan tentang


20

lembaga keuangan mikro.12

Terkait susunan kepengurusan organisasi BUMDesa, struktur nya lebih

baik dilakukan terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa agar tidak ada

konflik kepentingan yang timbul. Susunan kepengurusan organisasi

BUMDesa tersebut teridiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional, serta

Pengawas.

12
Herry Kamaroesid, Tata Cara Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (Jakarta:
Mitra Wacana Media), 2016. hlm. 29.
21

BAB III

PERBANDINGAN PENDIRIAN BUMDESA SEBAGAI BADAN HUKUM

DENGAN BADAN HUKUM LAIN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor

43 Tahun 2014, PP Nomor 47 Tahun 2015, Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015

Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan Dan Pembubaran BUMDesa

disebutkan bahwa BUMDesa didirikan berdasarkan Peraturan Desa yang disahkan

melalui Musyawarah Desa. Namun dalam prakteknya ketika Pengurus BUMDesa

berurusan dengan pihak lain terkait administrasi, melakukan hubungan hukum

dengan pihak lain, pihak lain tersebut, memintakan Akta Notaris Pendirian

BUMDesa.

Dengan diterbitkannya Peraturan Perundang-Undangan yang terbaru dan

terkait dengan BUMDesa yakitu UU Cipta Kerja dan PP Nomor 11 tahun 2021

tentang BUMDesa diatur secara jelas dan tegas bahwa BUMDesa adalah badan

hukum yang mendapatkan pengesahan secara langsung dari Kemenkumham

melaui sistem informasi Desa. Oleh karenanya BUMDesa dapat melaksanakan

kegiatan-kegiatan usaha untuk mencapai tujuannya sama seperti badan-badan

usaha privat lainnya di Indonesia.

Akta Notaris merupakan akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris (UUJN). Akta otentik menurut pasal 1868 KUHPerdata adalah
22

suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang atau di

hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.

Adapun syarat formal atau syarat mutlak sebagai badan hukum yaitu

mendapatkan pengesahan sebagai status badan hukum dari Pemerintah c.q Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) sebagaimana Perseroan Terbatas

dan Yayasan. Pengesahan suatu badan hukum yaitu dengan disahkan oleh yang

berwenang, dengan cara:

1. Didirikan dengan Akta Notaris,

2. Didaftarkan di Kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat,

3. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya pada menteri kehakiman,

4. Diumumkan dalam berita acara.13

Badan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT) harus dibuatkan Akta

Pendirian yang otentik dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia, demikian yang

diisyaratkan oleh Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas atau dikenal dengan UU PT. Tanpa adanya AktaNotaris maka

pendirian PT tersebut tidak sah, karena kedudukan Akta Notaris merupakan syarat

untuk berdirinya suatu PT selain sebagai alat bukti.14

13
Muthia Anggela Mawadhaty Putry, Dkk, Analisis Terhadap Akta Pendirian Badan Usaha Milik
Desa : Studi Akta Pendirian Badan Usaha Milik Desa Taratak Bancah Sejahtera. Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Lambung Mangkurat, ISSN : 2502 – 3126 Lam Laj Volume 3 Issue 2,
Banjarmasin, 2018, h. 222-223.
14
CST Kansil dan Christine SY Kansil. Seluk Beluk Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT Rineka Cipta,Jakarta, 2009, h.6.
23

Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa maupun

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tidak ada diatur

mengenai peran Notaris dalam pendirian BUMDesa. Dalam hal ini jika dikaitkan

kepada teori Kepastian Hukum bahwa secara peraturan formal pada Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa Notaris tidak memiliki

kewenangan yuridis atau legalitas dalam hal pembuatan Akta Pendirian BUMDesa.

Hal ini dipertegas dengan disahkan PP Nomor 11 tahun 2021 tentang BUMDesa,

bahwa untuk memenuhi asas legalitasnya pendirian sebuah BUMDesadidasarkan

kepada Peraturan Desa yang untuk selanjutnya pengesahan status badan hukum

BUMDesa tersebut dapat didaftarkan kepada Kementerian Hukum dan HAM

melalui sistem informasi Desa. Hal ini menegaskan bahwa untuk pengesahan

sebuah BUMDesa sebagai badan hukum tidak lagi membutuhkan pihak lain,

dalam hal ini Notaris sebagai Pejabat Umum yang memiliki wewenanguntuk itu

secara yuridis, kewenangan adalah kemampuan yang diberikan oleh Peraturan

Perundang-Undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum,15 untuk mengurus

legalitas BUMDesa tersebut. Pengurus BUMDesa dapat menggunakan sistem

informasi Desa yang terintegrasi dengan Kemenkumham untuk mendapatkan

sertifikat pendaftaran secara elektronik.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan

Atas Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris (UUJN), Notaris

didefinisikan sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

15
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan), 2005. hlm. 65.
24

dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN. Definisi yang

diberikan oleh UUJN ini merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh

Notaris. Artinya Notaris memiliki tugas sebagai pejabat umum dan memiliki

wewenang untuk membuat akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh

UUJN.256 Namun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pendirian

BUMDesa, sebagaimana disebutkan di atas, tidak ada mengatur peran Notaris di

dalam Pendirian BUMDesa, oleh karena itu Notaris tidak memiliki wewenang

dalam pembuatan akta otentik pendirian BUMDesa sebagimana diatur UUJN.

