DASAR TEORI
Diare merupkan salah satu penyakit yang paling sering menyerang anak-
anak di seluruh dunia. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir (Sudarti, 2010). Penyebab kematian terbesar kedua
pada balita di dunia setelah penyakit pneumonia adalah diare. Data dari The
United Nations Childern’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO), hampir sekitar satu dari lima kematian anak balita di dunia disebabkan
karena diare. Angka kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5
juta per tahun. Insiden terbesarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2017).
Kejadian diare dapat disebabkan karena faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor ibu juga berperan dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah
sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-
tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan
tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan dan sikap
tentang diare. Faktor langsung yang dapat menyebabkan diare adalah pengetahuan
ibu, sikap ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, dan
hygiene sanitasi (IDAI, 2015).
BAB II
A. Hasil
Interpretasi skor:
0 = Risiko Rendah
1 – 3 = Risiko sedang
4 – 5 = Risikok Berat
2. Identitas Pasien Dan Anamnesis
ANAMNESIS
A. Identitas pasien
Nama (initial) : A.K No. RM : 422987
B. Riwayat penyakit
A. Antropometri
Lingkar pinggul :
Ulna : Estimasi TB :
B. Biokimia
Hematocrit 32,3 % 37 – 48 % L
MCV 76,3 fL 80 – 92 fL L
MCH 25,0 pg 27 – 31 pg L
RDW 11,2 % 32 – 36 % L
Vital sign :
1. TD
2. Respirasi 22 x/menit
3. Nadi 100 x/menit
4. Suhu
37,5 º C
Berdasarkan hasil klinis/ fisik didapatkan respirasi anak lebih cepat, nadi
normal, dan suhu normal. RR lebih cepat disebabkan terbawa dengan riwayat
penyakit dahulu yaitu kejang dan demam
D. Dietary history
1. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Makanan yang disukai yaitu coklat, untuk cara pengolahan makanan
dengan cara direbus dan kukus.
Asupan enternal
Parenteral
Hasil dietary pada asupan oral anak inadekuat disebabkan karena selama
sakit terjadi penurunan nafsu makan yang bisa jadi disebabkan oleh anak
mengalami mual dan muntah.
E. Medical history
1. Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada
2. Terapi medis :
D5 ½ NS Digunakan dalam
perawatan, kontrol,
pencegahan dan
perbaikan penyakit
HB rendah berkaitan dengan anemia atau kurang darah dan juga kekurangan
nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah ditandai dengan
hasil pemeriksaan biokimia yang menunjukkan rendah yaitu 10,6.
1. Tujuan diet :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja saluran cerna dan
mencegah atau mengurangi risiko dehidrasi dan malnutrisi
2. Syarat/prinsip diet
1. Asi tetap diberikan bila anak masih menyusu bila perlu lebih sering
2. Suplemen mineral zat diberikan minimal 14 hari
3. Porsi kecil dengan frekuensi sering
4. Pemberian secara oral, kombinasi sesuai kemampuan dengan kondisi klinis
5. Rehidrasi dengan cairan oralit (ORS) secara oral
6. Rehidrasi pada anak harus dilakukan secara cepat (dalam 3-4 jam sejak
mulai diare)
7. Menyusui harus tetap dilakukan jika bayi masih mendapatkan ASI
8. Diare yang masih berlangsung diatasi dengan tetap memberikan cairan ORS
9. Makanan yang dihindari yaitu jus buah kemasan atau minuman yang
mengandung gas
10. Makanan yang boleh yaitu sup ayam, pidang, kentang rebus dan sayur-
sayuran yang dimasak
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
Antropometri - - -
Dietary E
P
L
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
Kh
6. Rencana knsultasi
Rencana konsultasi ini ditujukan kepada orang tua pasien agar orang tua
memahami tentang diet yang dijalani sehingga keluarga dapat memotivasi pasien
agar menghabiskan makanan yang diberikan sesuai anjuran serta menjelaskan
tujua, syarat dan prinsip diet. Selama pasien sakit diberikan makanan lunak agar
mudah dicerna oleh pasien
Bahan
Menu Berat E P L KH
makanan
Pure Kentang
Kentang 50 31 1,05 0,1 6,75
Hati
Hati ayam 20 52,2 5,48 3,22 0,32
Tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
Bayam 10 1,6 0,09 0,04 0.24
Bubur ayam
Nasi 50 90 1.5 0.15 19,9
wortel
Ayam 20 51,2 5,48 3,22 0,32
Tahu 30 24 3,27 1.41 0,24
Wortel 10 3.6 0.1 0.06 0.77
Anggur Anggur 50 15 0,25 0.1 34
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta:Departemen Kesehatan RI.
IDAI. 2014. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. Diakses tanggal 1 Juni 2018.
IDAI. 2015. Tinja Bayi Normal atau Tidak . Diakses tanggal 1 Juni 2018.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Situasi diare di Indonesia. Diakses tanggal 1 Juni 2018.
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta
DASAR TEORI
B. Anemia
Menurut depkes (2008) bahwa masyarakat indonesia terutama wanita
sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (heme-iron).
Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat lelah. Akibatnya
dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Di
samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh,
yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi.
Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan
prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke
dalam daftar global burden of disease dengan jumlah penderita sebanyak
1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25% dari jumlah penduduk dunia).
Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita
dkk, 2018).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di
wilyah asia dan afrika. World health organization (WHO) menyebutkan
bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern,
kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil,
anak usia sekolah dan remaja (WHO, 2016).
Anemia diakibatkan baik oleh defisiensi zat gizi, infeksi maupun
genetik.anemia aplastik (aplastik anemia) terjadi karena penurunan
kemampuan produksi sel darah merah. Kasus anemia hemolitik (hemolytic
anemia) karena sel darah merah lebih cepat mengalami kerusakan. Anemia
bulan sabit (sickle cell anemia) terjadi karena kelainan sel darah merah akibat
dari kerusakan genetik. Anemia karena penyakit kronis (anemia of chronic
disease), misalnya karena cacing pasrasit yang memanfaatkan zat gizi infeksi
pada penderita malaria dapat menyebabkan anemia dengan cara merusak sel
darah merah (hemolisis) dan menekan produksi sel darah merah yang baru
(MOST,2004).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil
3. Skrining Gizi
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 (…..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( 2 )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
2. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 3
ANAMNESIS
D. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. M No. RM : 423132
E. Riwayat penyakit
Ny. M merupakan ibu yang bekerja sebagai tani dengan usia 58 th untuk
keluhan utama Ny. M mengalami batu, lemas serta nyeri pada bagian perut. Hasil
diagnosis dokter adalah suspek evan sindrom & anemia.
F. Riwayat gizi
- Nasi 3x/hari
- Cemilan 1x/hari
Makanan yang Kue-kue
disukai
Perubahan berat Terjadi penurunan berat badan dari ≤ 1 bulan yang lalu
badan sekitar 6 kg dari berat badan 56 kg menjadi 50 kg
Lain-lain
D. Antropometri
Lingkar pinggul :
E. Biokimia
Trombosit 12 150-450³/µL L
Leokosit rendah terjadi karena tubuh sedang sakit. Hemoglobin dan hemotokrit
rendah menandakan pasien menderita anemia. MCV & MCH rendah
menandakan pasien mengalami anemia mikrostitik hipokrom. Terombosit
rendah menandakan sumsum tulang tidak lagi memproduksi sel darah yang
cukup. RDW rendah menandakan variasi volume/ukuran sel darah merah yang
rendah. MPV tinggi menandakan kekurangan vitamin B12 atau folat dalam
darah.
F. Klinis/fisik
Vital sign :
5. TD 144/93 mmHg
6. Respirasi 20 x/menit
7. Nadi 74 x/menit
8. Suhu
36,1 º C
Asupan
enternal
Parenteral
G. Medical history
3. Pemeriksaan penunjang :
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan adanya penurunan berat badan pasien
ditandai dengan hasil recall 24 jam yaitu energi 11%, protein 4%, lemak 9%
dan KH 13%
7. Tujuan diet :
8. Syarat/prinsip diet
Syarat
Makanan yang dianjurkan makanan yang berasal dari hewani sepereti daging
merah, ikan, ayam karena zat besi dari lauk hewani lebih banyak diserap oleh
tubuh kacang-kacangan, sayuran hijau seperti bayam, brokoli, buah-buahan
yang kaya vit C seperti sari jeruk.
Makanan yang dihindari makanan yang mengandung tanin seperti kopi karena
dapat mengakibatkan penyerapan zat besi, beras mentah dan kacang almond
BB = 27,5/29 x (153-100) = 50 kg
=1327
Keb. Makro
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
RR
Suhu
* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Kesehatan RI. 2008. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS). JAKARTA : Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat.
BAB I
DASAR TEORI
C. Diabetes Melitus
Pengolahan penyakit diabetes melitus dikenal dengan empat pilar utama
yaitu edukasi, terapi nutrisi medis/diet, jasmani dan terapi farmakologis.
Keempat pilar pengolahan tersebut dapat diterapkan pada semua jenis tipe
diabetes melitus termasuk diabetes melitus tipe 2. Untuk mencapai fokus
pengelolaan diabetes melitus yang optimal maka perlu adanya keteraturan
terhadap empat pilar utama tersebut. Salah satu hal yang terpenting bagi
pasien DM adalah pengendalian kadar gula darah, maka pasien perlu
memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula
darah. Pengendalian kadar gula darah pada pasien DM berhubungan dengan
faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan
penyakit DM (Perkeni, 2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakterstik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresiinsulin, kerja
insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2010). Insulin yang
dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masukknya glukosa ke dalamsel. Dengan bantuan
GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan
glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa
dimetabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidka ada atau
berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus
berada di aliran darah yang akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia
(Soegondo, 2009).
Diabetes melitus memiliki dampak sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ
tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan
30% akibat gagal jantung. Selain kematian, diabetes juga emnyebabkan
kecacatan sebanyak 30% psaien diabetes melitus mengalami kebutaan akibat
komplikasi retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Bustan,
2015) oleh karena itu diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan
oleh pasien diabetes melitus.
D. Anemia
Menurut depkes (2008) bahwa masyarakat indonesia terutama wanita
sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (heme-iron).
Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat lelah. Akibatnya
dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Di
samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh,
yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi.
Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan
prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke
dalam daftar global burden of disease dengan jumlah penderita sebanyak
1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25% dari jumlah penduduk dunia).
Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita
dkk, 2018).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di
wilayah asia dan afrika. World health organization (WHO) menyebutkan
bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern,
kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil,
anak usia sekolah dan remaja (WHO, 2016).
Anemia diakibatkan baik oleh defisiensi zat gizi, infeksi maupun
genetik.anemia aplastik (aplastik anemia) terjadi karena penurunan
kemampuan produksi sel darah merah. Kasus anemia hemolitik (hemolytic
anemia) karena sel darah merah lebih cepat mengalami kerusakan. Anemia
bulan sabit (sickle cell anemia) terjadi karena kelainan sel darah merah akibat
dari kerusakan genetik. Anemia karena penyakit kronis (anemia of chronic
disease), misalnya karena cacing pasrasit yang memanfaatkan zat gizi infeksi
pada penderita malaria dapat menyebabkan anemia dengan cara merusak sel
darah merah (hemolisis) dan menekan produksi sel darah merah yang baru
(MOST,2004).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil
5. Skrining Gizi
Parameter Skor
3. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 (…..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 ( 1 ..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
4. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 2
ANAMNESIS
G. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. U No. RM : 417273
H. Riwayat penyakit
- Nasi 3x/hari
- Cemilan 2x/hari
Makanan yang Suka semua
disukai
Lain-lain
G. Antropometri
Lingkar pinggul :
H. Biokimia
Leokosit tinggi berkaitan dengan pusing, berat badan turun dan tidak nafsu
makan, eritrosit rendah berkaitan dengan kekurangan asupan nutrisi dan anemia
pada pasien, hemoglobin rendah berkaitan dengan kekurangan asupan vitamin
dan mineral tertentu, RDW tinggi berkaitan dengan pusing, lemas dan anemia
pasien, MPV tinggi berkaitan dengan trombosit lebih besar dari rata-rata , GDS
tinggi berkaitan dengan keluhan pasien yaitu mual dan nyeri pada perut, dan
ureum tinggi berkaitan dengan penumpukan gula di dalam darah maka kadar
ureum akan meningkat.
I. Klinis/fisik
Vital sign :
9. TD 138/92 mmHg
10. Respirasi 20 x/menit
11. Nadi 119 x/menit
12. Suhu
37,3 º C
Tensi darah tinggi berkaitan dengan meningkatnya jumlah total cairan dalam
tubuh yang cenderung meningkatkan tekanan darah, nadi tinggi berkaitan
dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk sehingga denyut nadi
menjadi cepat.
Asupan
enternal
Parenteral
I. Medical history
5. Pemeriksaan penunjang :
6. Terapi medis :
9. Tujuan diet :
Syarat
1. KH sederhana
2. Sumber protein tinggi kolesterol
3. Sumber protein yang banyak mengandung lemak jenuh
4. Sumber natrium
10. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi
BB = 31/29 x (160-100) = 64 kg
BBI
90% (60) x 1 kg
=54 kg
Energi
25 kkal/kg x BBI/hari
25 x 54 = 1350 kkal
Koreksi umur
=135
Stress metabolik
=202,5
Koreksi status gizi = 0
=1552 kkal
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
RR
Suhu
213,4
* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan yaitu 100%
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DASAR TEORI
E. Dispepsia sindrom
Dispepsia sendiri mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang
menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang,
rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom
atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya
termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung, atau yang lebih
dikenal sebagai penyakit maag. (Djojodiningrat D, 2009).
Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut Djojoningrat
(2009), penyebab timbulnya dispepsia diantaranya karena faktor diet dan
lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi
viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori.
Menurut Susanti (2011), sindroma dispepsia dipengaruhi oleh tingkat stres,
makanan dan minuman iritatif dan riwayat penyakit (gastritis dan ulkus
peptikum). Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman, seperti makan pedas,
asam, minum teh, kopi, dan minuman berkarbonasi dapat meningkatkan resiko
munculnya gejala dispepsia. Suasana yang sangat asam di dalam lambung dapat
membunuh organisme patogen yang tertelan bersama makanan. Namun, bila
barier lambung telah rusak, maka suasana yang sangat asam di lambung akan
memperberat iritasi pada dinding lambung (Herman, 2004).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Hasil
7. Skrining Gizi
Parameter Skor
5. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
6. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 1
ANAMNESIS
J. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn.K No. RM : 423153
K. Riwayat penyakit
Tn. K merupakan bapak yang bekerja sebagai tani dengan usia 55 th untuk
keluhan utama Tn. K mengalami sakit perut & kepala, lemas serta pusing. Hasil
diagnosis dokter adalah Dispepsia sindrom.
L. Riwayat gizi
- Nasi 3x/hari
- Cemilan 1-2x/hari
Makanan yang Semua suka
disukai
Lain-lain
J. Antropometri
Lingkar pinggul :
K. Biokimia
L. Klinis/fisik
Vital sign :
13. TD 138/86 mmHg
14. Respirasi 20 x/menit
15. Nadi 76 x/menit
16. Suhu
36,3 º C
Tensi darah tinggi dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala sedangkan
lambung yang disebabkan oleh luka terbuka pada lapisan lambung dapat
menimbulkan keluhan sakit pada bagian perut asam lambung naik
menyebabkan tensi darah tinggi.
Asupan
enternal
Parenteral
K. Medical history
7. Pemeriksaan penunjang :
8. Terapi medis :
Leokosit tinggi berkaitan dengan infeksi saluran pencernaan (sakit perut) dan
sakit kepala ditandai dengan hasil niokimia yang menunjukkan 11,07 (tinggi)
- cairan cukup
BB = 27/29 x (164-100) = 59 kg
=1345 kkal
Keb energi
Keb. Makro
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
RR
Suhu
* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%
DAFTAR PUSTAKA
Susanti , A. (2011). Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB). http://fema.ipb.ac.id/index.php/faktor - risiko -dispepsia -pada -mahasiswa -
institut -pertanian -bogor -ipb -2/
BAB I
DASAR TEORI
F. Stemi Anterior
Jantung merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Jantung
berfungsi sebagai alat pompa darah sehingga darah dapat dialirkan ke seluruh
tubuh. Sebagai salah satu organ penting dalam tubuh manusia, jantung sangat
perlu untuk diperhatikan sehingga bisa terhindar dari penyakitnya (Chittra, dkk,
2016)
Menurut Ramrakha dan Hill (2006), pada infark miokard dengan elevasi
segmen ST, dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infark yang ditentukan dari
perubahan EKG. Bagian anterior merupakan lokasi yang sering ditemukan
STEMI. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sekitar 53.01% infark miokard
yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri
koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian
anterior jantung yang mengalami penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner
dalam waktu yang lama (Wagyu et al., 2013).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
E. Hasil
9. Skrining Gizi
Parameter Skor
7. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1( )
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
8. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 ( 0 ..)
o Tidak
1( )
o Ya
Total skor 0
ANAMNESIS
M. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. S No. RM : 423537
N. Riwayat penyakit
- Nasi 2-3x/hari
- Makan sayur 1x/hari
- Lauk hewani 1x/hari
- Lauk nabati 3x/hari
- Ngemil kue 1x/hari
Lain-lain
M. Antropometri
Estimasi BB : 86,06 kg
N. Biokimia
Eritrosit tinggi berkaitan pada keluhan pasien yaitu peningkatan jumlah sel
darah merah melebihi batas normal, GDS tinggi disebabkan oleh penumpukan
lemak akibat kolesterol dan ureum rendah menandakan adanya overhidrasi
(cairan terlalu banyak atau minum terlalu banyak.
