Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Kasus

Ny.L, perempuan, usia 46tahun 4bulan 4hari, masuk RSHS pada


tanggal 14 agustus 2022 pukul 13:11 WIB. Pasien masuk dengan
keluhan nyeri sakit perutsejak 1tahun Sebelum masuk rumah sakit,
dan nyerinya semakin berat 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
dengan nyeri diseluruh perut. Pasien diketahui mengidap adenoCa
Colon dan telah dilakukan operasi 1 tahun sebelum masuk rumah
sakit (November 2021). 2 bulan post operasi perut dirasakan nyeri
kembali, pasien mengalami mual muntah dan merasa mengalami
penurunan berat badan. Status psikologis pasien adalah cemas.ketika
akan ditransfer keruang rawat inap Fresia 2, pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien adalah sbagaiberikut:

Tekanan darah pasien 90/60 , nadi 92x/menit, respirasi 20x/menit,


suhu 36,5 derajat celcius. Hasil lab tanggal 14 agustus 2022
menunjukkan hemoglobin 8,7 hematokrit 29 eritrosit 3.92 leukosit
16,73 trombosit 672. Diagnose medis pasien adalah Adenocarinoma
std III dengan sindrom paraneoplastic
(anemia,leukositosis,trombosit). Ketika masuk rumah sakit dokter
memberikan pasien diet lunak 1500 kkal/hr protein 1,5 gr/kg /hari.
Asupan makan pasien 24 jam sebelum masuk rumah sakit adalah
sebagai berikut :
Waktu makan Menu jumlah

pagi Nasi tim 2 sdm

Tempe ¼ potong

Siang Sayur asem ¼ mangkok

Buah alpukat ½ buah

Malam bubur 2 sdm

Sayur asem ½ mangkok

1.2. Skrining Gizi

TABEL 1. 1

HASIL SKRINING GIZI MENGGUNAKAN


MALNUTRITIONSCREENING TOOLS

No Parameter Skor

1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan


yang tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6
bulan terakhir?
Tidak 0

Tidak yakin (ada tanda: baju menjadi lebih longgar) 2

Ya, ada penurunan BB sebanyak:

1 – 5 kg 1

6 – 10 kg 2

11 – 15 kg 3

>15 kg 4

Tidak tahu berapa kg penurunannya 2


2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena
penurunan nafsu makan/kesulitan menerima
makanan?
Tidak 0

Ya 1

3 Apakah pasien mempunyai penyakit berat?

Tidak 0

Ya 2

Total Skor 8

Apabila skor ≥ 2 pasien dirujuk ke Dietisien

Berdasarkan hasil skrining menggunakan metode MST,


pasien dinyatakan beresiko malnutrisi dan diperlukan penerapan
proses asuhan gizi lanjut oleh dietisien.

1.3 Gambaran Umum Penyakit

Dunia saat ini menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat


dengan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya masalah
kesehatan dari penyakit menular yang disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lainnya menjadi penyakit tidak menular.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi beban kesehatan diseluruh dunia. Kanker merupakan
penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal yang bisa
berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk
menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Badan
kesehatan dunia/ World Health Organization menyebutkan kanker
sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Data
dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan
kematian akibat kanker sampai dengan tahun 2018 sebesar 18,1 juta
kasus dan 9,6 juta kematian di tahun 2018. Kematian akibat kanker
diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada
tahun 2030. Kanker paru menempati peringkat pertama dalam jumlah
kasus baru sebesar 2,094 juta kasus di seluruh dunia. Jumlah kasus
baru tertinggi berikutnya adalah kanker payudara, kanker kolorektal,
kanker prostat, dan kanker lambung. Besarnya jumlah kasus baru
yang ditemukan dapat dipengaruhi oleh kualitas sistem deteksi dini
tiap jenis kanker. Kematian akibat kanker tertinggi di dunia adalah
kanker paru sebesar 1,8 kematian yang diikuti oleh kematian akibat
kanker kolorektal, kanker lambung, kanker hati, dan kanker
payudara. Kematian akibat kanker diantaranya ditentukan oleh
prognosis jenis kanker yang diidap oleh pasien. Kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan pada proses pengobatan juga
mempengaruhi prognosis pasien.

