Anda di halaman 1dari 7

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “peran dan fungsi badan
permusyawarat desa” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Cimahi, 01 November 2017


Ketua Kelompok

Asep Rahmat S
6111161147
ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………..i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………..1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………………1
D. Manfaat ………………………………………………………………………………………..1
BAB II ISI ……………………………………………………………………………………………...2
A. Pengertian Pemerintahan Desa ………………………………………………………………..2
B. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa……………………………………………………..3
C. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa ………………………………………………………...4
D. Kenyataan Dilapangan ………………………………………………………………………...4
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………5
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………………………..5
B. SARAN ………………………………………………………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….5
1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata kelola (governance) tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas sebagai unsur
utama. Terminologi good governance memang belum baku, tetapi sudah banyak definisi yang coba
membedah makna dari good governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa good
governance telah dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin kesejahteraan nasional (national
prosperity).
Dengan cara meningkatkan akuntabilitas, reliabilitas (kehandalan), dan pengambilan
kebijakan, yang diperkirakan di dalam organisasi pemerintah, korporasi (sektor swasta), bahkan
dalam organisasi masyarakat sipil.
Pemerintah Indonesia pada rezim Susilo Bambang Yudoyono berhasil memberikan inovasi
baru untuk membangun Indonesia secara massif yaitu dengan tercetusnya UU No. 6 2014 tentang
Otonomi Desa, aturan tersebut digadang – gadang sebagai akselerasi pembangunan nasional. Namun,
nyatanya sampai saat ini inovasi tersebut belum bisa sesia dengan prinsip – prinsip good governance,
maka dari itu kami berpikir harus ada penelitian lebih lanjut mengenai implementasi UU No.6 2014
tersebut, sehingga khalayak paham apa yang membuat terganjalnya inovasi percepatan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu desa ?
2. Apa itu badan permusyawaratan desa ?
3. Apa dan fungsi badan permusyawaratan desa?
4. Kenyataan dilapangan
C. Tujuan Penelitian
1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah tata kelola pemerintahan
2. Membandingan aturan hukum dengan implementasi dilapangan
3. Mecari pengetahuan baru atas dinamika pemerintahan kekinian
D. Manfaat Penelitian
Bisa mengetahui issue kontemporer tentang fenomena – fenomena pemerintahan ini sehingga
khalayak dapat memeberikan saran – saran yang bisa membangun Negara ini secara
paripurna.

BAB II ISI

A. Pengertian Pemerintah Desa


Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa beserta para
pembantunya (Prangkat Desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke
dalam masyarakat yang bersangkutan”.
Pemerintah Desa mempunyai tugas membina kehidupan masyarakat desa, membina
perekonomian desa, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, mendamaikan
perselisihan masyarakat di desa, mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkannya
sebagai peraturan desa bersama dengan BPD.Sedangkan pengertian Pemerintah Desa menurut
Peraturan Daerah tentang Pedoman Organisasi Pemerintah Desa, yang menyatakan bahwa
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Menurut Peraturan Daerah Nomor 7 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan
Perangkat Desa, pasal 1 nomor 7 yang dimaksud dengan Kepala Desa adalah pimpinan dari
Pemerintahan Desa. sedangkan menurut pasal 1 nomor 8 yang dimaksud dengan Perangkat
Desa adalah unsur staf yang melaksanakan teknis pelayanan dan atau membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pengertian desa Pemerintah dalam hal ini merupakan suatu lembaga-lembaga yang
melakukan kegiatan memerintah kepada bawahannya atau seluruh masyarakat yang
didasarkan atas peraturan yang berlaku. Pengertian pemerintah dapat dibagi dalam dua
pengertian, yaitu dalam arti luas adalah pemerintahan yang merupakan gabungan antara
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif, sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah
pemerintahan yang hanya mencakup lembaga eksekutif saja.Dari rumusan tersebut, maka
pemerintah dapat diartikan sebagai Badan atau Lembaga yang mempunyai kekuasaan
mengatur dan memerintah suatu Negara.
Desa adalah sebagai tempat tinggal kelompok atau sebagai masyarakat hukum dan
wilayah daerah kesatuan administratif, wujud sebagai kediaman beserta tanah pertanian,
daerah perikanan, tanah sawah, tanah pangonan, hutan blukar, dapat juga wilayah yang
berlokasi ditepi lautan/danau/sungai/irigasi/ pegunugan, yang keseluruhannya merupakan
wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Hak Ulayat Masyarakat Desa.( Kartohadikusumo, 1988 :
16 )
Desa menurut Prof. Drs. HAW. Widjaja dalam bukunya “Otonomi Desa” menyatakan bahwa:
“Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal
usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran dalam mengenai Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”.
(Widjaja,2003:3).
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pokok-pokok penyelengaraan
Pemerintah Daerah, menyatakanbahwa. :
“Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai suatu kesatuan
masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi 3
pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. (Penjelasan Umum
Undang-undang No. 5 Tahun 1974).
Hak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri ini bukanlah hak otonomi
sebagaimana dimaksud Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
Pemerintahan Daerah. Pada hakekatnya Pemerintahan Desa tumbuh dalam masyarakat yang
diperoleh secara tradisionil dan bersumber dari hukum adat. Jadi Desa adalah daerah otonomi
asli berdasarkan hukum adat yang berkembang dari rakyat sendiri menurut perkembangan
sejarah yang dibebani oleh instansi atasannya dengan tugas-tugas pembantuan.
Pada masa ini Pengertian Desa yang resmi adalah pengertian yang tercantum dalam
Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintahan Desa yang didalamnya mengandung
Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD), menegaskan bahwa yang dimaksud
dengan Desa adalah :
”Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten”.
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
menegaskan bahwa Desa tidak lagi merupakan wilayah administratif, bahkan tidak lagi
menjadi bawahan atau unsur pelaksanaan daerah, tetapi menjadi daerah yang istimewa dan
bersifat mandiri yang berada dalam wilayah Kabupaten sehingga setiap warga Desa berhak
berbicara atas kepentingan sendiri sesuai kondisi sosial budaya yang hidup dilingkungan
masyarakatnya.

Struktur di pemerintahan desa juga biasanya dibagi menjadi berbagai jabatan, antara lain :

1. Carik (Sekdes/Sekretaris) = adalah pelaksana sekretaris desa


2. Kebayan = tugasnya merupakan mengurusi data-data desa
3. Lado = tugasnya merupakan dalam hal irigasi
4. Modin = tugasnya merupakan dalam hal keagamaan
5. Petengan = merupakan komandan keamanan alias komandan hansip
6. Ketua BUMDes = yang mengurusi Badan Usaha Milik Desa
7. Kamituo = yang mengurusi bengkok dan tanah.

B. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-nya
desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di Indonesia.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD
terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh
atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota
BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota, dimana
sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan
masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota.
Ketua BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD
yang diadakan secara khusus. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

C. Fungsi Badan Permusyawaratn Desa


Dalam Permendagri No.110/2016 Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi,
membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Selain melaksanakan fungsi diatas, Badan Permusyawaratan Desa juga mempunyai
tugas sebagai berikut.

Tugas Badan Permusyawaratan Desa:


 Menggali aspirasi masyarakat;
 Menampung aspirasi masyarakat;
 Mengelola aspirasi masyarakat;
 Menyalurkan aspirasi masyarakat;
 Menyelenggarakan musyawarah BPD;
 Menyelenggarakan musyawarah Desa;
 Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
 Menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu;
 Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
 Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
 Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
 Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga Desa
lainnya; dan melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) tersebut, termuat dalam Bagian Kedua
Pasal 32 Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang BPD Permendagri Nomor 110 Tahun
2016 tentang BPD.

KEANGGOTAAN
1. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan berdasarkan
keterwakilanwilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;
2. Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat;
3. Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai ketentuan yang berlaku;

D. Kenyataan Dilapangan

Untuk terciptanya tata kelola yang baik BPD seyogyanya memiliki komitmen yang
baik juga dalam melakukan tugasnya untuk mengawasi pemerintahan desa. Hal tersebut
dimaksudkan untuk terciptanya Indonesia yang maju dimasa depan. Ada beberapa factor yang
menyebabkan kurang maksimalnya kinerja BPD ketika ditinjau dari prinsip – prinsip good
governance.
1. Tidak adanya keterbukaan dalam menentukan anggota BPD
Keterbukaan ini sangat penting karena dalam mentukan anggta BPD ini haruslah orang –
orang yang mampu memahami aturan dan aspirasi masyarakat, sehingga kekuasaan tidak
disentralisasi oleh kepala desa.
2. Peningkatan sumberdaya manusia anggota BPD 5
Fakta dilapangan sebagian besar desa di Indonesia memilih BPD hanya berdasarkan empiris
dan ketokohan, tidak berdasarkan potensi calon anggota.
3. Apresiasi
Karena BPD tidak mendapatkan gaji seperti kepala desa dan perangkatnya. Ini termasuk salah
satu faktor yang menyebabkan BPD tidak menjalakan tugas pokok dan fungsinya dengan
baik. Setiap kegiatan yang dilakukan BPD perlu menggunakan dana, tetapi tidak ada alokasi
anggaran untuk itu.

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN
BPD masih kurang maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga
legislatif desa, apalagi ketika sandarannya prinsip – prinsip good governance maka sangat jauh
dengan yang apa yang dicita – citakan oleh Indonesia.
B.SARAN
Karena BPD ini menurut kami dinilai baru popular masa ini atau bisa dibilang baru dalam
pemungsiannya, seharusnya pemerintah pusat / daerah lebih proaktif dalam melakukan pengawasan
kinerja BPD sehingga pemerintah pusat / daerah bisa memberikan teguran kepada pemerintah desa
sebagai backup untuk BPD yang sebagian besar kurang paham dengan kinerjanya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_Desa
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Permusyawaratan_Desa

Anda mungkin juga menyukai