Anda di halaman 1dari 4

Nama: VIO ALVIONITA

Nim: E071191006
Prodi: ANTROPOLOGI SOSIAL
Mata kuliah: TEORI ANTROPOLOGI 1 (Tugas 3)
“Fungsional dan struktural”
Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Jika
tujuan dari kajian-kajian evolusionari adalah untuk membangun tingkat-tingkat
perkembangan budaya manusia, maka tujuan dari kajian-kajian struktural-
fungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial,
melalui pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara
individuindividu, antara kelompok-kelompok, atau antara institusi-institusi sosial
di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu. Jadi pendekatan
evolusionari lebih bersifat historis dan diakronis, sedangkan pendekatan
struktural-fungsional lebih bersifat statis dan sinkronis. Struktural-fungsional
adalah penggabungan dari dua pendekatan, yang bermula dari pendekatan
fungsional Durkheim, kemudian digabungkan dengan pendekatan struktural
Radcliffe Brown. Karena itu untuk memahami pendekatan struktural-fungsional,
orang harus melihat dulu sejarah perkembangan pendekatan fungsional.

A.Teori Fungsional

Teori-teori fungsional dalam ilmu antropologi mulai dikembangkan oleh


seorang tokoh ysng sangat penting dalam sejarah teori antropologi ,yaitu
Bronislaw Malinowski (1884-1942). Malinowski mengembangkan suatu
kerangka teori baru untuk menganalisa fungsi dari kebudayaan manusia yang
disebutnya suatu teori fungsional tentang kebudayaan atau a functional theory of
culture. Menurutnya seluruh aktivitas kehidupan masyarakat merupakan suatu
sistem sosial yang berintegrasi secara fungsional,dibedakan dalam tiga tingkat
abstraksi yaitu 1)fungsi sosial dari suatu adat,mengenai pengaruh/efeknya
terhadap adat,tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam
masyarakat. 2) fungsi sosial mengenai pengaruh/efeknya terhadap kebutuhan
suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya. 3) fungsi sosial mengenai
pengaruh/efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara
integrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu. Dengan menggunakan learning
theory sebagai dasar, Malinowski mengembangkan teori fungsionalismenya ,teori
tentang fungsi unsur-unsur kebudayaan yang sangat kompleks. Tetapi inti dari
teori itu adalah pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya
bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk
manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Ilmu pengetahuan juga
timbul karena kebutuhan naluri manusia untuk tahu. Tetapi banyak juga aktivitas
kebudayaan terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human needs itu.
Dengan paham itu Malinowski dapat menganalisa dan menerangkan banyak
masalah dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia. Malinowski
melihat “fungsi” sama seperti “guna”, yang dikaitkan dengan kebutuhan
psikologis dan biologis manusia. Fungsi dari sebuah item sosial, atau sebuah
institusi sosial, menurut Malinowski, adalah “kegunaan dari institusi tersebut
dalam memenuhi kebutuhan psiko-biologis individu-individu anggota sebuah
masyarakat”. Malinowski lebih memperhatikan individu sebagai sebuah realitas
psiko-biologis di dalam sebuah masyarakat (kebudayaan). Malinowski lebih
menekankan aspek manusia sebagai makhluk psiko-biologis yang mempunyai
seperangkat kebutuhan psikologis dan biologis yang perlu dipenuhi, Malinowski
lebih tertarik kepada “budaya” atau culture. Bagi Malinowski, dalam rangka
memenuhi kebutuhan psiko-biologis individu dan menjaga kesinambungan hidup
kelompok sosial, beberapa kondisi minimum harus dipenuhi oleh individu-
individu anggota kelompok sosial tersebut. . Kondisi minimum tersebut terdiri
dari 7 kebutuhan pokok, yaitu nutrition, reproduction, bodily conforts, safety,
relaxation, movement, dan growth. Semua kegiatan yang dilakukan oleh individu
adalah dalam rangka memenuhi ketujuh kebutuhan pokok di atas. Jadi “budaya”
(culture), pada tingkat pertama, adalah alat atau “instrumen”; alat yang muncul
dalam rangka memenuhi kebutuhan psiko-biologis manusia. Itulah fungsi dari
budaya. Itulah terutama acuan dari konsep “fungsi” dalam pengertian Malinowski.
Budaya sebagai alat adalah bersifat conditioning, yaitu memberikan batasan-
batasan terhadap kegiatan manusia. Budaya, melalui latihan, ajaran, nilai, dan
seterusnya, “memodified” kegiatan manusia. Budaya, dengan demikian, telah
menghasilkan manusia-manusia dengan pola tingkah laku yang khas. Karena itu
pola tingkah laku yang khas ini tidak akan dapat dipahami kalau peninjauan hanya
dilakukan dari sudut fisiologis. Pola tingkah laku manusia harus dikaji melalui
pembahasan terhadap penentupenentu kebudayaan: bagaimana proses
pembentukan pola tingkah laku tersebut, proses pembatasannya, dan proses
pencetakannya. Jadi, tingkah laku kebudayaan (cultural behavior) adalah
pelaksanaan, penyesuaian, dan penerapan aturan organisasi sosial, nilai, adat, ide,
kepercayaan, dan seterusnya. Apabila budaya, atau warisan sosial, dilihat sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan psikobiologis individu dalam satu bentuk
hubungan yang fungsional (guna), maka di sini berarti budaya dipandang sebagai
hal imperatives, hal-hal yang maha penting dalam hidup manusia. Budaya
menurut kata-kata Malinowski adalah: “conditions which must be fulfilled if the
community is to survive”. Malinowski membedakan dua macam imperatif, yaitu
instrumental imperatives yang terdiri dari hal-hal semacam ekonomi, hukum, dan
pendidikan, dan integrative imperatives yang terdiri dari hal-hal seperti ilmu gaib,
agama, pengetahuan, dan kesenian.

B. Teori Struktural

Teori-teori struktural dalam ilmu antropologi ada beberapa macam,tetapi


konsepnya untuk pertama kali diajukan oleh A.R. Radcliffe Brown (1881-1955).
Berbeda dari dari Malinowski, Radcliffe berusaha untuk mengembangkan suatu
metode seperti halnya metode yang digunakan pada ilmu alam ,menurutnya ada
dua syarat agar metode tersebut dapat terjadi yaitu suatu metode komparatif yang
seksama serta analisis komparatif yang perlu menggunakan konsep”struktur
sosial”. Terdapat konsep mengenai struktur sosial yang dijabarkan oleh Radcliffe
Brown yaitu 1)masyarakat yang hidup di tengah-tengah alam semesta sebenarnya
terdiri dari serangkaian gejala yang dapat kita sebut gejal sosial 2)masyarakat
yang hidup sebenarnya juga merupakan suatu klas dari gejala di antara gejala-
gejala alam yang lain 3) suatu masyarakat yang hidup merupakan suatu sistem
sosial dan suatu sistem sosial memiliki struktur sosial 4)ilmu sosial yang
mempelajari struktur dan sistem sosial sama halnya dengan beberapa ilmu alam
seperti ilmu geologi yang mempelajari struktur kulit bumi. 5)suatu sruktur sosial
merupakan total jaringan hubungan antar person dan kelompok person. 6)bentuk
dari struktur sosial adalah tetap. 7)seorang peneliti harus mampu mengobservasi
tentang bentuk struktur sosial yang sifatnya abstrak. 8)seorang ahli ilmu sosial
yang mendeskripsikan suatu struktur sosial dapat mengerti sektor-sektor dalam
kehidupan masyarakat yang ditelitinya. 9)batas jaringan-jaringan struktur sosial
merupakan batas suatu masyarakat. 10)ilmu antropologi sosial bertugas
mempelajari struktur-struktur sosial dari masyarakat sebagai suatu kesatuan dan
11)ilmu antropologi dapat mengalami kemajuan jika mampu mengembangkan
hipotesa yang ada ke dalam kaidah-kaidah sosial atau klasifikasi mengenai aneka-
warna struktur sosial. Radcliffe mengakui bahwa perkembangan kearah
kematangan dari suatu ilmu sosial dengan metodologi ilmu alam tidak akan dapat
terjadi dengan cepat karena ada empat faktor yang menghambatnya yaitu sifat
multipal(jumlah yang besar beraneka-warna dari gejala-gejala sosial),cara berfikir
historis yang telah berakar dalam alam pikiran kebanyakan sarjana ilmu sosial,
konsep-konsep psikologi yang sering kali juga sudah berakar dalam alam pikiran
kebanyakan sarjana ilmu sosial,padahal konsep-konsep psikologi hanya dapat
menerangkan sebab-musabab tingkah laku seseorang tetapi tidak mungkin dapat
menerangkan sebab-sebab dari suatu gejala sosial, penelitian ilmu-ilmu sosial
terlampau banyak dipengaruhi oleh pandangan umum yang menghendaki jawaban
segera terhadap suatu masalah sosial yang mendesak atau yang menghendaki
fakta untuk melaksanakan suatu tindakan atau untuk menyusun suatu
kebijaksanaan. Adapun pandangan dan cita-cita Radcliffe Brown mengenai suatu
ilmu sosial berdasarkan metodologi ilmu alam tak pernah sempat diterapkan
olehnya, dan walaupun ia menyatakan berkali-kali bahwa struktur sosial itu ada
dan dapat dianalisa pada segala macam masyarakat baik yang bersahaja maupun
yang komplek dalam praktek ia sendiri menerapkan pada dua pranata, yaitu sistem
kekerabatan unilineal dan upacara agama beserta mitologinya dalam tiga macam
masyarakat, yaitu masyarakat berburu di Andaman dan Australia serta masyarakat
peternak dan petani di Afrika.

Anda mungkin juga menyukai