Kanker kolorektal (KKR) merupakan keganasan yang berasal dari


jaringan usus besar, terdiri dari kolon dan/atau rectum. Kebanyakan
kanker kolon berkembang dari polip, dan secara histopatologik
sebagian besar kanker kolon merupakan adenokarsinoma (terdiri atas
epitel kelenjar) dan memiliki kemampuan menyekresi mukus dengan
jumlah berbeda-beda. Sampai saat ini penyebab KKR tidak diketahui
dengan pasti. Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan
seseorang akan rentan terkena KKR yaitu polip kolorektal, riwayat
KKR pada keluarga, kelainan genetik, penyakit inflamasi usus,
merokok, konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi tinggi daging
merah dan daging olahan,obesitas, diabetes melitus, infeksi
Helicobacter pylori dan Fusobacterium spp. Diagnosa KKR
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Keluhan utama serta pemeriksaan fisik yang
sering ditemukan pada semua usia berupa perdarahan peranum
disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama
minimal 6 minggu, teraba massa pada fossa iliaka dekstra, adanya
tanda-tanda obstruksi mekanik, dan anemia defisiensi besi. Pada
pasien di atas 60 tahun adanya perdarahan peranum tanpa diserta
gejala anal atau adanya peningkatan frekuensi defekasi atau diare
selama minimal 6 minggu dapat dicurigai ke arah KKR. Pemeriksaan
colok dubur sebaiknya dilakukan pada setiap pasien dengan gejala
anorektal dengan tujuan menilai keutuhan sfingter ani dan
menetapkan ukuran serta derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3
tengah dan distal. Pemeriksaan penunjang untuk KKR antara lain
pemeriksaan darah, darah samar feses, serta pemeriksaan radiologi
yang disarankan seperti enema dengan Double Contrast, CT Scan
abdomen dan pemeriksaan kolonoskopi untuk membantu
menegakkan diagnose.
Etiologi kanker kolorektal berhubungan dengan perubahan
molekular sel, faktor lingkungan dan juga faktor makanan serta faktor-
faktor risiko yang lain. Faktor risiko kanker kolorektal terdiri dari
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu:

a. Usia
Risiko kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia.
Diagnosis kanker kolorektal meningkat progresif sejak usia 40-an dan
meningkat tajam di atas umur 50-an. Angka kejadian pada usia 60-79
tahun lebih tinggi 50 kali dibandingkan pada usia 40 tahun.

b. Faktor Hereditas
Sekitar 20% dari penderita kanker kolrektal memiliki riwayat keluarga.
Anggota keluarga tingkat pertama (first-degree) pasien yang baru
didiagnosis adenoma kolorektal atau kanker kolorektal invasif
memiliki peningkatan risiko kanker kolorektal. Familial adenomatous
polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer
(HNPCC) atau dikenal dengan sindroma Lynch adalah kondisi yang
paling sering diwariskan.

c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kanker kolorektal terbukti
dari individu yang bermigrasi dari daerah yang berisiko tinggi ke
daerah yang berisiko rendah akan meningkatkan insiden kanker
kolorektal menyerupai daerah tersebut.

Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah:

a. Pola diet dan nutrisi


Diet berpengaruh kuat terhadap risiko kanker kolorektal dan perubahan
pola makan dapat mengurangi risiko kanker ini hingga 70%. Faktor
diet yang erat kaitannya dengan kanker kolorektal adalah rendahnya
asupan serat nabati dan tingginya asupan karbohidrat olahan dan
lemak. Pola diet kemungkinan memiliki pengaruh langsung, melalui
unsur-unsur makanan dan secara tidak langsung melalui kelebihan
nutrisi dan obesitas. Diet juga memiliki pengaruh yang besar pada
mikroorganisme kolektif (microbiome) di usus besar di mana sel-sel
bakteri melebihi jumlah sel inang. Komposisi
lingkungan yang beragam ini memiliki peran positif maupun negatif
dalam perkembangan tumor melalui pengaruhnya pada respon imun
dan inflamasi.