O. Klinis/fisik
Vital sign :
17. TD 181/121 mmHg
18. Respirasi 24 x/menit
19. Nadi 76 x/menit
20. Suhu
36 º C
Dietary history
9. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien memiliki kebiasaan makan dirumah yaitu nasi 3x sehari dan
menyukai cemilan sehari 1x
10. Hasil recall 24 jam diet
Tanggal : 02 februari 2022
Diet RS : MBDJ
Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g) Serat (g) Na (mg)
(kkal)
Asupan
enternal
Parenteral
L. Medical history
9. Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan sulit mengunyah ditandai oleh asupan
energi inadekuat 57%, protein 44%, lemak 54%, dan KH 61%
Penurunan kebutuhan zat gizi natrium berkaitan dengan tekanan darah tinggi
ditandai dengan tekanan darah 181/121 mmHg.
E. Asuhan Gizi
11. Energi diberikan secara bertahap yaitu 30- 35 kkal/kg BB ideal pada pria.
12. Protein cukup yaitu 15-25% dari seluruh total kalori yang diberikan secra
bertahap.
13. Lemak diberikan sedang (20 – 25%) dari kebutuhan total.
14. Karbohidrat diberikan 50-60% dari total kalori . semakin tinggi asupan
karbohidrat akan mempeberat keluhan sesak nafas pada pasien.
15. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
16. Pembatasan NA disarankan yang mengandung garam tidka lebih 1500
mg/hari.
17. Serat tinggi yaitu 30 gr per hari
Prinsip diet
1. Pemberian karbohidrat berlebihan dapat memperberat keluhan sesak
napas pada pasien.
2. Pembatasan asupan garam(natrium) jika disertai edema , disarankan
mengandung garam tidak lebih 1500 mg/perhari.
3. Pemberian cairan disesuaikan dengan keseimbangan cairan yang masuk
dan keluar.
Protein Hewani:
Ikan laut, Ikan tawar, Daging sapi dan Daging ayam yang lemak rendah, Telur.
Protein Nabati:
Kacang hijau, Kacang tanah, Kacang kedelai, Tahu, Tempe.
Sayuran:
Sayuran yang tidak mengandung gas : Bayam, Kangkung, Kacang panjang,
Wortel, Tomat,Labu siam,Tauge.
Buah:
Semua buah buahan segar Pisang, Pepaya, Jeruk, Apel, Melon, Semangka dan
Sawo.
Lemak :
Minyak jagung dan Minyak kedelai.
Protein hewani:
Daging sapi dan Daging ayam yang berlemak ,Gajih, Sosis, Hati, Babat,
Kepiting, Kerang, Keju
Protein Nabati:
Kacang mete, Kacang bogor
Sayuran:
Semua sayuran mengandung gas : Kol, Kembang kol, Lobak, Sawi, Nangka
muda
Buah:
Buah yang mengandung gas: Durian , Nangka
Lemak:
- TB dari Ulna
99,252 + (2,645 x 27)
99,252 + 95,477 = 164 cm
- BB dari Lila
39/29 x 64 = 86,06 kg
- % lila
39/29 x 100% = 134 (obesitas)
- BBI
90% (164-100_ x 1 kg
=57,6 kg
- Energi
30 kkal/ kg x BBI/hari
30 x57,6 = 1728 kkal
- Kebutuhan zat makro
P = 15% x 1728/ 4 = 64,8 gr
L = 20% x 1728/ 9 = 38,4 gr
KH = 65% x 1728/ 4 = 280,8 gr
Serat = 30 g
Natrium = 1300 mg
* rencana menu ini diberikan 100% namun akan diberikan secara bertahap
dimulai dari 70% jika sudah tercapai lalu diberikan 100% sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
KH
Serat
natrium
19. Konsultasi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan
Meningkatkan
asupan makan
Asupan oral Diet jantung, cara Porsi kecil tapi
pasien
inadekuat pemberian makan sering
dan tekstur
Konsultasi ini ditujukan kepada pasien agar pasien memahami tentang diet
yang dijalani sehingga dapat memotivasi diri pasien agar dapat menghabiskan
makanan yang diberikan sesuai anjuran serta menjelaskan tujuan syarat dan
prinsip diet. Dan agar pasien juga meningkatkan pengetahuan tentang diet jantung
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali MR, Hossain MS, Islam MA, Arman MSI, Raju GS, Dasgupta P, Noshin TF (2014).
Aspect of thrombolytic therapy: A review.
Ramrakha P, Hill J (2006) . Coronary arteri disease. Dalam Oxford Handbook of
Cardiology. Edisi ke 2.
Sukhum P (2011). Pharmaco-invasive therapy for stemi; the most suitable stemi
reperfusion therapy for transferred patients in Thailand.
Wagyu EA, Rampengan SH, Pangemanan J (2013). Gambaran pasien infark miokard
dengan elevasi st (STEMI) yang dirawat di BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado periode januari sampai desember 2010.
BAB I
DASAR TEORI
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolisme secara heterogen
yang bercirikan hiperglikemia kronis dan gangguan metabolism karbohidrat,
lemak dan protein akibat kecacatan sekresi insulin, aktivitas insulin atau
keduanya (Barnett, 2019).
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
ditandai dengan kadar gula dalam darah melebihi normal akibat gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang kaitannya dengan lemahnya
proses sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan yaitu polidipsia, poliuria,
polifagia, kesemutan dan penurunan berat badan (Fatimah, 2015).
F. Hasil
11. Skrining Gizi
Parameter Skor
9. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2( )
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
10. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0( 0 )
o Tidak
1 (…..)
o Ya
Total skor 0
P. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. Ty
No. RM : 066229
Ny. D merupakan IRT berusia 38 tahun memiliki riwayat penyakit DM tipe II.
Pasien di diagnosis ulkus DM pedis dan baru post operasi debridement.
Q. Riwayat penyakit
Keluhan utama pasien yaitu demam dan pusing. Riwayat penyakit fertigo, darah
tinggi dan memang memiliki riwayat penyakit keluarga Diabetes,darah tinggi.
DM tipe II merupakan salah satu jenis diabetes yang paling sering terjadi dan
menyumbang 90% dari semua kasus diabetes di dunia (Dinas Kesehatan DIY,
2019). Pada DM Tipe 2 ini, pancreas masih memproduksi insulin, namun insulin
yang dihasilkan tidak sanggup memberikan efek atau reaksi terhadap sel tubuh
untuk mengurangi glukosa darah atau resisten insulin (Wahyuningsih, 2013).
Riwayat penyakit sekarang atau diagnosis medis pasien yaitu Ulkus DM pedis.
Ulkus diabetikum dapat terjadi akibat proses penyembuhan luka yang lambat
sehingga meningkatkan kerentanan terhadap suatu infeksi, hal ini disebabkan
karena adanya gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai
(Rebolledo dkk, 2011).
R. Riwayat gizi
Dari hasil diatas didapatkan bahwa pasien mual dan muntah, dan nyeri ulu hati
sehingga disimpulkan pasien mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
Kebiasaan makanan pasien yaitu Makan utama 3x sehari porsi sedikit (nasi 1/2
centong), makan tempe dan tahu 1x sehari, makan lauk hewani 3x sehari suka
makan ikan laut, jarang makan sayur, makan buah 1x sehari. Pasien sudah
menjalani diet DM dirumah dengan mengurangi makanan yang manis dan untuk
karbohidrat yang dikonsumsi nasi atau kentang tetapi pasien masih jarang
konsumsi sayur padahal Konsumsi serat yang baik bagi penderita diabetes melitus
adalah 20-35 gram/hari dengan anjuran konsumsi serat sebanyak 25 gram/hari
(Perkeni, 2018). Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan diabetes melitus yang salah satunya dilakukan dengan pengaturan
diet, seperti mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks dengan indeks glikemik
rendah atau beban glikemik makanan rendah dan mengonsumsi makanan tinggi
serat (Perkeni, 2018).
P. Antropometri
LILA :30 cm %LLA : 105% (Gizi Baik)
Estimasi BB : 60 kg
Ulna : 25 cm Estimasi TB : 157 cm
Q. Biokimia
Pereriksaan
Kadar Rentang normal keterangan
urin/darah
MCH 24,9 pg 27 – 31 pg L
R. Klinis/fisik
Vital sign :
21. TD 120/70
22. Respirasi 20
23. Nadi 60
24. Suhu 36
Dari hasil data klinis/fisik diatas bahwa tekanan darah pasien 120/70 mmHg
menunjukkan bahwa tensi darah normal, Pasien juga mengalami nyeri pada kaki
karena pasien post operasi debridement. Debridement adalah suatu cara untuk
menghilangkan jaringan mati sekaligus membersihkan kotoran ataupun benda
asing yang berpotensi mengganggu proses penyembuhan luka (Hashmi et al.,
2016).
M. Dietary history
11. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien makan 3x sehari tetapi porsi sedikit, bahan pokok nasi/kentang,
nasi ½ centong, jarang makan sayur
Asupan
enternal
Parenteral
N. Medical history
11. Pemeriksaan penunjang :
Radiologi, EKG
- Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan gangguan metabolik fungsi
endokrin ditandai dengan GDS : 356,8 mg/dl
15 % x 2100
- Protein = = 78,75 g
4
25 % x 2100
- Lemak = = 58,3 g
9
60 % x 2100
- Kh = = 315 g
4
Antropometri - - -
Biokimia - - -
Hashmi, F., Nester, C. J., Wright, C. R. F., & Lam, S. (2016). The evaluation of
three treatments for plantar callus: A three-armed randomised, comparative
trial using biophysical outcome measures. Trials, 17(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s13063-016-1377-2.
Ana, M. (2016). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada
Masyarakat Urban Kota Semarang. 70.
Hasdianah. (2018). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak
Anak dengan Solusi Herbal (p. 6). Nuha Medika.
Indonesia, A. D., & Indonesia, P. A. G. (2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
International Diabates Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas (pp. 18, 46).
Primadiyanti, A., Anindya, N., Arvita, A. D., Inayati, R., & Handayani, D. (2020).
Perbedaan Tingkat Asupan Energi serta Glukosa Darah Sebelum dan
Sesudah Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 (pp. 135–142).
Wahyuni, D., Baturaja, P., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., &
Sriwijaya, U. (2016). HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA
DARAH DENGAN DERAJAT ULKUS KAKI DIABETIK Abstrak
PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang mempunyai angka prevalensi setiap tahunnya meningkat
seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi . 1. Keperawatan Sriwijaya,
3(2355), 44–50.
