MILIK DESA
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Formulasi Kebijakan Publik)
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Budiman Rusli, M.S
Dr. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si
Dr. Elisa Susanti, S.IP., M.Si
Dr. Rd. Ahmad Buchari, S.IP., M.Si
Yogi Suprayogi Sugandi, S.Sos., MA., Ph.D
Disusun Oleh :
Muhammad Fajar Rizki Djubaedi
1701102000074
BAB I ...................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 5
2.1 Kajian Tentang Desa ..................................................................................................................... 5
2.2 Konsep Badan Usaha Milik Desa ................................................................................................. 6
BAB III ................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
3.1 Badan Usaha Milik Desa Sebagai Sarana Pemberdayaan Desa.................................................... 7
3.2 Sasaran, arah dan jangkauan serta ruang lingkup pengaturan Badan Usaha Milik Desa .............. 8
BAB IV ................................................................................................................................................. 10
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes merupakan lembaga atau badan ekonomi desa
yang dibentuk dan dimiliki secara sah oleh pemerintah daerah, dikelola secara ekonomis,
profesional, dan seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan desa tersendiri.
BUMDes pada hakikatnya didirikan dengan tujuan menghasilkan uang untuk meningkatkan
pendapatan asli desa (PADes), memajukan ekonomi lokal, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan. Menurut Ngesti D. Prasetyo, keberadaan BUMDes sangat penting, dan
ekonomi masyarakat pedesaan yang ada, sambil juga mendorong pengembangan perusahaan
baru berdasarkan sumber daya yang tersedia. Di sisi lain, lebih banyak pekerjaan akan
Salah satu cara yang diakui untuk mendirikan badan usaha milik desa adalah
penunjukan "BUM Desa" yang merupakan kewenangan lokak yang dimiliki oleh desa. BUM
Desa sangat baik dalam memaksimalkan potensi untuk memajukan kemandirian daerah dan
subsidiaritas dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (“UU Desa”),
perkembangan BUM Desa juga terkait langsung dengan kebijakan Dana Desa dan Alokasi
Dana Desa.
Model bisnis yang dilakukan oleh BUMDes adalah profit-focused atau berorientasi
pada keuntungan yang akan didapat. . Sifat pengelolaan usahanya adalah keterbukaan,
kejujuran, partisipasif dan berkeadilan. Selain itu, BUMDes berfungsi sebagai katalis
2
pertumbuhan ekonomi desa, penghasil Pendapatan Asli Desa (PADes), dan sarana untuk
BUM Desa memiliki konsep entitas ekonomi, dimana konsep tersebut sudah diterapkan
di beberapa negara dan Indonesia bukan merupakan satu-satunya negara yang menerapkan.
Kekuatan utama di balik industrialisasi daerah pedesaan di negara China adalah melalui
Township-Village Enterprises (TVE), yang dalam banyak hal menyerupai BUM Desa. Salah
satu faktor pendorong ekspansi ekonomi China adalah TVE. Keberhasilan TVE di China
Dalam rangka untuk menjawab berbagai tuntutan diatas, salah satu strategi yang sangat
perlu dan mendesak adalah perlu segera menyusun sebuah rancangan Peraturan Daerah
Tentang Badan Usaha Milik Desa untuk menggantikan Peraturan Daerah sebelumnya yang
sekiranya sudah tidak sesuai dalam mendukung pelaksanaan pengembangan Badan Usaha
Milik Desa.
Legalitas suatu badan usaha sangat penting karena merupakan jati diri
sehubungan dengan status BUM Desa sebagai badan hukum. UU Desa dan peraturan-
peraturan turunannya tidak menyebutkan secara eksplisit status BUM Desa sebagai
badan hukum. Peraturan-peraturan turunan dalam hal ini meliputi Peraturan Pemerintah
2014 Tentang Desa yang telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015
dan terakhir kali oleh Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2019 (selanjutnya disebut
“PP 43/2014”), serta Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
3
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut “Permendesa 4/2015”).
berikut peraturan turunannya yang telah dicabut dan sebelumnya menjadi payung hukum bagi
BUM Desa justru menyebutkan bahwa BUM Desa harus berbadan hukum.
dasar BUM Desa sebagai badan usaha. UU Desa menyebutkan bahwa BUM Desa
merupakan badan usaha bercirikan Desa yang tidak sama dengan PT dan Koperasi. Dengan
demikian, BUM Desa tidak dapat dijadikan sebagai badan usaha privat seperti PT.
BUM Desa memiliki karakteristik yang serupa dengan badan usaha publik seperti
membatasi ruang lingkup permodalan BUM Desa untuk mencegah kepemilikan privat
dalam BUM Desa. Namun, tidak sedikit pengelola BUM Desa yang tidak memahami
hal ini karena kerangka regulasi tidak memberikan kejelasan dan kepastian hukum mengenai
konsep dasar BUM Desa itu sendiri sebagai bentuk badan usaha.
2. Apa sasaran, arah dan jangkauan serta ruang lingkup pengaturan Badan Usaha
Milik Desa?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui Apa sasaran, arah dan jangkauan serta ruang lingkup pengaturan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Tentang Desa
Pengertian Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa
yaitu kesatuan masyarakat Hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
43 Tahun 2014 Tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 menyatakan bahwa Desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wijaya (2003) mengartikan desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk
langsung di bawah camat dan berhak menjalankan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
5
2.2 Konsep Badan Usaha Milik Desa
sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa. Pembangunan ekonomi lokal
desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi, kapasitas desa, dan penyertaan modal dari
pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa dengan tujuan akhirnya adalah
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Dasar pembentukan Bumdes sebagai lokomotif
pembangunan di desa lebih dilatarbelakangi pada prakarsa pemerintah dan masyarakat desa
dengan berdasarkan pada prinsip kooperatif, partisipatif, dan emansipatif dari masyarakat desa.
Nasional tahun 2007 dijelaskan secara terperinci bahwa ada beberapa tahapan dalam proses
pendirian BUMDes. Selain itu juga dijelaskan mengenai cara dan syarat pendirian BUMDes
yang terdiri atas: Pendirian BUMDes berdasar pada Perda Kabupaten Diatur berdasarkan
Perdes Satu Desa, hanya terdapat satu BUMDes Pemkab memfasilitasi pendirian BUMDes.
BUMDes dapat didirikan. dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau bentuk lainnya, tetapi bukan
Koperasi, PT, Badan Usaha Milik Daerah, CV, UD atau lembaga keuangan (BPR).
Dalam Peraturan Menteri Desa No.4/2015 pasal 5 juga menjelaskan mengenai proses
pendirian BUMDes yang secara berbunyi “Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan
pada pasal tersebut membahas beberapa hal yang berkait dengan proses pendirian desa.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Keberadaan badan usaha Desa menjadi salah satu fungsi pemerintahan yaitu mengelola
karena ekonomi Desa selama ini mengalami keterpurukan. Selain itu, pada dasarnya Desa
hadir untuk melayani komunitasnya baik memelihara tertib hukum, sosial maupun
memastikan bahwa Desa memiliki pendapatan yang bersumber dari pendapatan asli desa;
bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten; bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten; bantuan keuangan dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten; serta hibah dan sumbangan
dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Adanya kepastian pendapatan ini diharapkan dapat
Desa mempunyai BUMDesa yang kuat dan mampu menjadi penggerak potensi lokal
dan memberikan perlindungan secara langsung terhadap warga, termasuk kaum marginal
dan perempuan yang lemah, tetapi lebih dalam bentuk BUMDesa yang mempunyai
kewenangan dan anggaran memadai, sekaligus mempunyai tata kelolah ekonomi yang
demokratis yang dikontrol (check and balances) oleh institusi lokal seperti Badan
pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa dari Badan Usaha Milik Desa adalah
pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan tambang
7
mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat dan
sumber lainnya.
BUMDesa didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa.
Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDesa,
maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan goodwill dalam
merespon pendirian BUMDesa. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di
pedesaan, BUMDesa harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya.
Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDesa mampu memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Di samping itu, agar tidak
nilai nilai kehidupan bermasyarakat. Penguasaan sektor ekonomi ini berguna sebagai
upaya perlindungan keterjaminan sosial masyarakat Desa sebagai bentuk cinta-cita dari
ditingkat desa. Hal ini telah ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 yang memberikan angin segar kepada setiap
desa untuk mendapat payung hukum dengan pengakuan dan kewenangan yang lebih luas
3.2 Sasaran, arah dan jangkauan serta ruang lingkup pengaturan Badan Usaha Milik
Desa
Aturan yang mengatur BUM Desa ada untuk menghadirkan masyarakat dalam proses
pertumbuhan yang lebih terstruktur dan bertanggung jawab dan untuk mengaturnya. Untuk
yang berlaku, Badan Usaha Milik Desa harus diatur dengan peraturan daerah.
8
Tanggung jawab dan fungsi pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa terkait dengan BUMDes disorot dalam rancangan peraturan daerah tentang BUMDes.
Melalu naskah akademik mencoba ciptakan ke depan adalah cara Perda ini untuk
menyalurkan tujuan masyarakat melalui peraturan yang mengatur tentang usaha milik desa.
Akibatnya, sangat penting untuk mengatur badan usaha milik desa, yaitu organisasi peran,
tanggung jawab, dan kekuasaan, untuk mengatasi kesulitan saat ini dan potensi masa depan
9
BAB IV
KESIMPULAN
BUMDes perlu melakukan dialog dengan masyarakat untuk mendapatkan wawasan
BUMDes merupakan organisasi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial
masyarakat pedesaan. Hal ini juga dapat mengurangi persepsi tentang ikatan yang kuat antara
Pemerintah Desa dengan pengurus dan pengelola BUMDes. Karena BUMDes berada pada
posisi yang harus bertransformasi menjadi organisasi bisnis sosial, maka keterampilan
manajemen organisasi sangat penting untuk keberlanjutannya. Jika komponen sosial BUMDes
menjadi fokus utamanya, penting untuk dipahami bahwa prinsip kesukarelaan dan kerjasama
timbal balik menuntut komitmen yang kuat untuk mengikat para pihak yang bertanggung jawab
menjalankan BUMDes. Modal sosial yang membentuk BUMDes akan mengalami sense of
belonging yang rendah dan pola hubungan transaksional jika didorong untuk berkembang
10
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Zaeni dan Budi Sutrisno Hukum Perusahaan dan Kepailitan Jakarta: Erlangga,
2012
Umanailo, M. C. B., Assagaf, S. A., Bahasoan, H., Nawawi, M., Umanailo, R., Hentihu, I., ...
& Hamid, I. (2018). NASKAH AKADEMIK BADAN USAHA MILIK DESA.
Sukarja, D., Siregar, M., & Lubis, T. M. (2020). Telaah Kritis Status Badan Hukum dan Konsep
Dasar Badan Usaha Milik Desa. Arena Hukum, 13(3), 568-588.
Xu, Chenggang dan Xiaobo Zhang “The Evolution of Chinese Entrepreneurial Firms:
Township-Village Enterprises Revisited” IFPRI Discussion PaperNo. 00854.
(2019).
11