MAKALAH
Melihat kondisi yang terjadi sebagaimana diungkap diatas, maka penulis melihat
terjadi ketidak serasian antara yang seharusnya terjadi dengan fakta yang benarbenar terjadi. Kalau kita melihat siswa-siswa sebagai kaum terdidik dari lembaga
pendidikan, maka jelas sesuai dengan salah satu pengertian pendidikan ialah
usaha memanusiakan manusia. Tentunya out put yang dihasilkanpun mesti
menjadi manusia. Dalam hal ini manusia yang dimaksud setidaknya memiliki tiga
syarat. Pertama, memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri. Kedua, cinta
tanah air, dan. Ketiga, berpengetahuan[1].
Dari tiga syarat manusia yang disodorkan tersebut, satu yang akan penulis amati.
Siswa sebagai kaum terdidik harus memiliki kemampuan mengendalikan diri. Jika
diinternalisasikan dengan kejadian yang disampaikan diatas, maka terdapat
masalah dimana sejauh ini masih banyak terdapat siswa yang belum menjadi
manusia karena belum mampu mengendalikan dirinya.
Kondisi atau fakta yang terjadi tersebut diatas, jika dilihat dari kacamata sosiologi
sangat menarik untuk diamati, diteliti bahkan diobati. Mengapa di obati? Karena
salah satu tujuan dari ilmu sosiologi ialah menciptakan kondusifitas (masyarakat
yang aman). Sosiologi sebagai ilmu sosial yang mempelajari berbagai hal
mengenai peristiwa sosial (kehidupan masyarakat), dengan begitu banyak dan
beragamnya objek kajian (ruang lingkup) sosiologi seperti halnya, struktur sosial,
realitas sosial, dan masalah sosial. Karena peristiwa yang sedang dibahas ialah
mengenai tawuran antar pelajar (siswa), sedangkan siswa merupakan bagian dari
masyarakat. Maka penulis akan mencoba mengamati, meneliti, dan mengkaji
masalah ini dengan menggunakan pendekatan teori Fungsionalisme Struktural.
Dimana teori ini memandang masyarakat sebagai suatu jaringan institusi-institusi
sehingga perubahan dalam suatu institusi menyebabkan perubahan pada institusi
lain.[2]
C. Konsep Pemikiran
Teori Fungsionalisme Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara
kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang adanya keteraturan
dan keseimbangan dalam masyarakat.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat
terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaanperbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang
secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian
masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
berhubungan dan saling ketergantungan.[5]
unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan
dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang
unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma.
Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu
sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai
macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu
dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta
norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu
manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi
motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu
tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur
sebagaimana dikemukakan di atas.
H. Kesimpulan
I.
Melihat tawuran merupakan bagian dari prilaku sosial yang meyimpang oleh karena
beberapa faktor, maka maka bagaimanapun harus merubahnya menjadi suatu
tindakan sosial yang disadari. Secara sederhana dapat dikategorikan menjadi;
a. Senantisasa menanamkan sadar sebagai masyarakat yang saling
ketergantungan dan butuh akan kebersamaan.
b. Menanamkan selalu nilai-nilai positif, kesadaran akan norma dan kesepakan
sosial (norma sosial).
c. Antara organ biologis dengan struktur sosila harus dapat terintegrasi serta
terarahkan dengan baik sehingga memberikan dampak yang baik.
d. Yang sering terlupakan ialah menumbuhkembangkan nilaia-nilai keagamaan
terhadap peserta didik sejak usia dini hingga masyarakat tua.
Referensi :
Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The
Free Press, 1975.
Sciulli, David and Gerstein Dean. 1985. Social Theory and Talcott Parsons in the
1980s.
Mister Goolge.