A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah.
Sistem Desentralisasi yang dijalankan oleh pemerintah saat ini, telah membawa
perubahan dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia dari sistem terpusat (sentralized
government) menuju otonomi daerah (desentralized government). Sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi memberikan kebebasan kepada setiap daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan pemerintah pusat karena sebagian kewenangan
sudah dilimpahkan ke daerah. Dengan demikian penarikan kewenangan yang dilimpahkan
kepada Gubernur dan atau Perangkat di Daerah dapat dilakukan oleh Pemerintah, sebagian
maupun seluruhnya apabila kewenangan yang dilimpahkan tidak dapat dilanjutkan.1
Perjalanan otonomi daerah
dikaji, karena semenjak para pendiri negara menyusun format negara, isu menyangkut
pemerintahan lokal telah diakomodasikan dalam Pasal 18 UUD Negara Republik Indonesia 1945
tentang Pemerintah Daerah beserta penjelasannya. Pemerintah Daerah dalam pengaturan Pasal
18 UUD Negara Republik Indonesia 1945 telah mengakui adanya keragaman dan hak asal- usul
yang merupakan sejarah panjang bangsa Indonesia. Hal ini jelas dinyatakan dalam ayat (1) Pasal
18 UUD NRI 1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi,kabupaten,dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang.**) Dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang baru, yakni Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan warna tersendiri sebagai
sebuah produk perundang-undangan dimasa yang penuh dengan perubahan. Misalnya dalam
Undang-undang tersebut diberikan penegasan tentang makna otonomi daerah, seperti pada Pasal
1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya
kalau kita perhatikan disisi lain Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2012 tentang Rincian
Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat dalam Pasal 23
1 Djohan Effendi, 2001, Penyelenggaraan Dekonsentrasi, , Sinar Grafika,
Jakarta,Hal.9
ayat (1) dinyatakan Biro Hukum mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan
kebijakan umum dan koordinasi, fasilitas, pelaporan sertaq evaluasi di bidang peraturan
perundang-undangan, bantuan hukum dan HAM, bina produk hukum Kabupaten/Kota serta
dokumentasi dan perpustakaan. ayat (2) menyatakan Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Biro Hukum mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan
hukum dan HAM, bina produk hukum Kabupaten/Kota serta dokumentasi dan perpustakaan;
b. penyelenggaraan koordinasi dan fasilitas peraturan perundang-undangan, bantuan hukum
dan HAM, bina produk hukum Kabupaten/Kota serta dokumentasi dan perpustakaan; dan
c. penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan
HAM, bina produk hukum Kabupaten/Kota serta dokumentasi dan perpustakaan.
Ayat (3) Rincian Tugas Biro Hukum adalah :
a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Hukum;
b. menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum peraturan perundang-undangan,
Bantuan Hukum dan HAM, Bina Produk Hukum Kabupaten/Kota serta Dokumentasi dan
Perpustakaan;
c. menyelenggarakan koordinassi dan fasilitas peraturan perundang-undangan;
d. menyelenggarakan koordinasi dan fasilitas bantuan hukum dan ham;
e. menyelenggareakan koordinasi dan fasilitas bina produk hukum Kabupaten/Kota;
f. menyelenggarakan koordinassi dan fasilitasi dokumentasi dan perpustakaan;
g. menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan penataan, penyusunan dan pembentukan
peraturan perundang-undangan;
h. menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan dokumentasi dan perpustakaan;
Sedangkan analisa data yang diperoleh , melalui teknik analisis kualitatif, yang dilakukan secara
rasional dengan menggunakan data-data yang diperoleh.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peranan Biro Hukum Sekretariat Daerah Dalam Pembentukan
Gubernur Nomor 2 Tahun 2009 tentang Prosedur
Dilingkungan Pemerintah Provinsi
Peraturan
Sumatera Barat
Dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengguna kendaraan dinas operasional di
lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, seluruh kendaraan dinas perlu berada dalam
satu manajemen Pool Kendaraan Dinas Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Ketentuan ini
dilakukan adalah untuk terlaksananya pelayanan pengguna kendaraan dinas operasional pada
pool secara prima, melalui prosedur penggunaan kendaraan dinas operasional Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat.
Langkah-langkah dalam penyusunan peraturan Gubernur produk hukum daerah yang
bersifat penetapan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pimpinan unit kerja menyusun produk hukum daerah sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
b. Produk hukum daerah tersebut diajukan kepada sekretaris daerah setelah mendapat
paraf koordinasi kepala biro hukum.
c. Produk hukum daerah ditanda-tangani oleh gubernur, akan tetapi penanda-tanganan
produk hukum daerah dapat didelegasikan kepada sekretaris daerah.
Apabila digambarkan secara utuh, maka proses penyusunan produk hukum daerah yang
bersifat penetapan di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Bagan. 1. Proses Penyusunan Produk Hukum Daerah yang Bersifat
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Penetapan di
Sekretaris Daerah
Ditanda-tangani
Sekretaris Daerah
Ditanda-tangani
Gubernur
Provinsi Sumatera Barat, yang mengatur tentang keberadaan Biro Hukum dalam
Satuan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
2. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 50 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Eselon II, III dan Uraian Tugas Eselon IV pada Sekretariat Daerah Provinsi
Sumatera Barat.
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi
Sumatera Barat dijelaskan bahwa Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat bertugas
memberikan bantuan dan fasilitasi bagi SKPD lainnya dalam menyusun produk hukum daerah.
Dalam memfasilitasi penyusunan produk hukum daerah, Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera
Barat memainkan fungsi penting guna terwujudnya produk hukum daerah yang tidak
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Berdasarkan hasil analisis data lapangan, fungsi Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat
dalam memfasilitasi penyusunan produk hukum daerah dapat dibagi atas tiga fungsi utama yakni
fungsi delegasi, fungsi koordinasi dan fungsi konsultasi.
daerah seringkali Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat mendapatkan fungsi untuk
mengambil-alih kewenangan penyusunan materi produk hukum daerah dari SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) terkait atas permintaan gubernur. Dalam kamus manajemen, fungsi seperti ini
sering disebut dengan delegasi. Delegasi adalah memberikan sebagian pekerjaan atau
kewenangan oleh delegator kepada pihak lain (delegate) untuk dikerjakannya atas nama
delegator. Demi pertimbangan waktu, efisiensi dan akurasi suatu produk hukum adakalanya
suatu produk hukum yang akan dirancang oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) tertentu
didelegasikan kepada Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat. Keterlibatan Biro Hukum
Setda Provinsi Sumatera Barat dalam membuat suatu produk hukum yang telah didelegasikan ini
diungkapkan oleh Bapak Yulitar, SH. Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat seperti
kutipan wawancara di bawah ini.
Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat juga diberi kewenangan untuk
membuat produk hukum daerah jika kewenangan tersebut telah diserahkan oleh
gubernur kepada kami. Hal ini dimungkinkan karena memang tugas kami adalah
menangani sesuatu yang berhubungan dengan produk hukum baik proses
penyusunannya maupun proses koordinasinya. Sumber daya manusia yang dimiliki
oleh Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat dapat melakukan itu karena kita
memiliki staf yang cukup memadai. (Wawancara tanggal 15 September 2013).2
Fungsi Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat dalam mengambil-alih perancangan
produk hukum daerah diatur oleh peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah. Menyadari
bahwa tidak semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
menyusun produk hukum daerah, maka pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada unit
organisasi yang membidangi masalah hukum di pemerintah daerah (Biro Hukum) untuk
mengambil-alih tugas penyusunan produk hukum daerah setelah mendapat instruksi dari kepala
daerah. Secara administratif, setiap rancangan produk hukum daerah yang telah didelegasikan
dari suatu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) kepada Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera
Barat, sebelum rancangan produk hukum tersebut dibawa kepada sekretaris daerah untuk
didisposisi dan mendapat persetujuan gubernur, maka rancangan produk hukum tersebut harus
mendapat disposisi Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat. Dengan demikian,
peranan delegasi yang dimiliki oleh Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat juga dilengkapi
dengan persetujuan secara tertulis terhadap rancangan produk hukum daerah yang telah diambil2 Wawancaea Dengan Kepala Biro Hukum Setda Prov. Sumatera Barat , Bapak.
Yulitar, SH. tanggal 15 September 2013.
alih. Hal ini bertujuan agar materi rancangan produk hukum yang disusun oleh SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) tersebut telah sinkron dengan aturan yang lebih tinggi dan tidak
melanggar kepentingan umum.
Tabel .1 Produk Hukum Daerah yang Didelegasikan
kepada Biro Hukum Setda Propinsi Sumatera Barat
No
Produk Hukum
Penanggung-jawab
Sekretaris Daerah Propinsi
Sumatera Barat
10
11
B. Kendala yang dihadapi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat
Dalam Pembentukan Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2009
Secara organisasional semua tugas-tugas yang menjadi tanggung-jawab Biro Hukum Setda
Provinsi Sumatera Barat dapat terlaksana dengan baik. Namun, ada satu persoalan yang cukup
mempengaruhi kinerja Biro Hukum Sekretariat daerah Provinsi Sumatera Barat dalam
memfasilitasi penyusunan produk hukum daerah yaitu lemahnya kerjasama tim (team work)
dalam pelaksanaan tugas. Secara kuantitas (jumlah) pegawai yang dimiliki oleh Biro Hukum
Setda Provinsi Sumatera Barat sudah mencukupi untuk menjalankan tugas-tugas fasilitasi dan
bantuan penyusunan produk hukum daerah. Namun, jumlah pegawai yang ada tidak berbanding
lurus dengan kualitas dan kinerja, sehingga mengurangi soliditas tim dan kerjasama tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat. Banyak pegawai yang
tidak menunjukkan kinerja yang maksimal, indisipliner dan kurang aktif. Pemandangan yang
sering ditemui di Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat adalah banyak pegawai yang lebih
banyak membaca koran, sering datang terlambat dan kurang memiliki rasa tanggung-jawab
terhadap tugas-tugasnya. Persoalan ini banyak ditemui pada pegawai-pegawai non-struktural di
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat. Permasalahan ini diakui oleh Kepala
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat, YULITAR, SH. sebagaimana kutipan
wawancara di bawah ini. Banyak pegawai-pegawai non-struktural atau pegawai yang tidak
memegang jabatan yang kurang peduli dengan tugas-tugasnya. Kalaupun ada pegawai nonstruktural yang aktif orangnya itu-itu saja dan jumlahnya relatif sedikit. Pegawai-pegawai
lainnya tidak menunjukkan kinerja yang baik, sering datang terlambat, kurang disiplin waktu dan
tidak mau tahu dengan tugas-tugasnya. Banyak tugas-tugas yang hanya dikerjakan oleh pegawai
struktural dan pegawai non-struktral yang sedikit tadi sehingga beban kerja mereka menjadi
berlebih. Jujur, hal ini cukup mengganggu kinerja Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat
12
secara keseluruhan karena lemahnya kerjasama dan kekompakan dalam bekerja. (Wawancara
tanggal 22 September 2013).3
Pada umumnya pegawai non-struktural yang aktif bekerja kebanyakan adalah tamatan
SMA, D3 dan tamatan non-fakultas hukum (Sarjana Ekonomi, Sarjana Sosial dan Sarjana
Teknik), sedangkan pegawai yang tamatan Fakultas Hukum dan memiliki gelar Sarjana Hukum
tidak terlalu menunjukkan aktivitas kerja yang berarti. Fakta ini merupakan sebuah ironi yang
terjadi di Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat yang notabene adalah unit organisasi yang
berhubungan dengan masalah hukum dan banyak memiliki pegawai yang bergelar Sarjana
Hukum, tetapi banyak pegawainya yang tidak berkinerja baik.
Tabel .2. Perbandingan Tingkat Pendidikan
Pegawai Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat
Berdasarkan Gelar Akademik
No
Gelar
Jumlah
Sarjana Hukum
23
Sarjana Teknik
Sarjana Ekonomi
Sarjana Sosial
Ahli Madya
11
Total
41
13
Sebagai ilustrasi, Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat memiliki 23 (dua puluh
tiga) orang pegawai yang bergelar Sarjana Hukum, sisanya bergelar Sarjana Teknik 1 (satu)
orang, Sarjana Ekonomi 2 (dua)orang, Sarjana Sosial 1(satu) orang, Ahli Madya 2 (satu) orang
dan tamatan SMA 11 (sebelas) orang. Dengan demikian maka lebih dari setengahnya merupakan
Sarjana Hukum dan mengerti hukum serta perundang-undangan. Namun, temuan data di
lapangan menunjukkan bahwa banyak pegawai yang aktif bekerja adalah pegawai-pegawai yang
tidak memiliki gelar (tamatan SMA) dan pegawai yang tidak bergelar Sarjana Hukum. Padahal
untuk pelaksanaan tugas-tugas di Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat sangat dibutuhkan
sumbangan tenaga dan pikiran dari para pegawai yang mengerti masalah hukum dan perundangundangan. Persoalan ini sebenarnya tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap pekerjaan
dan pelaksanaan tugas-tugas Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat jika aktivitas atau tugas
yang sedang dilaksanakan tidak terlalu banyak dan mendesak untuk segera diselesaikan. Akan
tetapi, ini akan menjadi permasalahan yang serius apabila banyak produk hukum daerah yang
harus disusun dan waktunya juga mendesak. Akibatnya, terjadi over capacity (kelebihan beban)
tugas bagi pegawai-pegawai struktural dan non-struktural yang aktif bekerja. Berikut ini
penuturan Enifita Djinis, SH. Kepala Bagian Peraturan perundang-undangan Biro Hukum Setda
Provinsi Sumatera Barat.
Tugas-tugas Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat dalam memfasilitasi
penyusunan produk hukum daerah tidak selalu banyak dan mendesak. Ada suatu
keadaan dimana tugas-tugas tersebut banyak dan harus selesai dalam waktu yang
singkat. Pada kondisi seperti inilah kami sering kewalahan karena pegawai yang
bekerja orangnya hanya itu ke itu saja, sehingga terpaksa mereka harus bekerja
lebih banyak dan lembur. Bahkan saya sendiri sering lembur kalau sedang banyak
pekerjaan di kantor. (Wawancara tanggal 23 September 2013).4
4 Wawancara Dengan Kepala Bagian Peraturan Perundang-Undangan Biro Hukum
Setda Prov. Sumatera Barat Ibuk Enifita Djinis, SH. Tanggal 23 September 2013.
14
Persoalan ini tidak terlepas dari faktor usia pegawai Biro Hukum Setda Provinsi
Sumatera Barat. Untuk ukuran manusia Indonesia, usia produktif untuk bekerja berada pada
rentang usia 25-45 tahun, sedangkan usia di atas 45 tahun merupakan usia yang kurang produktif
dalam bekerja. Hal ini dikarenakan pada usia 45 tahun ke atas kebanyakan manusia sudah mulai
tidak aktif, lamban dan mulai mudah diserang bermacam penyakit. Selain itu, problema rumah
tangga dan masalah ekonomi sehari-hari ikut serta mengurangi kinerja dan semangat kerja
pegawai. Dari segi usia, sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang pegawai Biro Hukum Setda
Provinsi Sumatera Barat yang berusia 46-55 tahun, sedangkan sisanya hanya 13 (tiga belas)
orang yang berusia 25-45 tahun. Artinya, 50 persen lebih pegawai Biro Hukum Setda Provinsi
Sumatera Barat berada pada usia yang kurang produktif.
Tabel .3. Perbandingan Pegawai
Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Barat
Berdasarkan Usia Produktif dan Non-Produktif
No
Usia
Range
Jumlah
Usia Produktif
25-45 Tahun
13
Non-Produktif
46-55 Tahun
28
Total
41
15
pelaksanaan tugas-tugas pada masing-masing bagian dan sub bagian yang ada di Biro Hukum
Setda Provinsi Sumatera Barat tanpa jabaran tugas yang rinci.
C. Upapa Mengatasi Kendala Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat
Dalam Pembentukan Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2009 tentang Prosedur
Penggunaan Kendaraan Dinas Dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Upaya yang dilakukan Biro Hukum Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat dalam
pembentukan produk hukum dengan melakukan konsultasi eksternal dengan lembaga terkait di
pusat untuk mendapat arahan dalam memfasilitasi penyusunan produk hukum daerah. Dalam
menyusun produk hukum daerah yang berhubungan prosedur penggunaan kendaraan dinas di
lingkungan pemerintah provinsi Sumatera Barat, harus berkoordinasi dengan Kementerian
Dalam Negeri, tepatnya pada Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri. Disamping itu Biro
Hukum Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, harus berkonsultasi dengan kementerian
keuangan ketika menyusun APBD, guna mendapatkan evaluasi dan klarifikasi hukum.
Disamping itu Biro Hukum Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat harus berkonsultasi
dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan produk hukum yang
berhubungan dengan organisasi perangkat daerah harus dikonsultasikan dengan kementerian
dalam negeri. Dalam menjalankan peran konsultasi, Biro Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera
Barat berkewajiban memberikan saran dan arahan kepada unit organisasi dan pemerintah
kabupaten/kota. Disamping memberikan pendapat hukum, Biro Hukum Sekretariat Daerah
Provinsi Sumatera Barat berkewajiban memberikan pendapat hukum tersebut kepada pemerintah
kabupaten/kota, agar produk hukum yang akan disusun sinkron dengan aturan yang lebih tinggi.
Di samping itu, Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat, juga
melakukan konsultasi eksternal dengan lemabaga terkait di pusat untuk mendapat arahan dalam
memfasilitasi penyusunan p[roduk hukum daerah. Dalam menyusun produk hukum daerah yang
16
berhubungan dengan pasilitas. Misalnya Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera
Barat harus berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam hal mengenai pembentukan
peraturan gubernur tentang prosedur penggunaan kendaraan dinas di lingkungan pemerintah
Provinsi Sumatera Barat. Upaya selanjutnya yang harus dilakukan oleh Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi Sumatera Barat, melakukan konsultasi sebagai upaya meminta saran dan
pendapat kepada pihak lain mengenai suatu hal. Biasanya konsultasi tersebut dilakukan karena
suatu pihak kurang memahami atau kurang menguasai suatu persoalan yang akan dikerjakan.
Konsultasi yang dilakukan melalui diskusi dengan harapan mendapatkan artahan, pertukaran
pikiran untuk mendapat nasehat atau saran sebaik-baiknya. Dengan berkonsultasi kepada pihak
lain diharapkan dapat diperoleh masukan dan pendapat sehingga diperoleh gambaran mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan dalam rangka penyusunan produk hukum.
C. KESIMPULAN
1. Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu unit organisasi
yang
Provinsi
a. Pimpinan unit kerja menyusun produk hukum daerah sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
b. Produk hukum daerah tersebut diajukan kepada sekretaris daerah setelah mendapat paraf
koordinasi kepala biro hukum.
c. Produk hukum daerah ditanda-tangani oleh gubernur, akan tetapi penanda-tanganan
produk hukum daerah dapat didelegasikan kepada sekda.
17
Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat memainkan fungsinya untuk
menjaga agar produk hukum daerah tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi dan
melanggar kepentingan umum. Dalam menjalankan tugasnya memfasilitasi penyusunan
produk hukum daerah, Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat memiliki tiga
fungsi utama yaitu fungsi delegasi, fungsi koordinasi dan fungsi konsultasi.
2. Dalam menjalankan peranannya, kendala yang di temui Biro Hukum Sekretariat Daerah
Provinsi
Daerah Provinsi
mendesak.
3. Dalam menjalankan perananannya upaya yang dilakukan Biro Hukum Sekretariat Daerah
Provinsi
terkait di pusat
pihak kurang memahami atau kurang menguasai suatu persoalan yang akan
dikerjakan
18
terwujudnya penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan telah selesainya penulis, melakukan
penyusunan penulisan skripsi ini yang tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhitung kepada Bapak. Sjafaruddin Tamin MS,
SH.MH selaku Pembimbing I. Ibuk. Arnes Satriani, SH.MH selaku Pembimbing II yang
dengan bijaksana membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini
E. DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
19
20
JURNAL ILMIAH
Oleh
NASRUL MANSUR
NPM. 0910005600070
21