Anda di halaman 1dari 27

PERAN ELIT DESA SEBAGAI AGENT OF CHANGE

TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT DI


DESA CIBEUSI KECAMATAN JATINANGOR

Disusun oleh :

Muhammad Rizwan Effendy 170410130023


Mariyah Michelle Avinda 170410150021
Jessica A.U.B Sitompul 170410150049
Felino Agura 170410150069

ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 3


A. Konsep Desa Dan Struktur Masyarakat ........................................................ 3
1. Pengertian Desa ................................................................................. 3
2. Desa Sebagai Kesatuan Hukum Dan Administratif ........................... 5
3. Struktur Masyarakat ........................................................................... 6
B. Kepemimpinan Dan Elit Desa........................................................................ 7
1. Pengertian Kepemimpinan ................................................................. 7
2. Elit Desa ............................................................................................. 8
C. Elit Desa Dan Perubahan Perilaku Masyarakat ............................................. 10

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................ 14


A. Gambaran Umum Desa Cibeusi ..................................................................... 14
B. Kondisi Pemerintahan Desa .......................................................................... 15
C. Peran Elit Desa Di Tengah Masyarakat Desa Cibeusi ................................... 17
D. Bentuk Perubahan Prilaku .............................................................................. 18

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 21


A. Kesimpulan .................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian ini adalah kajiantentang keberadaan sosok anggota
masyarakat yang dikenal sebagai tokoh terpandang yang dihormati dan disegani
oleh sebagian besar anggota masyarakat karena memiliki pengaruh dan peran
tertentu terhadap penentuan arah dan kebijakan yang ditetapkan untuk
kepentingan masyarakat dalam sebuah komunitas tertentu.
Masyarakat sebagai makhluk sosial dan berbudaya, artinya bahwa dalam
komunitas tersebut setiap orang membutuhkan orang lain dalam hidupnya
sedangkan sebagai makhluk yang berbudaya, manusia yang satu dengan yang lain
saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini berjudul Peran Elit Desa Sebagai Agent Of Change Terhadap
Perubahan Perilaku Masyarakat Di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Jawa
Barat.
Definisi dari istilah Elit Desa seperti yang disebut diatas adalah sosokyang
berpengaruh dan disegani oleh mayoritas warga masyarakat karena memiliki
wibawa dan karisma tersendiri. Dalam pengertian sosiologi, seperti yang
dikatakan oleh Max Weber (David Berry 1995 : 205), karisma diartikan sebagai
pengakuan orang lain atas kualitas istimewa dalam diri seseorang sehingga
perintahnya dipatuhi.
Sedangkan arti secara utuh dari judul diatas adalah peran penting yang
dimiliki dan melekat secara alamiah pada seorang anggota masyarakat yang
ditokohkan oleh anggota masyarakat lainnya di Desa Cibeusi karena memiliki
kharisma dan pengaruh yang kuat dalam penentuan kebijakan dan pengambilan
keputusan untuk kepentingan bersama terhadap pembangunan sarana dan
prasarana desa.
Adanya predikat sebagai tokoh perubahan dan kharismatik ini muncul secara
alamiah dan tidak dipolitisir, hal ini dikarenakan keberadaannya ditengah – tengah

1
masyarakattelah memberi pengaruh positif dan realistis serta mampu membawa
perubahan yang signifikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sementara itu, sekarang ini, diberbagai masyarakat sering kita lihat berbagai
macam perubahan, disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang tidak akan pernah
habis. Perubahan didalam suatu masyarakat menyangkut banyak hal yang meliputi
nilai dan norma sosial, pola prilaku kelompok, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, wewenang dalam kekuasaan dan interaksi
sosial. Perubahan dalam masyarakat tersebut bisa dikatakan sebagai suatu hal
yang wajar, karena mengingat kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas
(Soerjono Soekanto,2006; 259).
Kita bisa melihat suatu perubahan setelah membandingkan antara keadaan
pada beberapa waktu yang lalu dengan keadaan yang sekarang, entah itu
perubahan menjadi lebih baik ataupun perubahan yang menjadi semakin buruk,
atau dengan kata lain, perubahan yang terjadi merupakan suatu kemajuan atau
mungkin justru kemunduran, misalnya saja perubahan pada pola pikir masyarakat
untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan di desa ini, yang mana hal ini
dilakukan setelah adanya himbauan dari seorang Elit Desa yang cukup dihormati
berarti merupakan suatu perubahan menuju kemajuan.
Himbauan dan pengarahan yang di berikan oleh Elit Desa tentang pentingnya
kesadaran masyarakat untuk merubah desanya menjadi semakin maju, merupakan
suatu hal yang sangat penting agar masyarakat mau bangun dari tempat duduknya,
dan melakukan hal yang lebih berguna daripada hanya berdiam diri dirumah.
Himbauan ini juga tidak hanya ditujukan untuk sebagian masyarakat saja atau
untuk kalangan tertentu, tetapi untuk semua kalangan tanpa ada batasan
sedikitpun, karena kemajuan suatu desa bukan untuk sebagian masyarakat, tetapi
untuk semua warga masyarakat yang bermukim didesa tersebut.
Hadirnya seorang tokoh ditengah-tengah masyarakat sangatlah berarti, karena
masyarakat membutuhkan seorang tokoh yang memang pantas dijadikan contoh
untuk bisa merubah diri dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan cenderung
mengalami perubahan menjadi lebih baik jika dipimpin oleh pemimpin yang baik.

2
Sudah barang tentu suatu perubahan itu akan terjadi jika ada partisipasi atau
keikut sertaan dari masyarakat untuk mau berubah.

B . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran ElitDesa di tengah-tengahmasyarakat Desa Cibeusi?
2.Bagaimana bentuk-bentuk perubahan perilaku masyarakat di Desa
Cibeusidengan adanyaperan Elit Desa tersebut?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
untukmengetahui peran secara langsung dan secara tidak langsung seorang Elit
Desa terhadap perubahan struktur sosial masyarakat kearah kehidupan yang lebih
baik.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DESA DAN STRUKTUR MASYARAKAT

1. Pengertian Desa

Desa merupakan suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu


masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan tersendiri. Desa terjadi
bukan dari satu tempat tinggal saja namun dari satu induk desa dan beberapa
tempat kediaman. Sebagian dari mana hukum yang terpisah yang merupakan
kesatuan tempat tinggal tersendiri, seperti kesatuan pendukuhan, kampung,
cantilan, beserta tanah pertanian, tanah perikanan darat, tanah hutan dan tanah
belukar.

Pengertian Desa yang sangat umum merupakan cerminan dari kehidupan yang
bersahaja, yang belum maju, namun untuk memahaminya tidaklah sederhana.

3
Koentjaraningrat mendefinisikan komunitas Desa sebagai: ”komunitas kecil yang
menetap tetap di suatu tempat” (Rahardjo, 2004; 29).
Ciri utama yang terlekat pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat
tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan
perkataan lain, suatu desa ditandai oleh keterkaitan warganya terhadap suatu
wilayah tertentu. Keterkaitan terhadap wilayah ini, disamping terutama untuk
tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka.
Ciri-ciri desa menurut Paul H. Landis sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan.
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
d. Sistem kehidupan berkelompok.
e. Termasuk kedalam masyarakat homogen dalam hal mata pencaharian,
agama, adat-istiadat.
f. Homogenitas sosial
g. Hubungan primer
h. Kontrol sosial yang ketat
i. Gotong royong
j. Ikatan sosial

Unsur-Unsur Dan Fungsi Desa


Unsur-unsur desa yaitu:
a.Daerah, merupakan luas dan batas lingkungan geografis setempat.
b.Penduduk, hal yang meliputi jumlah pertumbuhan penduduk, kepadatan,
persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
c.Tata kehidupan, menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa.
Fungsi desa yaitu:

4
1. Sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok seperti padi,
jagung, ketela, disamping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai,
buah-buahan, dan bahan makanan lain yang berasal dari hewan.
2. Sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja.
3. Dari segi kegiatan kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa
manufaktur, desa industri, desa nelayan, dsb.
Yang termuat dalam pasal 1o Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 disebutkan:

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten.

2. Desa Sebagai Kesatuan Hukum (Adat) Dan Kesatuan Administratif

Kemandirian suatu Desa dari segi sosial-budaya, disini terutama mengacu


kepada hukum (adat) yang mengikat dan mengatur masyarakat Desa dalam
berbagai aspeknya. Untuk Desa semacam ini Sutardjo Kartohadikoesoemo
(Rahardjo, 2004; 51) mendefinisikannya sebagai ”. . . suatu kesatuan hukum, di
mana bertempat tinggal suatu masyarakat, yang berkuasa mengadakan
pemerintahan sendiri . . .”.

Kenyataan bahwa desa-desa di Indonesia telah ada sebelum negara Indonesia


terbentuk, di samping kenyataan tentang tingginya kemandirian yang dimilikinya,
telah diakui pula oleh Pemerintah atau Negara.
Namun ditegaskan bahwa kedudukannya tidak lagi ”bebas” melainkan (secara
teritorial-administratif) langsung berada dibawah kecamatan. Dengan demikian
tidak lagi ”berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri” sebagaimana ketika desa-
desa itu belum berada dibawah kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5
3. Struktur Masyarakat

Dalam abad ke-21 ini masyarakat Indonesia memiliki dua jenis struktur
masyarakat, yaitu masyarakat tradisional dan masyarakat yang modern. Dewasa
ini, dalam kehidupan masyarakat berlangsung perubahan-perubahan, pergeseran,
pertentangan dan kegoncangan. Terlihat adanya perombakan susunan masyarakat.

Batas-batas baik-buruk dalam masyarakat menjadi kabur, batas-batas susila


sedang bergeser. Adat istiadat berada dalam kegoncangan, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat mengalami perubahan. Segolongan mempertahankan adat dan
kebiasaan, segolongan lain mau merombak dan memperbaharuinya. Yang kuno
memuji pendapat-pendapat lama serta mau mempertahankannya, yang baru
mengejeknya dan mau menggantinya dengan pendapat-pendapat modern.
Hubungan kekeluargaan yang tadinya amat erat, sekarang sudah mulai
longgar, terutama dikota-kota. Sakit senang sama-sama dirasa, sedang berubah
kearah individualisme. Sifat gotong royong sedang berubah menjadi sifat koperasi
(Jacobus Ranjabar, 2008; 120-121).

Pada umumnya, induk semang adalah orang atau pihak yang memiliki
kekuasaan dalam suatu masyarakat atau komunitas dan harus memberi
perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-kliennya.
Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah diberikan
induk semang dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebagai saingannya
(Koentjaraningrat, 1990: 160-161).

Adanya norma timbal balik yang melekat pada hubungan patron-klien pada
gilirannya mengisyaratkan beberapa fungsi. Di samping posisinya sebagai unsur
pembentuk hubungan yang dinamakan hubungan patron-klien, ia juga berfungsi
sebagai pembeda dengan jenis hubungan lain yang bersifat pemaksaan (coercion)
atau hubungan karena adanya wewenang formal (formal authority).

6
B. KEPEMIMPINAN DAN ELIT DESA

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu bakat yang diperoleh orang sebagai kemampuan


istimewa yang dibawa sejak lahir.Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh
keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa,
sehingga dia memiliki karisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang
disekitarnya.
Tegasnya, pemimpin yang sukses itu menjalankan kepemimpinannya itu tanpa
teori, tanpa menjalani pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Kepemimpinannya
adalah jenis kepemimpinan yang tidak ilmiah. Dia melakukan kepemimpinannya
karena dia memiliki bakat bisa menguasai seni memimpin (seni kepemimpinan)
yang khas menjadi miliknya sendiri (Kartini Kartono, 2005; 55).
Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan itusecara ilmiah kemudian
berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan scientific management (manajemen
ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taylor pada awal abad ke-20
dan di kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.
Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi
ada penyiapan secara berencana melatih calon-calon pemimpin. Semuanya
dilakukan lewat perencanaan, penyelidikan, percobaan atau eksperimen, analisis,
supervisi, dan penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat
pemimpin yang unggul, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.
Nilai kepemimpinannya tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya akan tetapi
oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan satu karya bersama,
berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan
pendidikan (Kartini Kartono, 2005; 56).
Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, di perlukan bagi situasi khusus,
sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktifitas-aktifitas tertentu, dan
punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan cara
karakteristiknya itumerupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya, sifat-sifat

7
umum dari pemimpin dan kepemimpinannyaharus sesuai dan bisa diterima oleh
kelompoknya juga bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya
dalam satu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan organisasi.
Kepemimpinan pada umumnya distimulir oleh dorongan-dorongan kuat dari
dalam diri sendiri untuk memimpin. Diharapkan agar pemimpin itu mampu
membina bawahannya menjadi mahir secara teknis, bersemangat atau bergairah
bekerja, loyal dan bermoral tinggi. Juga bisa membangkitkan kekuatan rasional
dan kekuatan emosional yang positif. Ringkasnya dia mampu mengembangkan
segenap potensi anak buah dalam iklim sosial yang menyenangkan (Kartini
Kartono, 2010; 87).
Dengan melihat perkembangan tipe kepemimpinan dewasa ini, maka dari
masalah yang diangkat pada makalah ini, tipe kepemimpinan yang berlaku didesa
ini adalah tipe kepemimpinan yang karismatik karena keberadaannya ditengah –
tengah masyarakat Desa Cibeusi telah memberi pengaruh positif dan realistis serta
mampu membawa perubahan yang signifikan dan bermanfaat bagi masyarakat di
Desa Pringga Jurang. Jadi kepatuhan terhadap Elit tersebut muncul dengan
sendirinya dan para pengikutnya pun tidak bisa menjelaskan alasannya kenapa
mereka bisa mematuhi apa yang diperintahkan oleh tokoh tersebut.

2. Elite Desa

Penggunaan kata Elite secara historis pada mulanya mengacu pada barang-
barang dengan kualitas yang sempurna, namun mengalami pergeseran dan
mengalami perluasan makna yang merujuk pada kelompok-kelompok sosial yang
unggul misalnya unit-unit militer kelas satu atau tingkatan bangsawan yang tinggi.
Pareto mendefinisikan elit dengan dua konsep; pertama mengacu pada stratifikasi
index yang melekat pada individu, pada domain bidang kegiatannya; kedua
mengacu pada komposisi sosial dalam hal ini menekankan pada tipologi berupa
“elit yang memerintah” yang terdiri dari individu-individu yang secara langsung

8
atau tak langsung memainkan peranan yang besar dalam pemerintahan serta “elit
yang tak memerintah”.

Konsepsi elit menurut pareto ini mungkin terilhami oleh konsepsi elitnya
Mosca. menurut dia tipologi adalah suatu keniscayaan realitas sosial. Dalam
semua masyarakat-dari masyarakat yang terbelakang dan yang hampir tak
menikmati fajar peradaban, hingga ke masyarakat yang paling kuat dan maju-
muncul dua kelas manusia yaitu kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai. Elit
menurut mosca merupakan minoritas yang terorganisir, memiliki hak istimewa
yang diberi kekuasaan serta yang tidak dapat dilawan oleh individu dari
mayoritas; memiliki atribut yang nyata yang sangat dihargai dan berpengaruh
dalam masyarakat.
Maka dengan demikian, baik Pareto maupun Mosca memusatkan perhatian
pada elit dalam artian kelompok-kelompok orang yang secara langsung
menggunakan atau berada dalam posisi memberikan pengaruh yang sangat kuat
terhadap penggunaan kekuatan politik.
Golongan Elitsecara sosial mempunyai arti bertanggung jawab untuk
merealisasikan tujuan-tujuan sosial yang penting dan menjaga terus berlanjutnya
sosial order.Dibandingkan rakyat biasa, golongan Elitmempunyai tanggung jawab
yang lebih besar. Dalam perspektif Pareto maupun Mosca, Elitmenunjukkan
kepada suatu Elityang memerintah, menjalankan fungsi-fungsi sosial yang
penting, dan mewakili sebagian dari nilai-nilai sentral masyarakat.

Namun, dikatakan oleh Bottomore bahwa konsolidasi kelas yang memerintah


memerlukan pemusatan berbagai tipe kekuatan-ekonomi,politik dan militer, dan
bahwa pada kenyatakaan, kebanyakan masyarakat pembentukan kelas ini telah
dimulai dengan diperolehnya kekuatan ekonomi. Kemunculan kelas borjuis yang
sangat fital pada ranah masyarakat modern dalam perspektif ekonomi,
kemunculan kelas ini disertai pula kepemilikan posisi lain terkait dengan
kekuasaan dan prestise seperti politik, militer dan pendidikan. Kebaradaran atau
munculnya kekuasaan kelas borjuis memungkin tatanan masyarakat lebih terbuka
dan member peluang bagi mereka dalam memperoleh akses pada setiap aspek

9
sosial (pendidikan, hak politik dan sebagainya) sehingga dengan kata lain
konstruksi ideology juga memungkinkan eksistensi dari kelas borjuis ini
“Masryarakat capitalist adalah lebih terbuka dan mobil dari pada masyrakat feudal
dan khususnya dalam ideologis, dengan berkembangnya pekerja-pekerja
intelektual sekuler, doktrin-doktrin yang berlawanan mungkin muncul.

C. ELIT DESA DAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT


Elit lokal yang ada dimasyarakat merupakan aliansi antara orang yang dinilai
pintar oleh masyarakat, orang yang memiliki dukungan ekonomi kuat dan
pemimpin agama-budaya.
Elit lokal ini diidentifikasi melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan
posisional, reputasi dan keputusan. Pendekatan posisional digunakan untuk
mengidentifikasi individu-individu yang memegang posisi-posisi penting dalam
lembaga-lembaga sosial. Pendekatan reputasi dilakukan dengan cara melakukan
wawancara mendalam dengan para informan-informan kunci untuk
mengklasifikasikan tokoh-tokoh yang menonjol model-model dari suatu
masyarakat. Sedangkan pendekatan keputusan dilakukan dengan cara mengamati
penampilan tokoh-tokoh masyarakat yang menonjol dalam proses pengambilan
keputusan.
Keberadaan seorang Elittidak berlangsung lama, karena yang mendorong
munculnya Elit penentu adalah faktor yang temporal. Cara untuk masuk kedalam
Elitpenentu adalah atas dasar keahlian. Tanpa keahlian, seseorang akan sulit
menembus ke dalam Elitpenentu. Seseorang akan keluar dari Elit penentu
manakala sudah tidak mampu lagi atau tidak lagi punya kapabilitas. Otoritas yang
dimiliki oleh Elit penentu hanya dalam hal tertentu atau bersifat khusus dan
terbatas dalam satu hal saja.
Maka, mudah untuk memahami bahwa di dalam beberapa hal kelompok Elit
tidak hanya di tempatkan sebagai orang yang memberi legitimasi, tetapi lebih dari
itu mereka orang yang berkarakter moral mampu bertindak secara menentukan,
dan selalu diharapkan bisa mengambil tindakan yang tepat demi kemaslahatan
umum.

10
Elitpenentu atau Elitlokal yang ada terbangun karena aliansi antara petani
kaya, tokoh agama, dan tokoh organisasi sosial pedesaan lain. Aliansi Elitlokal
tersebut secara lebih rinci terdiri dari perhimpunan-perhimpunan keagamaan,
lembaga-lembaga desa, orang-orang kaya, serta orang-orang yang berpendidikan
tinggi dan cerdas. Mereka itulah yang sesuai dengan identifikasi Mosca yang
disebut sebagai kekuatan sosial atau social forces.
Dengan melakukan Analisis Elit yang didasarkan pada analisis posisional,
reputasi, dan keputusan, akan ditemukan kategori Elityaitu petani kaya, pemuka
agama dan tokoh masyarakat.
Setiap manusia mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya baik
perubahan secara individu maupun perubahan secara kelompok.Ketika suatu
keadaaan dirasakan kurang bisa atau kurang mampu memenuhi kebutuhannya,
mereka akan berpikir lagi untuk mencari cara untuk merubah keadaan tersebut.
Setiap manusia mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya baik perubahan
secara individu maupun perubahan secara kelompok. Perubahan yang terjadi bisa
kearah yang buruk bisa juga kearah yang lebih baik, bisa cepat bisa juga lambat,
yang jelas semua manusia bersifat dinamis. Ketika suatu keadaaan dirasakan
kurang bisa atau kurang mampu memenuhi kebutuhannya, mereka akan berpikir
lagi untuk mencari cara untuk merubah keadaan tersebut.
Namun ada juga perubahan-perubahan yang terjadi secara sengaja (disadari) dan
tidak disengaja (tidak disadari). Perubahan pada masyarakat menyangkut banyak
hal yang meliputi nilai dan norma sosial, pola prilaku kelompok, pemerintahan,
dan lapisan-lapisan sosial lainnya. Pada hakikatnya perubahan-perubahan pada
masyarakat pada sosial dan budayanya tidak dapat terelakkan karena kedua-
duanya bersifat dinamis.
Dapat juga dikatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi didesa Cibeusi itu
merupakan perubahan yang dinamis dan disadari karena dipengaruhi oleh
ElitDesa. Sedangkan pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan Agent
Of Change.
Pengertian Agent Of Change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-

11
lembaga kemasyarakatan. Agent of change memimpin masyarakat dalam
mengubah sistem sosial. Dalam pelaksanaannya, Agent of change langsung
tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan
mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan selalu berada dibawah pengendalian serta pengawasan Agent of
change.
Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki tidak mencakup
paham apakah perubahan–perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh
masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dihendaki sangat diharapkan
dan diterima oleh masyarakat.
Bahkan para Agent of change yang merencanakan perubahan-perubahan yang
dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-perubahan yang tidak
terduga (dikehendaki) di bidang-bidang lain. Pada umumnya sulit mengadakan
ramalan tentang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki
(Soerjono Soekanto, 2006; 273).
Dalam sosiologi di samping dikenal konsep perubahan sosial (sosial change),
juga dikenal konsep perubahan kebudayaan (cultural change).

Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Pembahasan mengenai perubahan sosial bukan hanya berkaitan dengan
luasnya cakupan perubahan kebudayaan, melainkan juga berkaitan dengan
dimensi-dimensi lainnya seperti irama, besaran pengaruh, ataupun kesenjangan
dalam proses perubahan. Hakekatnya terdapat perubahan yang lambat yang lazim
disebut evolusi, serta perubahan yang cepat yang lazim disebut revolusi. Evolusi
disamping lambat, umumnya juga disertai dengan tahap-tahap perkembangan
tertentu yang berkelanjutan. Sedangkan revolusi di samping cepat umumnya

12
bersifat mendadak dan perubahan yang terjadi berlawanan dengan keadaan
semula.
Namun dalam masyarakat, perubahan-perubahan yang terjadi, tidak mesti
kearah yang lebih baik. Kadang-kadang perubahan justru membawa suatu
keadaan yang sudah baik menjadi lebih buruk, artinya dalam kehidupan
bermasyarakat, untuk mencapai suatu kestabilan sangatlah sulit sehingga manusia
terus berfikir untuk melakukan suatu perubahan sampai suatu keadaan di anggap
sudah normal atau mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka yang kemudian
terbentuknya demokrasi.
Namun ada beberapa konsepsi yang ditawarkan oleh bottomore
terkait dengan demokrasi, dimana menurut dia memahami demokrasi dalm arti
yang sempit atau tampak menganaklisa gejala-gejala social lainnya akan
cenderung melahirkan pemahaman yang kurang komprehensif terkait dengan
demokrasi tersebut serta elit-elit politiknya. Misalnya, variable ekonomi atau
distribusi kekayaan yang timpang, hal ini dengang demikian mengurangi hakekat
demokrasi itu sendiri dimana yang kaya dapat memiliki akses lebih pada ranah
kekuasaan, politik dsb, ini berkebalikan dengan si miskin yang akses dan
pemahaman konsepsi politiknya terbatas. Pun demokrasi elit yang memungkinkan
terjadi akselerasi pergeseran elit dengan elit lain menurut bottomore amat
diragukan karena menurut dia tidak ada perputaran substantial individu anta relit
dan orang-orang biasa, dan para elit bukanlah pemerintahan yang terlibat dalam
konflik yang serius antara satu dengan yang lainnya. Maka dengan demikian
menurut Bottomore pemeliharaan dan khususnya pembangunan dan peningkatan,
system demokrasi pemerintah tidak hanya tergantung pada perkembangan
kompetisi antar kelas kecil elit. Namun tergantung pada penciptaan dan
pembuatan kondisi dimana mayoritas warga, dapat berperan serta dalam
memutuskan masalah-masalah sosial yang berdampak vital pada kehidupan
mereka.

13
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Cibeusi


Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Cibeusi, maka
penulis dapat memberikan gambaran tentang desa tersebut sebagai berikut:
1) Asal usul desa
Desa Cibeusi termasuk wilayah Desa Cipacing, pada tahun 1983 Cipacing
dimekarkan menjadi 2 desa, yaitu : Desa Cipacing dan Desa Cibeusi, pemekaran
desa ini diprakarsai oleh sesepuh / tokoh masyarakat Cibeusi, yang mana pada
waktu itu dilihat dari segi luas wilayah teritorial dan jumlah penduduk sudah
memungkinkan untuk dibagi dua, maka semenjak itulah Desa Cibeusi berdiri
dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumedang Nomor :
140/SK-10/PEM/83 Tanggal 22-01-1983.
2) Sejarah kepemimpinan
Sejarah Tokoh/Pemimpin Desa Cibeusi
Sejarah kepemimpinan Desa Cibeusi dari awal sampai sekarang sebagai berikut :
No Nama Priode jabatan Keterangan
1 Undang Apandi 1984 s/d 1992 Hasil
pemilihan

2 Wey Salema 1992 s/d 1994 Pejabat

3 Abdul Madjid 1994 s/d 2002 Hasil


pemilihan

4 Dedi Junaedi 2002 s/d 2007 Hasil


pemilihan

5 Dedi Junaedi 2007 s/d 2013 Hasil


pemilihan

6 Dedi Junaedi 2013 s/d 2014 Pejabat

14
Sementara

7 YULI 2014 s/d 2015 Pejabat


HANDAKA Sementara

8 Yoyo Iskandar, 2015 s/d 2021 Hasil


ST pemilihan

3) Keadaan Ekonomi
Desa Cibeusi, merupakan bagian dari kecamatan Jatinangor, yang mana
Jatinangor merupakan kecamatan yang ada kawasan industrinya, masyarakat
Cibeusi sebagian ada yang merasakan manfaat dari adanya kawasan industri
tersebut dengan menjadi karyawan pabrik. Hal ini sangat menunjang tarap hidup
warga seandainya di bandingkan dengan beberapa tahun kebelakang sebelum
banyak pabrik berdiri. Meskipun pada kenyataannya persaingan untuk
mendapatkan kesempatan kerja tersebut cukup terbatas.
Kondisi ekonomi didalam desa Cibeusi cukup variasi dan terbagi menjadi 2 blok
besar yaitu utara dan selatan, selatan didominasi oleh pengusaha dan karyawan
swasta, dan blok atas didominasi oleh sektor pertanian.

4) Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan Sosial


Desa Cibeusi dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini cukup mantap, hal ini
ditunjukkan dengan minimnya jumlah penduduk buta huruf. Sedangkan sarana
pendidikan formal cukup memadai, dalam rangka meningkatkan kualitas peserta
didik, pemerintah desa beserta warga masyarakat sedang melakukan peningkatan
sarana pendidikan berupa rehabilitasi sarana pendidikan.

