PENDAHULUAN
Tempe ¼ potong
TABEL 1. 1
No Parameter Skor
1 – 5 kg 1
6 – 10 kg 2
11 – 15 kg 3
>15 kg 4
Ya 1
Tidak 0
Ya 2
Total Skor 8
a. Usia
Risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia.
Diagnosis kanker kolorektal meningkat progresif sejak usia 40-an dan
meningkat tajam di atas umur 50-an. Angka kejadian pada usia 60-79
tahun lebih tinggi 50 kali dibandingkan pada usia 40 tahun.
b. Faktor Hereditas
Sekitar 20% dari penderita kanker kolrektal memiliki riwayat keluarga.
Anggota keluarga tingkat pertama (first-degree) pasien yang baru
didiagnosis adenoma kolorektal atau kanker kolorektal invasif
memiliki peningkatan risiko kanker kolorektal. Familial adenomatous
polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer
(HNPCC) atau dikenal dengan sindroma Lynch adalah kondisi yang
paling sering diwariskan.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kanker kolorektal terbukti
dari individu yang bermigrasi dari daerah yang berisiko tinggi ke
daerah yang berisiko rendah akan meningkatkan insiden kanker
kolorektal menyerupai daerah tersebut.
c. Merokok
d. Alkohol
ASUHAN GIZI
Nama : Ny. L
Nomor RM :-
Pembayaran :-
2. Data Personal
Kode Keterangan
Jenis Data
IDNT
CH.2.1.1 Keluhan terkait Terasa nyeri di perut secara
Gastrointestinal keseluruhan
Riwayat Op adenoCa colon 1 tahun yang
Penyakit lalu (nov 2021). Pasien masuk
sekarang dengan keluhan nyeri sakit perut
sejak 1tahun Sebelum masuk
rumah sakit, dan nyerinya
semakin berat 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit dengan nyeri
diseluruh perut.
CH.2.1.5 Gastrointestinal Ca colon
4. Riwayat Sosial
Kesimpulan :
Kesimpulan :
1. Pemeriksaan Fisik
Kode Hasil
Parameter
IDNT
PD.1.1.1 Kondisi Keadaan Sedang
Umum Umum
Kesadaran Compos Mentis
PD.1.1.2 Adiposa Hilang lemak Ada
subkutan
Intervensi Gizi
a. Selama perawatan
e. Perhitungan kebutuhan :
a) Perhitungan energi menggunakan Mifflin St.
Jeor Energi : RMR x Faktor Aktivitas x
factor Stress
: 1459,92 kkal
TABEL 2. 4
PERENCANAAN MATERI EDUKASI GIZI-
KONTEN
e. Menu makananan
2.3.6 Rencana Koordinasi Asuhan Gizi
TABEL 2. 5
PERENCANAAN MONITORING DAN EVALUASI
Asupan energi
442,7 -
(kkal) 1027
Asupan protein
11,14 31,44 -
(gr)
Asupan lemak
15,12 33.78 -
(gr)
Asupan
karbohidrat 80,02 108.28 -
(gr)
Tekanan mmHg
darah
Respirasi x/menit
Nadi x/menit
Suhu °C
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1 menunjukkan pasien sangat lemas dengan kondisi perut yang membesar.
Keadaan ini mempengaruhi kemampuan pasien unutk mengkonsum makanan. Dari hasil
wawancara, pasien sudah mengalami penurunan napsu makan sejak 4 bulan sejak
tindakkan operasi pertama (bulan November 2021). Hal in juga dibuktikan dengan hasill
recall pasien yang hanya dapat mengkonsumsi 326 kkal atau sekitar 20,5% dari total
kebutuhan pasien. Akibat dari pola makan dan asupan yang kurang, Ny. L mengalami
penurunan berat badan dari 60 kg menjadi 40 kg dalam 6 bulan (33% atau rata-rata 5
k,5% setiap bulan). Penurunan asupan pasien juga terjadi karena pasien merasa
kembung dan cepat kenyang, saat wawancara pasien menyampaikan tidak bisa makan
karena belum BAB selama 7 hari terakhir sehngga perut selalu terasa penuh.
Berdasarkan hasil pengkajian gizi kepada pasien, dilakukan identifikasi masalah
gizi, analisis penyebab masalah, dan tanda gejala masalah yang ditetapkan menjadi
pernyataan diagnosis gizi sebagai berikut:
NI.5.2 Malnutrisi berkaitan dengan penyebab fisiologis karena
penyakitditandai dengan IMT 17,8 , penurunan BB 33%
dalam 6 bulan
Pemberian syarat dan preskripsi diet pada pasien disesuaikan dengan etiologi
masalah gizi pasien. Pasien diberikan diet Tinggi Energi, tinggi protein dengan
penambahan suplemen oral entramix.. Kebutuhan energi pada pasien dihitung
menggunakan rumus Mifflin St. Jeor dengan factor aktivitas fisik ambulatory yaitu
1,1 dan factor stress yaitu 1,4. Protein diberikan cukup yaitu 1,2gram/kgBBA.
Masalah gizi yang terjadi pada Ny. S didasari oleh masalah klinis, tujuan utama dari
pemberian intervensi gizi bukan untuk menghilangkan masalah gizi yang ada saat
ini namun berfokus pada mengurangi resiko dan gejala masalah gizi. Pada kondisi
pasien dengan adenokarsinoma colon, kemampuan makan pasien berkurang
disebabkan oleh nyeri pada perut kanan atas dan rasa mual. Karena penurunan
kemampuan dalam mengonsumsi makanan dalam bentuk padat, pasien diberikan
makanan dalam bentuk bubur saring agar pasien dapat dengan mudah mengonsumsi
makanan yang disediakan.
Berdasarkan hasil recall 1 x 24 jam, asupan hanya mampu mengonsumsi
makanan sebanyak 20,5% dari total kebutuhan. Pada hari pertama pasien diberikan
intervensi dalam bentuk bubur saring, snack berupa buah/jus dan susu entramix
untuk memenuhi kebutuhan protein guna untuk memenuhi kebutuhan dari protein
pasien. Pada hari intervensi kedua pasien merasa bosan seharian mengkonsumsi
bubu saring sehingga ingin diganti dengan bubur tim. dan ketiga, pasien melakukan
CT-scan sehingga pasien dipuasakan sampai dengan sore hari sehingga pasien hanya
mendapatkan makan sore.
Setelah tindakkan CT scan pasien mengeluh lemas dan tidak memakan
makananya sama sekali. Pasien hanya minum air putih saja.
Berikut merupakan hasil monitoring asupan makan pasien selama 3 hari pelayanan:
GRAFIK 4. 1
MONITORING ASUPAN MAKAN NY. S
SELAMA 3 HARI
100.0%
83.4%
80.0% 70.3%
1 2 3
Berdasarkan grafik 4.1, dapat dilihat bahwa pemenuhan asupan makan Ny. S terhadap
kebutuhan secara keseluruhan belum mencapai target 80% kebutuhan. Pemenuhan asupan
energi mengalami peningkatan pada hari ke-2 namun kembali turun pada hari ke-3 karena
pasien puasa, merasa lemas, dan tampak gelisah.
Pemenuhan asupan selama 2 hari mengalami peningkatan, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
intervensi pemberian makan yang bentuknya disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
dan adanya tambahan suplemen oral (entramix) sebanyak 2x200 selama 2 hari.
Dalam menjalankan intervensi, factor asupan dipengaruhi oleh modifikasi bentuk makanan,
kondisi pasien saat mengkonsumsi asupan, dan dukungan keluarga. Factor dukungan oleh
orang terdekat sangat diperlukan untuk memotivasi pasien agar mau mengkonsumsi
makanannya. Terdapat perbedaan daya asupan ketika pasien diberikan motivasi dan ditemani
makan dengan saat pasien hanya dibiarkan makan sendiri jka pasien ingin makan.
BAB V
PENUTUP