Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG

BAIK (GOOD GOVERNANCE) DALAM SUATU DESA


TAHUN 2019

JURNAL
Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memenuhi Mata Kuliah Good Governance

Oleh:

Gunawan
email : Gunawanncuy321@gmail.com

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM “ 45 “

BEKASI

2019
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dinamika permasalahan yang terjadi


dalam pengelolaan dan tata kelola pemerintahan desa. Ada beberapa desa yang sedang /
sudah menghadapi berbagai permasalahan yang cukup kompleks dalam pengelolaan dan tata
kelola pemerintah desanya, tetapi mampu untuk mengatasiberbagai permasalahan yang
muncul tersebut.
Walaupun masih ada sedikit kendala yang ditemukan dilapangan. Ini terlihat dari
pemerintah telah cukup baik dalam menjalankan strategi organisasi, strategi program, strategi
sumber daya, dan strategi kelembagaan. Pendekatan yang digunakan adalah investigatif
dengan melibatkan informan penelitian dari aparatur desa, praktisi dan akademisi. Metode
perolehan data adalah dengan teknik wawancara, dokmentasi dan observasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana suatu desa dalam
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Tahun 2017.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Toapaya Asri Kabupaten Bintan. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara langsung, observasi, dan dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Kemudian analisa data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan.

Aparatur pemerintah suatu Desa telah bekerja sama dengan semua stakeholder dalam
mewujudkan good governance . pemerintahan desa ini juga sudah memanfaatkan IT
(Informasi dan Tekhnologi) untuk menjalankan program atau kegiatan di Desa. Secara garis
besar aparatur pemerintah Desa sudah berhasil dan memenuhi standar penilaian yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi
Perkembangan Desa dan Kelurahan.
A. Pendahuluan
a. Latar belakang

Era reformasi mengharapkan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Hal
tersebut menjadi bagian dari fenomena yang berkembang dan memberikan gambaran nuansa
yang mempengaruhi politik di Indonesia. Kinerja Pemerintah daerah dalam implementasi
kebijakan atau politik desentralisasi, yang dianggap sebagai bentuk pemerintahan yang baik
(Good Governance), serta praktek sistem pemerintahan yang bertingkat (terstruktur) yang
memprioritaskan pelayanan publik, dikemudian pelaksanaannya dihadapkan pada tantangan-
tantangan yang berat karena tuntutan peningkatan kompetensi pihak terkait dan kapasitas
lembaga pemerintah daerah.
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik tidak lepas dari profesionalisme penyelenggara
pemerintahan yaitu aparatur pemerintah yang bermoral dan mampu memberikan pelayanan
yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau. Selain itu dalam menjalankan
pemerintahan sangat diperlukan keterbukaan atau transparansi dari aparatur pemerintah agar
dapat tercipta kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.
Tata kelola Desa di Indonesia berubah secara drastis semenjak diterbitkannya UU No. 6
tahun 2014 tentang desa, yang dalam penjelasannya menempatkan desa sebagai daerah
otonom. Artinya adalah, dengan amanat yang ada pada UU tersebut, desa memiliki hak untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pentingnya penerapan Good Governance di berbagai negara sudah mulai meluas mulai
± tahun 1980, dan di Indonesia Good Governance itu mulai dikenal secara lebih dalam ±
tahun 1990, sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai pembahasan, diskusi,
penelitian, dan seminar, baik di lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat
termasuk di lingkungan para akademisi. Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis
kepercayaan yang mengakibatkan perubahan yang sangat dramatis pada tahun 1998 negara
Indonesia telah memulai dengan berbagai inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan
Good Governance, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Dengan kata lain Indonesia
ingin membenahi dirinya dengan pencanangan Good Governance di lingkungan pemerintah,
dunia usaha swasta, dan masyarakat.
Desentralisasi berpotensi menciptakan transparansi dan akuntabilitas dan bisa menjadi
modal untuk menumbuhkan demokrasi lokal. Akan tetapi, pada kenyataannya desentralisasi
tidak mampu dengan otomatis langsung mengandung prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik untuk menyelenggarakan pemerintahan yang efektif dan lebih demokratis menuntut
adanya praktek kepemerintahan lokal yang lebih baik yang membuka peran serta masyarakat
menuju masyarakat madani (Civil Society).
Untuk mewujudkan masyarakat madani (Civil Society) diperlukan tata kelola
pemerintahan yang baik, baik itu di pusat maupun daerah agar dapat bekerjasama dengan
baik agar terselenggaranya tujuan yang diinginkan masyarakat, dan hal ini bukan tugas
pemerintah pusat saja melainkan pemerintah yang dibawahnya dimulai dari pemerintah desa
dan itulah yang kita kenal sebagai implikasi otonomi desa.
Pemerintahan di desa adalah pemerintahan yang dilakukan oleh perangkat-perangkat
desa, yang mengepalai sebuah desa adalah kepala desa. Dalam mewujudkan pemerintahan
yang baik dan bertanggungjawab tidak terlepas dari partisipasi masyarakat untuk ikut serta
mendukung terselenggaranya pemerintahan yang diinginkan.
Masyarakat desa diharapkan menjadi masyarakat yang berguna, khususnya dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan (ditingkat desa khususnya) merupakan perwujudan riil
Good Governance, masyarakat semacam ini akan solid dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan berbagai kebijakan pemerintahan, selain itu masyarakat semacam ini juga akan
menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan. Sebaliknya, pada masyarakat yang masih belum berdaya guna dihadapan
pemerintah dan masih banyak masalah sosial didalamnya seperti konflik dan anarkisme
kelompok, akan sangat kecil kemungkinan Good Governance ditegakkan.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi untuk Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
(Good Governance) ?
2. Bagaimana penerapan good governance dikalangan suatu desa?
3. Bagaimana memecahkan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan dan tata
kelola pemerintahan desa?
c. Kerangka teori
Paradigma dalam rangka membentuk kenegaraan yang baik dan benar sudah masuk
pada tahap pemerintahan yang baik atau akrab kita sebut dengan istilah Good Governance.
Seiring dengan hal itu, ternyata paradigma pembangunan Indonesia secara nasional sebagai
bagian dari warga global juga sudah mengalami perubahan, yakninya pembangunan
berkelanjutan (SDGs).
Good Governance merupakan suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
sehingga good governance berfungsi sebagai penghindaran salah alokasi dana investasi dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administrative. Untuk mencapai good
governance dalam tata kelola Pemerintahan maka prinsip-prinsip good governance
hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting yang ada di dalam pemerintahan.
prinsp-prinsip tersebut meliputi : Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum
(pengadilan), transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada consensus, kesetaraan bagi
semua warga, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
Konep Good Governance seperti yang dikutip oleh Sufiansyah pada Bank Dunia dalam
Etzoini – Halevy (2011:XXI) mengemukakan bahwa dari model engan landasan pada
struktur pemerintahan semata, hubungan masyarakat dan Negara, sampai dengan yang lebih
maju pespektif adalah keseimbangan relasi Negara, Masyarakat, dan Market.
Dengan demikian, dapat digaris bawahi dalam membentuk tata pemerintahan yang baik
sejatinya harus terdiri dari tiga komponen antara lain pemerintah, masyarakat, dan swasta.

Mengutip dari pernyataan Syakhroza dalam Oesman (2010:1480) mengemukakan


bahwa good governace merupakan tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip-prinsip
keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggung jawabkan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.

Menurut Utomo (2015) dalam penelitiannya mengenai Implementasi Kebijakan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Untuk Meningkatkan Pembangunan Desa
menunjukkan bahwa dalam proses penyusunan APBDes sering mengalami keterlambatan, hal
ini dikarenakan karena sumber daya yang dimiliki desa masih sangat rendah, dan belum
maksimalnya sosialisasi dan pelatihan penyusunan APBDes oleh Pemerintah Kabupaten
selaku supervisor dari pemerintah Desa. Dari sisi pelaksanakan program pembangunan yang
tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), dari tujuh program kerja yang
direncanakan hanya empat program yang terlaksana.

B. Metodologi

Penelitian yang ditemukan peneliti mengenai praktik pengelolaan dana desa pasca
terbitnya UU No. 6 tahun 2014 diantaranya dilakukan oleh Amirullah, Ulum dan Prasetyo
(2016) dan Utomo (2015). Amirullah, Ulum dan Prasetyo (2016) menemukan praktik
akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan desa Brambang Kidul tidak dijalankan
sama sekali. Hal itu dikarenakan rendahnya tingkat pemahaman dan pengetahuan aparatur
desa atas peraturan yang mengatur tugas dan wewenang yang harus dilakukan oleh aparatur
desa. Akan tetapi, fenomena ini tidak dapat menjadi justifikasi untuk menyimpulkan bahwa
tidak ada inisiatif dari aparatur desa untuk menjalankan praktik akuntabilitas yang baik dalam
pemerintahan Desa. Hal itu karena praktik good governance yang tidak dijalankan oleh
aparatur desa bisa saja terjadi karena adanya ketidakpastian peraturan Desa yang membuat
bingung aparatur desa itu sendiri. Akhirnya, aparatur desa menjadi enggan melakukan
pelaporan dana desa (Wijaya dan Akbar, 2013; Sofyani dan Akbar, 2013; 2015).
Jenis penelitian ini bersifat deskritip kualitatif. Menurut Sugiyono (2014:11) penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
suatu variabel ataupun lebih tanpa membuat suatu 8 perbandingan atau menghubungkan
suatu variabel dengan variabel lain.
Pelaksanaan penelitian di lapangan didesain untuk melakukan investigasi terkait
permasalahan yang muncul dalam implementasi pengelolaan (management) dan praktik tata
kelola (governance) pemerintah desa. Selain itu, peneliti juga akan melakukan eksplorasi
pada aspek perencanaan strategik, akuntabilitas, dan kinerja desa, baik kinerja dari segi
pelaksanaan pemerintahan maupun kinerja dalam rangka menyikapi berbagai permasalahan
yang dihadapi desa.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif, adalah usaha
mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan data yang ada kemudian menganalisa
data tersebut, menelitinya, menggambarkan dan menelaah secara lebih jelas dari berbagai
faktor yang berkaitan dengan kondisi, situasi dan fenomena yang diselidiki.
Adapun jenis data yang digunakna untuk melakukan penelitian adalah:
a. Data Primer, adalah data diperoleh secara langsung dari responden melalui
wawancara terbuka dengan informan penelitian.
b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh melalui buku-buku, catatan arsip,
dokumen-dokumen bentuk informasi yang bersifat menunjang penelitian.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
menggunakna metode berikut :
a. Wawancara yaitu menyusun daftar pertanyaan terbuka untuk dijawab oleh informan
penelitian.
b. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.
c. Dokumentasi ialah Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi.

