Anda di halaman 1dari 3

Resensi buku

Judul Buku : Pengantar Ilmu Antropologi

Penulis : Prof. Dr. Koentjaraningrat

Penerbit : PT RINEKA CIPTA

Tahun terbit : 2009

Kota terbit : Jakarta

Tebal buku : 338 halaman

Cetakan : kesembilan

Bab resensi : Kebudayaan

Buku pengantar ilmu antropologi karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat ini


berisi delapan bab. Dalam buku ini Koentjaraningrat membahas secara detail tentang
antropologi yang berarti “Ilmu tentang manusia”, dan merupakan suatu istilah yang
sangat tua. Dahulu istilah ini digunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu tentang ciri-
ciri tubuh manusia”. Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah mencatat bahwa
sejak mulanya hingga sekarang objek penelitiannya masih tertuju pada masyarakat
dan kebudayaan suku bangsa. Maka dalam buku ini bab yang saya pilih untuk saya
resensi adalah bab tentang kebudayaan.

Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,


tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Hal itu berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia
adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan
masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar.

Lebih lanjut mengenai kebudayaan, definisi mengenai kebudayaan dan uraian


selanjutnya yang ada dalam bab ini mengandung beberapa pengertian penting, yaitu
bahwa kebudayaan hanya ada pada makhluk manusia; kebudayaan mula-mula hanya
merupakan satu aspek dari proses evolusi manusia tetapi yang kemudian
menyebabkan bahwa ia dapat lepas dari alam kehidupan makhluk primata yang lain;

1
dan kebudayaan ini akhir-akhir ini seolah-olah berkembang menjadi suatu gejala yang
superorganik. Walaupun demikian, karena kebudayaan berwujud gagasan dan tingkah
laku manusia yang keluar dari otak dan tubuhnya, maka kebudayaan itu tetap berakar
dari dalam sistem organik manusia. Selain itu kebudayaan tidak lepas dari kepribadian
individu melalui suatu proses belajar yang panjang dan menjadi milik dari masing-
masing individu.

Menurut pengarang kebudayaan itu memiliki tiga wujud, yaitu: pertama,


wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan
dan sebagainya. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak yaitu
tidak dapat diraba ataupun di foto, lokasinya ada dalam kepala atau dengan perkataan
lain ia ada dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari
kebudayaan yang dalam bahasa indonesia lebih lazim di sebut adat-istiadat. Dalam
adat istiadat tentu ada sistem nilai budayanya, sistem normanya yang secara lebih
khusus dapat diperinci ke dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata
yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.

Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system
mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama
lain dari detik ke detik, dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun selalu menurut pola-
pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian tindakan berpola
yang berkaitan satu sama lain, maka sistem sosial itu bersifat lebih konkret dan nyata
daripada wujud kebudayaan yang pertama yaitu sistem budaya, dalam artian bahwa
tindakan manusia itu dapat dilihat dan diobservasi.

Wujud yang ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik yang berupa
seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan difoto.

2
Ketiga dari wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan
masyarakat tentu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Namun untuk
keperluan analisis antara ketiga wujud tersebut perlu adanya pemisahan.

Selain memiliki wujud, kebudayaan juga memiliki beberapa unsur-unsur. Para


sarjana antropologi menyebutnya sebagai unsur-unsur kebudayaan universal atau
cultural universals, artinya unsur-unsur tersebut bisa di dapatkan dalam semua
kebudayaan dari semua bangsa di dunia. Dan pengarang berpendapat bahwa unsur-
unsur itu terbagi menjadi tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua
bangsa di dunia. Ketujuh unsur itu adalah: pertama, bahasa; Kedua, sistem
pengetahuan; ketiga, organisasi sosial; keempat, sistem peralatan hidup dan teknologi;
kelima, sistem mata pencaharian hidup; keenam, sistem religi; dan ketujuh, kesenian.
Dari keseluruhan unsur-unsur ini tentunya sudah menjelma dalam ketiga wujud
kebudayaan tersebut, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem sosial, dan
berupa unsur kebudayaan fisik. Kerangka mengenai tujuh unsur kebudayaan universal
ini biasanya juga dipakai oleh para penulis etnografi sebagai contoh untuk menyusun
daftar isi buku etnografinya.

Demikianlah sedikit pemaparan saya mengenai bab tentang kebudayaan yang


ada dalam buku pengantar ilmu antropologi karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat.

Anda mungkin juga menyukai