BAB I
DASAR TEORI
Batu ginjal adalah penyakit yang lebih sering pada pria daripada wanita
dengan prevalensi bergantung pada etnis dan wilayah geografis. Ras kaukasia
lebih rentan mengalami batu ginjal daripada ras Afrika dan Asia (Scales, dkk,
[2012] dalam Mahan L. Kathleen, 2017) fvghjl. Salah satu faktor risiko batu
ginjal adalah riwayat keluarga, risiko ini makin meningkat jika disertai obesitas,
diabetes dan sindrom metabolik yang pada akhirnya meningkatkan risiko batu
ginjal. Selain itu, kondisi medis tertentu (hiperkalsiuria, hiperurikosuria, dan
hipooksalouria).
Hiperkalsiuria merupakan faktor genetik yang menjadi 50% penyebab
terbentuknya batu ginjal. Penyebab batu ginjal yang lain adalah asam urat,
kelebihan asupan vitamin D, infeksi saluran kemih, dan adanya penyumbatan
saluran kemih. Dari semua faktor risiko di atas, rendahnya volume urine adalah
faktor utama pembentukan batu ginjal (Karen Lacey dan Marcia N. Nelms, 2011).
Pembentukan batu ginjal merupakan proses yang kompleks, melibatkan
tingkat kejenuhan urine, jumlah dan jenis bahan-bahan terlarut dalam urine,
proses nucleation, pertumbuhan kristal, retensi kristal dan pembentukan batu yang
melibatkan faktor-faktor pemicu, penghambat dan kompleksator dalam urine.
Batu ginjal terjadi jika konsentrasi dari garam terlarut melebihi ambang kelarutan
urine sehingga mencapai titik jenuh. Tingkat kejenuhan tergantung pada kelarutan
zat pelarut yang dipengaruhi oleh jumlah substansi terlarut, volume urine dan pH.
Perubahan dari salah satu kondisi tersebut akan memicu terbentuknya batu ginjal.
Pada suatu kondisi tertentu meskipun kejenuhan telah tercapai, tetapi tidak terjadi
batu, fenomena ini disebabkan adanya zat-zat yang mencegah terjadinya batu
ginjal yaitu sitrat, osteopontin dan Tamm-Horsfall Protein (Orfeas Liangos dan
Bertrand L. Jaber dalam Nutrition in Kidney Disease, 2008).
BAB II
G. Hasil
ANAMNESIS
S. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. K No. RM : 423947
T. Riwayat penyakit
Pasien bernama Srn berusia75 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri ketika buang air kecil. Diagnosis dokter adalah batu ginjal dan HT. Pasien
masuk ke ruang bedah umum dan telah dilakukan tindakan operasi open
nefrolitotomi pada tanggal 31 Januari 2022.
Nefrolitotomi adalah metode yang digunakan untuk mengeluarkan batu
pada ginjal melalui pembedahan mayor yang meliputi insisi ke dalam ginjal
dengan membuat luka tusukan kecil dipanggul.
U. Riwayat gizi
Tidak ada
- Nasi 3x/hari
- Nabati 3x/hari
- Sayur 3x/hari
- ngemil 2x/hari
Makanan yang Semua suka
disukai
S. Antropometri
Estimasi BB : 83 kg
T. Biokimia
MCH 26 pg 27 – 31 pg L
Lekosit tinggi terjadi karena tubuh sedang sakit. MCHC rendah artinya
kadar hemoglobin dalam setiap darah merahlebih rendah dari normal. MCV
rendah menandakan jumlah hemoglobin dalam sel darah merah rendah.
Hemoglobin rendah atau anemia disebabkan oleh tidak memiliki cukup sel darah
merah dalam tubuh.
Klinis/fisik
Vital sign :
25. TD 140/72 mmHg
26. Respirasi
27. Nadi 20 x/menit
28. Suhu
91 x/menit
37,2◦ C
Batu ginjal yang tidak diatasi dapat menyebabkan kelainan fungsi ginjal,
kelain fungsi ginjal ini dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Hipertensi tidak
menyebabkan batu ginjal, namun hipertensi dapat menyebabkan kelainan ginjal.
Jadi kelainan fungsi ginjal dan hipertensi saling mempengaruhi.
O. Dietary history
13. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Paisen jarang mengkonsumsi lauk hewani dan juga buah. Pasien post
operasi mengalami mual dan muntah
Asupan
enternal
Asupan oral pasien inadekuat karena pasien post operasi mengalami mual dan
muntah. Dokter telah merekomendasikan untuk memberikan makanan lunak
namun pasien belum mampu untuk menghabiskan makanannya sebab pasien
merasa mual apabila mencium aroma makanan dan muntah saat makan.
Berdasarkan hal tersebut keluarga pasien hanya memberikan air mineral kepada
pasien
P. Medical history
13. Pemeriksaan penunjang :
Rumus Mifflin:
a. Energi
RMR = 10 (BB) + 6,25 (TB) – 5 (U) -161
= 10 (83) + 6,25 (171) – 5 (63) – 161 = 1422 kkal
TEE = RMR × Fa × Fs
= 1422 × 1,3 × 1,2 = 2218 kkal
15 % ×2218
b. Protein = =83,17 g
4
25 % ×2218
c. Lemak = =61,61 g
9
60 % ×2218
d. KH = =332,7 g
4
Susu
Blendra Blendra-MF 60 273 11.1 9 37.68 213.6 2.82
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
Antropometri - - -
MCH
MCHC
Respirasi
Suhu
Dietary E
P
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
L
Kh
Memahami
l. Asupan kebutuhan
inadekuat gizinya
Rencana konsultasi ini ditujukan kepada keluarga pasien dan pasien agar
mengetahui dan memahami tentang diet yang dijalani agar dapat mematuhi diet
dan keluarga dapat memberikan dukungan serta motivasi kepada pasien sehingga
diharapkan dapat memeuhi asupan pasien sesuai anjuran serta menjelaskan tujua,
syarat dan prinsip diet.
DAFTAR PUSTAKA
Mahan, L. Kathleen, Raymond, Janice L. 2017. Krause ‘s : Food & The Nutrition
Care Process, 14th edition. Elsevier Inc. St Louis, Missouri.Lee, Robert D.
Energy Balance and Body Weight. In: Marcia Nelms, Kathryn P. Sucher,
Karen Lacey, Sara Long Roth. Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2nd
ed. Wadsworth - Cengage Learning; 2010.p. 245-248.
Lee, Robert D. Energy Balance and Body Weight. In: Marcia Nelms, Kathryn P.
Sucher, Karen Lacey, Sara Long Roth. Nutrition Therapy and Pathophysiology.
2nd ed. Wadsworth – C
BAB I
DASAR TEORI
Tumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang mengkonsumsi buah-
buahan serta sayuran. Gejala pada penyakit Tumor abdomen sangat sulit untuk
dideteksi karena sangat sedikit gejala yang terjadi. Gejala tumor abdomen dapat
dideteksi cenderung pada saat mencapai stadium lanjut seperti nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, cepat kenyang, mules atau gangguan
pencernaan, mual, muntah darah, pembengkakan pada perut karena penumpukan
cairan, dan anemia (Oktavionita, 2017).
BAB II
H. Hasil
Berdasarkan hasil skrining maka didapatkan total scrore adalah satu dengan
kategori risiko sedang malnutrisi sehingga pasien akan dilakukan skrining lanjut.
16. Identitas Pasien Dan Anamnesis
ANAMNESIS
V. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. L No. RM : 424061
Alamat : Lampung
Pekerjaan/penghasilan : Wiraswasta
Tengah
W. Riwayat penyakit
Pasien bernama Tn. L berusia 50 tahun di diagnosa medis yaitu Tu. Intra
abdomen pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perutdan ada tumor
diperut kurang lebih 10 bulan. Pasien ke rumah sakit dan dilakukan oprasi untuk
membersihkan tumor intra abdomen. Oprasi dilakukan pada tanggal 10 Februari
2022.
X. Riwayat gizi
Tidak ada
- Nasi 1x/hari
- Nabati 2x/hari
- Hewani 2x/hari
- Sayur 1-2x/minggu
Makanan yang Roti
disukai
Pasien tidak bisa mengkonsumsi mie dan sayur yang bersantan, untuk
kebiasaan makan pasien dalam sehari 1x makan dan untuk selingan pasien jarang,
makanan yang disukai pasien yaitu roti lalu untuk cara pengolahan makanan psien
biasa digunakan tumis dan goreng. Pasien memiliki keluhan mula, muntah seta
nyeri pada ulu hati.
U. Antropometri
Estimasi BB : 52,3 kg
Lingkar pinggul :
V. Biokimia
Vital sign :
29. TD 105/78 mmHg
30. Respirasi
31. Nadi 20 x/menit
32. Suhu
100 x/menit
36,5◦ C
Kepala/abdomen/
ekstrimitas dll
Q. Dietary history
15. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien menghindari makanan mie dan sayur yang bersantan, untuk
makanan yang disukai pasien yaitu roti, cara pengolahan makanan yang
digunakan pasien yaitu tumis dan goreng, pasien memilihi keluhan yaitu
mual, muntah dan nyeri ulu hati sehingga pasien mengalami penurunan
berat badan sebanyak 15 kg
Asupan
enternal
Parenteral
Asupan oral pasien inadekuat karena mengalami mual dan muntah. Pasien
kurang suka protein nabati yaitu tahu tempe sehingga hasil recall protein pasien
terrendah.
R. Medical history
15. Pemeriksaan penunjang :
Lab EKG
Inadekuat oral intake berkaitan dengan adanya mual dan muntah ditandai
dengan asupan energi inadekuat 47%, proein 27%, lemak 35% dan KH 59%
20. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakkan jaringan tubuh
21. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal
- Est ulna TB
97,252 + (2,645 x 26)
97,252 + (68,770)
=166 cm
- Est Lila BB
23/29 x (166-100)
23/29 x 66
=52,3 kg
- %LILA
23/29 x 100%
- Keb. Energi
Energi
40 kkal x BB/Hari
40 x 52,3
=2092 kkal
Protein
2 x 52,3 = 104,6 gr
Lemak
25% x 2092 / 9 = 58,11 gr
Karbohidrat
55% x 2092 / 4 = 287,65 gr
Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran
Antropometri - - -
Dietary E
P
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
L
Kh
n. Kebiasaan Memperbaiki
makan kebiasaan makan
Rencana konsultasi ini ditujukan kepada keluarga pasien dan pasien agar
mengetahui dan memahami tentang diet yang dijalani agar dapat mematuhi diet
dan keluarga dapat memberikan dukungan serta motivasi kepada pasien sehingga
diharapkan dapat memeuhi asupan pasien sesuai anjuran serta menjelaskan tujua,
syarat dan prinsip diet.
MENU HARI KE-1
A. Definisi Peyakit
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan yang diakibatnya oleh factor-
faktor tertentu pada atau sebelum kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000
gram atau umur kurang dari 28 minggu (Manuamba, 2010).
Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens,
abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion dan
abortus habitualis. Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih adanya sisa
yang tertinggal dalam uterus (Nugroho, 2010). Menurut data World Health
Organisation (WHO) tahun 2009 dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta
kejadian abortus di dunia, presentase kemungkinan terjadinya abortus cukup
tinggi, sekitar 15-40% (abortus incomplete 15-25%, abortus imminens 8-16,2%,
abortuscomplete 4-113,5%.
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin,
2014). Abortus inkompletus adalah perdarahan kehamilan muda dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar cavum uteri melalui kanalis servikalis
(Maryunani, 2012).
Abortus inkomplit merupakan salah satu perdarahan pada kehamilan muda
yang merupakan salah satu penyebab kematian Neonatal dan Maternal di
Indonesia. Risiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas, usia ibu. Abortus meningkat sebesar 12% pada
wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih
dari 40 tahun. (Cunningham, 2012).
Manuaba (2012) tanda gejala abortus inkomplit antara lain ditandai dengan
keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memeberikan
gejala klinis sebagai berikut:
1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu badan tinggi
4. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma
I. Hasil
17. Skrining Gizi
Parameter Skor
15. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0( 0 )
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2 (…. )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
16. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0( 0 )
o Tidak
1 (…..)
o Ya
Total skor 0
Dari hasil screening MST diatas menunjukkan bahwa pasien beresiko rendah
malnutrisi karena pasien tidak mengalami penurunan berat badan dan tidak
mengalami penurunan nafsu makan.
18. Identitas Pasien Dan Anamnesis
ANAMNESIS
Y. Identitas pasien
Nama (initial) : saida assifa
No. RM : 423689
Ibu Ina merupakan ibu yang bekerja yang berusia 23 tahun mengalami
lemas dan keluar darah pada kelamin. Ibu Ina masuk rumah sakit pada tanggal
03 februari 2022.
Z. Riwayat penyakit
Dari hasil data diatas bahwa keluhan utama mual, pusing sehingga dapat
disimpulkan pasien mengalami gangguang fungsi gastrointestinal. Kebiasaan
makan pasien adalah makan utama 3x sehari, untuk ngemil sering. Suka ice
cream, coklat dan pisang. Dari kebiasaan makan pasien diatas dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurang dapat
memonitoring diri. Dalam pedoman gizi seimbang isi piringku bahwa dalam
sekali makan harus terdapat makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani
(lauk pauk), sumber protein nabati (tempe dan tahu), sayuran dan buah.
W. Antropometri
Berat badan (BB) : 40,55 BB ideal : 48,6 kg
kg
Lingkar pinggul :-
Y. Klinis/fisik
Kesan umum -
Vital sign :
33. TD 111/76
34. Respirasi 20
35. Nadi 99
36. Suhu 36,1
Dari data klinik/fisik diatas dapat disimpulkan pada kesen umum melihat pasien
keadaannya tidak terlalu pucat untuk hasil pemerikasaan tensi, RR, Nadi dan
suhu semua normal.
S. Dietary history
17. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Memiliki pantangan yaitu timun karena bisa menimbulkan pusing,
kebiasaan makan 3x sehari, nyemil sering dan mengkonsumsi tablet vit
C, untuk makanan yang disukai yaitu ice cream, coklat dan pisang.
Asupan
enternal
Parenteral
Dari hasil recall diatas dapat disimpulkan bahwa asupan oral inadekuat karena
persentase energy, protein, lemak, karbohidrat dibawah range normal (90-110%)
pasien mengalami perubahan fungsi gastrointestinal karena adanya mual muntah
dan kebiasaan makan pasien yang hanya 3x dalam sehari dan pasien sering
nyemil.
T. Medical history
17. Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada
Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kebiasaan makan yang tidak teratur
dan perubahan fungsi gastrointertinal ditandai dengan status gizi kurus 17,09
dan hasil recall
Dari hasil recall pasien 1x24 jam pada tanggal 25 januari 2022 hari yaitu energy :
41%, protein : 23%, lemak : 47%, Karbohidrat : 47%. Dari hasil recall diatas
dapat disimpulkan bahwa asupan oral inadekuat karena dibawah batas normal (90-
110%). Pasien juga mengalami perubahan fungsi gastrointestinal karena adanya
mual
22. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
23. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal secara
bertahap
IMT
BBI
90% (154-100) x 1 kg
90%(54) x 1 kg
=48,6 kg
RMR
=1.092 kkal
TEE
=2003 kkal
Karena pasien dengan status gizi kurang dan pasien mengalami gangguan fungsi
gastrointestinal dan pola makan yang tidak teratur sehingga diet yang diberikan
yaitu TKTP dengan bentuk makanan lunak dengan tujuan dapat menambah berat
badan secara bertahap dan mencapai status gizi normal.
BBI = 48,6 kg
IMT = 17,09
(Kurus)
Menu
Menu Bahan Makanan berat E P L KH
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
tahu bumbu kuning tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
daging semur daging 30 57 5,73 3,6 0
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
bening kacang pj kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53
total 267,65 12,515 5,385 41,02
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
telur semur telur 40 61,6 4,96 4,32 0,28
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
nugget tempe tempe 20 30 2,8 1,54 1,82
sup jagung manis wortel 10 3,6 0,1 0,06 0,79
kentang 5 3,1 0,105 0,01 0,675
buncis 5 1,7 0,12 0,015 0,36
jagung manis 10 36,6 0,98 0,73 6,91
salak salak 70 60,9 0,56 0,28 14,07
total 381,05 12,91 7,32 65,155
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
kembung acar kuning ikan kembung 40 50 8,52 1,36 0,88
minyak jagung 5 44,05 0,01 4,985 0
tahu bacem tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
sayur asem kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53
labu siam 10 3 0,06 0,01 0,67
labu kuning 15 7,65 0,255 0,075 1,5
toge besar 5 1,85 0,22 0,025 0,19
total 317,2 15,85 8,24 44,26
Jumlah Total 965,9 41,275 20,945 150,435
Kebutuhan 1.853 69,48 41,17 301,11
presentase (%) 52,12628 59,40558 50,87442 49,96015
* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%
Daftar pustaka
Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua.