Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan

menjaga sistem ketertiban sosial sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupan

secara wajar dalam konteks kehidupan bernegara. Dalam perkembangannya,

konsep pemerintahan mengalami transformasi paradigma dari yang serba negara

ke orientasi pasar (market or public interest), dari pemerintahan yang kuat, besar

dan otoritarian ke orientasi small and less government, egalitarian dan demokratis,

serta transformasi sistem pemerintahan dari yang sentralistik ke desentralistik

(Bappenas 2004: 1).

Menurut Teras Narang (2007) dalam Meri Yarni dan Latifah Amir (2014:

124) bahwa peran pemerintah yang dominan ternyata tidak menjadikan

pemerintah mampu menjalankan tugas mulianya untuk mensejahterakan rakyat,

yang terjadi adalah pemerintah yang dipilih oleh rakyat mengabaikan dan

menyalahgunakan kepercayaan rakyat, akibatnya timbul berbagai masalah

korupsi, kolusi dan nepotisme yang sulit diberantas, monopoli dalam kegiatan

ekonomi, penegakan hukum yang sulit berjalan serta pelayanan publik yang tidak

memuaskan masyarakat.

Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu

persyaratan utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan

daerah dari suatu negara tersebut. Karenanya tidak berlebihan jika dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang baik menjadi salah satu indikasi terwujudnya

1
demokratisasi sebagai upaya untuk mengembalikan kedaulatan daerah di suatu

negara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem yang

tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil, bersih, bertanggungjawab serta

bebas dari praktik-praktik korupsi. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik

dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip, setidaknya dapat dilakukan melalui

prioritas program penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan, kemandirian

lembaga peradilan, profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah, pengaruh

partisipasi masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka

otonomi daerah. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, pencapaian tingkat

kesejahteraan dapat di wujudkan secara lebih tepat yang pada akhirnya akan

mendorong kemandirian masyarakat (Wahyu Waskito, 2013).

Menurut Abd. Mu’id Aris Shofa (2015), bahwa proses implementasi

otonomi daerah yang sudah berjalan sejak lama, tentu tidak selalu berjalan sesuai

dengan tujuan dan rel yang seharusnya dilewati. Awal reformasi yang disambut

dengan suka cita dan euphoria oleh masyarakat, diharapakan mampu terbit fajar

baru untuk membawa masyarakat kepada kondisi sosial, ekonomi, politik dan

moral yang lebih baik. Akan tetapi pembentukan pemerintahan baru yang lebih

baik dan demokratis, bersifat terbuka atau transparan kepada masyarakat, yang

pada akhirnya melahirkan suatu sistem good governance, demi tercapainya tujuan

masyarakat adil dan makmur, ternyata hingga kini masih menjadi sebatas isu

nasional dan harapan semu yang sulit untuk diwujudkan. Pertanyaannya adalah

mengapa hal itu bisa terjadi, padahal dengan munculnya reformasi, sistem

2
demokrasi kita semakin baik dengan adanya pemilihan presiden dan kepala daerah

(gubernur, bupati dan walikota) secara langsung oleh rakyat.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

membawa perubahan dalam sistem pemerintahan Desa. Hal ini ditandai dari

adanya perubahan yang mendasar, yaitu antara lain :

a. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan telah melibatkan seluruh

elemen masyarakat,

b. Struktur kelembagaan pemerintah desa diperbanyak dengan menambah dua

yaitu Kasi Pemberdayaan dan Kasi keuangan,

c. kelembagaan seperti BPD, dan Ketua RT dan lembaga desa lainnya sudah

mempunyai peran penting yang sangat aktif karena lembaga desa tersebut

sudah diminta persetujuannya ketika program desa akan dilaksanakan.

Dengan demikian diharapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, merubah kedudukan desa menjadi lebih kuat. Dalam hal ini, desa diberikan

otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak

asal-usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa, serta menetapkan

dan mengelola kelembagaan desa.

Perubahan yang terkandung dalam UU desa tersebut diharapkan selain

bertujuan supaya pemerintah desa dapat memberikan pelayanan prima dan

memberdayakan masyarakat secara maksimal, tetapi juga dapat

menyelenggarakan tata kelola pemerintahan desa yang baik (good goovernance).

Namun faktanya tidak semua desa dapat memanfaatkan momentum baik ini.

bahkan sebaliknya beberapa desa di beberapa daerah telah terlibat dalam

3
penyelewengan wewenang dan korupsi anggaran desa. Akibatnya yang menonjol

adalah antara lain tata kelola penyelenggaraan pemerintahan desa semakin buruk,

pemberdayaan dan pelayanan masyarakat menjadi tidak terurus dan lain-lain.

Berdasarkan survey awal diketahui bahwa di Desa Anabanua Kecamatan

Barru Kabupaten Barru, telah berusaha melakukan tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan desa dari tahun ke tahun dan telah menerapkan berbagai ketentuan

yang terkandug dalam UU Desa. Hanya saja dalam prakteknya masih ditemui

beberapa kekurangan dan kelemahan, yaitu antara lain :

a. Belum sepenuhnya berjalan transfaransi pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan, dan

b. Masih kurangnya program pemberdayaan masyarakat.

Beberapa faktor penyebab yang dominan adalah antara lain:

a. Kurangnya sumber daya manusia aparat desa,

b. Dan masih lemahnya fungi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengkaji permasalahan sebenarnya melalui judul penelitian “Tata Kelola

Penyelenggaraan Pemerintah Di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten

Barru”.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian, maka rumusan masalah yang akan dibahas

adalah:

1. Bagaimana tata kelola penyelenggaraan pemerintah di Desa Anabanua

Kecamatan Barru Kabupaten Barru?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui tata kelola penyelenggaraan pemerintah di Desa

Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru

Kabupaten Barru.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk mendukung penelitian

selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi

Pemerintah Desa Anabanua dalam meningkatkan tata kelola pemerintahan

Desa.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tata Kelola Pemerintahan

1. Pengertian Tata kelola

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (2020) bahwa kata

“tata” diartikan sebagai aturan (biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah,

aturan, dan susunan; cara menyusun; sistem. Kemudian kata “kelola” diartikan :

a. Mengendalikan, menyelenggarakan (pemerintahan dan sebagainya)

b. Mengurus (perusahaan, proyek, dan sebagainya).

Selanjutnya kata “pengelolaan” diartikan :

a. Proses, cara, perbuatan mengelola;

b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain,

c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi dan,

d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Pengertian tata kelola dapat pula dimaknai sebagai peraturan internal yang

dimaksudkan sebagai upaya untuk menjadikan lembaga/organisasi dalam

menjalankan aktivitasnya menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Pola tata

kelola ini akan mengatur mengenai organisasi, tata laksana, akuntabilitas dan

transparansi organisasi.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan pengertian tata kelola

adalah tata cara, kaidah atau aturan dalam mengendalikan atau menyelenggarakan

6
kegiatan tertentu agar lebih efisien, efektif dan produktif untuk mencapai tujuan

organisasi.

2. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (2020) bahwa kata

“pemerintah” diartikan :

a. Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial,

ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya

b. Sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab

terbatas untuk menggunakan kekuasaan

c. Penguasaan suatu negara (bagian negara)

d. Badan tertinggi yang memerintah suatu negara (seperti kabinet merupakan

suatu pemerintah)

e. Negara atau negeri (sebagai lawan partikelir atau swasta) dan

f. Pengurus; pengelola

Dengan demikian pengertian pemerintah adalah merupakan sistem

menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan

politik suatu negara atau bagian-bagiannya yang dilakukan oleh badan tertinggi

yang memerintah suatu negara atau dilakukan oleh sekelompok orang yang secara

bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan.

Istilah “pemerintah” ini pula yang oleh kebanyakan kalangan

mengedepankan dengan istilah goverment (bahasa inggris) dan gouvernment

(bahasa Perancis) yang keduanya berasal dari perkataan latin gubermaculun, yang

artinya “ kemudi “. Istilah Pemerintah ini sering disinonimkan dengan penguasa,

7
kadang juga diartikan sama dengan eksekutif, yakni pemegang atau yang

melaksanakan pemerintahan secara riil dan ada pula yang mengistilahkan

pemerintah dengan jawatan atau aparatur dalam susunan pemerintah (Kostadia

Yunita San Roja 2017: 13-14).

Finner dalam I. Nyoman Sumaryadi (2010: 17) mengklasifikasikan pemerintah

ke dalam empat pengertian, yakni:

1. Pemerintah mengacu pada proses pemerintah berupa pelaksanaan kekuasaan

oleh yang berwenang.

2. Istilah ini dipakai untuk menyebut keberadaan proses itu sendiri.

3. Pemerintah acapkali berarti orang-orang yang mengisi kedudukan otoritas

dalam suatu masyarakat.

4. Istilah ini mengacu pada bentuk metode, sistem pemerintahan dalam suatu

masyarakat, yakni struktur dan pengelolaan dinas pemerintah serta hubungan

antara yang memerintah dengan yang diperintah.

Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (2020) bahwa

kata “ pemerintahan” diartikan : alat yang dipakai untuk menjalankan kekuasaan

negara (seperti polisi, tentara) dan pegawai, pejabat, atau badan (instansi,

lembaga, departemen, dan sebagainya) yang menjalankan roda pemerintahan,

seperti lurah, camat, bupati, gubernur, menteri.

Menurut Sri Maulidiah, (2014: 1), pemerintahan secara umum merupakan

suatu organisasi atau lembaga yang diberikan legitimasi (keabsahan) oleh rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi untuk menyelenggarakan tugas-tugas

pemerintahan (kekuasaan negara) pada suatu negara, serta dilengkapi dengan alat-

8
alat kelengkapan negara. Sehingga dapat diartikan bahwa unsur utama dari suatu

pemerintahan tersebut wujudnya dalam bentuk bentuk organisasi atau lembaga,

organisasi atau lembaga yang diberikan legitimasi dalam bentuk kewenangan oleh

masyarakat melalui suatu proses pemilihan umum, serta dilengkapai dengan alat-

alat kelengkapan negara sebagai unsur pendukung dalam menyelenggarakan

tugas-tugas pemerintahan tersebut. Oleh karena itu penyelenggaraan pemerintahan

tidak lain adalah menjalankan fungsi legislasi, fungsi eksekutif, dan fungsi

yudikatif sesuai dengan kewenangan masing-masing lembaga yang diatur oleh

peraturan perundang-undangan.

Menurut Ndraha (2003: 6) dalam H. Rahyunir Rauf (2017: 224) bahwa

Pemerintahan adalah organ berwenang memproses pelayanan publik dan

berkewajiban memproses pelayanan sipil bagi setiap orang melalui lembaga

pemerintah, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya

pada saat diperlukan, sesuai dengan ketentuan (harapan) yang diperintah atau

publik. Oleh karena itu, Pemerintahan adalah sebuah sistem multi program yang

bertujuan memenuhi dan melindungi kebutuhan, serta tuntutan yang diperintah

akan jasa publik dan layanan sipil.

Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2017 Tentang Inovasi Daerah dijelaskan bahwa urusan pemerintahan adalah

kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara

Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan

menyejahterakan masyarakat. Kemudian pengertian Pemerintah Pusat adalah

9
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana

dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Sembiring (2012: 3) fungsi pemerintah negara termasuk

pemerintah daerah di manapun berada, sekurang-kurangnya melakukan fungsi

pelayanan (services), fungsi pengaturan (regulation), dan fungsi pemberdayaan

(empowering), dalam upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance).

Menurut Hamdi (2002: 8) dalam Muh Nurdin, dkk. (2014: 70), bahwa

fungsi pemerintah yakni melakukan pengaturan dan memberikan pelayanan.

Pengaturan dalam arti menegaskan bingkai kesepakatan kehidupan kolektif, agar

terdapat kepastian dan perilaku yang memberikan kemanfaatan pada kepentingan

umum. Pelayanan terhadap hak-hak masyarakat berisi kegiatan untuk

memudahkan masyarakat menikmati hidupnya yang patut atau pantas sesuai

dengan nilai-nilai dan martabat kemanusiaannya. Sedangkan pelayanan teradap

kewajiban masyarakat berisi kegiatan untuk memampukan masyarakat memahami

kepatuhan kolektif yang semestinya dikembangkan. Pelayanan ini kemudian

sangat berkaitan dengan fungsi pemberdayaan.

3. Pemerintahan Daerah

a. Pengertian Pemerintah Daerah

UUD 1945 menjelaskan bahwa mengingat wilayah negara Indonesia sangat

besar dengan rentang geografi yang luas dan kondisi sosoal budaya yang beragam,

kemudian mengatur perlunya pemerintahan daerah. Pasal 18 UUD 1945

10
menegaskan bahwa negara Indonesia dibagi dalam daerah (provinsi) dan daerah

kecil (kabupaten/kota dan desa) yang bersifat otonom, dengan mempertimbangkan

asal-usul daerah yang bersangkutan sebagai keistimewaan. Hal ini berarti dalam

sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia kehadiran pemerintahan daerah

merupakan ketentuan yang telah diatur dengan tegas dalam konsitusi, karena itu

harus diwujudkan sebagai bagian dari sistem pemerintahan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 1

bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan

pengertian Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah otonom. Kemudian Urusan Pemerintahan adalah

kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara

Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan

menyejahterakan masyarakat.

b. Tata kelola pemerintahan Daerah yang baik

Syaukani H.R. (2003) dalam M. Rendi Aridhayandi (2018: 886),

mengatakan bawa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, ada banyak

11
pertimbangan yang harus dijadikan pegangan pokok agar konsep pelaksanaan

otonomi dapat berjalan sebagaimana mestinya di antara berbagai pertimbangan

tersebut adalah penerapan tata kelola pemerintahan daerah yang baik (the good

local governance) yang merupakan salah satu prinsip yang perlu menjadi

perhatian.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah

mengatur urusan dan kewenangan pemerintah daerah. Seperti yang disampaikan

oleh Mifta Farid dkk (2017: 72), bahwa urusan pemerintahan daerah telah diatur

secara jelas dalam UU Pemda. Sebagaimana UU Pemda, kewenangan

pemerintahan daerah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kewenangan

pemerintahan wajib dan pilihan. Kewenangan pemerintahan wajib memiliki arti

suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan, dan

lain lain. Sedangkan kewenangan pemerintah yang bersifat pilihan terkait dengan

potensi unggulan dan kekhasan daerah tertentu. Pada hakikatnya urusan

pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah daerah adalah urusan

pemerintah daerah menyelenggarakan semua urusan pemerintahan kecuali urusan

politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional

serta agama. Pemerintah pusat bisa menyelenggarakan sendiri atau dapat

melimpahkan sebagian urusan tersebut kepada perangkat pemerintah atau wakil

pemerintah di daerah atau bisa juga dilimpahkan secara langsung kepada

pemerintah daerah.

12
Adapun cerminan penerapan Good Governance dalam pemerintahan daerah

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah pasal 58 menyebutkan dalam menyelenggarakan Pemerintahan daerah

berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas:

1. Kepastian hukum;

2. Tertib penyelenggara negara;

3. Kepentingan umum;

4. Keterbukaan;

5. Proporsionalitas;

6. Profesionalitas;

7. Akuntabilitas;

8. Efisiensi;

9. Efektivitas; dan

10. Keadilan.

B. Konsep Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

1. Pengertian Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Menurut Sadjijono (2007: 203) dalam Neneng Siti Maryam (2016: 3),

bahwa good governance mengandung arti: “Kegiatan suatu lembaga pemerintah

yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk

mewujudkan cita-cita negara”.

Berdasarkan pemahaman atas pengertian governance tersebut, maka

penambahan kata sifat good dalam governance bisa diartikan sebagai tata

pemerintahan yang baik atau positif. Letak sifat baik atau positif itu adalah

13
manakala ada pengerahan sumber daya secara maksimal dari potensi yang

dimiliki masing-masing aktor tersebut atas dasar kesadaran dan kesepakatan

bersama terhadap visi yang ingin dicapai. Governance dikatakan memiliki sifat-

sifat yang good, apabila memiliki ciri-ciri atau indikator-indikator tertentu

(Neneng Siti Maryam. 2016: 4).

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian tata kelola pemerintahan yang baik (Good governance) adalah

pola penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan berdasarkan kepentingan

rakyat dan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita negara.

2. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)

Menurut United Nations Development Program (UNDP) dalam Neneng Siti

Maryam. (2016: 4) bahwa ada 14 prinsip good governance, yaitu:

a. Wawasan ke depan (visionary);

b. Keterbukaan dan transparansi (openess andtransparency);

c. Partisipasi masyarakat (participation);

d. Tanggung gugat (accountability);

e. Supremasi hukum (rule of law);

f. Demokrasi (democracy);

g. Profesionalisme dan kompetensi (profesionalism and competency);

h. Daya tanggap (responsiveness);

i. Keefisienan dan keefektivan (efficiency and effectiveness);

j. Desentralisasi (decentralization);

14
k. Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private sector and

civil society partnership);

l. Komitmen pada pengurangan kesenjangan (commitment to reduce

inequality);

m. Komitmen pada lingkungan hidup (commitment to environmental

protection);

n. Komitmen pasar yang fair (commitment to fair market).

Menurut Tony Dwi Susanto (2018) bahwa beberapa dasar hukum dari tata

kelola pemerintahan yang baik ini mencakup:

1. Undang-Undang Administrasi Publik (AP) yang tertuang   pada   TAP  

MPR   RI   No. XI/MPR/1999   tentang   Penyelenggara Negara  yang 

bersih  dan  bebas  KKN,

2. UU  No.  28  Tahun  1999  tentang Penyelenggara  Negara  yang  bersih 

dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,

3. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,

4. PP  No.  71  Tahun  2010  tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP),

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Kemudian Tony Dwi Susanto (2018) menjelaskan penerapan 11 prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik, yaitu sebagai berikut :

1. Keterbukaan dan Transparansi (opennes and transperancy)

2. Bertanggung jawab melaksanakan (responsible)

15
3. Responsif (responsive)

4. Bertanggung-gugat (accountable)

5. Adil (fair)

6. Partisipatif (participative)

7. Efisien dan efektif (efficient and effective)

8. Kepastian dan supremasi hukum (rule of law)

9. Pembangunan berkelanjutan (sustanaible development)

10. Inovasi dan kesediaan untuk berubah lebih baik (innovation and opennes

to change)

C. Konsep Tata Kelola Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

1. Pengertian Pemerintahan Desa

Menurut Sugiman (2018 : 84) bahwa istilah desa hanya dikenal di Jawa,

sedangkan di luar Jawa misalnya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sebutan

untuk wilayah dengan pengertian serupa desa sangat beranekaragam. Sesuai

dengan asal mula terbentuknya area desa tersebut, baik berdasarkan pada prinsip-

prinsip ikatan genealogis atau ikatan teritorial dan bahkan berdasarkan tujuan

fungsional tertentu (desa petani/desa nelayan/desa penambang emas), dan

sebagainya. Pimpinan yang berwenang dalam pemerintahan desa ialah Kepala

Desa atau dengan istilah adat dengan sebutan Lurah, Kuwu, Bekel, Petinggi (Jawa

Tengah) Mandor, Lembur, Kokolot (Jawa Barat, Banten) Kejuron, Pengulu Suku,

Keucik, Pentua (Gayo, Alas, Aceh) Pengulu Andiko (Sumatera Barat)

Penyimbang, Kepala Marga (Sumatera Selatan) Orang Kaya, Kepala Desa (Hitu,

16
Ambon) Raja Penusunan (Sekitar Danau Toba) Kesair Pengulu (Karo Batak)

Parek, Klian (Bali) Marsaoleh (Gorontalo) Komelaho (Kalimantan Selatan).

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Desa Pasal 1 ayat

1. Pengertian desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sesuai ketentuan, maka desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih

secara langsung oleh, dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia

yang memenuhi persyaratan dengan masa jabatan 6 (enam) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikan. Kepala desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa

jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOT) Pemerintahan Desa, Pemerintah desa

yang dipimpin oleh kepala desa, dibantu oleh sekretaris desa dan perangkat desa.

Perangkat desa terdiri dari atas kepala-kepala urusan, yaitu pelaksana urusan dan

kepala dusun. Kepala-kepala urusan membantu sekretaris desa menyediakan data

informasi dan memberikan pelayanan. Pelaksanaan urusan adalah pejabat yang

melaksanakan urusan rumah tangga desa di lapangan. Kepala dusun adalah wakil

kepala desa di wilayahnya. Urusan rumah tangga Desa adalah urusan yang berhak

diatur dan diurus oleh pemerintah desa. Untuk mengatur, mengurus, dan

17
pengurusan urusannya, pemerintah desa membuat peraturan desa. Peraturan desa

dibuat oleh kepala desa bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa

selanjutnya disingkat BPD. Peraturan desa dilaksanakan oleh kepala desa dan

dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui BPD.

Sesuai Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja (SOT) Pemerintahan Desa, untuk melaksanakan tugasnya, kepala desa

memiliki fungsi:

a. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintahan,

penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembina

ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,

administrasi kependudukan, dan penataan, dan pengelolaan wilayah;

b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana perdesaan

dan pembangunan bidang pendidikan kesehatan;

c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban

masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan

ketenagakerjaan;

d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat di

bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga,

pemuda, olahraga, dan karang taruna; dan

e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga

lainnya.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang kemudian

diterbitkan lagi aturan pelaksanaanya melalui Peraturan Pemerintah Republik

18
Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan kesempatan kepada masyarakat

desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan persyaratan

yang diamanatkan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hal ini, desa diberikan otonomi untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat, dan nilai sosial

budaya masyarakat desa, serta menetapkan dan mengelola kelembagaan desa.

Tentunya untuk menjalankan kesemuanya itu maka pemerintah desa perlu

mendapatkan dukungan dana. Dana tersebut diperoleh dari sumber-sumber

pendapatan desa meliputi PADesa (Pendapatan Asli Desa), alokasi APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara), bagian dari PDRD kabupaten/kota, ADD

(Alokasi Dana Desa), bantuan keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota,

hibah dan sumbangan pihak ketiga, dan lain-lain pendapatan yang sah. Ini

bertujuan supaya pemerintah desa dapat memberikan pelayanan prima dengan

memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program kegiatan

pembangunan baik fisik maupun non fisik sehingga tercapai pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat desa (Nyimas Latifah Letty Aziz. 2016:

194).

Arti dari Pemerintahan Desa, terlebih dahulu harus dapat dibedakan antara

istilah pemerintah dan pemerintahan. Pemerintah adalah perangkat (organ) negara

yang menyelenggarakan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah kegiatan

yang diselenggarakan oleh perangkat negara, yaitu pemerintah. Dengan demikian

19
Pemerintahan Desa dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh perangkat atau organisasi

pemerintahan, yaitu Pemerintah Desa (Himawan Pambudi, 2001: 50) dalam Anas

Heriyanto (2015: 5).

Pasal 24 UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa penyelenggaraan

pemerintahan desa berdasarkan asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan

pemerintahan, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas,

asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efektivitas dan efisiensi, asas kearifan

lokal, asas keberagaman, dan asas partisipatif.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 23,

ditegaskan bahwa Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Pada pasal 1 ayat 3 dirumuskan bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau

yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa. Jadi Pemerintah Desa merupakan organisasi

penyelenggara Pemerintahan Desa yang terdiri atas:

1. Unsur pimpinan, yaitu Kepala Desa;

2. Unsur pembantu Kepala Desa (Perangkat Desa), yang terdiri atas:

a. Sekretariat Desa;

b. Pelaksana Kewilayahan;

c. Pelaksana Teknis.

Peraturan hukum yang mengatur tata kelola Pemerintahan Desa, yaitu

sebagai berikut:

20
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18B

ayat 2 yang berbunyi, “Negara mengakui dan menghormati kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih

hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan

Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa dalam pemahaman

dan penerapan secara komprehensif terhadap prinsip-prinsip tata pemerintahan

yang baik (good Governance) ada 10 prinsip yang dikembangkan di Indonesia

saat ini yaitu :

1. Akuntabilitas:

Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang

yang menyangkut kepentingan masyarakat.

21
2. Pengawasan:

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan

masyarakat luas.

3. Daya Tanggap:

Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan terhadap

aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

4. Profesionalisme:

Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan agar

mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya

terjangkau.

5. Efisiensi & Efektivitas:

Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung

jawab.

6. Transparansi:

Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat

melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam

memperoleh informasi.

7. Kesetaraan:

Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraannya.

8. Wawasan ke depan:

22
Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-

sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga

merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan

daerahnya.

9. Partisipasi:

Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam

menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang

menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak

langsung.

10. Penegakan Hukum:

Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa

pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai

yang hidup dalam masyarakat.

Dari 10 prinsip-prinsip good governance, maka untuk menilai tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan desa yang disesuaikan dengan karakteristik dan

kondisi secara pemerintahan desa secara umum, maka digunakan 4 indikator,

yaitu : pengawasan, daya tanggap, partisipasi dan transparansi.

D. Faktor-Faktor yang Menghambat terhadap Tata Kelola Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa

Menurut Weny A. Dungga (2017: 13) yang ditemukan dalam penelitiannya

menyatakan bahwa Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penerapan

prinsip Good Governance atau tata kelola penyelenggaraan pemerintahan desa

adalah:

23
1. Partisipasi masyarakat

Meski pemerintah desa membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan desa, tetapi belum semua masyarakat

ikut berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal ini

dikarenakan aktivitas masyarakat di desa yang juga sibuk melaksanakan

tugas mereka masing-masing, baik sebagai petani, tukang, dan pegawai

(baik pegawai swasta maupun pegawai negeri).

2. Sumber daya manusia

Latar belakang pendidikan menentukan kompetensi yang dimiliki oleh

aparat namun kenyataannya belum semua aparat desa mengenyam

pendidikan strata satu. Penempatan aparat belum didasarkan pada

kompetensi keahlian yang dimiliki oleh aparart desa. Sehingganya untuk

memaksimalkan pelaksanaan tugas pemerintahan desa, kompetensi aparat

perlu ditingkatkan.

3. Kedisiplinan

Kedisiplinan aparat desa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

belum maksimal. Masih terdapat aparat desa yang masuk kantor tidak sesuai

dengan jam yang telah ditentukan, hal ini tentunya menganggu proses

pemberian layanan kepada masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengetahui faktor-faktor penghambat

terhadap tata kelola penyelenggaraan pemerintah desa digunakan indikator

penelitian, yaitu:

24
1. Kurangnya partisipasi Masyarakat

2. Kurangnya sumber daya manusia aparat desa

3. Kurangnya kedisiplinan aparat desa.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini sesuai tujuan penelitian maka tipe penelitian yang

digunakan adalah tipe penelitian kualitatif, di mana terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya

tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Anabanua Kecamatan Barru

Kabupaten Barru.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai

bulan Desember tahun 2020 sampai bulan Februari Tahun 2021.

C. Jenis Dan Sumber data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitaitif yang

diangkakan (2016: 14).

26
2. Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang

menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal. Dalam hal ini yang

menjadi subjek dalam wawancara selaku informan adalah Staf Kantor Desa

Anabanua Kecamatan Barru, anggota BPD, dan tokoh masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Dalam hal ini

diperoleh data tersebut dari berbagai literatur– literatur, diktat kuliah dan

sumber lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016: 156) bahwa bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

interview (wawancara), observasi (pengamatan) dan dokumentasi.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam, dan jumlah respondennya sedikit/kecil

(Sugiyono 2016: 157).

27
2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja gejala-gejala alam, dan bila responden

tidak terlalu besar (Sugiyono 2016: 166).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen yang direlevansikan dengan tema penelitian. Dokumentasi

dilakukan sebagai bagian dari upaya memperoleh data dan informasi

sekunder guna mendukung data-data primer yang diperoleh di lapangan.

mencakup tata kelola pemerintahan desa yang disertai berbagai produk

perundang-undangan yang menyertainya.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan diterapkan melalui

penggunaan metode deskriptif kualitatif. Penggunaan metode deskriptif

kualitatif dimaksudkan untuk menggambarkan serta menguraikan secara

keseluruhan data yang diperoleh yang berkaitan dengan judul penelitian

secara jelas dan rinci yang kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan

dalam rumusan masalah yang diteliti. Untuk teknik analisis data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan model analisis Miles dan

Heberman dalam Amir Muhiddin (2017) dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Pengumpulan Data (Data Collection), langkah ini dilakukan setelah

penarikan kesimpulan berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, sehingga

28
diperoleh proposisi-proposisi pernyataan atau resume sebagai temuan

penelitian yang dapat berlaku secara umum.

2. Mereduksi Data (Data Reduction), langkah ini dilakukan untuk

kepentingan penyederhanaan data untuk mempertajam data yang

dibutuhkan.

3. Menyajikan Data (Data Display), langkah ini dilakukan untuk

mengorganisir data secara sistimatis sehingga membentuk suatu komponen

data yang utuh dan terpadu.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing/Verification). Langkah ini

dilakukan untuk verifikasi terhadap data yang diperoleh guna mencari

makna, mecatata keteraturan pola, hubungan sebab akibat yang mungkin

dapat dijadikan sebagai suatu kesimpulan yang sangat longgar tetap

terbuka, dan menarik kesimpulan secara final.

Gambar 1 Langkah-Langkah Analisis Data

Sumber : Miles dan Heberman dalam Amir Muhiddin (2017).

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Letak Geografis Desa Anabanua

Desa Anabanua secara geografis terletak di sebelah utara Desa palakka

Kecamatan Barru, sebelah selatan Desa Libureng Kecamatan Tanete Riaja,

sebelah timur Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja, dan sebelah barat

Kelurahan Coppo Kecamatan Barru.

Pada awalnya Desa Anabanua berasal dari pemekaran Desa Palakka

Kecamatan Barru Kabupaten Barru kemudian, Pada Tahun 1990 dibentuk

Desa persiapan Latuttu yang di pimpin oleh Kepala Desa Haruna,

kemudian pada tahun 1993 menjadi Desa devinitif dan kemudian diadakan

pemilihan Kepala Desa Pertama pada tahun 1994  dan terpilih Marhaeni

dan menjabat Kepala Desa selama 8 Tahun sejak 1994-2002, Kemudian

pada tahun 2002 diadakan lagi pemilihan Kepala Desa yang kedua dan

terpilih saudara Sahnun dan menjabat Kepala Desa selama 2 (Dua) periode

yaitu sejak tahun 2002 sampai 2014, kemudian pada tahun 2014-2017

dijabat oleh Sekertaris Desa yaitu Zaenaruddin, dan Pada Tahun 2017

diadakan lagi pemilihan Kepala Desa yang ketiga dan terpilihlah saudara

Faharuddin selama Periode 2017-2023.

30
A. Gambaran Umum Desa Anabanua

Gambar 2 peta Desa Anabanua

Secara Administratif Desa Anabanua merupakan salah satu dari 40 desa

yang berada di Kabupaten Barru. terletak di wilayah Kecamatan Barru

bagian Utara Kabupaten Barru. Kondisi wilayah Desa Anabanua

merupakan daerah pegunungan. Desa Anabanua termasuk kawasan

dataran tinggi, dengan memiliki suhu udara 28 c, dengan ketinggian ±700

m diatas permukaan laut. Di Sebelah utara Desa Anabanua berbatasan

dengan Desa Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Libureng Kecamatan Tanete Riaja

Kabupaten Barru, sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan Desa

Harapan Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, dan di sisi Barat

dengan Kelurahan Coppo Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

Gambaran Umum Desa Anabanua adalah usaha menggambarkan secara

utuh tentang kondisi Desa. Data-data yang disusun diambil dari semua

data yang tersedia dan bisa dipisahkan. Selain menggunakan data-data

yang ada gambaran umum Desa ini, dipercaya dengan data-data yang di

dapat dari hasil survey pemetaan sosial, wawancara, maupun pengamatan

31
secara langsung.

1) Letak Geografis Desa

 Disebelah utara : Berbatasan dengan Desa Palakka

 Disebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Libureng

 Disebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Coppo

 Disebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Harapan

2. Kependudukan Desa Anabanua

Berdasarkan data administrasi Pemerintah Desa Anabanua, jumlah

penduduk yang tercatat secara administrasi adalah 2202 total jiwa. Dengan

perincian penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1109 jiwa,

sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 1093 jiwa.

Berdasarkan jumlah jiwa penduduk maka akan terlihat pengelompokan

umur mulai dari usia balita (0-5 tahun), usia wajib sekolah sampai pada

usia non produktif. Usia produktif yaitu usia 15-45 tahun adalah usia yang

sangat potensial untuk menunjang aktifitas pembangunan di Desa yang

akan dilakukan. Tetapi faktor usia tidak hanya berdiri sendiri tetapi harus

ditunjang dengan kemampuan, kemauan dan keterampilan yang di miliki.

Pada pembahasan sebelumnya, pemenuhan untuk menuju pemerintahan

yang baik salah satunya yaitu dengan pembentukan kualitas sumber daya

manusia yang unggul. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

penting yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi. Klasifikasi

sumber daya manusia di Desa Anabanua yang terdiri dari potensi sumber

daya manusia, tingkat pendidikan, mata pencaharian pokok, dapat dilihat

32
pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi Potensi

Sumber Daya Manusia Desa Anabanua

A. POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA

JUMLAH

Jumlah kepala keluarga 661 KK

Kepadatan penduduk 110,10 per KM

Jumlah laki-laki 1109 Orang

Jumlah Perempuan 1093 Orang

Jumlah total 2202 Orang

33
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Desa Anabanua

B. TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 21 Orang 28 Orang

Usia 3-6 tahun yang sedang TK play grop 34 Orang 45 Orang

Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 291 Orang 268 Orang

Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 23 Orang 19 Orang

Usia 18-56 tahun pernah SD tidak tamat 39 Orang 33 Orang

Tamat SD / sederajat 381 Orang 375 Orang

Tamat SMP / sederajat 110 Orang 115 Orang

Tamat SMA / sederajat 115 Orang 75 Orang

Tamat D-2 / sederajat 4 Orang 6 Orang

Tamat D-3 / sederajat 0 Orang 5 Orang

Tamat S1 / sederajat 25 Orang 36 Orang

Tamat S2 / sederajat 0 Orang 2 Orang

Jumlah Total 2.050 Orang

34
Tabel 3. Klasifikasi Mata Pencaharian Desa Anabanua

C. MATA PENCAHARIAN

JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

Petani 475 Orang 7 Orang

Buruh Tani 4 Orang 0 Orang

Pegawai Negeri Sipil 8 Orang 15 Orang

Pedagang Barang Kelontong 0 Orang 9 Orang

TNI 1 Orang 0 Orang

POLRI 6 Orang 1 Orang

Pengusaha Kecil, Menengah dan Besar 2 Orang 1 Orang

Guru Swasta 0 Orang 9 Orang

Karyawan Perusahaan Swasta 8 Orang 1 Orang

Karyawan Perusahaan Pemerintah 2 Orang 0 Orang

Wiraswasta 115 Orang 9 Orang

Buruh Harian Lepas 1 Orang 0 Orang

JUMLAH 622 Orang 52 Orang

35
1.Visi dan Misi Desa Anabanua

A. Visi

Terwujudnya masyarakat Anabanua yang Adil, makmur dan sejahtera

melalui tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

B. Misi

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan

2. Meningkatkan dasar pelayanan masyarakat

3. Meningkatkan perekonomian masyarakat

4. Meningkatkan infra struktur Desa

5. Meningkatkan keamanan dan ketertiban Desa

2. Struktur Organisasi Tata Kerja Desa Anabanua

GAMBAR 3 STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA PEMERINTAH

DESA ANABANUAKECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU

a. Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Pemerintah Desa Anabanua

Dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Pemerintah Desa (SOTK) mulai dari Pasal 6 sampai Pasal 10 di

36
sebutkan bahwa, Kepala Desa dan Perangkat desa mempunyai tugas dan fungsi

yang di antaranya sebagai berikut:

Pasal 6 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Desa berbunyi:

1. Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin

penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

2. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa

memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan, penetapan

peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan

ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat, administrasi

kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.

2. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana perdesaan,

dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.

3. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,

partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan

ketenagakerjaan.

4. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat

di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan

keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

37
5. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga

lainnya.

Pasal 7 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa yang

berbunyi:

1. Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretariat Desa.

2. Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi

pemerintahan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2),

Sekretaris Desa mempunyai fungsi:

1. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat

menyurat, arsip, dan ekspedisi.

2. Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa,

penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,

pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.

3. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,

administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi

administrasi keuangan, dan administrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat

Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.

4. Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran

pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka

pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan

laporan.

38
Pasal 8 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Urusan (Kaur)

bidang Tata Usaha dan Umum, Keuangan dan Perencanaan berbunyi:

a. Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat.

b. Kepala urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan

administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.

Untuk melaksanakan tugas kepala urusan mempunyai fungsi:

1. Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan

ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan

ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana

perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset,

inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.

2. Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan keuangan

seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-sumber

pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi

penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa

lainnya.

3. Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan

perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,

menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring

dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.

Pasal 9 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Pemerintahan,

Kesejahteraan Rakyat dan Pelayanan berbunyi:

1. Kepala seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis.

39
2. Kepala seksi bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas

operasional.

Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi mempunyai fungsi:

1. Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan manajemen tata

praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah

pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah,

serta pendataan dan pengelolaan Profil Desa.

2. Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan

sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan

tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,

lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang

taruna.

3. Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan

motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan

upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat,

keagamaan, dan ketenagakerjaan.

Pasal 10 menjelaskan tentang Tugas dan Fungsi Kepala Urusan

Kewilayahan / Kepala Dusun (Kadus) berbunyi:

1. Kepala Kewilayahan atau Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur satuan

tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan

tugasnya di wilayahnya.

40
Untuk melaksanakan tugas Kepala Kewilayahan/Kepala Dusun memiliki

fungsi:

1. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan

masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.

2. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.

3. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan

dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.

4. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

B. Hasil Penelitian

Kehadiran Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diharapkan

merubah kedudukan desa menjadi lebih kuat. Desa akan diberikan otonomi untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat

istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa, serta menetapkan dan mengelola

kelembagaan desa. Perubahan UU desa tersebut diharapkan selain bertujuan

supaya pemerintah desa dapat memberikan pelayanan prima dan memberdayakan

masyarakat secara maksimal, tetapi juga dapat menyelenggarakan tata kelola

pemerintahan desa yang baik (good goovernance).

Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten

Barru dan Faktor-faktor apa yang menghambat tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

41
Untuk mengetahui bagaimana tata kelola penyelenggaraan pemerintahan di Desa

Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru digunakan 10 indikator penelitian,

namun karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian kemudian disesuaikan

dengan karakteristik lokasi penelitian, maka hanya digunakan 4 indikator

penelitian, yaitu: pengawasan, daya tanggap, partisipasi dan transparansi.

Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten

Barru, digunakan indikator penelitian yaitu:

1. Kurangnya partisipasi masyarakat,

2. Kurangnya sumber daya manusia aparat desa, dan

3. Kurangnya kedisiplinan aparat desa.

Setelah dilakukan wawancara, observasi dan dokumentasi, penulis akhirnya

menemukan beberapa hasil penelitian. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian

yang disusun sesuai dengan indikator penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Tata Kelola Penyeleggaraan Pemerintah di Desa Anabanua

a. Pengawasan

Pengawasan yang dilaksanakan oleh orang atau badan yang ada di dalam

lingkungan unit lembaga atau organisasinya bertujuan untuk menjaga dan

mencegah penyalahgunaan wewenang dan penyalahgunaan anggaran. Bentuk

pengawasan yang dilaksanakan di desa Anabanua adalah termasuk tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan desa dan pengelolaan anggaran.

42
Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemerintahan desa dalam aspek

pengawasan, telah dilakukan wawancara dengan bapak Kepala Desa Anabanua

yang mengatakan bahwa :

“Menurut saya pengawasan terhadap tata kelola pemerintahan dan


pengelolaan anggaran sudah sudah berjalan sesuai dengan sistem, seluruh
lembaga di Desa Anabanua termasuk BPD sudah harus dilibatkan semua
kedalam penyelenggaraan pemerintah desa bahkan penegak-penegak
hukum seperti kejaksaan dan kepolisian sudah ikut turun tangan dalam
memantau pengawasan”.(Hasil wawancara dengan Faharuddin selaku
Kepala Desa Anabanua, 23 Januari 2021).

Berdasarkan pernyataan diatas, menandakan adanya keterlibatan seluruh

lembaga yang ada di desa termasuk BPD untuk turun melihat dan menilai

jalannya tata kelola pemerintahan desa termasuk pengeloaan anggaran. Salah satu

tugas anggota BPD adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya tata kelola

pemerintahan. Dengan adanya kerja sama antar Lembaga Pemerintah Desa, BPD

dan lembaga lembaga di desa lainnya sudah sesuai dengan amanah Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Menjawab pertaayaan yang sama terkait dengan pengawasan telah

dilakukan wawancara dengan kepala Dusun Allejang mengatakan :

“Lembaga yang bertugas melakukan pengawasan di desa adalah BPD. Namun


dalam praktenya bentuk pengawasan pemerintahan desa sebelum UU Nomor 6
Tahun 2014 dalam konteks tata kelola pemerintahan hanya lebih berfokus pada
pengawasan keuangan saja. Artinya, k egiatan-kegiatan yang lain tidak dalam
bentuk pengawasan misalnya kegiatan sosial pembangunan, bentuk
pengawasan hanya sekedar dilihat secara langsung tapi tidak dalam bentuk
sebuah laporan tertulis. Namun setelah UU Nomor 6 Tahun 2014 dterapkan
sistem pengawasan mengalami perubahan. Salah satunya adalah peran
anggota BPD semakin diperkuat dalam pengawasan jalannya pemrintahan
desa termasuk ketua BPD ikut menandatangani penetapan anggaran desa ”.
(Hasil wawancara dengan Mussing selaku Kepala Dusun Allejang, 11
Desember 2020).

43
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa pengawasan BPD

yang dilaksanakan pemerintah desa sebelum dterapkan UU Nomor 6 Tahun 2014

lebih memfokuskan pada satu kegiatan saja sehingga tata kelola penyelenggaraan

pemerintah desa di Desa Anabanua dalam pelaksanaan program-program tidak

dijalankan secara merata. Pengawasan yang dilakukan yaitu pengawasan

keuangan. Bentuk pengawasan dalam bentuk tertulis yang dimaksud adalah

pengawasan pada anggaran pemerintah saja khususnya untuk melaksanakan

pembangunan yang menggunakan dana. Namun setelah UU Nomor 6 Tahun 2014

dterapkan sistem pengawasan mengalami perubahan. Salah satunya adalah peran

anggota BPD semakin diperkuat dalam pengawasan jalannya pemerintahan desa,

termasuk ketua BPD ikut menandatangani penetapan anggaran desa. Hal ini

menandai bahwa dalam menjalankan peran dan fungsi, BPD bukan saja sebagai

mitra pemerintah desa yang ikut menyetujui anggaran, tetapi juga ikut

bertanggungjawab dalam menjalankan pengawasan jalannya pemerintahan desa

secara keseluruhan.

b. Daya Tanggap

Tata kelola penyelenggaraan pemerintah desa dalam mewujudkan

pemerintahan yang baik salah satu yang harus dijalankan adalah adanya daya

tanggap terhadap seluruh aspirasi masyarakat Desa, aspirasi masyarakat adalah

keinginan nyata yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat sesuai

perkembangan zaman. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Seni

(IPTEKS) telah membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat. Salah

satu yang mengalami perubahan mendasar adalah meningkatnya kebutuhan hidup

44
mereka sehingga melahirkan aspirasi mereka yang pada umunya disampaikan

kepada pemerintah terdekat.

Oleh karena itu sebagai pemerintah terdekat dan sebagai ujung tombak yang

paling dekat dengan masyarakat, maka pemerintah desa harus mampu

menanggapi sekaligus memberi solusi terhadap apa yang menjadi aspirasi

masyarakat yang berkembang. Sebaliknya jika pemerintah desa tidak mampu

memberi respon sesuai aspirasi masyarakat, maka lambat laun akan mendapat

respon negatif dari masyarakat yang pada gilirannya pemerintah desa akan kurang

mendapat kepercayaan dari masyarakatnya sendiri.

Begitu pula di Desa Anabanua dalam hal ini sangat merespon aspirasi

masyarakat yang berkembang. Aspirasi masyarakat yang dimaksud adalah

aspirasi yang muncul pada saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrembang).

Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemerintahan desa dalam aspek

daya tanggap, telah dilakukan wawancara dengan salah seorang tokoh

masyarakat, dan memberi tanggapan:

“Saya selaku warga desa sering diundang dalam rapat, termasuk dalam rapat
Musrembang desa. Saya sangat menghargai karena diberi kesempatan untuk
menyampaikan aspirasi masyarakat. Jadi saya leluasa menyampaikan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, termasuk jika ada keluhan-keluhan
masyarakat dan pihak pemerintah desa merespon ini semua” (Hasil
wawancara dengan Rahmawati, S.Pd selaku masyarakat Desa Anabanua, 10
Desember 2020).

Apa yang disampaikan oleh tokoh masyarakat tersebut memberi indikasi

bahwa Pemerintah Desa Anabanua telah memiliki daya tanggap terhadap semua

aspirasi masyarakat. Daya tanggap ini diperlihatkan pada setiap kegiatan rapat

45
apalagi pada saat Musrembang. Dengan demikian masyarakat merasa dihargai

kerena telah diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi, kebutuhan dan

bahkan keluhan-keluhannya.

Selain itu terkait dalam aspek daya tanggap, berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa dalam Musrembang masyarakat

dapat menyampaikan inisiatif – inisiatif mulai dari tingkat bawah sampai tingkat

atas, dikarenakan ada beberapa rapat – rapat yang menetapkan unsur – unsur

masyarakat, mulai dari RT terus kepala dusun, juga sudah ada kepedulian dari

pemerintah dengan memberikan intensif meskipun intensif yang diberikan

pemerintah belum sesuai dengan yang seharusnya diterima oleh para lembaga

rukun tetangga (RT) Desa Anabanua. Sebelum terbitnya Undang – Undang

Nomor 6 Tahun 2014 RT hanya mendapat gaji ketika adanya kegiatan pesta dan

penjualan hewan, penerapan kebijakan UU Nomor 6 Tahun 2014 pemerintah

lebih memperhatikan RT dan PKK dan lembaga-lembaga lainnya di desa.

c. Transparansi

Transparansi sebagaimana dimaksud adalah adanya hubungan timbal balik

antara pemerintah dan masyarakat guna memperoleh suatu informasi yang dibuat

oleh pemerintah agar masyarakat dapat memperoleh informasi tersebut.

Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup akurat dan tepat waktu

tentang kebijakan yang dikeluarkan. Dengan ketersediaan informasi seperti ini

masyarakat di Desa Anabanua dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan

yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat serta

46
mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan

menguntungkan salah satu kelompok masyarakat.

Disamping itu, transparansi sangat dibutuhkan agar penyelenggaraan

pemerintah desa dapat berjalan secara efektif. Sejalan dengan hal ini informan

beranggapan mengenai bagaimana hubungan timbal balik antara masyarakat dan

pemerintah desa setelah penerapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 di Desa

Anabanua mengatakan bahwa:

“Sekarang dengan berlakunya UU Nomor 6 Tahun 2014 sudah dilakukan


sosialisasi dan bahkan ada beberapa pertemuan – pertemuan yang dilakukan
untuk menyampaikan program dan aspirasi – aspirasi masyarakat yang
dilakukan dimana setiap ada acara seperti di acara perkawian dan di
masjid.” (Hasil wawancara dengan Asdi Asriadi, S.Pd, 10 Desember 2020).

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa adanya perbedaan yang

mencolok antara sebelum dan sesudah berlakunya Undang – Undang Nomor 6 Tahun

2104. Sosialisasi tersebut menciptakan keterlibatan masyarakat dalam tata kelola

penyelenggaraan pemerintah Desa di Desa Anabanua sesudah berlakunya Undang –

Undang Nomor 6 Tahun 2014.

Selain itu Pemerintah Desa Anabanua dalam menjalankan transparansi tata

kelola pemerintahan desa, juga melakukan sosialisai di tempat-tempat umum, tempat

ibadah dan dalam setiap kegiatan rapat. Dalam sosialisasi ini disampaikan kepada

masyarakat tentang beberapa program pemerintah desa termasuk pengelolaan

anggaran desa yang disesuaikan dengan berbagai aspirasi masyarakat.

d. Partisipasi

Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam

pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

47
Keterlibatan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi

masyarakat dalam setiap pelaksanaan pemerintahan dan pemabangunan adalah hal

yang sangat penting karena mereka bukan saja berperan sebagai objek

pembangunan tetapi juga berperan sebagai pelaku dari pemabgnunan itu sendiri,

Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat di dibutuhkan dalam memperkuat

demokrasi dan jalannya tata kelola pemrintahan yang baik.

Untuk mengetahui bagaimana tata kelola pemerintahan di desa Anabanua

dalam hal partisipasi masyarakat, telah dilakukan wawancara dengan salah

seorang warga, memberi penjelasan:

“Dalam merencanakan pembangunan desa dilaksanakan berdasarkan


rencana kerja yang telah di sepakati bersama anggota BPD sebagai wakil
masyarakat yanng sebelumnya telah dialkukan musyawarh mulai dari
perencanaan dari tingkat bawah sampai ke tingkat atas RT, Dusun, Desa,
Kecamatan. Dan ketika sudah ada perencanaan tersebut, selanjutnya ada
warga masyarakat yang ditunjuk menjadi wakil untuk membahas
perencanaan selanjunya. Ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi
penting dalam perencanaan pembangunan desa. Begitu juga dalam
pelaksanaan dan evaluasi pembangunan, masyarakat selalu dilibatkan oleh
pemerintah desa”. (Hasil wawancara dengan ibu Asmah, selaku masyarakat
dusun Banga - Bangae11 Januari 2021).

Berdasarkan pendapat di atas, perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di

Desa Anabanua adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan. Keterlibatan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan desa tersebut, karena

didukung oleh adanya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Komunikasi tersebut memberikan hal yang cukup baik yang dapat memajukan

dan meningkatkan tercapainya tujuan yang diinginkan oleh masyarakat setempat.

48
2. Faktor–Faktor Penghambat Tata Kelola Penyelenggaraan Pemerintahan

di Desa Anabanua

a. Kurangnya Partisipasi Masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah desa membuka ruang bagi

keterlibatan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa, tetapi

belum semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan di Desa anabanua. Penerapan Prinsip Pemerintahan yang baik

(Good Governance) dalam tata kelola Pemerintahan Desa Anabanua Di

Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Hal ini dikarenakan aktivitas masyarakat di

desa yang juga sibuk melaksanakan tugas mereka masing-masing, baik sebagai

petani, tukang, dan pegawai (baik pegawai swasta maupun pegawai negeri).

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat tata kelola pemerintahan

di Desa Anabanua, telah dilakukan wawancara dengan salah seorang tokoh

perempuan yang memberi tanggapan :

“Sebelum UU Nomor 6 Tahun 2014 keterlibatan masyarakat sangat kurang


, ini dibuktikan bahwa dalam penyusunan rencana kerja pemerintah desa
dilaksanakan secara internal (kantor) tanpa melibatkan unsur – unsur yang
terkait seperti masyarakat padahal Masyarakat jangan menjadi asing dan
atau terasing di daerahnya sendiri. Masyarakat harus menjadi tuan rumah
dirumahnya sendiri”. Namun setelah UU desa diterapkan partisipasi
masyarakat semakin tinggi dan mamfaatnya telah dinikmati oleh
masyarakat sendiri (Hasil wawancara dengan ibu Chaeriani selaku
masyarakat Desa Anabanua, 13 Desember 2020).

Dari pernyataan di atas dapat dilihat keterlibatan masyarakat sangatlah

berperan penting dalam struktur pemerintahan sebagaimana lazimnya suatu

wilayah administratif. Di desa Anabanua sebelum diterapkan UU Nomor 6 Tahun

49
2014 keterlibatan masyarakat sangat kurang. Penyusunan rencana kerja

pemerintah desa masih dilaksanakan secara internal (kantor) tanpa melibatkan

unsur – unsur yang terkait seperti masyarakat sehingga masyarakat jmenjadi

asing dan atau terasing di daerahnya sendiri. Namun setelah UU desa diterapkan

partisipasi masyarakat semakin tinggi dan manfaatnya telah dinikmati oleh

masyarakat sendiri.

Selanjutnya dari pernyataan di atas pula dapat dipahami bahwa keterlibatan

partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan menjadi prasyarat yang sangat

penting. Tanpa adanya peran aktif masyarakat dalam pemerintahan dan

pembangunan, maka pelaksanaannya hampir dapat dipastikan akan mengalami

kegagalan. Oleh karena itu partisipasi masyarakat di Desa Anabanua menjadi

pendukung utama terhadap suksesnya pelaksanaan tata kelola pemerintahan,

sebaliknya kurangnya partisipasi masyarakat akan menjadi penghambat

pelaksanaan tata kelola pemerintahan.

b. Kurangnya Sumber Daya Manusia Aparat Desa

Dari hasil pengamatan dilapangan, diketahui bahwa dalam mengelola

administrasi desa, aparat desa sudah dan masih berusaha untuk terus

menyelenggarakan pemerintahan secara profesional, tanpa benturan kepentingan,

pengaruh atau tekanan dari pihak lain, sehingga bisa mewujudkan tata kelola

administrasi yang baik dan membawa desa menjadi desa yang berhasil. Meskipun

masih ada beberapa administrasi yang belum bisa diterapkan ini menjadi alasan

yang memacu aparat desa untuk bekerja lebih keras agar bisa menerapkan semua

administrasi desa.

50
Dalam pengelolaan administrasi desa di Desa Anabanua, didapati bahwa

belum sesuai dengan Peraturan yang berlaku yang mengacu pada

PERMENDAGRI Nomor 47 Tahun 2016 karena masih ada administrasi desa

yang belum diterapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun

penyebabnya sehingga administrasi desa ini belum semua bisa diterapkan adalah

karena kurangnya alat-alat penunjang yang dibutuhkan, seperti komputer, printer

dan lain-lain, kemudian kurangnya kemampuan atau sumber daya manusia

sehingga pengelolaan administrasi belum bisa dilakukan secara maksimal, dan

kurangnnya sosialisasi, BIMTEK, pengawasan serta evaluasi dari pemerintah

kabupaten sehingga dalam pengelolaan administrasi masih belum semua bisa

diterapkan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga Desa Anabanua

berikut ini:

“Pelayanan yang diberikan oleh staf Desa masih terkesan lambat karena
kurangnya kemampuan aparat Desa disebabkan kebanyakan staf Desa
honor belum mengerti cara mengaplikasikan komputer sehingga kami harus
mengantri lama”. (Hasil wawancara dengan ibu Asma selaku masyarakat,
11 Januari 2021).

Dari informan di atas dapat dilihat bahwa yang menjadi penyebab

kurangnya kemampuan sumber daya manusia aparat desa yaitu latar belakang

pendidikan dan pengalaman kerja yang masih kurang. belum semua aparat desa

mengenyam pendidikan strata satu (S1). Penempatan aparat belum didasarkan

pada kompetensi keahlian yang dimiliki oleh aparart desa. Sehingga untuk

memaksimalkan pelaksanaan tugas pemerintahan desa, kompetensi aparat perlu

ditingkatkan.

51
Berdasarkan tanggapan informan tersebut dapat pula diketahui bahwa

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh aparat desa belum maksimal.

Beberapa faktor penyebab adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung dan

masih kurangnya sumber daya manusia aparat desa Anabanua. Jika kemampuan

SDM aparat desa dapat ditingkatkan akan meningkatkan kinerja dalam pelayanan,

sebaliknya jika dibiarkan seperti itu akan sulit melaksanakan pelayanan secara

optimal. Oleh karena itu kurangnya SDM ini akan menjadi penghambat dalam

pelaksanaan tata kelola pemerintahan di Desa Anabanua.

c. Kurangnya Kedisiplinan Aparat Desa

Kedisiplinan berasal berasal dari kata latin "discipline" yang berarti latihan

atau pendidikan kesopanan dan keharmonian serta pengembangan tabiat. Definisi

tersebut jelas sekali bahwa arah dan tujuan disiplin pada dasarnya adalah

keharmonisan dan kewajaran, kehidupan kelompok, baik organisasi formal

maupun non formal. Kedisiplinan merupakan keadaan tertib dimana orang-orang

yang tergabung dalam organisasi induk pada peraturan-peraturan yang telah ada

dengan rasa senang hati. Kedisiplinan adalah suatu keadaan dimana seseorang

mampu melakukan peraturan yang ada, agar kedisiplinan berjalan dengan baik

seperti dalam berpakaian. Disiplin mengikuti jam masuk, istirahat dan pulang,

melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, para pegawai tersebut

hendaklah menjalankannya dengan penuh kesadaran.

Sikap disiplin dikantor Desa dapat dilihat dari tata tertib kantor desa

melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, melakukan sesuatu tanpa

52
ada paksaan dari siapapun dan taat dalam menjalankan tugas dan fungsi perangkat

desa.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap tata kelola

pemerintahan di Desa Anabanua, penulis mendapat penjelasan dari bapak kepala

Desa Anabanua bahwa:

“Aparatur desa terdiri dari beranggotakan 14 (empat belas) orang


diantaranya. Kinerja dari pemerintahan Desa Anabanua masih kurang
diantaranya tentang kedisiplinan dari aparatur desa, banyak dari aparatur
desa yang jarang masuk kerja. Dari penyelesaian tugas masih belum baik,
seperti tugas profil desa yang masih belum selesai dikerjakan.”(Hasil
wawancara dengan Faharuddin selaku Kepala Desa Anabanua, 23 Januari
2021).

Dari hasil wawancara dengan informan diatas, dapat dilihat dari kinerja

aparatur Desa Anabanua masih kurang bagus dilihat dari kedisiplinan masuk di

jam kerja, bisa dilihat dari kantor balai desa. Bisa dihitung berapa orang yang

hadir, terkadang juga ada yang tidak hadir dikantor balai Desa. Kinerja dari

aparatur Desa masih sangat kurang, mulai dari keefektifan jam kantor yang

harusnya jam 08:00 sampai jam 04:00 tapi kenyataan dilapangan kadang belum

buka, kadang juga tidak sampai jam 04:00 sore sudah tutup dan juga tidak

keseluruan dari aparatur Desa hadir di kantor Desa atau balai Desa. Dan juga

mengenai kordinator antar perangkat satu dengan yang lain masih belum

terbentuk, sehingga mengakibatkan job dari perangkat tidak teratur seperti bagian

pemerintahan mengurusi masalah sosial atau yang sosial mengurusi bagian

pemerintahan, hal itu biasanya terbentuk karena adanya dominasi dari kepala Desa

yang masih melekat di pemerintah Desa, contohnya ketika kepala Desa menyuruh

bawahan untuk mengerjakan laporan tentang keuangan, yang disuruh yang ada di

53
kantor bukan orang yang bertanggung jawab bagian itu, sehingga kerancuan kerja

terjadi.

Dari penjelasan Kepala Desa tersebut di atas dapat dilihat bahwa begitu

pentingnya kedisiplinan aparat desa dalam menjalankan tugas. Setelah penerapan

UU Desa dan beberapa regulasi desa lainnya telah menentukan adanya

peningkatan kesejahteraan melalui penentuan penghasilan aparat desa setiap

bulannya. Dengan adanya berbagai regulasi tersebut, maka Idealnya kedisiplinan

aparat desa harus dapat ditingkatkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Sebaliknya jika aparat desa kurang disiplin akan menghambat jalannya tata kelola

pemerintahan yang baik.

2. Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan memaparkan tentang apa yang menjadi fokus

penelitian pada bab yang telah diuraikan yaitu tentang tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang kemudian diterbitkan lagi aturan

pelaksanaannya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa memberikan kesempatan kepada masyarakat desa untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan persyaratan yang

diamanatkan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hal ini, desa diberikan otonomi untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat, dan nilai sosial

54
budaya masyarakat desa, serta menetapkan dan mengelola kelembagaan desa.

Tentunya untuk menjalankan kesemuanya itu maka pemerintah desa perlu

mendapatkan dukungan dana. Dana tersebut diperoleh dari sumber-sumber

pendapatan desa meliputi PADesa (Pendapatan Asli Desa), alokasi APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara), bagian dari PDRD kabupaten/kota, ADD

(Alokasi Dana Desa), bantuan keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota,

hibah dan sumbangan pihak ketiga, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Hal ini bertujuan supaya pemerintah desa dapat memberikan pelayanan

prima dengan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

program kegiatan pembangunan baik fisik maupun non fisik sehingga tercapai

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Disini sangat

penting memperhatikan bagaimana tata kelola penyelenggara Pemerintahan Desa

Anabanua digunakan untuk pengembangan pemerintahan Desa tersebut kearah

yang lebih baik. Begitupun aparatur Desa harus pandai melihat faktor-faktor apa

saja yang bisa menghambat masyarakat untuk tidak mencapai kepuasan, itu semua

harus mampu diatasi oleh aparatur Desa supaya masyarakat bisa merasakan

kepuasan terutama dalam menerima pelayanan.

1. Tata kelola penyelenggara pemerintahan Desa Anabanua Kecamatan

Barru Kabupaten Barru

a. Pengawasan

Pengawasan yang dilaksanakan pemerintah desa sebelum penerapan UU Desa

hanya memfokuskan pada satu kegiatan saja sehingga tata kelola penyelenggaraan

pemerintah Desa di Desa Anabanua program-program tidak dijalankan secara

55
merata. Pengawasan yang dilakukan yaitu pengawasan keuangan. Bentuk

pengawasan dalam bentuk tertulis yang dimaksud adalah pengawasan pada

anggaran pemerintah saja khususnya untuk melaksanakan pembangunan yang

menggunakan dana. Namun stelah UU Desa diterapkan pengawasan anggota BPD

semakin meningkat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi

pelaksanaan pembangunan serta pengawasan terhadap tata kelola pemerintahan

desa.

Berdasarkan penjelasan kepala desa menandakan adanya keterlibatan

seluruh lembaga yang ada di desa termasuk BPD untuk turun melihat dan menilai

jalannya tata kelola pemerintahan desa termasuk pengeloaan anggaranu. Tugas

anggota BPD adalah melakukan pengawasan terhadap jalan tata kelola

pemerintahan. Dengan adanya kerja sama antar Lembaga Pemerintah Desa, BPD

dan lembaga lembaga di desa lainnya sudah sesuai dengan amanah Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Kemudian berdasarkan penjelasan kepala Dusun Allejang dapat dipahami

bahwa pengawasan BPD yang dilaksanakan pemerintah Desa sebelum dterapkan UU

Nomor 6 Tahun 2014 lebih memfokuskan pada satu kegiatan saja sehingga tata kelola

penyelenggaraan pemerintah desa di Desa Anabanua dalam pelaksanaa program-

program tidak dijalankan secara merata. Pengawasan yang dilakukan yaitu

pengawasan keuangan. Bentuk pengawasan dalam bentuk tertulis yang dimaksud

adalah pengawasan pada anggaran pemerintah saja khususnya untuk melaksanakan

pembangunan yang menggunakan dana. Namun setelah UU Nomor 6 Tahun 2014

dterapkan sistem pengawasan mengalami perubahan. Salah satunya adalah peran

anggota BPD semakin diperkuat dalam pengawasan jalannya pemerintahan desa,

56
termasuk ketua BPD ikut menandatangani penetapan anggaran desa. Hal ini

menandai bahwa dalam menjalankan peran dan fungsi, BPD bukan saja sebagai mitra

pemerintah desa yang ikut menyetujui anggaran, tetapi juga ikut bertanggungjawab

dalam menjalankan pengawasan jalannya pemerintahan desa secara keseluruhan.

b. Daya Tanggap

Berdasarkan penjelasan oleh tokoh masyarakat memberi indikasi bahwa

Pemerintah Desa Anabanua telah memiliki daya tanggap terhadap semua aspirasi

masyarakat. Daya tanggapa ini diperlihatkan pada setiap kegiatan rapat apalagi

pada saat Musrembang sehingga masyarakat merasa dihargai kerena telah diberi

kesempatan menyalurkan aspirasinya.

Kemudian berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis diketahui

bahwa dalam Musrembang masyarakat dapat menyampaikan inisiatif – inisiatif

mulai dari tingkat bawah sampai tingkat atas, dikarenakan ada beberapa rapat –

rapat yang menetapkan unsur – unsur masyarakat, mulai dari RT terus kepala

dusun, juga sudah ada kepedulian dari pemerintah dengan memberikan insentif

meskipun intensif yang diberikan pemerintah belum seberapa.

c. Transparansi

Pada prinsip ketiga ini dalam good governance yaitu transparansi yang

diartikan menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan

masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam

memperoleh informasi. Transparansi yang terjadi di Desa Anabanua bisa

dikatakan tertutup sebab informasi program pemerintah terkadang sudah berjalan

barulah masyarakat mengetahuinya.

57
d. Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam setiap pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan adalah hal yang sangat penting karena mereka bukan saja berperan

sebagai objek pembangunan tetapi juga berperan sebagai pelaku dari

pembangunan itu sendiri.

Berdasarkan tanggapan dari ibu Asma, dapat diketahui bahwa perencanaan

pembangunan yang dilaksanakan di Desa Anabanua dapat terlihat dalam

keterlibtan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

pelaksanaan pembangunan. Keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

proses pembangunan desa tersebut, karena didukung oleh adanya komunikasi

yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan dari beberapa pembahasan di atas yang disusun sesuai dengan

indikator penelitian yang digunakan, dapat digambarkan bahwa tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan di Desa Anabanua secara umum sudah berjalan

dengan cukup baik, meskipun masih terdapat beberapa hal yang perlu

ditingkatkan.

2. Faktor–Faktor Penghambat Tata Kelola Penyelenggaraan Pemerintahan

di Desa Anabanua

a. Kurangnya Partisipasi Masyarakat

Pemerintah desa membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam proses

penyelenggaraan pemerintah Desa, tetapi belum semua masyarakat ikut

berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Desa anabanua. Hal

ini dikarenakan dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di desa yang juga sibuk

58
melaksanakan tugas mereka masing-masing, baik sebagai petani, tukang, dan

pegawai (baik pegawai swasta maupun pegawai negeri).

Berdasarkan keterangan dari ibu Ani selaku masyarakat Desa dapat

dipahami bahwa Di desa Anabanua sebelum diterapkan UU Nomor 6 Tahun 2014

keterlibatan masyarakat sangat kurang. Penyusunan rencana kerja pemerintah desa

masih dilaksanakan secara internal (kantor) tanpa melibatkan unsur – unsur yang

terkait seperti masyarakat sehingga masyarakat menjadi asing dan atau terasing di

daerahnya sendiri. Namun setelah UU desa diterapkan partisipasi masyarakat

semakin tinggi dan manfaatnya telah dinikmati oleh masyarakat sendiri. Oleh

karena itu partisipasi masyarakat di Desa Anabanua menjadi pendukung utama

terhadap suksesnya pelaksanaan tata kelola pemerintahan, sebaliknya kurangnya

partisipasi masyarakat akan menjadi penghambat pelaksanaan tata kelola

pemerintahan.

b. Kurangnya Sumber Daya Manusia Aparat Desa

Dari hasil pengamatan dilapangan, diketahui bahwa dalam mengelola

administrasi desa, aparat desa sudah berusaha untuk terus menyelenggarakan

pemerintahan secara profesional, tanpa benturan kepentingan, pengaruh atau

tekanan dari pihak lain, namun dalam prakteknya masih ada beberapa administrasi

desa yang belum bisa diterapkan ini menjadi alasan yang memacu aparat desa

untuk bekerja lebih keras.

Berdasarkan penjelasan dari ibu Asma selaku masyarakat diketahui bahwa

penyebab utama masih adanya sebagian administrasi desa yang belum

terselesaikan itu karena dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan aparat Desa

59
yang dilatarbelakangi oleh pendidikan yang masih rendah yang pada umumnya

belum sarjana dan juga sarana dan prasarana yang belum lengkap. Faktor lain

adalah penempatan aparat belum didasarkan pada kompetensi keahlian yang

dimiliki oleh aparat Desa. Sehingganya untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas

pemerintahan Desa, kompetensi aparat perlu ditingkatkan.

Jika kemampuan SDM aparat desa dapat ditingkatkan akan meningkatkan

kinerja dalam pelayanan, sebaliknya jika dibiarkan seperti itu akan sulit

melaksanakan pelayanan secara optimal. Oleh karena itu kurangnya SDM ini

menjadi penghambat dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan di Desa

Ananbanua.

c. Kurangnya Kedisiplinan Aparat Desa

Kedisiplinan merupakan keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung

dalam organisasi induk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa

senang hati. Kedisiplinan adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu

melakukan peraturan yang ada, agar kedisiplinan berjalan dengan baik seperti

dalam berpakaian. Disiplin mengikuti jam masuk, istirahat dan pulang,

melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, para pegawai tersebut

hendaklah menjalankannya dengan penuh kesadaran. Sikap disiplin dikantor Desa

dapat dilihat dilaksanakannya semua aturan kantor desa, melakukan pekerjaan

dengan penuh tanggung jawab, melakukan sesuatu tanpa ada paksaan dari

siapapun dan taat dalam menjalankan tugas dan fungsi perangkat desa.

Berdasarkan keterangan dari bapak Faharuddin selaku Kepala Desa Anabanua,

diktahui bahwa kinerja aparatur Desa Anabanua masih kurang bagus dilihat dari

60
kedisiplinan masuk di jam kerja, bisa dilihat dari kantor balai desa. Bisa dihitung

berapa orang yang hadir, terkadang juga ada yang tidak hadir dikantor balai Desa.

Masuk kantor seharusnya dari jam 08:00 sampai jam 04:00 tapi kenyataan

dilapangan kadang belum buka, kadang juga tidak sampai jam 04:00 sore sudah

tutup dan juga tidak keseluruan dari aparatur Desa hadir di kantor Desa atau balai

Desa. Begitu pula belum ada keterauturan perangkat desa antara yang satu

dengan yang lain sehingga mengakibatkan job dari perangkat tidak teratur seperti

bagian pemerintahan mengurusi masalah sosial atau bagaian sosial mengurusi

bagian pemerintahan.

Setelah penerapan UU Desa dan beberapa regulasi desa lainnya telah

menentukan adanya peningkatan kesejahteraan melalui penentuan penghasilan

aparat desa setiap bulannya. Dengan adanya berbagai regulasi tersebut, maka

idealnya kedisiplinan aparat desa harus dapat ditingkatkan dalam menjalankan

tugas dan fungsinya. Sebaliknya jika aparat desa kurang disiplin akan

menghambat jalannya tata kelola pemerintahan yang baik.

Berdasarkan dari beberapa pembahasan di atas, maka dapat digambarkan

bahwa faktor-faktor yang menghambat terhadap tata kelola pemerintahan yang

baik di Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru adalah: Kurangnya

partisipasi masyarakat, kurangnya sumber daya manusia aparat desa dan

kurangnya kedisiplinan aparat desa.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan penelitian melalui pengumpulan data dan analisis data

berdasarkan indikator penelitian yang digunakan, akhirnya dapat ditarik

kesimpulan seluruh hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Tata kelola penyelenggaran pemerintah di Desa Anabanua Kecamatan Barru

Kabupaten Barru secara umum sudah berjalan cukup baik

2. faktor-faktor yang menghambat terhadap tata kelola pemerintahan yang baik di

Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru adalah: Kurangnya

partisipasi masyarakat, kurangnya sumber daya manusia aparat desa dan

kurangnya kedisiplinan aparat desa.

B. Saran

1. Agar tata kelola penyelenggaran pemerintahan di Desa Anabanua Kecamatan

Barru Kabupaten Barru dapat lebih ditingkatkan, maka disarankan agar

Pemerintah Desa Anabanua berupaya meningkatkan kemampuan aparat desa

melalui pendiikan dan pelatihan

2. Faktor-faktor yang menghambat tata kelola penyelenggaran pemerintahan di

Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru, disarankan agar dijadikan

bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan penyelenggaaraan pemerintahan

demi kesejahteraan masyarakat desa.

62
3. penyelenggaraan pemerintah desa di Desa Anabanua kecamatan Barru

Kabupaten Barru.

4. Aparat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan harus dilakukan secara

transparan agar masyarakat dapat mengetahui apa yang dikerjakan oleh

pemerintah dan masyarakat juga bisa mengawal jalannya pemerintahan di

Desa Anabanua.

63
DAFTAR PUSTAKA

Amir Muhiddin. 2017. Disertasi. Evaluasi Kebijakan Publik. (Studi Kesiapan

Desa Menerima Dana Desa Di Kabupaten Gowa). Pascasarjana

Universitas Negeri Makassar.

Abd Mu’id Aris Shofa. 2015. Dari Desentralisasi Hingga Good Governance:

Antara Harapan Dan Realitas. Jurnal Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 1, Pebruari 2015.

Bappenas. 2004. Menumbuhkan Kesadaran Tata Kepemerintahan yang baik,

Jakarta: Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata

Kepemerintahan yang Baik.

Tim Penyusun. 2019. Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi.

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Al Gazali Barru. Barru.

I. Nyoman, Sumaryadi, (2010), Sosiologi Pemerintahan; Dari Perspektif

Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem Kepemimpinan

Pemerintahan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

H. Rahyunir Rauf 2017. Perubahan Kedudukan Kelurahan Dari Perangkat

Daerah Menjadi Perangkat Kecamatan. Wedana Jurnal Pemerintahan,

Politik dan Birokrasi Vol. III Nomor 1 April 2017.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2020). (https://kbbi.web.id/tata) diakses tanggal

15 Agustus 2020

64
Kostadia Yunita San Roja. 2017. Skripsi. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam

Penanggulangan Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Mifta Farid dkk. 2017. Kewenangan Pemerintah Daerah dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Daerah. e-Journal Lentera Hukum,

Vol. 4, No. 2 (University of Jember.

Muh. Nurdin, dkk. 2014. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan

Masyarakat Petani Jagung Di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

Otoritas. Universitas Muhammadiyah Makassar. Vol. IV No. 1 April 2014

Meri Yarni1 dan Latifah Amir. 2014. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang

Baik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Pilar

Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesi. Jurnal ilmu hukum.

https://media.neliti.com/media/publications/43280-ID-penguatan-tata-

kelola-pemerintahan-yang-baik-dalam-pembentukan-peraturan-perunda.pdf

Mifta Farid dkk. 2017. Kewenangan Pemerintah Daerah dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Daerah. e-Journal Lentera Hukum,

Vol. 4, No. 2 (University of Jember).

M. Rendi Aridhayandi. 2018. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan

Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Dibidang Pembinaan Dan

Pengawasan Indikasi Geografis. Jurnal Hukum & Pembangunan 48 No. 4

(2018): 883-902 ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465 (Online)

65
Neneng Siti Maryam. 2016. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume VI No. 1 / Juni 2016

Tim Penyusun. 2019. Panduan Penulisan Proposal Penelitian Dan Skripsi.

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Al Gazali Barru.

Sembiring Masana. 2012. Budaya Dan Kinerja Organisasi, Fokusmedia.

Bandung.

Sri Maulidiah, 2014, Pelayanan Publik; Pelayanan Administrasi Terpadu

Kecamatan (PATEN), Indra Prahasta, Bandung.

Suahardi . 2016. Skripsi. Tata Kelola Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi

Pemerintahan Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa).

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin. Makassar.

Didik G. Suharto. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Dalam Perspektif

Desentralisasi Administratif Dan Desentralisasi Politik jurnal

Vol 4, No 3 (2012).

Pera Jaya. peranan Kepala Desa dalam meningkatkan ketentraman dan

ketertiban masyarakat Desa Diano Kecamatan Warsa Kabupaten

Biak Numfor, fak. Ilmu social dan ilmu politik, universitas

hasanuddin, skripsi, 2006

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Administrasi, Dilengkapi Metode R & D.

Cetakan Ke 23. Maret 2016. Bandung: Alfabeta CV.ISSBN 979-

8433-02-5.

66
Sugiman . 2018. Pemerintahan Desa. Binamulia Hukum .Vol. 7 No. 1, Juli

2018. Fakultas Hukum Universitas Suryadarma.

Wahyu Waskito. 2013. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih.

https://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-

pendidikanumum/pendidikankewarga-negaraan/tata-kelola-pemerintahan-

yang-baik-dan-bersih

Weny A. Dungga .2017. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Tata

Kelola Pemerintahan Desa Di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten

Gorontalo. Jurnal Ilmiah Hukum, Volume 11 Nomor 1 Periode Mei 2017.

Universitas Negeri Gorontalo.

Tony Dwi Susanto 2018. Government Resource Planning (GRP): Peluang dan

Tantangannya di Indonesia, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan

Komunikasi (SEMNASTIK), Palembang, 19 Oktober 2018.

67
Dokumen Perundang-undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang

Inovasi Daerah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja (SOT) Pemerintahan Desa

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa.

68
MOTTO

Karena hidup cuma sekali, maka dari itu jangan menua tanpa cerita.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk kedua orang tua beserta kerabat

yang telah mendukung, sebagai wujud terima kasih yang mendalam atas

dukungan dan doa.

69
Wawancara dengan Faharuddin kepala Desa Anabanua

Wawancara dengan Mussing kepala Dusun Allejang

Wawancara dengan Chaeriani anggota masyarakat Desa Anabanua

70
Wawancara dengan Asmah C. masyarakat Dusun Banga – Bangae

Wawancara dengan Rahmawati anggota masyarakat Desa Anabanua

Wawancara dengan Asdi Ariadi anggota masyarakat Desa Anabanua

71
Kondisi di depan kantor Desa Anabanua

Foto bersama Kepala Desa dan staf kantor Desa Anabanua

72

Anda mungkin juga menyukai