b. Kurangnya aktivitas fisik dan obesitas


Aktivitas fisik meningkatkan metabolisme tubuh dan motilitas usus
dan apabila dilakukan secara reguler mempunyai efek protektif dan
dapat menurunkan risiko kanker kolorektal sampai 50%. 1,25
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya obesitas.
Obesitas menyebabkan penimbunan hormon, peningkatan kadar
insulin dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1), pemicuan regulator
pertumbuhan tumor, gangguan respons imun dan stres oksidatif,
sehingga memicu terjadinya kanker kolorektal.

c. Merokok

Merokok memiliki zat karsinogen yang dapat meningkatkan


pertumbuhan kanker kolorektal yaitu pembentukan dan pertumbuhan
polip adenomatosa dan prekursor kanker. Merokok lebih sering
menyebabkan kanker rektum daripada kanker kolon.

d. Alkohol

Pengguna alkohol sedang sampai berat menaikkan risiko terkena


kanker kolorektal. Individu yang meminum alkohol 2-4 porsi alkohol
tiap harinya selama hidupnya, memiliki risiko terkena kanker
kolorektal 23% lebih tinggi daripada mereka yang hanya meminum
kurang dari satu porsi alkohol
perhari. 1 Alkohol memiliki metabolit reaktif bersifat karsinogenik
seperti asetaldehid. Alkohol berperan sebagai solven yang
meningkatkan penetrasi molekul karsinogen ke dalam sel mukosa.
Prostaglandin, peroksidase lipid dan generasi ROS (reactive oxygen
species) memediasi efek alkohol. Selain
itu konsumsi tinggi alkohol biasanya berhubungan dengan nutrisi
rendah sehingga rentan terhadap karsinogeN
BAB II

ASUHAN GIZI

2.1 Asesmen Gizi

2.1.1 Data Identitas Pasien

1. Data Umum Pasien

Nama : Ny. L

Nomor RM :-

Diagnosa Medis : Adenocarcinoma std III dengan


sindrom paraneoplastic
(anemia,leukositosis, trombositis)
Tanggal Masuk RS : 14 agustus 2022 pukul 13:11 WIB

Kelas/Ruang Perawatan : Kelas IIIA/ Ruang FRESIA 2

Pembayaran :-

2. Data Personal

Kode Jenis Data Data Personal


IDNT
CH.1.1.1 Umur 46 tahun

CH.1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan

CH.1.1.4 Suku Sunda

CH.1.1.6 Bahasa Indonesia

CH.1.1.9 Peran dalam keluarga Seorang ibu

CH.1.1.10 Penggunaan rokok Pasif

CH.1.1.12 Mobilitas ambulatory


3. Riwayat Medis

Kode Keterangan
Jenis Data
IDNT
CH.2.1.1 Keluhan terkait Terasa nyeri di perut secara
Gastrointestinal keseluruhan
Riwayat Op adenoCa colon 1 tahun yang
Penyakit lalu (nov 2021). Pasien masuk
sekarang dengan keluhan nyeri sakit perut
sejak 1tahun Sebelum masuk
rumah sakit, dan nyerinya
semakin berat 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit dengan nyeri
diseluruh perut.
CH.2.1.5 Gastrointestinal Ca colon

4. Riwayat Sosial

Kode Jenis Data Keterangan


IDNT
CH.3.1.2 Situasi rumah Tinggal bersama suami, anak,

CH.3.1.4 Dukungan social dan Memiliki dukungan yang tinggi


medis dari anak dan menantu
CH.3.1.6 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan
memiliki warung
CH.3.1.7 Agama Islam
Kesimpulan : Pasien perempuan berusia 46 tahun,
bedrest, Diagnosis medis saat ini yaitu Adenocarcinoma std III
dengan sindrom paraneoplastic (anemia,leukositosis,
trombositis). Keluhan : nyeri perut secara keseluruhan,
penurunan nafsu makan, mual, lemah badan, penurunan berat
badan 33% selama 6 bulan.Data Antropometri

Kode IDNT Jenis Data Keterangan

AD.1.1.2 Berat badan actual 40 kg


Berat badan 6 bulan 60 kg
lalu
Penurunan BB Mengalami penurunan BB dalam
6 bulan terakhir sebesar 33%
AD.1.1.5 Tinggi Badan 150 cm
IMT 17,8kg/m2 (Kategori berat badan
kurang/malnutrisi ringan)

Kesimpulan :

Terdapat penurunan berat badan sebanyak 33% dalam


waktu 6 bulan, IMT pasien dalam kategori berat badan kurang
(malnutrisi ringan).

