Anda di halaman 1dari 37

REVISI

LAPORAN STUDI KASUS HARIAN

PRE INTERNSHIP GIZI KLINIK

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN GERIATRI

Disusun guna memenuhi tugas Pre Internship Gizi Klinik

Dosen Pembimbing : Deny Yudi F., S.Gz. Msi

Disusun oleh:

Fatika Nafiola

22030118130107

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
I. GAMBARAN KASUS
Tn. S adalah seorang laki-laki berusia 60 tahun bekerja sebagai pedagang. Tn. S
memiliki riwayat penyakit stroke 2 tahun lalu, tangan kanan dan kaki kanannya
menjadi kaku. Sekarang kedua kaki Tn. S kaku dan tidak bisa diluruskan sehingga
sudah tidak kembali bekerja. Tn. S memiliki pendidikan terakhir SD. Tn. S dahulu
memiki kebiasaan merokok, tetapi sudah berhenti sejak didiagnosis Diabetes
Melitus dan Stroke. Tn.S saat ini tinggal bersama istri dan anak Tn. S. Dokter
mendiagnosis Tn. S dengan Sindrom Geriatri, Malaise, Dehidrasi, Diabetes Melitus
dan Stroke. Tn. S mendapatkan terapi medis berupa infus RL lanjut 20 tpm, injeksi
Omeprazol, injeksi Ceftin, injeksi NaCl 0,9, injeksi Ceftazidime, injeksi Pamol,
injeksi Ketoprofen, Mecobalamin, injeksi Acetylsistein, Injeksi Azthromycin dan
infus dekstrose 5%.
Tn. S memiliki panjang ulna 24,8 cm, dan lingkar lengan atas 21,5 cm. Menurut
keluarga, Tn. S mengalami penurunan kondisi dalam waktu 2 bulan terakhir. Hal
tersebut meliputi; penurunan berat badan tetapi tidak ditimbang; penurunan nafsu
makan; kesulitan menelan; kesulitan menggunyah; penurunan mobilitas dan
penurunan asupan makan. Tn. S masuk rumah sakit dengan gejala lemas, seluruh
badan terasa gatal dan perih, mual, muntah, luka di kaki (berwarna hitam dan
berair), tidak makan dalam 2 hari, katarak, kulit kering bersisik, dekubitus. Pada
saat awal masuk rumah sakit, Tn. S memiliki tekanan darah 76/56 mmHg, nadi
98x/menit, laju napas 20x per menit, dan suhu 360C. Tn.S menerima terapi latih
gerak dari tenaga fisioterapi untuk membantu mengatasi kekakuan pada tangan dan
kaki.
Instruksi pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, urin, ureum,
creatinin, elektrolit, gula dara, EKG, dan imunologi. Hasil pemeriksaan biokimia
menjukkan; GDS 88 mg/dL; hemoglobin 9,1 g/dL; eritrosit 3,51x106/mm3;
hematokrit 26,5%; trombosit 484 x103/mm3; limfosit 15,2 %; eosinofil 21,4 %;
MCH 25,9 pg; MCV 75,5 fL; PDW 8,4 fL; ureum 18,6 mg/dL; Na 133 mmol/L;
Mg 0,6 mmol/L; albumin 2,1 g/dL; leukosit 11x103/uL; netrofil 57,1%, dan
pemeriksaan bakteri positif/sedikit.
Sebelum mengalami penurunan kondisi klinis, Tn. S memiliki kebiasaan makan
nasi atau bubur 3 kali sehari sebanyak 1 centong, lauk hewani berupa ayam goreng,
dan ikan goreng, 2 kali sehari sebanyak 1 potong. Lauk nabati berupa tahu empal,
dan tempe goreng 2 kali sehari sebanyak 1 potong. Sayur berupa sayur bening dan
sop 3 kali sehari sebanyak 1 centong sayur, buah berupa jambu dan pear 1 kali per
minggu. Teh manis dikonsumsi 1 kali sehari sebanyak 1 gelas. Setelah Tn. S
mengalami penurunan kondisi klinis, Tn S hanya mengonsumsi susu cair kemasan
2 kali sehari sebanyak 189 mL. Tn. S kesulitan untuk berkomunikasi, sehingga
wawancara dilakukan dengan istri pasien. Istri Tn. S mengungkapkan sudah pernah
mendapatkan konseling gizi mengenai penyakit diabetes melitus. Istri Tn. S sudah
mengetahui makanan yang perlu dihindari dan dibatasi pada penderita diabetes
melitus. Tn. S tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu. Namun, Tn.
S mengalami mual dan muntah ketika makan terlalu banyak terutama ketika makan
bubur. Tn.S mengalami gangguan mengunyah dan ganguan menelan berkaitan
dengan stroke yang diderita pasien.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Metode Skrining
MNA merupakan metode skrining yang tepat digunakan untuk mengkaji
malnutrisi atau berisiko malnutrisi pada lansia dengan 6 butir pertanyaan
(asupan makan, penurunan BB, mobilitas, stress psikologis, demensia/depresi,
IMT/lingkar betis). Total penjumlahan semua skor kuesioner akan menentukan
seseorang tergolong berstatus gizi normal, berisiko malnutrisi, atau malnutrisi.1
B. Skrining

Tabel 1. Skrining Gizi Tn. S dengan MNA

SKRINING SKOR
A. Apakah asupan makanan berkurang selama 3 bulan terakhir
karena kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan,
kesulitan mengunyah atau menelan?
0
0 = asupan makanan sangat berkurang
1 = asupan makanan agak berkurang
2 = asupan makanan tidak berkurang
B. Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir
0 = Penurunan berat badan lebih dari 3 Kg
1 = tidak tahu 2
2 = penurunan berat badan antara 1 hingga 3 Kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
C. Mobilitas 0
0 = terbatas di tempat tidur atau kursi
1 = mampu bangun dari tempat tidur/kursi tetapi tidak bepergian ke
luar rumah
2 = dapat bepergian ke luar rumah
D. Menderita tekanan psikologis atau penyakit yang berat dalam
3 bulan terakhir 2
0 = ya 2 = tidak
E. Gangguan neuropsikologis
0 = depresi berat atau kepikunan berat
2
1 = kepikunan ringan
2 = tidak ada gangguan psikologis
F1. Indeks Massa Tubuh (IMT) (berat dalam kg)/(tinggi dalam m)2

0 = IMT kurang dari 19 (IMT < 19)


0
1 = IMT 19 hingga kurang dari 21(IMT : 19 hingga <21)
2 = IMT 21 hingga kurang dari 23 (IMT : 21 hingga <23)
3 = IMT 23 atau lebih (IMT ≥ 23)
BILA DATA IMT TIDAK ADA, GANTI PERTANYAAN F1 DENGAN
PERTANYAAN F2. ABAIKAN PERTANYAAN F2 BILA PERTANYAAN
F1 SUDAH DAPAT DIISI
F2. Lingar betis (cm)
0 = lingkar betis kurang dari 31 (lingkar betis < 31)
-
3 = lingkar betis sama dengan atau lebih besar daripada 31 (lingkar
betis ≥ 31)
Skor Skrining (skor maksimal 14)
skor 12-14 : Status gizi normal
6
skor 8-11: Beresiko malnutrisi
skor 6-7 : Malnutrisi

C. Kesimpulan Skrining
Berdasarkan hasil skrining menggunakan MNA pada Tabel 1, Tn. S
mendapatkan skor sebanyak 6 poin sehingga dapat digolongkan dalam kategori
mengalami malnutrisi.

III. ASESMEN (PENGKAJIAN GIZI)


A. Pengkajian Antropometri (AD)
Pengkajian data antropometri dilakukan dengan melakukan pengukuran
antropometri pada Tn. S. Pengukuran meliputi pengukuran estimasi berat badan
dan tinggi badan yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi. Data
antropometri digunakan untuk memonitoring kebutuhan dan efek dari intervensi
gizi terhadap penyakit Tn. S
Tabel 2. Pengkajian Antropometri

Domain Data Identifikasi Interpretasi


Masalah Data
AD 1.1.1 Tinggi badan 162 cm
estimasi
Panjang ulna 24,8 cm
AD 1.1.2 Berat badan 47,02 kg
estimasi
LiLA 21,5 cm Gizi buruk 2
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa Tn. S memiliki status gizi
buruk.

B. Pengkajian Data Biokimia (BD)

Tabel 3. Pengkajian Data Biokimia

Domain Data Nilai Satuan Interpretasi


Normal
BD-1.2.1 18,6 8-25 mg/dl Normal
Ureum
BD-1.2.5 133 135-145 mmol/L Rendah
Natrium
BD-1.2.8 0,6 0,85-1,10 mmol/L Rendah
Magnesium
BD-1.5.2 GDS 88 <200 mg/dl Normal
BD-1.10.1 9,1 13-16 g/dl Rendah
Hemoglobin
BD-1.10.2 26,5 45-55 % Rendah
Hematokrit
Eritrosit 3,51 4,5-5,5 106/mm3 Rendah
MCH 25,9 32-36 pg Rendah
MCV 75,5 80-96 fl Rendah
PDW 8,4 8,1-25 fl Normal
Leukosit 11 5-10 103/ul Tinggi
Eusinofil 21,4 1-3 % Tinggi
Limfosit 15,2 20-40 % Rendah
Neutrofil 57,1 40-60 % Normal
3
Trombosit 484 150-400 10 /ul Tinggi
BD-1.11.1 2,1 35-52 g/dl Rendah
Albumin
Pemeriksaan Sedikit
bakteri
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa Tn. S memiliki nilai
biokimia rendah pada natrium, magnesium, hemoglobin, hematokrit, eritosit,
MCH, MCV, limfosit, dan albumin sementara itu memiliki nilai biokimia tinggi
pada leukosit, eusinofil, dan trombosit.

C. Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD)

Tabel 4. Pengkajian Data Klinis/Fisik

Domain Data
PD-1.1.1 Overall Sadar namun tangan dan kaki kaku serta tidak dapat
appearance bergerak, malaise, penurunan mobilitas
PD-1.1.4 Anggota Tangan dan kaki kaku karena stroke, lemas, luka di
gerak, otot, dan tulang kaki
PD-1.1.5 Sistem Mual, muntah, sulit menelan, sulit mengunyah,
pencernaan belum makan selama dua hari
PD-1.1.6 Kepala dan Katarak
mata
PD-1.1.7 Kulit Gatal dan perih, kering bersisik, dekubitus
PD-1.1.9 Tanda vital Tanda vital tekanan darah 76/56 mmHg (hipotensi),
nadi 98x/menit (normal), laju napas 20x per menit
(normal), dan suhu 360C (normal)
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa Tn. S mengalami keluhan
tangan dan kaki yang kaku, malaise, katarak, mual dan muntah, sulit menelan,
sulit mengunyah, belum makan selama dua hari, gatal dan perih disekujur
tubuh, kering bersisik, dekubitus memiliki tanda vital normal kecuali tekanan
darah yang rendah.

D. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)


1. Asupan makan
a. Kualitatif
1) Asupan SMRS
Tn. S memiliki kebiasaan makan nasi atau bubur 3 kali sehari
sebanyak 1 centong, lauk hewani berupa ayam goreng, dan ikan
goreng, 2 kali sehari sebanyak 1 potong. Lauk nabati berupa tahu
empal, dan tempe goreng 2 kali sehari sebanyak 1 potong. Sayur
berupa sayur bening dan sop 3 kali sehari sebanyak 1 centong sayur,
buah berupa jambu dan pear 1 kali per minggu. Teh manis
dikonsumsi 1 kali sehari sebanyak 1 gelas.
Setelah Tn. S mengalami penurunan kondisi klinis, Tn S hanya
mengonsumsi susu cair kemasan 2 kali sehari sebanyak 189 mL.
2) Asupan MRS
Asupan makan Tn. S tidak dijelaskan di kasus.
b. Kuantitatif
1) Asupan SMRS (Kebiasaan Makan)

Tabel 5. Food History SMRS Tn. S

Domain Data Metode


FH 1.1 Kebiasaan Makan: 1215,6 Analisis riwayat asupan berdasarkan
Asupan Energi kkal Nutrisurvey
Setelah penurunan kondisi
klinis : 379,4 kkal
FH-1.2.1 Kebiasaan Makan: tidak ada Analisis riwayat asupan berdasarkan
Asupan cairan minuman informasi Nutrisurvey
Setelah penurunan kondisi
klinis : tidak ada informasi

FH-1.2.2.1 Kebiasaan Makan Analisis kualitatif data sekunder


Jumlah makanan Makanan pokok :
 Nasi atau bubur 3x/hari
sebanyak 1 centong nasi
(60 gram)
Lauk hewani:
 Ayam goreng 2x/hari 1
ptg
 Ikan goreng 2x/hari 1
ptg
Lauk nabati:
 Tahu empal 2x/hari 1 ptg
 Tempe goreng 2x.hari 1
ptg
Sayuran:
 Sayur bening 3x/hari 1
cntg sayur
 Sayur sop 3x/hari 1 cntg
sayur
Buah:
 Jambu 1x/mg
 Pear 1x/mg
Susu, Kopi, Teh
 Teh manis 1x/hari 1 gls

Setelah penurunan kondisi


klinis
Susu, Kopi, Teh
 Susu cair kemasan
2x/hari 189 mL
FH-1.2.2.3 3x makan utama Analisis kualitatif data sekunder
Pola Makanan
FH-1.2.2.5 Karbohidrat : nasi, bubur Analisis kualitatif data sekunder
Food Variety Protein nabati : tempe, tahu
Protein hewani : daging
ayam, ikan
Sayuran : bayam, wortel,
kool
Buah-buahan : jambu, pear
Susu : Teh, susu
FH-1.3.2.2 Infus RL 20 tpm
Cairan intravena Infus dekstrose 5%
FH-1.5.1.1 Kebiasaan Makan: 61,2 g Analisis riwayat asupan berdasarkan
Total Asupan Lemak Setelah penurunan kondisi Nutrisurvey
klinis : 11,8 g
FH-1.5.2.1 Kebiasaan Makan : 69 g Analisis riwayat asupan berdasarkan
Total Asupan Protein Setelah penurunan kondisi Nutrisurvey
klinis : 9,4 g
FH-1.5.3.1 Kebiasaan Makan: 102,8 g Analisis riwayat asupan berdasarkan
Total Asupan Setelah penurunan kondisi Nutrisurvey
Karbohidrat klinis : 56,7 g
FH-1.5.6.1 Kebiasaan Makan: 5 g Analisis riwayat asupan berdasarkan
Total Asupan Serat Setelah penurunan kondisi Nutrisurvey
klinis : -
FH-1.6.1 Kebiasaan Makan Analisis riwayat asupan berdasarkan
Asupan vitamin Vit. A : 1769,7 mcg Nutrisurvey
Vit. C : 32,8 mg
Vit. B12 : 1,2 mcg
Vit. D : 0,8 mcg
Folat : 110,2 mcg

Setelah penurunan kondisi


klinis
Vit. A : - mcg
Vit. C : - mg
Vit. B12 : - mcg
Vit. D : - mcg
Folat : - mcg
FH-1.6.2 Kebiasaan Makan Analisis riwayat asupan berdasarkan
Asupan mineral Kalsium : 268 mg Nutrisurvey
Kalium : 1043,9 mg
Fe : 10,5 mg
Magnesium : 260,1 mg
Natrium : 131,2 mg

Setelah penurunan kondisi


klinis
Kalsium : - mg
Kalium : - mg
Fe : - mg
Magnesium : - mg
Natrium :- mg
FH-3.1.1 Omeprazole
Penggunaan obat yang Ceftin
diresepkan NaCl 0,9
Ceftazidime
Pamol
Ketoprofen
Mecobalamin
Acetylsistein
Azthromycin
FH-4.1 Pengetahuan Istri Tn. S mengungkapkan
terkait gizi dan makanan sudah pernah mendapatkan
konseling gizi mengenai
penyakit diabetes melitus.
Istri Tn. S sudah mengetahui
makanan yang perlu dihindari
dan dibatasi pada penderita
diabetes melitus
FH-5.2 Perilaku Tn. S tidak memiliki riwayat
Menolak/Menghindari alergi terhadap makanan
tertentu. Namun, Tn. S
mengalami mual dan muntah
ketika makan terlalu banyak
terutama ketika makan bubur.
Tn.S mengalami gangguan
mengunyah dan ganguan
menelan berkaitan dengan
stroke yang diderita pasien.

Tabel 6. Kecukupan Asupan SMRS (Kebiasaan Makan)

Domain Indikator Asupan Kebutuhan Presentase Pencapaian


(%)
FH-1.1.1.1 Asupan Energi 1215,6 1841,4 66,01 Defisit
(kkal)
FH-1.2.1 Cairan (ml) - 1500 0 Defisit
FH-1.5.3.1 Asupan 69 66,96 103,04 Cukup
Protein (g)
FH-1.5.1.1 Asupan 61 51,31 118,8 Cukup
Lemak (g)
FH-1.5.5.1 Asupan 102,8 278,32 36,93 Defisit
Karbohidrat
(g)
FH-1.5.6.1 Serat (g) 5 20 25 Defisit
FH-1.6.1.1. Vit. A (mcg) 1769,7 650 172,2 Lebih
FH-1.6.1.2 Vit. C (mg) 32,8 90 36,4 Defisit
FH-1.6.1.3 Vit. D (mcg) 0,8 15 5,3 Defisit
FH-1.6.1.9 Folat (mcg) 110.2 400 27,5 Defisit
FH-1.6.1.12 Vit. B12 1,2 4 30 Defisit
(mcg)
FH-1.6.1.2 Kalsium (mg) 268 1200 22,3 Defisit
FH-1.6.2.3 Zat Besi (mg) 10,5 9 116,6 Cukup
FH-1.6.2.4 Magnesium 260,1 360 72,25 Defisit
(mg)
FH-1.6.2.5 Kalium (mg) 1043,9 4700 22,21 Defisit
FH-1.6.2.7 Natrium (mg) 131,2 1300 10,09 Defisit
FH-1.6.2.8 Zinc (mg) 5,5 11 50 Defisit

Tabel 7. Kecukupan Asupan SMRS (Setelah Penurunan Kondisi Klinis)

Domain Indikator Asupan Kebutuhan Presentase Pencapaian


(%)
FH-1.1.1.1 Asupan Energi 379,4 1674 22,6 Defisit
(kkal)
FH-1.2.1 Cairan (ml) - 1500 0 Defisit
FH-1.5.3.1 Asupan 9,4 66,96 14,03 Defisit
Protein (g)
FH-1.5.1.1 Asupan 11,8 46,5 25,37 Defisit
Lemak (g)
FH-1.5.5.1 Asupan 56,7 246,915 22,96 Defisit
Karbohidrat
(g)
FH-1.5.6.1 Serat (g) - 20 0 Defisit
FH-1.6.1.1. Vit. A (mcg) - 650 0 Defisit
FH-1.6.1.2 Vit. C (mg) - 90 0 Defisit
FH-1.6.1.3 Vit. D (mcg) - 15 0 Defisit
FH-1.6.1.9 Folat (mcg) - 400 0 Defisit
FH-1.6.1.12 Vit. B12 - 4 0 Defisit
(mcg)
FH-1.6.1.2 Kalsium (mg) - 1200 0 Defisit
FH-1.6.2.3 Zat Besi (mg) - 9 0 Defisit
FH-1.6.2.4 Magnesium - 360 0 Defisit
(mg)
FH-1.6.2.5 Kalium (mg) - 4700 0 Defisit
FH-1.6.2.7 Natrium (mg) - 1300 0 Defisit
FH-1.6.2.8 Zinc (mg) - 11 0 Defisit

2) Asupan MRS
Tidak ada data asupan makan kuantitatif selama di rumah sakit.
2. Pengetahuan terkait gizi
Istri Tn. S mengungkapkan sudah pernah mendapatkan konseling gizi
mengenai penyakit diabetes melitus. Istri Tn. S sudah mengetahui makanan
yang perlu dihindari dan dibatasi pada penderita diabetes melitus.
3. Aktivitas fisik
Dulu bekerja sebagai pedagang, sekarang kedua kaki Tn. S kaku dan tidak
bisa diluruskan sehingga sudah tidak kembali bekerja.
4. Kemampuan menerima makanan
Tn. S tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu. Namun,
Tn. S mengalami mual dan muntah ketika makan terlalu banyak terutama
ketika makan bubur. Tn.S mengalami gangguan mengunyah dan ganguan
menelan berkaitan dengan stroke yang diderita pasien.
5. Terapi obat dan medikasi
Terapi medis yang diberikan yaitu infus RL lanjut 20 tpm, injeksi
Omeprazol, injeksi Ceftin, injeksi NaCl 0,9, injeksi Ceftazidime, injeksi
Pamol, injeksi Ketoprofen, Mecobalamin, injeksi Acetylsistein, Injeksi
Azthromycin dan infus dekstrose 5%.

Tabel 8. Efek Samping Obat 3

Obat Efek Samping


Infus Ringer Laktat Cairan infus yang biasa digunakan
pada pasien dewasa dan anak-anak
sebagai sumber elektrolit dan air,
diberikan untuk penderita dehidrasi
yang mengalami gangguan elektrolit
di dalam tubuh.
Omeprazol Rendahnya kadar kalium dalam
darah, yang menimbulkan gejala
berupa kram otot, detak jantung yang
tidak normal (lambat, cepat, atau
tidak beraturan), dan kejang,
gangguan pencernaan, seperti diare
yang berkelanjutan serta adanya
darah atau lendir pada tinja,
kekurangan vitamin B12, yang
menyebabkan keluhan lemas,
sariawan, mati rasa,
dan kesemutan pada tangan atau
kaki.
Ceftin Mual atau muntah, diare, sakit
kepala, pusing, atau kantuk
NaCl 0,9 Detak jantung cepat, demam
gatal-gatal atau ruam, suara serak,
iritasi, nyeri sendi, kaku, atau
bengkak, dada sesak
Ceftazidime Mual, muntah, diare, sakit perut,
bengkak, merah, atau nyeri di area
suntikan
Pamol Mual, muntah, diare, diaphoresis
atau produksi keringat berlebih,
pucat dan sakit perut, gangguan hati
(penggunaan jangka panjang dan
dosis tinggi).
Ketoprofen Sakit maag, sembelit atau diare, sakit
kepala atau pusing, rasa mengantuk,
kehilangan nafsu makan
Mecobalamin Mual atau muntah, hilang nafsu
makan, diare.
Acetylsistein Mual, muntah, sakit perut, pilek,
sariawan, demam.

Azthromycin Sakit kepala, mual, muntah, sakit


perut, diare
Infus dekstrose 5% Dextrose adalah cairan infus untuk
mengatasi hipoglikemia atau kondisi
kadar gula darah terlalu rendah. Obat
ini juga digunakan sebagai alternatif
untuk memenuhi kebutuhan gula dan
cairan pada pasien dengan kondisi
medis tertentu.

E. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)

Tabel 9. Pengkajian Data Riwayat Pasien

Domain Data Identifikasi Masalah


CH-1.1.1 Usia 60 tahun
CH-1.1.2 Jenis kelamin Laki-laki
CH-1.1.7 Peran dalam keluarga Suami
CH-1.1.8 Penggunaan rokok Sudah berhenti sejak
didiagnosis diabetes
melitus dan stroke
CH-1.1.9 Keterbatasan fisik Katarak, tangan dan kaki
kaku tidak bisa diluruskan
CH-1.1.10 Mobilitas Terjadi penurunan
CH-2.1.1 Kardiovaskuler Stroke
CH-2.1.2 Endokrin/metabolisme Diabetes melitus
CH-2.1.3 Ekskretori Dehidrasi
CH-2.1.4 Gastrointestinal Tidak bisa mengunyah dan
menelan
CH-2.2.1 Terapi Fisioterapi
CH-3.1.6 Pekerjaan Pedagang

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa Tn. S adalah seorang laki-


laki berusia 60 tahun yang menderita stroke, diabetes melitus, mengalami
dehidrasi, kesulitan menelan dan mengunyah, serta mengalami penurunan
mobilitas karena stroke yang diderita.

F. Standar Komparatif (CS)


a. Perhitungan SMRS
1) Energi 4

Faktor Keterangan Nilai


Jenis Kelamin 30 kkal/ kgBBI 1674 kkal
Usia (-) 10% x total kalori 167,4 kkal
Aktivitas (+) 20% x kebutuhan 334,8 kkal
basal
Total 1841,4 kkal
2) Protein = 1,2 g/kgBB 4

= 1,2 g x 55,8

= 66,96 g (14,54%)

3) Lemak = 25% kebutuhan kalori 4

= 51,31 g

 Lemak jenuh = <7% kebutuhan kalori 4


= <14,322 g
 PUFA = <10% kebutuhan kalori 4
= <20,46 g
 MUFA = 15% kebutuhan kalori 4
= 30,69 g
4) Karbohidrat = 60,46% kebutuhan kalori 4

= 278,32 g

5) Serat = 20 g 4
6) Zat Gizi Mikronutrien5

Zat Gizi Kebutuhan


Vit. A (mcg) 650
Vit. C (mg) 90
Vit. D (mcg) 15
Folat (mcg) 400
Vit. B12 (mcg) 4,0
Kalsium (mg) 1200
Zat Besi (mg) 9
Magnesium (mg) 360
Kalium (mg) 4700
Natrium (mg) 1300
Zinc (mg) 11

b. Perhitungan MRS
1) Energi 4

Faktor Keterangan Nilai


Jenis Kelamin 30 kkal/ kgBBI 1674 kkal
Usia (-) 10% x total kalori 167,4 kkal
Aktivitas (+) 10% x kebutuhan 167,4 kkal
basal
Total 1674
2) Protein = 1,2 g/kgBB 4

= 1,2 g x 55,8

= 66,96 g (16%)

3) Lemak = 25% kebutuhan kalori4

= 46,5 g
 Lemak jenuh = <7% kebutuhan kalori 4
= <13,02 g
 PUFA = <10% kebutuhan kalori 4
= <18,6 g
 MUFA = 15% kebutuhan kalori 4
= 27,9 g
4) Karbohidrat = 59% kebutuhan kalori 4

= 246,915 g

5) Serat = 20 g 4
6) Zat Gizi Mikronutrien5

Zat Gizi Kebutuhan


Vit. A (mcg) 650
Vit. C (mg) 90
Vit. D (mcg) 15
Folat (mcg) 400
Vit. B12 (mcg) 4,0
Kalsium (mg) 1200
Zat Besi (mg) 9
Magnesium (mg) 360
Kalium (mg) 4700
Natrium (mg) 1300
Zinc (mg) 11

IV. DIAGNOSIS GIZI


Berdasarkan asesmen yang telah dibuat, maka Tn. S dapat didiagnosa dengan:
1. Malnutrisi (NC-5.2) berkaitan dengan kurangnya asupan SMRS karena
kesulitan mengunyah dan menelan serta rendahnya persentil LiLA ditandai
dengan asupan SMRS yang hanya sebesar 379,4 kkal dan nila persentil LiLA
sebesar 67,8%.

V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi
1. Mencegah malnutrisi memburuk dengan memberikan makanan sesuai
dengan kebutuhan pasien minimal 80% dari kebutuhan melalui gastrostomi
endoskopi perkutan.
2. Memberikan konseling gizi terkait diet pasien stroke dengan diabetes
melitus
B. Perencanaan Intervensi
1. Pemberian Diet
a. Preskripsi Diet
1) Penatalaksanaan diet
a) Energi sesuai dengan kebutuhan pasien dengan diabetes melitus
sesuai perhitungan dengan rumus PERKENI 2019 yaitu
diberikan sebesar 1674 kkal. 4
b) Protein tinggi diberikan bagi pasien dengan malnutrisi yaitu 1,2
g/kgBB sebesar 66,96 g (16%).4 Dianjurkan yang tidak
mengandung tinggi lemak seperti daging rendah lemak, ikan,
ayam tanpa kulit, susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe.6
c) Lemak sedang 25% kebutuhan kalori yaitu sebesar 46,5 g.4
Makanan dianjurkan diolah dengan cara ditumis, dipanggang,
dikukus, disetup, direbus, dibakar.6
 Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori yaitu <13,02 g 4
 PUFA <10% kebutuhan kalori yaitu <18,6 g 4
 MUFA 15% kebutuhan kalori yaitu 27,9 g 4
d) Karbohidrat sedang yaitu sisa dari perhitungan kalori 59%
sebesar 246,915 g.4 Karbohidrat yang dianjurkan adalah
karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,
ubi, sagu, yang berserat tinggi.6
e) Mikronutrien 5

Zat Gizi Kebutuhan


Vit. A (mcg) 650
Vit. C (mg) 90
Vit. D (mcg) 15
Folat (mcg) 400
Vit. B12 (mcg) 4,0
Kalsium (mg) 1200
Zat Besi (mg) 9
Magnesium (mg) 360
Kalium (mg) 4700
Natrium (mg) 1300
Zinc (mg) 11

2. Jenis diet
Diet DM 1700 kkal
3. Bentuk makanan
Cair karena pasien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
Makan diberikan melalui gastrostomi endoskopi perkutan.
4. Jadwal makan
7 kali makan
C. Implementasi Intervensi
1. Pemberian Diet
Implementasi dari preskripsi berupa rencana menu Tn. S yaitu sebagai
berikut.

Tabel 10. Rencana Menu

Waktu Menu Bahan Berat


Bangun Pagi Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Pagi Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Siang Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Sore Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Malam Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Sebelum Tidur Susu enteral Susu diabetasol 60 gr
Air 200 ml
Diantara Tidur Susu enteral Susu diabetasol 30 gr
Air 100 ml
Nilai Gizi
Energi 1691,1 kkal
Protein 64,7 gr
Lemak 45,2 gr
Karbohidrat 253,5 gr

2. Konseling dan Edukasi Gizi

Tabel 11. Konseling dan Edukasi Gizi

Pelaksanaan Konseling Gizi


Hari, Tanggal Senin, 29 November 2021
Jam 08.00-08.30
Tempat Ruang Rawat Pasien
Topik Penatalaksanaan diet untuk pasien stroke dan diabetes
melitus
Tujuan a) Memberikan motivasi kepada keluarga Tn. S untuk
mengawasi diet dengan baik.
b) Memberikan pemahaman kepada keluarga dan Tn. S
tentang keadaan Tn. S sekarang yaitu mengenai
keadaan malnutrisi dengan kesulitan mengunyah dan
menelan
c) Memberikan pemahaman kepada Tn. S dan keluarga
mengenai penatalaksanaan diet pada pasien stroke dan
diabetes melitus
d) Memberikan dorongan kepada Tn. S dan keluarga
untuk memotivasi Tn. S untuk menghabiskan makanan
yang disediakan rumah sakit
Sasaran Tn. S dan keluarga
Waktu 30 menit diskusi
Materi a) Menjelaskan keadaan Tn. S malnutrisi dengan
kesulitan mengunyah dan menelan
b) Menjelaskan tujuan dan prinsip diet yang dijalani Tn. S
c) Memberikan contoh menu sehari sebagai gambaran
contoh penatalaksanaan diet pada pasien stroke dan
diabetes melitus
Metode Penjelasan singkat, tanya jawab, dan diskusi
Media Leaflet Diet Stroke dan Diabetes Melitus
Evaluasi a) Tn. S dan keluarga mengerti kondisi gizi dan
permasalahan gizi yang dialami Tn. S
b) Tn. S dan keluarga mengerti tentang pelakasanaan diet
stroke dan diabetes melitus.
c) Tn. S mempunyai kesadaran untuk mengasup makanan
yang dianjurkan dan tidak mengasup makanan yang
sebaiknya dihindari

3. Kerjasama dengan Profesi Lain

Tabel 12. Kerja Sama dengan Profesi Lain

No Hal yang Didiskusikan Profesi


Kesehatan

1. a. Kriteria diet yang disesuaikan dengan kondisi pasien Dokter


sehingga dapat memperbaiki asupan makan pasien. Penanggung
b. Rekomendasi suplementasi vitamin dan mineral yang Jawab
diperlukan Pasien

2. a. Efek samping obat yang dipreskripsikan kepada Farmasi


pasien (IOM).

3. a. Berdiskusi mengenai perkembangan kondisi pasien Perawat


(profil biokimia dan tanda fisik-klinis).
b. Koordinasi terkait edukasi jadwal pemberian dan
No Hal yang Didiskusikan Profesi
Kesehatan

konsumsi obat (untuk menekan efek samping).


c. Koordinasi pemantauan asupan makan pasien setiap
waktu makan

4. Koordinasi mengenai jadwal dan frekuensi pemberian diet Instalasi


pada makanan utama dan selingan kepada pasien sesuai Gizi
preskripsi diet.

VI. MONITORING – EVALUASI GIZI


A. Antropometri (AD)

Tabel 13. Monitoring dan Evaluasi Antropometri

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target


Berat badan Pemantauan berat Pengukuran berat Tidak terjadi
badan dan LiLA badan dan LiLA penurunan BB
secara rutin. dan persentil
LiLA

B. Biokimia (BD)

Tabel 14. Monitoring dan Evaluasi Biokimia

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target


Biokimia Memantau hasil Tes laboratorium Hasil lab
laboratorium kembali normal.

C. Klinis/ Fisik (PD)

Tabel 15. Monitoring dan Evaluasi Klinis/Fisik

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target


Klinis/fisik Memantau Pemeriksaan fisik Hasil tes fisik
keadaan klinis setiap hari dengan normal.
pasien observasi secara
langsung

D. Asupan Makanan (FH)

Tabel 16. Monitoring dan Evaluasi Asupan Makanan

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target


Asupan makan Memantau sisa Setiap kali makan Ny. Y mengasup
makanan pasien dengan visual minimal 80% dari
comstock makanan yang
dihidangkan.

E. Pengetahuan Gizi

Tabel 17. Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan Gizi

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target


Kesiapan Memantau Diskusi dengan Tn. S dan keluarga
merubah perilaku asupan makanan Tn. S dan paham mengenai
pasien keluarga diet untuk Tn. S
dan Tn. S
berkomitmen
mengubah asupan
makan sesuai
anjuran diet terkait
penyakit, serta
keluarga dapat
memberikan
motivasi kepada
Tn. S untuk
mengasup
makanan dari
rumah sakit.
VII. PEMBAHASAN KASUS
Tn. S merupakan pasien dengan diagnosis diabetes melitus dan stroke yang
beresiko malnutrisi. Berdasarkan skrining menggunakan MNA, Tn. S mendapatkan
skor 6 poin sehingga dapat digolongkan dalam kategori mengalami malnutrisi,
karena itu diperlukan pengkajian gizi lebih lanjut dengan proses ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring, dan Evaluasi.. Diabetes melitus merupakan
penyakit gangguan metabolik akibat pankreas tidak mampu lagi memproduksi
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.7
Stroke adalah penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan atau kematian jaringan otak
akibat berkurang atau tersumbatnya aliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah
ke otak dapat berkurang karena pembuluh darah otak mengalami penyempitan,
penyumbatan, atau perdarahan karena pecahnya pembuluh darah tersebut. Hampir
85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah, penyempitan sebuah arteri
atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus (kotoran) yang terlepas
dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di luar tengkorak). Ini di
sebut sebagai infark otak atau stroke iskemik.Pada orang berusia lanjut lebih dari
65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat disebabkan oleh aterosklerosis
(mengerasnya arteri).8
Pengkajian data antropometri dilakukan dengan melakukan pengukuran
antropometri pada Tn. S. Pengukuran meliputi pengukuran panjang ulna dan LiLA
yang digunakan untuk menghitung estimasi tinggi badan dan berat badan Ny. SR.
Pengkategorian status gizi Tn. S dilakukan dengan pengukuran LiLA yang
didapatkan dan disimpulkan bahwa Tn. S memiliki status gizi buruk.2
Berdasarkan pengkajian data biokimia, disimpulkan bahwa Tn. S memiliki nilai
biokimia rendah pada natrium, magnesium, hemoglobin, hematokrit, eritosit, MCH,
MCV, limfosit, dan albumin sementara itu memiliki nilai biokimia tinggi pada
leukosit, eusinofil, dan trombosit. Tn. S mengalami anemia dimana terjadi
penurunan jumlah masa eritrosit sehingga tidak dapat membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, MCH, MCV dan hitungan eritrosit.9 Tn. S juga mengalami
kondisi hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 35 gr/L (< 3,5).10
Trombositosis yaitu keadaan jumlah trombosit dalam darah melebihi batas atas
nilai rujukan (>400.000/ul) dapat terjadi biasanya pada keadaan infeksi dan
inflamasi.11 Hal yang sama juga terjadi pada leukosit, leukosit merupakan fungsi
utama untuk pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi untuk perlindungan atau sebagai
pertahanan tubuh melawan infeksi.12
Berdasarkan pengkajian fisik klinis Tn. S diketahui mengalami keluhan tangan
dan kaki yang kaku, malaise, katarak, mual dan muntah, sulit menelan, sulit
mengunyah, belum makan selama dua hari, gatal dan perih disekujur tubuh, kering
bersisik, dekubitus memiliki tanda vital normal kecuali tekanan darah yang rendah.
Tn. S memiliki kebiasaan makan nasi atau bubur 3 kali sehari sebanyak 1 centong,
lauk hewani berupa ayam goreng, dan ikan goreng, 2 kali sehari sebanyak 1 potong.
Lauk nabati berupa tahu empal, dan tempe goreng 2 kali sehari sebanyak 1 potong.
Sayur berupa sayur bening dan sop 3 kali sehari sebanyak 1 centong sayur, buah
berupa jambu dan pear 1 kali per minggu. Teh manis dikonsumsi 1 kali sehari
sebanyak 1 gelas. Setelah Tn. S mengalami penurunan kondisi klinis, Tn S hanya
mengonsumsi susu cair kemasan 2 kali sehari sebanyak 189 mL. Dari analisis
asupan makanan baik kebiasaan dan setelah penurunan kondisi klinis dapat
disimpulkan bahwa asupan oral Tn. S adalah defisit.
Berdasarkan asesmen yang telah dibuat, maka Tn. S dapat didiagnosa dengan
Malnutrisi (NC-5.2) berkaitan dengan kurangnya asupan SMRS karena kesulitan
mengunyah dan menelan serta rendahnya persentil LiLA ditandai dengan asupan
SMRS yang hanya sebesar 379,4 kkal dan nila persentil LiLA sebesar 67,8%.
Intervensi dilakukan dengan tujuan sesuai dengan diagnosisi gizi yang
ditegakkan yaitu untuk mencegah malnutrisi memburuk dengan memberikan
makanan sesuai dengan kebutuhan pasien minimal 80% dari kebutuhan melalui
gastrostomi endoskopi perkutan (PEG) serta memberikan konseling gizi terkait diet
pasien pasca stroke dengan diabetes melitus. Energi sesuai dengan kebutuhan
pasien dengan diabetes melitus sesuai perhitungan dengan rumus PERKENI 2019
yaitu diberikan sebesar 1674 kkal.4 Protein tinggi diberikan bagi pasien dengan
malnutrisi yaitu 1,2 g/kgBB sebesar 66,96 g (16%).4 Dianjurkan yang tidak
mengandung tinggi lemak seperti daging rendah lemak, ikan, ayam tanpa kulit, susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.6
Lemak diberikan sedang 25% kebutuhan kalori yaitu sebesar 46,5 g. Jenis lemak
yang diberikan yaitu lemak jenuh <7% kebutuhan kalori yaitu <13,02 g, PUFA
<10% kebutuhan kalori yaitu <18,6 g, dan MUFA 15% kebutuhan kalori yaitu 27,9
g.4 Karbohidrat sedang yaitu sisa dari perhitungan kalori 59% sebesar 246,915 g.4
Karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mi,
kentang, singkong, ubi, sagu, yang berserat tinggi. Makanan dianjurkan diolah
dengan cara ditumis, dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dibakar.6
Selain makronutrien, mikronutrien juga penting untuk dipenuhi. Kebutuhan
mikronutrien disesuaikan dengan AKG 2019.5 Jenis diet yang diberikan adalah diet
cair 1700 kkal untuk pasien stroke dengan diabetes melitus dengan jadwal 7 kali
makan. Diet cair diberikan melalui PEG dengan beberapa alasan. Sebagian besar
bukti keunggulan pemberian PEG didasarkan pada uji coba acak yang
membandingkan PEG dengan NG (nasogastrik) pada pasien dengan disfagia terkait
stroke. Hamidon dkk. mengungkapkan bahwa kadar albumin serum pada pasien
PEG secara signifikan lebih tinggi daripada pasien dengan pemberian NG setelah 4
minggu intervensi.13 Studi lain melibatkan 30 peserta dengan usia rata-rata 77
tahun. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan mortalitas yang signifikan pada
enam minggu antara pasien dengan NG dan PEG dengan delapan kematian pada
kelompok NG dan dua kematian pada kelompok PEG. Selain itu, pasien dengan
PEG menunjukkan peningkatan rata-rata dalam pengukuran antropometri setelah
tindak lanjut. Sementara itu, pasien dengan NG menunjukkan penurunan
pengukuran antropometri.14
Implementasi intervensi gizi berupa rencana menu Tn. S selama 1 hari,
konseling gizi, dan kerjasama dengan profesi lain yang diperlukan. Menu disusun
berdasarkan preskripsi diet sebelumnya. Konseling gizi difokuskan kepada
permasalahan gizi individu yaitu terkait keadaan kesulitan menelan dan mengunyah
karena stroke dan kebutuhan sesuai diabetes melitus Tn. S. Konseling gizi
bertujuan utama untuk memotivasi Tn. S agar dapat mengasup makanan yang
disediakan oleh rumah sakit dengan baik dan tidak mengkonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Kerjasama dengan profesi lain dilakukan dengan dokter
penanggung jawab pasien untuk mendiskusikan terkait interaksi obat yang
diresepkan serta perencanaan suplementasi vitamin dan mineral yang diperlukan.
Kerjasama dengan perawat juga diperlukan untuk berdiskusi mengenai
perkembangan kondisi pasien (profil biokimia dan tanda fisik-klinis), koordinasi
terkait edukasi jadwal pemberian dan konsumsi obat (untuk menekan efek samping)
dan koordinasi pemantauan asupan makan pasien setiap waktu makan. Terakhir,
koordinasi yang penting juga dilakukan dengan instalasi gizi untuk berkoordinasi
mengenai jadwal dan frekuensi pemberian diet pada makanan utama dan selingan
kepada pasien sesuai preskripsi diet.
Terakhir, monitoring dan evaluasi dilakukan dengan indikator antropometri,
biokimia, fisik/klinis, asupan makanan, dan pengetahuan. Data antropometri
kembali dievaluasi dengan pemantauan berat badan dan LiLA secara rutin dan
memiliki target untuk tidak adanya penurunan berat badan. Data biokimia
dievaluasi dengan pemantauan hasil laboratorium dan menargetkan hasil lab Tn. S
yaitu nilai natrium, magnesium, hemoglobin, hematokrit, eritosit, MCH, MCV,
limfosit, albumin, leukosit, eusinofil, dan trombosit. Evaluasi lainnya dilakukan
untuk memantau keadaan klinis/fisik pasien dengan observasi langsung oleh
bantuan perawat dan memiliki target hasil tes fisik normal. Asupan makanan juga
dievaluasi seriap kali makan dengan visual comstock dan diharapkan bahwa Tn. S
mampu mengasup minimal 80% makanan yang disediakan. Pengetahuan dan
perilaku makan Tn. S juga dipantau dengan harapan Tn. S dan keluarga paham
mengenai diet untuk Tn. S dan Tn. S berkomitmen mengubah asupan makan sesuai
anjuran diet terkait penyakit, serta keluarga dapat memberikan motivasi kepada Tn.
S untuk mengasup makanan dari rumah sakit.

VIII. PENUTUP/KESIMPULAN
Tn. S merupakan pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan karena
stroke serta riwayat diabetes melitus yang memperlukan asuhan gizi terstandar
karena mengalami malnutrisi. Tn. S mendapatkan intervensi berupa diet diabetes
melitus dengan bentuk cair. Konseling gizi juga diperlukan untuk membangun
komitmen dan memotivasi Tn. S agar dapat menghabiskan diet yang disediakan
oleh rumah sakit.
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Khusumawerdanie, Krisna E, Maulina M. Status Gizi Lansia Berdasarkan Mini


Nutritional Assessment (MNA) Di Panti Sosial Tresna Werdha Lhokseumawe-
Aceh Utara. J Samudera. 2015;9(2):18–29.

2. Wahyuningsih W, Retno R. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta:


Graha Ilmu; 2013. 23–36 p.

3. Ninla Elmawati Falabiba, Anggaran W, Mayssara A. Abo Hassanin Supervised


A, Wiyono B., Ninla Elmawati Falabiba, Zhang YJ, et al. Studi Interaksi Obat
Dan Manifestasi Klinik Pada Peresepan Di Puskesmas Bontolempangan Ii
Kabupaten Gowa. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc. 2014;5(2):40–51.

4. Perkeni (Persatuan Endokrinologi Indonesia). Pedoman Pengelolaan dan


Pencehagan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2019. 1st ed. Jakarta:
PB Perkeni; 2019.

5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang
Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. 2019.

6. Persatuan Ahli Gizi Indonesia; Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet dan
Terapi Gizi. 4th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2019.

7. Rashida D, Devi T. Diabetes Melitus Tipe II Dan Diabetic Foot. Denpasar:


Universitas Udayana; 2018.

8. Ummaroh EN. Asuhan Keperawatan Pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident)


Dengan Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruang Aster Rsud Dr. Harjono
[Thesis]. Ponorogi: Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2019.

9. Rahma I. Hubungan Tingkat Kecukupan Fe, Vitamin B9, Dan Vitamin B12
Dengan Kadar Hemoglobin Anak Usia 11 Tahun Sekolah Dasar Negeri 02
Pedurungan Kidul Semarang [Thesis]. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang; 2017.
10. Citra Mahardina DA, Setyopranoto I, Dananjoyo K, Darmawan A. Perbedaan
Luaran Fungsional Pasien Stroke Iskemia Akut Dengan Kondisi
Hipoalbuminemia Dan Tanpa Hipoalbuminemia. Callosum Neurol.
2018;1(1):32–9.

11. Maharani DR. Perbedaan Hitung Jumlah Trombosit Dengan Metode Impedansi,
Langsung Dan Barbara Brown [Thesis]. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang; 2017.

12. Giyartika F, Keman S. The Differences of Improving Leukosit in Radiographers


at Islamic Hospital Jemursari Surabaya. J Kesehat Lingkung. 2020;12(2):97.

13. Hamidon BB, Abdullah SA, Zawawi MF, Sukumar N, Aminuddin A, Raymond
AA. A prospective comparison of percutaneous endoscopic gastrostomy and
nasogastric tube feeding in patients with acute dysphagic stroke. Med J Malaysia.
2006;61(1):59–66.

14. Norton B, Homer-Ward M, Donnelly MT, Long RG, Holmes GKT. A


randomised prospective comparison of percutaneous endoscopic gastrostomy and
nasogastric tube feeding after acute dysphagic stroke. Br Med J.
1996;312(7022):13–6.

15. Mulyasari I, Purbowati P. Lingkar lengan atas dan panjang ulna sebagai
parameter antropometri untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan
orang dewasa. J Gizi Indones (The Indones J Nutr. 2018;7(1):30–6.
X. LAMPIRAN
A. Leaflet
B. Perhitungan Estimasi Antropometri

BB15 = 2,863 LILA (cm) - 4,019 jenis kelamin - 14,533


= (2,863 x 21,5) – (4,019 x 0) – 14,533
= 61,5545 – 14,533
= 47,02 kg
TB15 = 2,525 panjang ulna (cm) – 5,828 jenis kelamin + 99,384
= (2,525 x 24,8) – (5,828 x 0) + 99,384
= 62,62 + 99,384
= 162 cm
BBI = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
= 90% x 62 x 1 kg
= 55,8 kg

C. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


c. Perhitungan SMRS
7) Energi 4

Faktor Keterangan Nilai


Jenis Kelamin 30 kkal/ kgBBI 1674 kkal
Usia (-) 10% x total kalori 167,4 kkal
Aktivitas (+) 20% x kebutuhan 334,8 kkal
basal
Total 1841,4 kkal
8) Protein = 1,2 g/kgBB 4

= 1,2 g x 55,8

= 66,96 g (14,54%)

9) Lemak = 25% kebutuhan kalori 4

= 51,31 g

 Lemak jenuh = <7% kebutuhan kalori 4


= <14,322 g
 PUFA = <10% kebutuhan kalori 4
= <20,46 g
 MUFA = 15% kebutuhan kalori 4
= 30,69 g
10) Karbohidrat = 60,46% kebutuhan kalori 4

= 278,32 g

11) Serat = 20 g 4
12) Zat Gizi Mikronutrien5

Zat Gizi Kebutuhan


Vit. A (mcg) 650
Vit. C (mg) 90
Vit. D (mcg) 15
Folat (mcg) 400
Vit. B12 (mcg) 4,0
Kalsium (mg) 1200
Zat Besi (mg) 9
Magnesium (mg) 360
Kalium (mg) 4700
Natrium (mg) 1300
Zinc (mg) 11

d. Perhitungan MRS
7) Energi 4

Faktor Keterangan Nilai


Jenis Kelamin 30 kkal/ kgBBI 1674 kkal
Usia (-) 10% x total kalori 167,4 kkal
Aktivitas (+) 10% x kebutuhan 167,4 kkal
basal
Total 1675
8) Protein = 1,2 g/kgBB 4

= 1,2 g x 55,8

= 66,96 g (16%)

9) Lemak = 25% kebutuhan kalori4

= 46,5 g

 Lemak jenuh = <7% kebutuhan kalori 4


= <13,02 g
 PUFA = <10% kebutuhan kalori 4
= <18,6 g
 MUFA = 15% kebutuhan kalori 4
= 27,9 g
10) Karbohidrat = 59% kebutuhan kalori 4

= 246,915 g

11) Serat = 20 g 4
12) Zat Gizi Mikronutrien5

Zat Gizi Kebutuhan


Vit. A (mcg) 650
Vit. C (mg) 90
Vit. D (mcg) 15
Folat (mcg) 400
Vit. B12 (mcg) 4,0
Kalsium (mg) 1200
Zat Besi (mg) 9
Magnesium (mg) 360
Kalium (mg) 4700
Natrium (mg) 1300
Zinc (mg) 11
D. Formulir SQ-FFQ Asupan Kebiasaan SMRS

Teknik Frekuensi Konsumsi Berat


Pengolahan Porsi per Kali Makan Mentah
Nama (Kebiasaan) (n) Rata-Rata frek Rata-Rata Asupan
Hari berat matang
Bahan Minggu Bulan /hr gr/hari
Makanan (g) (f) (n x f)
URT
Gr Tms Rbs x/mg x/h x/bl x/h Grg Tms Rbs
g g r n r
Nasi beras v 3 1 cntg 60 24 3 72
giling putih
PROTEIN HEWANI
Daging V 2 ` 1 ptg 25 40 2 80
ayam 2,25
Ikan V 2 1 ptg 26,6 40 2 80
4,1
PROTEIN NABATI
V 2 1 ptg 50 50 2 100
Tempe 5
V 2 1 ptg 38,4 50 2 100
Tahu 4,2
SAYURAN
v 3 1 cntg 15 16,5 3 14,1
Bayam syr
v 3 1 cntg 30 33 3 18,8
Sop syr
BUAH
Jambu 1 1 1 bh 100 1/7 14,2
Pear 1 1 1 bh 85 1/7 12,14
CAIRAN
Teh v 1 1 gelas 250 250 1 220
SERBA-SERBI
Gula 1 2 sdm 20 1 20
Teknik Frekuensi Konsumsi Berat
Pengolahan Porsi per Kali Makan Mentah
Nama (Kebiasaan) (n) Rata-Rata frek Rata-Rata Asupan
Hari berat matang
Bahan Minggu Bulan /hr gr/hari
Makanan (g) (f) (n x f)
URT
Gr Tms Rbs x/mg x/h x/bl x/h Grg Tms Rbs
g g r n r
Minyak 31,1
E. Nutrisurvey SQ-FFQ Asupan SMRS Kebiasaan Makan

=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________

beras putih giling 72 g 259,8 kcal 57,2 g


daging ayam 80 g 227,9 kcal 0,0 g
ikan kakap 80 g 67,1 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 100 g 199,1 kcal 17,0 g
tahu 100 g 76,0 kcal 1,9 g
bayam segar 14,1 g 5,2 kcal 1,0 g
sayur sop 18,8 g 19,5 kcal 2,0 g
jambu biji 14,2 g 7,2 kcal 1,7 g
Pear fresh 12,14 g 6,4 kcal 1,5 g
Tea (beverage) 250 g 1,8 kcal 0,5 g
gula pasir 20 g 77,4 kcal 20,0 g
minyak kelapa sawit 31,1 g 268,1 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 1215,6 kcal (100 %), carbohydrate 102,8 g (100 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1215,6 kcal 2036,3 kcal 60 %
water 259,4 g 2700,0 g 10 %
protein 69,0 g(23%) 60,1 g(12 %) 115 %
fat 61,2 g(44%) 69,1 g(< 30 %) 89 %
carbohydr. 102,8 g(34%) 290,7 g(> 55 %) 35 %
dietary fiber 5,0 g 30,0 g 17 %
Vit. A 1769,7 µg 800,0 µg 221 %
Vit. C 32,8 mg 100,0 mg 33 %
Vit. D 0,8 µg 5,0 µg 16 %
tot. fol.acid 110,2 µg 400,0 µg 28 %
Vit. B12 1,2 µg 3,0 µg 40 %
calcium 268,0 mg 1000,0 mg 27 %
iron 10,5 mg 15,0 mg 70 %
magnesium 260,1 mg 310,0 mg 84 %
potassium 1043,9 mg 3500,0 mg 30 %
sodium 131,2 mg 2000,0 mg 7%
zinc 5,5 mg 7,0 mg 79 %
F. Nutrisurvey SQ-FFQ Asupan MRS

=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________

Susu real good 378 g 379,4 kcal 56,7 g

Meal analysis: energy 379,4 kcal (100 %), carbohydrate 56,7 g (100 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 379,4 kcal 2036,3 kcal 19 %
water 0,0 g 2700,0 g 0%
protein 9,4 g(10%) 60,1 g(12 %) 16 %
fat 11,8 g(28%) 69,1 g(< 30 %) 17 %
carbohydr. 56,7 g(62%) 290,7 g(> 55 %) 20 %
dietary fiber 0,0 g 30,0 g 0%
Vit. A 0,0 µg 800,0 µg 0%
Vit. C 0,0 mg 100,0 mg 0%
Vit. D 0,0 µg 5,0 µg 0%
tot. fol.acid 0,0 µg 400,0 µg 0%
Vit. B12 0,0 µg 3,0 µg 0%
calcium 0,0 mg 1000,0 mg 0%
iron 0,0 mg 15,0 mg 0%
magnesium 0,0 mg 310,0 mg 0%
potassium 0,0 mg 3500,0 mg 0%
sodium 0,0 mg 2000,0 mg 0%
zinc 0,0 mg 7,0 mg 0%
G. Nutrisurvey Rekomendasi Menu

=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________

diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g


Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 60 g 260,2 kcal 39,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
diabetasol 30 g 130,1 kcal 19,5 g
Drinking water 100 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 1691,1 kcal (100 %), carbohydrate 253,5 g (100 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1691,1 kcal 2036,3 kcal 83 %
water 1299,7 g 2700,0 g 48 %
protein 64,7 g(16%) 60,1 g(12 %) 108 %
fat 45,2 g(24%) 69,1 g(< 30 %) 65 %
carbohydr. 253,5 g(61%) 290,7 g(> 55 %) 87 %
dietary fiber 19,5 g 30,0 g 65 %
Vit. A 0,0 µg 800,0 µg 0%
Vit. C 0,0 mg 100,0 mg 0%
Vit. D 0,0 µg 5,0 µg 0%
tot. fol.acid 0,0 µg 400,0 µg 0%
Vit. B12 0,0 µg 3,0 µg 0%
calcium 65,0 mg 1000,0 mg 7%
iron 0,2 mg 15,0 mg 1%
magnesium 13,0 mg 310,0 mg 4%
potassium 0,0 mg 3500,0 mg 0%
sodium 13,0 mg 2000,0 mg 1%
zinc 1,3 mg 7,0 mg 19 %

Anda mungkin juga menyukai