Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

KEBUDAYAA
N
A. Definisi Menurut Ilmu Antropologi
M enurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah:
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan rasyarakatyang dijadikan
milik dirt manusia dengan belajar. Hal tersebut
berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia dalah
“kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan manusia
dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu
dibiasakan dengan belajar, Perhatikan perbedaan
antara “tindakan” (action) dan “kelakuan” (behamor)
yang telah diterangkan dalam yaitu hanya beberapa
tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan
akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta.
1. Kebudayaan (Culture) dan Peradaban
Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan
kebudayaan”. Berasal dari kata Latin colere yang berarti
“mengolah, nengerjakan,” terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala
daya upaya serta tindakan nanusia untuk mengolah tanah dan
mengubah alam.”
Peradaban yang terakhir adalah sama dengan istilah Inggris
civilisation. Istilah tersebut biasa dipakai untuk menyebut
bagian dan unsur dari kebudayaan rang halus, maju, dan indah,
misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat istiadat, sopan-
santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan
Jan sebagainya. Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk
menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi,
ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem
kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.
2.Sifat Superorganik dari Kebudayaan
Telah ada bahasa sebagai alat komunikasi untuk
perkembangan sistem pembagian kerja dan antara warga
kelompok. Tentu saja ada kemampuan akal manusia
untuk mengembangkan konsep-konsep yang makin
lama makin tajam, yang dapat disimpan dalam bahasa,
dan bersifat akumulatif. Mungkin ketika itu juga sudah
ada alat-alatnya yang pertama, berupa sebatang kayu
untuk tongkat pukul, segumpal batu untuk senjata
lempar.
Dengan benih-benih kebudayaan berupa kemampuan
akal dan beberapa peralatan sederhana itu, manusia
dapat hidup selama hampir 2 juta tahun.
Kebudayaannya berevolusi dengan lambat, sejajar
dengan evolusi organismenya, dan baru 200.000 tahun
kemudian tampak sedikit kemajuan
3. Tiga Wujud Kebudayaan
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya
abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam
kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga
masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social
system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari
detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan flsik.
Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret
dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan difoto.
C. Adat Istiadat
1. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan
paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai
budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada
dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka
anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga
dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan
orientasi pada kehidupan para warga masyarakat tadi.
Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup
world view bagi manusia yang menganutnya. Pandangan hidup
itu biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai yang dianut
oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara ektif oleh para individu
dan golongan-golongan dalam masyarakat.
Suatu ideologi dapat menyangkut sebagian :sar dari warga
masyarakat, tetapi dapat juga menyangkut golongan- •longan
tertentu dalam masyarakat.
2. Adat Istiadat, Norma dan Hukum
Norma-norma dari golongan adat yang mempunyai akibat
ljang tadi juga berupa “hukum”. Walaupun demikian,
tidaklah tepat tuk menyamakan mores menurut konsepsi
Sumner itu dengan jkum ”, karena menurut Sumner
norma-norma yang mengatur acara-upacara suci tertentu
juga termasuk mores karena dalam banyak Dudayaan
norma seperti itu dianggap berat, dan pelanggaran
hadapnya sering menyebabkan ketegangan-ketegangan
dalam isyarakat dan sering mempunyai akibat panjang.
Hukum adalah suatu aktivitas di dalam rangka suatu
kebudayaan yang mempunyai fungsi pengawasan sosial.
Untuk membedakan suatu aktivitas itu dari aktivitas-
aktivitas kebudayaan lain yang mempunyai fungsi serupa
dalam sesuatu masyarakat, seorang peneliti harus mencari
adanya empat ciri dari hukum, atau attributes o f law.
D. Unsur-Unsur Kebudayaan
Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok
dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah:
1. Bahasa,
2. Sistem pengetahuan,
3. Organisasi sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi,
7. Kesenian.
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma
dalam ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu
wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem sosial,
dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.
E. Integrasi Kebudayaan
1. Metode Holistik
Para ahli antropologi biasanya memakai istilah “hoiistik”
(holistic) untuk menggambarkan metode tinjauan yang
mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan
yang terintegrasi.
2. Pikiran Kolektif
Cara Durkheim menguraikan konsep pikiran kolektif
pada dasanya tidak berbeda dengan cara ilmu psikologi
menguraikan konsep berpikir. la juga beranggapan
bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah,
seperti: penangkapan pengalaman, rasa, sensasi,
kemauan, keinginan, dan lain-lain itu, terjadi dalam
organ fisik dari manusia dan khususnya berpangkal di
otak dan sistem syarafnya.
3. Fungsi Unsur-Unsur Kebudayaan
Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah
mendapatkan bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara
pemakaian kata “fungsi”22 itu, ialah:
a) menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu
hal dengan suatu tujuan tertentu,
b) menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain,
c) menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal
dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.
“Fungsi” dalam arti pertama selain dalam bahasa ilmiah,
juga merupakan salah satu arti dalam bahasa sehari-hari;
arti kedua sangat penting dalam ilmu pasti, tetapi juga
mempunyai arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam
ilmu antropologi; sedangkan dalam arti ketiga terkandung
kesadaran para sarjana antropologi akan integrasi
kebudayaan itu.
4. Fokus Kebudayaan
Seperti halnya Malinowski menulis etnografi tentang kebudayaan
enduduk Trobriand secara terintegrasi dengan memusatkan perhatian
membacanya terhadap sistem kula, demikian pula tiap ahli antropologi
lapat juga menyusun suatu karangan etnografi yang holistik terintegrasi
nengenai kebudayaan Bali, dengan memakai kesenian sebagai unsur okus
atau pangkal. Demikian juga tiap ahli antropologi dapat menyusun uatu
karangan etnogra vang holistik mengenai kebudayaan priyayi di awa
Tengah dengan memakai gerakan kebatinan sebagai unsur fokus.
5. Etos Kebudayaan
Pelukisan mengenai watak khas kebudayaan keempat suku bangsa tadi,
dan uraian mengenai metode analisis kebudayaan secara holistik; dan
usaha untuk mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan secara
terintegrasi seperti itu, diterbitkan oleh R. Benedict dalam sebuah buku
yang sangat menarik perhatian orang, yaitu Patterns o f Culture. Dengan
istilah pattern di sini Ruth Benedict maksudkan “pola watak” tadi. Penulis
sendiri lebih menyukai istilah “pola” untuk tingkah laku atau tindakan,
dan untuk watak khas yang memancar, penulis lebih suka memakai istilah
“etos”; dan kata Inggris ethos yang memang berarti “watak khas”.
6. Kepribadian Umum
Metode lain yang pernah dikembangkan
oleh para ahli antropologi untuk melukiskan
suatu kebudayaan secara holistik terintegrasi
adalah dengan memusatkan perhatian
terhadap “kepribadian umum” yang dominan
dalam kebudayaan itu. Artinya, perhatian
terhadap kepribadian atau watak yang ada
pada sebagian besar dari individu yang
hidup dalam kebudayaan bersangkutan.
F. Kebudayaan dan Kerangka Teori
Tindakan
Definisi mengenai kebudayaan dan uraian selanjutnya yang
termaktub mengandung beberapa pengertian penting yaitu:
bahwa kebudayaan hanya ada pada makhluk manusia;
kebudayaan mula-mula hanya merupakan satu aspek dari
proses evolusi manusia, tetapi yang kemudian menyebabkan
bahwa ia dapat lepas dari alam kehidupan makhluk primata
yang lain; kebudayaan akhir-akhir ini seolaholah berkembang
menjadi suatu gejala yang superorganik.
Di dalamnya terkandung konsepsi bahwa dalam hal
menganalisis suatu kebudayaan dalam keseluruhan perlu
dibedakan secara tajam antara empat komponen, yaitu: (1)
sistem budaya; (2) sistem sosial; (3) sistem kepribadian; dan
(4) sistem organisme. Keempat komponen itu, walaupun erat
berkaitan satu dengan yang lain, tetapi merupakan entitas
yang khusus, masing-masing dengan sifat-sifatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai