Anda di halaman 1dari 7

Nama: Mutiar Dina Aulia

NIM: 22058104

Mata Kuliah: Teori Budaya

Budaya, Sistem dan Struktur Sosial

A. Hakikat konsep budaya, sistem dan struktur sosial


Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta
yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya
(majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau
akal manusia. Budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-
pola, keyakinan dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Produk dalam hal ini adalah hasil
dari interaksi antara kelompok manusia dan lingkungan mereka setelah
sekian lama. (Kistanto, 2017)
Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu. Sistem
sosial juga berupa hubungan-hubungan sosial dan sosialisasi yang
membentuk nilai-nilai dan adat-istiadat sehingga terjalin kesatuan hidup
bersama yang teratur dan berkesinambungan. Di dalam setiap sistem sosial
dijumpai bermacam-macam kedudukan baik yang diperoleh secara turun-
temurun, dengan usaha sendiri maupun kedudukan yang diberikan sebagai
penghargaan dari lingkungan sendiri, sedangkan peran (role) adalah
pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya.
1. Tingkat/pangkat
Pangkat berkaitan dengan kedudukan dan peranan seseorang dalam
masyarakat.
2. Kekuasaan
Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak-
pihak lain.
3. Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan yang diberikan terhadap
seseorang atas perilakunya.
4. Fasilitas (sarana)
Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan, metode, benda-benda
yang digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu
sendiri. (Ummayah, 2015)

B. Tokoh Bronislaw Malinowski


1. Riwayat hidup tokoh
Malinowski lahir di Kraków, Austria-Hungaria (Polandia saat ini)
dalam sebuah keluarga ekonomi menengah-atas. Ayahnya adalah
seorang profesor dan ibunya adalah putri dari keluarga seorang tuan
tanah. Pada masa kecilnya, ia adalah seorang yang pesakitan dan
lemah, tetapi sangat pintar secara akademik. Ia menerima gelar doktor
dari Jagiellonian University pada tahun 1908

Pada tahun 1922 Malinowski mendapatkan gelar doktor


antropologi dan mulai mengajar di London School of Economics. Pada
tahun itu pula bukunya yang berjudul Argonauts of the Western Pacific
diterbitkan. Ia kemudian mengajar di Yale University, Amerika
Serikat, sampai ia wafat pada tahun 1942.
2. Telaah kritis teori
Bagi Malinowski, dalam rangka memenuhi kebutuhan psiko-biologis
individu dan menjaga kesinambungan hidup kelompok sosial,
beberapa kondisi minimum harus dipenuhi oleh individu-individu
anggota kelompok sosial tersebut. Kondisi minimum tersebut terdiri
dari 7 kebutuhan pokok, yaitu nutrition, reproduc- tion, bodily
conforts, safety, relaxation, move- ment, dan growth.

3. Kritikan terhadap teori


Konsepsi Malinowski tentang kebutuhan psiko-biologis manusia
dalam kenyataannya banyak yang saling tumpang-tindih, karena itu
sulit untuk dioperasionalkan ke dalam penelitian yang nyata. Dalam
hal ini Malinowski memang tidak menyumbang banyak bagi
pembentukan teori dalam ilmu sosial. Namun demikian ada sebuah
konsep lain yang lahir dari pe- mikirannya tentang kebutuhan
psikobilogis manusia di atas, yang dipandang sebagai suatu
sumbangan yang lebih berharga dan lebih tahan lama dari pemikiran
Malinowski, yaitu konsep isntitusi.

C. Radcliffe-Brown
1. Riwayat hidup tokoh
Alfred Radcliffe-Brown lahir di Sparkbrook, Birmingham, Britania
Raya pada bulan pertama tanggal 17 tahun 1881. Setelah menempuh
pendidikan di Trinity College, dia pindah ke Pulau Andaman pada
tahun 1906 hingga 1908 dan juga Australia Barat pada tahun 1910
hingga 1912. Dia kemudian mengajar di University of Sydney (1925-
1931) dan University of Chicago (1931-1937). Akhirnya, ia kembali
ke Inggris untuk mengajar Antropologi di Oxford hingga pensiun di
tahun 1946.

2. Telaah kritis teori


Kata R-B, peneliti sosial tidak pernah melihat “hubungan sosial”,
“norma”, “masyarakat”, dan “budaya”. Yang nyata terlihat dalam mata
peneliti sosial adalah perilaku manusia. Melalui proses pengelompok-
an, pengklasifikasian, penggolongan, dan generalisasi (abstraksi),
kenyataan-kenyataan mengenai perilaku manusia tersebut terbentuk
menjadi konsep. Jadi “hubungan sosial”, “masyarakat”, “norma”, dan
“budaya” adalah konsep-konsep yang lahir dari abstraksi terhadap
kenyataan perilaku manusia. Persoalan muncul ketika peneliti sosial
mencoba menghubungkan jurang antara kenyataan dan konsep.
Apakah yang di- perlukan? Kata R-B, yang diperlukan adalah model.
Dalam konsep “struktural-fungsi- onalisme” model yang dapat
digunakan adalah model organisme tubuh manusia. Dalam model ini,
R-B mengumpamakan sebuah masyarakat sebagai sebuah organisme
lubuh manusia, dan kehidupan sosial adalah seperti kehidupan
organisme tubuh tersebu

3. Kritikan terhadap teori


Proses pembinaan kesinambungan struktur ini disebut proses
kehidupan, yaitu kegiatan dan interaksi antara unit -unit dalam
organisme, sedemikian rupa, sehingga unit-unit tersebut tetap bersatu.
Adanya proses kehidupan menjadi tanda dari berfungsinya struktur
organisme tersebut. Jadi fungsi dari sebuah unit sel adalah peranan
yang dimainkan, atau kontribusi yang diberikan, oleh unit sel tersebut
bagi kehidupan organisme secara keseluruhan. Fungsi perut, misalnya,
adalah untuk mengolah makanan menjadi zat-zat kimia tertentu yang
kemudian dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh sehingga menjamin
kehidupan tubuh tersebut. Sekarang mari kita terapkan model or-
ganisme tubuh ini terhadap masyarakat. Ambil contoh sebuah
masyarakat dusun di Jawa. Dalam sebuah masyarakat dusun kita
mengenal adanya struktur sosial. Unitnya adalah individu-individu
warga dusun tersebut. Mereka berhubungan satu sama lain dalam satu
pola hubungan yang diatur oleh norma-norma hubungan sosial,
sedemikian rupa, sehingga masyarakat dusun tersebut membentuk
sebuah keseluruhan yang terintegrasi. Susunan hubungan sosial yang
sudah mapan antara warga dusun itu disebut struktur sosial masyarakat
dusun tersebut. Kesinambungan struktur masyarakat dusun tidak rusak
oleh adanya warga yang meninggal, lahir, atau pindah. Karena
kesinambungan tersebut dijaga oleh proses kehidupan sosial atau
kegiatan dan interaksi antarwarga dusun. Jadi kehidupan sosial adalah
struktur sosial yang berfungsi atau bekerja. Fungsi dari setiap kegiatan
warga desa yang berulang-ulang adalah peranan yang dimainkannya
dalam kehidupan masyarakat dusun secara ke- seluruhan, atau
kontribusi yang diberikannya untuk pembinaan kesinambungan
struktur masyarakat dusun tersebut. Di sinilah kita melihat bahwa
konsep “fungsi” tidak dapat dipisahkan dari konsep “struktur”.

D. Talcott Parson
1. Riwayat hidup tokoh
Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada tahun 1902 di
Colorado. Dia lahir dalam sebuah keluarga yang memiliki latar
belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah seorang pendeta
gereja Kongregasional, seorang profesor dan presiden dari sebuah
kampus kecil. Parsons mendapat gelar sarjana dari Amherst College
tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pascasarjana di London School of
Economics. Pada tahun berikutnya, dia pindah ke Heidelberg, Jerman.
Max Weber menghabiskan sebagian kariernya di Heidelberg, dan
meski dia wafat lima tahun sebelum kedatangan Parsons, Weber tetap
meninggalkan pengaruh mendalam terhadap kampus tersebut dan
jandanya meneruskan pertemuan-pertemuan di rumahnya, yang juga
diikuti oleh Parsons. Parsons sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan
sebagian disertasi doktoralnya di Heidelberg membahas karya Weber.

2. Telaah kritis teori


Teori fungsionalisme struktural ini tampak konservatif,
terlalu mengagungkan dominasi struktur dan enggan memberi ruang
bagi konflik, sehingga seringkali dianggap “anti perubahan sosial”.
Parsons sendiri menganggap perubahan sosial itu menyusahkan dan
membahayakan imperatif-imperatif sistem. Namun, pemikiran Parsons
masih relevan dengan studi perubahan sosial.

3. Kritikan terhadap teori


Dominasi dan penetrasi sistem sosial kepada sistem kepribadian
Parsons, dikritik oleh Niklas Luhmann dan para teoretikus kritis
mazhab Frankfurt yang berkiblat pada karya-karya Marx. Luhmann
menyatakan bahwa hubungan antar sistem dan lingkungannya lebih
kompleks daripada apa yang dideskripsikan oleh Parsons. Luhmann
menganggap penekanan Parsons pada konsensus nilai dan penetrasi
sistem sosial terhadap sistem kepribadian, membatasi jenis-jenis
hubungan sosial
Referensi

Drs. Argyo Demartoto M.SI. (2017). Sistem Sosial Budaya Dasar. Universitas
Sebelas Maret, 39.

Kistanto, N. H. (2017). Tentang Konsep Kebudayaan. Sabda : Jurnal Kajian


Kebudayaan, 10(2), 1–11. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248

Ummayah, U. (2015). Culture Shock; Kemampuan Adaptasi; Regional (Jawa dan


Non Jawa); Culture Shock; Adaptation Ability; Region (Java and No Java).
17–58.

Anda mungkin juga menyukai