Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK PENATALAKSANAAN DIIT

PADA PASIEN PPOK DI RUANG PERAWATAN AGLONEMA


RUMAH SAKIT SUMBER WARAS CIREBON

Laporan Studi Kasus Harian

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)

Disusun Oleh:

DWI SEPTIANI
NIM. P2.06.31.2.17.013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI CIREBON
2020
NUTRITION CARE PROCESS

A. DATA UMUM PASIEN


Nama Pasien : Tn. K
Umur : 74 tahun
Sex : Laki-laki
Alamat : Ds. Rajagaluh RT/RW 02/03 kec. Rajagaluh kab. Majalengka
Prov. Jabar
Ruang perawatan : Aglonema Ruangan : 10.1
No RM : 88011788
Tgl masuk RS : 02-03-2020
Tgl pengambilan data : 03-03-2020
Diagnosa Klinis : PPOK
Terapi Diit RS : TKTP RL RS
Bentuk Makanan : Lunak
B. SKRINING GIZI MNA

Skrining Skor
a. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan dengan 1
penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau kesulitan
menelan?
0 = penurunan nafsu makan tingkat berat
1 = penurunan nafsu makan tingkat sedang
2 = tidak kehilangan penurunan nafsu makan
b. Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir? 2
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg ( 6,6 lbs)
1 = tidak tahu
2 = penurunan berat badan 1 – 3 kg ( 2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak ada penurunan berat badan
c. Mobilitas? 0
1 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
2 = dapat beranjak dari tempat tidur atau kursi roda, tetapi tidak bisa keluar rumah
3 = mampu beraktivitas normal
d. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir? 0
1 = ya
2 = tidak
e. Masalah neuropsikologis? 2
0= demensia berat atau depresi berat
2 = demensia ringan
3 = tidak ada masalah psikologis
f. Indeks Masssa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kg/tinggi badan dalam m²?
0 = IMT < 19 kg/ m²
1 = IMT 19 – < 21 kg/ m²
2 = IMT 21 – < 23 kg/ m²
3 = IMT 23 atau lebih

JIKA TIDAK TERSEDIA DATA IMT, MAKA PERTANYAAN “f”


DIGANTI MENJADI PERTANYAAN “g”
g. Lingkar betis (cm) 0
0= lingkar betis kurang < 31
3 = lingkar betis ≥ 31
Skor Skrining 5

Skor SKRINING (subtotal maksimum 14 poin)

12 – 14 poin : status gizi normal

8 – 11 poin : beresiko malnutrisi

0 – 7 poin : malnutrisi
Perawat/ Bidan Telah dilihat dan diperiksa oleh Ahli Gizi
Hari/ Tanggal: Hari/ Tanggal:
Jam: Jam:

(…………………………….) (...........................)

ASUHAN GIZI
ASESSMEN GIZI AWAL MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT
Nama pasien : Tn. Kabul Ruangan : Aglonema
Jenis Kelamin : Pria / Wanita Hari/Tanggal Masuk RS : Senin, 2/3/2020
Umur : 74 tahun Hari/Tanggal wawancara:Selasa, 3/3/2020
Tanggal Lahir : 24/9/1946 Diagnosa penyakit : PPOK
No RM : 88011788
Dietisien ruangan : Preskripsi diet : Lunak
C. ASSESMENT AWAL
Tabel 1. Formulir Assesment Awal
Pengkajian Skor
a. Hidup mandiri ( tidak sedang dalam perawatan di rumah atau rumah sakit) 1
1 = ya
0 = tidak
b. Konsumsi > 3 resep obat dalam satu hari. 1
1 = tidak
0 = ya
c. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit 1
1 = tidak
0 = ya
d. Berapa kali pasien makan dalam sehari? 2
2 = 3 kali
1 = 2 kali
0 = 1 kali
e. Konsumsi bahan makanan spesifik untuk asupan protein 0
- ≤ 1 porsi makanan sumber protein atau produk susu ( susu, keju, yoghurt) dalam sehari
ya tidak
- ≥ 2 porsi kacang-kacangan atau telor dalam seminggu
ya tidak
- Daging, ikan, atau unggas setiap hari
ya tidak
0,0 = jika 0 atau 1 jawaban ya
0,5 = jika 2 jawaban ya
1,0= jika 3 jawaban ya
f. Konsumsi ≥ 2 porsi sayur atau buah setiap hari 1
1 = ya
0 = tidak
g. Berapa banyak cairan ( air putih, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari? 0,5
0,5 = 3 – 5 cangkir
1,0 = > 5 cangkir
h. Cara pemberian makan 2
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1 = makan sendiri dengan beberapa kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan
i. Pandangan terhadap status gizi pribadi 1
0 = menganggap dirinya mengalami malnutrisi
1 = tidak pasti terhadap status gizinya
2 = menganggap dirinya tidak memiliki masalah gizi
j. Jika dibandingkan dengan orang lain pada tingkat umur yang sama, bagaimana pendapat 0
pasien terhadap status kesehatannya?
0,0 = tidak cukup baik
0,5 = tidak tahu
1,0 = cukup baik
2,0 = lebih baik
k. Lingkar lengan atas dalam (cm) 0
0,0 = LILA < 21
0,5 = LILA 21-22
1,0 = LILA > 22
l. Lingkar betis dalam (cm) 0
0 = Lingkar betis < 31
1= Lingkar betis ≥ 31
Asesmen ( maksimal 16 poin) 9,5
Skor skrining 5
Total asesmen ( maksimal 30 poin) 14,5

Skor indikator malnutrisi


24 – 30 poin = Status gizi normal
17 – 23,5 poin = Beresiko malnutrisi
< 17 poin = Malnutrisi
Berdasarkan hasil skrining MNA pasien dalam kondisi malnutrisi dengan skor 14,5 poin dan
dalam kondisi khusus sehingga dirujuk ke ahli gizi.
D. ASSESMENT GIZI LANJUT
Tabel 2. Assesment

Data Hasil
BB biasanya = 40
BB awal masuk = 37 kg
LILA = 20 cm
DEPA = 152 cm
Betis = 29 cm

20
Pengukuran Status Gizi menurut LILA = x 100 %
29
= 68,96% (St. Gizi Under)
Tabel.3 LILA menurut Depkes 1995:
Kriteria Nilai
Under <90%
Normal 90 – 110%
Overweight >110-120%
Antropometri
Obesitas >120%

Estimasi TB dengan DEPA


Est
TB = 118,24 + 0,28 (DEPA) – 0,07 (U)
= 118,24 + 0,28 (152) – 0,07 (74)
= 118,24 + 42,56 – 5,18
= 155,62 CM
Kehilangan BB dalam 6 bulan terakhir:

BB biasanya−BB awal masuk 40−37


x 100 % = x 100%
BB biasanya 40
= 7,5%
Kesimpulan : Status gizi pasien menunjukkan Gizi Underwight dari
pengukuran LiLA (Depkes 1995).
Biokimia Hasil Biokimia dan Interpretasi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Ket
Hb 13,8 13,2-17,3 g/dl Normal
Ht 44 41-53 % Normal
Eritrosit 5,16 4,4-5,9 x10^6/ul Normal
Leukosit 11900 3800-10600 μ/L Tinggi
Trombosit 289000 150000-450000 u/L Normal
Platelet count
MPV 7,9 6,5-12 fl Normal
PDW 8,4 9-17 fl Rendah
PCT 12,1 - % Tinggi
Index Eritrosit
MCV 84,9 80-100 fl Normal
MCH 26,7 26-34 pg Normal
MCHC 31,5 32-36 g/dl Rendah
Hitung jenis
Leukosit
Neutrofil 85 50-70 % Tinggi
Lymfosit 4 25-50 % Rendah
MXD 11 - % Tinggi
GDS 96 <120 mg/dl Normal
Kreatinin 1,15 0,8-1,3 mg/dl Normal
Ureum 49 14-43 mg/dl Normal
Sumber : Standar nilai lab rumah sakit sumber waras