Analisis data yang dilakukan adalah data kualitatif, yakni dengan menggunakan model
analisis interaktif dimana penulis terjun langsung ke lokasi penelitian dan secara langsung
berinteraksi dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan informasi seakurat mungkin.
Teknik analis data menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk teknik wawancara yang
dipakai adalah wawancara semi-terstruktur dan terbuka, sambil merekamnya dengan audio
recorder, lalu mentranskripnya (Creswell, 2010). Analisis data dilakukan dengan pendekatan
analisis tematik deduktif yang menurut Braun dan Clarke (2006) merupakan metoda analitik
dalam rangka menganalisis data kualitatif dengan tahapana identifikasi, analisis dan
melaporkan pola atau tema yang terdapat didalam data. Analisis tematik sendiri merupakan
salah satu klasifikasi dari teknik analisis isi (content analysis).
Langkah-langkah yang ditempuh meliputi melakukan coding, mengelompokkan dalam
kategori-kategori, menemukan ide utama dan mengelompokkannya ke dalam tema-tema,
selanjutnya menemukan pola umum dari kecenderungan yang berhasil ditemukan dari data
(Sofyani dan Akbar, 2015). Dalam analisis tematik peneliti tidak diperlukan penjelasan rinci
yang terstruktur tentang kerangka teori dan pendekatan yang digunakan oleh responden
dalam memaparkan pendapatnya (Wijaya dan Akbar, 2013).
Pengujian pada realibilitas dan validitas dari data wawancara yang sudah terkumpul
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut; pertama, dalam rangka memastikan validitas
data, maka dilakukan pemeriksaan kembali hasil transkrip. Aktivitas ini bertujuan untuk
memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi. Kedua, untuk
memastikan reliabilitas data, maka perlu melakukan tanya-jawab dengan sesama rekan
peneliti (peer de-briefing) untuk meningkatkankeakuratan hasil penelitian (Creswell, 2010).
C. Pembahasan / Diskusi
Desa itu memiliki karakteristik yang kompleks, karena desa menerima tiga sumber
dana. Dari APBN yang itu milik desa, dari APBD yaitu ADD dan yang ketika dari desa
sendiri PADes. Artinya, hal ini tidak simpel karena tiga sumber dana ini harus dikelola nanti
digabung menjadi satu atau dapat dijadikan secara terpisah-pisah. Artinya disini memang
dibutuhkan alat bantu. Sebenarnya dari pemerintah sudah ada software namun di BPKP tidak
ada pendamping yang cukup, sehingga ada software namun tidak ada yang mengajarinya.
Karena kalau ini menjadi manual ini akan menjadi sulit.
Mengacu pada konsep perencanaan stratgik, tujuan dari kegiatan dan program yang
diselenggarakan desa adalah bermuara pada pencapaian tujuan (Goal) dan Visi desa (Bastian,
2015). Namun, faktanya yang terjadi di desa adalah, beberapa dari kegiatan yang
dilaksanakan masih terbatas pada upaya penghabisan dana desa agar kembali mendapat
jumlah yang relative sama di tahun mendatang. Hal itu karena salah satu ukuran kinerja
Pemdes adalah realisasi anggaran belanja atau penggunaan uang desa. Hal ini terkait dengan
masalah kejar tayang program dan kegiatan sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya.
Loina (2003) dalam jurnal BAPPENAS menyimpulkan bahwa jumlah komponen atau
prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke
institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang
dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu (1)
Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi Masyarakat yang juga merupakan acuan
indikator penilaian evaluasi perkembangan desa dan kelurahan di lampiran II Permendagri
nomor 81 tahun 2015.
Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam menggunkaan teori Agus Dwiyanto
(2008:79) yang meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Partisipasi
Partisipasi sebagai salah satu dari karakter good governance, dimaknai sebagai
keterlibatan masyarakat yaitu sebuah proses dimana para stakeholders sebagai
partisipan saling mempengaruhi dan berbagi kontrol atas inisiatif pembangunan,
keputusan dan juga sumberdaya yang akan mempengaruhi mereka.
2. Transparansi
Praktek good governance juga mensyaratkan adanya transparansi dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Transparansi merupakan
konsep yang sangat penting dan menjadi semakin sejalan dengan semakin kuatnya
keinginan untuk mengembangkan praktek good govenance.
3. Akuntabilitas
Prinsip lainnya yang menjadi ciri dari pemerintahan yang baik dan bersih
adalah diterapkannya akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan sebuah bentuk
pertanggungjawaban Pemerintah atas pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijkan. Semua itu harus dipertanggungjawabkan oleh
pemerintah, baik keberhasilannya atau juga kegagalannya di ukur berdasarkan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Pertanggungjawaban tersebut disusun melalui media berupa laporan
pelaksanaan (akuntabilitas kinerja) secara periodik. Prinsip akuntabilitas
mengharuskan pemerintah menata seluruh pelayanannya dengan sebaik-baiknya
karena merupakan salah satu prinsip yang harus dilaksanakan secara utuh oleh
pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Mengandung arti adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak
selaku penanggung jawab dan peanggung gugat atas segala tindakan kebijakan yang
diterapkannya.
4. Efektif dan Efisien
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan suatu
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan sebaik-baiknya
berbagai sumber yang tersedia.
5. Kepastian Hukum (Rulu of Law)
Berdasarkan kewenangannya, pemerintah daerah harus mendukung tegaknya
supremasi hukum dengan melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundang-
undangan dan menghidupkan kembali nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
6. Responsif (Daya Tangkap)
Responsifitas atau daya tangkap adalah kemampuan organisasi untuk
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan
mengembangkannya kedalam berbagai program pelayanan. Responsifitas atau daya
tangkap adalah kemampuan organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan mengembangkannya kedalam
berbagai program pelayanan.

Untuk mengetahui strategi yang telah digunakan kepada Kelurahan / Daerah maka
penulis menggunakan yang mengacu pada pendapat Kotten (dalam salusu 2005:105). Kotten
membagi strategi berdasarkan tipenya sebanyak Empat tipe:
A. Strategi Organisasi ( Corporate Strategy )
Dalam tipe Corporate Strategy ini, strategi yang dihasilkan tidak terlepas dari visi,
misi suatu daerah atau organisasi. Tipe strategi organisasi ini dilihat dari upaya-upaya apa
yang dilakukan oleh suatu instansi atau organisasi dalam mewujudkan visi dan misi
organisasinya.
Adapun strategi organisasi yang dilakukan dalam mewujudkan good governance
yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi yang dilakukan adalah dengan
beberapa keunggulan inovasi dalam pelayanan kepada masyarakat. Hal ini memang
disyaratkan oleh kotten (dalam salusu:105) bahwa strategi yang dihasilkan tidak terlepas
dari visi misi organisasi dengan melakukan upaya upaya.

B. Strategi Program ( Program Strategy )


Strategi ini berbicara tentang implikasi/dampak. Apa implikasi-implikasi strategic
dari suatu program. Jadi strategi program ini menurut kotten berbicara tentang apa dampak
jika suatu program dilakukan bagi organisasi dan bagi masyarakat. Dalam hal ini dampak
Menerapkan good governance prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi itu bagi
pemerintah.

C. Strategi Pendukung Sumber Daya ( Resource Strategy )


a. Sarana dan Prasarana
Upaya untuk menyediakan sarana dan prasarana dengan menyediakan berbagai
fasilitas yang fungsinya untuk mewujudkan Good Governance dalam prinsip
akuntabilitas, transparansi dan partisipasi.
b. Sumber Daya Manusia
pelatihan/diklat dari dinas yang mengadakan. Pendidikan dan pelatihan yang
diberikan kepada aparatur pemerintah kelurahan mampu menjadi referensi bagi
pegawai dalam menjalankan tugasnya. Intinya dengan adanya pendidikan dan pelatihan
mampu menginformasikan pegawai bagaimana cara kerja yang harus dilakukan
berdasarkan standar baku dari tugas pokok selaku pegawai negeri sipil.

c. Sumber Daya Finansial


Suatu program ataupun kegiatan itu akan berjalan dengan baik apabila didukung
oleh sumber daya finansial yang memadai akan lebih mudah dilaksanakan dan
kemungkinan tingkat keberhasilannya akan tinggi. Sumber Daya Finansial dari APBD,
Pihak Swasta.

D. Strategi Kelembagaan ( Institutional Strategy )


Jika dalam teori Kotten mengatakan bahwa strategi kelembagaan adalah strategi
dengan memaksimalkan lembaga lewat aturan-aturan, SOP, tanggungjawab dan
wewenang memang sudah ada. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa secara kelembagaan
suatu Pemerintah sudah cukup baik dalam mewujudkan Good Governance dalam prinsip
akuntabilitas, transparansi dan partisipasi, serta adanya kerjasama dengan swasta dan
masyarakat.
D. Kesimpulan dan Saran
a. kesimpulan
Dari data penelitian akhirnya peneliti mengambil kesimpulan terkait Strategi
Pemerintahan dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance ) di Kelurahan/Daerah. Hal ini bisa dilihat dari strategi yang telah dilakukan
oleh Kelurahan/Daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Bahwa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pemerintahan desa dapat
dibagi menjadi tiga sub utama, yakni: (1) masalah perumusan rencana strategis, (2)
masalah pelaporan keuangan dan kinerja, dan (3) masalah pencapaian kinerja desa
Dalam Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi strategi organisasi
Begitu juga dengan strategi pendukung sumber daya yang dinilai cukup baik, sarana dan
prasarana tersedia dalam menunjang jalannya prinsip good governance, untuk sumber
daya manusia masih sebagian aparatur kelurahan/Daerah yang pernah mengikuti
pelatihan dan keterampilan, sumber daya finansial dari APBD, Pihak Swasta, serta
aparatur kelurahan. Secara kelembagaan Lurah serta aparatur Kelurahan dalam bekerja
sudah sesuai dengan bagiannya dan bertanggungjawab terhadap masing-masing bidang.

Ada dua faktor yang menyebabkan belum optimalnya penerapan good govenance
dalam pengelolaan Desa wisata Kampung Bandar. Penyebab pertama ialah belum
optomalnya hubungan antara ketiga komponen penting dalam good governance yakni
masyarakat, pemerintah dan swasta.

b. Saran
1. Implikasi dari penelitian ini yakni penting bagi Pemdes untuk merubah pola pikir
masyarakat desa sebelum pembangunan desa dijalankan. Hal ini bertujuan agar
pembangunan desa tidak dijalankan berdasarkan keterpaksaan karena menerima dana
desa, akan tetapi berdasarkan kesadaran untuk menjadikan desa menjadi mandiri.
2. Penting bagi desa untuk mendelgasikan pegawainya untuk menempuh studi lanjut,
juga senantiasa membangun sinergi kepada level pemerintah yang lebih tinggi di
atasnya (Pemkab dan Pemprov).
E. Daftar Pustaka
a. Buku-buku
1. Achmad. 2011. Konsep Dan Implementasi Good Governance Serta
Pemberdayaan Masyarakat di Rokan Hulu: Menuju Kabupaten Terbaik Di
Provinsi JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Riau. Rokan Hulu: Pemerintah
Kabupaten Rokan Hulu.
2. Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogjakarta: Gajah Mada Universitas Pres.
3. Pramusinto, Agus & Kumorotomo Wahyudi. 2009. Governance Reform di
Indonesia. Yogjakarta : Gava Media.

b. Jurnal
1. Erlina Ayu Ningrum. Dalam jurnal STUDI PENERAPAN GOOD
GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA KAMPUNG
BANDAR KECAMATAN SENAPELAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2012-
2014
2. HAFIEZ SOFYANI dkk. Dalam jurnal Praktik Pengelolaan dan Tata
KelolaPemerintahan Desa Dlingo diKabupaten Bantul: Pembelajaran dari Desa
Percontohan.
3. Mirnasari. 2018. Dalam jurnal STRATEGI LURAH DALAM
MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE) TAHUN 2017 (Studi Kelurahan Toapaya Asri
Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan)

c. Artikel Jurnal
1. https://log.gamatechno.com/4-indikator-penting-tata-kelola-pemerintahan-yang-
baik/
2. https://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/down;oad/908/915
3. https://www-kompasiana-
com.cdn.amproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/almukholissiagian/5d19c
a2a097f362c6624ccf2/tata-kelola-pemerintahan-yang-baik-good-governance-
dalam-pembangunan-berkelanjutan--sdgs?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15740891983482&referrer

Anda mungkin juga menyukai