B. Kondisi Pemerintahan Desa


1) Pembagian wilayah desa
Desa Cibeusi dalam menjalankan kepemerintahannya terbagi menjadi tiga
dusun, yang disetiap dusunnya dipimpin oleh seorang kepala dusun sebagai
panjangtanganan kepala desa dalam menjalankan tupoksinya ditingkat dusun

15
yaitu: Dusun I Cibeusi, Dusun II Bojongeureun, Dusun III Sadang. Setiap daerah
teritorial dusun membawahi beberapa wilayah Rukun Warga (RW) dan Rukun
Tetangga (RT), yaitu:
Dusun I Cibeusi membawahi wilayah : 4 RW 14 RT
Dusun II Cibeusi membawahi wilayah : 5 RW 15 RT
Dusun III Sadang membawahi wilayah : 3 RW 12 RT
2) Pemerintah Desa
Di Desa Cibeusi dalam menjalankan fungsi pelayanannya, kepala desa dibantu
oleh perangkatnya.Berikut adalan Susunan organisasi pemerintah Desa Cibeusi
periode 2015 – 2021:

NO NAMA PANGKAT / JABATAN ALAMAT

1 2 3 6
YOYO Dusun Bojong Eureun RT.
1 Kepala Desa
ISKANDAR,ST 01/10
JAJANG
2 Sekretaris Dusun Sukajadi RT. 03/03
ROHIMAT, ST
RIKA SANY
3 Kaur Umum Dusun Sadang RT. 03/13
APRIYANTI
Dusun Bojong Eureun RT.
4 TONI, SE Kaur Keuangan
01/04

5 AGUS RUHIAT Kaur Perencanaan Dusun Sukajadi RT.03/03

Dusun Bojong Eureun


6 YOPI YOPIAN A Kasi Kesejahteraan
RT.01/10
Dusun Bojong Eureun RT.
7 YULI YULIA Kasi Pemerintahan
01/08

8 NURJANAH Kasi Pelayanan Dusun Sadang RT.01/13

9 DENI FEBIANA Kadus I Dusun Sukajadi RT.03/03

16
10 RIAN TAUFIK Kadus II Dusun Bojong Eureun RT.
ISMAIL 01/08
11 AGUS SOLIHIN Kadus III Dusun Sadang RT. 02/06

12 WAHYU STAF PEMBANTU Dusun Sadang RW. 14


KASI PEMERINTAHAN
13 AANG DARUL STAF PEMBANTU Dusun Sadang RW. 14
FATAH KASI PELAYANAN

14 AGUS RUHIYAT STAF PEMBANTU Dusun Bojong Ereun Kidul


KASI RW. 10
KESEJAHTERAAN
15 AHMAD SADELI STAF PEMBINA Dusun Bojong Eureun RT.
KADUS 01/08

C. Peran Elite Desa Di Tengah-Tengah Masyarakat Desa Cibeusi


Peran seorang tokoh ditengah-tengah masyarakat sangatlah berarti, karena
setiap masyarakat membutuhkan seorang tokoh yang memang pantas dijadikan
panutan dan teladan dalam sikap dan prilaku untuk bisa merubah diri dari
masyarakat itu sendiri. Keteladanan seorang pemimpin akan terlihat dari apa yang
dilakukan bukan dari apa yang dikatakan, maksudnya seorang pemimpin yang
baik bukan hanya memberikan perintah, tapi juga ikut andil dalam setiap kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat.
Masyarakat akan cenderung mengalami perubahan menjadi lebih baik jika
dipimpin oleh pemimpin yang baik, yang bukan hanya bisa menyuruh, tapi juga
ikut berpartisipasi secara langsung dalam setiap kegiatan. Suatu perubahan itu
akan terjadi jika ada yang merubah dan ada yang diubah yaitu peran dari elit desa
itu sendiri dan keikut sertaan dari masyarakat untuk mau berubah karena peran
dari elit desa itu tidak bisa terlepas dari bagaimana pola prilaku masyarakat itu
sendiri, karena betapa pun besarnya bakat yang dimiliki oleh seseorang untuk

17
menjadi pemimpin, tetapi tidak disertai oleh kesempatan yang diberikan oleh
masyarakat, maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Orang yang
memiliki kedudukan penting dalam masyarakat akan lebih berpengaruh dalam
proses perubahan dalam masyarakat dari pada orang lain.
Demikian juga halnya dengan pengetahuan, pendidikan serta pengalaman yang
harus dimiliki oleh tokoh tersebut untuk menjalankan kepemimpinannya
karenaseorang pemimpin juga dituntut untuk mampu mendidik masyarakatnya,
misalnya menunjukkan sikap dan perilaku yang memang pantas untuk di tiru oleh
orang lain, serta mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat.
Pada dasarnya semua tokoh masyarakat, tokoh agama (elit desa) sudah
memberikan contoh yang baik, karena masyarakat tidak akan mungkin
menokohkan seseorang kalau orang itu dilihat mempunyai prilaku yang tidak
baik, namun sebagai manusia biasa terkadang para elit masyarakat tidak bisa
bersikap sesempurna mungkin seperti yang diharapkan. Disinilah perlu kejelian
dari masyarakat untuk memilih hal yang memang perlu untuk di tiru atau
tidak.Akan tetapi kritikan dan masukan yang beretika dari warga masyarakat
sangat dibutuhkan guna dapat mengoptimalkan peran mereka sebagai pablik figur
dalam masyarakat.

Untuk dapat melakukan segala hal yang diharapkan oleh masyarakat, peran elit
tersebut harus lebih dioptimalkan dengan memperhatikan perkembangan
paradigma masyarakat serta memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi
sehingga nantinya bisa mewujudkan masyarakat madani yaitu masyarakat yang
mensinergiskan pengetahuan agama dan pengetahuan lain sehingga setiap
individu tertanam cinta akan kebersamaan, bukan masyarakat yang melihat
perbedaan kemudian menjadikan alasan untuk memicu konflik.

