PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
good
governance
mensyaratkan
adanya
transparansi
dalam
proses
2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pemikiran secara
intelektualitas dibidang ilmu administrasi negara, serta dapat meningkatkan
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah
dalam menjalankan tugas dan perannya secara efektif dan efisien demi terwujudnya
bentuk pemerintahan yang lebih baik lagi di masa mendatang serta dapat memberikan
informasi akurat berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan publik yang sesuai dengan
prinsip good governance di Bappeda Kota Bogor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang sangat
mengemuka dalam pengolahan administrasi publik saat ini. Tuntutan yang gencar dilakukan
oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang
baik sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat.
Adapun pengertian good governance berarti proses pengelolaan dengan melibatkan
stakeholder secara luas pada berbagai kegiatan perekonomian dan sosial politik serta pada
pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi
kepentingan rakyat banyak yang dilaksanakan dengan menganut azas-azas keadilan,
pemerataan, pemersamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
Good dalam good governance mengandung dua pengertian yaitu, pertama nilai yang
menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial, kedua aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah governance
diambil dari bahasa inggris yaitu the act ,fact, manner of governing yang berarti tindakan,
fakta, pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan dengan demikian governance
adalah suatu kegiatan sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman (1993) bahwa governance
lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan
masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan
intervensi pemerintah atas kepentingan tersebut.
Istilah governance tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan tetapi
juga mengandung arti pengurusan, pengolahan, pengarahan, pembinaan penyelenggaraan dan
bias juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah
public governance. governance sebagai terjemahan dan pemerintahan kemudian berkembang
dan menjadi popular dengan sebutan kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut
kepemerintahan yang baik atau good governance.
Sarundajang dalam bukunya Birokrasi dalam Otonomi Daerah, menjelaskan bahwa
tata pemerintahan yang baik atau good governance dewasa ini sedang menjadi acuan dalam
mencari perbaikan organisasi sesuai dengan tuntutan reformasi. Tata pemerintahan yang baik
merupakan sebuah konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara teratur dalam ilmu politik,
terutama ilmu pemerintahan dan administrasi publik. Konsep itu lahir sejalan dengan konsepkonsep dan terminologi demokrasi, masyarakat madani, partisipasi rakyat, hak asasi manusia
dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.
Sarundajang juga merumuskan bahwa istilah governance menunjukan suatu proses di
mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya
tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi,
interegasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Prinsip-prinsip good governance kinci utama
memahami good governance yaitu pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari
prinsip-prinsip ini akan di dapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsure prinsip-prinsip
good governance.
BAB III
ISI
1.
a. Tugas Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan
dan
pelaksanaan
kebijakan
Daerah
di
bidang
perencanaan
b. Fungsi Bappeda
Fungsi dari Bappeda Kota Bogor yaitu :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan, statistik,
penelitian, pengembangan dan penataan ruang;
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, statistik, penelitian,
pengembangan dan penataan ruang;
3. Pembinaan dan pengendalian perencanaan pembangunan daerah yang meliputi
perencanaan pembangunan ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya, sarana,
prasarana wilayah dan lingkungan hidup serta statistik, penelitian dan
pengembangan;
4. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan perencanaan
pembangunan daerah, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang;
dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
c. Kewenangan Bappeda
Kewengangan dari Bappeda Kota Bogor, yaitu :
1. Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan pembangunan daerah dalam
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek;
2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kota
3. Menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan perencanaan
pembangunan, yang di biayai oleh kota sendiri ataupun diusulkan kepada
provinsi untuk dimasukkan ke dalam program/ kegiatan provinsi dan/atau yang
diusulkan kepada pemerintah pusat untuk dimasukkan ke dalam program
tahunan nasional;
4. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota
bersama-sama dengan dinas/instansi terkait, dengan koordinasi Sekretariat
Daerah (Sekda);
5. Menyusun laporan keterangan pertanggungjawaban bupati;
6. Melaksanakan koordinasi dan/atau mengadakan penelitian untuk kepentingan
perencanaan pembangunan di daerah;
2.
3.
b. Misi :
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perencana;
2. Meningkatkan kualitas perencanaan yang partisipatif;
3. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas hasil perencanaan.
4.
b. Transparansi
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Bentuk transparansi yang dilakukan oleh Bappeda Kota Bogor ini
terhadap masayarakat dalam kinerja dan kegiatan dilakukan biasanya melalui
informasi langsung mengenai program rencana kerja daerah yang disampaikan
langsung ataupun melalui website Bappeda sendiri.
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban merupakan sebuah kewajiban untuk
memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusan agar dapat
disetujui
maupun
ditolak
ataupun
diberikan
hukuman
bilaman
adanya
dalam hasil kinerja adalah dimana instansi ini selalu berusaha sekuat tenaga dalam
kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk masyarakat. Bappeda Kota Bogor selalu
akan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan dan program pembangunan yang
hasil kinerjanya dinilai kurang baik atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat.
e. Penegakan Hukum
Penegakan hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Penegakan hukum
dalam penerapannya di Bappeda Kota Bogor dimana hukum itu ada bagi setiap
pegawai atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan instansi hukum dan sanksi
akan diberikan kepada pihak yang melanggar dan tidak mengikuti prosedur. Instansi
ini memang sudah menerapakan sanksi dan hukuman yang berlaku, namun dalam
pelaksanaanya selalu ada hambatan. Akan tetapi, komitmen yang kuat oleh instansi
sendiri tentunya mampu menegakan hukum yang ada.
f. Daya Tanggap
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, maka setiap komponen yang terlibat
dalam proses pembangunan good governance perlu memiliki daya tanggap terhadap
keinginan maupun keluhan para pemegang saham (stakeholder). Upaya peningkatan
daya tanggap tersebut terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini
cenderung tertutup, arogan serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor publik, secara
periodik perlu dilakukan survei tingkat kepuasan konsumen. Dalam penerapan
prinsip ini, Bappeda Kota Bogor telah melakukan peningkatan terhadap kepuasan
masyarakat. Dimana tingkat kepuasan masyarakat diserap melalui kebebasan
menanggapi setiap kebijakan dan perencanaan yang dilakukan baik itu secara
langsung ataupun melaui online yakni website resmi Bappeda Kota Bogor. Bentuk
kerjasama ini dinilai cukup bagus, baik itu terhadap masyarakat ataupun stakeholder
terkait.
g. Kesetaraan
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi karena kemampuan masingmasing warga negara berbeda-beda, maka sektor publik perlu memainkan peranan
agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan. Prinsip kesetaraan ini
diterpkan oleh Bappeda Kota Bogor dimana mengharuskan setiap pelaksanaan
kebijakan serta program rencana yang ada selalu berlandaskan sikap dan perilaku
adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis
kelamin dan kelas sosial yang ada di Kota Bogor.
h. Wawasan Kedepan
Wawasan kedepan adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good
governance. Dengan kata lain, kebijakan apa pun yang akan diambil saat ini, harus
diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak
sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang
menempati jabatan publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai
kemampuan menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga
yang dipimpinnya. Penerapan prinsip tersebut dalam instansi ini dimana salah satu
produk yang dihasilkan dalam perencanaan tata ruang yakni Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Bogor yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan
jangka waktu 20 tahun.
i. Profesionalisme
Dengan adanya peluang untuk mewujudkan good governance, terbuka juga
kemungkinan menjadikan birokrasi lebih profesional, yakni dengan mengembalikan
peran birokrasi dari mengendalikan menjadi mengarahkan dan dari memberi
menjadi memberdayakan. Dengan demikian birokrasi yang kerap minta dilayani
bisa berubah menjadi alat pemerintah yang bekerja untuk melayani kepentingan
masyarakat. Moto aparatur pemerintah sebagai abdi dan pelayan masyarakat
semestinya dihayati dan dilaksanakan secara konsisten dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Untuk bisa menjalankan tugas dan fungsi pelayanan dengan baik perlu
dilakukan analisis beban kerja pada masing-masing dinas, bagian, biro dan
seterusnya. Bappeda Kota Bogor selalu menerapkan birokrasi yang professional,
yakni selalu mendahulukan kepentingan masyarakat. Hal ini tentu sesuai dengan
keharusan yang ada, dimana instansi pemerintah selalu menjadi pelayan masyarakat
yang berlandaskan kepentingan masyarakat.
j. Pengawasan
Prinsip ini mensyaratkan adanya pengawasan terhadap kinerja pemerintah baik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawasan formal maupun yang dilakukan oleh
masyarakat (LSM dan media) sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan penyelenggaraan negara. Penerapan prinsip ini pada pelaksanaan
pembangunan di Kota Bogor secara administrasi pada umumnya sudah dapat
berjalan, tetapi dilihat secara teknis belum bisa dikatakan optimal. Hal demikian
dikarenakan proses perencanaan pembangunan yang baik itu harus memperhatikan
implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah. Ada beberapa strategi
yang harus dilakukan Bappeda, yakni sebagai berikut :
1. Meningkatkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang sudah
berjalan dengan memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas serta selalu
didasarkan pada aspirasi masyarakat dan visi misi Kota Bogor. Melakukan Rapat
Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) secara intensif, sehingga hal ini akan
dapat
memperkecil
resiko
kesalahan
Bappeda
dalam
merencanakan
pembangunan.
2. Selalu melakukan koordinasi dengan Badan Pengawas Daerah, Bappeda
berusaha lebih mengefektifkan proses pengawasan pembangunan terutama
dalam proses implementasi, baik itu melalui pengawasan struktural maupun
pengawasan fungsional.
3. Memperbaiki proses pengawasan dan evaluasi pembangunan, dengan jalan
Bappeda berani melaporkan kepada walikota dan masyarakat mengenai berbagai
kesalahan dan kekurangan pelaksanaan pembangunan beserta dengan solusinya.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Jadi, penerapan konsep Good Governance di Bappeda Kota Bogor telah berjalan
dengan baik. Karena memenuhi kesepuluh prinsip good governance, yaitu partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efektif & efisien, penegakan hukum, daya tanggap,
kesetaraan, wawasan kedepan, profesionalisme dan pengawasan. Dengan terpenuhinya
kesepuluh prinsip tersebut, maka diharapkan perencanaan pembangunan di kota Bogor
menjadi selaras dan berkelanjutan. Sehingga tercipta kota Bogor yang aman, nyaman
dan layak huni.
2.
Saran
Sebaiknya, Bappeda Kota Bogor lebih transparan lagi dalam mensosialisasikan
dokumen-dokumen perencanaan di kota Bogor. Sehingga pihak swasta, masyarakat
maupun mahasiswa yang membutuhkan dokumen tersebut tidak sulit untuk
mendapatkannya.
Disusun Oleh :
Rasyahdan Wicaksono Bahar
1270241004