Arti penting dari profesi Notaris disebabkan karena Notaris oleh UUJN diberi

wewenang untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalam pengertian

bahwa apa yang disebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal

ini sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk

sesuatu keperluan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan

suatu usaha. Untuk kepentingan pribadi misalnya adalah untuk membuat testament,

mengakui anak yang dilahirkan di luar pernikahan, menerimahibah, mengadakan

pembagian warisan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kepentingan suatu usaha

misalnya adalah akta-akta dalam mendirikan suatu PT (Perseroan Terbatas), Firma,

CV (Comanditer Vennotschap) dan lain-lain serta akta-akta yang mengenai

transaksi dalam bidang usaha dan perdagangan, pemborongan pekerjaan, perjanjian

kredit dan lain sebagainya.16

16
Hartanti Sulihandri dan Nisya Rifiani, Prinsip-prinsip dasar profesi Notaris, Cipayung,
Jakarta, 2013, h. 17.
25

BUMDesa yang dibuatkan Akta Pendiriannya oleh Notaris adalah sebagai

Akta Otentik, dalam hal ini akta otentik merupakan salah satu bukti tulisan di dalam

bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau di hadapan

pejabat/pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta di buatnya

(pasal 1867 dan 1868 KUHPerdata).17 Namun dengan disahkannya PP Nomor 11

Tahun 2021 diatur dalam Pasal 8 bahwa BUMDesa didirikan dengan Peraturan

Desa dan didaftarkan lewat sistem informasi Desa yang terintegrasi dengan

Kemenkumham untuk mendapatkan sertifikat pendaftaran secara elektronik.

Dengan demikian Akta Notaris tidak diperlukan lagi untuk pendirian BUMDesa.

Menurut A.Pitlo akta itu sebagai surat-surat yang ditandatangani, dibuat

untuk dipakai sebagai bukti, dan dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa

surat itu dibuat. Kemudian menurut Sudikno Merto Kusumo akta adalah surat yang

diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari

suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk

pembuktian.18

Pasal 1868 BW merupakan sumber untuk otentisitas Akta Notaris juga

merupakan dasar legalitas eksistensi Akta Notaris, dengan syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Akta itu harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan), seorang

Pejabat Umum. Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris

17
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di bidang kenotariatan, CitraAditya Bakti,
Jakarta, 2015, h.77.
18
Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan), (Surabaya: Pustaka Yustisia),
2012. hlm.1.
26

(UUJN )yang mengatur mengenai sifat dan bentuk akta tidak menentukan

mengenai sifat akta. Dalam pasal 1 angka 7 Undang- Undang Nomor 2 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Jabatan

Notaris (UUJN) menentukan bahwa Akta Notaris adalah akta otentik yang

dibuat dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam

UUJN, dan secara tersirat dalam pasal 58 ayat (2) UU perubahan atas UUJN

disebutkan bahwa Notaris wajib membuat naskah akta dan mencatat semua

akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris.

b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Setelah lahirnya, menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris

(UUJN), keberadaan Akta Notaris mendapat pengukuhan karena bentuknya

ditentukan oleh Undang-Undang, dalam hal ini ditentukan dalam Pasal 38 UU

Perubahan atas UUJN.

c. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai

wewenang untuk membuat akta tersebut. Pasal 15 Undang- Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

Jabatan Notaris (UUJN) telah menentukan wewenang Notaris. Wewenang ini

merupakan suatu batasan, bahwaNotaris tidak boleh melakukan suatu tindakan

diluar wewenang\tersebut.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja dan PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang BUMDesa mempertegas kententuan

bahwa untuk mendirikan sebuah BUMDesa dilakukan berdasarkan Peraturan Desa


27

yang disahkan melalui Musyawarah Desa serta pengesahan badan hukum

berdirinya BUMDesa diperoleh setelah mendapatkan sertifikat pengesahannya dari

Kemenkumham yang didaftarkan secara elektronik melalui sistem informasi desa.

Oleh karena itu, BUMDesa yang telah berdiri dan telah memiliki Perdes yang

belum memiliki Akta Notaris pendiriannya maupun yang telah memiliki Akta

Notaris pendiriannya baik telah didaftarkan pengesahannya ke Kemenkumham

melalui sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) maupun yang belum di

daftarkan tidak ada diatur oleh Peraturan Perundang-Undangan terkait BUMDesa

mengenai legalitasnya.

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang

telah diubah isinya melalui Bagian Kesepuluh, Badan Usaha Milik Desa, Pasal 117

Angka 1 UU Cipta Kerja dinyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa, yang

selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan Hukum yang didirikan oleh desa

dan/atau bersama desa-desa guna mengelola usaha, memanfaatkan asset,

mengembangkan investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan,

dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat Desa.

BUMDesa menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendes PDTT) Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha MilikDesa

yaitu Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian

besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang

berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
28

dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha

Milik Desa menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut

BUMDesa adalah badan hukum yang didirikan oleh desa dan/ataubersama desa-

desa guna mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan

produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha

lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa

BUMDesa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum

seperti perseroan terbatas, atau koperasi. Oleh karena itu, BUMDesa memiliki ciri

yang spesifik dan merupakan suatu badan usaha bercirikan Desa yang dalam

pelaksanaan kegiatannya disamping untuk membantu penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, juga memenuhi kebutuhan masyarakat Desa.19

BUMDesa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan

pengembangan ekonomi lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa,

BUMDesa dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat Desa, antara

lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam.20

Setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDesa) namun penting disadari bahwa BUMDesa didirikan atas prakarsa

masyarakat didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan

menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain,

pendirian BUMDesa bukan merupakan paket instruksional yang datang dari

19
Akmal Hidayat, Op.cit., hlm. 44.
20
Ibid.
29

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Jika

yang berlaku demikian dikawatirkan BUMDesa akan berjalan tidak sebagaimana

yang diamanatkan di dalam Undang-Undang.21

BUMDesa adalah berdasarkan inisiatif masyarakat dan didasarkan pada

potensi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumber daya desa.

Pendirian BUMDesa harus disepakati dalam Desa ("Musyawarah Desa"), yang

melibatkan semua komponen masyarakat. Peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah, dalam hal ini, adalah untuk memotivasi Desa membangun BUMDesa dan

memberikan pendidikan yang diperlukan, pelatihan dan cara lain untuk

melakukannya. Kekayaan yang dipisahkan (aset terpisah) yang dikelola secara

otonom dan profesional. Pemisahan ini menarik jajaran manajemen dan

akuntabilitas keuangan dari Dana. Berdasarkan hal tersebut diatas BUMDesa

memiliki suatu peran penting dalam pembangunan nasional dengan cara untuk

menumbuh kembangkan kreatifitas tiap Desa yang dikelola secara otonom dan

professional bagi pengurus BUMDesa.

BUMDesa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan

keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan

masyarakat Desa. BUMDesa diharapkan dapat mengembangkan unit-unit usaha

dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat berjalan

dan berkembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya unit- unit usaha

BUMDesa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan

21
Zulkarnain Ridlwan, Op.cit, h.429.
30

Peraturan Perundang-Undangan.22Peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa

merupakan poin terpenting dalam menjalankan usaha BUMDesa maupun unit-

unit usaha yang dimiliki dan dikembangkan oleh BUMDesa, sehingga terjadi

pembangunan Desa menjadi merata, serta memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat khususnya di Desa dengan kegiatan-kegiatan usaha yang diciptakan

berdasarkan keinginan dari masyarakat Desa tersebut. Adapun badan hukum unit-

unit usaha BUMDesa terpisah dari BUMDesa itu sendiri.

Ada syarat-syarat agar suatu perkumpulan, badan atau badan usaha itu dapat

dikatakan mempunyai kedudukan sebagai suatu badan hukum, sebagai berikut :

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan

orangperseorangan yang bertindak.

b. Adanya suatu tujuan tertentu

c. Adanya suatu kepentingan sendiri dari sekelompok orang

d. Adanya suatu organisasi yang teratur.

Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan hukum

itu disahkan oleh undang-undang dan berakhir saat dinyatakan bubar (dinyatakan

pailit) oleh Pengadilan. Dengan demikian, suatu perkumpulan dapat dimintakan

pengesahan sebagai badan hukum melalui cara:

a. Didirikan dengan akta Notaris.

b. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri Setempat.

c. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya kepada Menteri

22
Akmal Hidayat, Op.Cit 45
31

Kehakiman.

d. Di umumkan dalam berita negara.

Beberapa sarjana juga membuat penggolongan Badan hukum. Berikut ini

jenis-jenis badan hukum perdata menurut E.Utrecht / Moh. Soleh Djidang yang

dikutip dalam buku Chidir Ali:

a. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan

dengan sukarela oleh orang yang bermaksud untuk memperkuat

kedudukanekonomis mereka, memelihara kebudayaan, mengurus

soal-soal, dan lain-lain.

b. Persekutuan orang (gemmeschap van mensen) yang terbentuk

karena faktor-faktor kemasyarakatan dan politik dalam sejarah.

c. Organisasi yang didirikan berdasarkan Undang-Undang tetapi

bukan perhimpunan.

d. Yayasan.23

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, badan hukum dapat dibedakan

menjadi:

a. Badan hukum ketatanegaraan, yang dibedakan menjadi:

a. Daerah-daerah otonom: provinsi, kabupaten

b. Lembaga-lembaga, majelis, bank-bank

b. Badan hukum keperdataan, yang dibedakan menjadi:

23
Ibid, h. 72-73
32

1) Zadelijk Lichaan, yaitu perhimpunan menurut ketentuan pasal

1653Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Yayasan.

3) Badan hukum yang diatur dalam hukum dagang, yaitu seperi:

Perseroan Terbatas, Koperasi.24

BUMDesa secara spesifik tidak bisa disamakan dengan PT atau Koperasi

berdasarkan penjelasan UU Desa dan UU Cipta Kerja, maka BUMDesa bukan

sebagai badan hukum perdata. Tetapi kalau unit-unit usaha BUMDesa bisa saja

berbadan hukum seperti Perseorangan Terbatas, dan lainnya maka unit-unit usaha

BUMDesa dapat dikatakan sebagai badan hukum perdata.136

Jika BUMDesa bukan sebagai badan hukum perdata berarti BUMDesa

sebagai badan hukum publik. Jika berpedoman pada kriteria dilihat dari cara

pendiriannya, terjadinya badan hukum diadakan dengan kontruksi hukum publik,

yaitu didirikan oleh penguasa (negara) dengan undang-undang atau peraturan

lainnya maka BUMDesa termasuk sebagai badan hukum publik. Namun jika dilihat

pada kriteria lingkungan kerja, BUMDesa tentunya akan melakukan perbuatan-

perbuatan hukum perdata.

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Badan

Usaha Milik Desa maka Badan Usaha Milik Desa mendapatkan status badan

hukum yaitu badan hukum publik namun unit-unit badan usaha milik desa

24
Ibid, h. 74-75
33

berbentuk badan hukum privat. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun

2021 tentang BUMDesa juga mengatur lebih jelas cara BUMDesa mendapatkan

status badan hukumnya yaitu dengan cara BUMDesa yang sudah didirikan dengan

Peraturan Desa kemudian didaftarkan melalui Sistem informasi Desa yang

terintegrasi dengan Kementrian Hukum dan HAM untuk mendapatkan Sertifikat

pendaftaran secara elektonik. Status BUMDesa sah sebagai badan hukum ketika

BUMDesa sudah mendapat sertifikat pendaftaran ke Kementrian Hukum dan Ham

melalui sistem Informasi desa.

Pendirian BUMDesa berbeda dengan badan hukum lainnya seperti Perseroan

Terbatas (PT), CV, Yayasan, dan Koperasi. BUMDesa didirikan dengan peran serta

komponen desa yaitu Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur

Masyarakat yang bersepakat mendirikan BUMDesa dalam forum Musyawarah

Desa yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa. Sedangkan PT, Yayasan atau

Koperasi didirikan oleh orang perorangan. Kegiatan Musyawarah Desa sebaiknya

didampingi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang secara teknis

dilaksanakan satuan perangkat daerah Kabupaten/Kota, tenaga pendamping

professional, kader pemberdayaan masyarakat desa dan/atau pihak ketiga.25

25
Ibid, hal. 49
34
35

BAB IV

PERAN NOTARIS TERKAIT PENDIRIAN BUMDESA PASCA

TERBITNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG

CIPTA KERJA

A. Pembahasan Legalitas Pendirian Badan Usaha Milik Desa Menurut

Hukum Positif di Indonesia

Berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,

berdirinya sebuah BUMDesa adalah berdasar Peraturan Desa sebagaimana

disepakati melalui Musyawarah Desa:

1. Pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa.

2. Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Desa.

Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan

dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa juga mengatur

perihal pendirian BUMDesa yang disebutkan dalam Pasal 4, sebagai berikut:

1. Desa dapat mendirikan BUMDesa berdasarkan Peraturan Desa tentang

Pendirin BUMDesa.

2. Desa dapat mendirikan BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan mempertimbangkan :

a. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;

b. Potensi usaha ekonomi Desa;

c. Sumber Daya Alam di Desa;


36

d. Sumber Daya Manusia yang mampu mengelola BUMDesa; dan

e. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan

dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian

dari usaha BUMDesa.

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

masih saja ada muncul perdebatan terkait dasar hukum dan badan hukum

pendirian BUMDesa. Apakah BUMDesa masuk dalam lingkup badan hukum

publik atau hukum perdata/privat.26 Perdebatan tersebut terhenti ketika di

Undangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

dan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang

Badan Usaha Milik Desa. Secara jelas diuraikan di dalam Pasal 8 dan Pasal

9 PP Nomor 11 tahun 2021 diatur mengenai status badan hukum BUMDesa.

Dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa yang telah diubah isinya melalui Bagian Kesepuluh, Badan Usaha Milik

Desa, Pasal 117 Angka 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja sehingga berbunyi sebagai berikut :

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan

Hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa guna mengelola

usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,

menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya

untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

26
Akmal Hidayat, op cit, hal. 58
37

Berdasarkan pengertian BUMDesa pada UU Cipta Kerja jelas dikatakan

bahwa BUMDesa merupakan Badan Hukum, artinya dalam hal ini secara

legalitas BUMDesa merupakan Badan Hukum yang diakui oleh Republik

Indonesia yang dapat di dirikan oleh Desa.

