Anda di halaman 1dari 136

BAB I

DASAR TEORI

Diare merupkan salah satu penyakit yang paling sering menyerang anak-
anak di seluruh dunia. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir (Sudarti, 2010). Penyebab kematian terbesar kedua
pada balita di dunia setelah penyakit pneumonia adalah diare. Data dari The
United Nations Childern’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO), hampir sekitar satu dari lima kematian anak balita di dunia disebabkan
karena diare. Angka kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5
juta per tahun. Insiden terbesarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2017).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan riset


kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi
penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat
diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat (IDAI, 2014).

Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah


Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upayaupaya yang dilakukan
oleh pemerintah seperti adanya programprogram penyediaan air bersih dan
sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI Eksklusif
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang
disebabkan oleh penyakit diare.Namun penyakit diare masih menjadipenyebab
kematian tertinggi pada balita setelah ISPA (Depkes, 2013).

Kejadian diare dapat disebabkan karena faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor ibu juga berperan dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah
sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-
tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan
tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan dan sikap
tentang diare. Faktor langsung yang dapat menyebabkan diare adalah pengetahuan
ibu, sikap ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, dan
hygiene sanitasi (IDAI, 2015).
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Skrining Gizi Anak


Parameter Skor
1. Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak 0( 0 )
b. Ya 1 (…. )
2. Apa terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir?
(berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada/penilaian
subjektif dari orang tua pasien ATAU untuk bayi <1 tahun : BB
naik selama 3 bulan terakhir)
a. Tidak 0( 0 )
b. Ya 1 (…..)
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
 Diare ≥5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam
seminggu terakhir
 Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. Tidak 0 (…..)
b. Ya 1( 1 )
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakkibatkan
pasien berisiko mengalami malnutrisi?
a. Tidak 0 (…..)
b. Ya 1( 1 )
Total skor 2

Interpretasi skor:
0 = Risiko Rendah
1 – 3 = Risiko sedang
4 – 5 = Risikok Berat
2. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
A. Identitas pasien
Nama (initial) : A.K No. RM : 422987

Umur : 20 bulan Ruang : RA-Merak 1

Jenis kelamin :L Tgl masuk : 25-01-2022

Agama : Islam Tgl kasus : 26-01-2022

Pekerjaan/penghasilan :- Alamat : Metro Pusat

Pendidikan :- Diagnosis Medis : Diare Akut

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : Palembang

B. Riwayat penyakit

Keluhan utama Diare 1 hari 15x, batuk dan pilek

Riwayat penyakit Kejang dan demam


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Diare akut


sekarang/
diagnosis medis

Anak K merupakan pasien anak berusia 20 bulan yang mengalami diare 1


hari 15x dalam sehari. Untuk riwayat penyakit dahulu pasien mengidap kejang
dan demam, Hasil diagnosis dokter adalah diare akut.
C. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Tidak ada


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan
Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi tim 3x/hari


- Biskuit 1x/hari
- Lauk nabati 2 – 3 x/hari
- Lauk hewani 2- 3 x/hari
- Sayur 2-3x/hari
Makanan yang Coklat
disukai

Suplementasi gizi Tidak ada

Cara pengolahan Rebus & kukus


makanan

Gangguan fungsi Mual : iya


gastrointestinal Muntah : iya
Nyeri ulu hati : tidak
Anoreksia : tidak
Diare : iya
Konstipasi : tidak
Perubahan pengecapan/penciuman : tidak
Gangguan mengunyah : tidak
Gangguan menelan : tidak
Lain-lain: tidak

Perubahan berat Tidak ada


badan
Lain-lain Tidak ada

Kebiasaan makan pasien di rumah adalah mengkonsumsi makanan lunak


yaitu tim. Berdasarkan Pedoman gizi seimbang, anak usia 20 bulan. Alasan ibu
tetap memberikan makanan lunak adalah ibu pernah memberikan makanan biasa
namun anak tidak mau makan sehinnga ibu kembali tekstur ke makanan lunak
hingga sekarang.
Saat sakit anak mengalami mual, muntah dan diare. Anak masih meminum
ASI selama sakit.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

A. Antropometri

Berat badan (BB) : 13 kg BB ideal : 12,5 kg. Median


(normal)

Tinggi Badan (TB) : 89 cm IMT :

Tingi lutut : TB tinggi lutut :

Rentang lengan : TB rentang lengan :

Lingkar lengan atas (LLA) : %LLA :

Lingkar pinggang : Rasio lingkar pinggang/pangul:

Lingkar pinggul :

Ulna : Estimasi TB :

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Berdasarkan BB/PB didapatkan status gizi pasien adalah median (normal)

Pengukuran antropometri pasien dilakukan dengn mengukur berat badan dan


panjang badan. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan berat badan
bayi dan tinggi badan menggunakan metline sehingga didapatkan status gizi
pasien berdasarkan perdasarkan perhitungan z-score BB/U yaitu -1,21 SD (BB
normal), BB/PB yaitu 12,5 SD (status gizi normal), dan PB/U yaitu -1,05 SD (TB
normal).
BB/U merefleksikan BB relatif dibandingkan dengan umur anak yang
digunakan untuk menilau kemungkinan seorang anak dengan berat kurang, sangat
kurang, atau lebih, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status
gizi anak. PB/U menggambarkan tinggi atau panjang badan menurut umurnya
yang digunakan untuk mengidentifikasikan anak pendek. BB/PB merefleksikan
BB dibandingkan dengan pertumbuhan linear (PB atau TB) dan digunakan untuk
mengklasifikasikan status gizi (Nasar, Djoko, Hartati, dan Budiwiarti, 2017).

B. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Eritrosit 4,23 3/µL 5 – 10 103/µL L

Hb 10,6 g/dL 12 – 16 g/dL L

Hematocrit 32,3 % 37 – 48 % L

MCV 76,3 fL 80 – 92 fL L

MCH 25,0 pg 27 – 31 pg L

RDW 11,2 % 32 – 36 % L

MPV 4,35 fL 12,4 – 14,4 fL L

Kesipulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Dalam rentang normal pada hemoglobin 14-18 sedangkan hasil dari


pemeriksaan biokimia 10,6 (rendah). Hb yang rendah pada anak bisa
membuatnya terlihat pucat dan lemas. Untuk rentang normal hematokrit 41-54
sedangkan hasil dari pemeriksaan biokimia 32,3 (rendah). Hematokrit rendah
bisa terjadi karena anemia defisiensi besi, anemia defesiensi B12 dan folat.
C. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Rewel, suara serak, kesadaran composmentis,


dan terasa sakit pada dada

Vital sign :
1. TD
2. Respirasi 22 x/menit
3. Nadi 100 x/menit
4. Suhu
37,5 º C

Kepala/abdomen/ Tidak ada


ekstrimitas dll

Kesimpulan satus gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik:


RR lebih cepat disebabkan terbawa dengan riwayat penyakit dahulu yaitu
kejang dan demam.

Berdasarkan hasil klinis/ fisik didapatkan respirasi anak lebih cepat, nadi
normal, dan suhu normal. RR lebih cepat disebabkan terbawa dengan riwayat
penyakit dahulu yaitu kejang dan demam

D. Dietary history
1. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Makanan yang disukai yaitu coklat, untuk cara pengolahan makanan
dengan cara direbus dan kukus.

2. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal : 26 januari 2022
Diet RS : ML

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 451,5 15,8 18,3 57,7

Asupan enternal
Parenteral

Kebutuhan 975 36,5 32,5 134

%Asupan 46% 43% 56% 43%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <90 – 110%

Hasil dietary pada asupan oral anak inadekuat disebabkan karena selama
sakit terjadi penurunan nafsu makan yang bisa jadi disebabkan oleh anak
mengalami mual dan muntah.

E. Medical history
1. Pemeriksaan penunjang :

Tidak ada

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat digunakan


untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan yang
terlihat dapat membantu menegakkan diagnosa, sehingga dilakukan pemeriksaan
thorax dengan proyeksi PA (Posterior-Anterior).

2. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

D5 ½ NS Digunakan dalam
perawatan, kontrol,
pencegahan dan
perbaikan penyakit

Ceftriaxone Untuk megatasi berbagai .


infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh

Gentamicin Untuk mengatasi infeksi


bakteri ringan hingga
berat pada berbagai
bagian tubuh

Santagesik Untuk membantu


mengatasi nyeri akut dan
kronik

Ondansentra Obat yang sering


digunakan untuk
mencegah rasa mual dan
muntah

L-Bio Untuk menjaga


keseimbangan bakteri
baik dalam saluran
pencernaan

Zinc Untuk mengobati


berbagai masalah
kesehatan yang berkaitan
dengan kondisi
kekurangan zinc(seng)
dalam tubuh.
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Diagnosis gizi merupakan hubungan antara masalah (problem), penyebab


(etiologi), serta tanda dan gejala (sign and symtoms). Diagnosis gizi terdiri atas
tiga domain yaitu domain asupan (intake), domain klinik (clinic), dan domain
perilaku (behavior). Adapun diagnosa gizi pasien sebagai berikut:

Gangguan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan diare akut ditandai dengan


BAB 15x dalam sehari.

Inadekuat oralintake berkaitan dengan adanya mual dan muntah ditandai


dengan asupan energi inadekuat 46%, protein 43%, lemak 56% dan KH 43%.

HB rendah berkaitan dengan anemia atau kurang darah dan juga kekurangan
nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah ditandai dengan
hasil pemeriksaan biokimia yang menunjukkan rendah yaitu 10,6.

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi

1. Tujuan diet :

1. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja saluran cerna dan
mencegah atau mengurangi risiko dehidrasi dan malnutrisi

2. Syarat/prinsip diet

1. Asi tetap diberikan bila anak masih menyusu bila perlu lebih sering
2. Suplemen mineral zat diberikan minimal 14 hari
3. Porsi kecil dengan frekuensi sering
4. Pemberian secara oral, kombinasi sesuai kemampuan dengan kondisi klinis
5. Rehidrasi dengan cairan oralit (ORS) secara oral
6. Rehidrasi pada anak harus dilakukan secara cepat (dalam 3-4 jam sejak
mulai diare)
7. Menyusui harus tetap dilakukan jika bayi masih mendapatkan ASI
8. Diare yang masih berlangsung diatasi dengan tetap memberikan cairan ORS
9. Makanan yang dihindari yaitu jus buah kemasan atau minuman yang
mengandung gas
10. Makanan yang boleh yaitu sup ayam, pidang, kentang rebus dan sayur-
sayuran yang dimasak

3. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

 Perhitungan status gizi menggunakan z-score


BB−median 13−11,3
a. BB/U = = =−1,21(normal )
median−(−1 SD) 11,3−12,7
PB−median 89−82,7
b. PB/U = = =−1,05(normal)
median−(−1 SD) 83,7−88,7
c. BB/PB =12,5 median (normal)

 Perhitungan kebutuhan gizi


a. Energi = 75 kkal / kg BB/hari
75 x 13 = 975 kkal
15 % ×975 kkal
b. Protein = =36,5 gram
4
30 % ×975 kkal
c. Lemak = =32,5 gram
9
55 % ×975 kkal
d. KH = =134 gram
4

4. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diare Akut MLRS oral


5. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri - - -

Biokimia Eritrosit, HB, NORMAL


Hematokrit,
Hasil data
MCV, MCH,
laboratorium
RDW dan MPV

Klinis/fisik RR. Nadi dan Hasil data NORMAL


Suhu fisik/klinis

Dietary E
P
L
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
Kh

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring antropometri dilakukan untuk memantau berat badan pasien agar
status gizi tetap normal. Monev biokimia dilakukan untuk mengetahui
perkembangan penyembuhan pasien serta monev suhu untuk mengetahui keadaan
suhu pasien. Monev dietary dilakukan untuk memonitoring perkembangan asupan
pasien.

6. Rencana knsultasi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

a. Dehidrasi - Menigkatkan Menjelaskan


b. Batuk & flu asupan energi tentang prinsip gizi
c. BAB 15x anak secara
sehari bertahap seimbang.
d. Penurunan - Menghabiskan
daya tahan menu
tubuh makanan yang
diberikan
mulai
mengikuti dan
mengerti akan
gizi seimbang

Rencana konsultasi ini ditujukan kepada orang tua pasien agar orang tua
memahami tentang diet yang dijalani sehingga keluarga dapat memotivasi pasien
agar menghabiskan makanan yang diberikan sesuai anjuran serta menjelaskan
tujua, syarat dan prinsip diet. Selama pasien sakit diberikan makanan lunak agar
mudah dicerna oleh pasien

Menu Hari Ke-1

Bahan
Menu Berat E P L KH
makanan
Pure Kentang
Kentang 50 31 1,05 0,1 6,75
Hati
Hati ayam 20 52,2 5,48 3,22 0,32
Tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
Bayam 10 1,6 0,09 0,04 0.24

Bubur ayam
Nasi 50 90 1.5 0.15 19,9
wortel
Ayam 20 51,2 5,48 3,22 0,32
Tahu 30 24 3,27 1.41 0,24
Wortel 10 3.6 0.1 0.06 0.77
Anggur Anggur 50 15 0,25 0.1 34

Bubur ikan patin


Nasi 50 90 1.5 0.15 19,9
labu siam
Ikan patin 20 26,4 3,4 1.32 0.22
Tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
  Labu siam 10 3 0,06 0,01 0,67
JUMLAH 479,9 20,25 15,81 62,28
KEBUTUHAN 487,5 18,25 16,25 67
PERSENTASE 98% 110% 92% 92%
Menu diberikan 100% karena untuk asupan tertinggi anak sebesar 56% ada
kemungkinan anak akan menghabisi makanan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

IDAI. 2014. Bagaimana Menangani Diare pada Anak. Diakses tanggal 1 Juni 2018.

IDAI. 2015. Tinja Bayi Normal atau Tidak . Diakses tanggal 1 Juni 2018.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Situasi diare di Indonesia. Diakses tanggal 1 Juni 2018.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta

DASAR TEORI

A. Suspek evan sindrom


Penyakit autoimun adalah respon imun yang mengakibatkan kerusakan
pada jaringan tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh.
Penyakit autoimun dapat menyerang bagian tubuh manapun dengan tanda
klasik autoimun berupa inflamasi. Penyakit autoimun merupakan respon imun
yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh sendiri serta mengganggu
fungsi fisiologis tubuh. Penyakit autoimun dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor genetik, infeksi, lingkungan, hormonal, daerah/suku,
diet dan toksik/obat. Autoimun memiliki 80 jenis penyakit diantaranya
rheumotid arthritis (RA), (WHO) 2016 mengungkap penderita sebanyak 335
juta penduduk didunia.
Patogenesis autoimun terdiri atas gangguan aktivitas selular dan protein
regulator. Gangguan aktivitas selular dapat terjadi apabila tubuh gagal
mempertahankan toleransi akan self-antigen dan terjadi aktivasi autoreaktif sel
imun terhadap self-antigen tersebut. Sistem imun dalam keadaan normal dapat
untuk membedakan diri dari yang bukan dirinya dalam mempertahankan
integritas host. Suatu intervensi atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan reaksi yang berlebihan untuk self-antigen yang menyebabkan
autoimunitas. Peningkatan yang signifikan telah diamati pada penyakit
autoimun di seluruh dunia. Namun etiologi dan patogenesis dari penyakit
autoimun ini tetap tidak diketahui (Vojdani,2014)
Sindrom evans adalah penyakit autoimun langka dan kronis yang ditandai
dengan anemia hemolitik autoimun dan purpura trombositopenik imun dengan
tes globulin anti-manusia langsung positif. Ini diklasifikasikan sebagai primer
dan sekunder, dengan frekuensi pada pasien dengan anemia hemolitik
autoimun menjadi 37%-73%.

B. Anemia
Menurut depkes (2008) bahwa masyarakat indonesia terutama wanita
sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (heme-iron).
Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat lelah. Akibatnya
dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Di
samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh,
yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi.
Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan
prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke
dalam daftar global burden of disease dengan jumlah penderita sebanyak
1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25% dari jumlah penduduk dunia).
Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita
dkk, 2018).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di
wilyah asia dan afrika. World health organization (WHO) menyebutkan
bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern,
kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil,
anak usia sekolah dan remaja (WHO, 2016).
Anemia diakibatkan baik oleh defisiensi zat gizi, infeksi maupun
genetik.anemia aplastik (aplastik anemia) terjadi karena penurunan
kemampuan produksi sel darah merah. Kasus anemia hemolitik (hemolytic
anemia) karena sel darah merah lebih cepat mengalami kerusakan. Anemia
bulan sabit (sickle cell anemia) terjadi karena kelainan sel darah merah akibat
dari kerusakan genetik. Anemia karena penyakit kronis (anemia of chronic
disease), misalnya karena cacing pasrasit yang memanfaatkan zat gizi infeksi
pada penderita malaria dapat menyebabkan anemia dengan cara merusak sel
darah merah (hemolisis) dan menekan produksi sel darah merah yang baru
(MOST,2004).

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil

3. Skrining Gizi
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 (…..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( 2 )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
2. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 3

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi
4. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
D. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. M No. RM : 423132

Umur : 58 tahun Ruang : RPD.A

Jenis kelamin :P Tgl masuk : 27-01-2022

Agama : Hindu Tgl kasus : 28-01-2022

Pekerjaan/penghasilan : TANI Alamat : Seputiraman

Diagnosis Medis : Suspek evan


Pendidikan : SMP
sindrom & Anemia

Aktivitas fisik : Sedang Suku/Bangsa : Bali

E. Riwayat penyakit

Keluhan utama Batuk, Lemes & Nyeri perut

Riwayat penyakit Ginjal


terdahulu

Riwayat penyakit Darah tinggi & Maag


keluarga

Riwayat penyakit Suspek evan sindrom & Anemia


sekarang/
diagnosis medis

Ny. M merupakan ibu yang bekerja sebagai tani dengan usia 58 th untuk
keluhan utama Ny. M mengalami batu, lemas serta nyeri pada bagian perut. Hasil
diagnosis dokter adalah suspek evan sindrom & anemia.
F. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Jengkol, Pete & Pedas


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Diet Pra-Bedah


dijalankan

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 3x/hari
- Cemilan 1x/hari
Makanan yang Kue-kue
disukai

Suplementasi gizi Vit B & B2

Cara pengolahan Tumis


makanan

Gangguan fungsi Mual :


gastrointestinal Muntah :
Nyeri ulu hati : iya
Anoreksia :
Diare :
Konstipasi :
Perubahan pengecapan/penciuman :
Gangguan mengunyah : iya
Gangguan menelan : iya
Lain-lain:

Perubahan berat Terjadi penurunan berat badan dari ≤ 1 bulan yang lalu
badan sekitar 6 kg dari berat badan 56 kg menjadi 50 kg

Lain-lain

Kebiasaan makan pasien di rumah adalah mengkonsumsi makanan biasa


dalam sehari 3x dan untuk cemilan Ny. M 1x dalam sehari. Memiliki pantangan
terhadap makanan yaitu jengkol, pete dan pedas. Pasien memiliki makanan yang
disukai yaitu seperti kue-kuean basah da cara pengolahan yang saring digunakan
dengan cara ditumis. Saat sakit pasien mengalami nyeri pada ulu hati serta
menelan dan mengunyah. Kemudian mengalami penurunan BB dari 1 bulan yang
lalu sekitar 6 kg dari berat badan 56 kg menjadi 50kg.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

D. Antropometri

Berat badan (BB) : kg BB ideal : kg

Tinggi Badan (TB) : IMT :

Tingi lutut : TB tinggi lutut :

Rentang lengan : TB rentang lengan :

Lingkar lengan atas (LLA) : 27,5 %LLA : 27,5/29 x 100% = 94


cm (gizi baik)

Lingkar pinggang : Rasio lingkar pinggang/pangul:

Lingkar pinggul :

Ulna : 24 cm Estimasi TB : 153 cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Diapatkan hasil % lila yaitu 94 dengan kategori gizi baik

Pengukuran antropometri pasien dilakukan dengan mengukur berat badan dan


panjang badan. Pengukuran berat bdan menggunakan lila dan tinggi badan
menggunakan metline sehingga didapatkan status gizi pasien yaitu gizi baik.

E. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Leukosit 2,41-10 5 – 10 10³/µL L

Hemaglobin 8,7 12-16 g/dL L

Hematokrit 27,1 41-54% L


MCV 79,5 80-92 Fl L

MCH 25,7 27-31 pg L

Trombosit 12 150-450³/µL L

RDW 10,3 12,4-14,4% L

MPV 16,32 7,3-9 fL H

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Leokosit rendah terjadi karena tubuh sedang sakit. Hemoglobin dan hemotokrit
rendah menandakan pasien menderita anemia. MCV & MCH rendah
menandakan pasien mengalami anemia mikrostitik hipokrom. Terombosit
rendah menandakan sumsum tulang tidak lagi memproduksi sel darah yang
cukup. RDW rendah menandakan variasi volume/ukuran sel darah merah yang
rendah. MPV tinggi menandakan kekurangan vitamin B12 atau folat dalam
darah.

Berdasarkan hasil lab biokimia didapatkan anak diidentifikasi anemia defisiensi


besi yang ditujukkan dari penurunan nilai indeks MCV,MCH dan penurunan
kadar HB. Penyebab anemia (Oehadien, 2012):
a. Berkurangnya Fe: anemia defesiensi Fe, anemia penyakit kronis/ anemia
inflamasi, defisiensi tembaga
b. Berkurangnya sintesis heme
c. Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan hemoglobinopati

F. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas

Vital sign :
5. TD 144/93 mmHg
6. Respirasi 20 x/menit
7. Nadi 74 x/menit
8. Suhu
36,1 º C

Kepala/abdomen/ Nyeri Ulu Hati


ekstrimitas dll

Tensi darah pada pasien tinggi

Berdasarkan hasil klinis/ fisik didapatkan respirasi pasien normal, nadi


normal, suhu normal dan tensi darah tinggi.
F. Dietary history
3. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien memiliki kebiasaan makan dirumah yaitu nasi 2x sehari dan
menyukai konsumsi gorengan

4. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal :
Diet RS : Diet Tinggi Protein

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 238,4 4,0 4,7 46,6

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 2123 100 47,1 334,3

%Asupan 11% 4% 9% 13%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <90-100%

Hasil dietary menunjukkan asupan oral inadekuat disebabkan karena


selama sakit terjadi penurunan nafsu makan yang bisa jadi disebabkan oleh lemes
& nyeri pada bagian perut serta pasien ada gangguan menguyah dan menelan.

G. Medical history
3. Pemeriksaan penunjang :

Tdk ada / tidak dilakukan pemeriksaan


4. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

Transpusi 1 kantong Membantu


mementingkan kadar HB
dalam darah.

Asam folat 2x1 Membentuk sel darah


merah

Meropenenm 3x1 Untuk menghambat


sintesis dinding sel
bakteri sehingga bersifat
bakteristdal.
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Asupan oral inadekuat berkaitan dengan adanya penurunan berat badan pasien
ditandai dengan hasil recall 24 jam yaitu energi 11%, protein 4%, lemak 9%
dan KH 13%

Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan kurangnya asupan protein


hewani ditandai kadar HB rendah yaitu 8,7 mg/dl

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

B. Rencana Asuhan Gizi

7. Tujuan diet :

2. Menaikkan kadar HB dalam darah mencapai normal


3. Menaikkan berat badan mencapai IMT normal
4. Memperbaiki asupan asam folat
5. Memperbaiki asupan fe / zat besi

8. Syarat/prinsip diet

Syarat

1. Energi diberikan 2123 kkal


2. Protein diberikan 100 g
3. KH diberikan 334,3 g
4. Vit C diberikan 9 g/hari untuk membantu penyerapan FE
5. FE diberikan tinggi untuk menaikkan HB
Prinsip

1. Energi diberikan cukup


2. Protein diberikan 2-2259 g/BB
3. Lemak diberikan cukup
4. Kh diberikan cukup
5. Vit C diberikan tinggi
6. Fe diberikan tinggi

Makanan yang dianjurkan makanan yang berasal dari hewani sepereti daging
merah, ikan, ayam karena zat besi dari lauk hewani lebih banyak diserap oleh
tubuh kacang-kacangan, sayuran hijau seperti bayam, brokoli, buah-buahan
yang kaya vit C seperti sari jeruk.

Makanan yang dihindari makanan yang mengandung tanin seperti kopi karena
dapat mengakibatkan penyerapan zat besi, beras mentah dan kacang almond

6. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

Estimasi BB dari Lila

BB = 27,5/29 x (153-100) = 50 kg

Estimasi TB dari Ulna

TB = 68,77 + (3,536 x 24) = 68,77 + 84,86 = 153 cm

% Lila = 27,5 / 29 x 100% = 94 (gizi baik)

BBI = 153 – 100 = 53 kg

RMR = 10 (50) + 6,25 (155) – 5 (58) + 161

= 500 + 956 – 290 + 161

=1327

TEE = RMR x Faktor PAL

Keb. Makro

Protein = 2,0 x 50 = 100 g

% = 100 : 2123 x 4 = 0,18 x 100 = 18%

Lemak = 20% x 2123 / 9 = 47,1 g


KH = 63% x 2123 / 4 = 334,3 g

7. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diet Tinggi Protein Makanan lunak Oral

8. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri Lila = 27,5 Menggunakan Normal


alat ukur
Ulna = 24

Biokimia Leokosit, HB, Hasil data Normal


Hematokrit, laboratorium
MCV, MCH,
Trombosit, RDW
& MPV

Klinis/fisik TD Hasil data Normal


Nadi fisik/klinis

RR
Suhu

Dietary E Recall 24 jam Asupan 0ral 90 –


P 110%
L
Kh

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring antropometri dilakukan untuk memantau berat badan pasien agar
status gizi tetap normal. Monev biokimia dilakukan untuk mengetahui
perkembangan penyembuhan pasien serta monev suhu untuk mengetahui keadaan
suhu pasien. Monev dietary dilakukan untuk memonitoring perkembangan asupan
pasien.
9. Rencana knsultasi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

e. Nyeri pada Meningkatkan Gizi seimbang dan


perut pengetahuan dan makanan yang
f. Merasa lemas kesadaran pasien mengandung tinggi
g. Pengetahuan
supaya mulai FE.
terhadap zat
gizi kurang memakan
h. Jarang makanan yang
mengkonsums bergizi seimbang
i lauk hewani

Rencana konsultasi ini ditunjukan kepada pasien beserta keluarga pasien


agar memahami tentang diet yang dijalani sehingga pasien dan keluarga dapat
termotivasi agar menghabiskan makanan yang diberikan sesuai anjuran seta
menjelaskan tujuan, syarat dan prinsip diet. Selama pasien sakit diberikan
makanan lunak agar mudah dicerna oleh pasien.

Menu Hari ke- 1


Bahan
Menu Berat E P L KH
makanan
Bubur nasi Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9
Ayam goreng Ayam 25 74,5 4,55 6,25 0
Minyak
15 132,6 0 15 0
k.s
Tempe Tempe 40 80,4 8,32 3,52 5,4
mendoan
Tepung
20 66,6 1,8 0,2 15,44
terigu
Daun
5 8,05 0,1 0,015 0,36
bawang
Minyak
5 44,2 0 5 0
k.s
Beningan
Bayam 20 3,2 0.18 0.08 0.58
bayam
  Wortel 10 3,6 0.1 0.06 0,79

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Pindang ikan Ikan
40 52,8 6,8 2,64 0,44
patin patin
Nanas 5 2 0,03 0,015 0,495
Tumis tahu Tahu 20 16 2,18 0,94 0,16
Bawang
  5 5,6 0,225 0.01 1,155
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Beningan
Bayam 20 3,2 0,18 0.08 0,58
bayam
Bawang
  10 4,6 0,15 0.05 0,92
merah
buah jeruk Jeruk 5 2,25 0.045 0.01 0,56

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Semur hati Hati
20 15,05 5,48 3,22 0,32
ayam ayam
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
Merica 2 7,3 0,23 0,139 1,288
Bawang
5 5,6 0,225 0,03 0,92
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Tumis sawi Sawi 20 4,4 0.42 0.1 0,73
  Cabai 10 12 0,47 0,24 1,99
Bawang
10 4,6 0,15 0,03 0,92
merah
Bawang
10 12,3 0,45 0,02 2,31
putih
Oncom goreng Oncom 40 24,8 5,2 2.4 9,04
Tepung
20 66,6 1,8 0,2 15,44
terigu
Minyak
5 44,2 0 5 0
k.s
Jumlah 886,60 33.86 36.716 106.39
Kebutuhan 1748 65,55 67.97 218.5
Persentase 50% 51% 54% 48%

* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%

DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Kesehatan RI. 2008. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS). JAKARTA : Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat.

MOST, USAID Micronutrient Program. 2004. A Strategic Approach to Anemia


Control Program. Arlington, Virginia, USA: MOST, USAID, Micronutrient
Program.

Vojdani, A. 2014. A Potential Link Between Environmental Truggers and


Autoimmunity. Hindawi Publishing Corporation.Pp. 1-18.

BAB I

DASAR TEORI
C. Diabetes Melitus
Pengolahan penyakit diabetes melitus dikenal dengan empat pilar utama
yaitu edukasi, terapi nutrisi medis/diet, jasmani dan terapi farmakologis.
Keempat pilar pengolahan tersebut dapat diterapkan pada semua jenis tipe
diabetes melitus termasuk diabetes melitus tipe 2. Untuk mencapai fokus
pengelolaan diabetes melitus yang optimal maka perlu adanya keteraturan
terhadap empat pilar utama tersebut. Salah satu hal yang terpenting bagi
pasien DM adalah pengendalian kadar gula darah, maka pasien perlu
memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula
darah. Pengendalian kadar gula darah pada pasien DM berhubungan dengan
faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan
penyakit DM (Perkeni, 2015).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakterstik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresiinsulin, kerja
insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2010). Insulin yang
dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masukknya glukosa ke dalamsel. Dengan bantuan
GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan
glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa
dimetabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidka ada atau
berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus
berada di aliran darah yang akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia
(Soegondo, 2009).
Diabetes melitus memiliki dampak sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ
tubuh dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan
30% akibat gagal jantung. Selain kematian, diabetes juga emnyebabkan
kecacatan sebanyak 30% psaien diabetes melitus mengalami kebutaan akibat
komplikasi retinopati dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Bustan,
2015) oleh karena itu diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan
oleh pasien diabetes melitus.

D. Anemia
Menurut depkes (2008) bahwa masyarakat indonesia terutama wanita
sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber
makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap (heme-iron).
Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat lelah. Akibatnya
dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Di
samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh,
yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi.
Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi
permasalahan kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan
prevalensi tertinggi di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke
dalam daftar global burden of disease dengan jumlah penderita sebanyak
1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25% dari jumlah penduduk dunia).
Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi (Mairita
dkk, 2018).
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di
wilayah asia dan afrika. World health organization (WHO) menyebutkan
bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern,
kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil,
anak usia sekolah dan remaja (WHO, 2016).
Anemia diakibatkan baik oleh defisiensi zat gizi, infeksi maupun
genetik.anemia aplastik (aplastik anemia) terjadi karena penurunan
kemampuan produksi sel darah merah. Kasus anemia hemolitik (hemolytic
anemia) karena sel darah merah lebih cepat mengalami kerusakan. Anemia
bulan sabit (sickle cell anemia) terjadi karena kelainan sel darah merah akibat
dari kerusakan genetik. Anemia karena penyakit kronis (anemia of chronic
disease), misalnya karena cacing pasrasit yang memanfaatkan zat gizi infeksi
pada penderita malaria dapat menyebabkan anemia dengan cara merusak sel
darah merah (hemolisis) dan menekan produksi sel darah merah yang baru
(MOST,2004).

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil
5. Skrining Gizi
Parameter Skor
3. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 (…..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 ( 1 ..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
4. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 2

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi
6. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
G. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. U No. RM : 417273

Umur : 59 tahun Ruang : RPD.A

Jenis kelamin :P Tgl masuk : 27-01-2022

Agama : Islam Tgl kasus : 28-01-2022

Pekerjaan/penghasilan : IRT Alamat : Metro Pusat

Pendidikan : SD Diagnosis Medis : DM & Anemia

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : Jawa

H. Riwayat penyakit

Keluhan utama Lemas, Pusing & Perut sakit

Riwayat penyakit Tidak ada


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit DM & Anemia


sekarang/
diagnosis medis

Ny.U merupakan pasien berusia 59 tahun yang mengalami lemas, pusing


dan sakit pada bagian perut. Hasil diagnosis dokter adalah diabetes militus dan
anemia. Diabetes militus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Anemia adalah suatu keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih
rendah dari pada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin.
I. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Manis – manis


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Tidak ada


dijalankan

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 3x/hari
- Cemilan 2x/hari
Makanan yang Suka semua
disukai

Suplementasi gizi Tablet vit C

Cara pengolahan Tumis & goreng


makanan

Gangguan fungsi Mual : iya


gastrointestinal Muntah : iya
Nyeri ulu hati :
Anoreksia :
Diare :
Konstipasi :
Perubahan pengecapan/penciuman :
Gangguan mengunyah :
Gangguan menelan :
Lain-lain:

Perubahan berat Mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg dari


badan 67 menjadi 64 kg

Lain-lain

Pasien memiliki pantangan terhadap bahan makanan yaitu makanan yang


manis-manis, untuk kebiasaan makan dalam sehari 3x, untuk selingan atau
cemilan 2x sehari. Pasien menyukai semua makanan dan mengkonsumsi
suplementasi gizi yaitu tablet vit C, cara pengolahan makanan pada pasien lebih
sering diolah dengan cara ditumis dan di goreng.
Saat sakit pasien mengalami mual, muntah serta diare sehingga asupan
makan berkurang. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg dari
67 kg menjadi 64 kg.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

G. Antropometri

Berat badan (BB) : kg BB ideal : kg

Tinggi Badan (TB) : IMT :

Tingi lutut : TB tinggi lutut :

Rentang lengan : TB rentang lengan :

Lingkar lengan atas (LLA) :31 cm %LLA : 31/29 x 100% = 106


(gizi baik)

Lingkar pinggang : Rasio lingkar pinggang/pangul:

Lingkar pinggul :

Ulna : 26 cm Estimasi TB : 160 cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Diapatkan hasil % lila yaitu 106 dengan kategori gizi baik

Pengukuran antropometri pasien dilakukan dengan mengukur berat badan dan


panjang badan. Pengukuran berat badan menggunakan LILA dan tinggi badan
menggunakan metline sehingga di dapatkan status gizi pasien berdasarkan %LILA
yaitu dengan 106% (Gizi Baik).

H. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Leokosit 15.35 5 – 10 10³µL H

Eritrosit 1,81 3,08-5,05³µL L


Hemoglobin 5,3 12-16 g/dL L

RDW 14,5 12,4-14,4 % H

MPV 9,50 7,3-9fL H

GDS 309,0 <140mg/dL H

Ureum 156,2 15-40mg/dL H

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Leokosit tinggi berkaitan dengan pusing, berat badan turun dan tidak nafsu
makan, eritrosit rendah berkaitan dengan kekurangan asupan nutrisi dan anemia
pada pasien, hemoglobin rendah berkaitan dengan kekurangan asupan vitamin
dan mineral tertentu, RDW tinggi berkaitan dengan pusing, lemas dan anemia
pasien, MPV tinggi berkaitan dengan trombosit lebih besar dari rata-rata , GDS
tinggi berkaitan dengan keluhan pasien yaitu mual dan nyeri pada perut, dan
ureum tinggi berkaitan dengan penumpukan gula di dalam darah maka kadar
ureum akan meningkat.

I. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas & sedikit pucat

Vital sign :
9. TD 138/92 mmHg
10. Respirasi 20 x/menit
11. Nadi 119 x/menit
12. Suhu
37,3 º C

Kepala/abdomen/ Tidak ada


ekstrimitas dll

Tensi darah tinggi berkaitan dengan meningkatnya jumlah total cairan dalam
tubuh yang cenderung meningkatkan tekanan darah, nadi tinggi berkaitan
dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk sehingga denyut nadi
menjadi cepat.

Berdasarkan hasil klinis/fisik didapatkan tensi darah tinggi, respirasi normal,


nadi berdenyut lebih cepat dan suhu normal, untuk kesan umum pada pasien yaitu
tampak lemas dan sedikit pucat.
H. Dietary history
5. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien menghindari makanan yang manis-manis lalumenyukai semua
makanan dan untik cara pengolahan makanan lebih suka ditumis &
digoreng
6. Hasil recall 24 jam diet
Tanggal :
Diet RS : Diet DM

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 445,3 22,7 24,2 36,6

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 1562 77,6 43,1 213,4

%Asupan 28% 29% 56% 17%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pada pasien <90-110%

Asupan oral pasien inadekuat disebabkan karena selama sakit terjadi


penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh mual dan muntah.

I. Medical history
5. Pemeriksaan penunjang :

Tdk ada / tidak dilakukan pemeriksaan

6. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi


NACL Guyur Nacl guyur untuk
mengatur jumlah air
dalam tubuh

OMZ Mengatasi penyakit yang


disebabkan oleh asam
lambung

Novorapid Untuk pengobatan pada


diabetes, menurunkan
gula darah 10-20 menit
setelah disuntikkan
kedalam tubuh.
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan gangguan metabolik


endroktrin ditandai dengan GDS 309,0 mg/dl

Perubahan oral inadekuat berkaitan dengan adanya penurunan berat badan


pasien ditandai dengan hasil recall 24 jam yaitu energi 28%, protein 29%,
lemak 56% & KH 17%.

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

C. Rencana Asuhan Gizi

9. Tujuan diet :

6. Memberi cukup energi untuk mempertahankan berat badan normal


7. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal

10. Syarat/prinsip diet

Syarat

1. Enrgi 1350 kkal untuk mempertahankan BBI


2. KH 213,4 gr
3. Lemak 41,1 gr
4. Protein 77,6 gr
5. Serat 20-25% gr/hari
Makanan yang dianjurkan

1. Nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi & sayur


2. Protein dianjurkan tidak mengandung tinggi lemak
3. Lemak dalam jumlah terbatas
4. Konsumsi cukup banyak sayur & buah

Makanan yang tidak dianjurakan

1. KH sederhana
2. Sumber protein tinggi kolesterol
3. Sumber protein yang banyak mengandung lemak jenuh
4. Sumber natrium
10. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

Estimasi BB dari Lila

BB = 31/29 x (160-100) = 64 kg

Estimasi TB dari Ulna

TB = 68,77 + (3,536 x 26) = 160 cm

% Lila = 31 / 29 x 100% = 106 (gizi baik)

BBI

90% (160-100) x 1kg

90% (60) x 1 kg

=54 kg

Energi

25 kkal/kg x BBI/hari

25 x 54 = 1350 kkal

Koreksi umur

10% x 1350 kkal

=135

Stress metabolik

15% x 1350 kkal

=202,5
Koreksi status gizi = 0

Aktivitas = 10% x 1350 kkal = 135 kkal

Total kalori harian

1350 – 135 + 202,5 + 0 + 135

=1552 kkal

Kebutuhan zat makro

P = 20% x 1552/4 = 72,6 gr

L = 25% x 1552/9 = 43,1 gr

KH = 55% x 1552/4 = 213,4 gr

11. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diet DM MLDM Oral

12. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri Lila = 31 Menggunakan Normal


alat ukur
Ulna = 26
Biokimia Leokosit, entrosit, Hasil data Normal
HB, RDW, MPV, laboratorium
GDS, Ureum

Klinis/fisik TD Hasil data Normal


Nadi fisik/klinis

RR

Suhu

Dietary E Recall 24 jam 1350


P
77,6
L
Kh 43,1

213,4

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring antropometri dilakukan untuk memantau berat badan pasien agar
status gizi tetap normal. Monev biokimia dilakukan untuk mengetahui
perkembangan serta penyembuhan pasien, monev suhu untuk mengetahui
keadaaan suhu pasien, monev dietary dilakukan untuk memonitoring
perkembangan asupan pasien.

13. Rencana konsultasi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

GDS tinggi Menurunkan Makan makanan


GDS secara yang dianjurkan
Merasa lemas perlahan dan dihindari

Rencana konsultasi ini ditunjukkan kepada pasien serta keluarga pasien


agar dapat memahami tentang diet yang dijalani sehingga pasien serta keluarga
dapat termotivasi agar menghabiskan makanan yang diberikan sesuai dengan
anjuran serta menjelaskan tujuan, syarat dan prinsip diet. Selama pasien sakit
diberikan makanan lunak agar mudah dicerna oleh pasien, setelah pasien pulih
keluarga bisa memberikan makanan biasa.
Menu Hari ke- 1
Menu Bahan Berat E P L KH
makanan
Bubur nasi Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9
Ayam goreng Ayam 20 59,0 3,64 5 0
Minyak
15 132,6 0 15 0
k.s
Tempe
Tempe 20 40,2 4,16 1,76 2,7
mendoan
Tepung
20 66,6 1,8 0,2 15,44
terigu
Daun
5 2,05 0,1 0,015 0,36
bawang
Minyak
3 26,52 0 3 0
k.s
Beningan
Bayam 20 3,2 0.18 0.08 0.58
bayam
  Wortel 10 3,6 0.1 0.06 0,79

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Pindang ikan Ikan
20 26,4 3,4 1,32 0,22
patin patin
Nanas 5 2 0,03 0,015 0,495
Tumis tahu Tahu 20 16 2,18 0,94 0,16
Bawang
  5 5,6 0,225 0.01 1,155
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Beningan
Bayam 20 3,2 0,18 0.08 0,58
bayam
Bawang
  10 4,6 0,15 0.05 0,92
merah
buah jeruk Jeruk 50 2,25 0.045 0.01 0,56

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Semur hati Hati
20 15,05 5,48 3,22 0,32
ayam ayam
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
Bawang
5 5,6 0,225 0,03 0,92
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Tumis sawi Sawi 20 4,4 0.42 0.1 0,73
 Oncom goreng Oncom 20 37,4 2,6 1,2 4,52
Tepung 15,44
20 66,6 1,8 0,2
terigu
Minyak
3 26,52 0 3 0
k.s
Jumlah 769,1 36.65 22.15 107.15
Kebutuhan 1562 77,6 43.1 213.14
Persentase 49% 47% 51% 50%

* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan yaitu 100%

DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). 2010. Standards of Medical Care in


Diabetes – 2010.
Bustan, M. N. (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta:
Rineka Cipta.

MOST, USAID Micronutrient Program. 2004. A Strategic Approach to Anemia


Control Program. Arlington, Virginia, USA: MOST, USAID, Micronutrient
Program.

PERKENI. (2015). Konsnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia 2015.

Soegondo, S., 2009. Sindroma Metabolik, In: Sudoyo,A,W., Setiyohadi,


B.,Alwi,I., Simadibrata, M., Setiasti, S., editors. Buku Ilmu PenyakitDalam
Jilid 3.

Vojdani, A. 2014. A Potential Link Between Environmental Truggers and


Autoimmunity. Hindawi Publishing Corporation.Pp. 1-18.

BAB I

DASAR TEORI

E. Dispepsia sindrom
Dispepsia sendiri mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang
menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang,
rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom
atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya
termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung, atau yang lebih
dikenal sebagai penyakit maag. (Djojodiningrat D, 2009).
Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut Djojoningrat
(2009), penyebab timbulnya dispepsia diantaranya karena faktor diet dan
lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi
viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori.
Menurut Susanti (2011), sindroma dispepsia dipengaruhi oleh tingkat stres,
makanan dan minuman iritatif dan riwayat penyakit (gastritis dan ulkus
peptikum). Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman, seperti makan pedas,
asam, minum teh, kopi, dan minuman berkarbonasi dapat meningkatkan resiko
munculnya gejala dispepsia. Suasana yang sangat asam di dalam lambung dapat
membunuh organisme patogen yang tertelan bersama makanan. Namun, bila
barier lambung telah rusak, maka suasana yang sangat asam di lambung akan
memperberat iritasi pada dinding lambung (Herman, 2004).

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil

7. Skrining Gizi
Parameter Skor
5. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
6. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 1

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi
8. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
J. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn.K No. RM : 423153

Umur : 55 tahun Ruang : RPD.A

Jenis kelamin :L Tgl masuk : 26-01-2022

Agama : islam Tgl kasus : 27-01-2022

Pekerjaan/penghasilan : TANI Alamat : Kota gajah

Diagnosis Medis : Dispepsia


Pendidikan : SD
Sindrom

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : Jawa

K. Riwayat penyakit

Keluhan utama Sakit perut & kepala, lemas serta pusing

Riwayat penyakit Darah rendah (Anemia)


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Dispepsia sindrom


sekarang/
diagnosis medis

Tn. K merupakan bapak yang bekerja sebagai tani dengan usia 55 th untuk
keluhan utama Tn. K mengalami sakit perut & kepala, lemas serta pusing. Hasil
diagnosis dokter adalah Dispepsia sindrom.
L. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Santan dan mie instan


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Diet tinggi protein


dijalankan

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 3x/hari
- Cemilan 1-2x/hari
Makanan yang Semua suka
disukai

Suplementasi gizi Tablet vit C

Cara pengolahan Tumis, goreng & rebus


makanan

Gangguan fungsi Mual : iya


gastrointestinal Muntah :
Nyeri ulu hati : iya
Anoreksia :
Diare :
Konstipasi :
Perubahan pengecapan/penciuman :
Gangguan mengunyah :
Gangguan menelan :
Lain-lain:

Perubahan berat Tidak ada


badan

Lain-lain

Kebiasaan makan pasien di rumah adalah mengkonsumsi makanan biasa


dalam sehari 3x dan untuk cemilan Tn. K 1-2x dalam sehari. Memiliki pantangan
terhadap makanan yaitu yang bersantan dan mie instan. Pasien menyukai semua
makanan dan cara pengolahan yang saring digunakan dengan cara ditumis, goreng
dan rebus. Saat sakit pasien mengalami mual dan terasa nyeri pada ulu hati.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

J. Antropometri

Berat badan (BB) : kg BB ideal : kg

Tinggi Badan (TB) : IMT :

Tingi lutut : TB tinggi lutut :

Rentang lengan : TB rentang lengan :

Lingkar lengan atas (LLA) : 27 %LLA : 27/29 x 100% = 93%


cm (gizi baik)

Lingkar pinggang : Rasio lingkar pinggang/pangul:

Lingkar pinggul :

Ulna : 25,5 cm Estimasi TB : cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Diapatkan hasil % lila yaitu 93% dengan kategori gizi baik

Pengukuran antropometri pasien dilakukan dengan mengukur berat badan dan


panjang badan. Pengukuran berat badan menggunakan metline dan tinggi badan
menggunakan metline sehingga didapatkan status gizi pasien yaitu gizi baik.

K. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Leukosit 11.07 5 – 10 10³/µL H

Eritrosit 5,81 4,37-5,63 H

RDW 11,4 12,4-14,4 L


MPV 5,40 7,3-9 L

Kalsium ion 1,00 1,1-1,135 L

PH 7,61 7,35 – 7,45 H

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Leokosit tinggi terjadi karena mengalami infeksi lalu eritrosit terjadi


peningkatan jumlah sel darah merah melebihi batas normal di dalam tubuhnya,
kondisi ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berbahaya.

L. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas

Vital sign :
13. TD 138/86 mmHg
14. Respirasi 20 x/menit
15. Nadi 76 x/menit
16. Suhu
36,3 º C

Kepala/abdomen/ Nyeri Ulu Hati


ekstrimitas dll

Tensi darah tinggi dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala sedangkan
lambung yang disebabkan oleh luka terbuka pada lapisan lambung dapat
menimbulkan keluhan sakit pada bagian perut asam lambung naik
menyebabkan tensi darah tinggi.

Berdasarkan hasil klinis/ fisik didapatkan respirasi pasien normal, nadi


normal, suhu normal dan tensi darah tinggi.
J. Dietary history
7. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Memiliki pantangan terhadap bahan makanan yaitu santan dan mie instan,
untuk cara pengolahan makanan yaitu denga cara ditumis, digoreng dan
rebus.

8. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal :
Diet RS : Diet lambung

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 244,8 3,7 6,7 42,0

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 1748 65,55 67,97 218,5

%Asupan 14% 5% 9% 19%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <90-100%

Hasil dietary menunjukkan asupan oral inadekuat disebabkan karena


selama sakit terjadi penurunan nafsu makan yang bisa jadi disebabkan oleh lemes
& nyeri pada bagian perut serta pasien merasa mual.

K. Medical history
7. Pemeriksaan penunjang :

Tdk ada / tidak dilakukan pemeriksaan

8. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

Infus RL .cairan obat ini diberikan


untuk penderita
dehidrasi yang
mengandung gangguan
elektrolit dialam tubuh

OMZ Digunakan dalam


penggunaan penyakit
seperti GERD &
tungkak lambung
Aprazolam Untuk meredakan gejala
gangguan kecemasan
dan gangguan panik
yang disebabkan oleh
depresi
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Perubahan fungsi gastrointestindalberkaitan dengan asam lambung ditandai


dengan nyeri pada ulu hati

Inadekuat oralintake berkaitan dengan adanya mual ditandai dengan asupan


energi inadekuat 14%, protein 5%, lemak 9% dan karbohidrat 19%

Leokosit tinggi berkaitan dengan infeksi saluran pencernaan (sakit perut) dan
sakit kepala ditandai dengan hasil niokimia yang menunjukkan 11,07 (tinggi)

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

D. Rencana Asuhan Gizi

11. Tujuan diet :

8. Memberikan asupan sesuai dengan kebutuhan


9. Mempertahankan status gizi normal
10. Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan
11. Memperbaiki kualitas hidup dengan pola makan yang seimbang.

12. Syarat/prinsip diet

- energi diberikan sesuai kebutuhan normal dengan memperhitungkan faktor


aktivitas serta umur yaitu 1.748 kkal.

- cairan cukup

- mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan :

 Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam


 Menghindari makanan yang mengandung gas
14. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

Estimasi BB dari Lila

BB = 27/29 x (164-100) = 59 kg

Estimasi TB dari Ulna

TB = 97,252 + (2,645 x 25,5) = 164 cm

% Lila = 27 / 29 x 100% = 93% (gizi baik)

RMR = 10 (59) + 6,25 (164) – 5 (55) + 5

= 590 + 1,025 – 275 + 5

=1345 kkal

Keb energi

1345 x 1,3 = 1.748 kkal

Keb. Makro

Protein = 15% x 1.748/4 = 65,55 gr

Lemak = 35% x 1.748 / 9 = 67,97 gr

KH = 50% x 1.748 / 4 = 218,5 gr

15. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian


Diet Lambung Makanan lunak Oral

16. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri Lila = 27 Menggunakan Normal


alat ukur
Ulna = 25,5

Biokimia Leokosit, Hasil data Normal


eritrosit, RDW, laboratorium
MPV, Kalsium
ion dan PH

Klinis/fisik TD Hasil data Normal


Nadi fisik/klinis

RR

Suhu

Dietary E Recall 24 jam Asupan 0ral 90 –


P 110%
L
Kh

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring antropometri dilakukan untuk memantau berat badan pasien agar
status gizi tetap normal. Monev biokimia dilakukan untuk mengetahui
perkembangan penyembuhan pasien serta monev suhu untuk mengetahui keadaan
suhu pasien. Monev dietary dilakukan untuk memonitoring perkembangan asupan
pasien.
17. Rencana knsultasi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

i. Nafsu makan Memotivasi - Pembreian


berkurang pasien agar materi tentang
j. Merasa lemas mengkonsumsi pola makan
makanan yang hidup sehat
tidak memicu - Memberikan
contoh bahan
terjadinya
makanan yang
kenaikan asam memicu
lambung naiknya asam
lambung.
Rencana konsultasi ini ditunjukan kepada pasien beserta keluarga pasien
agar memahami tentang diet yang dijalani sehingga pasien dan keluarga dapat
termotivasi agar menghabiskan makanan yang diberikan sesuai anjuran seta
menjelaskan tujuan, syarat dan prinsip diet. Selama pasien sakit diberikan
makanan lunak agar mudah dicerna oleh pasien.

Menu Hari ke- 1


Bahan
Menu Berat E P L KH
makanan
Bubur nasi Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9
Ayam goreng Ayam 25 74,5 4,55 6,25 0
Minyak
15 132,6 0 15 0
k.s
Tempe
Tempe 40 80,4 8,32 3,52 5,4
mendoan
Tepung
20 66,6 1,8 0,2 15,44
terigu
Daun
5 8,05 0,1 0,015 0,36
bawang
Minyak
5 44,2 0 5 0
k.s
Beningan
Bayam 20 3,2 0.18 0.08 0.58
bayam
  Wortel 10 3,6 0.1 0.06 0,79

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Pindang ikan Ikan
40 52,8 6,8 2,64 0,44
patin patin
Nanas 5 2 0,03 0,015 0,495
Tumis tahu Tahu 20 16 2,18 0,94 0,16
Bawang
  5 5,6 0,225 0.01 1,155
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Beningan
Bayam 20 3,2 0,18 0.08 0,58
bayam
Bawang
  10 4,6 0,15 0.05 0,92
merah
buah jeruk Jeruk 5 2,25 0.045 0.01 0,56

Bubur Nasi 50 90 1.5 0.15 19.9


Semur hati Hati
20 15,05 5,48 3,22 0,32
ayam ayam
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
Merica 2 7,3 0,23 0,139 1,288
Bawang
5 5,6 0,225 0,03 0,92
putih
Bawang
5 2,3 0,075 0,015 0,46
merah
Tumis sawi Sawi 20 4,4 0.42 0.1 0,73
  Cabai 10 12 0,47 0,24 1,99
Bawang
10 4,6 0,15 0,03 0,92
merah
Bawang
10 12,3 0,45 0,02 2,31
putih
Oncom goreng Oncom 40 24,8 5,2 2.4 9,04
Tepung
20 66,6 1,8 0,2 15,44
terigu
Minyak
5 44,2 0 5 0
k.s
Jumlah 886,60 33.86 36.716 106.39
Kebutuhan 1748 65,55 67.97 218.5
Persentase 50% 51% 54% 48%

* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%

DAFTAR PUSTAKA
Susanti , A. (2011). Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB). http://fema.ipb.ac.id/index.php/faktor - risiko -dispepsia -pada -mahasiswa -
institut -pertanian -bogor -ipb -2/

Herman, B. (2004). Fisiologi pencernaan untuk kedokteran. Padang : Andalas University


Press

BAB I

DASAR TEORI
F. Stemi Anterior
Jantung merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Jantung
berfungsi sebagai alat pompa darah sehingga darah dapat dialirkan ke seluruh
tubuh. Sebagai salah satu organ penting dalam tubuh manusia, jantung sangat
perlu untuk diperhatikan sehingga bisa terhindar dari penyakitnya (Chittra, dkk,
2016)

STEMI erat kaitannya dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Meskipun


beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan clinical trial, namun masih juga
dijumpai 500.000 ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) setiap tahun di Amerika.
Data menunjukkan bahwa mortalitas akibat STEMI paling sering terjadi dalam 24
- 48 jam 8 pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah
30% (Darliana, 2015)

Menurut Ramrakha dan Hill (2006), pada infark miokard dengan elevasi
segmen ST, dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infark yang ditentukan dari
perubahan EKG. Bagian anterior merupakan lokasi yang sering ditemukan
STEMI. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sekitar 53.01% infark miokard
yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri
koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian
anterior jantung yang mengalami penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner
dalam waktu yang lama (Wagyu et al., 2013).

Trombolitik merupakan salah satu strategi reperfusi untuk tatalaksana STEMI.


Tatalaksana STEMI ditujukan untuk reperfusi arteri koroner yang tersumbat dan
harus segera ditatalaksana sehingga dapat mengurangi kematian sel miokard
(Sukhum, 2011). Trombolitik bekerja dengan melarutkan bekuan darah atau
trombus yang terbentuk sehingga dapat mengembalikan fungsi daerah yang
bermasalah. Trombus yang terbentuk di sistem sirkulasi mempengaruhi
mekanisme tubuh untuk memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Jika trombus
terbentuk, dapat menyebabkan iskemik, emboli, serangan jantung, stroke dan
sebagainya (Ali et al., 2014; Dewoto, 2012).

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Hasil
9. Skrining Gizi
Parameter Skor
7. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1( )
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
8. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 ( 0 ..)
o Tidak
1( )
o Ya
Total skor 0

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi
10. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
M. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. S No. RM : 423537

Umur : 57 tahun Ruang : Jantung -3A

Jenis kelamin :L Tgl masuk : 01-02-2022

Agama : Islam Tgl kasus : 02-02-2022

Pekerjaan/penghasilan : TANI Alamat : Pujokerto

Pendidikan : SMA Diagnosis Medis : Stemi Anterior

Aktivitas fisik : Sedang Suku/Bangsa : Jawa

N. Riwayat penyakit

Keluhan utama Sakit dada & perut

Riwayat penyakit Tidak ada


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Stemi anterior


sekarang/
diagnosis medis

Tn S meruapakan pasien berusia 60 tahun bekerja sebagai tani di daerah


pujokerto. Pada saat sakit pasien memiliki keluah sakit dada dan perut hingga
mengalami gangguan mengunyah. Hasil diagnosis dokter adalah Stemi Anterior
O. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Tidak ada


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan
Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 2-3x/hari
- Makan sayur 1x/hari
- Lauk hewani 1x/hari
- Lauk nabati 3x/hari
- Ngemil kue 1x/hari

Makanan yang Kopi


disukai

Suplementasi gizi Tidak ada

Cara pengolahan Dibening


makanan

Gangguan fungsi Mual : tidak


gastrointestinal Muntah : tidak
Nyeri ulu hati : tidak
Anoreksia : tidak
Diare : tidak
Konstipasi : tidak
Perubahan pengecapan/penciuman : tidak
Gangguan mengunyah : iya
Gangguan menelan : tidak
Lain-lain: tidak
Perubahan berat Tidak
badan

Lain-lain

Untuk kebiasaan makan pasien dirumah adalah mengkonsumsi makanan


biasa secara teratur tiap hari dengan lauk hewani, sayur dan nabati, pasien
menyukai kopi.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

M. Antropometri

Lingkar lengan atas (LLA) : 39 %LLA : 134 %


cm (obesitas)

Ulna : 27 cm Estimasi TB : 164 cm

Estimasi BB : 86,06 kg

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Status gizi kurang berdasrkan perhitungan % LLA = 134%(obesitas)

Pengukuran antropometri pasien dilakukan dengan estimasi berat badan dan


tinggi badan dikarenakan pasien menggunakan kateter dan tidak memungkinkan
berdiri. Estimasi berat badan menggunakan lila dan tinggi badan menggunakan
ulna sehingga didapatkan status gizi pasien berdasarkan perhitungan %LLA yaitu
134% (obesitas) .

N. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Eritrosit 6,01 3,08-5,05 103/µL H

GDS 160,0 <140 mg/dl H


Ureum 17,2 19-44 mg/dl L

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Eritrosit tinggi berkaitan pada keluhan pasien yaitu peningkatan jumlah sel
darah merah melebihi batas normal, GDS tinggi disebabkan oleh penumpukan
lemak akibat kolesterol dan ureum rendah menandakan adanya overhidrasi
(cairan terlalu banyak atau minum terlalu banyak.

O. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Biasa saja

Vital sign :
17. TD 181/121 mmHg
18. Respirasi 24 x/menit
19. Nadi 76 x/menit
20. Suhu
36 º C

Kepala/abdomen/ Tidak ada


ekstrimitas dll

Kesimpulan satus gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik :


Tekanan darah tinggi, nadi rendah , respirasi tinggi dan suhu normal. Suhu
badan normal adalah 36,1 – 37,2 ºC. Tensi darah tinggi dapat disebabkan
karena pasien sakit pada dada dan perut, respirasi tinggi disebabkan karena
aktivitas napas yang lebih lambat dan lebih dangkal dan nadi lambat
disebabkan oleh Kerusakan jaringan jantung akibat penyakit jantung atau
serangan jantung.

Dietary history
9. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien memiliki kebiasaan makan dirumah yaitu nasi 3x sehari dan
menyukai cemilan sehari 1x
10. Hasil recall 24 jam diet
Tanggal : 02 februari 2022
Diet RS : MBDJ

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g) Serat (g) Na (mg)
(kkal)

Asupan oral 997,2 28,8 20,9 172,1 2,35 57,99

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 1728 64,8 38,4 280,8 30 1300

%Asupan 57% 44% 54% 61% 7% 44%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <90 –
110% karena pasien ada kesulitan mengunyah

L. Medical history
9. Pemeriksaan penunjang :

Tidak ada

10. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

OMZ digunakan dalam


penanganan penyakit
seperti Gastroesopageal
reflux disease (GERD),
tukak lambung dan
sindrom Zollinger ellison.

CPG digunakan untuk


mengencerkan darah dan
mencegah pembekuan
darah sehingga
menurunkan risiko
serangan jantung dan
stroke.

Aspiet obat pereda nyeri yang


efektif untuk penderita
infark miokard atau
serangan jantung, angina
pektoris, dan nyeri
lainnya. 

Astrocotatin berfungsi untuk


menurunkan kadar
kolesterol jahat (LDL dan
trigliserida), dan
meningkatkan kolesterol
baik (HDL) dalam tubuh.

Nitrocup digunakan sebagai terapi


jangka panjang pada
penderita angina pektoris
(nyeri dada).
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Asupan oral inadekuat berkaitan dengan sulit mengunyah ditandai oleh asupan
energi inadekuat 57%, protein 44%, lemak 54%, dan KH 61%

Penurunan kebutuhan zat gizi natrium berkaitan dengan tekanan darah tinggi
ditandai dengan tekanan darah 181/121 mmHg.

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

E. Asuhan Gizi

13. Tujuan diet :

12. Mengurangi beban kerja jantung


13. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan yang ideal agar tidak
memberatkan kerja jantung
14. Memenuhi kebutuhan gizi pasien energi protein lemak dan karbohidrat.
15. Meningkatkan konsumsi serat larut air(kacang kacangan , buah ,dan sayur.)
16. Menstabilkan tekanan darah

14. Syarat/prinsip diet

11. Energi diberikan secara bertahap yaitu 30- 35 kkal/kg BB ideal pada pria.
12. Protein cukup yaitu 15-25% dari seluruh total kalori yang diberikan secra
bertahap.
13. Lemak diberikan sedang (20 – 25%) dari kebutuhan total.
14. Karbohidrat diberikan 50-60% dari total kalori . semakin tinggi asupan
karbohidrat akan mempeberat keluhan sesak nafas pada pasien.
15. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan.
16. Pembatasan NA disarankan yang mengandung garam tidka lebih 1500
mg/hari.
17. Serat tinggi yaitu 30 gr per hari
Prinsip diet
1. Pemberian karbohidrat berlebihan dapat memperberat keluhan sesak
napas pada pasien.
2. Pembatasan asupan garam(natrium) jika disertai edema , disarankan
mengandung garam tidak lebih 1500 mg/perhari.
3. Pemberian cairan disesuaikan dengan keseimbangan cairan yang masuk
dan keluar.

Bahan makanan yang dianjurkan


 Karbohidrat
Beras , Bubur , Roti, Kentang, Biskuit, Tepung beras, Tepung terigu, Gula
pasir, Gula merah, Madu, Sirup.

 Protein Hewani:
Ikan laut, Ikan tawar, Daging sapi dan Daging ayam yang lemak rendah, Telur.

 Protein Nabati:
Kacang hijau, Kacang tanah, Kacang kedelai, Tahu, Tempe.

 Sayuran:
Sayuran yang tidak mengandung gas : Bayam, Kangkung, Kacang panjang,
Wortel, Tomat,Labu siam,Tauge.

 Buah:
Semua buah buahan segar Pisang, Pepaya, Jeruk, Apel, Melon, Semangka dan
Sawo.

 Lemak :
Minyak jagung dan Minyak kedelai.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan


 Karbohidrat
Makanan yang mengandung gas seperti Ubi, Singkong , Tape singkong ,
Ketan

 Protein hewani:
Daging sapi dan Daging ayam yang berlemak ,Gajih, Sosis, Hati, Babat,
Kepiting, Kerang, Keju

 Protein Nabati:
Kacang mete, Kacang bogor

 Sayuran:
Semua sayuran mengandung gas : Kol, Kembang kol, Lobak, Sawi, Nangka
muda

 Buah:
Buah yang mengandung gas: Durian , Nangka

Lemak:

Minyak kelapa sawit dan santan kental.

 Cara Pengolahan Makanan yang dianjurkan: Direbus, Dikukus,


Dipanggang.
 Cara pengolahan makanan yang dihindari : Digoreng

15. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

- TB dari Ulna
99,252 + (2,645 x 27)
99,252 + 95,477 = 164 cm
- BB dari Lila
39/29 x 64 = 86,06 kg
- % lila
39/29 x 100% = 134 (obesitas)
- BBI
90% (164-100_ x 1 kg
=57,6 kg
- Energi
30 kkal/ kg x BBI/hari
30 x57,6 = 1728 kkal
- Kebutuhan zat makro
 P = 15% x 1728/ 4 = 64,8 gr
 L = 20% x 1728/ 9 = 38,4 gr
 KH = 65% x 1728/ 4 = 280,8 gr
 Serat = 30 g
 Natrium = 1300 mg

16. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diet jantung III Makanan lunak Peroral

17. Rekomendasi diet 100%

Menu Bahan Makanan 150 E P L KH Serat Na


Nasi nasi 120 216 3,6 0,36 47,76 0,24 1,2
tahu bumbu kuning tahu 40 32 4,36 1,88 0,32 0,04 0,8
daging semur daging 35 66,5 6,685 4,2 0 0 41,3
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 0 0,0557
bening kacang pj kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53 0,27 3
Total 321,15 15,16 6,515 49,06 0,55 46,3557
Nasi nasi 150 270 4,5 0,45 59,7 0,3 1,5
telur semur telur 55 84,7 6,82 5,94 0,385 0 78,1
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 0 0,0557
nugget tempe tempe 40 60 5,6 3,08 3,64 0,56 2,8
sup jagung manis wortel 10 3,6 0,1 0,06 0,79 0,1 7
kentang 5 3,1 0,105 0,01 0,675 0,025 0,35
buncis 5 1,7 0,12 0,015 0,36 0,095 0,4
jagung manis 10 36,6 0,98 0,73 6,91 0,1 0
Salak salak 70 60,9 0,56 0,28 14,07 0 0
Total 524,15 19,07 10,63 86,98 1,18 90,2057
Nasi nasi 150 270 4,5 0,45 59,7 0,3 1,5
kembung acar kuning ikan kembung 50 62,5 10,65 1,7 1,1 0 107
minyak jagung 10 88,1 0,02 9,97 0 0 1
tahu bacem tahu 40 32 4,36 1,88 0,32 0,04 0,8
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 0 0,0557
sayur asem kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53 0,27 3
labu siam 10 3 0,06 0,01 0,67 0,62 0,3
labu kuning 15 7,65 0,255 0,075 1,5 0,405 42
toge besar 5 1,85 0,22 0,025 0,19 0,085 0,1
155,755
Total 471,75 20,58 14,185 64,46 1,72 7
292,317
Jumlah Total 1317,05 54,81 31,33 200,5 3,45 1
Kebutuhan 1.853 69,48 41,17 301,11 30 1300
101,0766 98,8860 105,5869 22,4859
presentase (%) 3 1 99,0991 6 11,5 3

* rencana menu ini diberikan 100% namun akan diberikan secara bertahap
dimulai dari 70% jika sudah tercapai lalu diberikan 100% sesuai dengan
kebutuhan pasien.

18. monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri Lila Lila %lila<85%

Biokimia Eritrosit, GDS Hasil data NORMAL


dan ureum laboratorium

Klinis/fisik TD, RR, Nadi dan Hasil data NORMAL


suhu fisik/klinis

Dietary E Recall 24 jam Asupan 0ral 90 –


110%
P

KH
Serat

natrium

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring antropometri dilakukan untuk memantau berat badan pasien agar
status gizi tetap normal. Monev biokimia dilakukan untuk mengetahui
perkembangan penyembuhan pasien serta monev suhu untuk mengetahui keadaan
suhu pasien. Monev dietary dilakukan untuk memonitoring perkembangan asupan
pasien.

19. Konsultasi
Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

Gizi lebih Memotivasi Gizi seimbang


pasien untuk
mengatur pola
makan

Meningkatkan
asupan makan
Asupan oral Diet jantung, cara Porsi kecil tapi
pasien
inadekuat pemberian makan sering
dan tekstur

Konsultasi ini ditujukan kepada pasien agar pasien memahami tentang diet
yang dijalani sehingga dapat memotivasi diri pasien agar dapat menghabiskan
makanan yang diberikan sesuai anjuran serta menjelaskan tujuan syarat dan
prinsip diet. Dan agar pasien juga meningkatkan pengetahuan tentang diet jantung
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ali MR, Hossain MS, Islam MA, Arman MSI, Raju GS, Dasgupta P, Noshin TF (2014).
Aspect of thrombolytic therapy: A review.
Ramrakha P, Hill J (2006) . Coronary arteri disease. Dalam Oxford Handbook of
Cardiology. Edisi ke 2.
Sukhum P (2011). Pharmaco-invasive therapy for stemi; the most suitable stemi
reperfusion therapy for transferred patients in Thailand.
Wagyu EA, Rampengan SH, Pangemanan J (2013). Gambaran pasien infark miokard
dengan elevasi st (STEMI) yang dirawat di BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado periode januari sampai desember 2010.

BAB I
DASAR TEORI
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolisme secara heterogen
yang bercirikan hiperglikemia kronis dan gangguan metabolism karbohidrat,
lemak dan protein akibat kecacatan sekresi insulin, aktivitas insulin atau
keduanya (Barnett, 2019).
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
ditandai dengan kadar gula dalam darah melebihi normal akibat gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang kaitannya dengan lemahnya
proses sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan yaitu polidipsia, poliuria,
polifagia, kesemutan dan penurunan berat badan (Fatimah, 2015).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi DM ada 4 yaitu DM Tipe I, DM Tipe II, DM Gestasional, dan
DM Tipe Lain (American Diabetes Association, 2017) diantaranya yaitu:
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus Tipe 1 dapat terjadi sejak usia anak-anak maupun
dewasa, hal ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas akibat reaksi
autoimun. Pada DM tipe 1 hormon insulin tidak dapat diproduksi sehingga
penderita harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari sepanjang
hidupnya atau juga dikenal dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Dalam kondisi ini terjadi ketergantungan pada suntikan insulin
untuk mengatur metabolism gula dalam darah (Irianto, 2014).
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
DM Tipe 2 merupakan salah satu jenis diabetes yang paling sering
terjadi dan menyumbang 90% dari semua kasus diabetes di dunia (Dinas
Kesehatan DIY, 2019). Pada DM Tipe 2 ini, pancreas masih memproduksi
insulin, namun insulin yang dihasilkan tidak sanggup memberikan efek
atau reaksi terhadap sel tubuh untuk mengurangi glukosa darah atau
resisten insulin (Wahyuningsih, 2013).
c. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)
Diabetes Mellitus Gestasional ditandai dengan terjadinya intoleransi
glukosa dalam darah yang muncul selama masa kehamilan, biasanya pada
usia kehamilan 24 minggu dan setelah persalinan kadar glukosa darah
berangsur normal kembali . Anak dan Ibu GDM berpotensi lebih besar
mengalami diabetes pada usia dewasa muda (Wahyuningsih, 2013).
d. Diabetes Mellitus Tipe lain
Diabetes Mellitus tipe lain dapat disebabkan oleh penyakit pancreas,
dampak obat-obatan, bahan kimia, infeksi virus, kelainan genetik spesifik
dan gangguan endokrin lainnya (Irianto, 2014).

3. Gejala dan tanda


Gejala dan tanda pada DM secara umum yaitu diantaranya (Hasdianah,
2018):
a. Gejala Awal, meliputi serba banyak (Poli), yaitu :
1) Polifagia (banyak makan)
2) Polidipsia (banyak minum)
3) Poliuria (banyak berkemih)

b. Bila kondisi tersebut tidak segera diobati, akan muncul gejala :


1) Banyak berkemih
2) Banyak minum
3) Berkurangnya nafsu makan atau terjadi penurunan berat bahan dengan
cepat ( turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
4) Mudah lelah tanpa diketahui penyebabnya
5) Bila tidak segera diobati, akan timbul gejala mual, bahkan penderita
akan mengalami kota atau disebut koma diabetik.

c. Pada kondisi kronik Diabetes Mellitus


1) Kesemutan
2) Rasa panas pada kulit atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3) Kram
4) Mudah mengantuk
5) Penglihatan berkurang atau mata kabur, biasanya sering ganti-ganti
kacamata
6) Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
7) Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau berat badan lahir berlebih >4 kg.

4. Factor resiko Diabetes Melitus


a. Usia
Semakin bertambahnya usia secara tidak langsung tubuh akan mengalami
penurunan fungsi organ yang akan berpengaruh terhadap system tubuh
lainnya. Salah satunya adalah penurunan fungsi organ pancreas dalam
menghasilkan hormone insulin, sehingga meningkatkan resiko DM pada
usia lanjut (Depkes, 2008).
b. Genetik atau Riwayat Keluarga
Menurut salah satu hasil penelitian menyatakan bahwa seseorang dengan
riwayat genetik diabetes mellitus mempunyai resiko lebih besar 5,6 kali
untuk mengalami DM Tipe II dibandingkan dengan seseorang tanpa
riwayat genetic dari keluarga (Ana, 2016).
c. Berat badan berlebih khususnya Obesitas perut
Obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya DM. Hal itu disebabkan
karena ketika seseorang mengalami obesitas maka terjadi penyimpanan
lemak secara berlebihan sehingga menutup sensitifiats insulin terhadap
glukosa darah dan menyebabkan kandungan gula dalam darah tinggi
(hiperglikemia) (Astuti, 2019).
d. Faktor perilaku
Faktor perilaku atau kebiasaan seseorang seperti merokok, konsumsi
alcohol, aktivitas fisik rendah, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak
dan kalori tinggi. Beberapa faktor resiko penyebab DM tersebut dapat
dirubah untuk memperkecil resiko terkena DM di masa yang akan datang
(Depkes, 2008).
B. Ulkus Diabetik
Ulkus kaki diabetik adalah lesi non traumatis pada kulit (sebagian atau
seluruh lapisan) pada kaki penderita diabetes melitus (Mariam et al., 2017).
Ulkus kaki diabetik biasanya disebabkan oleh tekanan berulang (geser dan
tekanan) pada kaki dengan adanya komplikasi terkait diabetes dari neuropati
perifer atau penyakit arteri perifer, dan penyembuhannya sering dipersulit oleh
perkembangan infeksi (Jia et al., 2017). Ulkus diabetikum didefinisikan
sebagai ulkus di bawah pergelangan kaki karena berkurangnya sirkulasi kapiler
dan / atau arteri, neuropati, dan kelainan bentuk kaki (Robberstad et al., 2017).

Ulkus diabetikum dapat terjadi akibat proses penyembuhan luka yang


lambat sehingga meningkatkan kerentanan terhadap suatu infeksi, hal ini
disebabkan karena adanya gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada
tungkai (Rebolledo dkk, 2011). Proses penyembuhan luka memiliki beberapa
tahapan yaitu inflamasi, proliferasi, fibroblastik dan maturasi atau remodeling.
Penyembuhan luka melibatkan banyak faktor termasuk fungsi seluler dan
biokimia untuk mengembalikan integritas jaringan. (Weigelt dkk, 2009). Selain
itu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah status gizi, hal ini
dikarenakan penyembuhan luka memerlukan zat-zat metabolisme (Harmono
2002, hlm 3).

Protein merupakan salah satu zat metabolisme yang diperlukan dalam


penyembuhan luka. Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan untuk
perbaikan jaringan dan generalisasi (Sulastri, 2012). Albumin merupakan
protein utama dalam tubuh. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan
onkotik plasma dan mengangkut nutrisi dalam aliran darah. Sehingga
membantu dalam proses penyembuhan luka (Rehm, 2007). Kesembuhan luka
juga sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan
(Kartinah, 2009)
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Hasil
11. Skrining Gizi
Parameter Skor
9. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0..)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2( )
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
10. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0( 0 )
o Tidak
1 (…..)
o Ya

Total skor 0

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi

Dari hasil screening MST diatas bahwa pasien beresiko rendah


12. Identitas Pasien Dan Anamnesis
ANAMNESIS

P. Identitas pasien
Nama (initial) : Ny. Ty
No. RM : 066229

Umur : 47 tahun Ruang : Ruang Bedah

Jenis kelamin :P Tgl masuk : 05 Februari 2022

Agama : Islam Tgl kasus : 10 Februari 2022

Pekerjaan/penghasilan : Wiraswasta Alamat : Lampung timur

Diagnosis Medis : Ulkus DM pedis


Pendidikan : SMA (DM tipe II)

Aktivitas fisik : bed rest Suku/Bangsa : palembang

Ny. D merupakan IRT berusia 38 tahun memiliki riwayat penyakit DM tipe II.
Pasien di diagnosis ulkus DM pedis dan baru post operasi debridement.

Q. Riwayat penyakit

Keluhan utama demam dan pusing

Riwayat penyakit Fertigo dan darah tinggi


terdahulu

Riwayat penyakit Diabetes, darah tinggi


keluarga

Riwayat penyakit Ulkus DM pedis (DM tipe II)


sekarang/
diagnosis medis

Keluhan utama pasien yaitu demam dan pusing. Riwayat penyakit fertigo, darah
tinggi dan memang memiliki riwayat penyakit keluarga Diabetes,darah tinggi.
DM tipe II merupakan salah satu jenis diabetes yang paling sering terjadi dan
menyumbang 90% dari semua kasus diabetes di dunia (Dinas Kesehatan DIY,
2019). Pada DM Tipe 2 ini, pancreas masih memproduksi insulin, namun insulin
yang dihasilkan tidak sanggup memberikan efek atau reaksi terhadap sel tubuh
untuk mengurangi glukosa darah atau resisten insulin (Wahyuningsih, 2013).
Riwayat penyakit sekarang atau diagnosis medis pasien yaitu Ulkus DM pedis.
Ulkus diabetikum dapat terjadi akibat proses penyembuhan luka yang lambat
sehingga meningkatkan kerentanan terhadap suatu infeksi, hal ini disebabkan
karena adanya gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai
(Rebolledo dkk, 2011).

R. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Tidak ada


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan
Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Makan utama 3x sehari porsi sedikit (nasi 1/2


centong)
- Untuk makanan pokok biasanya nasi atau kentang
- Makan tempe dan tahu 1x sehari
- Makan lauk hewani 3x sehari suka makan ikan laut
- Jarang makan sayur
- Suka makan buah 1x sehari

Makanan yang Tidak ada


disukai

Suplementasi gizi Tidak ada

Cara pengolahan Direbus, digoreng


makanan

Gangguan fungsi Mual : √


gastrointestinal Muntah : √
Nyeri ulu hati : √
Anoreksia : x
Diare : x
Konstipasi : x
Perubahan pengecapan/penciuman : x
Gangguan mengunyah : x
Gangguan menelan : x
Lain-lain: x

Perubahan berat Tidak ada


badan

Lain-lain Tidak ada

Dari hasil diatas didapatkan bahwa pasien mual dan muntah, dan nyeri ulu hati
sehingga disimpulkan pasien mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
Kebiasaan makanan pasien yaitu Makan utama 3x sehari porsi sedikit (nasi 1/2
centong), makan tempe dan tahu 1x sehari, makan lauk hewani 3x sehari suka
makan ikan laut, jarang makan sayur, makan buah 1x sehari. Pasien sudah
menjalani diet DM dirumah dengan mengurangi makanan yang manis dan untuk
karbohidrat yang dikonsumsi nasi atau kentang tetapi pasien masih jarang
konsumsi sayur padahal Konsumsi serat yang baik bagi penderita diabetes melitus
adalah 20-35 gram/hari dengan anjuran konsumsi serat sebanyak 25 gram/hari
(Perkeni, 2018). Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari
penatalaksanaan diabetes melitus yang salah satunya dilakukan dengan pengaturan
diet, seperti mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks dengan indeks glikemik
rendah atau beban glikemik makanan rendah dan mengonsumsi makanan tinggi
serat (Perkeni, 2018).

Bagian 1 . Assesment Gizi

P. Antropometri
LILA :30 cm %LLA : 105% (Gizi Baik)

Estimasi BB : 60 kg
Ulna : 25 cm Estimasi TB : 157 cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Status gizi berdasarkan %LILA adalah (105%) gizi baik untuk range gizi baik
yaitu (85%-110%)

Berdasarkan hasil data antropomoteri didapatkan hasil BB estimasi dari panjang


LILA yaitu 60 kg dan TB estimasi dari panjang ulna yaitu 157 cm. Pengukuran
menggunakan LILA dan ulna dikarenakan pasien tidak mampu untuk berdiri. lalu
dari hasil LILA dihitung %LILA untuk mendapatkan status gizi yaitu 105% (gizi
baik) range untuk gizi baik yaitu 85%-110%.

Q. Biokimia
Pereriksaan
Kadar Rentang normal keterangan
urin/darah

Leukosit 22,57 10³µL 5 – 10 10³µL H

Hematokrit 31,1% 37-48% L

Hb 10,2 g/dl 12-16 g/dl L

MCV 75,8 fl 80-92 fl L

MCH 24,9 pg 27 – 31 pg L

MCHC 28,9 g/dl 32 – 36 g/dl L

RDW 10,8 12,4-14,4 L

MPV 6,12 fl 7,3-9 fl L

Albumin 3,06 g/dl 3,5 - 5,2 g/dl L

GDS 356,8 mg/dl < 140 mg/dl H

Ureum 49 mg/dl 15-40 mg/dl H

Kreatinin 1,63 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl H

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia : kadar leukosit


tinggi berikaitan dengan tubuh sedang sakit dan terkadang merupakan gejala
tubuh sedang stress. kadar MCV, MCH dan MCHC rendah berkaitan dengan
mikrositik hipokrom penyebab yaitu defisiensi fe. Kadar Hb rendah berkaitan
dengan mikrostok hipokrom karena disertai penurunan hb juga penyebabnya
yaitu defisiensi fe. RDW rendah mengindikasikan anemia defisiensi zat besi,
defisiensi asam folat, dan defisiensi vitamin B12. MPV rendah menandakan
indikasi penurunan jumlah trombosit. Albumin rendah akibat kehilangan
protein dalam urin. Ureum tinggi berkaitan dengan gangguang fungsi ginjal.
Ureum dan kreatinin rendah berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal.

R. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas, pucat

Vital sign :
21. TD 120/70
22. Respirasi 20
23. Nadi 60
24. Suhu 36

Kepala/abdomen/ Nyeri pada kaki habis operasi


ekstrimitas dll

Kesimpulan satus gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik

Dari hasil data klinis/fisik diatas bahwa tekanan darah pasien 120/70 mmHg
menunjukkan bahwa tensi darah normal, Pasien juga mengalami nyeri pada kaki
karena pasien post operasi debridement. Debridement adalah suatu cara untuk
menghilangkan jaringan mati sekaligus membersihkan kotoran ataupun benda
asing yang berpotensi mengganggu proses penyembuhan luka (Hashmi et al.,
2016).

