Anda di halaman 1dari 44

REVISI

TUGAS MATA KULIAH DIETETIK II


TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN PENYAKIT INFEKSI HIV DEWASA

Dosen Pengampu:
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
A. Fahmy Arif Tsani, S, Gz, M.Sc, Dietetian
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD

Disusun oleh:
Zahwa Helda Tantriyani
22030118110043
Kelas Ganjil

PROGRAM STUDI S-1 GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
I. LATAR BELAKANG
Tn.D berusia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan
5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna
kuning kental. Tn D tampak kurus dan tinggi. Berat badan actual Tn D 49 kg dengan
panjang ulna ± 29 cm. Diagnosis Medis Tn.D : B20, TB Paru, anemia. Ketika
diwawancarai Tn D tampak lemas namun dapat berkomunikasi menggunakan bahasa
indonesia dengan baik dan mengaku tinggal seorang diri. Dulu ia pernah menikah dan
bekerja di Jakarta sebagai penjual nasi warteg, kemudian bercerai dengan istrinya.
Sekarang ia bekerja sebagai petani bawang. Tn.D bekerja dari pagi hingga siang hari
dan diselingi waktu istirahat ± 30 menit setiap 1 x 2 jam dengan pendapatan tidak
menentu,± 50.000 – 100.000/hari. Tn.D mengaku bekerja sudah tidak seberat dan
semaksimal sebelum sakit. Sejak 6 bulan yang lalu ia hanya melakukan pekerjaan
ringan saat bertani. Tn D dulunya ialah seorang perokok berat dan berhenti 6 bulan
yang lalu sejak sakit. Pendidikan terakhir Tn D adalah SD.
Diketahui data biokimia : Hb 3,7 g/dl , Leukosit 4,5 x10 3/uL ,Ht 11 %, Eritrosit
0,99 x 106/uL, RDW 23,7 %, MCV 112,1 U, MCH 37,4 kg, Netrofil 80,5%, Limfosit
15,5 %, Monosit 4%, Eosinofil 0%, Basofil 0%, LED 1 jam >140 mm/jam, LED 2 jam
> 140 mm/jam, SGOT 19,3 u/L, SGPT 14,2 u/L, Ureum 45,3 mg/dL, Kreatinin 1,10
mg/dL , GDS 147 mg/dl . Pemeriksaan fisik: Tekanan Darah 120/70 mmHg, RR
28x/mnt, Nadi 110 , Suhu Tubuh 380C. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole,
salbutamol, paracetamol, Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol,
Injeksi Ca Gluconas, Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV.
Riwayat makan Tn D diketahui jarang mengkonsumsi ikan dan daging,lebih sering
mengkonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli di warung. Sayur yang biasa
dibeli yaitu sayur bayam,kangkung dan labu siam. Selain itu, Tn D jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Tn D memiliki kebiasaan makan dalam sebulan terakhir
yakni makan 2-3 kali perhari berupa nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali makan, telur 1
butir 1-2 kali perhari (4x/minggu), tahu goreng/tahu bacem 1 potong 2-3 x perhari ( 4-
5x/minggu), tempe goreng 1 potong 2-3 x perhari (4-5x/minggu), sop sayur bening
bayam, wortel atau labu siam 1 mangkuk 3-4 x/minggu, buah pepaya 1-2 x perminggu,
pisang 1 buah 5-6x/minggu,buah jeruk 1 x per minggu. Tn D terbiasa mengonsumsi 1
gelas teh manis pada waktu pagi dan sore hari atau saat makan dengan gula 1 sdm. Ia
sesekali juga mengkonsumsi kopi pada saat makan. Sebelum masuk rumah sakit Tn D
mengkonsumsi air putih ±1,5 liter perhari ( air mineral botol 1,5 L), biasanya juga
minum teh pagi dan sore atau saat makan serta minum kopi sesekali saat makan. Selama
di RS Tn D mengaku belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang penyakit dan
diet yang harus dijalankan. Makanan yang dikonsumsi. Tn. D tidak memiliki alergi
makanan.
III. SKRINING
A. Pemilihan Metode Skrining
Pada kasus Tn. D, metode skrining yang digunakan adalah MST (Malnutrition
Screening Tool) sebagai metode yang cepat dan mudah untuk mengidentifikasi
pasien yang kemungkinan berisiko malnutrisi.
B. Pengisian Kuisioner
Tabel 1. Skrining Risiko Malnutrisi dengan MST
NO. PARAMETER SKOR
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
o Tidak (0)
o Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) (2)
o Ya, ada penurunan BB sebanyak :
2
1 – 5 kg (1)
6 – 10 kg (2)
11 – 15 kg (3)
> 15 kg (4)
Tidak tahu berapa kg penurunannya
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu
makan/kesulitan menerima makanan? 0
o Tidak (0)
o Ya (1)
TOTAL SKOR
Skor 0 = Risiko rendah
2
Skor 1 = Risiko sedang
Skor ≥ 2 = Pasien berisiko malnutrisi, konsul ke ahli gizi
Skrining Lanjutan
1 Skor IMT
o IMT > 20 (0)
2
o IMT 18,5-20 (1)
o IMT <18,5 (2)
2 Skor kehilangan BB yang tidak direncanakan 3-6 bulan terakhir
o BB hilang <5%
0
o BB hilang 5-10% (1)
o BB hilang >10% (2)
3 Skor efek penyakit akut
o Ada asupan nutrisi >5 hari (0) 0
o Tidak ada asupan nutrisi >5 hari (2)
TOTAL SKOR
0 = Berisiko rendah, ulangi skrining setiap 7 hari
1 = Risiko menengah, monitoring asupan selama 3 hari, jika tidak ada peningkatan,
lanjutkan pengkajian dan ulangi selama 7 hari 2
≥2 = Berisiko tinggi, perlu dukungan gizi. Upayakan peningkatan asupan gizi dan
memberikan makanan sesuai dengan daya terima. Monitoring asupan makanan
setiap hari, ulangi skrining setiap 7 hari.
Kesimpulan:
Berdasarkan kuesioner di atas, pasien terbukti berisiko malnutrisi dengan total skor
2. Pada skrining lanjutan, pasien terbukti berisiko tinggi malnutrisi dan
membutuhkan dukungan gizi dengan mengupayakan peningkatan asupan gizi dan
memberikan makanan sesuai dengan daya terima. Tn. D diharuskan segera
dilakukan perencanaan asuhan gizi oleh ahli gizi, sehingga layak untuk dilakukan
PAGT.
IV. ASESMEN
A. Pengkajian Antropometri (AD)
Tabel 2. Pengkajian Antropometri Tn. D
Domain Data Identifikasi Masalah Interpretasi Data
AD-1.1.1 Tinggi Badan 174 cm

AD-1.1.2 Berat Badan 49 kg .

AD-1.1.5 Indeks Massa 16,18 kg/m2 Termasuk kategori


Tubuh Underweight menurut
Asia Pasifik dan WHO.

Kesimpulan:
Dari pengkajian antropometri, Tn. D memiliki IMT 16,18 kg/m2 dimana IMT
tersebut tergolong underweight menurut Asia Pasifik dan WHO.
B. Pengkajian Data Biokimia (BD)
Tabel 3. Pengkajian Data Biokimia Tn, D
Domain Data Intepretasi Data Keterangan

BD-1.2.1 45,3 mg/dL 5 – 20 mg/dL3 Tinggi


BUN
BD-1.2.2 1,10 mg/dL 0,7-1,3 mg/dL Normal
Kreatinin
BD-GDS 147 mg/dl <110 mg/dl Tinggi
BD- 1.10.1 3,7 g/dL 12-16 g/dL Rendah
Hemoglobin

BD-1.10.2 Hematokrit 11 vol% 40-48 vol% Rendah

BD-1.10.5 RDW 23,7% 11,8-14,5% Tinggi

Netrofil 80,5% 50-70% Tinggi

Limfosit 15,5% 20-40% Rendah

Monosit 4% 2-8% Normal

Eosinofil 0% 1-3% Rendah

Basofil 0% 0-1% Normal

Eritrosit 0,99 x106 /μl 4,2-5,4 juta/uL Rendah

Leukosit 4,5 x103 U/L 3,2-1 x 103 u/L Normal

MCV 112,1 U 80-100 µm3 Tinggi

MCH 37,4 pg 23-31 pg Tinggi

SGOT 19,3 μ/L 0-50 U/L Normal

SGPT 14,2 μ/L 0-50 U/L Normal

LED 1 Jam >140 mm/jam 0-15 mm/jam Tinggi

LED 2 Jam >140 mm/jam 0-15 mm/jam Tinggi

Kesimpulan:
Dari data yang didapatkan, nilai biokimia BUN, GDS, RDW, netrofil, MCV, MCH,
LED 1 dan 2 jam tergolong tinggi dan nilai biokimia HB, HT, limfosit, eosinophil,
dan eritrosit tergolong rendah, serta nilai biokimia monosit, basophil, leukosit,
SGOT, dan SGPT tergolong normal.
C. Pengkajian Data Klinis/Fisik (PD)
Tabel 4. Pengkajian Data Klinis/ Fisik pada Tn. D
Domain Data Intepretasi Keterangan
Data

PD-1.1.1 Mampu Saat diwawancarai pasien


Overall berkomunikasi tampak sempoyongan
Apperance dengan baik
menggunakan
Bahasa
indonesia

PD-1.1.3 Keluhan sesak Tn D dulunya ialah


Cardiovascula setelah berjalan seorang perokok berat
r Pulmonary 5-10 langkah dan berhenti 6 bulan
yang lalu sejak sakit

PD-1.1.5 Batuk berdahak Gejala penyakit TB paru


Digestive berwarna kuning
System kental.

PD-1.1.9
Tanda Vital

Tekanan 120/70 mmHg 120/80 mmHg Normal


Darah
Heart Rate 110x/menit 60-100 Tinggi
mmHg
Respiratory 28x/menit 12-20x/menit Tinggi
Rate

Suhu 38oC 36,5-37,5 oC Demam

Kesimpulan:
Tn. D memiliki keluhan sesak nafas setelah berjalan 5-10 langkah dan mengalami
batuk berdahak berwarna kental. Tn. D sendiri mampu berkomunikasi dengan baik
meggunakan Bahasa Indonesia meskipun saat diwawancarai tampak sempoyongan.
Dari pengukuran tanda vital diketahui bahwa heart rate dan nilai RR pada pasien
tergolong tinggi, serta suhu yang menunjukkan pasien tergolong demam.
D. Pengkajian Riwayat Makan (FH)
1. Asupan Makan Sebelum Masuk RS (SMRS)
Tabel 5. Riwayat Asupan Makan (SMRS)
Domain Data

FH-1.1.1 Total Asupan Energi 1158,3 kkal

FH- 1.2.1.1 Asupan Cairan - Teh manis 1 gelas (pagi dan


sore) atau saat makan
- Atau kopi pada saat makan
- Air putih ±1,5 liter perhari ( air
mineral botol 1,5 L)
FH-1.2.2.1 Jumlah Makanan - Nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali
makan
- Telur 1 butir 1-2 kali perhari
(4x/minggu)
- Tahu goreng/tahu bacem 1
potong 2-3 x perhari ( 4-
5x/minggu)
- Tempe goreng 1 potong 2-3 x
perhari (4-5x/minggu)
- Sop sayur bening bayam
- Wortel atau labu siam 1
mangkuk 3-4 x/minggu
- Buah pepaya 1-2 x perminggu
- Pisang 1 buah 5-6x/minggu
- Buah jeruk 1 x per minggu
- Gula 1 sdm
FH-1.2.2.3 Pola Makan 2-3x/hari

FH-1.2.2.5 Variasi Makanan Bervariasi

FH-1.5.1.1 Total Lemak 56 gr

FH-1.5.2.1 Total Protein 30,1 gr

FH-1.5.3.1 Total Karbohidrat 140 gr

FH-1.5.4.1 Total Serat 5,9 gr

FH-1.6.1.1 Total Estimasi Asupan 2885,6 gr


Vitamin A
FH-1.6.1.2 Total Estimasi Asupan 48,5 gr
Vitamin C
FH-1.6.1.3 Total Estimasi Asupan 0,7 gr
Vitamin D
FH-1.6.1.4 Total Estimasi Asupan 0,1 gr
Vitamin E
FH-1.6.1.9 Total Estimasi Asupan 1,6 ug
Folat
FH-1.6.1.11 Total Estimasi Asupan 0,9 ug
Vitamin B12

FH-1.6.2.1 Total Estimasi Asupan 259,2 mg


Kalsium
FH-1.6.2.3 Total Estimasi Asupan 7,5 mg
Besi
FH-1.6.2.8 Total Estimasi Asupan 3,6 mg
Zinc
FH-3.1 Medication

Injeksi omeprazole Penghambat pompa proton yang


paling besar penggunaanya. Obat
yang bertujuan untuk mengurangi
asam di lambung.

Salbutamol Bronkodilator yang paling efektif


untuk menghilangkan gejala akut
dengan efek samping yang minimal
pada terapi asma

Paracetamol Parasetamol merupakan obat


analgesik non narkotik yang
memiliki cara kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama di
Sistem Saraf Pusat (SSP).

Injeksi Aminophilin Satu golongan methylxanthine yang


sering digunakan, bahkan digunakan
sebagai salah satu obat tanpa resep
dokter (over-the-counter) pada terapi
sesak napas.

Rifamficin Obat Anti Tuberkulosis yang


digunakan dalam program
pengobatan TB jangka pendek. Obat
ini memiliki kegunaa sebagai
komponen kunci regimen lini
pertama.

INH Termasuk dalam obat OAT


bakterisidal. Berkerja untuk
menghambat biosintesis asam
mikolat (unsur penting dalam sel
mikobakteria). Efektif untuk kuman
dalam keadaan metabolit aktif yang
sedang berkembang.

P2A Obat (antibiotic) untuk mengobati


penyakit tuberkulosis (TBC). Obat
ini bekerja dengan cara membunuh
dan menghentikan perkembangan
bakteri penyebab TBC.

Etambutol Sebagai terapi pembantu TB paru


khususnya pada kasus yang dicurigai
resisten obat. Etambutol tidak boleh
digunakan sendiri karena risiko
terjadinya mutan resisten.
Kombinasi etambutol dengan INH
atau streptomisin (STR) telah
direkomendasikan oleh FDA

Injeksi Ca Gluconas Mengatasi kekurangan kalsium


(hipokalsemia), mengatasi kadar
magnesium dalam darah berlebih
(hipermagnemsia), dan membantu
mengatasi kadar kalium dalam darah
terlalu tinggi (hyperkalemia).

Ambroxol Golongan mikolitik yang


diperuntukan bagi pasien TB dengan
gejala batuk. Obat ini digunakan
untuk mengencerkan dahak sehingga
dahak lebih mudah dikeluarkan.

Injeksi MP 2x62,5 Mengatasi penyakit yang


menyebabkan peradangan.
Dikonsumsi setelah makan untuk
mencegah maag.

RL16 tpm Cairan elektrolit

Obat ARV Obat yang menghambat replikasi


HIV. Tujuan terapi dengan ARV
adalah menekan replikasi HIV
secara maksimum, meningkatkan
limfosit CD4 dan memperbaiki
kualitas hidup penderita yang pada
gilirannya akan dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas.
CH- 4.1.1 Belum pernah mendapat edukasi
Area and Level of Knowledge gizi.

FH-7.3.1 Sejak 6 bulan yang lalu ia hanya


Physical Activity History melakukan pekerjaan ringan saat
bertani.

Kesimpulan:
Dari pengkajian riwayat makan diketahui Tn D mengasup sebesar 1158,3 kkal,
protein 30,1 gram, lemak 56 gram, dan karbohidrat 140 gram. Tn. D biasa
makan 2-3 kali perhari. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol,
paracetamol, Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi
Ca Gluconas, Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV.
E. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)
Tabel 6. Pengkajian Data Riwayat Pasien pada Tn. D

Domain Data Interpretasi


CH-1.1.1 39 tahun Dewasa
Umur
CH-1.1.2 Laki-laki -
Jenis Kelamin
CH-1.1.4 Bahasa Indonesia
Bahasa
CH-1.1.6 Sekolah Dasar Selama di RS Tn D mengaku
Edukasi belum pernah mendapatkan
edukasi gizi tentang penyakit
dan diet yang harus dijalankan.
CH-1.1.7 Peran Duda Dulu ia pernah menikah dan
Keluarga bekerja di Jakarta sebagai
penjual nasi warteg, kemudian
bercerai dengan istrinya.
CH-1.1.8 Perokok berat, berhenti -
Penggunaan 6 bulan yang lalu
Tembakau

