Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN PANCASILA

HUBUNGAN ANTARREGULASI

 Alamat Sekolah:

Jl. H. Ilyas No.1, RT.002/RW.012, Jaka Mulya, Kec. Bekasi Sel., Kota Bks, Jawa Barat 1714

Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila:

Lia Andriani,S.Pd

KELOMPOK I (XI-F1):

1. ABELYA AZ ZAHRA K
2. MARTASYA N
3. M. DHAFA
4. NURUL FAUZIA
5. SALWA AULIA R

i
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya,
Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak anggota kelompok yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Dengan mengucap rasa syukur kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hubungan Antarregulasi”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila dan sekiranya makalah ini
dapat memenuhi tugas kelompok yang telah diberikan. Makalah ini disusun atas dukungan beberapa
pihak. Maka dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Lia Andria,S.Pd selaku Guru Pendidikan Pancasila.
2. Orang tua yang telah mendoakan dan mendukung kami untuk menjalankan dan
menyelesaikan penulisan makalah ini.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menulis makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
kesempurnaan. Dengan ini kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.

Bekasi, 8 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1. Pengertian Regulasi...................................................................................................................3
2.2. Tujuan........................................................................................................................................3
2.3. Contoh Hubungan Antarregulasi.............................................................................................4
2.4. Hierarki dan Hubungan Antar Peraturan Perundang-undangan.........................................4
2.5. Piramida Peraturan Perundang-undangan.............................................................................5
2.6. Fungsi UUD NRI Tahun 1945...................................................................................................5
2.7. Contoh Kasus Hierarki dan Hubungan Antar Peraturan Perundang-undangan................5
2.8. Wewenang Ketentuan UUD......................................................................................................6
2.9. Ketentuan Pasal 9 UU Nomor 12 Tahun 2011........................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................8
PENUTUP......................................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................8
3.2. Saran...........................................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam sistem hukum suatu negara, terdapat aturan-aturan yang mengatur berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Aturan-aturan ini disusun dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
yang memiliki hierarki dan hubungan antarregulasi yang perlu dipahami. Hierarki ini
menunjukkan tingkat kepentingan dan kekuatan hukum dari setiap peraturan, dimulai dari
konstitusi sebagai hukum tertinggi hingga peraturan daerah kabupaten/kota sebagai hukum yang
lebih spesifik.

Sebagai contoh, di Indonesia, konstitusi tertinggi adalah Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap peraturan perundang-undangan yang diterbitkan harus
sejalan dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam konstitusi ini. Hierarki ini diatur oleh
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Selain hierarki, terdapat juga pentingnya hubungan antarregulasi yang harmonis. Artinya,
aturan-aturan yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga atau pihak haruslah saling mendukung
dan tidak boleh saling bertentangan. Jika terjadi konflik atau tumpang tindih antarperaturan, hal
ini dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian dalam menerapkan hukum.

Dalam konteks ini, salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus otonomi daerah di
Indonesia. Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Daerah,
daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengembangkan potensi daerahnya masing-
masing. Namun, kewenangan ini harus tetap berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan dan
tidak boleh melanggar kewenangan bidang lain. Hal ini memastikan bahwa meskipun daerah
memiliki otonomi, tetapi tetap menjaga keseimbangan dan koordinasi dengan tingkatan
pemerintahan yang lebih tinggi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Asal-usul suku baduy?
2. Agama yang di anut oleh masyarakat suku baduy?
3. Apa saja Pantangan yang ada di suku baduy?

1.3. Tujuan

1. Agar siswa/i mengetahui asal-usul suku baduy


2. Agar siswa/i mengetahui agama yang di anut oleh masyarakat suku baduy
3. Sehingga siswa/i mengetahui pantangan suku baduy

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Regulasi

Regulasi adalah aturan yang dibuat otoritas untuk mengawasi segala hal agar berjalan
artis dors lancar. Regulasi dalam hal ini diartikan sebagai peraturan perundang-undangan
Konstitusi Indonesia atau UUD NRI Tahun 1945 termasuk dalam peraturan perundang-
undangan.

2.2. Tujuan

1. Koordinasi dan Konsistensi:


Hubungan antarregulasi membantu dalam mengkoordinasikan berbagai aspek regulasi untuk
mencapai tujuan yang lebih luas. Koordinasi ini penting untuk mencegah tumpang tindih atau
konflik antara regulasi yang berbeda.
2. Efisiensi:
Dengan mengkoordinasikan dan memadukan berbagai elemen regulasi, hubungan antarregulasi
dapat meningkatkan efisiensi dalam pengawasan dan penegakan hukum. Ini dapat mengurangi
birokrasi yang berlebihan dan biaya administratif.
3. Melindungi Kepentingan Masyarakat:
Hubungan antarregulasi memungkinkan pemerintah atau badan regulasi untuk melindungi
kepentingan masyarakat dengan lebih efektif. Misalnya, mengatur sektor finansial dengan
koordinasi yang baik dapat membantu mencegah krisis ekonomi.
4. Inovasi dan Pembangunan:
Dengan mengkoordinasikan regulasi, hubungan antarregulasi dapat mendukung inovasi dan
pembangunan sektor ekonomi tertentu. Ini memungkinkan adopsi teknologi baru dan investasi.
5. Perlindungan Lingkungan:
Dalam hal lingkungan, hubungan antarregulasi memainkan peran penting dalam mengatasi
masalah lingkungan global, seperti perubahan iklim. Kesepakatan internasional dan regulasi
nasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menjaga bumi.

3
2.3. Contoh Hubungan Antarregulasi

1. Regulasi Keuangan:
Dalam sektor keuangan, bank-bank dan lembaga keuangan diatur oleh berbagai badan regulasi,
termasuk otoritas perbankan, otoritas sekuritas, dan otoritas asuransi. Hubungan antarregulasi
penting dalam memastikan stabilitas dan kepatuhan sektor ini.

2. Lingkungan:
Kesepakatan internasional seperti Protokol Kyoto merupakan contoh hubungan antarregulasi
yang mencoba mengatasi perubahan iklim. Negara-negara bekerja sama untuk menetapkan target
pengurangan emisi gas rumah kaca.

3. Telekomunikasi:
Dalam industri telekomunikasi, berbagai regulasi berkaitan dengan lisensi, spektrum frekuensi,
dan keamanan jaringan. Koordinasi antarregulasi penting untuk memastikan penyedia layanan
beroperasi dengan baik.

2.4. Hierarki dan Hubungan Antar Peraturan Perundang-undangan

Dalam hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum yang paling tinggi dan fundamental
sifatnya sehingga peraturan-peraturan di bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar. Hal ini sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
UU Nomor 12 Tahun 2011
Bagian III
Pasal 7

1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:


(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
(b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
(c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
(d) Peraturan Pemerintah;
(e) Peraturan Presiden;
(f ) Peraturan Daerah Provinsi; dan
(g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

4
2.5. Piramida Peraturan Perundang-undangan

2.6. Fungsi UUD NRI Tahun 1945

Dalam kedudukannya sebagai hukum dasar, UUD NRI Tahun 1945 mempunyai fungsi
sebagai berikut.

a. Sebagai alat kontrol apakah hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma
hukum yang lebih tinggi.
b. Sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan.
c. Sebagai penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga Negara.

2.7. Contoh Kasus Hierarki dan Hubungan Antar Peraturan Perundang-undangan

Indonesia adalah negara hukum artinya segala aspek kehidupan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala produk perundang-
undangan serta turunannya yang berlaku di wilayah NKRI.

UUD NRI Tahun 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dalam hierarki tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam hierarki tata urutan peraturan perundang-

5
undangan produk-produk hukum di bawah UUD NRI Tahun 1945 harus dilandasi dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggi, yaitu UUD NRI Tahun 1945.

Pemerintah menerbitkan Keppres Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberian Remisi


berupa Perubahan dari Pidana Seumur Hidup Menjadi Pidana Penjara Sementara. Keppres yang
ditetapkan 7 Desember 2018 ini memuat lampiran berupa 115 narapidana yang mendapat remisi.
Keppres Nomor 174 Tahun 1999 yang menjadi acuan terbitnya Keppres Nomor 29 Tahun 2018
dinilai bertentangan sedikitnya dengan tiga peraturan yakni Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan; Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 yang telah diubah
menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012; dan Undang-Undang Nomor 22 tahun
2002 tentang Grasi. Maka dari itu, Keppres Nomor 174 Tahun 1999 ini harus direvisi dan diganti
dengan peraturan presiden (Perpres).

Keppres merupakan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh presiden dan tidak
tercantum dalam tata urutan peraturan perundang-undangan yang diatur di dalam UU No
10/2004. Akan tetapi, keppres mempunyai kedudukan yang diakui dan tetap mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Atas dasar tersebut, apabila keppres diduga bertentangan dengan
undang-undang, maka pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

2.8. Wewenang Ketentuan UUD


Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

Pasal 24C

(2) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-
undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

6
2.9. Ketentuan Pasal 9 UU Nomor 12 Tahun 2011

Ketentuan Pasal 9 UU No. 12 Tahun 2011:

(1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.

(2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan
dengan Undang-undang, Pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai