Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Konsep good governance yang diterapkan di pemerintahan merupakan kebutuhan mutlak


masyarakat demi meningkatkan suatu kinerja pemerintahan yang lebih berpihak kepada
kepentingan rakyat dengan aturan-aturan yang berlaku secara universal. Hal ini dapat juga
menjadi faktor terwujudnya good governance yang menghendaki bahwa berbagai proses
pemerintahan baik itu dari segi proses perumusan tingkatan kinerja kerja, perumusan arus
investasi, dan pelaksanaan kebijakan pemerintah terhadap sumber daya manusia yang ada
dalam ruang lingkup pemerintahan agar berjalan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Praktek

good

governance

mensyaratkan

adanya

transparansi

dalam

proses

penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Transparansi merupakan konsep yang


sangat penting dan menjadi semakin penting sejalan dengan semakin kuatnya keinginan untuk
mengembangkan praktek good governance. Informasi mengenai tindakan pemerintahan,
misalnya alasan melatar belakangi tindakan, bentuk tindakan serta waktu dan cara melakukan
tindakan, harus tersedia bagi para pemegang saham (stakeholder) dan masyarakat luas. Dengan
memiliki akses terhadap berbagai jenis informasi semacam itu maka masyarakat dan
stakeholder dapat menilai apakah pemerintah telah benar-benar mengabdi pada kepentingan
masyarakat atau kepentingan pihak lain.
Masyarakat dan stakeholder dapat menilai sejauh mana keberpihakan pemerintah
terhadap kepentingan mereka dan menentukan sikap yang tepat dalam merespon kebijakan dari
pemerintah tersebut. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahaan, maka dapat
mempermudah upaya masyarakat dalam menilai keberpihakan pemerintah terhadap
kepentingan rakyat. Masyarakat secara mudah dapat menentukan apakah akan memberikan
dukungan kepada pemerintahan, atau sebaliknya, kritikan, dan protes yang di lakukan agar
pemerintah lebih berpihak kepada kepentingan dalam publik, lebih dari itu hak untuk
memperoleh informasi adalah hak asasi dari setiap warga negara agar dapat melakukan
penilaian terhadap kinerja pemerintahan secara tepat.
Pelaksanaan pemerintahan yang baik semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat
kita seiring dengan semakin tingginya kompleksitas permasalahan bangsa dalam berbagai

aspek penyelenggaraan negara. Perkembangan ini di tanadai dengan dikembangkannya


paradigma baru dibidang pemerintahan saat ini yang di kenal secara luas saat ini dengan istilah
good governance atau seiring diartikan secara umum sebagai penyelenggaraan pemerintahaan
yang baik.
Kenyataan yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pelaksanaan kehidupan
negara, khususnya dalam konteks pemerintahan daerah di era globalisasi, reformasi,
demokratisasi, dan otonomi daerah, justru masih menghadapi berbagai masalah dalam
melaksanakan tugas dan kewenangarmya guna mewujudkan good governance secara utuh.
Pemerintah harus melaksanakan good governance dalam pelayanan publik, hal ini dikarenakan
perbaikan kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders yaitu pemerintah, warga
dan sektor usaha. Kemudian pelayanan publik adalah ranah dari ketiga unsur governance
melakukan interaksi yang sangat intensif, serta nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik
good governance diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.

2.

Rumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan prinsip good governance dalam pelayanan publik di Bappeda


Kota Bogor?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan prinsip good governance
dalam pelayanan publik di Bappeda Kota Bogor?

3.

Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip good governance dalam pelayanan publik di


Bappeda Kota Bogor.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan prinsip good
governance dalam pelayanan publik di Bappeda Kota Bogor.

4.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pemikiran secara
intelektualitas dibidang ilmu administrasi negara, serta dapat meningkatkan

kemampuan analisa ilmiah dalam mencermati fenomena-fenomena pelaksanaan


prinsip good governance dalam pelayanan publik.

b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah
dalam menjalankan tugas dan perannya secara efektif dan efisien demi terwujudnya
bentuk pemerintahan yang lebih baik lagi di masa mendatang serta dapat memberikan
informasi akurat berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan publik yang sesuai dengan
prinsip good governance di Bappeda Kota Bogor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Konsep Good Governance

Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang sangat
mengemuka dalam pengolahan administrasi publik saat ini. Tuntutan yang gencar dilakukan
oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang
baik sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat.
Adapun pengertian good governance berarti proses pengelolaan dengan melibatkan
stakeholder secara luas pada berbagai kegiatan perekonomian dan sosial politik serta pada
pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi
kepentingan rakyat banyak yang dilaksanakan dengan menganut azas-azas keadilan,
pemerataan, pemersamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
Good dalam good governance mengandung dua pengertian yaitu, pertama nilai yang
menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial, kedua aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan
efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah governance
diambil dari bahasa inggris yaitu the act ,fact, manner of governing yang berarti tindakan,
fakta, pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan dengan demikian governance
adalah suatu kegiatan sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman (1993) bahwa governance
lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan

masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan
intervensi pemerintah atas kepentingan tersebut.
Istilah governance tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan tetapi
juga mengandung arti pengurusan, pengolahan, pengarahan, pembinaan penyelenggaraan dan
bias juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah
public governance. governance sebagai terjemahan dan pemerintahan kemudian berkembang
dan menjadi popular dengan sebutan kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut
kepemerintahan yang baik atau good governance.
Sarundajang dalam bukunya Birokrasi dalam Otonomi Daerah, menjelaskan bahwa
tata pemerintahan yang baik atau good governance dewasa ini sedang menjadi acuan dalam
mencari perbaikan organisasi sesuai dengan tuntutan reformasi. Tata pemerintahan yang baik
merupakan sebuah konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara teratur dalam ilmu politik,
terutama ilmu pemerintahan dan administrasi publik. Konsep itu lahir sejalan dengan konsepkonsep dan terminologi demokrasi, masyarakat madani, partisipasi rakyat, hak asasi manusia
dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.
Sarundajang juga merumuskan bahwa istilah governance menunjukan suatu proses di
mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya
tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi,
interegasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Prinsip-prinsip good governance kinci utama
memahami good governance yaitu pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari
prinsip-prinsip ini akan di dapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsure prinsip-prinsip
good governance.

BAB III
ISI

1.

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Bappeda Kota Bogor

a. Tugas Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan

dan

pelaksanaan

kebijakan

Daerah

di

bidang

pembangunan, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang.

perencanaan

b. Fungsi Bappeda
Fungsi dari Bappeda Kota Bogor yaitu :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan, statistik,
penelitian, pengembangan dan penataan ruang;
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, statistik, penelitian,
pengembangan dan penataan ruang;
3. Pembinaan dan pengendalian perencanaan pembangunan daerah yang meliputi
perencanaan pembangunan ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya, sarana,
prasarana wilayah dan lingkungan hidup serta statistik, penelitian dan
pengembangan;
4. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan perencanaan
pembangunan daerah, statistik, penelitian, pengembangan dan penataan ruang;
dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.

c. Kewenangan Bappeda
Kewengangan dari Bappeda Kota Bogor, yaitu :
1. Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan pembangunan daerah dalam
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek;
2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kota
3. Menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan perencanaan
pembangunan, yang di biayai oleh kota sendiri ataupun diusulkan kepada
provinsi untuk dimasukkan ke dalam program/ kegiatan provinsi dan/atau yang
diusulkan kepada pemerintah pusat untuk dimasukkan ke dalam program
tahunan nasional;
4. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota
bersama-sama dengan dinas/instansi terkait, dengan koordinasi Sekretariat
Daerah (Sekda);
5. Menyusun laporan keterangan pertanggungjawaban bupati;
6. Melaksanakan koordinasi dan/atau mengadakan penelitian untuk kepentingan
perencanaan pembangunan di daerah;

7. Menyiapkan dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembangunan di daerah


untuk penyempurnaan rencana lebih lanjut;
8. Mengkoordinasikan perencanaan pembangunan lintas sektoral dan wilayah kota

2.

Struktur Organisasi Bappeda Kota Bogor

Struktur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda) Kota Bogor sesuai dengan Peraturan Walikota Bogor Nomor 29 Tahun 2010
Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Tata Kerja dan Uraian Tugas Jabatan Struktural di
Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
3. Bidang Fisik dan Prasarana, membawahkan :
a. Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
b. Sub Bidang Sarana dan Prasarana kota
4. Bidang Sosial Budaya dan Pemerintahan membawahkan :
a. Sub Bidang Sosial dan Budaya
b. Sub Bidang Pemerintahan
5. Bidang Statistik, Pelaporan dan Pendanaan Pembangunan membawahkan :
a. Sub Bidang Statistik dan Pelaporan
b. Sub Bidang Pendanaan Pembangunan

6. Bidang Ekonomi, Penelitian dan Pengembangan, membawahkan :


a. Sub Bidang Ekonomi
b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan

3.

Visi & Misi Bappeda Kota Bogor


a. Visi :
Terwujudnya Perencanaan Daerah yang Partisipatif Dalam Mendukung Kota
Bogor yang Nyaman, Beriman dan Transparan

b. Misi :
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia perencana;
2. Meningkatkan kualitas perencanaan yang partisipatif;
3. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas hasil perencanaan.

4.

Penerapan Prinsip Good Governance di Bappeda Kota Bogor


Penelitian ini dilihat pada penerapan sepuluh prinsip Good Governance di Bappeda Kota
Bogor :
a. Partisipasi
Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi, mengawasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi adalah salah satu prinsip yang diterapkan dalam instansi Bappeda Kota
Bogor, dimana partisipasi masyarakat ikut berperan dalam pengawasan dan
penilaian kinerja pegawai Bappeda Kota Bogor. Selain itu masyarakat juga bisa
melakukan pengaduan langsung kepada instansi ini dalam perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan.

b. Transparansi
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak
berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Bentuk transparansi yang dilakukan oleh Bappeda Kota Bogor ini
terhadap masayarakat dalam kinerja dan kegiatan dilakukan biasanya melalui
informasi langsung mengenai program rencana kerja daerah yang disampaikan
langsung ataupun melalui website Bappeda sendiri.

c. Akuntabilitas
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban merupakan sebuah kewajiban untuk
memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusan agar dapat
disetujui

maupun

ditolak

ataupun

diberikan

hukuman

bilaman

adanya

penyalahgunaan kewenangan. Akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang


dilakukan Bappeda Kota Bogor ini terhadap permasalahan yang timbul terutama

dalam hasil kinerja adalah dimana instansi ini selalu berusaha sekuat tenaga dalam
kegiatan atau kinerja yang dilakukan untuk masyarakat. Bappeda Kota Bogor selalu
akan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan dan program pembangunan yang
hasil kinerjanya dinilai kurang baik atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat.

d. Efektif & Efisien


Terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Indikatornya antara lain adalah
pelayanan yang mudah, cepat, tepat dan murah. Cara yang dilakuakan agar Bappeda
menciptakan kondisi kinerja yang efektif dan efisien guna terwujudnya good
governance adalah adanya pelatihan-pelatihan khusus terutama untuk pegawai dan
pimpinan yang diantaranya untuk pimpinan (pelatihan kepemimpinan) serta untuk
pegawai lainnya ada pengarahan-pengarahan langsung dari atasan agar kinerja bisa
berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan. Tidak luput
juga dari kenyamanan yang dirasakan oleh pegawai dalam kinerjanya kekompakan
dan kerjasama juga membawa pengaruh yang besar bagi efektivitas dan efisiensi
kinerja yang akan dilakukan. Namun, hamabatan selalu ada dalam penerapan ini
dimana setiap pegawai tentunya mempunyai karakter yang berbeda serta
keterbatasan pada kualitas sumber daya manusia yang ada. Karena belum
sepenuhnya penerapan pelatihan serta bimbingan yang ada terhadap para pegawai.

e. Penegakan Hukum
Penegakan hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Penegakan hukum
dalam penerapannya di Bappeda Kota Bogor dimana hukum itu ada bagi setiap
pegawai atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan instansi hukum dan sanksi
akan diberikan kepada pihak yang melanggar dan tidak mengikuti prosedur. Instansi
ini memang sudah menerapakan sanksi dan hukuman yang berlaku, namun dalam
pelaksanaanya selalu ada hambatan. Akan tetapi, komitmen yang kuat oleh instansi
sendiri tentunya mampu menegakan hukum yang ada.

f. Daya Tanggap
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan, maka setiap komponen yang terlibat
dalam proses pembangunan good governance perlu memiliki daya tanggap terhadap
keinginan maupun keluhan para pemegang saham (stakeholder). Upaya peningkatan
daya tanggap tersebut terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini
cenderung tertutup, arogan serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor publik, secara
periodik perlu dilakukan survei tingkat kepuasan konsumen. Dalam penerapan
prinsip ini, Bappeda Kota Bogor telah melakukan peningkatan terhadap kepuasan
masyarakat. Dimana tingkat kepuasan masyarakat diserap melalui kebebasan
menanggapi setiap kebijakan dan perencanaan yang dilakukan baik itu secara
langsung ataupun melaui online yakni website resmi Bappeda Kota Bogor. Bentuk
kerjasama ini dinilai cukup bagus, baik itu terhadap masyarakat ataupun stakeholder
terkait.

g. Kesetaraan
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi karena kemampuan masingmasing warga negara berbeda-beda, maka sektor publik perlu memainkan peranan
agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan seiring sejalan. Prinsip kesetaraan ini
diterpkan oleh Bappeda Kota Bogor dimana mengharuskan setiap pelaksanaan
kebijakan serta program rencana yang ada selalu berlandaskan sikap dan perilaku
adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis
kelamin dan kelas sosial yang ada di Kota Bogor.

h. Wawasan Kedepan
Wawasan kedepan adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good
governance. Dengan kata lain, kebijakan apa pun yang akan diambil saat ini, harus
diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Tidak
sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang
menempati jabatan publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai
kemampuan menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga
yang dipimpinnya. Penerapan prinsip tersebut dalam instansi ini dimana salah satu

produk yang dihasilkan dalam perencanaan tata ruang yakni Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Bogor yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan
jangka waktu 20 tahun.

i. Profesionalisme
Dengan adanya peluang untuk mewujudkan good governance, terbuka juga
kemungkinan menjadikan birokrasi lebih profesional, yakni dengan mengembalikan
peran birokrasi dari mengendalikan menjadi mengarahkan dan dari memberi
menjadi memberdayakan. Dengan demikian birokrasi yang kerap minta dilayani
bisa berubah menjadi alat pemerintah yang bekerja untuk melayani kepentingan
masyarakat. Moto aparatur pemerintah sebagai abdi dan pelayan masyarakat
semestinya dihayati dan dilaksanakan secara konsisten dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Untuk bisa menjalankan tugas dan fungsi pelayanan dengan baik perlu
dilakukan analisis beban kerja pada masing-masing dinas, bagian, biro dan
seterusnya. Bappeda Kota Bogor selalu menerapkan birokrasi yang professional,
yakni selalu mendahulukan kepentingan masyarakat. Hal ini tentu sesuai dengan
keharusan yang ada, dimana instansi pemerintah selalu menjadi pelayan masyarakat
yang berlandaskan kepentingan masyarakat.

j. Pengawasan
Prinsip ini mensyaratkan adanya pengawasan terhadap kinerja pemerintah baik yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pengawasan formal maupun yang dilakukan oleh
masyarakat (LSM dan media) sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan penyelenggaraan negara. Penerapan prinsip ini pada pelaksanaan
pembangunan di Kota Bogor secara administrasi pada umumnya sudah dapat
berjalan, tetapi dilihat secara teknis belum bisa dikatakan optimal. Hal demikian
dikarenakan proses perencanaan pembangunan yang baik itu harus memperhatikan
implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah. Ada beberapa strategi
yang harus dilakukan Bappeda, yakni sebagai berikut :
1. Meningkatkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang sudah
berjalan dengan memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas serta selalu
didasarkan pada aspirasi masyarakat dan visi misi Kota Bogor. Melakukan Rapat
Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) secara intensif, sehingga hal ini akan

dapat

memperkecil

resiko

kesalahan

Bappeda

dalam

merencanakan

pembangunan.
2. Selalu melakukan koordinasi dengan Badan Pengawas Daerah, Bappeda
berusaha lebih mengefektifkan proses pengawasan pembangunan terutama
dalam proses implementasi, baik itu melalui pengawasan struktural maupun
pengawasan fungsional.
3. Memperbaiki proses pengawasan dan evaluasi pembangunan, dengan jalan
Bappeda berani melaporkan kepada walikota dan masyarakat mengenai berbagai
kesalahan dan kekurangan pelaksanaan pembangunan beserta dengan solusinya.

BAB IV
PENUTUP

1.

Kesimpulan
Jadi, penerapan konsep Good Governance di Bappeda Kota Bogor telah berjalan
dengan baik. Karena memenuhi kesepuluh prinsip good governance, yaitu partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efektif & efisien, penegakan hukum, daya tanggap,
kesetaraan, wawasan kedepan, profesionalisme dan pengawasan. Dengan terpenuhinya
kesepuluh prinsip tersebut, maka diharapkan perencanaan pembangunan di kota Bogor
menjadi selaras dan berkelanjutan. Sehingga tercipta kota Bogor yang aman, nyaman
dan layak huni.

2.

Saran
Sebaiknya, Bappeda Kota Bogor lebih transparan lagi dalam mensosialisasikan
dokumen-dokumen perencanaan di kota Bogor. Sehingga pihak swasta, masyarakat
maupun mahasiswa yang membutuhkan dokumen tersebut tidak sulit untuk
mendapatkannya.

TUGAS HUKUM ADMINISTRASI PERENCANAAN


PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BOGOR

Disusun Oleh :
Rasyahdan Wicaksono Bahar
1270241004

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2015

Anda mungkin juga menyukai