CH-1.1.10 Mobility Tampak lemas namun Rasa sempoyongan setelah


dapat berkomunikasi aktivitas ringan
CH-2.1.1 Keluhan Keluhan sesak setelah Pasien dulunya ialah seorang
pasien berjalan 5-10 langkah perokok berat dan berhenti 6
dan batuk berdahak bulan yang lalu sejak sakit.
berwarna kuning
kental.
CH-2.1.3 Mengalami sesak nafas -
Respirasi
CH-2.1.7 Anemia Adanya keluhan sesak nafas
Hematologi dan batuk berdahak berwarna
kuning kental
CH-2.1.8 B20 -
Imunitas
CH 2.1.13 TB Paru -
Respiratori
CH-2.2.1 Tn D mendapatkan -
Medical Treatment injeksi omeprazole,
salbutamol,
paracetamol, Injeksi
Aminophilin,
Rifamficin, INH, P2A,
Etambutol, Injeksi Ca
Gluconas, Ambroxol,
Injeksi MP 2x62,5 ,
RL16 tpm serta obat
ARV.
CH-3.1.2 Hidup seorang diri
Situasi Hidup

CH-3.1.6 Pekerjaan Petani bawang Tn.D bekerja dari pagi


hingga siang hari dan
diselingi waktu istirahat ± 30
menit setiap 1 x 2 jam
dengan pendapatan tidak
menentu,± 50.000 –
100.000/hari.
Kesimpulan:
Tn. D seorang laki laki yang berkerja sebagai petani bawang berusia 39 tahun
memiliki keluhan keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah dan batuk berdahak
berwarna kuning kental.dan didiagnosis B20, TB Paru, Anemia. Selama di RS Tn
D mengaku belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang penyakit dan diet
yang harus dijalankan. Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol,
paracetamol, Injeksi Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi Ca
Gluconas, Ambroxol, Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV.
F. Standar Koparasi (CS)
Tabel 7. Pengkajian Data Asupan dengan Kebutuhan
Domain Kebiasaan Kebutuhan Interpretasi
CS-1.1.1 1158,3 kkal 3265,84 kkal 35,46%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Energi
CS-2.1.1 56 gr 108,86 gr 51,44%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Lemak
CS-2.2.1 30,1 gr 107,8 gr 27,92%
Defisit Berat
Total Estimasi
Kebutuhan
Protein
CS-2.3.1 140 gr 463,72 gr 30,10%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Karbohidrat
CS-2.4.1 5,9 gr 29,4 gr 20,06%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Serat
CS-3.1.1 1,5 L 1960 mL 76,53%
Total Estimasi Defisit Sedang
Kebutuhan
Cairan
CS-4.1.1 2885,6 µg 530,83 RE 544,15%
Total Estimasi Berlebih
Vitamin A
CS-4.1.2 48,5 mg 73,5 mg 65,98%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Vitamin C
CS-4.1.3 0,7 µg 12,25 mcg 5,71%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Vitamin D
CS-4.1.4 0,1 mg 12,25 mcg 8,16%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Vitamin E
CS-4.1.10 1,1 mg 1,06 mg 103,7%
Total Estimasi Normal
Kebutuhan
Vitamin B6
CS-4.1.9 1,6 µg 326,7 mcg 4,89%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Folat
CS-4.1.11 0,9 µg 3,27 mcg 2,75%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Vitamin B12
CS-4.2.1 259,2 mg 816,7 mcg 31,73%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Kalsium
CS-4.2.3 Total 7,5 mg 7,35 mg 102%
Estimasi Normal
Kebutuhan Besi
CS-4.2.8 3,6 mg 8,98 mg 40%
Total Estimasi Defisit Berat
Kebutuhan
Zinc
Kesimpulan:
Dari pengkajian data asupan dan kebutuhan Tn D diketahui bahwa zat gizi makro
dan mikro (vitamin C, D, E, B12), folat, kalsium dan zinc masih tergolong deficit
berat. Pada asupan cairan Tn D sendiri juga tergolong deficit sedang. Tetapi pada
vitamin B6 dan besi sudah tergolong normal.
V. DIAGNOSIS GIZI
1. Peningkatan kebutuhan zat gizi (NI 5.1) berkaitan dengan keadaan fisiologis
infeksi kronik (B20, TB Paru, dan Anemia) yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan gizi ditandai dengan kodisi tubuh lemas, batuk berdahak berwarna
kuning kental, dan sesak nafas, asupan makanan yang kurang dari zat gizi makro
(E:35,46%, P:27,92%, L:51,44%, dan KH:30,10%) dan zat gizi mikro (vitamin dan
mineral), serta IMT yang menunjukkan underweight (16,18 kg/m2).
2. Perubahan nilai lab terkait gizi (NC 2.2) berkaitan dengan penyakit yang diderita
yaitu infeksi HIV, TB Paru, dan Anemia dibuktikan dengan nilai lab yang tinggi
pada BUN (45,3 mg/dL), GDS (147 mg/dl), RDW (23,7 %), netrofil (80,5%), MCV
(112,1 U), MCH (37,4 mg), LED 1 dan 2 jam (<140 mg/dl) dan penurunan nilai
laboratorium pada Hb (3,7 g/dl), Ht (11%), limfosit (15,5%), eosinophil (0%), dan
eritrosit (0,99 x 106/uL).
VI. INTERVENSI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi
- Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
serta daya terima pasien.
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan dan mempertahankan status
gizi pasien serta meningkatkan sistem imun guna mencegah memperparah
adanya tanda akibat infeksi oportunistik.
- Memperbaiki nilai laboratorium pasien secara perlahan.
- Memastikan kondisi pasien baik sebagai tindakan pengobatan
- Memberikan informasi terkait diet bagi penderita HIV
B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet
a. Preskripsi
- Energi diberikan sebanyak 3265,84 kkal kkal per hari secara bertahap:
dimulai dari 2800 kkal (memenuhi 80% kebutuhan) pada hari pertama
dilanjutkan 3000 kkal pada hari kedua dan dilajukan 3265,84 pada hari
ketiga.
- Pemberian asupan protein diberikan sebanyak 2 gram/KgBB dengan
peningkatan 10% per hari sebanyak 107,8 gram per hari dengan jenis
protein hewani dan nabati. Sumber protein diperoleh dari daging ayam,
putih telur ayam, ikan, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
- Pemberian asupan lemak diberikan cukup 30% dari kebutuhan energi
sekitar 108,86 gram per hari dengan jenis lemak tak jenuh ganda omega
3. Sumber lemak diperoleh dari lemak nabati berupa kacang-kacangan
dan hewani berupa ikan, dan daging ayam.
- Pemberian asupan karbohidrat diberikan cukup 55% dari kebutuhan
energi sekitar 463,725 gram per hari dengan jenis karbohidrat sederhana
dan kompleks. Sumber karbohidrat diperoleh dari sayur, buah, gula
pasir, tepung beras, dan kacang kacangan.
- Pemberian asupan serat diberikan sebanyak 29,4 gram per hari. Jenis
serat yang diberikan yaitu serat larut bersumber dari buah pisang,
kentang, jus buah tanpa kulit.
- Mineral dan vitamin diberikan bersumber dari asupan buah, sayur,
protein hewani dan nabati, serealia, kacang-kacangan. Selain itu buah
dan sayur dipilih yang kaya vitamin A, C, E, folat, B12, B6 dan kaya
mineral besi, zinc, selenium, dan kalsium.
- Cairan diberikan 40 ml/kgBB actual sekitar 1960 ml per hari yang
berjenis cairan jernih sampai kental; dari air, kaldu, susu, jus buah.
b. Pendidikan Gizi
Tabel 8. Pelaksanaan Edukasi Gizi
Pelaksanaan Edukasi Gizi
Hari, Jumat, 30 Mei 2021
tanggal
Jam / Waktu 08.30 - 09.00 (30 menit)
Tempat Di kamar rawat inap pasien
Topik Diet Tinggi Protein
Tujuan 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
pasien dan keluarga mengenai penyakit infeksi HIV dan
TB Paru.
2. Memberikan motivasi dan membangun kepercayaan
kepada pasien dan keluarga terkait perawatan penyakit
hingga kondisi pasien membaik.
Sasaran Pasien dan keluarga
Materi 1. Menjelaskan pengetahuan seputar infeksi HIV dan TB
Paru, serta memberikan solusi untuk mengkontrol
nilai biokimia.
2. Manajemen asupan makronutrien dan mikronutrien
serta proses pengolahannya.
3. Merekomendasikan makanan yang dapat dikonsumsi
sesuai kebutuhan pasien dan dapat dikonsumsi dalam
porsi kecil tapi sering.
4. Memberikan pengetahuan mengenai bahan makanan
yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk
dikonsumsi.
Metode Konsultasi dan tanya jawab
Media Leaflet dan video terkait infeksi HIV dan TB Paru.

Evaluasi 1. Tn D dan keluarga memahami pengetahuan seputar


infeksi HIV dan TB Paru dan komplikasinya dengan
dipantau menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan.
2. Tn D dan keluarga mengerti bahan makanan yang
dianjurkan, dibatasi dan dihindari untuk dikonsumsi
bagi pasien infeksi HIV dan TB Paru.
3. Keluarga Tn D mendukung dan mengikuti diet yang
dijalani oleh Tn D agar pasien sembuh dari infeksi HIV
dan TB Paru serta nilai biokimia berangsur normal.
4. Tn D dan keluarga diharapkan dapat membantu dalam
proses pemulihan.

c. Konseling Gizi
Tabel 9. Pelaksanaan Edukasi Gizi
Pelaksanaan Konseling Gizi
Hari, Jumat, 8 Mei 2021
tanggal
Jam / Waktu 08.30 - 09.00 (30 menit)
Tempat Di kamar rawat inap pasien
Topik Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein
Tujuan 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
pasien dan keluarga mengenai penyakit infeksi HIV dan
TB Paru.
2. Memberikan motivasi dan membangun kepercayaan
kepada pasien dan keluarga terkait perawatan penyakit
hingga kondisi pasien membaik.
Sasaran Pasien dan keluarga
Materi 1. Menjelaskan pengetahuan seputar infeksi HIV dan TB
Paru, serta memberikan solusi untuk mengkontrol
nilai biokimia.
2. Manajemen asupan makronutrien dan mikronutrien
serta proses pengolahannya.
3. Merekomendasikan makanan yang dapat dikonsumsi
sesuai kebutuhan pasien dan dapat dikonsumsi dalam
porsi kecil tapi sering.
4. Memberikan pengetahuan mengenai bahan makanan
yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk
dikonsumsi.
Metode Konsultasi dan tanya jawab
Media Leaflet dan video terkait infeksi HIV dan TB Paru.

Evaluasi 1. Tn D dan keluarga memahami pengetahuan seputar


infeksi HIV dan TB Paru dan komplikasinya dengan
dipantau menanyakan kembali materi yang telah
disampaikan.
2. Tn D dan keluarga mengerti bahan makanan yang
dianjurkan, dibatasi dan dihindari untuk dikonsumsi bagi
pasien infeksi HIV dan TB Paru.
3. Keluarga Tn D mendukung dan mengikuti diet yang
dijalani oleh Tn D agar pasien sembuh dari infeksi HIV
dan TB Paru serta nilai biokimia berangsur normal.
4. Tn D dan keluarga diharapkan dapat membantu dalam
proses pemulihan.
2. Implementasi
Jenis Diet : Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein
Bentuk Makanan : Lunak
Frekuensi Makan : 3 makanan utama, 3 makanan selingan
Tabel 10. Pemberian Rekomendasi Menu

Waktu Menu Teknik Bahan Penukar URT Berat


Makanan Pengolahan Makanan Mentah

Makan Pagi Nasi Diliwet Beras 1P 3/4gelas 100 gr

Tumis pare Ditumis Pare 1P 1 gelas 100 gr

Jamur ½P ½ gelas 50 gr

Minyak 1P 1 sdt 5 gr

Bola-Bola daging Kukus Daging sapi 2P 1 ptg sdg 70 gr


Kecap 2P 2 sdm 20 gr
Pepes tahu Tempe Kukus Tahu 1P 1 bj besar 110 gr
Tempe 1P 2 ptg sdg 50 gr
Air putih 2P 2 gelas 400 mL
Selingan Susu Susu 1P 1 gelas 200 mL
Roti selai strawberry Roti Tawar 1P 2 lmbr roti 70 gr
isi pisang
Selai Strawberry 1P 1 sdm 15 gr
Pisang 1P 1 bh kcl 50 gr
Air putih 1P 1 gelas 200 mL
Makan Nasi Diliwet Beras 1P ¾ gelas 100 gr
Siang
Sup Direbus Buncis 1P 1 gelas 100 gr
Wortel ½P ½ gelas 50 gr
Rolade Dikukus Daging ayam 1P 1 ptg sdg 40 gr
Wortel ½P ½ gelas 50 gr
Telur 1P 1 butir 55 gr
Air putih 2P 2 gelas 400 mL
Selingan Jus alpukat kurma Alpukat 1P ½ bh bsr 60 gr
Kurma 1½P 4 bh 25 gr
Bubur kacang hijau Direbus Kacang Hijau 2P 4 sdm 30 gr
Jahe 1P 1 bh sdg 15 gr
Gula aren 1P 1 sdm 13 gr
Air putih 2P 2 gelas 400 mL
Makan Nasi Diliwet Beras 1P ¾ gelas 100 gr
Malam
Pepes lele Dikukus Lele 1P ½ ekor sdg 40 gr
Cah sawi Direbus Sawi 1P 1 gelas 100 gr
Wortel 1P 1 gelas 100 gr
Air putih 1P 1 gelas 200 mL
Selingan Pudding mangga Agar-agar 2P 2 sdm 20 gr
Mangga 1P ¾ bh bsr 90 gr
Gula 1P 1 sdm 10 gr
Susu Susu 1P 1 gelas 200 mL
Air putih 1P 1 gelas 200 mL

3. Kordinasi dengan Tim Kesehatan Lain


a. Dokter bertanggung jawab dengan menjelaskan perkembangan penyakit
infeksi HIV dan TB Paru serta komplikasinya serta memberikan diagnosis
dan menetapkan terapi secara keseluruhan, menetapkan preskripsi diet, dan
merujuk pasien ke ahli gizi.
b. Perawat bertanggung jawab melakukan skrining gizi dan pemantauan
asupan makanan dan respons klinis pasien terhadap diet yang diberikan, lalu
menyampaikan ke ahli gizi.
c. Pramusaji bertanggung jawab dalam menjalin komunikasi yang baik,
berkordinasi dalam menyajikan makanan dengan cara yang menyenangkan
dan sesuai dengan preskripsi diet.
d. Apoteker/farmasi bertanggung jawab dalam memberikan obat terkait
perawatan terhadap pasien infeksi HIV dan TB Paru.
VII. MONITORING-EVALUASI
Tabel 11. Monitoring Evaluasi Tn. D
Indikator Evaluasi Metode Target
Pelaksanaan Pencapaian
Asupan Makanan dihabiskan Pengecekan yang Pasien memenuhi
makanan 80% dari yang dilakukan 3x/hari kebutuhan
dihidangkan sesuai setelah waktu makan hariannya. Baik
kondisi pasien.. menggunakan makro dan mikro
metode visual (berdasarkan
comestock AKG).
Biokimia Memantau kadar nilai Tes laboratorium Menjaga kadar
biokimia agar yang dilakukan 2 BUN, GDS,
berangsur normal dan minggu kemudian RDW, netrofil,
mempertahankan kadar MCV, MCH, LED
nilai biokimia dalam 1 dan 2 jam
keadaan stabil. tergolong tinggi
dan nilai biokimia
HB, HT, limfosit,
eosinophil, dan
eritrosit tergolong
rendah.
Klinis/fisik Mengontrol keluhan Pendataan dilakukan Mengurangi
pasien dan memantau setiap pagi dan keluhan pasien
agar tanda vital tetap diberikan asupan dan sehingga kondisi
stabil serta obat untuk pasien segera
mempersiapkan agar menunjang membaik.
fisik pasien tetap stabil penyembuhan serta
dalam proses mengurangi keluhan
pengobotan. pasien.
Antropometri Meningkatkan BB dan Penimbangan dan Pasien mencapai
mencapai status gizi pengukuran yang berat badan
normal. dilakukan 3 hari normal dan tidak
sekali, jika tidak mengalami
memungkinkan penurunan berat
dilakukan badan.
pengukuran di kasur
pasien.
VIII. PEMBAHASAN
Tn. D adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun. Metode skrining yang digunakan
yaitu MST. MST (Malnutrition Screening Tool) sebagai metode yang cepat dan mudah
untuk mengidentifikasi pasien yang kemungkinan berisiko malnutrisi. Dari pengisian
kuisioner MST, pasien terbukti berisiko malnutrisi dengan total skor 2. Pada skrining
lanjutan, pasien terbukti berisiko tinggi malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi
dengan mengupayakan peningkatan asupan gizi dan memberikan makanan sesuai
dengan daya terima. Tn D memiliki berat badan aktual 49 kg, tinggi badan 174 cm, dan
panjang ulna ± 29 cm.
Pada saat datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak setelah berjalan 5-10
langkah, rasa sempoyongan setelah aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna
kuning kental. Tn. D didiagnosa mengalami infeksi HIV, TB Paru, anemia. Ketika
diwawancarai Tn D tampak lemas namun dapat berkomunikasi menggunakan bahasa
indonesia dengan baik dan mengaku tinggal seorang diri. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang sistem imun manusia,
terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag
dan limfosit T. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling
sering dijumpai pada infeksi HIV. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis
terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Pasien TB dengan HIV
positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien ko-infeksi TB-HIV. Tuberkulosis
dapat terjadi kapanpun saat perjalanan infeksi HIV. Risiko berkembangnya TB
meningkat secara tajam seiring dengan semakin memburuknya sistem kekebalan tubuh.
Patogenesis koinfeksi TB HIV berhubungan langsung dengan respon imunitas pada
infeksi TB, yang meliputi cell mediated immunity (CMI) dan delayed type
hypersensitivity (DTH), kedua respon imunitas tersebut bertujuan untuk melokalisir
infeksi dan membunuh MTB. Pada infeksi HIV stadium lanjut, kadar CD4 sangat
rendah sehingga terjadi gangguan sistem imunitas baik CMI maupun DTH. Dengan
demikian, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang mampu untuk mencegah
perkembangan dan penyebaran lokal kuman TB. Tingginya angka TB pada pasien
HIV/AIDS disebabkan terutama karena adanya kesamaan pathogenesis pada cell
mediated immunity, terutama sel CD4. Penekanan jumlah sel CD4 oleh HIV akan
membuat pengendalian infeksi M. tuberculosis menjadi terganggu, sehingga invasi dan
penyebaran penyakit menjadi lebih mudah. Kesamaan pathogenesis ini juga membuat
diagnosis TB menjadi sulit, karena penekanan CD4 membuat rendahnya kejadian
nekrosis kaseosa (perkejuan) yang diperlukan untuk memaparkan kuman TB ke luar.
Rendahnya paparan keluar ini membuat diagnosis TB dengan hapusan Basil Tahan
Asam (BTA) menjadi sulit, sehingga diagnosis TB pada pasien-pasien HIV/AIDS
menjadi rumit. TB juga dapat mempercepat laju perjalanan penyakit HIV melalui
berbagai cara, di antaranya melalui mekanisme aktivasi selular yang pada akhirnya
dapat meningkatkan viral load HIV. TB pada pasien HIV/AIDS dapat meningkatkan
level viremia plasma antara 5 sampai 160 kali lipat. Dari diagnosis yang diberikan, Tn
D juga menderita anemia.1,2
Patofisiologi anemia terkait HIV/AIDS kemungkinan besar terjadi akibat tiga
mekanisme berikut:
1. Penurunan produksi sel darah merah
2. Peningkatan destruksi sel darah merah
3. Inefektivitas produksi sel darah merah.
Umumnya, ketiga mekanisme tersebut termasuk infiltrasi sumsum tulang yang
disebabkan oleh neoplasma atau infeksi, penurunan produksi erythropoietin endogen,
anemia hemolitik, penggunaan obat-obatan mielosupresif seperti Zidovudin, atau
akibat penggunaan berbagai macam obat.3
Tuberkulosis dapat menyebabkan bermacam-macam kelainan laboratorium seperti
anemia, peningkatan sedimentasi eritrosit, penurunan jumlah serum albumin,
hiponatremia, gangguan fungsi hepar, leukositosis, dan hipokalsemia. Anemia adalah
komplikasi tersering dari penderita TB dan faktor resiko untuk kematian. Banyak
penelitian menyatakan tingginya prevalensi anemia pada penderita TB (16-94%).
Kejadian anemia dapat diperberat oleh defisiensi zat gizi dan sindrom malabsorbsi.
Defisiensi besi adalah penyebab anemia pada penderita TB.4 Anemia tanpa defisiensi
besi berhubungan juga dengan peningkatan resiko TB rekurens.6 Anemia pada
penderita tuberkulosis juga dapat terjadi akibat status nutrisi yang buruk pada penderita
tuberkulosis dibandingkan dengan individu sehat.4
Tn. D memiliki keluhan sesak nafas setelah berjalan 5-10 langkah dan mengalami
batuk berdahak berwarna kental. Tn. D sendiri mampu berkomunikasi dengan baik
meggunakan Bahasa Indonesia meskipun saat diwawancarai tampak sempoyongan.
Dari pengukuran tanda vital diketahui bahwa heart rate dan nilai RR pada pasien
tergolong tinggi, serta suhu yang menunjukkan pasien tergolong demam. Pada pasien
yang mengalami demam, hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan kebutuhan
energi basalnya dengan penambahan 13% dari energi basal (BMR) tiap kenaikan suhu
1oC. BMR (basal metabolic rate) atau RMR (resting metabolic rate) atau REE (resting
energy expenditure) merupakan energi yang diperlukan oleh tubuh dalam menjalankan
fungsi fisiologis dan homeostasisnya termasuk respirasi dan sirkulasi. Kebutuhan dapat
meningkat 10 sampai 20% tergantung dari kondisi pasien. Pada Tn S yang mengalami
HIV disertai Infeksi Oportunistik diberikan pemenuhan kebutuhan REE yang
meningkat 20%. Hal tersebut diperlukan agar mencegah penurunan berat badan akibat
dari keparahan infeksi oportunistik yang terjadi. HIV yang disertai penyakit infeksi
oportunistik yang dialami Tn S tergolong sudah mencapai HIV tahap 3. Tanda dan
gejala yang ditemui pada pasien yang mengalami tahap 3 yaitu adanya diagnosis
kandidiasis oral, infeksi bakteri parah salah satunya TB Paru dan terjadinya penurunan
berat badan yang prah (>10%), adanya demam persisten setidaknya satu bulan
lamanya.5,6
Selain itu, pada pasien HIV yang disertai dengan infeksi oportunistik juga dapat
meningkatkan kebutuhan zat gizi terutama makro berupa protein. Tn S diberikan
protein sebanya 2 gram/KgBB per hari dengan penambahan 10% akibat adanya infeksi
oportunistik guna meningkatkan protein turnover dan meningkatkan sistem imun.
Protein turnover merupakan proses pergantian protein dari hasil sintesis protein yang
berkelanjutan dan pemecahan protein tubuh yang lama guna menjaga keseimbangan
metabolisme protein. Pada pasien HIV, metabolism akan berlangsung lebih cepat
diiringi peningkatan kebutuhan energi yang bila tidak teratasi dengan pemenuhan
asupan zat gizi maka akan mengakibatkan penurunan berat badan yang cenderung
berupa jaringan tanpa lemak, seperti otot.5,6,7
Riwayat makan Tn D diketahui jarang mengkonsumsi ikan dan daging,lebih sering
mengkonsumsi tahu, tempe, telur dan sayuran yang dibeli di warung. Sayur yang biasa
dibeli yaitu sayur bayam,kangkung dan labu siam. Selain itu, Tn D jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Tn D memiliki kebiasaan makan dalam sebulan terakhir
yakni makan 2-3 kali perhari berupa nasi sebanyak 6-7 sdm tiap kali makan, telur 1
butir 1-2 kali perhari (4x/minggu), tahu goreng/tahu bacem 1 potong 2-3 x perhari ( 4-
5x/minggu), tempe goreng 1 potong 2-3 x perhari (4-5x/minggu), sop sayur bening
bayam, wortel atau labu siam 1 mangkuk 3-4 x/minggu, buah pepaya 1-2 x perminggu,
pisang 1 buah 5-6x/minggu,buah jeruk 1 x per minggu. Tn D terbiasa mengonsumsi 1
gelas teh manis pada waktu pagi dan sore hari atau saat makan dengan gula 1 sdm. Ia
sesekali juga mengkonsumsi kopi pada saat makan. Sebelum masuk rumah sakit Tn D
mengkonsumsi air putih ±1,5 liter perhari ( air mineral botol 1,5 L), biasanya juga
minum teh pagi dan sore atau saat makan serta minum kopi sesekali saat makan.
Timbulnya infeksi oportunistik dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian
makanan yang mengandung protein yang gampang dicerna oleh tubuh, contohnya
makanan yang bersumber dari ikan serta minuman yang mengandung antioksidan yang
berasal dari sari buah-buahan karena peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan
atau katabolisme jaringan terjadi akibat berbagai infeksi oportunistik yang biasa
dialami orang yang terinfeksi HIV seperti TB, radang paru atau pneumonia, sariawan
karena infeksi jamur dan sebagainya. Dengan asupan zat gizi yang cukup akan
meningkatkan ketahanan terhadap infeksi dan penyakit, meningkatkan energi, sehingga
dengan demikian membuat seseorang lebih kuat dan lebih produktif. Salah satu
alternatif untuk mendapatkan asupan vitamin C adalah dari sari buah berwarna dimana
dalam sari buah berwarna terdapat vitamin C yang berfungsi meningkatkan antibody
IgM dan IgG serta membantu pemulihan dari infeksi serta melindungi sel. Vitamin C
merupakan vitamin yang sangat penting dalam peningkatan fungsi imun karena vitamin
ini dapat menstimulasi produksi interferon (protein yang melindungi sel dari serangan
virus). Sari buah dengan kandungan enzim seperti bromelin pada nenas dan papain
dalam pepaya ternyata memiliki potensi besar sebagai jalan alternatif pengobatan
herbal, untuk mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV/AIDS dan dapat
meningkatkan sistem ketahanan tubuh dengan memperkuat imunoglobulin.8
Tn D mendapatkan injeksi omeprazole, salbutamol, paracetamol, Injeksi
Aminophilin, Rifamficin, INH, P2A, Etambutol, Injeksi Ca Gluconas, Ambroxol,
Injeksi MP 2x62,5 , RL16 tpm serta obat ARV. Prinsip pengobatan pasien TB-HIV
adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV (antiretroviraQ
dimilai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO. Desensitisasi
obat (INH, rifampisin) tidak boleh dilakukan karena toksik yang serius pada hati.
Penggunaan suntikan streptomisin harus memperhatikan prinsip Universal Precaution
(Kewaspadaan Keanianan Universal), hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik
sekali pakai yang steril mengingat kemungkinan penularan AIDS melalui jarum
suntik.9
Berdasarkan asesmen, diagnosis yang diberikan untuk pasien adalah Peningkatan
kebutuhan zat gizi (NI 5.1) berkaitan dengan keadaan fisiologis infeksi kronik (B20,
TB Paru, dan Anemia) yang menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi ditandai dengan
kodisi tubuh lemas, batuk berdahak berwarna kuning kental, dan sesak nafas, asupan
makanan yang kurang dari zat gizi makro (E:35,46%, P:27,92%, L:51,44%, dan
KH:30,10%) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral), serta IMT yang menunjukkan
underweight (16,18 kg/m2). Dan, perubahan nilai lab terkait gizi (NC 2.2) berkaitan
dengan penyakit yang diderita yaitu infeksi HIV, TB Paru, dan Anemia dibuktikan
dengan nilai lab yang tinggi pada BUN (45,3 mg/dL), GDS (147 mg/dl), RDW (23,7
%), netrofil (80,5%), MCV (112,1 U), MCH (37,4 mg), LED 1 dan 2 jam (<140 mg/dl)
dan penurunan nilai laboratorium pada Hb (3,7 g/dl), Ht (11%), limfosit (15,5%),
eosinophil (0%), dan eritrosit (0,99 x 106/uL).
Malnutrisi sering ditemukan pada penderita TB paru. Penelitian di India
menunjukkan bahwa penderita TB tujuh kali beresiko untuk mempunyai IMT <18,5
kg/m2 dan lingkar lengan tengah <24 cm. Aktivasi respon imun selama infeksi akan
meningkatkan komsumsi energi. Malnutrisi pada TB juga diperkirakan akibat
penurunan jumlah protein visceral, indeks antroprometri dan status mikronutrisi.
Hubungan malnutrisi dengan tuberkulosis terdapat dua hubungan yaitu efek
tuberkulosis terhadap status nutrisi dan efek malnutrisi terhadap manifestasi klinis dari
tuberkulosis sebagai akibat dari kelemahan sistem imun. Malnutrisi juga merupakan
faktor resiko utama dari onset aktif tuberkulosis dan juga malnutrisi dapat
memperburuk prognosis dari penyakit TB. Malnutrisi berpengaruh terhadap cell-
mediated immunity (CMI) dan CMI merupakan sistem pertahanan tubuh utama untuk
melawan TB. TB merupakan wasting or consumption disease yang membuat adanya
perubahan metabolik pada penderita tuberkulosis. Perubahan metabolik yang terjadi
adalah anabolic block. Anabolic block merupakan keadaan dimana asam amino tidak
dapat dibangun menjadi protein yang lebih kompleks. Malnutrisi protein dapat
menyebabkan anemia normositik normokromik dengan penurunan retikulosit dan
eritropoesis di sumsum tulang dan limpa. Selain itu, perubahan metabolik yang dapat
terjadi yaitu penurunan nafsu makan, malabsorbsi nutrisi dan malabsorbsi mikronutrisi.
Defisiensi mikronutrisi merupakan penyebab tersering dari imuodefisiensi sekunder
dan tuberkulosis. Pada penderita tuberkulosis didapatkan defisiensi beberapa
mikronutrisi seperti zink, vitamin A dan selenium. Hal ini menyebabkan terganggunya
respon imun tubuh. Defisiensi zink menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis dan
mengurangi jumlah sel T di sirkulasi. Zink mempunyai peranan yang penting dalam
kontribusi makrofag terhadap pertahanan tubuh di tempat infeksi. Defisiensi vitamin A
berpengaruh terhadap fungsi normal dari limfosit B dan T, aktivitas makrofag,
pertahanan mukosa dan epitel serta respon antibodi. Vitamin A dilaporkan dapat
menghambatkan multiplikasi basil virulen pada kultur makrofag manusia. Selenium
mempunyai fungsi penting dalam pertahanan proses imun dan berperan penting dalam
pembersihan mycobacteria. Selenium juga merupakan bagian terpenting dari enzim
antioksidatif seperti glutathion perioksidase yang berfungsi memproteksi sel dari
kerusakan oksidatif. Terjadinya penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seorang yang terinfeksi HIV juga dapet disebabkan karena rasa sakit pada mulut,
faring, esophagus, kelelahan, depresi, perubahan psikologis dan mental yang
dialaminya. Menurunnya intake nutrisi merupakan sebuah proses metabolisme dimana
terjadi penurunan selera makan seperti halnya yang terjadi pada infeksi penyakit
lainnya. Penurunan nafsu makan ini merupakan hasil dari pro-inflammatory cytokines
yang diproduksi selama terjadi infeksi. kejadian infeksi oportunistik (IO) berkontribusi
dalam terjadinya penurunan konsumsi makanan pada Odha seperti TB,
cryptoaporidium, candidiasis oesofagus, dan diare. Hal lain yang dapat memperparah
rendahnya konsumsi makanan pada Odha adalah kemiskinan dan ketahanan pangan
keluarga. Perbaikan dalam hal status gizi pada Odha dapat memperkuat sistem
kekebalan tubuh sehingga dapat menurunkan kejadian infeksi opotunistik, mencegah
penurunan berat badan serta menghambat perkembangan penyakit. Dengan demikian
pasien yang berstatus HIV positif tidak berkembang menjadi AIDS.10
Konseling gizi yang diberikan terkait Menjelaskan pengetahuan seputar infeksi
HIV dan TB Paru, serta memberikan solusi untuk mengkontrol nilai biokimia,
manajemen asupan makronutrien dan mikronutrien serta proses pengolahannya,
merekomendasikan makanan yang dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan pasien dan
dapat dikonsumsi dalam porsi kecil tapi sering, dan memberikan pengetahuan
mengenai bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk
dikonsumsi.
Tn. D mendapatkan intervensi yaitu energi diberikan sebanyak 3265,84 kkal
kkal per hari secara bertahap: dimulai dari 2800 kkal (memenuhi 80% kebutuhan)
pada hari pertama dilanjutkan 3000 kkal pada hari kedua dan dilajukan 3265,84
pada hari ketiga. Pemberian asupan protein diberikan sebanyak 2 gram/KgBB
dengan peningkatan 10% per hari sebanyak 107,8 gram per hari dengan jenis
protein hewani dan nabati. Sumber protein diperoleh dari daging ayam, putih telur
ayam, ikan, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Pemberian asupan lemak diberikan
cukup 30% dari kebutuhan energi sekitar 108,86 gram per hari dengan jenis lemak
tak jenuh ganda omega 3. Sumber lemak diperoleh dari lemak nabati berupa
kacang-kacangan dan hewani berupa ikan, dan daging ayam. Pemberian asupan
karbohidrat diberikan cukup 55% dari kebutuhan energi sekitar 463,725 gram per
hari dengan jenis karbohidrat sederhana dan kompleks. Sumber karbohidrat
diperoleh dari sayur, buah, gula pasir, tepung beras, dan kacang kacangan.
Pemberian asupan serat diberikan sebanyak 29,4 gram per hari. kondisi Tn D yang
mengalami tanda sesak nafas akibat TB paru yang dialami dimana hal ini sangat
penting dalam memperhatikan jumlah karbohidrat yang terasup. Jumlah karbohidrat
yang direkomendasikan sekitar 50-60% guna mengurangi keparahan sesak nafas
yang dialami. Sesak nafas diakibatkan oleh menurunnya kemampuan sistem
pernafasan tubuh dalam menangkap O2 yang dialami Tn D akibat adanya infeksi
bakteri TB. Jenis serat yang diberikan yaitu serat larut bersumber dari buah pisang,
kentang, jus buah tanpa kulit. Mineral dan vitamin diberikan bersumber dari asupan
buah, sayur, protein hewani dan nabati, serealia, kacang-kacangan. Selain itu buah
dan sayur dipilih yang kaya vitamin A, C, E, folat, B12, B6 dan kaya mineral besi,
zinc, selenium, dan kalsium. Cairan diberikan 40 ml/kgBB actual sekitar 1960 ml
per hari yang berjenis cairan jernih sampai kental; dari air, kaldu, susu, jus buah. 11
Setelah Tn. D mendapatkan intervensi dan penatalaksanaan diet Tinggi Energi
dan Tinggi Protein dimana diberikan dengan frekuensi 3x makan dan 3x selingan
dengan konsistensi biasa. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah
bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, formula komersial, telur, dan
daging. Upaya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap dilakukan
melalui pelayanan gizi dengan penyediaan diet. Keadaan gizi pasien sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan
penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien semakin buruk karena tidak diperhatian keadaan gizinya. Hal tersebut
diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan
organ tubuh. Pemberian diet ini juga untuk menambah berat badan hingga mencapai
berat badan normal. Jenis asupan protein yang diberikan berasal dari protein hewani
dan nabati dengan proporsi hewani lebih banyak daripada nabati. Hal ini disebabkan
nilai biokimia BUN, kreatinin, GDS, RDW, netrofil, MCV, MCH, LED 1 dan 2 jam
tergolong tinggi dan nilai biokimia HB, HT, limfosit, eosinophil, dan eritrosit
tergolong rendah.
IX. KESIMPULAN
Tn D yang mengalami diagnosis B20, TB Paru, anemia dimana saat dating kerumah
sakit memiliki keluhan sesak setelah berjalan 5-10 langkah, rasa sempoyongan setelah
aktivitas ringan dan batuk berdahak berwarna kuning kental dan menghasilkan bahwa
adanya risiko malnutrisi saat dilakukan skrining dengan metode MST. Oleh karena itu,
perlu dilanjutkan PAGT dengan rencana diagnosis yang sesuai kondisinya berupa
peningkatan kebutuhan gizi dan adanya interaksi obat dan makanan sehingga diperoleh
intervensi pemberian asupan diet tinggi energi dan protein secara bertahap dimulai dari
2800 kkal kkal dan konseling pada pasien terkait masalah yang ditemui dan penyakit
yang dialami. Adanya intervensi ini diharapkan mampu mencegah penurunan berat
badan dan meningkatkan sistem imun guna memperbaiki nilai laboratorium dan
mengurangi tingkat keparahan tanda yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. 2011. Rencana Aksi Nasional Programmatic Management of Drug
resistance Tuberculosis Pengendalian Tuberkulosis Indonesia : 2010-2014
2. Pawlowski A., Jansson M, Markus Sko¨, Rottenberg ME, Gunilla Ka¨ llenius.
Tuberculosis and HIV Co-Infection. PLoS Pathogens. 2012;8(2).
3. Nurraga GW And Achsan M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia
Pada Pemakaian Zidovudin Pasien HIV/AIDS. Universitas Diponegoro.2015
4. Nasution SD. Malnutrisi dan Anemia Pada Penderita Tuberkulosis Paru.
Majority.2015;4(8):239-33
5. Mahan LK, Escott-Stump S, Raymond JL. Krause’s Food and the Nutrition Care
Process. 13th ed. USA; 2012.
6. Nutrient Requirements for People Living with HIV/AIDS. Geneva, Switzerland; 2005.
7. Chou CJ, Kussmann M. Recent Advances in Nutrigenetics and Nutrigenomics. 2019
8. Hilma Y. Pengaruh Pemberian Nugget Ikan Gabus Dan Sari Buah Berwarna Terhadap
CD4 Dan Infeksi Oportunistik Pada Orang Yang Terinfeksi HIV. Polteknik Kesehatan
Medan.2019
9. Mulyadi, Fitrika Y. Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Penderita HIV – AIDS. Jurnal
Kedoktemn Syiah Kuala.2016;10(3):169-178
10. Universitas Udayana. Pengaruh Infeksi HIV terhadap Nutrisi. 2010
11. Ramires BR, Oliveira EP De, Pimentel GD, Cristina K, Mclellan P, Nakato DM, et al.
Resting energy expenditure and carbohydrate oxidation are higher in elderly patients
with COPD : a case control study. 2012;1–6.
LAMPIRAN

1. PERHITUNGAN KEBUTUHAN
a. Kebutuhan energi dan makronutrien
 BMR (Mifflin)
= (10 x BBa) + (6,25 x TB) – (5 x U) + 5
= (10 x 49) + (6,25 x 174) – (5 x 39) + 5
= 490 + 1087,5 – 195 + 5
= 1387,5 kkal
 Energi
= REE + 20%REE
= 1387,5 + 277,5
= 1665
 Peningkatan kebutuhan karena kenaikan suhu 1oC
= REE + 13%(REE)
= 1716 + 13%(1665)
= 1716 + 216,45
= 1932,45
 Total kebutuhan energi (TEE)
= energi x faktor aktivitas x faktor stress
= 1932,45 x 1,3 x 1,3
= 3265,8405
 Protein
= 2 gram/kgBBa +10%
= 2 x 49 +10%
= 107,8 gram
 Lemak
= 30 % dari energi
= (0.3 x 3265,8405) : 9
= 979,75 kkal ≈ 108,86 gram
 Karbohidrat
= energi – protein - lemak
= (3265,8405– (107,8x4) – (108,86 x 9)) : 4
= 463,725 gram (55% dari energy untuk mengurangi sesak)
 Cairan
= 40 ml x 49 kg
= 1960 ml
 Serat (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 36
= 29,4 gram
b. Kebutuhan mikronutrien
 Vitamin A (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49/ 60 x 650
= 530,83 RE
 Vitamin C (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 90
= 73,5 mg
 Vitamin D
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49/ 60 x 15
= 12,25 mcg
 Vitamin E (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49/ 60 x 15
= 12,25 mcg
 Folat (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 400
= 326,7 mcg
 Vitamin B6
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 1,3
= 1,06 mg
 Vitamin B12
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 4
= 3,27 mcg
 Kalsium (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 1000
= 816,7 mcg
 Besi (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 9
= 7,35 mg
 Zinc (AKG 2019)
= BB Aktual / BB AKG x kebutuhan
= 49 / 60 x 11
= 8,98 mg

2. SQ-FFQ SMRS

Porsi per Kali Rata-


Frekuensi Konsumsi Rata-
Teknik Makan Berat Rata
Nama Bahan Rata
Pengolaha Minggu Bulan Ment Asupan
Makanan Berat Frek/
n Hari URT ah gr/hari
x/mgg x/hr x/bln x/hr matang hari

KEBIASAAN

Nasi 108
Diliwet 3 6 sdm 90 gr 36 gr 3
Telur 68,57
Direbus 4 2 1 butir 60 gr 60 gr 8/7
Tahu 1 bh 41,14
Direbus 4 2 30 gr 36 gr 8/7
kcl
Tahu 1 bh 14,14
Digoreng 1 3 30 gr 33 gr 3/7
kcl
Tempe 1 35,71
Digoreng 5 2 25 gr 25 gr 10/7
potong
Bayam 44
Direbus 4 1 1 mk 70 gr 77 gr 4/7
Wortel 23,57
Direbus 3 1 1 mk 50 gr 55 gr 3/7
Labu siam 11
Direbus 1 1 1 mk 70 gr 77 gr 1/7
Pepaya 28,57
2 1 1 bh 100 gr 100 g 2/7
Pisang 71,42
5 1 1 bh 100 gr 100 g 5/7
Jeruk 14,28
1 1 1 bh 100 gr 100 g 1/7
Teh 24
2 1 ktg 12 gr 12 gr 2
Kopi 20
1 2 sdm 20 gr 20 gr 1
Gula 20
2 1 sdm 10 gr 10 gr 2
Minyak 42,14
29,5 gr 29,5 10/7