2.1.2 Data biokimia, tes medis dan prosedur

Tanggal pemeriksaan : 14 Agustus 2022

Kode Jenis Data Hasil Nilai Rujukan Ket.


IDNT
BD Hemoglobin 8,7 12,0- 14,0 Rendah
1.10.1
BD Hematocrit 29 40 – 50 % rendah
1.10.2
Eritrosit 3,92 4,0 – 5,0 jt/ µl rendah

leukosit 16,73 5,0 – 10,0 103/µl tinggi

Trombosit 692 150 – 400 103/µl Tinggi

Sumber : Data rekam medis No. RSHS

Kesimpulan :

Data pemeriksaan laboratorium di atas


menggambarkan indikator klinis (medis) dan terkait gizi
mengalami penurunan darinormal

2.1.3 Pemeriksaan fisik terkait gizi

1. Pemeriksaan Fisik

Kode Hasil
Parameter
IDNT
PD.1.1.1 Kondisi Keadaan Sedang
Umum Umum
Kesadaran Compos Mentis
PD.1.1.2 Adiposa Hilang lemak Ada
subkutan

PD.1.1.5 Sistem Perut Ya


Pencernaan kembung Ya
Cepat
kenyang
PD.1.1.14 Otot Atrofi otot Ya
lengan
Sumber : Data rekam medis No. RSHS
Kesimpulan :

Pasien mengalami perut kembung dan cepat


kenyang, yangmenjadi tanda dari masalah gizi perubahan
fungsi gastrointestinal serta menjadi penyebab asupan
makan pasien tidak adekuat.

2. Pemeriksaan Tanda-tanda vital


Pengukuran tanggal :
Kode Nilai Normal &
Parameter Hasil Ket.
IDNT Satuan
PD.1.1.21 Tekanan Darah Sistolik : 90 – 120 Normal
90/60
Diastolik : 60- 80
20
Respirasi 14 – 20x/menit Normal
92
Nadi 60 – 100x/menit Normal
Suhu 36,5 Normal
36,4 ˚C
Sumber : Data rekam medis No. RSHS

Kesimpulan : berdasarkan pemeriksaan klinis,


tanda tanda vital pasiendalam keadaan normal
2.1.4 Data Riwayat terkait gizi dan makanan

Kode Jenis Data Keterangan


IDNT
FH.1.1 Asupan Energi Hasil Recall : 326,7 kkal (20.5%)

FH.1.2.2 Jenis Makanan Makanan biasa


SMRS 2-3 kali makan utama
Pola Makan
Tidak bervariasi
Variasi Makanan
FH.1.2.2 Jumlah Makanan Pasien menghabiskan 2sdm sampai ¼
(Recall 24 jam) porsi makan utama.
Jenis Makanan Rendah protein rendah lemak
Pola Makan 3x makan utama, 1x selingan

FH.2.1.2 Edukasi/konseling Ny. L dan keluarga belum pernah


gizi mendapat informasi terkait gizi ataupun
informasi terkait diet suatu penyakit
termasuk penyakit saat ini.
Alergi Makanan Tidak ada

Pantangan Makan Tidak ada

Kesimpulan : Berdasarkan hasil wawancara, kebiasaan makan pasien di rumah


tergolong kategori defisit untuk asupan energi, protein dan karbohidrat yang
menjadi tanda bahwa pasien mengalami masalah gizi asupan energi dan protein
tidak adekuat. Penurunan asupan makan pada pasiendisebabkan oleh adanya
keluhan perut kembung, mudah kenyang, dan nyeri perut setiap kali makan
Adapun hasil Recall 24 jam terakhir di rumah sakit,
masihtergolong defisit
TABEL 2. 1
HASIL PERHITUNGAN RECALL 1 x 24 JAM

Energi Protein Lemak KH


Keterangan
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Asupan 326,7 9,57 25,6 40,6
Kebutuhan
Persentase 1459,92 60,2 40.5 213.5
Kategori
33% 15% 63.2% 19%

Defisit Defisit Defisit Defisit


*) Form Recall terlampir

2.1.6. Standar Pembanding


Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
CS.1 Estimasi Energi : RMR x Faktor Aktivitas x Factor Stress
Kebutuhan
: (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x U) - 161 x 1,1
Energi
x 1,3

: (10 x 40) + (6,25 x 150) – (5 x 46) – 161 x 1,1


x 1,4
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
: 1459,92 kkal

CS.2.1 Estimasi Lemak : 25%


Kebutuhan
lemak
CS.2.2 Estimasi 16.5 % atau 1,2 g/kg BBA
Kebutuhan
protein
CS.2.3 Estimasi 58.2%
Kebutuhan
Karbohidrat

2.2 Diagnosa Gizi

NI.5.2 Malnutrisi berkaitan dengan penyebab fisiologis


karena penyakitditandai dengan IMT 17,8 , penurunan
BB 33% dalam 6 bulan

Intervensi Gizi

2.3.1 Tujuan Diet

a. Selama perawatan

1) Meningkatkan asupan mencapai 80% ebutuhan dalam


3 x 24 jamdengan modifikasi bentuk makanan sesuai
dengan kemampuan makan pasien
b. Jangka panjang

1) Memperbaiki status malnutrisi saat ini


2.3.2 Syarat Diet

Syarat diet yang diberikan yaitu sebagai berikut [10]:

a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan


berat badan aktual menggunakan rumus Mifflin St. Jeor
dengan factor aktivitas(1,1) dan factor stress (1,4)
b. Protein diberikan cukup untuk mencegah katabolisme
protein dalamtubuh
c. Lemak diberikan rendah sebesar 25% dari total kebutuhan
energi untuk megurangi Riwayat gangguan pencernaan
lemak
d. Karbohidrat diberikan sebanyak sisa total kalori.

e. Serat cukup tinggi (30-35 gram/hari). Konsumsi serat


yang tinggi terutama dalam bentuk pektin diperlukan
untuk mengikat kelebihan asam empedu dalam saluran
cerna.
f. Diberikan suplementasi vitamin A, D, E, dan K apabila diperlukan

g. Menghindari bahan makanan yang menimbulkan rasa


kembung dantidak nyaman, seperti snack yang di goreng,
protein yang diolah dengan cara di goreng.
h. Memperhatikan ketidaksukaan pasien terhadap susu

2.3.3 Preskripsi Diet

a. Jenis Diet : Diet Tinggi Energi, tinggi protein

b. Bentuk makanan : saring + suplemen oral

c. Cara Pemberian : Oral

d. Frekuensi Makan : 3x makan utama, 2x selingan, 2x entramix

e. Perhitungan kebutuhan :
a) Perhitungan energi menggunakan Mifflin St.
Jeor Energi : RMR x Faktor Aktivitas x
factor Stress

: (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x U) - 161 x 1,1 x 1,3

: (10 x 40) + (6,25 x 150) – (5 x 46) – 161 x 1,1 x 1,4

: 1459,92 kkal

2.3.4 Menu dan Analisis Zat Gizi


Pemberian makan kepada pasien disesuaikan dengan asupanmakan
terakhir Berikut merupakan perencanaan pemberian energi dan zat
gizi yang diberikan kepada pasien
:
TABEL 2. 2

Waktu makan menu Berat/penukar E P L Kh


pagi Bubur saring ½p 77.5 1.2 2.5 12
Kinca ½ 48.1 - - 11.54
Entramix 200 ml 260 9.1 8 37
snack Jus buah sayur 124.95 2.14 3.57 21.32
siang Bubur ½p 77.5 1.2 2.5 12
saring
Kinca ½ 48.1 - - 11.54
Lauk hewani 1p 50 7 2 -
Lauk nabati 1p 75 5 3 7
Sayur ½ 12.5 0.5 - 2.5
Buah 124.95 2.4 3.57 21.32
snack 124.95 2.4 3.57 21.32
sore Bubur saring ½ 77.5 1.2 2.5 12
p
Kinca ½ 48.1 - - 11.54
Lauk hewani 1p 75 7 5 -
Lauk nabati 1p 75 5 3 7
Sayur ½ 12.5 0.5 - 2.5
entramix 100 ml 130 4.55 4 18.5
PERENCANAAN STANDAR MAKANAN
(selama 3 hari monitoring)
2.3.5. Rencana Edukasi Gizi

a. Metode : Edukasi Gizi

b. Media : Leaflet Tinggi energy tnggi protein,

c. Waktu : Awal pelaksanaan intervensi dan saat pasien pulang

d. Sasaran : Pasien dan keluarga

e. Tempat : Ruang perawatan pasien

f. Jenis Diet : Diet tinggi energy Tinggi Protein,

g. Tujuan dan materi konsultasi gizi :

TABEL 2. 4
PERENCANAAN MATERI EDUKASI GIZI-
KONTEN

Masalah Gizi Tujuan Edukasi Gizi Materi Edukasi Gizi

Asupan makan Meningkatkan a. Jenis, tujuan, prinsip,


kurang asupan makan pasien dan syarat diet
sesuai dengan b. pengaturan makan
kebutuhan (bahan makanan yang
diajurkan, dibatasi, dan
tidak dianjurkan),
c. Pengolahan makanan

d. kebutuhan gizi sehari

e. Menu makananan
2.3.6 Rencana Koordinasi Asuhan Gizi

a. Ahli Gizi Ruangan

Berdiskusi mengenai rencana pelayanan diet, dan


rencanaedukasi gizi pada pasien
b. Dokter

Berdiskusi terkait kondisi medis pasien yang


berkaitan dengan pemberian diet pasien,
mengkoordinasikan daya terima makan pasien dan
berdiskusi mengenai pemenuhan gizi pasien.
c. Perawat

Berdiskusi terkait kondisi terkini pasien,


tindakan padapasien serta pemberian obat pada pasien.

2.3 Perencanaan Monitoring dan Evaluasi Gizi

TABEL 2. 5
PERENCANAAN MONITORING DAN EVALUASI

Parameter Tolak Ukur Target

Asupan Makan Asupan makan Asupan minimal mencapai 80% dari


kebutuhan

Pemeriksaan Fisik kembung Berkurang


klinis
BAB III

HASIL ASUHAN GIZI

3.1 Implementasi Asuhan Gizi

Implementasi asuhan gizi dilaksanakan selama 3 hari di


Rumah Sakit. Pemberian makan dimulai tanggal 16 agustus 2022
pada makan siang. Implementasi direncanakan akan dilakukan hingga
9 kali pemorsian, Perencanaan diet untuk Ny. L adalah diet tinggi
energi, tinggi protein, dengan frekuensi makan 3 kali makan utama, 2
kali selingan dan 2 kali entramix

3.1.1 Pemberian Terapi Gizi


Intervensi yang diberikan kepada pasien telah sesuai
dengan syarat dan preskripsi yang direncanakan. Terapi gizi
diberikan mulai dari makan siang tanggal 16 agustus 2022.
Bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan saring +
penambahan entramix pada haripertama (TD2 Kinca + LPG),
pasien diberikan makanan dengan bentuksaring karena merasa
nyeri perut ketika akan makan, kemudian pada hari ketiga
pasien harus puasa karena akan dilakukan CT-Scan.
Implementasi pemberian makan kepada Ny. L dilakukan
dengan penimbangan secara langsung.

3.1.2 Pelaksanaan Edukasi Gizi


Edukasi gizi pada pasien dilakukan pada awal dan
akhir intervensi. Pada awal intervensi pasien diberikan edukasi
mengenai jenisdiet, tujuan, prinsip dan syarat diet, hubungan
kondisi medis dengan terapi gizi yang harus dijalankan, serta
menu yang akan diberikan kepada pasien selama di rumah
sakit
Selama pelaksanaan intervensi, dilakukan bentuk
kolaborasi bersama pasien dan keluarga yang bertujuan untuk
memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menghabiskan
makanan yang diberikan dari rumah sakit. Kolaborasi juga
dilakukan dengan tenaga medis (perawat) terkait keadaan
pasien yang mempengaruhi makan pasien.

3.1.3 Pelaksanaan Koordinasi Asuhan Gizi


Pelaksanaan perencanaan dan intervensi gizi
dilaksanakan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain,
diantaranya :

a. Ahli Gizi Ruangan

Berdiskusi mengenai rencana pelayanan diet, dan


rencana edukasi gizi pada pasien
b. Perawat

Bertanya mengenai kondisi terkini pasien terkait


pasien yang merasa kembung dan tidak bisa makan karena
belum BAB selama 6 hari dan tindakan yang dilakukan
kepada pasien seperti pemeriksaan laboratorium dan
Tindakan medis (dilakukan secara langsung dan melalui
CPPT)

3.2 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

3.2.1 Monitoring dan Evaluasi asupan makan


Berikut merupakan monitoring asupan makan pasien
berdasarkan asupan energi dan zat gizi makro selama 3 hari
pelayanan
TABEL 3. 1
MONITORING ASUPAN MAKAN PASIEN SELAMA
3 HARI

Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3


Parameter

Asupan energi
442,7 -
(kkal) 1027

Asupan protein
11,14 31,44 -
(gr)
Asupan lemak
15,12 33.78 -
(gr)
Asupan
karbohidrat 80,02 108.28 -
(gr)

Proses monitoring dan evaluasi asupan dilakukan


dengan metode Comstock yaitu melihat sisa makanan pasien
setelah alat makan diambilserta recall 1x24 jam pada pasien
untuk menanyakan asupan pasien dalam sehari, baik makanan
yang disediakan dari rumah sakit maupun makanan yang
dibeli di luar atau dibawa dari rumah.

3.2.2 Monitoring dan evaluasi pemeriksaan antropometri


Monitoring pemeriksaan antropometri pasien tidak
dilakukan karena pasien lemas saat berdiri.

3.2.3 Monitoring dan evaluasi pemeriksaan fisik


Berikut merupakan hasil monitoring pemeriksaan fisik
pasien selama 3 hari pelayanan kasus:
TABEL 3. 2
MONITORING PEMERIKSAAN FISIK PASIEN
SELAMA 3HARI

Parameter Hari 1 Hari 2 Hari 3

Keadaan Lemas Lemas Lemas karena


Umum tdk makan
Sedikit
bertenaga
Compos Compos mentis Compos
Kesadaran
mentis mentis

Perut terasa tidak tidak Tidak


mual

Nyeri saat tidak tidak Tidak


menelan

Selama dilakukan asuhan gizi, terdapat perubahan –


perubahan pada fisik pasien. Pada keadaan umum pasien dari
hari pertama hingga hari ketiga pasien tampak lemas, namun
pada hari kedua pasien merasa sedikit lebih bertenaga
dibandingkan pada hari sebelumnya.

Berikut merupakan hasil monitoring pemeriksaan


tanda-tanda vital pasien selama 3 hari pelayanan kasus:
TABEL 3. 3
MONITORING PEMERIKSAAN TANDA-TANDA
VITALPASIEN SELAMA 3 HARI

Parameter Satuan Hari 1 Hari 2 Hari 3

Tekanan mmHg

darah

Respirasi x/menit

Nadi x/menit

Suhu °C
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelaksanaan Asuhan Gizi


Saat masuk rumah sakit pasien ny.L mendapat diet biasa ukuran M yaitu nasi. Saat
kunjungan ke pasien didapatkan pasien hanya mengkonsumsi 2 sendok nasi dan tidak
mengkonsumsi lauk sama sekali. Saat diinterview Ny. L menyampaikan bahwa beliau
tidak dapat makan karena perut sangat sakit saat menelan makanan sehingga beliau
hanya mengkonsumsi makanan yang lunak atau cair seperti susu.

Gambar(4.1) kondisi pasien ny L

Gambar 4.1 menunjukkan pasien sangat lemas dengan kondisi perut yang membesar.
Keadaan ini mempengaruhi kemampuan pasien unutk mengkonsum makanan. Dari hasil
wawancara, pasien sudah mengalami penurunan napsu makan sejak 4 bulan sejak
tindakkan operasi pertama (bulan November 2021). Hal in juga dibuktikan dengan hasill
recall pasien yang hanya dapat mengkonsumsi 326 kkal atau sekitar 20,5% dari total
kebutuhan pasien. Akibat dari pola makan dan asupan yang kurang, Ny. L mengalami
penurunan berat badan dari 60 kg menjadi 40 kg dalam 6 bulan (33% atau rata-rata 5
k,5% setiap bulan). Penurunan asupan pasien juga terjadi karena pasien merasa
kembung dan cepat kenyang, saat wawancara pasien menyampaikan tidak bisa makan
karena belum BAB selama 7 hari terakhir sehngga perut selalu terasa penuh.
Berdasarkan hasil pengkajian gizi kepada pasien, dilakukan identifikasi masalah
gizi, analisis penyebab masalah, dan tanda gejala masalah yang ditetapkan menjadi
pernyataan diagnosis gizi sebagai berikut:
NI.5.2 Malnutrisi berkaitan dengan penyebab fisiologis karena
penyakitditandai dengan IMT 17,8 , penurunan BB 33%
dalam 6 bulan
Pemberian syarat dan preskripsi diet pada pasien disesuaikan dengan etiologi
masalah gizi pasien. Pasien diberikan diet Tinggi Energi, tinggi protein dengan
penambahan suplemen oral entramix.. Kebutuhan energi pada pasien dihitung
menggunakan rumus Mifflin St. Jeor dengan factor aktivitas fisik ambulatory yaitu
1,1 dan factor stress yaitu 1,4. Protein diberikan cukup yaitu 1,2gram/kgBBA.
Masalah gizi yang terjadi pada Ny. S didasari oleh masalah klinis, tujuan utama dari
pemberian intervensi gizi bukan untuk menghilangkan masalah gizi yang ada saat
ini namun berfokus pada mengurangi resiko dan gejala masalah gizi. Pada kondisi
pasien dengan adenokarsinoma colon, kemampuan makan pasien berkurang
disebabkan oleh nyeri pada perut kanan atas dan rasa mual. Karena penurunan
kemampuan dalam mengonsumsi makanan dalam bentuk padat, pasien diberikan
makanan dalam bentuk bubur saring agar pasien dapat dengan mudah mengonsumsi
makanan yang disediakan.
Berdasarkan hasil recall 1 x 24 jam, asupan hanya mampu mengonsumsi
makanan sebanyak 20,5% dari total kebutuhan. Pada hari pertama pasien diberikan
intervensi dalam bentuk bubur saring, snack berupa buah/jus dan susu entramix
untuk memenuhi kebutuhan protein guna untuk memenuhi kebutuhan dari protein
pasien. Pada hari intervensi kedua pasien merasa bosan seharian mengkonsumsi
bubu saring sehingga ingin diganti dengan bubur tim. dan ketiga, pasien melakukan
CT-scan sehingga pasien dipuasakan sampai dengan sore hari sehingga pasien hanya
mendapatkan makan sore.
Setelah tindakkan CT scan pasien mengeluh lemas dan tidak memakan
makananya sama sekali. Pasien hanya minum air putih saja.
Berikut merupakan hasil monitoring asupan makan pasien selama 3 hari pelayanan:

GRAFIK 4. 1
MONITORING ASUPAN MAKAN NY. S
SELAMA 3 HARI

100.0%
83.4%
80.0% 70.3%

60.0% 52.0% 50.7%


37.3% 37.5%
40.0% 30.0%
18.9%
20.0%
0.0% 0.0% 0.0% 0.0%
0.0%
protein lemak karbohidrat energi

1 2 3

Berdasarkan grafik 4.1, dapat dilihat bahwa pemenuhan asupan makan Ny. S terhadap
kebutuhan secara keseluruhan belum mencapai target 80% kebutuhan. Pemenuhan asupan
energi mengalami peningkatan pada hari ke-2 namun kembali turun pada hari ke-3 karena
pasien puasa, merasa lemas, dan tampak gelisah.
Pemenuhan asupan selama 2 hari mengalami peningkatan, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
intervensi pemberian makan yang bentuknya disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
dan adanya tambahan suplemen oral (entramix) sebanyak 2x200 selama 2 hari.
Dalam menjalankan intervensi, factor asupan dipengaruhi oleh modifikasi bentuk makanan,
kondisi pasien saat mengkonsumsi asupan, dan dukungan keluarga. Factor dukungan oleh
orang terdekat sangat diperlukan untuk memotivasi pasien agar mau mengkonsumsi
makanannya. Terdapat perbedaan daya asupan ketika pasien diberikan motivasi dan ditemani
makan dengan saat pasien hanya dibiarkan makan sendiri jka pasien ingin makan.
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai