Kelas : X – IPS 3
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kedudukan dan Peran
Pemerintah Daerah dan Hubungan Struktural dan Fungsional Pemerintah Pusat
dan Daerah” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
PKn. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
BAB II KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH
A. Kewajiban Pemerintah Daerah................................................................ 3
B. Hak Pemerintah Daerah........................................................................... 3
C. Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah................................................ 4
D. Kewenangan Pemerintah Daerah............................................................. 6
F. Perangkat Daerah sebagai Pelaksana Otonomi Daerah........................... 10
G. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)............................................ 12
H. Proses Pemilihan Kepala Daerah............................................................. 12
I. Peraturan Daerah (Perda)......................................................................... 13
J. Keuangan Daerah.....................................................................................133
BAB III HUBUNGAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
A. Hubungan Struktural Pemerintah Pusat dan Daerah....................................16
B. Hubungan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah.................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah merupakan salah satu
bentuk pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang
menggunakan konsep otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Sebagai
konsekuensi otonomi daerah tersebut dikonstruksikan tetap dalam sistem
negara kesatuan, maka laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah,
merupakan salah satu sarana yang sangat penting, sebagai perekat hubungan
hierarkis antara pemerintah dan daerah. Dengan demikian, kegiatan
pemerintahan daerah merupakan rangkaian dan bagian yang tidak terpisahkan
dengan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara secara menyeluruh.
Mengingat kedudukan dan peranan pelaporan itu sangat penting, maka
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu
kewajiban kepala daerah untuk dilaksanakan, baik karena kedudukannya
sebagai pimpinan daerah maupun sebagai pimpinan pemerintahan dalam
sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena ketentuan-
ketentuan ini sifatnya mengatur tentang pelaporan, yang menyangkut soal
sistem, prosedur, tata cara, waktu, isi, jenis, dan format serta tindak lanjut
laporan, maka dituangkan dalam bentuk hukum peraturan pemerintah.
Oleh karena itu pengaturan mengenai pelaporan tidak hanya dalam
rangka penyelenggaraan desentralisasi, tetapi sekaligus juga mengatur laporan
dalam rangka dekonsentrasi dan tugas pembantuan, yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangannya dan sebagai bahan untuk pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan pemerintah di daerah.
Dalam rangka pelaksanaan pasal 44 ayat (3) undang-undang nomor 22
tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan dalam upaya pemantapan
pemerintahan yang bersih dan berkemampuan serta bertanggung jawab sesuai
undang-undang nomor 28 tahun 1000 tentang penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta dalam rangka
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja kewenangan pemerintah daerah?
2. Apa saja hak dan kewajiban pemerintah daerah?
3. Bagaimana pembagian urusan pemerintahan daerah?
4. Bagaimana kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah?
5. Apa yang dimaksud dengan daerah khusus, daerah istimewa, dan otonomi
khusus?
6. Bagaimana peran perangkat daerah sebagai pelaksana otonomi daerah?
7. Apa yang dimaksud dengan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)?
8. Bagaimana proses pemilihan kepala daerah?
9. Apa yang dimaksud dengan peraturan daerah (Perda)?
10. Bagaimana sistem pengelolaan keuangan daerah?
BAB II
KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH
3
4
1. Hak Interpelasi; ialah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala
daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis
yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan Negara.
2. Hak Angket; ialah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting
dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan
Negara, yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak menyatakan pendapat; ialah hak DPRD untuk menyetakan pendapat
terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai
tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
4. Pendapat diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
ketentuan tersebut tidak terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah yang memproleh suara lebih dari 25% dari jumlah suara sah,
pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai
pasangan calon terpilih. Apabila tidak ada yang mencapai 25% dari jumlah
yang sah, dilakukan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh pemenang
pertama dan pemenang kedua.
I. Keuangan Daerah
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan
pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan
mengacu kepada Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Besarnya disesuaikan dan
diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah.
14
Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang
diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan sebagai
berikut.
1. Kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan
pemerintah yang diserahkan.
2. Kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah
serta hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional
yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya.
3. Hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber
pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.
Dalam Undang-Undang yang mengatur Keuangan Negara, terdapat
penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan
pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden
sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/wali kota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan
keuangan daerah, yaitu bahwa kepala daerah (gubernur/bupati/wali kota)
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan bertanggung
jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan daerah.
Dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan
sebagian atau seluruh kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat
perangkat daerah. Dengan demikian, pengaturan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan
pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam undang-undang mengenai
pemerintahan daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas sumber-sumber
keuangan berikut.
15
1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD), yang meliputi hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain PAD yang sah.
2. Dana Perimbangan yang meliputi dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus.
3. Pendapatan daerah lain yang sah.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari
penerusan pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama
pemerintah pusat setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan milik swasta. Pemerintah
daerah dapat memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan pembubarannya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa
satu tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember. Kepala daerah mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD untuk memperoleh persetujuan bersama. Rancangan Peraturan Daerah
provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan
Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling
lambat tiga hari disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah
disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang
penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama tiga
hari disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh
16
Ada tiga faktor yang menjadi dasar pembagian fungsi, urusan, tugas, dan
wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Mengutip dari buku
serupa yang ditulis Nuryadi dan Tolib, berikut adalah faktor-faktornya.
1. Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi
negara sebagai kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
3. Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak
memerlukan tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah
yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.
17
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat, di mana
pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah
dengan memperhatikan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
b. Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
c. Hubungan pusat daerah sejatinya adalah sebuah keniscayaan dari
dibentuknya pemerintahan sebuah Negara. Namun ironisnya Undang-
undang yang dijadikan acuan pengelolaan pusat dan daerah masih banyak
kerancuan. Tentunya dengan ini tidak baik adanya. Karena seharusnya
antara pemerintah pusat dan daerah memiliki porsi masing- masing baik
dari bidang kelembagaan, kewenangan, keuangan dan pengawasan.
B. Saran
Penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak akan efektif apabila tidak
didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia juga
mempunyai kewajiban mendukung setiap penyelenggaraan pemerintahan di
20
negara kita, salah satunya adalah dengan mengetahui dan memahami tugas
dan kewenangan pemerintah daerah.
• Model-Model Hubungan Pusat – Daerah
Hubungan kedudukan pemerintah daerah terhadap pusat menurut Dennis
Kavanagh:
1. Agency Model : pemerintah daerah dianggap sebagai pelaksana belaka
2. Partnership Model : pemerintah daerah memiliki kebebasan untuk
melakukan local choice
Sistem Hubungan Pusat dan Daerah menurut Nimrod Raphaeli:
1. Comprehensive Local Government System : pemerintah pusat banyak sekali
menyerahkan urusan dan wewenangnya kepada pemerintah daerah. Pemerintah
Daerah memiliki kekuasaan yang besar.
2. Partnership System : beberapa urusan yang jumlahnya cukup memadai
diserahkan oleh pusat kepada daerah, wewenang lain tetap di pusat.
3. Dual System : imbangan kekuasaan pusat dan daerah.
4. Integrated Administrative System : Pusat mengatur secara langsung daerah
bersangkutan mengenai segala pelayanan teknis melalui koordinatornya yang
berada di daerah/wilayah.
Lingkup hubungan pusat dan daerah antara lain meliputi hubungan
kewenangan, kelembagaan, keuangan, pelayanan publik , pembangunan dan
pengawasan.
1. Bidang Kewenangan
Dalam penyelenggaraan desentralisasi terdapat dua elemen penting, yakni
pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara hukum dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
bagian-bagian tertentu urusan pemerintahan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan apabila penyelenggaraan desentralisasi menuntut persebaran
urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom sebagai badan
hukum publik. Urusan pemerintahan yang didistribusikan hanyalah merupakan
urusan pemerintahan yang menjadi kompetensi pemerintah dan tidak mencakup
urusan yang menjadi kompetensi lembaga negara tertinggi dan/atau lembaga
tinggi negara.
Secara teoritis, persebaran urusan pemerintahan kepada daerah dapat
dibedakan dalam 3 (tiga) ajaran rumah tangga berikut :
a. Ajaran Formil
Di dalam ajaran rumah tangga formil (formele huishoudingsleer), tidak ada
perbedaan sifat urusan-urusan yang diselenggarakan pemerintah pusat dan daerah
otonom. Pada prinsipnya urusan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat hukum
yang satu juga dapat dilakukan oleh masyarakat yang lain. Bila dilakukan
pembagian tugas, hal itu semata-mata didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
yang rasional dan praktis. Artinya, pembagian itu tidak karena materi yang diatur
22
b. Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
kelompok jabatan fungsional.
c. Unit pelaksana teknis dinas yang belum terdapat jabatan fungsional dapat
dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi.
3. Lembaga Teknis Daerah
a. Inspektorat terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur
pembantu, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, serta kelompok jabatan
fungsional.
D. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari :
1. Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
a. Sekretariat daerah terdiri dari asisten, masing-masing asisten terdiri dari paling
banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3
(tiga) subbagian.
b. Sekretariat DPRD terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-
masing bagian terdiri dari 3 (tiga) subbagian.
2. Dinas Daerah
a. Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang,
sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari
paling banyak 3 (tiga) seksi.
b. Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
kelompok jabatan fungsional.
3. Lembaga Teknis Daerah
a. Inspektorat terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur
pembantu, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, serta kelompok jabatan
fungsional.
b. Badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang,
sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2
(dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional.
4. Bidang Keuangan
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus mempunyai
sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan
otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan
kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya seperti
melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
melaksanakan fungsi pembangunan (development function) dan perlindungan
masyarakat (protective function). Rendahnya kemampuan keuangan daerah akan
menimbulkan siklus efek negatif antara lain rendahnya tingkat pelayanan
masyarakat yang pada gilirannya akan mengundang campur tangan pusat atau
bahkan dalam bentuk ekstrim menyebabkan dialihkannya sebagian fungsi-fungsi
26
2. Pengawasan
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan
urusan pemerintahan terutama terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh
pemerintah meliputi :
1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah. Pengawasan ini
dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
2. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Dalam hal
pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah,
pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut:
3. Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah, yaitu terhadap rancangan
peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD,dan
rencana umum tata ruang sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu
dievaluasi oleh menteri dalam negeri untuk rancangan peraturan daerah provinsi
dan oleh gubernur terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota.
Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai
daya guna dan hasil guna yang optimal
4. Setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada menteri dalam negeri untuk
provinsi dan gubernur untuk kabupaten/kota untuk memperoleh klarifikasi.
Peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
5. Sebagai contoh, dalam rangka pengawasan, Perda tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah disampaikan kepada Pemerintah paling lambat 15 hari setelah
Perda tersebut ditetapkan. Jika bertentangan dengan kepentingan umum dan /atau
peraturan perundangan yang lebih tinggi, Pemerintah dapat membatalkan Perda
tersebut, paling lambat sebulan setelah Perda tersebut diterima.
28
DAFTAR PUSTAKA
Jimnung, Martin. 2005. Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Nusatama.
Ziazone. http://ziazone.wordpress.com/2013/05/11/hubungan-pemerintah-pusat-
dan-daerah/. Fatufia 01 Desember 2014