(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
TEOLOGI HINDU
Dalam Ritual Kematian Pada
Masyarakat Jawa
TEOLOGI HINDU
Dalam Ritual Kematian Pada
Masyarakat Jawa
Surabaya: Pàramita, 2012
x + 230 hal ; 148 mm x 210 mm
ISBN : 978-602-204-292-1
TEOLOGI HINDU
Dalam Ritual Kematian Pada
Masyarakat Jawa
Oleh : Dr. Relin DE.
Layout & cover : Nyoman Arsiana
Pemasaran “PÀRAMITA”
Jl. Letda Made Putra 16B Telp. (0361) 226445, 8424209
Denpasar Fax : (0361) 226445
Cetaka 2012
KATA PENGANTAR
Rektor
Artinya :
Weda srtuti adalah sumber pertama dari pada dharma,
kemudian baru smreti, disamping sila, Acara, dan
atmanastuti” (Pudja, 1977 : 7).
Artinya.
Tuhan Yang Maha Esa melindungi mereka yang bhakti,
yang meningkatkan diri secara bertahap dengan berbagai
aktivitas. Tuhan yang Maha Esa akan hadir dengan
berbagai kemahakuasaanya untuk menganugrahkan
keberuntungan.
Artinya.
Apapun yang engkau kerjakan, kau makan,
kau persembahkan, kau dermakan dan disiplin diri apapun
yang kau laksanakan, lakukanlah semua itu,
wahai arjuna,hanya bakti kepadaku.
Artinya :
Bulan itu lampunya malam. Surya itu lampunya dunia di
siang hari.Dharma itu ialah lampunya ketiga dunia ini.
Dan putra yang baik itu cahaya keluarga. Waktu malam
bulanlah sebagai lampunya : di siang hari suryalah di
ketiga dunia ini dharmalah seperti lampunya : dan dalam
suatu keluarga itu, putra yang baik itulah cahayanya.
Demikianlah kata kitab suci (Agung Oka, 1992 : 114).
Artinya :
Bulan dan bintang memberi penerangan di waktu malam,
matahari bersinar memberi penerangan di bumi,
ilmu pengetahuan, pelajaran dan peraturan-peraturan
yang baik menerangi ketiga jagad dengan sempurna,
putra yang baik, budiman dan bijaksana membahagiakan
kaum keluarga.
Artinya :
Kaya akan tabiat baik Sang Dasarata
Tahu akan kitab weda, taat kepada Dewa,
tak lupa akan pemujaan kepada roh leluhurnya,
bercinta kasihlah dengan rakyat sendiri.
Artinya :
Adapun pahala berbuat bhakti kepada orang tua, empat
kepanjangan masing-masingnya Kirti, Ayusa, Yaca dan
Bala; Kirti artinya pujian tentang kebaikan, Ayusa
artinya kehidupan, Yaca artinya nama baik yang
ditinggalkan, Bala artinya kekuatan, kesemuanya
itulah yang bertambah-tambah sempurna sebagai
pahala bhakti terhadap orang tua (Kajeng, 1997 : 194)
1. Polytheisme
Adalah suatu kepercayaan yang mengakui adanya banyak
Dewa, dimana Dewa-Dewa ini digambarkan memilik sifatnya
sendiri-sendiri. Penganut aliran Polytheisme di dalam mereka
memuja Tuhan mereka dapat berpindah dari satu Dewa ke Dewa
lainnya apabila mereka tidak mendapat terhadap Dewa yang
dipujanya.
Untuk memerinci suatu ajaran agama yang menganut sistem
KeTuhanan yang bersifat polytheisme, apabila ajaran agama
tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Di dalam penghayatan terhadap Tuhan yang dipuja maka
golongan polytheisme selalu mempergunakan nyanyian
yang berbentuk puisi karena yang diagungkan adalah bentuk-
bentuk Tuhan dan warnanya. Pemujaan melalui nyanyian ini
dapat menyentuh seluruh perasaan dengan mengutamakan
rasa keindahan.
2. Karena di dalam memuja Dewa selalu mempergunakan
syair-syair tersebut perlu ditafsirkan oleh para penyair yang
lainnya atau dengan kata lain syair itu perlu dimufakati
sebelumnya.
