Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

INTEGRASI NASIONAL

Dosen Pengajar :

Bu Dinda Kadarwati

Nama Anggota :

1. Muhammad Syaifulloh 2207421001


2. Stephanie Meissya Permata Asri Tarigan 2207421003
3. Raden Muhammad Fadil Azhar 2207421005
4. Rangga Azizzan Hussaen 2207421017
5. Syifa Chandra Tiffani Sumardi 2207421030

Teknik Multimedia dan Jaringan 1A

Politeknik Negeri Jakarta

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah "Integrasi Nasional"
dengan baik dan tepat waktu. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca yang ingin mencari referensi dan media pembelajaran tentang Integrasi Nasional

Kami juga berterima kasih kepada Bu Dinda Kadarwati, selaku dosen pengampu
mata kuliah kewarganegaraan yang telah menugaskan pembuatan makalah ini. Tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang terlibat
dalam penyelesaian tugas makalah ini.

Sebagai penyusun, kami mengakui masih terdapat banyak kekurangan pada


makalah ini, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat saya harapkan agar bisa
menjadi bahan evaluasi bagi kami dan supaya berikutnya bisa lebih baik lagi. Terima
kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Integrasi Nasional.................................................................................................... 4
2.2 Pentingnya Integrasi Nasional ......................................................................................... 6
2.3 Pendapat Para Ahli Mengenai Integrasi Nasional ....................................................... 11
2.4 Jenis – Jenis Integrasi Nasional ..................................................................................... 12
2.5 Faktor – Faktor Pembentuk dan Penghambat Integrasi Nasional ............................. 15
2.6 Pluralitas Masyarakat Indonesia .................................................................................. 18
2.7 Integrasi Versus Disintegrasi ......................................................................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................... 22
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Ibu Dinda Kadarwati selain itu menjadi langkah
awal untuk mengasah kemampuan kami dalam membuat makalah sekaligus menambah
wawasan mengenai Integrasi Nasional. Makalah ini juga berisikan tentang betapa
pentingnya Integrasi Nasional.

Pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia dikalangan anak muda zaman


sekarang sangatlah kurang. Mereka lebih mengetahui dan tertarik pada moderanisasi
ketimbang tradisonal. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya pengetahuan
kita mengenai kebudayaan yang ada di dalam negeri. Kurangnya pengetahuan akan hak
dan kewajiban kita sebagai warga negara mengakibatkan hilangnya rasa persatuan
terhadap sesamanya.

Sifat masyarakat Indonesia yang individualisme dapat menjadi salah satu faktor
penyebab runtuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu, diperlukannya
Pendidikan kewarganegaraan sejak dini untuk menumbuhkan semangat jiwa berbangsa
dimana semangat jiwa berbangsa ini diperlukan untuk tetap menjaga kebhinekaan bangsa,
sebab dengan menjaga kebhinekaan akan tercipta kehidupan yang aman dan tentram di
setiap lapisan masyarakat.

Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap
keutuhan dan kesatuan bangsa. Tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa, tetapi kita
adalah generasi pelurus bangsa dimana menjunjung tinggi sikap keadilan adalah suatu
keharusan demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi
Nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan
yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara, agama, sosial, budaya, maupun keluarga.

1
Tidak ada kata terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan yang berlandaskan
Pancasila, berpegang teguh pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” dan
bersandar hukum pada UUD.

Integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur, seperti
suku bangsa, tradisi, kepercayaan atau agama, sosial budaya, dan budaya ekonomi
sehingga terwujud satu kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
membentuk jati diri suatu bangsa.

Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya bisa berkembang
apabila :

1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat bersepakat tentang batas-batas


teritorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka menjadi
warganya.
2. Apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat mengenai
struktur pemerintahan dan aturan-aturan daripada proses-proses politik yang
berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah negara tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Integrasi Nasional?
2. Apakah pendapat para ahli mengenai Integrasi Nasional?
3. Apa sajakah jenis – jenis Integrasi Nasional?
4. Bagaimana kondisi Indonesia yang bersifat pluralis?
5. Apa sajakah faktor – faktor pembentuk dan penghambat Integrasi Nasional?
6. Apakah perbedaan dari integrasi dan disentegrasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Integrasi Nasional
2. Mengetahui pendapat para ahli mengenai Integrasi Nasional
3. Mengetahui apa saja jenis – jenis Integrasi Nasional

2
4. Menggambarkan kondisi Indonesia yang bersifat pluralis
5. Mengetahui faktor – faktor pembentuk dan penghambat Integrasi Nasional
6. Mengetahui penjelasan dari integrasi dan disentegrasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Integrasi Nasional


Secara etimologi, Integrasi berasal dari kata latin integrare yang artinya memberi
tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan. Kemudian dari bentuk kata kerja itu
dibentuk kata benda integritas yang artinya keutuhan atau kebulatan. Selanjutnya, dari
kata-kata integritas dibentuk kata sifat integer, artinya utuh. Oleh sebab itu, istilah
integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh
(Hendropuspito dalam Depdikbud, 1997: 24).

Integrasi adalah keserasian satuan-satuan yang terdapat dalam suatu sistem, dan
bukan penyeragaman, namun merupakan hubungan satuan-satuan yang sedemikian rupa
serta tidak merugikan masing-masing satuan. Yang baik saling mendukung satuan serta
masih memiliki identitas masing-masing dan saling menguntungkan. (Menurut Widjaja
dalam Dedpdikbud 1997: 24)

Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “National Integration”.


"Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa latin
integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi
dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
“Nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-orang yang berbeda latar
belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan politik.

Secara terminologi, istilah integrasi nasional memiliki keragaman pengertian,


sesuai dengan sudut pandang para ahli. Namun demikian kita dapat menemukan titik
kesamaaannya bahwa integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai
kebulatan dari unsur atau aspek aspeknya.

Integrasi Nasional adalah penyatuan unsur – unsur dalam masyarakat menurut


aturan – aturan dan kebijakan politik yang dibangun atas nilai – nilai kultur yang ada
dalam masyarakat yang bersangkutan, sehingga terjadi kesepakatan tentang tujuan

4
nasional yang hendak diwujudkan. Intinya, integrasi nasional adalah proses penyatuan
perbedaan dalam suatu negara sehingga terjadi keselarasan secara nasional dalam suatu
negara.

Integrasi Nasional adalah pernyataan bagian – bagian yang berbeda dari


masyarakat menjadi keseluruhan yang lebih utuh, secara sederhana memadukan
masyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan
integrasi nasional, perlu adanya keadilan, ketegasan dan kebijaksanaan dari pemerintah
dengan tidak membeda – bedakan SARA. Integrasi nasional menunjukkan tingkat
kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Integrasi berkebalikan dengan disintegrasi. Jika integrasi menyiratkan adanya


keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau konsensus, disintegrasi menyiratkan adanya
keterpecahan, pertentangan, dan konflik.

Dari beberapa definisi integrasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa integrasi
adalah usaha-usaha untuk menyatukan unsur-unsur yang saling mendukung untuk
menjadi suatu bentuk kesatuan yang utuh.

Pada realitas nasional, integrasi dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi
aspek politik, ekonomi, dan social dan budaya. Kemudian aspek politik lazim disebutkan
sebagai “integrasi politik”, aspek ekonomi “integrasi ekonomi”, yakni saling tergantung
ranah ekonomi antar daerah yang bekerjasama secara sinergi dan yang terahir adalah
aspek sosial budaya disebut sebagai “integrasi sosial budaya” yang merupakan hubungan
antara suku, lapisan dan galongan. Berdasar pendapat ini, integrasi nasional meliputi:
yang pertama integrasi politik, kedua integrasi ekonomi, dan yang ketiga integrasi sosial
budaya (Ristek Dikti, 2016).

Integrasi nasional merupakan proses lanjut dari perasaan kesatuan bangsa.


Persatuan itu tercipta dari perjalanan historis yang dialami kelompok etnik itu, dari
perjalanan dan pengalaman historis ini melahirkan kondisi kebersamaan perasaan, yaitu
perasaan sependeritaan. Perasaan sependeritaan ini yang melahirkan kesadaran terhadap
identitas bangsa dan melahirkan hasrat untuk menciptakan kondisi tujuan bersama dan
melahirkan negara yang merdeka (Depdikbud, 1996: 19). Bilamana dia tidak berhasil

5
mengadakan adaptasi berintegrasi terhadap perkembangan pembangunan dan lingkungan
hidupnya, secara logis dia tidak akan mungkin memberikan partisipasi secara aktif dalam
kehidupan bermasyarakat. Kondisi ini akan membahayakan etnik lainnya, disamping
menjadi beban bagi yang lainnya juga mengganggu kestabilan bersama (Depdikbud,
1996: 21).

2.2 Pentingnya Integrasi Nasional


Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara,
sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika mayarakat
suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak
kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil, seperti kerusakan sarana dan
prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual
seperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan.

Di sisi lain, banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang
mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian,
negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan
kemajuan.

Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin


diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi integrasi juga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk
bekerjasama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan
potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya, perbedaan – perbedaan yang ada dalam
masyarakat, seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan
kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan – perbedaan
itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun, apa pun
kondisinya, integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk

6
membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu, perlu senantiasa
diupayakan.

Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk


membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang bersangkutan. Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses
dari bersatunya suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses
konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku
tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa (Sumartana, dkk., 2001: 100).

Negara-bangsa baru, seperti halnya Indonesia setelah tahun 1945, membangun


integrasi juga menjadi tugas penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini.
Pertama, pemerintah kolonial Belanda tidak pernah memikirkan tentang perlunya
membangun kesetiaan nasional dan semangat kebangsaan pada rakyat Indonesia.
Penjajah lebih mengutamakan membangun kesetiaan kepada penjajah itu sendiri dan
guna kepentingan integrasi pribadi kolonial. Jadi, setelah merdeka, kita perlu
menumbuhkan kesetiaan nasional melalui pembangunan integrasi bangsa.

Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi masalah pelik
bukan saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar belakang
bangsa yang bersangkutan. Negara-bangsa (nation state) merupakan negara yang di
dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku) yang selanjutnya bersepakat bersatu dalam
sebuah bangsa yang besar. Suku-suku itu memiliki pertalian primordial yang merupakan
unsur negara dan telah menjelma menjadi kesatuan etnik yang selanjutnya menuntut
pengakuan dan perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan etnik adalah
sesuatu yang alami, bersifat primer. Adapun kesetiaan nasional bersifat sekunder. Bila
ikatan etnik ini tidak diperhatikan atau terganggu, mereka akan mudah dan akan segera
kembali kepada kesatuan asalnya. Sebagai akibatnya mereka akan melepaskan ikatan
komitmennya sebagai satu bangsa.

Ditinjau dari keragaman etnik dan ikatan primordial inilah pembangunan integrasi
bangsa menjadi semakin penting. Ironisnya bahwa pembangunan integrasi nasional selalu
menghadapi situasi dilematis seperti terurai di depan. Setiap penciptaan negara yang

7
berdaulat dan kuat juga akan semakin membangkitkan sentimen primordial yang dapat
berbentuk gerakan separatis, rasialis atau gerakan keagamaan. Kekacauan dan
disintegrasi bangsa yang dialami pada masa-masa awal bernegara misalnya yang terjadi
di India dan Srilanka bisa dikatakan bukan semata akibat politik “pecah belah” kolonial
namun akibat perebutan dominasi kelompok kelompok primordial untuk memerintah
negara. Hal ini menunjukkan bahwa setelah lepas dari kolonial, mereka berlomba saling
mendapatkan dominasinya dalam pemerintahan negara. Mereka berebut agar identitasnya
diangkat dan disepakati sebagai identitas nasional.

Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitasidentitas


baru yang diciptakan (identitas nasional), missal bahasa nasional, simbol negara,
semboyan nasional, ideologi nasional, dan sebagainya.

Kodrat integrasi pada bangsa Indonesia, tercipta oleh kesadaran kebangsaan dan
cita-cita perjuangan yang dibangun melalui gairah dan kehendak yang kuat dari kodrat
keanekaragaman kehidupan bangsa Indonesia. Kodrat keanekaragaman kehidupan itulah
yang membangun kehendak berintegrasi ke dalam satu kesatuan 6 bangsa, dan bercita-
cita membangun satu kehidupan kebangsaan, dalam satu negara kesatuan Republik
Indonesia (Mattulada dalam Depdikbud 1997: 24).

Bagi negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia, konsep
integrasi sering digunakan dalam rangka penyatuan wilayah Indonesia dalam satu
wawasan yang disebut dengan wawasan nusantara. Adanya beberapa suku-bangsa yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, di satu pihak merupakan kebangsaan tersendiri karena
memiliki kekayaan kebudayaan yang sangat tinggi harganya. Namun, di sisi lain dengan
banyaknya jumlah suku- bangsa yang ada merupakan sumber timbulnya konflik
(Depdikbud 1997: 24).

Dalam kehidupan suatu suku-bangsa tertentu, seringkali dijumpai gambaran


subyektif mengenai suku bangsa lain, baik yang bersifat positif maupun negatif. Akan
tetapi tidak selamanya gambaran subyektif atau stereotipe etnik ini selalu merupakan
gambaran yang negatif saja, melainkan ada kalanya berupa stereotipe etnik yang positif.
Namun, dalam kenyataannya justru steorotipe etnik yang negatiflah yang sering muncul

8
dan hal ini yang akan menghambat terwujudnya integrasi nasional (Depdikbud, 1997:
28).

Karena itu dalam masalah integrasi nasional ini ada 4 komponen yang merupakan
kesatuan sebuah sistem yang menjadi indikator untuk keberhasilan integrasi nasional dan
kerjasama golongan etnik tersebut. Keempat komponen tersebut dikenal dengan SARA
yaitu suku atau etnik, agama, ras, dan antar golongan. Empat komponen ini sangat sensitif
dan paling mudah menimbulkan perpecahan. Karena itu kestabilan keempat komponen
ini merupakan asset bangsa yang menjadikan bangsa kita menjadi berjaya (Depdikbud,
1996: 21)

Gografis Nasional dianggap sebagai suatu jiwa, suatu asas spiritual, suatu
solidaritas yang besar yang tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat oleh
sejarah di masa lampau dan yang bersedia dibuat di masa yang akan datang. Nasion
dianggap mempunyai suatu masa lampau yang melanjutkan dirinya dalam masa kini oleh
suatu kenyataan yang jelas, kesepatan, keinginan yang dinyatakan dengan jelas untuk
terus hidup bersama. Jadi, anggota nasion Indonesia adalah orang yang menganggap
dirinya sebagai orang Indonesia dalam arti yang sesungguhnya, baik jiwa maupun
raganya. Mereka benar-benar meresapi dan menghayati bahwa ia benarbenar manusia
Indonesia sehingga segala sesuatu yang ingin menjatuhkan nama bangsa dan negara
dengan tulus ikhlas akan membela dan mempertahankannya. Kemudian yang perlu
diingat adalah bahwa nasional Indonesia telah ada sebelum negara Republik Indonesia
terbentuk karena solidaritas tidak sama dengan hak-hak dan kewajban warga negara
seperti yang dinyatakan oleh undang-undang yang berlaku. Orang- orang yang bersama
yang merupakan warga negara RI tidak 8 sepenuhnya sama dengan orang-orang yang
bersama- sama merupakan anggota nasional Indonesia (Bachtiar dalam Depdikbud, 1997:
27).

Untuk mencapai suatu integrasi nasional diperkukan suatu identitas untuk


membedakan dari bangsa lain, dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai macam suku
yang dimana disatukan melalui persatuan dibawah bendera merah putih dan Bhinneka
Tunggal Ika yang dimana melalui proses ini terjadi poses integrasi nasional dimana
perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan.

9
Persatuan dari kemajemukan suku inilah yang menjadi salah satu ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Sehingga dengan adanya
kompleksitas perbedaan suku yang bersatu di Indonesia dijadikan sebagai identitas
bangsa sebagai bangsa yang majemuk yang kaya akan suku, tradisi dan bahasa dalam
wujud semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Jadi, antara Integrasi nasional dan identitas nasional dijadikan sebagai salah satu
identitas nasional, semboyan ini tidak akan pernah ada di negara lain, semboyan ini hanya
ada di Indonesia dan menjadi identitas bangsa yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa yang lainnya.

10
2.3 Pendapat Para Ahli Mengenai Integrasi Nasional
Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integritas seperti berikut :

a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan social
dalam satu wilayah dan proses penyatuan identitas nasional, membangun rasa
kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan – ikatan yang lebih
sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional
pusat di atas unit – unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok –
kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan
yang diperintah. Mendekatkan perbedaan – perbedaan mengenai aspirasi dan nilai
pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap pada nilai yang minimum
yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
e. Integritas menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang
diterima demi mencapai tujuan bersama.

Howard Wrigins (1996)

Integrasi berarti penyatuan bangsa – bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat – masyarakat
kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

Saafroedin Bahar (1998)

Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan


wilayahnya

Riza Noer Arfani (2001)

Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial


dan budaya ke dalam suatu kesatuan wilayah

11
Djuliati Suroyo (2002)

Bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara
yang berdaulat.

Suroyo (2002)

Integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang dari berbagai


wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas, sosial budaya,
atau latar belakang ekonomi, menjadi satu bangsa (nation) terutama karena pengalaman
sejarah dan politik yang relatif sama.

Ramlan Surbakti (2010)

Proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah
dan dalam suatu identitas nasional.

Kurana (2010)

Integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama di antara warga negara. Ini
berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah, dan
berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua adalah satu.

Dari pengertian integrasi nasional menurut para ahli, didapat kesamaan yaitu
integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai kebulatan dari unsur
atau aspek aspeknya.

2.4 Jenis – Jenis Integrasi Nasional


Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010)
lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional.
Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik.
Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni

12
1) Integrasi Bangsa

Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas nasional.
Contoh kasus pada tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara
damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia
memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak
tahun 1975 sampai 2005.

2) Integrasi Wilayah

Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan


nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok
kelompok sosial budaya masyarakat tertentu. Contoh kasus melalui Deklarasi Djuanda
tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah
Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini
maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu
kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi
penghubung pulau-pulau di Indonesia.

3) Integrasi Nilai

Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum
yang diperlukan dalam memelihara tertib social. Contoh kasus pengalaman
mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya,
melalui kegiatan Pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan
mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat
mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai
dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda.

13
4) Integrasi Elit-massa

Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah


dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai
pada kelompok elit dan massa. Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya
pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke
daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan
elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrase nasional.

5) Integrasi Tingkah Laku (perilaku integratif)

Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptaan tingkah


laku yang terintegrasi dan `yang diterima demi mencapai tujuan Bersama. Contoh kasus
Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan Lembaga – Lembaga
politik dan pemerintahan termasuk birokrasi. Dengan Lembaga dan birokrasi yang
terbentuk maka orang-orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan
pola kerja yang teratur, sistematis, dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik
dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945
yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal 19 Agustus 1945
memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan provinsi di Indonesia.

Adapun beberapa jenis integrasi nasional menurut Ismail&Hartati,2020 sebagai


berikut:

1) Integrasi Asimilasi

Merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang menghilangkan ciri


khas kebudayaan aslinya yang diterima oleh masyarakat. Negara berusaha meleburkan
beberapa kebudayaan agar dijadikan menjadi satu kebudayaan yang sifatnya lebih mudah
diterima oleh semua masyarakat. Cara ini cukup efektif untuk mencegah adanya saling
klaim ataupun sifat etnosentrisme.

14
2) Integrasi Akulturasi

Merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas
kebudayaan asli di suatu lingkungan.

3) Integrasi Normatif

Terjadi karena keberadaan norma-norma yang berlaku dan mempersatukan


masyarakat sehingga integrasi lebih mudah dibentuk. Adanya norma tertentu bisa
mempersatukan masyarakat yang beragam di suatu negara.

4) Integrasi Instrumental

Terjadi dan tampak secara nyata sebagai akibat adanya keseragaman antar
individu dalam lingkungan masyarakat. Hal itu bisa terbentuk karena adanya kesamaan
atau keseragaman antar individu atau kelompok dalam lingkungan hidup.

5) Integrasi Ideologis

Terjadi dan tampak secara nyata karena adanya ikatan spiritual/ ideologis yang
kuat tanpa adanya paksaan.

6) Integrasi Fungsional

Terjadi karena adanya berbagai fungsi tertentu dari semua pihak di dalam
masyarakat. Mereka yang merasa mempunyai kesamaan fungsi atau peran cenderung
mudah bersatu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7) Integrasi Koersif

Terjadi karena adanya pengaruh dari penguasa dan bersifat paksaan. Jadi, sifatnya
tidak secara suka rela ketika bersatu dalam suatu hal. Integrasi semacam ini pastinya tidak
bisa bertahan lama dan kuat karena memang sifatnya yang terpaksa.

2.5 Faktor – Faktor Pembentuk dan Penghambat Integrasi Nasional


Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan di suatu
negara agar tercipta keselarasan secara nasional. Integrasi nasional secara politis adalah

15
penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional. Syarat keberhasilan suatu integrasi pada suatu
negara yaitu anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka dapat berhasil untuk
saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya. Hal ini bertujuan supaya
timbul persatuan dan kesatuan secara luas dalam kehidupan bermasyarakat; Terciptanya
sebuah kesepakatan bersama (konsensus) terkait norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam melakukan berbagai kegiatan; Norma- norma
sosial dan nilai-nilai sosial akan dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial. Hal tersebut bertujuan supaya proses integrasi nasional dapat terjadi di
masyarakat.

Terdapat faktor – faktor pembetuk dan penghambat integrasi nasional.

A. Faktor Pendukung Integrasi Nasional


1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan, di mana
warga Indonesia bersatu untuk merdeka karena dilandasi keinginan yang sama,
tanpa memedulikan suku, agama, ras, dan golongan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana
dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara sebagaimana
dibuktikan dengan banyaknya pahlawan bangsa yang gugur di medan
perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan proklamasi
kemerdekaan, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, bendera
merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.
6. Integrasi Nasional menjadi wujud dari ideologi nasional yang telah
disepakati bersama. Lewat ideologi Pancasila, Indonesia yang mempunyai
banyak perbedaan atau keragaman bisa tetap bersatu. Hal itu dikarenakan nilai-

16
nilai Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
7. Adanya jiwa dan rasa semangat bergotong royong, yaitu semua komponen
masyarakat bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan.
8. Integrasi Nasional juga penting untuk mengantisipasi ancaman dari luar.
Bentuk ancaman dari luar tersebut bisa berupa pengambilan wilayah atau pulau
paling luar di Indonesia.

B. Faktor Penghambat Integrasi Nasional


1. Faktor penghambat integrasi nasional yang pertama adalah beraneka
ragamnya masyarakat Indonesia, mulai macam-macam kelompok suku, agama,
ras, dan golongan lainnya.
2. Wilayah negara Indonesia yang begitu luas juga dapat menghambat
integrasi nasional. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih
dari 17 ribu pulau dan dipisahkan lautan luas.
3. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
4. Kurangnya toleransi antargolongan.
5. Kuatnya paham Etnosentrisme. Etnosentrisme adalah fanatisme suku
bangsa yang mempersepsikan kebudayaan yang dimiliki lebih baik dari
kebudayaan lainnya. Hal ini membuat tiap suku di Indonesia menganggap bahwa
budayanya lebih baik dari suku lain.
6. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan
gangguan dari luar.
7. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan tidak meratanya
pembangunan. Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu luas, tantangan
dalam melakukan integrasi nasional ialah adanya ketimpangan pembangunan.
Daerah di pulau Jawa dan Indonesia bagian barat mungkin cenderung lebih maju
pembangunannya daripada wilayah Indonesia timur.

17
8. Mulai tergerusnya budaya asli Indonesia juga bisa menghambat integrasi
nasional. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa terjadi akibat kuatnya pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati
kontak langsung maupun tidak langsung.

2.6 Pluralitas Masyarakat Indonesia


Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau
masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama – sama dimengerti. Dengan
meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagi – bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih
berdiri sendiri – sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh
ikatan – ikatan yang bersifat primordial (Geertz, 1963: 105 dst.). Ikatan primordial adalah
ikatan yang muncul dari perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial,
yang sebagian besar berasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu,
keanggotaan dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta
kebiasaan – kebiasaan tertentu yang membawakan ikatan yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat.

Menurut Pierre L. van den Berghe, masyarakat majemuk memiliki karakteristik


sebagai berikut :

a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok – kelompok yang sering kali


memiliki sub – kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi – bagi ke dalam Lembaga – Lembaga yang
bersifat non – komplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai
yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi.

18
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok – kelompok yang
lain.

Walaupun karakteristik masyarakat majemuk sebagaimana dikemukakan oleh


Pierre L. van den Berghe tidak sepenuhnya mewakili kenyataan yang ada dalam
masyarakat Indonesia, tetapi pendapat tersebut setidak – tidaknya dapat digunakan
sebagai acuan berpikir dalam menganalisis keadaan masyarakat Indonesia. Struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik. Secara horizontal, masyarakat
Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan – kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan – perbedaan
kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam
(Nasikun, 1993:28).

Dalam dimensi horizontal, kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari


adanya berbagai macam suku bangsa, seperti suku bangsa Jawa, Sunda, Batak,
Minangkabau, Dayak, dan masih banyak yang lain. Tentang berapa jumlah suku bangsa
yang ada di Indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara para
ahli tentang Indonesia. Hildred Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku
bangsa di Indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing – masing,
sedangkan Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa
dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari jumlah
suku bangsa yang disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat unsur
– unsur keragaman pada masing – masing suku bangsa tersebut. Namun, seberapa jumlah
suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan
bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.

2.7 Integrasi Versus Disintegrasi


Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti penyatuan,
keterpaduan antar elemen atau unsur yang ada didalamnya, maka diintegrasi dapat
diartikan ketidakpaduan, keterpecahan di antara unsur yang ada. Jika integrasi terjadi

19
konsesus maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau perseteruan dan
pertentangan.

Disintegrasi bangsa adalah memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan


kelompok yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Gejala disintegrasi
merupakan hal yang dapat terjadi di masyarakat. Masyarakat suatu bangsa pastilah
menginginkan terwujudnya integrasi. Namun, dalam kenyataannya yang terjadi justru
gejala disintegrasi. Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan pertentangan fisik,
perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi, bahkan perang.

Integrasi adalah masalah sosial yang tidak pernah selesai, masalah tersebut tentu
selalu dikaitkan dengan adanya disintegritas. Selain disintegritas, integrasi juga selalu
mengajak kita untuk meninjau kembali kebertujuan “dimensi teologis”. Artinya bahwa
pada setiap prestasi pencapaian hanyalah menjadi salah satu titik dari sebuah proses
berkelanjutan yang masih Panjang. Kesimpulannya bahwa, masih ada pencapaian-
pencapaian lain yang harus diwujudkan dalam konteks integrasi nasional. Sehingga,
dengan berbagai macam pencapaian tersebut integrasi nasional dapat mempunyai makna
yang berbeda bergantung pada kepentingan yang melingkupinya (Kuntowijoyo, 2006:
153).

Istilah integrasi di Indonesia sendiri masih sering dikacaukan atau tertukar dengan
istilah pembauran atau asimilasi. Sehingga, sebelum membicarakan integrasi secara
panjang lebar, perlu kiranya dijernihkan terlebihan dahulu perbedaan antara integritas dan
asimilasi atau pembauran. Integrasi dapat diartikan pula sebagai integrase kebudayaan,
integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Adapun pembauran dapat berarti asimilasi atau
amalgamasi (Ubaidillah, 2000:24).

Integrasi nasional sering kali menemui beberapa permasalahan yang dianggap


berbenturan dalam upaya menuju integrasi bangsa, diketahui bahwa di Indonesia
permasalahan terkait sangatlah kompleks serta multidimensional. Artinya bahwa, dalam
mewujudkan nilai integrasi nasional perlu berbagai upaya dengan strategi yang kuat
dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Integrasi nasional sebagai satu kondisi
di mana menjadi sebuah mimpi maupun harapan yang tentu memerlukan prasyarat yang

20
mendukung terhadap pluralisme maupun multikulturalisme, serta nilai-nilai kebangsaan.
Pendidikan kewarganegaraan khususnya dan disiplin keilmuan lain secara umum dapat
menjadi jembatan dalam mewujudkan upayaupaya menuju integrasi nasional.

21
BAB III

KESIMPULAN

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan
secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar
baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif
bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau
elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga
menjadi satu nation (bangsa). Jenis jenis integrasi mencakup 1) integrasi bangsa, 2)
integrasi wilayah, 3) integrasi nilai, 4) integrasi elit-massa, dan 5) integrasi tingkah laku
(perilaku integratif). Integrasi berkebalikan dengan disintegrasi. Jika integrasi
menyiratkan adanya keterpaduan, kesatuan dan kesepakatan atau konsensus, disintegrasi
menyiratkan adanya keterpecahan, pertentangan, dan konflik.
Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas
bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Salamah Umi, Munir, Suratman. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan untuk


perguruan tinggi. Malang: Madani.
Nuwardani Paristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
perguruan tinggi. Ristekdikti.
Hartati Sri, Ismail. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan Konsep Dasar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia. Pasuruan: Penerbit Qiara
Media.
Trisna Wulandari. 10 Faktor Pendukung Integrasi Nasional dan Penghambatnya.
detikedu. Published March 23, 2022. Accessed October 07, 2022.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5995873/10-faktor-pendukung-
integrasi-nasional-dan-penghambatnya.

Faozan Tri Nugroho. Faktor-faktor Pembentuk dan Penghambat Integrasi


Nasional. bola.com. Published September 2, 2020. Accessed October 07,
2022. https://www.bola.com/ragam/read/4345665/faktor-faktor-
pembentuk-dan-penghambat-integrasi-nasional

Noorzeha Fuad., John Abraham Ziswan Suryosumunar. 2020. Pendidikan

Kewarganegaraan (Nasionalitas, Demokrasi dan Integrasi Kebangsaan).


Surakarta

Hudaidah. Pendidikan Kewarganegaraan Integrasi Nasional. Depdikbud

Nikolas. 2007. Pentingnya integrasi nasional indonesia.

http://www.education-penteingnyaintegrasi-nasional.org/wiki . Diakses pada 07


Oktober 2022

23

Anda mungkin juga menyukai