TEORI BUDAYA
DOSEN PENGAMPU:
Adri Febrianto S.Sos., M.Si
Lia Amelia S.Sos., M.Si
OLEH:
CELINE DIVA AMELIA
20058065
Kata budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu dari
kata budh yang berarti akal, kemudian menjadi kata
budha(tunggal)atau budhaya (majemuk). Sehingga kebudayaan di
artikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
1. Bronslaw Malinowski
Bronislaw Malinowski (1884-1942) lahir di Kraków, Austria-Hungaria (saat
ini disebut Polandia) dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah seorang profesor
dalam ilmu Sastra Slavik dan ibunya adalah seorang putri dari keluarga seorang
tuan tanah. Di masa kecilnya, Malinowski adalah seorang yang lemah, namun
sangat pintar secara akademik.Di tahun 1908 Malinowski lulus dari Fakultas ilmu
Pasti dan ilmu Alam dari Uviversitas Cracow.
Bronislaw Malinowski (1884 – 1942) merupakan salah satu tokoh antropologi
yang menggagas dan berhasil mengembangkan teori fungsionalisme dalam ilmu
antropologi. Dan yang paling penting untuk dicatat adalah bahwa teorinya ia
kembangkan dengan menekuni penelitian lapangan. Kepulaun Trobriand
diwilayah pasifik dipilihnya menjadi objek penelitian dan dari daerah itu pula dari
tangan Malinowski lahir berbagai karya tulisan yang sangat dikagumi dikalangan
antropologi, salah satu adalah “Argonauts Of The Western Pacific.
Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk
menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya sutu teori
fungsional tentang kebudayaan atau “a functional theory of Culuture”. Dan
melalui teori ini banyak antropolog yang sering menggunakan teori tersebut
sebagai landasan teoritis hingga dekade tahun 1990-an(SAPUTRA, 2021).
Dalam khsanah ilmu antropologi dan Ilmu sosial umumnya, teori
fungsionalisme yang dirintis oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) merupakan
teori klasik yang begitu berpengaruh pada awal perkembangan ilmu Antropologi
pada abad ke-19. Namun demikian, meskipun teori itu dikenal sebagai teori
klasik, sebagai sebuah grand theory yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan teori antropologi kontemporer, teori tersebut masih banyak
dijadikan landasan konseptual para ilmuwan sosial masa kini dalam berbagai
kajian masyarakat dan kebudayaan. Demikian halnya dalam studi tentang sistem
religi, dalam banyak hal teori ini masih relevan untuk menjadi sebuah acuan
teoretis dalam melakukan telaah antropologis terhadap fenomena sosial
keagamaan. Tulisan berikut mengurai kembali asumsi dasar dan landasan
konseptual yang dibangun oleh Malinowski dalam mengembangkan teori
fungsionalisme dan implikasinya terhadap kajian agama-agama.
2. A. R. Radcliffe Brown
A.R. Radcliffe Brown (1881-1955) disebut sebagai pendiri aliran struktural
fungsional. Antropolog kelahiran Inggris ini beranggapan bahwa setiap kebiasaan dan
kepercayaan dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu. Dalam pandangannya,
kebudayaan memiliki karakteristik, sebagai milik bersama, yaitu sejumlah cita-cita,
nilai-nilai, dan standar perilaku(Wahyuddin, 2017).
Alfred Reginald Brown lahir di Sparkbrook, Birmingham tahun 1881. Ketika
berusia 5 tahun ayahnya meninggal, ia bersama ibunya hidup dalam keadaan miskin.
A. R. Brown bersekolah di King Edward’s School di Birmingham, tetapi terpaksa ia
meninggalkan sekolah sebelum berusia 18 tahun karena kekurangan biaya dan ada
kesempatan bekerja di perpustakaan Birmingham. Kakaknya Herbert mendorongnya
agar tetap belajar dan membiayai pendidikannya selama satu tahun di Universitas
Birgmirham. Kemudia ia memenangkan exhibition di Trinity Collage, Cambridge,
sehingga tahun 1902 ia mulai belajar Moral Science Tripos.
Struktural fungsional yang dipelopori Radcliffe Brown menolak adanya istilah
fungsi yang tidak dikaitkan dengan struktur sosial. Dalam kaitan ini ada sumbangan
institusi sebagai upaya pengekalan struktur sosial. Dalam bukunya, Structure and
Function in Primitive Society, dia menyatakan bahwa berbagai aspek perilaku sosial
bukanlah berkembang untuk memuaskan kebutuhan individual, tetapi justru timbul
untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial dari suatu
masyarakat adalah keseluruhan jaringan dari hubungan-hubungan sosial yang ada.
Kunci pokok pandangan struktural fungsional yaitu adanya asumsi dasar bahwa
budaya bukan pemuas kebutuhan individu, melainkan kebutuhan sosial kelompok.
Brown berpendapat bahwa fungsi budaya dalam kaitannya dengan kebutuhan dasar
semua masyarakat yang disebut coaptataion, yaitu adanya penyesuaian mutualistik
kepentingan para anggota masyarakat. Dalam konteks ini, Radcliffe Brown
berpandangan bahwa sistem budaya dapat dipandang memiliki kebutuhan sosial.
Alfred Reginald Brown (1881-1955) ditokohkan sebagai pendiri aliran struktural
fungsional. Antropolog kelahiran Inggris ini memperoleh pendidikan di Universitas
Cambridge, di mana ia banyak dipengaruhi oleh Rivers. Radcliffe Brown
melaksanakan penelitian lapangan di Pulau Andaman yang terletak di sebelah Barat
Thailand tahun 1906-1908. Bobot tokoh ini ditandai dengan karirnya di berbagai
negara, seperti Universitas Oxford, Australia, Afrika selatan, dan Amerika Serikat.
Dia juga banyak melahirkan karya ilmiah, satu diantaranya ialah Structure and
Function Primitive Society pada tahun 1952. Di samping tugas mengajar, meneliti dan
mengembangkan teori, dia juga berpengaruh terhadap pemerintah mewujudkan
semacam antropologi terapan.
Konsepsi struktural fungsional Radcliffe Brown menekankan adanya asumsi dasar
bahwa kebudayaan bukan pemuas kebutuhan individu, melainkan kebutuhan sosial
kelompok. Dalam konteks ini, Brown berpendapat bahwa sistem budaya dapat
dipandang memiliki kebutuhan sosial. Kebudayaan itu muncul karena ada kebutuhan
tertentu, baik oleh lingkungan maupun pendukungnya. Tuntutan itu menyebabkan
kebudayaan semakin tumbuh dan berfungsi menurut strukturnya.
3. Talcot parson
Talcott Parsons adalah kontributor produktif untuk literatur sosiologis.
Kepentingan-Nya berkisar jauh dan luas. Dalam kerangka umum teori grand
masyarakat, ia berurusan dengan subsistem, peran, urutan normatif, dan
interpretasi situasi oleh aktor-aktor sosial. Pada saat-saat yang berbeda, ia
menjelajahi masalah sosiologi medis, perkembangan sosial kepribadian,
ekstremisme politik, universitas, dan kekeluargaan. Karya-karyanya: Struktur
Aksi Sosial (1937), Sistem Sosial (1951), Menuju Teori Umum Aksi (dengan
Edward Shils, 1951), Struktur Sosial dan Kepribadian(1964), dan Sistem Modem
Societies (1971).
Secara keseluruhan, Parsons mengembangkan sistem teoritis berpusat
konseptual dalam kesetimbangan, universalities evolusi, dan identifikasi properti
yang umum untuk semua masyarakat. Dalam teorinya, evolusi sosial sejajar
evolusi biologis, dengan masyarakat modem membuktikan lebih besar "kapasitas
adaptif umum" dari yang sebelumnya. Dengan demikian, masyarakat tidak kurang
suatu sistem daripada rekan-rekan biologis dan alami. Untuk Parsons, sistem
sosial telah pindah historis terhadap adaptasi yang lebih besar (penyesuaian yang
menjaga ketertiban sistemik), diferensiasi (spesialisasi lembaga sosial dan
pembagian kerja), upgrade (kebebasan yang lebih besar dari keinginan), inklusi
(keragaman normatif), dan nilai generalisasi (nilai-nilai yang lebih mencerminkan
kebutuhan sistem yang semakin kompleks)(Umanailo, 2019)
Pada titik awal ini, sesuai dengan strategi teori gedungnya, Parsons mulai
membangun sebuah teori fungsional organisasi sosial. Dalam formulasi awal ini,
ia dikonseptualisasikan kesukarelaan sebagai subjektif proses pengambilan
keputusan aktor individual, namun ia memandang keputusan seperti hasil parsial
dari beberapa jenis kendala, baik normatif dan situasional. Oleh karena itu,
tindakan voluntaristik melibatkan unsur-unsur dasar: (1) Pelaku, pada saat ini
dalam pemikiran Parsons, adalah orang-orang individu. (2) Aktor dipandang
sebagai goal seeking. (3) Pelaku juga proses cara alternatif untuk mencapai tujuan.
(4) Pelaku dihadapkan dengan berbagai kondisi situasional, seperti makeup
mereka sendiri biologis dan keturunan serta berbagai kendala ekologi eksternal
yang mempengaruhi pemilihan tujuan dan sarana. (5) Aktor diatur oleh nilai-nilai,
norma, dan ide-ide lain sehingga ide-ide ini mempengaruhi apa yang dianggap
sebagai tujuan dan apa artinya dipilih untuk mencapainya.(6) Aksi melibatkan
aktor membuat keputusan subjektif tentang cara untuk mencapai tujuan, yang
semuanya dibatasi oleh gagasan dan kondisi situasional.
Selama akhir 1940-an dan awal 1950-an Parsons bekerja sangat keras
padamemproduksi beberapa pernyataan teoritis utama. Di 1951 Parsons
menerbitkan dua karya teoritis utama, Sistem Sosial dan Menuju Teori Umum
Aksi.Karya terakhir yang ditulis bersama dengan Edward Tolman, Edward Shils
dan beberapa orang lain, adalah hasil dari apa yang disebut Carnegie, seminar
yang telah terjadi pada periode September 1949 dan Januari 1950. Sistem Sosial
diwakili Parsons upaya besar pertama untuk menyajikan garis dasar tentang teori
umum masyarakat, karena Struktur Aksi Sosial (1937) dapat dianggap sebagai
pekerjaan, di mana ia membahas dasar prinsip metodologis dan meta-teoritis
untuk teori semacam itu.
Sistem Sosial berusaha untuk menyajikan umum teori sistem sosial
membangun sistematis dari itu tempat yang paling dasar dan karenanya, itu
menampilkan ide interaksi Situasi berdasarkan kebutuhan-disposisi dan difasilitasi
melalui konsep-konsep dasar kognitif, cathectic dan evaluatif orientasi. Dengan
cara yang sama pekerjaan juga menjadi terkenal karena tempat, di mana Parsons
memperkenalkan nya terkenal variabel pola, yang pada kenyataannya mewakili
pilihan didistribusikan sepanjang Gemeinschaft dibandingkan Gesellschaft sumbu.
Namun, pemikiran seperti Parsons 'tentang garis besar dari sistem sosial pergi
melalui serangkaian cepat re-editing proses di tahun-tahun follow meskipun inti
dasar tetap. Selama awal 1950-an gagasan model AGIL berlangsung bertahap di
Parsons pikiran. Menurut Parsons ide kunci untuk skema AGIL dipicu selama
Bekerja Parsons dengan Robert F. Bales pada studi proses motivasi dalam
kelompok-kelompok kecil. Parsons dilakukan ini ide menjadi pekerjaan utama, ia
menulis dengan muridnya Neil Smelser, yang diterbitkan pada tahun 1956 dengan
judul Ekonomi dan Masyarakat, di mana model dasar pertama dari skema AGIL
disajikan. Skema AGIL reorganisasi konsep dasar variabel pola dalam cara baru
dan disajikan solusi dalam sistem-teoritis pendekatan menggunakan gagasan
hirarki cybernetic sebagai prinsip pengorganisasian. Inovasi nyata dalam model
AGIL adalah konsep "fungsi laten" atau fungsi pemeliharaan pola, yang menjadi
kunci penting untuk hirarki cybernetic seluruh. Selama perkembangan teoritis
Parsons menunjukkan minat yang terus-menerus dalam simbolism. Sebuah
pernyataan penting dalam hal ini adalah artikel Parsons '"Teori simbolisme dalam
kaitannya dengan tindakan.
Mind mapping