3. ANALISA ZAT GIZI SMRS

==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food Amount energy carbohydr.

beras putih giling 108 g 389.8 kcal 85.9 g


telur ayam 68.57 g 106.4 kcal 0.8 g
tahu 41.14 g 31.3 kcal 0.8 g
tahu 14.14 g 10.7 kcal 0.3 g
tempe kedele murni 35.71 g 71.1 kcal 6.1 g
bayam segar 44 g 16.3 kcal 3.2 g
Carrot fresh 23.57 g 6.1 kcal 1.1 g
labu siam mentah 11 g 2.2 kcal 0.5 g
pepaya 28.57 g 11.1 kcal 2.8 g
pisang ambon 71.42 g 65.7 kcal 16.7 g
jeruk manis 14.28 g 6.7 kcal 1.7 g
kantong teh 24 g 0.1 kcal 0.2 g
bubuk kopi 20 g 0.1 kcal 0.1 g
gula pasir 20 g 77.4 kcal 20.0 g
minyak kelapa sawit 42.14 g 363.3 kcal 0.0 g
Drinking water 1500 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 1158.3 kcal (100 %), carbohydrate 140.0 g (100 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment

energy 1158.3 kcal 2036.3 kcal 57 %


water 1520.7 g 2700.0 g 56 %
protein 30.1 g(10%) 60.1 g(12 %) 50 %
fat 56.0 g(42%) 69.1 g(< 30 %) 81 %
pantoth. acid 2.8 mg 6.0 mg 47 %
carbohydr. 140.0 g(48%) 290.7 g(> 55 %) 48 %
fluorine 171.4 µg 3.0 µg 5712 %
iodine 33.5 µg 200.0 µg 17 %
chlorine 44.4 mg - -
copper 1.2 mg 1.3 mg 96 %
dietary fiber 5.9 g 30.0 g 20 %
sulfur 16.6 mg - -
manganese 2.3 mg 3.5 mg 65 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 5.1 g 10.0 g 51 %
cholesterol 290.7 mg - -
Vit. A 2885.6 µg 800.0 µg 361 %
carotene 1.8 mg - -
Vit. E 0.1 mg - -
Vit. E (eq.) 3.8 mg 12.0 mg 32 %
free fol.acid 1.6 µg - -
Vit. B1 0.3 mg 1.0 mg 33 %
m.uns.f.acids 9.2 g - -
Vit. B2 0.7 mg 1.2 mg 57 %
Vit. K 11.1 µg 60.0 µg 18 %
Vit. B12 0.9 µg 3.0 µg 30 %
Vit. B6 1.1 mg 1.2 mg 89 %
tot. fol.acid 143.0 µg 400.0 µg 36 %
Vit. C 48.5 mg 100.0 mg 49 %
sodium 126.9 mg 2000.0 mg 6%
potassium 1085.8 mg 3500.0 mg 31 %
calcium 334.2 mg 1000.0 mg 33 %
magnesium 201.8 mg 310.0 mg 65 %
sat. FA 37.9 g - -
Vit. D 0.7 µg 5.0 µg 14 %
phosphorus 421.6 mg 700.0 mg 60 %
iron 7.7 mg 15.0 mg 51 %
zinc 5.1 mg 7.0 mg 73 %
4. ANALISA ZAT GIZI REKOMENDASI MENU
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food Amount energy carbohydr.
___________________________________________________________________________

PAGI
beras putih giling 100 g 360.9 kcal 79.5 g
pare pahit mentah 100 g 20.1 kcal 4.3 g
jamur putih mentah 50 g 13.5 kcal 2.5 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
daging sapi 70 g 188.2 kcal 0.0 g
kecap 20 g 12.0 kcal 1.1 g
tahu 110 g 83.6 kcal 2.1 g
tempe kedele murni 50 g 99.5 kcal 8.5 g
Drinking water 400 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 820.9 kcal (29 %), carbohydrate 98.1 g (23 %)

SELINGAN
susu sapi 200 g 131.9 kcal 9.6 g
roti tawar 70 g 191.7 kcal 36.3 g
Strawberry jam 15 g 40.2 kcal 9.8 g
pisang ambon 50 g 46.0 kcal 11.7 g
Drinking water 200 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 409.9 kcal (15 %), carbohydrate 67.4 g (16 %)

SIANG
beras putih giling 100 g 360.9 kcal 79.5 g
buncis mentah 100 g 34.9 kcal 7.9 g
Carrot fresh 50 g 12.9 kcal 2.4 g
daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g
Carrot fresh 50 g 12.9 kcal 2.4 g
telur ayam 55 g 85.3 kcal 0.6 g
Drinking water 400 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 620.9 kcal (22 %), carbohydrate 92.8 g (22 %)

SELINGAN
Avocado fresh 60 g 130.4 kcal 0.2 g
kurma 25 g 69.7 kcal 18.4 g
kacang hijau 30 g 34.8 kcal 6.2 g
jahe 15 g 9.9 kcal 2.3 g
gula aren 13 g 48.0 kcal 12.2 g
Drinking water 200 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 292.7 kcal (10 %), carbohydrate 39.4 g (9 %)

MALAM
beras putih giling 100 g 360.9 kcal 79.5 g
ikan lele 40 g 33.6 kcal 0.0 g
sawi hijau 100 g 15.1 kcal 2.1 g
Carrot fresh 100 g 25.8 kcal 4.8 g
Drinking water 400 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 435.3 kcal (15 %), carbohydrate 86.4 g (21 %)

SELINGAN
agar-agar 20 g 0.0 kcal 0.0 g
mangga harum manis 90 g 58.5 kcal 15.3 g
gula pasir 10 g 38.7 kcal 10.0 g
susu sapi 200 g 131.9 kcal 9.6 g
Drinking water 200 g 0.0 kcal 0.0 g

Meal analysis: energy 229.1 kcal (8 %), carbohydrate 34.9 g (8 %)

==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
___________________________________________________________________________
energy 2808.9 kcal 2036.3 kcal 138 %
water 2024.9 g 2700.0 g 75 %
protein 114.4 g(16%) 60.1 g(12 %) 190 %
fat 77.0 g(24%) 69.1 g(< 30 %) 111 %
pantoth. acid 10.0 mg 6.0 mg 167 %
carbohydr. 419.0 g(60%) 290.7 g(> 55 %) 144 %
fluorine 265.4 µg 3.0 µg 8845 %
iodine 67.2 µg 200.0 µg 34 %
chlorine 162.5 mg - -
copper 2.9 mg 1.3 mg 232 %
dietary fiber 29.6 g 30.0 g 99 %
sulfur 44.8 mg - -
manganese 6.8 mg 3.5 mg 194 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 12.3 g 10.0 g 123 %
cholesterol 396.5 mg - -
Vit. A 4163.8 µg 800.0 µg 520 %
carotene 15.6 mg - -
Vit. E 1.7 mg - -
Vit. E (eq.) 7.5 mg 12.0 mg 62 %
free fol.acid 32.0 µg - -
Vit. B1 1.3 mg 1.0 mg 134 %
m.uns.f.acids 29.8 g - -
Vit. B2 2.3 mg 1.2 mg 188 %
Vit. K 99.3 µg 60.0 µg 165 %
Vit. B12 4.7 µg 3.0 µg 158 %
Vit. B6 2.7 mg 1.2 mg 224 %
tot. fol.acid 401.3 µg 400.0 µg 100 %
Vit. C 114.7 mg 100.0 mg 115 %
sodium 2097.7 mg 2000.0 mg 105 %
potassium 4193.7 mg 3500.0 mg 120 %
calcium 1110.7 mg 1000.0 mg 111 %
magnesium 559.6 mg 310.0 mg 181 %
sat. FA 29.0 g - -
Vit. D 5.6 µg 5.0 µg 111 %
phosphorus 1754.4 mg 700.0 mg 251 %
iron 23.0 mg 15.0 mg 153 %
zinc 17.2 mg 7.0 mg 246 %

5. LEAFLET

Anda mungkin juga menyukai