Teori ilmu hukum tentang badan hukum bisa mengindentifikasi apa

sebenarnya badan hukum BUMDesa, Badan hukum dalam bahasa Belanda

“rechtpersoon” adalah suatu badan yang dapat memiliki kekayaan, hak serta

kewajiban seperti orang-orang pribadi. Pandangan lain berpendapat bahwa

badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang bersama-sama bertujuan

untuk mendirikan badan, yaitu berwujud himpunan, dan harta kekayaan yang

disendirikan untuk tujuan tertentu, dan ini dikenal dengan nama Yayasan.27

Ada syarat-syarat agar suatu perkumpulan, badan atau badan usaha itu

dapat dikatakan mempunyai kedudukan sebagai suatu badan hukum, sebagai

berikut :

1. Adanya harta kekayaan yang terpisah darikekayaan

orang-perseorangan yang bertindak.

2. Adanya suatu tujuan tertentu

3. Adanya suatu kepentingan sendiri dari sekelompok orang

4. Adanya suatu organisasi yang teratur.

Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan hukum

itu disahkan oleh undang-undang dan berakhir saat dinyatakan bubar

27
Salim H.S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis¸ Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hal. 25
38

(dinyatakan pailit) oleh Pengadilan. Dengan demikian, suatu perkumpulan

dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum melalui cara:

1. Didirikan dengan Akta Notaris.

2. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri Setempat.

3. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya kepada Menteri

Kehakiman.

4. Di umumkan dalam berita negara.

Dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang

BadanUsaha Milik Desa menjawab tata cara BUMDesa memperoleh status

badan hukumnya, sebagai berikut :

1. BUMDesa/BUMDesa bersama memperoleh status badan hukum pada

saat diterbitkannya sertifikat pendaftaran secara elektronik dari materi

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak

asasi manusia.

2. Dalam hal BUMDesa/ BUMDesa bersama memiliki Unit Usaha

BUMDesa/BUMDesa bersama, kedudukan badan hukum unit usaha

tersebut terpisah dari BUMDesa/BUMDesa bersama sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk memperoleh status badan hukum BUMDesa secara terperinci

diuraikan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang

Badan Usaha Milik Desa, sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh status badan hukum sebagaimana dimaksud dalam


39

Pasal 8 ayat (1), Pemerintah Desa melakukan pendaftaran

BUMDesa/BUMDesa bersama kepada Menteri melalui sistem informasi

Desa.

2. Hasil pendaftaran BUMDesa/BUMDesa bersama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan sistem administrasi badan

hukum padakementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang hukum dan hak asasi manusia.

3. Hasil pendaftaran BUMDesa/BUMDesa bersama sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia untuk

menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum BUMDesa/BUMDesa

bersama.

4. Ketentuan mengenai pendaftaran BUMDesa/BUMDesa bersama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

5. Ketentuan mengenai penerbitan sertifikat pendaftaran badan hukum

BUMDesa/BUMDesa bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.

Dengan demikian perdebatan tentang dasar hukum dan Badan Hukum

berdirinya BUMDesa sudah jelas terjawab melalui pengesahan dan

diterbitkannya UU Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun

2021 tentang Badan Usaha Milik Desa.


40

Berdasarkan Pasal 8 dan Pasal 9 PP Nomor 11 tahun 2021 tentang

BUMDesa tersebut telah memberikan kepastian hukum terkait status badan

hukum BUMDesa itu sendiri. Dengan adanya ketentuan tersebut

menjelaskan bahwa kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa

dijawab secara normatif, yakni dengan UU Cipta Kerja dan Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa.

Dikarenakan hukum merupakan sebuah norma, yang menekankan aspek

seharusnya dengan menyertakan beberapaperaturan tentang apa yang harus

dilakukan.

BUMDesa memiliki unit usaha BUMDesa, hal ini juga telah ditegaskan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha

Milik Desa terkait kedudukan badan hukum unit usaha tersebut terpisah dari

BUMDesa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan

ketentuan ini jelas adanya pemisahaan dan tidak dapat dipersamakan bentuk

badan hukum antara BUMDesa dengan PT, CV, Yayasan, dan Koperasi.

Adapun ketentuan mengenai badan hukum unit-unit usaha yang dimiliki oleh

BUMDesa adalah berbeda dengan badan hukum BUMDesa itu sendiri.

Dengan demikian bentuk badan hukum unit-unit usaha BUMDesa berbeda

dan terpisah dari badan hukum BUMDesa yang dalam hal ini bentuk Badan

Hukum unit-unit usaha BUMDesa berbeda dan mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang berbeda pula tergantung bentuk dari unit-unit

usaha tersebut.

BUMDesa merupakan Badan hukum publik (public rechts person) yang


41

dalam hal ini merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum

publik atau yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau

negara pada umumnya. Sedangkan unit-unit usaha BUMDesa merupakan

badan hukum privat didirikan berdasarkan hukum perdata. Badan hukum itu

merupakan badan swasta yang didirikan untuk tujuan tertentu yaitu mencari

keuntungan, sosial, politik, kebudayaan, kesenian, olah raga, dan lain-lainnya

menurut hukum yang berlaku secara sah. Namun dalam hal ini harus sesuai

dengan cita-cita atau tujuan dari BUMDesa itu sendiri yakni mengedepankan

kesejahteraan masyarakat Desa.

Menurut Akmal Hidayat menentukan badan hukum publik dan badan

hukum perdata dari sisi kriteria sangat sederhana. Badan hukum public

diidentifikasikan bahwa badan hukum publik memiliki kekuasaan dalam

membuat peraturan, keputusan dan ketetapan. Sedangkan badan hukum

perdata tidak memiliki kekuasaan untuk berkuasa.28

Pasal 8 angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang

Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan pendapat Akmal Hidayat yang

mengemukakan pendapat BUMDesa sah menjadi badan hukum jika

dibandingkan dengan Perseroan Terbatas, Yayasan dan Koperasi sahnya

mengandung status sebagai badan hukum disaat disahkan oleh Menteri

Kemenkumham RI, berbadan hukum Koperasi oleh pengesahan oleh Menteri

Koperasi & UKM. Akta pendirian dibuat dan didaftarkan oleh Notaris

28
Akmal Hidayat, Op. Cit., hal. 61
42

sebagai pejabat umum yang berwenang.29

Menurut Utrech dalam teori kepastian hukum, disebutkan bahwa salah

satu kepastian hukum adanya aturan yang bersifat umum membuat individu

mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Artinya

secara teori kepastian hukum Pendirian BUMDesa, Pemerintah Desa telah

mendapatkan kepastian hukum terkait Pendirian BUMDesa, secara legalitas

Peraturan Desa telah Sah. Hal ini diperkuat pada ketentuan Pasal 9 Angka (1)

bahwa BUMDesa dapat memperoleh status badan hukum, Pemerintah Desa

melakukan pendaftaran BUMDesa kepada Menteri melalui sistem informasi

Desa.

Hasil pendaftaran BUMDesa terintegrasi dengan sistem administrasi

badan hukum pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia, dalam hal ini hasil

pendaftaran yang dimaksudkan menjadi dasar Menteri Hukum dan HAM

untuk menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum BUMDesa.

Secara teoritis BUMDesa dapat diklasifikasikan sebagai badan hukum

publik. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai payung

hukum belum memberikan kepastian hukum terhadap status BUMDesa

sebagai badan hukum. Namun, disahkannya UU Cipta Kerja kemudian

memberikan landasan normatif yang menegaskan status BUMDesa sebagai

badan hukum dan seyogyanya dapat mengakhiri perbedaan pendapat

mengenai status badan hukum BUMDesa. Hal tersebut lebih jelas dan

29
Ibid, hal 63-64
43

ditegaskan dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021

tentang Badan Usaha Milik Desa.

Secara teori kepastian hukum bahwa bila kepastian hukum yang dijadikan

sasaran, maka hukum formal adalah wujud yang dapat diambil sebagai tolak

ukurnya, dengan demikian perlu mengkaji hukum formal sebagai basis

menganalisis suatu kebijakan yang dapat memberikan kepastian hukum di

dalam menggerakkan usaha tersebut ke depan.

Pemerintah Desa, BPD serta Masyarakat Desa mendapatkan kewenangan

mendirikan BUMDesa melalui UU Desa, UU Cipta Kerja serta Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa, hal ini

jelas wewenang tersebut didapatkan secara atribusi yang merupakan

wewenang diberikan oleh UU. Dengan demikian Peraturan Perundang-

Undangan di Indonesia, telah mengatur secara jelas dan tegas dalam

memberikan kepastian hukum terkait legalitas pendirian BUMDesa.

B. Pembahasan Peran Notaris Terkait Pendirian Badan Usaha Milik Desa

Setelah Terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang

Cipta Kerja

Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta

Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDesa,

berdasarkan Teori Kepastian Hukum secara normatif diatur bahwa untuk

Pendirian BUMDesa adalah berdasarkan pada Peraturan Desa, namun

prakteknya diminta Akta Notaris Pendirian BUMDesa untuk kepentingan


44

dokumen di perbankan dan pihak Kantor Pajak untuk pembuatan NPWP. Hal

ini menimbulkanketidakpastianhukum Secara Teori Kepastian Hukum, pasca

terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDesa, secara

normatif telah memberikan kepastian hukum bahwa BUMDesa didirikan

berdasarkan Peraturan Desa yang ditetapkan melalui Musyawarah Desa dan

BUMDesa mendapat pengesahan status badan hukumnya setelah

mendapatkan sertifikat pendaftaran secara elektronik dengan cara

mendaftarkan malalui Sistem Informasi Desa yang terintegrasi dengan

Kementrian Hukum dan HAM. Jadi Notaris tidak berperan terkait legalitas

Pendirian BUMDesa. Namun Notaris dapat berperan dalam pendirian unit-

unit Usaha BUMDesa dan untuk membuat akta perjanjian dan akta lainnya

jikadiminta oleh Pengurus BUMDesa.