M. Dietary history
11. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien makan 3x sehari tetapi porsi sedikit, bahan pokok nasi/kentang,
nasi ½ centong, jarang makan sayur

12. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal : 10 februari 2022
Diet RS : diet DASH

Implementasi Energy Protein Lemak (g) Kh (g) Serat Na


(kkal) (g)

Asupan oral 403,9 12,6 8,6 86,2 0,6 1

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 2100 78,75 58,3 315 25 2300

%Asupan 19% 16% 14% 27% 2,4% 0,04%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <80%

N. Medical history
11. Pemeriksaan penunjang :
Radiologi, EKG

12. Terapi medis :


Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

Tutofushin Memberikan elektrolit


lengkap untuk
memenuhi keadaan
dehidrasi hipotonis
(kehilangan cairan
intraseluler)
Anbacim Anbacim mengandung
cefuroxime yang
digunakan untuk
mengobati berbagai
infeksi bakteri. 
Omeprazole Mengatasi penyakit yang Jangka panjang dapat
disebabkan oleh asam menyebabkan defisit Vit.
lambung B12 dan Fe

Furosemide digunakan Jangka panjang dapat


sebagai obat hipertensi menyebabkan gangguan
(tekanan darah tinggi), fungsi ginjal
serta pencegah serangan
jantung, stroke, dan
gagal
ginjal. Furosemide juga
dapat digunakan untuk
mengurangi gejala-
gejala seperti sesak
napas dan bengkak pada
kaki, lengan, dan perut.

Ondansentron Mencegah serta Dapat menimbulkan


mengobati mual dan peningkatan kadar enzim
muntah yang disebabkan hati

Ketorolac Digunakan untuk Obat ini menghambat


meredakan nyeri dan produksi prostaglandin,
peradangan. Obat ini suatu zat yang memicu
sering digunakan setelah rasa nyeri, peradangan,
operasi atau prosedur dan demam.
medis yang bisa
menyebabkan nyeri.
Amlodipinie untuk menurunkan Sakit perut dan mual
tekanan darah tinggi,
membantu mencegah
stroke, serangan jantung,
dan masalah ginjal.

Laxadine Obat ini berfungsi untuk Ruam, gatal pada kulit,


menangani diare, mual dan muntah
masalah sembelit.
Bagian 2. Diagnosis gizi

- Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan fungsi gastrointestinal


ditandai dengan hasil recall energy : 19%, protein : 16%, lemak : 14%, KH :
27%

- Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan gangguan metabolik fungsi
endokrin ditandai dengan GDS : 356,8 mg/dl

Bagian 3. Intervensi gizi

F. Rencana Asuhan Gizi


20. Tujuan diet :

17. Menurunkan kadar glukosa darah mendekati normal dengan


menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
18. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal
19. Membatasi asupan natrium

21. Syarat/prinsip diet


18. Energy diberikan 25 kkal/kg BBI (1703,8 kkal)
19. Protein diberikan cukup 15% dari total kebutuhan (63,8 g)
20. Lemak diberikan cukup 25% dari total kebutuhan (47,3 g)
21. Karbohidrat diberikan sisa dari total kebutuhan (255,5 g)
22. Serat diberikan tinggi (25 g)
23. Membatasi konsumsi makanan sumber karbohidrat sederhana (gula, madu,
sirup, selai jeli, kue manid, susu kental manis, es krim, dll)
24. Membatasi asupan natrium <2300 mg

22. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi


Perhitungan status gizi menggunakan LILA
BB = 60 kg
TB = 157 cm
23,5
1. %LILA = = 105% (gizi baik)
30,3
Perhitungan kebutuhan gizi (luka bakar)

- Kalori Basal = 25 x BBI


= 25 x 60 = 1500 kkal
- Aktivitas = 20% x 1500
= 300
- Stress Metabolic = 20% x 1500
= 300
Energi total = 1500 + 300 + 300 = 2100 kkal

15 % x 2100
- Protein = = 78,75 g
4
25 % x 2100
- Lemak = = 58,3 g
9

60 % x 2100
- Kh = = 315 g
4

23. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian


Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diet DM dan Rendah


Makanan lunak Oral
Garam

24. Rekomendasi menu 100%

Menu BM Berat E P L KH Serat Na


Bubur Nasi 50 90 1,5 0,15 19,9 0,1 0,5
ayam suwir Ayam 40 119,2 7,28 10 0 0 43,6
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 0 55,7
Minyak 3 26,52 0 3 0 0 0
schotel tahu Tahu 50 40 5,45 2,35 0,4 0,05 1
Capcay Buncis 20 6,8 0,48 0,06 1,44 0,38 1,6
Wortel 30 10,8 0,3 0,18 2,37 0,3 21
Labusiam 20 7,2 0,2 0,1 1,6 1,24 0,6
Jeruk Jeruk 110 49,5 0,99 0,22 12,32 1,54 4,4
353,57 16,485 16,145 38,46 3,61 128,4
Apel 85 49,3 0,255 0,34 12,665 2,21 1,7
buah potong Melon 100 108 1 0,8 24,3 1,9 27
157,3 1,255 1,14 36,965 4,11 28,7
Bubur Nasi 50 90 1,5 0,15 19,9 0,1 0,35
Rolade ayam Ayam 40 119,2 7,28 10 0 0 43,6
Telur 10 13,4 1,24 1,08 0,07 0 14,2
minyak 3 26,52 0 3 0 0 0
Tempe bacem tempe 30 100,8 6 8,4 2,34 1,02 6
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 0 55,7
Santan 5 6,1 0,1 0,5 0,38 0,07 0,45
sup Buncis 30 10,2 0,72 0,09 2,16 0,57 2,4
Wortel 60 21,6 0,6 0,36 4,74 0,6 42
Janten 60 21 1,32 0,06 4,44 1,14 3
bening labusiam
wortel Wortel 70 25,2 0,7 0,42 5,53 0,7 49
labusiam 45 16,2 0,5 0,3 3,6 2,79 1,35
Pisang Pisang 100 108 1 0,8 24,3 1,9 7,41
561,77 21,195 25,195 67,865 8,89 225,46
semangka 50 14 0,25 0,1 3,45 0,2 3,5
buah potong pir 100 57 0,36 0,14 15,23 3,1 1
57 0,36 0,14 15,23 3,1 1
Bubur Nasi 50 90 1,5 0,15 19,9 0,1 0,5
daging
sup daging sapi sapi 40 69,6 7,84 4 0 0 33,2
tumis tempe Tempe 30 100,8 6 8,4 2,34 1,02 6
minyak 5 6,1 0,1 0,5 0,38 0,07 0,45
bening labusiam
wortel Wortel 70 25,2 0,7 0,42 5,53 0,7 49
labusiam 45 16,2 0,5 0,3 3,6 2,79 1,35
Pisang Pisang 100 108 1 0,8 24,3 1,9 7,41
415,9 17,59 14,54 56,005 6,58 97,91
JUMLAH 2098,54 72,68 57,16 308,4 26,29 481,47
KEBUTUHAN 2100 78,75 58,3 315 25 2300
PRESENTASE 99,93 92,292 98,044 97,904 105,16 20,9335

25. Rencana monitoring dan evaluasi


Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri - - -

Biokimia - - -

Klinis/fisik TD , Nadi, Sesuai data medis Normal


Respirasi, Suhu

Dietary E, P, L, Kh, Na Recall 90-110 %

26. Rencana konsultasi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling ket

- Membatasi - Memotivasi pasien - Diet DM, Rendah


makanan yang untuk mau menjalani garam
mengandung diet DM dengan patuh - Bahan makanan
karbohidrat dan sesuai anjuran yang dianjurkan dan
sederhana - Menjelaskan fungsi yang tidak
- Tekanan darah serat bagi penderita dianjurkan untuk
tinggi DM penderita DM dan
- Jarang makan - Menganjurkan untuk rendah garam
sayur membatasi asupan
natrium karena
tekanan darah tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Hashmi, F., Nester, C. J., Wright, C. R. F., & Lam, S. (2016). The evaluation of
three treatments for plantar callus: A three-armed randomised, comparative
trial using biophysical outcome measures. Trials, 17(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s13063-016-1377-2.
Ana, M. (2016). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada
Masyarakat Urban Kota Semarang. 70.

Astuti, A. (2019). Usia, Obesitas dan Aktifitas Fisik Beresiko Terhadap


Prediabetes. Jurnal Endurance, 4(2), 319.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3757

Barnett, R. (2019). Type 2 diabetes. 394, 9. https://doi.org/10.1016/S0140-


6736(19)31728-3.

Damayanti, S. (2017). Efektivitas (Self-Efficacy Enhancement Intervention


Propgram (SEEIP) Terhadap Efikasi Diri Manajemen Diabetes Mellitus
Tipe 2. 49.

Depkes. (2008). Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus dan Penyakit


Metabolik (pp. 9, 10).

Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. 4, 93.

Hasdianah. (2018). Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak
Anak dengan Solusi Herbal (p. 6). Nuha Medika.

Indonesia, A. D., & Indonesia, P. A. G. (2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

International Diabates Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas (pp. 18, 46).

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Tidak Menular


(p.198). Alfabeta.

PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabates Mellitus


Tipe 2 Di Indonesia. 14–15.

Primadiyanti, A., Anindya, N., Arvita, A. D., Inayati, R., & Handayani, D. (2020).
Perbedaan Tingkat Asupan Energi serta Glukosa Darah Sebelum dan
Sesudah Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 (pp. 135–142).
Wahyuni, D., Baturaja, P., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., &
Sriwijaya, U. (2016). HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA
DARAH DENGAN DERAJAT ULKUS KAKI DIABETIK Abstrak
PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang mempunyai angka prevalensi setiap tahunnya meningkat
seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi . 1. Keperawatan Sriwijaya,
3(2355), 44–50.
BAB I

DASAR TEORI

Batu ginjal adalah penyakit yang lebih sering pada pria daripada wanita
dengan prevalensi bergantung pada etnis dan wilayah geografis. Ras kaukasia
lebih rentan mengalami batu ginjal daripada ras Afrika dan Asia (Scales, dkk,
[2012] dalam Mahan L. Kathleen, 2017) fvghjl. Salah satu faktor risiko batu
ginjal adalah riwayat keluarga, risiko ini makin meningkat jika disertai obesitas,
diabetes dan sindrom metabolik yang pada akhirnya meningkatkan risiko batu
ginjal. Selain itu, kondisi medis tertentu (hiperkalsiuria, hiperurikosuria, dan
hipooksalouria).
Hiperkalsiuria merupakan faktor genetik yang menjadi 50% penyebab
terbentuknya batu ginjal. Penyebab batu ginjal yang lain adalah asam urat,
kelebihan asupan vitamin D, infeksi saluran kemih, dan adanya penyumbatan
saluran kemih. Dari semua faktor risiko di atas, rendahnya volume urine adalah
faktor utama pembentukan batu ginjal (Karen Lacey dan Marcia N. Nelms, 2011).
Pembentukan batu ginjal merupakan proses yang kompleks, melibatkan
tingkat kejenuhan urine, jumlah dan jenis bahan-bahan terlarut dalam urine,
proses nucleation, pertumbuhan kristal, retensi kristal dan pembentukan batu yang
melibatkan faktor-faktor pemicu, penghambat dan kompleksator dalam urine.
Batu ginjal terjadi jika konsentrasi dari garam terlarut melebihi ambang kelarutan
urine sehingga mencapai titik jenuh. Tingkat kejenuhan tergantung pada kelarutan
zat pelarut yang dipengaruhi oleh jumlah substansi terlarut, volume urine dan pH.
Perubahan dari salah satu kondisi tersebut akan memicu terbentuknya batu ginjal.
Pada suatu kondisi tertentu meskipun kejenuhan telah tercapai, tetapi tidak terjadi
batu, fenomena ini disebabkan adanya zat-zat yang mencegah terjadinya batu
ginjal yaitu sitrat, osteopontin dan Tamm-Horsfall Protein (Orfeas Liangos dan
Bertrand L. Jaber dalam Nutrition in Kidney Disease, 2008).
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

G. Hasil

13. Skrining Gizi


Parameter Skor
11. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0 ( 0. )
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2( )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
12. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 ( 0..)
o Tidak
1( )
o Ya
Total skor 0

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi

Berdasarkan hasil skrining maka didapatkan total scrore resiko rendah


14. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
S. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. K No. RM : 423947

Umur : 63 tahun Ruang : Bedah umum

Jenis kelamin :L Tgl masuk : 07-02-2022

Agama : Islam Tgl kasus : 10-02-2022

Pekerjaan/penghasilan : Pejaga Toko Alamat : Sukadana

Diagnosis Medis : Batu ginjal dan


Pendidikan : SMA
HT (post operasi)

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : Jawa

T. Riwayat penyakit

Keluhan utama Nyeri pinggang kanan, mual, muntah, lemas

Riwayat penyakit Tidak ada


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Batu ginjal dan HT


sekarang/
diagnosis medis

Pasien bernama Srn berusia75 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri ketika buang air kecil. Diagnosis dokter adalah batu ginjal dan HT. Pasien
masuk ke ruang bedah umum dan telah dilakukan tindakan operasi open
nefrolitotomi pada tanggal 31 Januari 2022.
Nefrolitotomi adalah metode yang digunakan untuk mengeluarkan batu
pada ginjal melalui pembedahan mayor yang meliputi insisi ke dalam ginjal
dengan membuat luka tusukan kecil dipanggul.

U. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Tidak ada


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan

Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 3x/hari
- Nabati 3x/hari
- Sayur 3x/hari
- ngemil 2x/hari
Makanan yang Semua suka
disukai

Suplementasi gizi Tidak ada

Cara pengolahan Goreng, tumis


makanan

Gangguan fungsi Mual : ya


gastrointestinal Muntah : ya
Nyeri ulu hati : ya
Anoreksia : tidak
Diare : tidak
Konstipasi : tidak
Perubahan pengecapan/penciuman : tidak
Gangguan mengunyah : tidak
Gangguan menelan : tidak
Lain-lain: tidak
Perubahan berat Tidak ada
badan

Lain-lain Tidak ada

Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan tetapi pasien memiliki


kebiasaan makan tidak mengkonsumsi buah dan lauk hewani. Pasien mengalami
mual dan muntah apabila mencium aroma makanan dan muntah ketika makan.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

S. Antropometri

Lingkar lengan atas (LLA) : 34 %LLA : 117 %


(overweight)

Estimasi BB : 83 kg

Ulna : 28 cm Estimasi TB : 171 cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Satus gizi berdasarkan %LLA adalah overweight

Pengukuran antropometri dilakukan denga mengukur panjang ulna dan lingkat


lengan atas (LILA). Panjang ulna digunakan untuk mengestimasi tinggi bada
pasien yaitu 171 cm. Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui status gizi
pasien. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan %LILA yaitu 117% yang
berdasarkan WHO-NCHS merupakan overweight. Berdasarkan LILA maka di
dapatkan BB estimasi yaitu 83 kg. alasan pasien menggunakan estimasi adalah
pasien tidak bisa berdiri akibat mengalami nyeri pada bagian perut.

T. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Leukosit 12,11. 103/µL 5 – 10 103/µL H

Hemoglobin 11,7 g/dL 12 – 16 g/dL L


MCV 85,2 fL 80 – 92 Fl N

MCH 26 pg 27 – 31 pg L

MCHC 29,1 g/dL 32 – 36 g/dL L

RDW 19,2 % 12,4 – 14,4% N

Trombosit 330 150 – 450. 103/µL N

Ureum 26,9 15 – 40 mg/dL N

Kreatinin 1,06 0,6 – 1,1 mg/dL N

Kesipulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Leukosit tinngi, Hb rendah, MCH dan MCHC rendah

Lekosit tinggi terjadi karena tubuh sedang sakit. MCHC rendah artinya
kadar hemoglobin dalam setiap darah merahlebih rendah dari normal. MCV
rendah menandakan jumlah hemoglobin dalam sel darah merah rendah.
Hemoglobin rendah atau anemia disebabkan oleh tidak memiliki cukup sel darah
merah dalam tubuh.

Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas, perut terasa nyeri

Vital sign :
25. TD 140/72 mmHg
26. Respirasi
27. Nadi 20 x/menit
28. Suhu
91 x/menit

37,2◦ C

Kepala/abdomen/ Abdomen: nyeri pada perut


ekstrimitas dll

Kesimpulan satus gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik


Tekanan darah pasien tinggi

Batu ginjal yang tidak diatasi dapat menyebabkan kelainan fungsi ginjal,
kelain fungsi ginjal ini dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Hipertensi tidak
menyebabkan batu ginjal, namun hipertensi dapat menyebabkan kelainan ginjal.
Jadi kelainan fungsi ginjal dan hipertensi saling mempengaruhi.

O. Dietary history
13. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Paisen jarang mengkonsumsi lauk hewani dan juga buah. Pasien post
operasi mengalami mual dan muntah

14. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal : 10 februari 2022
Diet RS : ML
Implementasi Energy Protein Lemak Kh (g) Na Cairan
(kkal) (g) (g) (mg) (ml)

Asupan oral 0 0 0 0 0 600

Asupan
enternal

Parenteral 4,5 500

Kebutuhan 2218 83.17 61,61 332,7 1200 1550

%Asupan 0% 0% 0% 0% 0,375% 71%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral pasien post operasi inadekuat

Asupan oral pasien inadekuat karena pasien post operasi mengalami mual dan
muntah. Dokter telah merekomendasikan untuk memberikan makanan lunak
namun pasien belum mampu untuk menghabiskan makanannya sebab pasien
merasa mual apabila mencium aroma makanan dan muntah saat makan.
Berdasarkan hal tersebut keluarga pasien hanya memberikan air mineral kepada
pasien
P. Medical history
13. Pemeriksaan penunjang :

Radiologi: ronsen thorax, ronsen BNO, EKG

14. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

Inf. anbacim 19/12 jam Mengobati infeksi


saluran nafas atas dan
bawah, saluran kemih
dan kelamin, kulit dan
jaringan lunak

Inf sodium chloride Pengobatan dehidrasi


0,9% 20 tts/mnt isotonic ekstraseluler,
deplesi natrium, dan
sebagai pelarut sediaan
injeksi

Ranitidine 19/12 jam Menurunkan produksi


asam lambung

Ketorolac 3x1 Obat antiinflamasi non


steroid yang digunakan
untuk mengobati rasa
sakit

Kalnex 5000mg/8jam Menghentikan proses


perdarahan pada
berbagai jenis kondisi

Amlodipine 1x1 mg Penghambat saluran


kalsium yang digunakan
untuk mengobatai
tekanan darah tinggi dan
penyakit arteri coroner
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Asupan oral inadekuat berkaitan dengan gangguan fungsi gastrointestinal yang


ditandai dengan hasil recall energi, protein, lemak, dan karbohidrat: 0%

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

G. Rencana Asuhan Gizi

27. Tujuan diet :

1. Memberikan makanan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pasien


mencegah dan mengurangi kerusakan organ tubuh serta memoercepat
penyembuhan
28. Menurunkan tekanan darah

29. Syarat/prinsip diet

25. Energi sesuai kebutuhan


26. Protein 15% dari kebutuhan energi total
27. Lemak yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total
28. KH 60 – 75% . dari kebutuhan energi total
29. Makanan tidak merangsang saluran cerna
30. Asupan natrium dibatasi <2300 g/dL untuk membantu menurunkan tekanan
darah
31. Bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang diawetkan
dengan natrium, jam, marmalade, margarin, mentega, mayonnaise, lada,
mustard, acar, vetsin, kecap, saus, bumbu instan
30. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

Rumus Mifflin:

a. Energi
RMR = 10 (BB) + 6,25 (TB) – 5 (U) -161
= 10 (83) + 6,25 (171) – 5 (63) – 161 = 1422 kkal
TEE = RMR × Fa × Fs
= 1422 × 1,3 × 1,2 = 2218 kkal
15 % ×2218
b. Protein = =83,17 g
4
25 % ×2218
c. Lemak = =61,61 g
9
60 % ×2218
d. KH = =332,7 g
4

31. Rekomendasi Diet

Menu Bahan Makanan Berat E P L KH Na Fe


MC Biasa Susu Entrasol 35 1.421.875 65.625 21.875 2.296.875 0 2.7
Susu Frisian flag 20 136 4.8 4.8 18.4 53.125 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0

MC Biasa Susu Entrasol 20 81.25 3.75 1.25 13.125 0 2.7


Susu Frisian flag 15 102 3.6 3.6 13.8 3.984.375 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0

MC Biasa Susu Entrasol 35 1.421.875 65.625 21.875 2.296.875 0 2.7


Susu Frisian flag 20 136 4.8 4.8 18.4 53.125 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0

MC Biasa Susu Entrasol 20 81.25 3.75 1.25 13.125 0 2.7


Susu Frisian flag 15 102 3.6 3.6 13.8 3.984.375 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0

MC Biasa Susu Entrasol 35 1.421.875 65.625 21.875 2.296.875 0 2.7


Susu Frisian flag 20 136 4.8 4.8 18.4 53.125 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0
MC Biasa Susu Entrasol 20 81.25 3.75 1.25 13.125 0 2.7
Susu Frisian flag 10 68 2.4 2.4 9.2 265.625 0
gula 5 19.7 0 0 4.7 0 0

Susu
Blendra Blendra-MF 60 273 11.1 9 37.68 213.6 2.82

JUMLAH 2.199.513 790.375 583.125 3.261.613 479.225 19.02


KEBUTUHAN 2218 83.17 61.61 332.7 1200 8
PRESENTASE 99 95 94 98 40 238

32. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Gizi Seimbang Cair Peroral

33. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri - - -

Biokimia Leukosit Hasil data Normal


laboratorium
Hemoglobin

MCH

MCHC

Klinis/fisik TD Hasil data Normal


klinis/fisik
Nadi

Respirasi

Suhu

Dietary E
P
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
L
Kh

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring asupan dilakukan untuk memntau perkembangan asupan pasien yang
berkaitan dengan asupan oral inadekuat berdasarkan recall

34. Rencana Konsultasi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

k. Mual muntah Memberikan - Gizi seimbang


asupan sesuai
kemampuan
pasien

Memahami
l. Asupan kebutuhan
inadekuat gizinya

Rencana konsultasi ini ditujukan kepada keluarga pasien dan pasien agar
mengetahui dan memahami tentang diet yang dijalani agar dapat mematuhi diet
dan keluarga dapat memberikan dukungan serta motivasi kepada pasien sehingga
diharapkan dapat memeuhi asupan pasien sesuai anjuran serta menjelaskan tujua,
syarat dan prinsip diet.
DAFTAR PUSTAKA

Mahan, L. Kathleen, Raymond, Janice L. 2017. Krause ‘s : Food & The Nutrition
Care Process, 14th edition. Elsevier Inc. St Louis, Missouri.Lee, Robert D.
Energy Balance and Body Weight. In: Marcia Nelms, Kathryn P. Sucher,
Karen Lacey, Sara Long Roth. Nutrition Therapy and Pathophysiology. 2nd
ed. Wadsworth - Cengage Learning; 2010.p. 245-248.
Lee, Robert D. Energy Balance and Body Weight. In: Marcia Nelms, Kathryn P.
Sucher, Karen Lacey, Sara Long Roth. Nutrition Therapy and Pathophysiology.
2nd ed. Wadsworth – C
BAB I

DASAR TEORI

Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam tubuh


yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan di sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh. (Kemenkes RI, 2015).
Tumor Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan
oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen berupa massa abnormal di
sel-sel yang berpoliferasi yang bersifatautonom (tidak terkontrol), progresif
(tumbuh tidak beraturan), tidak berguna. Seiring dengan pertumbuhan dan
perkembang biakannya, sel tumor dapat membentuk suatu massa dari jaringan
yang ganas dan kemudian dapat menjadi dan dapat bermetastasis keseluruh tubuh
sehingga dapat menyebabkan kematian. Tumor intra abdomen antara lain tumor
hepar, tumor limpa, tumor lambung atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal
(hipernefroma), tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi tumor ginjal
(Oswari, 2009). Tumor/kanker adalah suatu penyakit yang bersifat tidak menular,
atau NCD (Non communicable diseases) yang menjadi penyebab kematian
terbesar manusia diseluruh dunia apabila tidak segara dilakukan tindakan. Sampai
saat ini, tumor merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
Indonesia (Oktavionita, 2017).

Tumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang mengkonsumsi buah-
buahan serta sayuran. Gejala pada penyakit Tumor abdomen sangat sulit untuk
dideteksi karena sangat sedikit gejala yang terjadi. Gejala tumor abdomen dapat
dideteksi cenderung pada saat mencapai stadium lanjut seperti nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, cepat kenyang, mules atau gangguan
pencernaan, mual, muntah darah, pembengkakan pada perut karena penumpukan
cairan, dan anemia (Oktavionita, 2017).
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

H. Hasil

15. Skrining Gizi


Parameter Skor
13. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0( )
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2 (…. )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 ( 3..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
14. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0 (…..)
o Tidak
1( 1 )
o Ya
Total skor 4

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi

Berdasarkan hasil skrining maka didapatkan total scrore adalah satu dengan
kategori risiko sedang malnutrisi sehingga pasien akan dilakukan skrining lanjut.
16. Identitas Pasien Dan Anamnesis

ANAMNESIS
V. Identitas pasien
Nama (initial) : Tn. L No. RM : 424061

Umur : 50 tahun Ruang : Bedah Umum

Jenis kelamin :L Tgl masuk : 10-01-2022

Agama : Islam Tgl kasus : 11-02-2022

Alamat : Lampung
Pekerjaan/penghasilan : Wiraswasta
Tengah

Diagnosis Medis : Tu.Intra


Pendidikan : SMA
Abdomen

Aktivitas fisik : Sedang Suku/Bangsa : Jawa

W. Riwayat penyakit

Keluhan utama Nyeri perut, pusing dan lemas

Riwayat penyakit Tidak ada


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Tu. Intra Abdomen


sekarang/
diagnosis medis

Pasien bernama Tn. L berusia 50 tahun di diagnosa medis yaitu Tu. Intra
abdomen pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perutdan ada tumor
diperut kurang lebih 10 bulan. Pasien ke rumah sakit dan dilakukan oprasi untuk
membersihkan tumor intra abdomen. Oprasi dilakukan pada tanggal 10 Februari
2022.
X. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Mie, sayur yang bersantan


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan

Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Nasi 1x/hari
- Nabati 2x/hari
- Hewani 2x/hari
- Sayur 1-2x/minggu
Makanan yang Roti
disukai

Suplementasi gizi Tidak ada

Cara pengolahan Goreng, rebus, tumis


makanan

Gangguan fungsi Mual : tidak


gastrointestinal Muntah : tidak
Nyeri ulu hati : iya
Anoreksia : tidak
Diare : tidak
Konstipasi : tidak
Perubahan pengecapan/penciuman : tidak
Gangguan mengunyah : tidak
Gangguan menelan : tidak
Lain-lain: tidak

Perubahan berat Dalam 6 bulan terakhir ini pasien mengalami penurunan


badan berat badan sebanyak 15kg dari 67 kg menjadi 52 kg
Lain-lain Tidak ada

Pasien tidak bisa mengkonsumsi mie dan sayur yang bersantan, untuk
kebiasaan makan pasien dalam sehari 1x makan dan untuk selingan pasien jarang,
makanan yang disukai pasien yaitu roti lalu untuk cara pengolahan makanan psien
biasa digunakan tumis dan goreng. Pasien memiliki keluhan mula, muntah seta
nyeri pada ulu hati.

BAGIAN 1 . ASSESMENT GIZI

U. Antropometri

Berat badan (BB) : BB ideal :

Tinggi Badan (TB) : IMT :

Tingi lutut : TB tinggi lutut :

Rentang lengan : TB rentang lengan :

Lingkar lengan atas (LLA) : 23 %LLA : 79% (Gizi kurang)

Estimasi BB : 52,3 kg

Lingkar pinggang : Rasio lingkar pinggang/pangul:

Lingkar pinggul :

Ulna : 26 cm Estimasi TB : 166 cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Satus gizi berdasarkan %LLA adalah gizi kurang

Pengukuran antropometri dilakukan denga mengukur panjang ulna dan lingkat


lengan atas (LILA). Panjang ulna digunakan untuk mengestimasi tinggi badan
pasien yaitu 166 cm. Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui status gizi
pasien. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan %LILA yaitu 79% yang
berdasarkan WHO-NCHS merupakan gizi kurang. Berdasarkan LILA maka di
dapatkan BB estimasi yaitu 52,3 kg. alasan pasien menggunakan estimasi adalah
pasien tidak bisa berdiri akibat mengalami pusing serta lemas.

V. Biokimia

Pereriksaan urin/darah Kadar Rentang normal Keterangan

Leukosit 18.82 5-10 H

Eritrosit 3.35 4.37-5.63 L

Hemoglobin 5.6 14-18 LL

MCV 63.5 80-92 L

MCH 17.2 27-31 L

MCHC 25.8 32-36 L

Trombosit 543 150-450 H

RDW 18.3 12,4-14,4 H

Kreatinin 0.81 0,9-1,3 L

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Lekosit tinggi disebabkan oleh peradangan, infeksi, alergi, hingga kanker darah.


Eritrosit rendah disebabkan oleh operasi, hemaglobin rendah dikarenakan beragam
faktor, seperti perdarahan, supresi aktifitas sumsum tulang belakang yang dipicu oleh
kemoterapi, kekurangan nutrisi, bahkan juga hemolysis. MCV disebabkan oleh
kehilangan darah kronis Anemia Defisiensi Besi dan Thalassemia. MCH rendah yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi, MCHC rendah kekurangan zat besi akibat
ketidakmampuan tubuh menyerap zat besi, trombosit disebabkan oleh sistem
kekebalan tubuh keliru menyerang dan menghancurkan trombosit, sehingga
jumlahnya berkurang. RDW tinggi disebabkan oleh variasi volume/ ukuran sel darah
merah yang lebih besar, kreatinin rendah disebabkan oleh penyusutan massa otot.
Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum Lemas

Vital sign :
29. TD 105/78 mmHg
30. Respirasi
31. Nadi 20 x/menit
32. Suhu
100 x/menit

36,5◦ C

Kepala/abdomen/
ekstrimitas dll

Kesimpulan satus gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik


Tensi darah normal, respirasi normal, nadi normal dan suhu normal

Q. Dietary history
15. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Pasien menghindari makanan mie dan sayur yang bersantan, untuk
makanan yang disukai pasien yaitu roti, cara pengolahan makanan yang
digunakan pasien yaitu tumis dan goreng, pasien memilihi keluhan yaitu
mual, muntah dan nyeri ulu hati sehingga pasien mengalami penurunan
berat badan sebanyak 15 kg

16. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal : 11 Februari 2022
Diet RS : TKTP

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 997,2 28,8 20,9 172,1

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 2092 104,6 58,11 287,65


%Asupan 47% 27% 35% 59%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan oral inadekuat ditandai dengan recall 24 jam pasien <90 – 110%

Asupan oral pasien inadekuat karena mengalami mual dan muntah. Pasien
kurang suka protein nabati yaitu tahu tempe sehingga hasil recall protein pasien
terrendah.
R. Medical history
15. Pemeriksaan penunjang :

Lab EKG

16. Terapi medis :

Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

RL 500 cc Penambahan cairan dan


elektrolit tubuh untuk
mengembalikan
keseimbangannya

OMZ digunakan dalam


penanganan penyakit
seperti Gastroesopageal
reflux disease (GERD),
tukak lambung dan
sindrom Zollinger ellison.

Ondan obat yang digunakan


untuk mencegah rasa mual
dan muntah yang
disebabkan oleh
kemoterapi dan
radioterapi.
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Inadekuat oral intake berkaitan dengan adanya mual dan muntah ditandai
dengan asupan energi inadekuat 47%, proein 27%, lemak 35% dan KH 59%

Peningkatan kebutuhan gizi energi berkaitan dengan metabolisme meningkat


ditandai dengan luka post operasi

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

H. Rencana Asuhan Gizi

35. Tujuan diet :

20. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakkan jaringan tubuh
21. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal

36. Syarat/prinsip diet

32. Energi tinggi yaitu 40 – 45 kkal/kgBB


33. Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 g/kg BB
34. Lemak yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total
35. KH cukup, yaitu sisa dari total energi.
36. Bahan makanan tidak dianjurkan adalah makanan yang dimasak dengan
banyak minyak atau kelapa/santan kental serta bumbu yang tajam seperti
cabai, merica, cuka dan MSG.

37. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

- Est ulna TB
97,252 + (2,645 x 26)

97,252 + (68,770)

=166 cm

- Est Lila BB
23/29 x (166-100)
23/29 x 66

=52,3 kg

- %LILA
23/29 x 100%

=79% (gizi kurang)

- Keb. Energi
 Energi
40 kkal x BB/Hari

40 x 52,3

=2092 kkal

 Protein
2 x 52,3 = 104,6 gr

 Lemak
25% x 2092 / 9 = 58,11 gr

 Karbohidrat
55% x 2092 / 4 = 287,65 gr

38. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian

Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

MB TKTP Makanan Biasa Peroral

39. Rencana monitoring dan evaluasi

Cara
Pemeriksaan Yang diukur Target
pengukuran

Antropometri - - -

Biokimia Eritrosit, Hasil data Normal


hemoglobin, laboratorium
hematokrit,
MCV, MCH,
RDW dan MPV

Klinis/fisik TD, RR, Nadi dan Hasil data Normal


Suhu laboratorium

Dietary E
P
Recall 24 jam Asupan 90 – 110%
L
Kh

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan pasien.


Monitoring asupan dilakukan untuk memntau perkembangan asupan pasien yang
berkaitan dengan status gizi pasien yang kurang.

40. Rencana knsultasi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

m. Gizi kurang Untuk - Diet TKTP


meningkatkan BB - Gizi seimbang

n. Kebiasaan Memperbaiki
makan kebiasaan makan

Rencana konsultasi ini ditujukan kepada keluarga pasien dan pasien agar
mengetahui dan memahami tentang diet yang dijalani agar dapat mematuhi diet
dan keluarga dapat memberikan dukungan serta motivasi kepada pasien sehingga
diharapkan dapat memeuhi asupan pasien sesuai anjuran serta menjelaskan tujua,
syarat dan prinsip diet.
MENU HARI KE-1

Menu Bahan Makanan Berat E P L KH


nasi nasi 200 360 6 0,6 79,6
tahu bumbu kuning tahu 40 32 4,36 1,88 0,32
daging semur daging 40 96 7,64 4,8 0
kecap 10 7,1 0,57 0,13 0,9
minyak jagung 10 88,1 0,02 9,97 0
bening kacang pj kacang panjang 80 64,8 1,84 0,08 4,24
total 648 20,43 17,46 85,06
nasi nasi 200 360 6 0,6 79,6
telur semur telur 55 84,7 6,82 5,94 0,385
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
nugget tempe tempe 40 60 5,6 3,08 3,64
minyak jagung 10 88,1 0,02 9,97 0
sup jagung manis wortel 30 10,8 0,3 0,18 2,37
kentang 30 18,6 0,63 0,06 4,05
buncis 20 6,8 0,48 0,06 1,44
jagung manis 15 83,4 1,47 1,095 10,365
minyak jagung 10 88,1 0,02 9,97 0
salak salak 70 60,9 0,56 0,28 14,07
total 864,95 22,185 31,3 116,37
nasi nasi 200 360 6 0,6 79,6
kembung acar kuning ikan kembung 80 100 17,04 2,72 1,76
minyak jagung 10 88,1 0,02 9,97 0
tahu bacem tahu 40 32 4,36 1,88 0,32
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
sayur asem kacang panjang 20 6,2 0,46 0,02 1,06
labu siam 30 9 0,18 0,03 2,01
labu kuning 30 15,3 0,51 0,15 3
toge besar 10 3,7 0,44 0,05 0,38
total 617,85 29,295 15,485 88,58
Jumlah Total 2130,8 71,91 64,245 290,01
Kebutuhan 2.092 104,6 58,11 287,65
110,557
presentase (%) 101,8547 98,74761 6 100,8204
DAFTAR PUSTAKA

Oswari, E. (2009). Bedah Dan Perawatannnya. Jakarta: Pt Gramedia.


BAB I
DASAR TEORI

A. Definisi Peyakit
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan yang diakibatnya oleh factor-
faktor tertentu pada atau sebelum kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000
gram atau umur kurang dari 28 minggu (Manuamba, 2010).
Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens,
abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion dan
abortus habitualis. Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih adanya sisa
yang tertinggal dalam uterus (Nugroho, 2010). Menurut data World Health
Organisation (WHO) tahun 2009 dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta
kejadian abortus di dunia, presentase kemungkinan terjadinya abortus cukup
tinggi, sekitar 15-40% (abortus incomplete 15-25%, abortus imminens 8-16,2%,
abortuscomplete 4-113,5%.
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin,
2014). Abortus inkompletus adalah perdarahan kehamilan muda dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar cavum uteri melalui kanalis servikalis
(Maryunani, 2012).
Abortus inkomplit merupakan salah satu perdarahan pada kehamilan muda
yang merupakan salah satu penyebab kematian Neonatal dan Maternal di
Indonesia. Risiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas, usia ibu. Abortus meningkat sebesar 12% pada
wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih
dari 40 tahun. (Cunningham, 2012).
Manuaba (2012) tanda gejala abortus inkomplit antara lain ditandai dengan
keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memeberikan
gejala klinis sebagai berikut:
1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu badan tinggi
4. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma

Menurut Maryunani (2012) manifestasi klinis abortus inkomplit yaitu


1. Perdarahan bisa sedikit atau banyak
2. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
3. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
4. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar
5. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.
Patofisiologi abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, didikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabakan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila kehamilan kurang dari 8 minggu,
nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudh menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdaraha dai pada plasenta. Perdarahan tidak banyak
jika plasenta lengkap (Rukiyan, 2010).
Abortus inkompletus terjadi ketika plasenta tidak ke luar bersama janin
pada saat terjadi aborsi. Plasenta (sebagian atau semuanya) yang tertinggal pada
akhirnya akan menyebabkan perdarahan yang dapat bertambah parah atau
infeksi, terutama jika aborsi terjadi selama trisemester kedua. Pendarahan yang
disebabkan oleh abortus inkompletus lebih banyak dibandingan dengan abortus
lainnya (Kusmiyati, 2010). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
abortus inkompletus diantaranya kelainan pada janin yang disebabkan kelainan
kromosom, kelainan pada ibu (kelainan pada sistem hormon, sistem kekebalan
tubuh, infeksi menahun dan penyakit berat yang diderita ibu), kelainan pada
rahim (kelainan yang paling sering terjadi adalah adanya mioma) (Indiarti,
2012).
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil
17. Skrining Gizi
Parameter Skor
15. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncakanan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak 0( 0 )
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2 (…. )
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 kg 1 (…..)
6 – 10 kg 2 (…..)
11 – 15 kg 3 (…..)
>15 kg 4 (…..)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
16. Apakah asupan makanan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan/kesulitan menerima makanan?
0( 0 )
o Tidak
1 (…..)
o Ya

Total skor 0

Skor 0 = Resiko Rendah


Skor 1 = Resiko Sedang
Skor ≥ 2 = Pasien beresiko malnutrisi, konsul ke Ahli Gizi

Dari hasil screening MST diatas menunjukkan bahwa pasien beresiko rendah
malnutrisi karena pasien tidak mengalami penurunan berat badan dan tidak
mengalami penurunan nafsu makan.
18. Identitas Pasien Dan Anamnesis
ANAMNESIS

Y. Identitas pasien
Nama (initial) : saida assifa
No. RM : 423689

Umur : 23 tahun Ruang : Ruang Bersalin

Jenis kelamin :P Tgl masuk : 03 februari 2022

Tgl kasus : 04 februari


Agama : Islam
2022

Pekerjaan/penghasilan : Wiraswasta Alamat : pekalongan

Diagnosis Medis : Abortus


Pendidikan : SMA
Incomplete

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : jawa

Ibu Ina merupakan ibu yang bekerja yang berusia 23 tahun mengalami
lemas dan keluar darah pada kelamin. Ibu Ina masuk rumah sakit pada tanggal
03 februari 2022.

Z. Riwayat penyakit

Keluhan utama Pusing

Riwayat penyakit Tidak ada


terdahulu

Riwayat penyakit Tidak ada


keluarga

Riwayat penyakit Abortus Incomplete


sekarang/
diagnosis medis
Keluhan utama pasien yaitu pusing. Hasil diagnosis medis yaitu abortus
incomplete. Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri (Saifuddin, 2014).

AA. Riwayat gizi

Alergi/ pantangan Timun


makanan terhadap
bahan makanan
tertentu

Diet yang pernah Sebutkan jenis dan frekuensinya


dijalankan
Tidak ada

Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensinya

- Makan utama 3x sehari


- Sering nyemil
Makanan yang Ice cream, coklat dan pisang
disukai

Suplementasi gizi Tablet vit C

Cara pengolahan Ditumis & goreng


makanan

Gangguan fungsi Mual : √


gastrointestinal Muntah : x
Nyeri ulu hati : √
Anoreksia : x
Diare : x
Konstipasi : x
Perubahan pengecapan/penciuman : x
Gangguan mengunyah : x
Gangguan menelan : x
Lain-lain: x

Perubahan berat Tidak ada


badan
Lain-lain Tidak ada

Dari hasil data diatas bahwa keluhan utama mual, pusing sehingga dapat
disimpulkan pasien mengalami gangguang fungsi gastrointestinal. Kebiasaan
makan pasien adalah makan utama 3x sehari, untuk ngemil sering. Suka ice
cream, coklat dan pisang. Dari kebiasaan makan pasien diatas dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dan kurang dapat
memonitoring diri. Dalam pedoman gizi seimbang isi piringku bahwa dalam
sekali makan harus terdapat makanan sumber karbohidrat, sumber protein hewani
(lauk pauk), sumber protein nabati (tempe dan tahu), sayuran dan buah.

Bagian 1 . Assesment Gizi

W. Antropometri
Berat badan (BB) : 40,55 BB ideal : 48,6 kg
kg

Tinggi Badan Estimas (TB) : 154 IMT : 17,09 (kurus)


cm

Tingi lutut :- TB tinggi lutut :-

Rentang lengan :- TB rentang lengan :-

Lingkar lengan atas (LLA) : %LLA :%

Lingkar pinggang :- Rasio lingkar pinggang/pangul: -

Lingkar pinggul :-

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri :


Status gizi berdasarkan IMT yaitu 17,09 (kurus)

Pengukuran antropometri yang dilakukan yaitu berat badan


menggunakan timbangan berat badan karena pasien mau untuk mengukur berat
badan dengan timbangan dan tinggi badan menggunakan perhitungan dari
microtoise untuk tinggi badan dilakukan dengan microtoise. Berdasarkan hasil
data perhitungan IMT bahwa status gizi pasien Kurus yaitu 17,09..
X. Biokimia
Pereriksaan
Kadar Rentang normal keterangan
urin/darah

Hemoglobin 8,7 12-16 L

Hematokrit 30,5 37-48 L

MCV 61,5 80-92 L

MCH 17,3 27-31 L

MCHC 28,1 32-36 L

Trombosit 479 150-450 H

RDW 17,2 12,4-14,4 H

MPV 9,20 7,3-9 H

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia : Kadar Hb rendah


kemungikanan anemia disebabkan defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin
B12. Kadar hematocrit rendah MCV rendah menunjukkan adanya anemia
defisiensi besi.kadar MCH dan MCHC rendah berkaitan dengan kahilangan
darah kronis.

Y. Klinis/fisik

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan

Kesan umum -

Vital sign :
33. TD 111/76
34. Respirasi 20
35. Nadi 99
36. Suhu 36,1

Kepala/abdomen/ Tidak ada


ekstrimitas dll

Dari data klinik/fisik diatas dapat disimpulkan pada kesen umum melihat pasien
keadaannya tidak terlalu pucat untuk hasil pemerikasaan tensi, RR, Nadi dan
suhu semua normal.

S. Dietary history
17. Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi
Memiliki pantangan yaitu timun karena bisa menimbulkan pusing,
kebiasaan makan 3x sehari, nyemil sering dan mengkonsumsi tablet vit
C, untuk makanan yang disukai yaitu ice cream, coklat dan pisang.

18. Hasil recall 24 jam diet


Tanggal :
Diet RS : MC nutrican

Implementasi Energy Protein (g) Lemak (g) Kh (g)


(kkal)

Asupan oral 828,9 28,9 26,5 119,2

Asupan
enternal

Parenteral

Kebutuhan 2003 125,18 55,63 250,37

%Asupan 41% 23% 47% 47%

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam :


Asupan makana pasien yaitu energy : 41%, protein : 23%, lemak : 47%, dan
karbohidrat : 47% berdasarkan hasil recall bahwa asupan oral inadekuat.

Dari hasil recall diatas dapat disimpulkan bahwa asupan oral inadekuat karena
persentase energy, protein, lemak, karbohidrat dibawah range normal (90-110%)
pasien mengalami perubahan fungsi gastrointestinal karena adanya mual muntah
dan kebiasaan makan pasien yang hanya 3x dalam sehari dan pasien sering
nyemil.

T. Medical history
17. Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada

18. Terapi medis :


Jenis tindakan/ obat Fungsi Interaksi zat gizi

NACL Untuk mengembalikan


keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi

Ketoprofen Untuk meredakan rasa


sakit, bengkak dan kaku
akibat cidera rasang
sendi dan nyeri haid.

Injeksi kalnex Untuk menghentikan


pendarahan

Bagian 2. Diagnosis gizi

Diagnosis gizi merupakan hubungan antara masalah (problem), penyebab


(etiologi), serta tanda dan gejala (sign and symtoms). Diagnosis gizi terdiri atas
tiga domain yaitu domain asupan (intake), domain klinik (clinic), dan domain
perilaku (behavior). Adapun diagnosa gizi pasien sebagai berikut:

Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kebiasaan makan yang tidak teratur
dan perubahan fungsi gastrointertinal ditandai dengan status gizi kurus 17,09
dan hasil recall

Dari hasil recall pasien 1x24 jam pada tanggal 25 januari 2022 hari yaitu energy :
41%, protein : 23%, lemak : 47%, Karbohidrat : 47%. Dari hasil recall diatas
dapat disimpulkan bahwa asupan oral inadekuat karena dibawah batas normal (90-
110%). Pasien juga mengalami perubahan fungsi gastrointestinal karena adanya
mual

Bagian 3. Intervensi gizi

I. Rencana Asuhan Gizi


41. Tujuan diet :

22. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
23. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal secara
bertahap

42. Syarat/prinsip diet

37. Diet diberikan secara bertahap sesuai kondisi


38. Makanan tidak merangsang salurang cerna
39. Makanan diberikan yang mudah dicerna
40. Bahan makanan yang dianjurkan : nasi, roti, tepung-tepungan, daging sapi,
ayam, ikan, telur, susu, semua jenis kacang-kacangan, semua jenis sayuran
jenis B, semua buah, minyak teh, minuman rendah energy
41. Bahan makanan yang tidak dianjurkan makanan yang dimasak dengan
banyak minyak, makanan bersantan, makanan bumbu tajam

43. Perhitungan kebutuhan energy dan zat gizi

 IMT

40,55/1,54 = 17,09 (kurus)

 BBI

90% (154-100) x 1 kg
90%(54) x 1 kg

=48,6 kg

 RMR

10(40,55) + 6,25 (154) – 5(23) – 161

405,5 + 962,5 – 115 – 161

=1.092 kkal

 TEE

1.092 x 1,3 x 1,2

1.703 kkal + 300 kkal

=2003 kkal

 Kebutuhan zat makro

Protein : 25% x 2003/4 = 125,18 gr

Lemak : 25% x 2003/9 = 55,63 gr

Karbohidrat : 50% x 2003/4 = 250,37 gr

44. Jenis diet, bentuk makanan dan cara pemberian


Jenis diet Bentuk makanan Cara pemberian

Diet TKTP Makanan lunak Oral

Karena pasien dengan status gizi kurang dan pasien mengalami gangguan fungsi
gastrointestinal dan pola makan yang tidak teratur sehingga diet yang diberikan
yaitu TKTP dengan bentuk makanan lunak dengan tujuan dapat menambah berat
badan secara bertahap dan mencapai status gizi normal.

45. Rencana monitoring dan evaluasi


Pemeriksaan Yang diukur Cara Target
pengukuran

Antropometri BB = 48,55 kg Menggunakan Normal


alat ukur
TB = 154 cm

BBI = 48,6 kg

IMT = 17,09
(Kurus)

Biokimia Hb, hematokrit, Sesuai data medis Normal


MCV, MCH,
MCHC,
Trombosit, RDW
dan MPV
Klinis/fisik TD Sesuai data medis Normal
Nadi
Respirasi
Suhu

Dietary E Recall E = 2003kkal


P P = 125,18 g
L L = 55,63 g
Kh Kh = 250,37 g

46. Rencana konsultasi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling keterangan

- Status gizi - Mencapai status gizi - materi konseling


kurang normal secara tentang makanan tinggi
bertahap kalori dan tinggi
protein
- materi tentang
kebiasaan makan yang
baik dan benar
- materi tentang bahan
makanan yang
dianjurkan dan tidak
dianjurkan

Menu
Menu Bahan Makanan berat E P L KH
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
tahu bumbu kuning tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
daging semur daging 30 57 5,73 3,6 0
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
bening kacang pj kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53
total 267,65 12,515 5,385 41,02
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
telur semur telur 40 61,6 4,96 4,32 0,28
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
nugget tempe tempe 20 30 2,8 1,54 1,82
sup jagung manis wortel 10 3,6 0,1 0,06 0,79
kentang 5 3,1 0,105 0,01 0,675
buncis 5 1,7 0,12 0,015 0,36
jagung manis 10 36,6 0,98 0,73 6,91
salak salak 70 60,9 0,56 0,28 14,07
total 381,05 12,91 7,32 65,155
nasi nasi 100 180 3 0,3 39,8
kembung acar kuning ikan kembung 40 50 8,52 1,36 0,88
minyak jagung 5 44,05 0,01 4,985 0
tahu bacem tahu 30 24 3,27 1,41 0,24
kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
sayur asem kacang panjang 10 3,1 0,23 0,01 0,53
labu siam 10 3 0,06 0,01 0,67
labu kuning 15 7,65 0,255 0,075 1,5
toge besar 5 1,85 0,22 0,025 0,19
total 317,2 15,85 8,24 44,26
Jumlah Total 965,9 41,275 20,945 150,435
Kebutuhan 1.853 69,48 41,17 301,11
presentase (%) 52,12628 59,40558 50,87442 49,96015

* Menu ini diberikan secara bertahap yaitu dimulai dari 50% dari total
kebutuhan kalori. Jika ada perbaikkan atau peningkatan asupan maka akan
ditingkatkan menjadi 80% sampai memenuhi kebutuhan 100%
Daftar pustaka

Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil.

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua.

Anda mungkin juga menyukai