D. Bentuk-Bentuk Perubahan Prilaku Masyarakat di Desa Cibeusi Dengan


Adanya Peran Elit Desa
Perubahan yang terjadi didesatidak sepenuhnya dipengaruhi oleh elit yang
adatetapi tidak bisa dielakkan bahwa keberadaan elit desa memang memberikan

18
kontribusi yang besar dalam merubah prilaku masyarakat. Selain dari peran
elitdesa, pola tingkah laku masyarakat yang ada juga dipengaruhi oleh lingkungan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana lembaga-lembaga
pendidikan yang berbasis agama sudah banyak disamping transformasi budaya
lewat media-media elektronik sudah menjangkau semua lapisan masyarakat.
Masyarakat dengan mudah mengakses apa yang diinginkan baik lewat media
elektronik (TV, Radio, dan Internet) maupun media cetak. Hal ini yang membuat
masyarakat menjadi lebih fungsional, informatif, dan terbuka. Akan tetapi yang
sangat memprihatinkan dalam prilaku masyarakat sekarang ini adalah banyaknya
prilaku menyimpang di karenakan masyarakat khususnya generasi muda tidak
memiliki filter untuk menyaring transformasi budaya yang mengglobal sehingga
mereka sulit untuk memilih dan memilah budaya-budaya yang relevan dengan
nilai dan norma yang berlakudalam masyarakat dan pada akhirnya antara tokoh
masyarakat kerap kali terjadi pertentangan dengan cara pandang, sikap, prilaku
dari kelompok masyarakat yang lain khususnya generasi muda.
Peran tokoh masyarakat terhadap perubahan prilaku khususnya di dalam
masyarakat sangat tergantung dari karisma yang dimiliki oleh seorang yang
ditokohkan. Tokoh masyarakat yang memiliki karisma yang tinggi tentu akan
mudah mendapat respon dari masyarakat yang sudah barang tentu apa yang
disampaikan akan ditaati oleh masyarakat.

Dalam merubah prilaku masyarakat, peran elit atau tokoh ini cukup penting
artinya, sebab mempunyai fungsi sebagai pemimpin yang menentukan arah dan
contoh dalam masyarakat.
Kondisi nyata di Desa Cibeusi saat ini, elit formal yaitu Kepala Desa, pegawai
di Kantor Desa mengatakan bahwa ia pemimpin yang memiliki kharisma, dan
kebijakan yang ia keluarkan terealisasikan.Narasumber juga menyebutkan elit
desa formal lain yaitu Ketua BPD yang dahulunya merupakan elit non formal di
Desa Cibeusi. Suara dan pendapatnya sangat didengar bahkan dituruti oleh
masyarakat. ia mempunyai kharisma dan bisa menyuarakan keinginan
masyarakat, makadari itu ia diangkat sebagai ketua BPD. Fungsi tokoh tersebut

19
sebagai pemimpin yang menentukan arah artinya sebagai penentu dalam
pengambilan keputusan dan pemberi petunjuk tentang perjalanan pemerintahan
yang bersangkutan, apalagi dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan
dengan pembangunan desa. Sedangkan fungsi Elit sebagai contoh maksudnya
mampu memberikan arahan pada masyarakat dengan memberikan contoh terlebih
dahulu.
Namun, berbeda saat peneliti mewawancarai masyarakat. Mereka mengatakan
bahwa adanya ketidaktransparanan dari pejabat Desa saat ini. Komunikasi yang
terjalin pun tidak secara langsung, hanya lewat Media Sosial dan jarang turun ke
masyarakat langsung. Peneliti menemukan bahwa para pejabat Desa Cibeusi
kebanyakan adalah individu yang pengalamannya masih minim, namun mereka
adalah tim sukses dari Kepala Desa saat pemilihan Kades waktu itu..
Ibu Atikah, yang termasuk masyarakat setempat, iamenyatakan bahwa
sosialisasi Pak Yoyo terkait Program Kerja Desa masih kurang. Komunikasi yang
dibangun pun sangat kurang. Masyarakat merasa bahwa dengan naiknya Pak
Yoyo sebagai Kepala Desa, terdengar desas desus bahwa birokrat yang bekerja di
Kantor Desa ialah yang menjadi Tim Suksesnya Bapak Yoyo, sehingga
menghilangkan tokoh-tokoh yang sebelumnya sangat berpengaruh di Desa
Cibeusi dan hilangnya suara-suara mereka. Bapak Kikin contohnya, beliau dahulu
sangat aktif di desa dan gaya kepemimpinannya sangat cocok dengan masyarakat
setempat. Di umur yang terbilang tua, Bapak Kikin masih menjabat sebagai
kepala BPD Desa Cibeusi. Namun, pengaruh yang diberikan Bapak Kikin sebagai
elit informal di Desa Cibeusi sendiri sudah perlahan luntur tidak seperti dahulu.
Ditambah lagi, dengan kondisi kantor Desa yang birokratnya masih sangat muda
dan belum banyak berpengalaman, banyak terjadi penyelewengan kekuasaan di
Kantor Desa Cibeusi. Tidak jarang pula, tanda tangan dari kepala BPD yaitu
Bapak Kikin, di palsukan untuk melegalkan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kepala Desa.Elit desa informal lainnya yaitu ketua RW 06 Bapak Cece,
merupakan pemimpin yang sangat tertib administrasi. Beliau merupakan orang
tegas, dan banyak masyarakat yang pro dan kontra terhadap gaya kepemimpinan
Bapak Cece Juhana. Peneliti berpendapat, dengan kurangnya pengalaman pejabat

20
di Kantor Desa, dan komunikasi yang seadanya, menyebabkan timbulnya
perubahan terhadap perilaku masyarakat. Dahulu masyarakat sangat antusias,
namun saat ini ada yang menjadi peduli namun berkomentar dibelakang, ada yang
malas bahkan tidak peduli ketika ada kegiatan yang diselenggarakan di Desa.
Tentu menyebabkan partisipasi masyarakat berkurang.
Dari hasil penelitian, keberhasilan dan kemajuan sebuah desa adalah
tergantung bagaimana peran aktif dari tokoh yang ada di desa itu sendiri,
masyarakat, dan bekerjasama dengan aparat desa. Menjadi kepala pemerintahan di
desa bukan suatu jaminan seorang pemimpin akan dipatuhi sepenuhnya oleh
masyarakatnya, tetapi walaupun seorang warga biasa dan menjadi seorang
pemimpin dari sebuah organisasi kecil didesanya, dengan cara pemerintah bisa
mengayomi dalam masyarakat, malah justru akan bisa membawa perubahan yang
signifikan dalam prilaku masyarakat atau dengan kata lain, kemajuan suatu desa
bukan hanya tergantung dari pemimpinnya tetapi peran serta seluruh anggota
masyarakat yang ada.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Peran Elit Desa ditengah-tengah masyarakat dari hasil penelitian
menunjukkan pentingnya keberadaan seorang tokoh yang memang pantas
untuk dijadikan contoh dan tauladan bagi masyarakatnya. Keteladanan
seorang pemimpin akan terlihat dari apa yang dilakukan bukan dari apa
yang dikatakan, maksudnya seorang pemimpin yang baik bukan hanya
memberikan perintah, tapi juga ikut andil dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat. Sudah barang tentu suatu perubahan itu akan
terjadi jika ada partisipasi atau keikutsertaan dari masyarakat untuk mau
berubah.

21
2. Posisi desa yang berada di bawah Camat memberikan gambaran bahwa
desa merupakan sub ordinasi dan bawahan Pemerintah Kecamatan dan
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II. Artinya disini bahwa desa
merupakan representasi (kepanjangan) tangan dari Pemerintah Pusat. Oleh
sebab itu kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di desa tergantung
pada keputusan Pemerintah di atasnya dan desa dikondisikan menjadi alat
pemerintah untuk kepentingan pemerintah (Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah) dari pada kepentingan masyarakat desa itu sendiri.

3. Bentuk perubahan prilaku masyarakat dengan adanya keberadaan elit desa


tersebut dapat dilihat dari bagaimana masyarakat ikut andil dalam kegiatan
yang ada didesa setelah adanya himbauan dari tokoh yang ada. Partisipasi
masyarakat di bidang pembangunan Desa tergantung dari faktor-faktor
kepemimpinan, penyuluhan dan penerangan yang dilakukan serta
kesadaran masyarakat itu sendiriuntuk memajukan desanya dengan
melakukan pembangunan dalam segala bidang, merasa turut serta dalam
pembangunan, dan merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan
desanya.

4. Hubungan kekuasaan elit pemerintahan desa dalam upaya demokratisasi di


desa belum terwujud. Kepala Desa masih mendominasi kewenangan yang
seharusnya dilaksanakan bersama-sama dengan BPD. Sumber-sumber
kekuasaan yang dimiliki elit pemerintahan desa tidak lagi menjadi sumber
kekuatan yang mempengaruhi kekuasaannya, karena adanya pembatasan
kekuasaan terhadap elit pemerintahan desa yang ditetapkan dalam
perundang-undangan yang diberlakukan di era Reformasi. Faktor lainnya
dengan munculnya elit-elit baru di masyarakat desa dan kontrol
masyarakat melalui gerakan massa.

22
B. SARAN – SARAN
Adapun saran-sarannya sebagai berikut :
1. Didalam mewujudkan demokrasi di dalam pemerintahan desa, harus
adanya hubungan yang baik diantara kepala desa dan BPD agar menjadi
mitra kerja yang mampu mewujudkan kepentingan dari setiap komunitas
dikalangan masyrakat karena pada hakikatnya setiap masyarakat
memiliki keinginan yang berbeda, maka dari itu pentingnya membangun
kesinergisan diantara elit formal dan non formal didalam pemerintah
desa.
2. Perlu kiranya tokoh tersebut lebih meningkatkan peran sertanya
ditengah-tengah masyarakat.
3. Untuk merubah prilaku masyarakat hendaknya tokoh tersebut lebih
mendekatkan diri dengan masyarakat, agar lebih mudah mengetahui apa
yang diinginkan oleh masyarakat, dan bisa menentukan sikap dan
strategi apa yang digunakan untuk memenuhi keinginan masyarakat
tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. 1991. psikologi sosial (ed, revisi). Jakarta : PT Rineka Cipta

Berry David. 1995. pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada

Fauzi Noer. 1999. Petani Dan Penguasa “Dinamika Perjalanan Politik Agrarian
Indonesia”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Julmansyah & Moh. Taqiuddin. 2003. Partisipasi dan Penguatan Desa : Obsesi
atau Ilusi? (Catatan Perjalanan Arus Bawah). Mataram: Pustaka Konsepsi
Nusa.

Killer Suzanne. 1995. Penguasa Dan Kelompok Elit “peranan elit penentu dalam
masyarakat modern”. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Kuncaraningrat. 1983. Metude Penelitian di Masyarakat.Jakarta : Gramedia


Ritzer George & Douglas J. Goodman, 2008. Teori Sosiologi “dari teori
sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori social postmodern”.
Yogyakarta : Kreasi Wacana

Koentjaraningrat. 1996. pengantar antropologi Jilid I & II. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Narbuko Cholid & Abu Ahmadi, 2008. metodologi Penelitian “Memberi bekal
teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta diharapkan
dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar”.
Jakarta : PT Bumi Aksara

24
Rahardjo.2004. pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian. Yogyakarta :
Gadjah Mada Universiti Press.

Ranjabar Jacobus. 2008. perubahan sosial dalam teori makro ”pendekatan relitas
sosial”. Bandung : Alfabeta
Siagian Sondang P. 2003. teori dan praktek kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka
Cipta

Sy Pahmi.2010. perspektif baru antropologi pedesaan. Jakarta : Gaung Persada


Press (GPPress).

SKRIPSI, Hakim Samsul. 2008. ”peranan kepala desa untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa paokmotong kecamatan
masbagik” nomor mahasiswa : 205.315/ spp. Jurusan : ilmu pemerintahan.
program studi: ilmu pemerintahan.fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
universitas 45 mataram2008.

25

Anda mungkin juga menyukai