Jika hukum formal diambil sebagai tolak ukur maka kajian hukum formal

sebagai basis analisis suatu kebijakan dapat memberikan kepastian hukum di

dalam menyelengarakan usaha BUMDesa ke depan secara legal sesuai

Peraturan Perundang-Undangan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa selanjutnya telah diubah melalui Bagian

Kesepuluh, Badan Usaha Milik Desa, Pasal 117 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun

2021 tentang BUMDesa bahwa dengan dibuatnya Peraturan 44esam aka

legalitas pendirian BUMDesa sudah sesuai dengan hukum formal sesuai

dengan Pasal 8 ayat (1) yang menyebutkan BUMDesa memperoleh badan


45

hukum pada saat diterbitkannya sertifikat pendaftaran secara elektronik dari

Kementrian Hukum dan HAM.

Tujuan dibuatnya Akta Notaris dihadapan Notaris ialah agar dapat

diterima dalam hal melakukan hubungan hukum kepada pihak lain. Dalam

hal ini jika BUMDesa ingin membuka rekening di bank atau membuat NPWP

Pajak. Akta Notaris Pendirian BUMDesa ini adalah sesuai dengan Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDesa sebagaimana hasil

Musyawarah Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Adapun nama-

nama Pengurus BUMDesayang dicantumkan sebagai Pengurus BUMDesa

pada Akta Notaris sesuai dari hasil Musyawarah Desa.

Undang Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 Bagian Kesepuluh,

Badan Usaha Milik Desa, Pasal 117 Angka 1 yang merubah Pasal 1 angka 6

UU Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa, Penjelasan Pasal 117 Angka 2 yang

merubah Pasal 87 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa dan Pasal 1 angka 1 PP Nomor 11 tahun 2021 tentang BUMDesa

mengatur bahwa BUMDesa adalah badan usaha yang berbadan hukum yang

secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan

terbatas, atau koperasi. Oleh karena itu, BUMDesa merupakan suatu badan

usaha bercirikan Desa. Dengan demikian pembahasan mengenai badan

hukum BUMDesa sudah jelas dan tegas.

Bahwa secara karakteristik BUMDesa adalah badan hukum publik yang

tidak membutuhkan Akta Notaris.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang


46

Cipta Kerja dan PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang BUMDesa mempertegas

kententuan bahwa untuk mendirikan sebuah BUMDesa dilakukan

berdasarkan Peraturan Desa yang disahkan melalui Musyawarah Desa serta

pengesahan badan hukum berdirinya BUMDesa diperoleh setelah

mendapatkan sertifikat pengesahannya dari Kemenkumham yang didaftarkan

secara elektronik melalui sistem informasi desa.

Oleh karena itu, BUMDesa yang telah berdiri dan telah memiliki Perdes

yang belum memiliki Akta Notaris pendiriannya maupun yang telah

memiliki Akta Notaris pendiriannya baik telah didaftarkan pengesahannya ke

Kemenkumham melalui sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) maupun

yangbelum di daftarkan tidak ada diatur oleh Peraturan Perundang-Undangan

terkait BUMDesa mengenai legalitasnya.

Jika dikaitkan teori kepastian hukum maka Pasca Terbitnya Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja serta Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa sudah

jelas memberikan kepastian hukum terkait status legalitas BUMDesa, bahwa

BUMDesa merupakan badan hukum yang akan memperoleh status badan

hukumnya pada saat diterbitkannya sertifikat pendaftaran secara elektronik

dari Kemenkum HAM dengan mendaftar melalui Sistem Informasi Desa.

Berdasarkan uraian diatas apabila dianalisis terkait teori kewenangan,

maka dalam hal ini yang berwenang untuk melegalisasikan pendirian

BUMDesa adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Peran Notaris tidak terletak pada Pendirian BUMDesa namun dapat


47

berperan pada saat pendirian unit-unit usaha karena kedudukan badan hukum

unit usaha tersebut terpisah dari BUMDesa sesuai dengan ketentuan

perundang- undangan sesuai dengan pasal 8 ayat (2) PP Nomor 11 Tahun

2021 tentang BUMDesa. Notaris juga dapat berperan untuk membuat

perjanjian kerja sama BUMDesa dengan pihak lain.


48

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang Pendirian

BUMDesa baik Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP

Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor 47 tahun 2015 tentang

Perubahanatas PP Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Permendes PDTT

Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan,

Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, UU Cipta Kerja serta PP

Nomor 11tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa mengatur bahwa

BUMDesa dapat didirikan berdasarkan Peraturan Desa (Perdes) yang

merupakan hasildari Musyawarah Desa yang akan memperoleh status

badan hukum pada saat diterbitkannya sertifikat pendaftaran secara

elektronik dari Kemenkumham melalui Sistem Informasi Desa.

Peraturan Perundang- Undangan tersebut di atas sudah memberikan

kepastian hukum terkait legalitas Pendirian BUMDesa. Bila ditinjau

berdasarkan teori badan hukum BUMDesa adalah badan hukum

publik. Pendirian BUMDesa serta tahapan pelaksanaannya oleh

Pemerintah Desa, BPD dan Masyarakat Desa telah sesuai dengan teori

kewenangan yang didapatkan secara atribusi.


49

2. Relevansi peran Notaris terkait legalitas pendirian BUMDesa pasca

terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDesa

yaitu bahwa Notaris tidak ada berperan terkait legalitas pendirian

BUMDesa. Perundang-Undangan tersebut telah tegas mengatur bahwa

BUMDesadidirikan berdasarkan Peraturan Desa dan untuk mendapatkan

status badan hukum BUMDesa harus didaftarkan secara elektronik

melalui Sistem Informasi Desa yang terintegrasi dengan Kementrian

Hukum dan HAM untuk mendapatkan Sertifikat Pendaftaran. Notaris

sebagai Pejabat Umum dapat berperan untuk membuat Akta Pendirian

Unit-Unit Usaha BUMDesa, akta perjanjian kerjasama BUMDesa

dengan pihak lain dan akta lainnya terkait BUMDesa jika diminta oleh

pihak pengurus BUMDesa.

B. SARAN

1. Diharapkan segera disahkan Peraturan dari Kementerian terkait

Peraturan Pelaksana Pendirian BUMDesa sampai kepada pengesahan

legalitasnya. Sehingga sosialisasi dan pelaksanaan ketentuan mengenai

penerapan penggunaan sistem informasi Desa dan penerbitan sertifikat

pendaftaran Badan Hukum BUMDesa dapat diterapkan. Peraturan

Menteri yang akan dikeluarkan juga diharapkan dapat menjelaskan dan

menjawab terhadap legalitas BUMDesa yang telah berdiri sebelum UU

Cipta Kerja Nomor 11Tahun 2020 dan PP Nomor 11 tahun 2021 tentang
50

BUMDesa disahkan.

2. Dengan disahkannya UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 dan PP

Nomor 11 tahun 2021 tentang BUMDesa, diharapkan Pemerintah juga

dapat melakukan sosialisasi kepada semua profesi yang terkait dengan

pendirian dan kegiatan operasional BUMDesa, dalam hal ini secara

khusus untuk profesi Notaris sebagai Pejabat Umum agar peran Notaris

yang berkaitan dengan BUMDesa sampai kepada Unit-Unit Usaha

BUMDesa dapat terlaksana dengan baik. Disamping itu, Notaris

diharapkan untuk senantiasa mengikuti perkembangan Peraturan

Perundang- Undangan dan informasi terkait Pendirian BUMDesa serta

turut juga memberikan pemahaman hukum kepada pihak-pihak yang

datang kehadapan Notaris khususnya Masyarakat Desa.


51

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Akmal Hidayat, 2018, Hukum BUMDESA, Yogyakarta, Samudera Biru.

CST Kansil dan Christine SY Kansil, 2016, Seluk Beluk Perseroan Terbatas

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Daeng Naja, 2012, Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan), Surabaya,

Pustaka Yustisia.

Hartanti Sulihandri dan Nisya Rifiani, 2013, Prinsip-prinsip dasar profesi

Notaris, Jakarta.

Herlien Budiono, 2015, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di bidang

kenotariatan, Jakarta, Citra Aditya Bakti.

Herry Kamaroesid, 2016, Tata Cara Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa, Jakarta, Mitra Wacana Media.

Indroharto, 2005, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Moch. Solekhan, 2014, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis, Malang,

Setara Press.

Moh Mahfud M.D., et.al., 2012, Prosiding Kongres Pancasila IV : Strategi

Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas

Indonesia, Yogyakarta, Pusat Studi Pancasila UGM.

Ni'Matul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Malang, Setara Press


52

Salim H.S., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis¸ Jakarta, Sinar Grafika.

Zaenal Asyhadie dan Budi Sutrisno, 2018, Hukum Perusahaan dan Kepailitan,

Jakarta, Erlangga.

Jurnal

Dita Dwi Mulyanti, Tinjauan Yuridis Terhadap Legalitas Bentuk Unit Usaha

Badan Usaha Milik Desa Pada Desa Wisata (Studi Di Desa Wisata Serang

Dan Desa Wisata Panusupan), Jurnal Hukum Diponegoro Law Journal,

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Volume, 6 Nomor 2 Tahun 2017.

Muthia Anggela Mawadhaty Putry, Dkk, Analisis Terhadap Akta Pendirian Badan

Usaha Milik Desa : Studi Akta Pendirian Badan Usaha Milik Desa Taratak

Bancah Sejahtera. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat,

Volume 3 Issue 2, Banjarmasin, 2018.Zulkarnain Ridlwan, "Payung Hukum

Pembentukan BUMDesa", Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7 No. 3,

Sept - Des 2013.

Tarsius Muwardji, et.al., "BUMDesa Sebagai Badan Hukum Alternatif Dalam

Pengembangan Perkoperasian Indonesia", Acta Diurnal, Jurnal

Kennotariatan dan Ke-PPAT-an, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran

Bandung, Volume 1 Nomor 1, Desember 2017.

Zulkarnain Ridlwan, "Payung Hukum Pembentukan BUMDesa", Fiat Justitia

Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7 No. 3, Sept - Des 2013.

Anda mungkin juga menyukai