Anda di halaman 1dari 12

PERUNDANG-UNDANGAN ZAKAT DI INDONESIA DAN IMPLEMENTASINYA

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Zakat dan

Wakaf Dosen Pengampu Dr. H. Ali Khosim, M.Ag.

Oleh:

Radja Rasidoniandi Siregar NIM 1213030112

Ratu Rizkiyah Hisamasa NIM 1213030115

Siti Nur Syamsiah NIM 1213030129

Treissa Puspitasari NIM 1213030137

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul "Perundang-undangan Zakat
Di Indonesia dan Implementasinya" dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr. H. Ali Khosim, M.Ag. selaku dosen
pengampu atas bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Diharapkan dengan terselesaikan nya makalah ini dapat memberikan pengetahuan terhadap kita
semua perihal implementasi perundang-undangan zakat di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman-teman, agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
ABSTRAK.....................................................................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................................................6
E. Metode Penelitian.............................................................................................................................6
BAB II............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................6
A. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat...............6
B. Implementasi undang-undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Di Indonesia........7
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
zakat..................................................................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................12

3
ABSTRAK

Harta yang terbaik adalah harta yang beredar di tengah masyarakat. Jawaban awal yang bisa
dikedepankan untuk hal ini sebenarnya adalah adanya perintah kewajiban membayar zakat, anjuran infaq,
shadaqah dan wakaf harta. Islam mengatur ini karena pasti selalu ada bagian harta kita, atau selalu ada
sebagian masyarakat, yang menimbun hartanya, padahal ada mungkin dalam harta kita ada sebagian harta
milik orang lain. Dalam Islam kewajiban zakat memiliki makna yang sangat pokok.

Zakat merupakan sebuah filantropi Islam yang sudah siapkan Allah SWT untuk kesejahteraan
masyarakat Islam. Di Indonesia potensi zakat diperkiraan mencapai 217 triliun, walau pendapatan setiap
tahunnya semakin meningkat, namun masih jauh dari potensi yang ada. Guna meningkatkan potensi itu,
dan pengelolaan zakat yang baik pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Peningkatan jumlah penerimaan zakat tentunya bisa lebih besar jika para muzakki
dapat dipaksa atau diharuskan membayar zakatnya melalui badan atau lembaga yang dikehendaki oleh
pemerintah, BAZNAS, dan LAZ.

Undang-undang Nornor 23 Tahun 2011 dibuat dalarn rangka rneningkatkan dayaguna dan hasil
guna, zakat harus dikelola secara rnelernbaga sesuai dengan syariat agarna Islam yang bertujuan
rnelakukan pengelolaan zakat. Pengelolaan yang dirnaksud meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengordinasian dalarn pengurnpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan ibadah yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim, ketika harta kekayaan obyek
zakat yang dimilikinya sudah mencapai nisab dan haul. Pengaturan mengenai zakat dapat dijumpai dalam
alquran dan hadis, kemudian secara teknis diatur lebih lanjut dalam kaidah-kaidah fikih. Konsepsi ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk regulasi maupun kebijakan-kebijakan pemerintah maupun
institusi zakat bentukan sipil di suatu negara.

Dalam konteks Indonesia, positivisasi ketentuan zakat ke dalam peraturan perundang- undangan
dilakukan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang kemudian di-nasakh
menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Masuknya zakat ke dalam
ranah hukum positif di Indonesia, menandai era baru pemberdayaan pranata keagamaan untuk
kesejahteraan sosial. Di negara-negara common law, undang-undang amal sosial (charity law) telah
ratusan tahun menjadi kerangka referensi yang menghubungkan aktivitas amal sosial ke arah pengentasan
kemiskinan khususnya dan isu-isu inklusi sosial umumnya. Charity law secara eksplisit dibebankan tugas
untuk memenuhi kebutuhan kelompok sosial yang lemah.

Kehadiran undang-undang tentang aktivitas amal secara umum memberikan beberapa fungsi yang
memberi arah bagi sektor amal untuk dapat tumbuh berkembang secara berkelanjutan. Undang-undang
memberi kerangka regulasi dan institusional agar sektor amal menjadi efektif. Fungsi dari undang-undang
amal ini antara lain adalah fungsi perlindungan (protection), fungsi menjaga ketertiban (policing), fungsi
mediasi dan penyesuaian (mediation and adjusment) dan fungsi dukungan (support).

Di Indonesia, pembentukan undang-undang Zakat terjadi pada lingkungan yang heterogen dan
berubah dengan cepat seperti adopsi demokrasi langsung, implementasi otonomi daerah dan
meningkatnya partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, terkait dengan proses legislasi
Undang-Undang Zakat di dalam lingkungan yang demokratis dan meningkatnya peran masyarakat sipil,
terdapat beberapa isu utama ke depan dari undang-undang yang harus mendapat perhatian pembuatan
kebijakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat?
2. Bagaimana implementasi undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengolahan zakat di
Indonesia?

5
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Implementasi UU No 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan zakat?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan sejarah undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
2. Mendeskripsikan implementasi undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
di indonesia
3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat Implementasi UU No 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan zakat?
D. Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai sejarah dan implementasi
undang-undang No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui metodologi studi pustaka. Metodologi studi pustaka adalah
metode penelitian dengan mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material
yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, artikel, jurnal, dan lain sebagainya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat resmi diundangkan dan masuk
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia bernomor 115 setelah ditandatangani oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 25 November 2011. Lahirnya UU ini menggantikan UU sebelumnya
bernomor 38 tahun 1999 yang sebelumnya telah menjadi payung hukum bagi pengelolaan zakat. Struktur
dari Undang- Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ini terdiri dari 11 Bab dengan 47
pasal. Tak lupa di dalamnya juga tercantum ketententuan pidana dan ketentuan peralihan.1

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah untuk mengdongkrak
dayaguna dan hasil guna pengelolaan zakat, infaq dan sedekah di Indonesia. Pengelolaan zakat pada saat
menggunakan payung hukum UU No. 38 tahun 1999 dirasakan kurang optimal dan memiliki kelemahan
dalam menjawab permasalahan zakat di tanah air. Selain itu pasal-pasal yang termaktub di dalamnya

1
Undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang penegelolaan zakat

6
sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga butuh
pembaharuan.2

Pembahasan RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah diawali dengan Rapat Kerja antar
Komisi VIII DPR RI dengan Pemerintah pada Senin, 28 Maret 2011 Masa Persidangan III Tahun Sidang
2010-2011 yang menyepakati jadwal dan persidangan pembahasan serta mengesahkan Panitia Kerja
(Panja) RUU tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah. Selanjutnya pembahasan dilakukan melalui
Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Komisi VIII DPR RI dengan pemerintah sebanyak 7 (tujuh) kali dan
Rapat Konsinyering 2 (dua) kali terhitung mulai tanggal 28 Maret 2011 sampai 17 Oktober 2011. Setelah
subtansi RUU tentang pengelolaan zakat, infaq dan sedekah dicermati sebagaimana kesempatan Panja
Komisi VIII DPR RI dengan Panja Pemerintah pada Rapat Konsiyering hari Jumat, 18 Juni 2011 pukul
21.000 bahwa judul RUU tentang pengelolaan zakat, infaq dan sedekah berubah menjadi Racangan
Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, sedangkan pengaturan pengelolaan zakat, infaq dan sedekah
dan dana sosial keagamaan lainnya diatur sebagai norma tambahan (extra norms); sebagaimana rumusan
RUU tentang Pengelolaan Zakat Pasal 38 ayat (1), (2), (3).

Rapat Kerja Komisi VIII DPR dengan Pemerintah (Menteri Agama, Menteri Keuangan (terwakili),
Menteri Dalam Negeri (terwakili), Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) dalam Pengambilan
Keputusan Tingkat I terhadap RUU tentang Pengeloaan Zakat dipimpin Ketua Komisi VIII, Abdul Kadir
Karding, di Gedung Nusantara I DPR. RUU tentang Pengelolaan Zakat ini akan diajukan ke Sidang
Paripurna Dewan Berdasarkan persetujuan dari seluruh fraksi yang ada di Komisi VIII saat Pengambilan
Keputusan Tingkat I terhadap RUU tentang Pengelolaan Zakat yang disampaikan oleh masing masing
juru bicara fraksi dalam pandangan mini fraksinya.

B. Implementasi undang-undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Di Indonesia

Implementasi berasal dari bahasa Inggris “implementation” yang artinya pelaksanaan, penerapan,
implementasi. Pelaksanaan berasal dari kata “laksana” yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Kata
laksana mengandung pengertian seperti; tanda yang baik, sifat, laku, perbuatan, seperti atau sebagai.
Melaksanakan artinya memperbandingkan, menyamakan dengan, melakukan, menjalankan, mengerjakan,
dan sebagainya. Sedangkan pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan,
keputusan dan sebagainya).

Istilah implementasi banyak dibahas dalam studi tentang kebijakan publik (Public Policy), sebab
salah satu domain dari kajian ini adalah tentang implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan sendiri

2
Puji Kurniawan, Legislasi Undang-Undang Zakat, Jurnal Al-Risalah, volume 13 Nomor 1 Mei 2013 format PDF,
h. 101
7
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan kebijakan sebelumnya.

Implementasi undang- undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat merupakan
pelaksanaan sebuah undang-undang dalam kehidupan. Ketika membicarakan efektivitas peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan zakat berarti membicarakan daya kerja hukum itu dalam
mengatur atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum. Efektivitas hukum dimaksud, berarti
mengkaji kaidah hukum yang harus memenuhi syarat, yaitu: berlaku secara yuridis, berlaku secara
sosiologis, dan berlaku secara filosofis. Karena itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu
berfungsi dalam masyarakat, yaitu:

Pertama, kaidah hukum/peraturan itu sendiri, kaidah hukum yang mendasari undang-undang no. 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat adalah kaidah hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-
Hadis dan peraturan perundang- undangan zakat. Kedua, petugas/ penegak hukum, penegak hukum dalam
hal peraturan perundang-undang tentang pengelolaan zakat adalah Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum, sarana dan prasarana
dalam pengelolaan zakat, dimaksudkan segala sesuatu yang berkaitan kebutuhan fisik dalam pelaksanaan
tugas Badan Amil Zakat, baik pembina, komisi pengawas, maupun badan pelaksana zakat. Keempat,
kesadaran masyarakat. Kelima, faktor kebudayaan, antara lain adanya hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat dengan sistem dan pola tertentu, atau timbulnya perbedaan-perbedaan pandangan dalam
masyarakat karena pengaruh tertentu.

UU No. 23/2011 tentang pengelolaan zakat dibentuk dalam rangka membenahi undang- undang No.
38/1999 tentang pengelolaan zakat yang dianggap belum dapat memenuhi kebutuhan hukum karena
belum tercantum permasalahan tata kelola zakat dan sanksi untuk muzzaki yang mangkir dari zakat.
Namun, setelah adanya amandemen juga belum menyelesaikan persoalan yang sesungguhnya. Terdapat
pasal-pasal yang multitafsir jika di implikasikan pada masyarakat. Maka, pada subbab ini akan dijelaskan
bagaimana pendapat masyarakat terhadap UU No. 23/2011, baik dari sisi Lembaga zakat yang tidak dapat
beroperasi sebagaimana biasanya, muzzaki yang juga terkena dampak dan pendapat Kementrian Agama
sebagai regulator.

Pasal - pasal yang berubah :

1. Terdapat penambahan ayat, penjabaran definisi yang terkait dengan pengelolaan zakat.
2. Pasal 5 ayat (1). Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.

8
3. Pasal7ayat(1).DalammelaksanakantugassebagaimanadimaksuddalamPasal6, BAZNAS
menyelenggarakan fungsi: (a) perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat; (b) pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,dan pendayagunaan zakat; (c)
pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan (d) pelaporan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
4. Pasal 17. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.
5. Pasal 18.
a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
b. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan
paling sedikit:
i. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan,
dakwah, dan sosial
ii. Berbentuk lembaga hukum
iii. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS
iv. Memiliki pengawas syariat
v. Memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk melaksanakan
kegiatannya
vi. Bersifat nirlaba
vii. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
viii. Bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala.
6. Pasal 38. Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan
pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.
7. Pasal 41. Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
zakat

Dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, menunjukan
adanya perhatian pemerintah terhadap pengelolaan zakat di Indonesia. Faktor Pendukung dan
Penghambat Implementasi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sebagai
berikut:

1. Faktor Pendukung

9
a. Adanya undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat, sehingga pengurus memiliki
kekuatan hukum dalam mengambil, menetapakan, dan menyalurkan zakat.
b. Dukungan dan bantuan dari pemerintah, pemebentukan BAZNAS sangat dipengaruhi dengan
keterlibatan pemerintah daerah dalam memberikan dana operasional.
c. Memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman, juga merupakan faktor pendukung yang
kuat mempengaruhi pengoptimalisasian pelaksanaan zakat dengan pelayanan yang terbaik
terhadap muzakki dan mustahik zakat.
d. Memiliki lokasi yang strategis, keberadaan BAZNAS yang strategis terletak di pusat kota
menjadikan informasi mengenai zakat lebih akurat dan mudah disampaikan kepada siapapun
terutama kepada muzakki dan mustahik zakat.

2. Faktor Penghambat

a. Dana operasiaonal yang minim, apalagi beberapa tahun ini dalam keadaan pandemi covid 19,
jumlah dana operasional BAZNAS mengalami penurunan dan lebih fokus ke penanganan
masyarakat yang terdampak pandemi covid 19, sehingga BAZNAS harus Berhemat dalam
menggunakan anggaran dana dan kas yang ada.
b. Kurangnya kesadaran berzakat lewat lembaga, kesadaran masyarakat untuk berzakat saat ini terus
mengalami peningkatan, tetapi kegiatan zakat tersebut tidak disalurkan melalui lembaga resmi
yang dibentuk oleh pemerintah, hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan kepada lembaga
zakat sehingga mereka lebih yakin dengan menyalurkan zakat mereka langsung kepada mustahik.
c. Kurangnya sosialisasi dan Undang-undang yang belum tepat sasaran, dengan adanya Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat diharapkan mampu menggugah
kesadaran masyarakat untuk berzakat. Namun kurangnya sosialisasi dan tidak tepat sasaran
akhirnya menjadikan undang-undang zakat seolah-olah hanya sebagai aturan yang tertulis dan
tidak terlalu penting untuk dilaksanakan.
d. Belum adanya sanksi bagi muzakki yang tidak membayar zakat secara tegas.
e. Masih kurangnya dukungan sebagian pemimpin instansi/pemerintahan mengenai wajib nya
membayar zakat.3

3
Wawancara staf pendistribusian zakat BAZNAS, faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi UU 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat (BAZNAS PROVINSI BANTEN)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat merupakan suatu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim yang hartanya sudah
sampai satu nisap dalam satu tahun. Pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 yang
sekarang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
membentuk lembaga khusus yang untuk mengelola zakat yang disebut Badan Amil Zakat Nasional atau
yang disingkat BAZNAS. Dalam pengelolaannya BAZNAS memiliki beberapa program untuk
menyelurkan zakat yang masuk dan program-program tersebut dijalan kan oleh semua BAZNAS yang
ada di Indonesia.

Dengan adanya hukum positif yang telah dikeluarkan pemerintah tentang pengelolaan zakat yaitu
Undang-undang No. 23 Tahun 2011 sebagai penyempurna Undang-Undang terdahulu No. 38 tahun 1999
telah mengokohkan badan amil zakat sebagai pengelola zakat yang sah baik itu sifatnya pemerintah
maupun sifatnya swasta. Sekalipun demikian, legitimasi Undang-Undang tersebut, tidak serta merta bisa
diterapkan begitu saja, namun memerlukan faktor lain yang ikut terlibat di dalamnya.

B. Saran

Pemerintah Pusat melalui undang-undang yang sudah disahkan, hendaknya selalu intens mengawasi
lembaga-lembaga Badan Amil Zakat yang berada di daerah, dengan tujuan untuk memastikan bahwa
system pengelolaan zakat di bawah terlaksana dengan baik, dalam rangka meminimalisir angka
kemiskinan dan pemerataan sosial ekonomi.

Besarnya potensi zakat yang belum tergali secara maksimal menjadi perhatian pemerintah, sehingga
pengelolaan zakat dipandang sebagai kebutuhan yang perlu untuk diundang-undangkan. Untuk
mewujudkan tersebut, masyarakat dituntut untuk ikut serta didalamnya dengan cara menyadari akan
pentingnya membayar zakat khususnya ke lembaga yang telah dibentuk pemerintah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang penegelolaan zakat

Puji Kurniawan, Legislasi Undang-Undang Zakat, Jurnal Al-Risalah, volume 13 Nomor 1 Mei 2013 format PDF, h.
101

Wawancara staf pendistribusian zakat BAZNAS, faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi UU 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat (BAZNAS PROVINSI BANTEN)

12

Anda mungkin juga menyukai