Kesimpulan : hasil biokimia pasien menunjukkan nilai PDW, MCHC, lymfosit


(rendah)dan kadar Leukosit, PCT, Neutrofil, MXD(tinggi).
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya infeksi
ditunjukkan dengan kadar leukosit dan neutrophil yang tinggi,
Sumber : Pedoman Interpretasi Data Klinis, 2011
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dirasakan sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit dan memberat. Keluhan disertai batuk berdahak > 1 bulan, dahak
berwarna putih, keringat malam, nyeri dada, dan penurunan BB. Pasien rutin control
ke poli paru RS Sumber Waras.
Pasien dalam keadaan composmentis dan keadaan umum sedang
Atrofi otot lengan : ada
Hilang lemak subkutan : ada
Oodema : tidak
Acites : tidak

Fisik/Klinis Kesimpulan  pasien mengalami tanda-tanda PPOK.


Tabel 5. Klinis
Jenis Hasil Nilai normal Ket
Pemeriksaan Pemeriksaan
Nadi 70 60-100x/menit Normal
RR 20 19-36x/menit Normal
Suhu 36,2 36-37 oC Normal
Tekanan Darah 90/60 120/80 mmHg Normal
Sumber : Bintanah, dkk ( 2016)

Kesimpulan: Hasil pemeriksaan klinis Ny. A menunjukkan fisik/klinis normal


Dietery History Pasien biasa makan 3 kali sehari, mengkonsumsi obat 1x perhari, minum air putih 3-4
gelas/ hari, sering mengkonsumsi telur dan jarang konsumsi ikan. Nafsu makan pasien
setelah sakit semakin menurun.
Kesimpulan: berdasarkan hasil kebiasaan makan pasien kurang konsumsi sayur
buah dan air putih.
Hasil recall :
E : 651,65 kkal
P : 31,35 gr
L : 17,1 gr
KH : 92,75 gr
Hasil audit gizi
651,65
E: x 100 % = 29,29% (Defisit berat)
2224,8
31,35
P: x 100 % = 28,18 % (Defisit berat)
111,24
17,1
L: x 100 % = 27,67% (Defisit berat)
61,8
92,75
Kh : x 100 % = 30,32 % (Defisit berat)
305,91
Tabel 6. Kategori % Tingkat Asupan Gizi Makro Menurut Depkes, 1999
Lebih >120%
Baik 80-120 %
Defisit ringan 70-79,9%
Defisit sedang 60-69%
Defisit berat <60%
Sumber : Depkes 1999

Kesimpulan: Dari hasil audit gizi didapatkan bahwa asupan Energi, Protein, lemak,
dan karbohidrat tergolong dalam kategori defisit berat.
Keterbatasan fisik : tidak, Mobilitas : bedrest, Olahraga : tidak olahraga , Riwayat,
medis/kesehatan pasien : PPOK, Frekuensi olahraga : 0 x/mg, Riwayat keluarga : tidak
ada, Perokok : pasif, Aktivitas fisik/ Data lain : tidak
Riwayat Personal Fungsi GI :
- Nyeri ulu hati (+), Mual (-), Muntah (-), Anoreksia (+), Diare (-), Kembung (-),
Konstipasi (-), Perubahan pengecapan/penciuman (-), Gangguan mengunyah (-),
Gangguan menelan (-), Kondisi gigi (-)

E. TERAPI MEDIS
Tabel 3. Terapi Medis

JENIS OBAT FUNGSI INTERAKSI OBAT


DENGAN ZAT GIZI
Infus RL 20 Ringer laktat adalah cairan infus yang biasa digunakan Menambah cairan elektrolit.
tpm pada pasien dewasa dan anak-anak sebagai sumber
elektrolit dan air.Biasanya, cairan ringer laktat diberikan
untuk penderita dehidrasi yang membutuhkan
keseimbangan elektrolit di dalam tubuh. Obat ini 
merupakan campuran dari sodium klorida, sodium laktat,
potassium klorida, kalsium klorida dan air.
Injeksi Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi Dapat diminum dengan atau
ranitidine jumlah asam lambung dalam perut. Fungsinya untuk tanpa makanan
mengatasi dan mencegah rasa panas perut (heartburn),
maag, dan sakit perut yang disebabkan oleh tukak
lambung. Ranitidin juga digunakan untuk mengobati dan
mencegah berbagai penyakit perut dan kerongkongan
yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung,
misalnya erosive esophagitis dan reflux asam lambung
(gastroesophageal reflux disease, GERD).
Injeksi Obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri Dapat menyebabkan mual,
Ketorolac berat untuk sementara. nyeri perut, demam ringan,
tidak nafsu makan, urin
gelap, BAB dempul, sakit
kuning.
OMZ Capsul Omeprazole bermanfaat untuk meringankan gejala sakit Obat omeprazole dikonsumsi
2x1 maag dan heartburn yang  ditimbulkan oleh penyakit melalui oral. Obat ini tidak
asam lambung atau tukak lambung. Obat ini juga menyebabkan sakit perut,
membantu penyembuhan kerusakan pada jaringan sehingga dapat dikonsumsi
lambung dan kerongkongan. dengan atau tanpa makanan
Ambroxol tab Berfungsi untuk mengencerkan dahak. Umumnya obat Dapat menyebabkan mual
3x1 ini digunakan untuk mengatasi batuk berdahak, maupun muntah, diare, sakit perut,
gangguan pernapasan lain akibat produksi dahak yang perut kembung, Konsumsi
berlebihan, seperti pada penyakit bronkiektasis. smbroxol setelah makan.
Inj. Anbacim Berfungsi untuk mengobati berbagai infeksi bakteri dan Dapat menyebabkan
2x1 untuk mencegah infeksi dari perasi tertentu. gangguan gastrointestinal
(masalah lambung) dan
superinfeksi.
Nebu meptin / Berfungsi untuk mengatasi sesak napas akibat gangguan Dapat diminum sebelum
8 jam pernapasan seperti asma, bronchitis akut, bronchitis maupun sesudah makan.
kronik, dan emfisema paru. Obat ini dapat menyebabkan
pusing, mual, demam,
tremor, gelisah.
O2 nasal Berfungsi untuk memasukkan oksigen dari luar ke paru -
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat
sesuai kebutuhan.

E. NUTRITION DIAGNOSA
Tabel 4. Diagnosa Gizi

Domain Problem (P) Etiologi (E) Sign/Sympom (S)


NI.2.1 Asupan oral inadekuat Berkaitan dengan penurunan ditandai dengan hasil audit
kemampuan untuk gizi deficit berat energi=
mengkonsumsi energi yang 29,29%, protein 28,18 %,
cukup lemak 27,67%, dan
karbohidrat 30,32 %
dibandingkan kebutuhan.
NI.5.1 Peningkatan Berkaitan dengan infeksi Ditandai dengan kadar
kebutuhan zat gizi PPOK leukosit dan neutrophil yang
protein tinggi dan diagnose PPOK.
NI.5.4 Penurunan kebutuhan Berkaitan dengan PPOK Ditandai dengan pasien
zat gizi kharbohidrat mengalami sesak nafas dan
batuk
NC. 3.1 Berat badan kurang Berkaitan dengan asupan Ditandai dengan pengukuran
(Underweight) energy yang inadekuat LILA = 68,96%
NC 3.2 Penurunan berat badan Berkaitan dengan peningkatan Ditandai dengan kehilangan
yang tidak diharapkan resting energy expenditure BB 7,5% dalam 6 bulan
terakhir.
Sumber: Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar, 2013

Diagnosa Yang Diutamakan


 NI.2.1
 NI.5.1
 NI.5.4
 NC 3.1
F. NUTRITION INTERVENSI
1. Planning
a. Tujuan Diet
Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisen (2019) dan
wahyuningsih, retno (2013) sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2) Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal.
3) Mempertahankan kuosien respirasi (respiratory quotient, RQ) kurang dari 1.
b. Preskripsi diet
1) Syarat
Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisen (2019) dan
wahyuningsih, retno (2013) sebagai berikut:
a) Energi tinggi, sesuai dengan kebutuhan pasien. Pasien dengan penyakit paru yang
menggunakan ventilator kalori yang dianjurkan adalah 25 kkal/kgBB/hari.
b) Kharbohidrat diberikan rendah yaitu 35-40% kebutuhan energy total.
c) Protein tinggi, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total.
d) Lemak diberikan meningkat sekitar 40% dari kebutuhan energy total.
e) Hindari makanan yang berlebihan karena dapat meningkatkan kuosien respirasi
(respiratory quotient, RQ).
f) Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi
yang dianjurkan.
g) Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan bentuk mudah cerna.
h) Memberikan kalsium dengan jumlah yang memadai melalui suplemen gizi atau
diet untuk menggantikan kalsium yang hilang jika memakai pengobatan
kortikosteroid.
i) Untuk kondisi tertentu diet dapat diberikan secara bertahap sesuai kondisi/status
metabolik.
2) Perhitungan zat gizi
BB : 37 kg
Est
TB : 155,62 CM
Est
BBI : (TB-100) Fa: 0,85 (pasien dengan alat bantu nafas)
Fs: 1,7 (sindroma penyakit pernapasan akut)
: 155,62 – 100
: 55,62 kg Sumber: PPT Teknik Menghitung
Umur : 74 th Kebutuhan Pasien oleh Ana Setiyaningsih,
S.Gz
Kebutuhan
BMR = 10 W + 6,25 H – 5 A + 5
= 10 (37) + 6,25 (155,62) – 5 (74) + 5
= 370 + 972,625 – 370 + 5
= 977,625 kkal

Faktor aktivitas dan Faktor stress pada kebutuhan energi


TEE = BMR x FA x FS
= 977,625 x 0,8 x 1,7
= 1329,57 kkal + 500 (underweight)
= 1829,57 kkal (+) 10% = 2012,527 kkal
(-)10% = 1646,613 kkal
Kh = 35% x Energi
= 35% x 1829,57
= 640,3495/4
= 160,09 (+) 10% = 176,1 gr
(-)10% = 144,08 gr
Protein = 25% x Energi
= 25% x 1829,57
= 457,3925/4
= 114,35 (+) 10% = 125,785 gr
(-)10% = 102,91 gr
Lemak = 40% x Energi
= 40% x 1829,57
= 731,828 / 9
= 81,31 gr (+) 10% = 89,441 gr
(-)10% = 73,179 gr
2. Implementasi
a. Pemberian makanan (ND1.2)
 Jenis diet : Diit TKTP R. Kh
 Rute : Oral
 Frekuensi : 3x makan utama dan 2x makan selingan
 Bentuk : Lunak
b. Domain Edukasi (E)
 Tujuanedukasi (E.1.1): Untuk memberikan pemahaman kepada pasien maupun
keluarga pasien tentang penyakit PPOK.
 Informasi dasar (E.1.3): Tentang pengertian, faktor penyebab, gejala-gejala, cara
pencegahan, dan penatalaksanaan diet pasien PPOK.
 Kaitan gizi dengan penyakit (E.1.4): makanan yang dianjurkan atau tidak dianjurkan,
tentang diit untuk pasien PPOK.
 Lain-lain (E.1.7)
Sasaran : Pasien dan Keluarganya
Alat Peraga : Leaflet
Waktu : 30 menit
Tempat : Kamar rawat inap Aglonema
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Bentuk Edukasi : Diskusi dan wawancara
G. MONITORING DAN EVALUASI
- Dietery Asupan Makanan (F1.1.1.1)
- Biokimia: PDW, MCHC, lymfosit, Leukosit, PCT, Neutrofil, MXD.
- Fisik dan Klinis: Anoreksia.

Mengetahui,
Ahli Gizi Ruangan Clinical Instruktur

Dian Yulia Anggraeni, amd Ana Ani Setiyaningsih, S.Gz


CCA 381 CCA144

Anda mungkin juga menyukai