2. Monotheisme
Adalah suatu keyakinan terhadap adanya satu Tuhan. Adapun
tanda-tanda suatu agama atau suatu keyakinan yang disebut
monotheisme adalah sebagai berikut :
1. Monotheisme adalah suatu kepercayaan kepada perwujudan
Tuhan yang tunggal, dan lebih dititikberatkan kepada
ketunggalan dari Tuhan yang dipuja dan Tuhan yang tunggal
itu lebih bersifat individu.
2. Tuhan yang dipuja dalam ajaran monotheisme harus memiliki
jenis kelamin laki-laki.
a. Faktor Estetis
Setiap penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa selalu
disertai oleh nilai-nilai keindahan dan kesemarakan. Dalam
pandangan ini menguraikan bahwa Tuhan itu adalah Dewa
yang mulia dan bersinar sehingga konsepsi keTuhanan dalam
pandangan ini menguraikan bahwa Dewa yang banyak itu adalah
Dewa yang satu sehingga tidak terjadi suatu kontradiksi dalam
penampilan satu Dewa terhadap Dewa yang lainnya.
b. Faktor Etis
Dalam pandangan ini dijelaskan bahwa Tuhan merupakan
perwujudan keindahan dan kemegahan seluruh alam termasuk
pula kebajikan kemuliaan kebaikan yang terdapat pada manusia.
Doa-doa yang disajikan kepada Tuhan dalam bentuk yang maha
utama, dalam usaha menggambarkan kemahakuasaan Tuhan
walaupun nama-nama Tuhan yang digunakan berbeda-beda.
d. Monisme
Adalah konsepsi keTuhanan yang menyatakan bahwa Tuhan
yang satu itu adalah Tuhan yang benar dan dari yang satu itu
1. Teologi Hindu
Sesuai rumusannya, teologi adalah merupakan cabang filsafat
yang membahas tentang Tuhan yang dapat dipergunakan sebagai
sarana untuk merumuskan teologi dalam keyakinan dan agama-
agama maka di dalam Hindu temukan istilah teologi tersebut
dengan istilah lain seperti :
1. Brahma Widya
2. Brahma Tatwa Jnana
Artinya :
Bapa kami, pencipta kami penguasa kami,
yang mengetahui semua tempat, segala yang ada
Dialah satu-satunya, memakai nama Dewa yang
berbeda-beda
Dialah yang dicari oleh semua makhluk dengan renungan.
Artinya :
Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat
Tuhan yang maha kuasa yang dipuja dengan gembira
dalam setiap pemujaan, Tuhan maha sakti, selalu dipuja
kami memohon semoga Tuhan yang maha Pemurah
melimpahkan rahmat kepada kami.
Artinya :
Hendaknya diketahui bahwa ia maha kuasa Tak
bertubuh, tak teraba, tak berurat nadi Suci, tak kena
oleh penderitaan, maha tahu Ahli pikir, maha besar, ada
tanpa diadakan Pemberi rahmat atas segala keinginan
sejak Zaman dahulu kala.
Artinya :
Dari asal itu, Ia yang tak nyata, kekal dan nyata,
Tak nyata, ia ciptakan purusa dikenal di dunia dengan
Nama Brahman. (Menawadharma sastra 1.2.)
Artinya :
Aswin Dewa cahaya
limpahkanlah kepada kami yang manis
sehingga kami mampu mengucapkan kata-kata yang
mulia kepada seluruh umat manusia.
Artinya :
“Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama
atau utama dari pada dharma (agama Hindu) kemudian
adat-istiadat (Smrti), dan lalu tingkah laku yang terpuji
dari orang budiman yang mendalami Weda (Sila),
juga kebiasaan orang-orang suci (acara) serta akhirnya
kepuasan diri sendiri (atmanastuti)”.
Artinya :
“Semua smrti dan semua sistem filsafat yang rendah
yang tidak berdasarkan weda, tidak akan membawa
pahala sesudah mati karena dinyatakan atau didasarkan
atas kegelapan”Pudja dan Sudharta, 1977/1978 : 64).
“Pratyaksanumanacca
Krtan tad wacanagamah
pramanan triwidampraktam
tat samyogjanam uttamam”
Artinya :
Orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk
mendapat pengetahuan (Pratyaksa, Anumana, Agama).
Pratyaksa (konon) namanya (karena) terlihat dan
terpandang. Anumana sebutannya sebagai melihat
asap ditempat jauh, untuk membuktikan kepastian
(adanya api) itulah disebut Anumana. Agama disebut
pengetahuan yang diberikan oleh para guru (sarjana)
itulah dikatakan agama. orang yang memiliki tiga cara
untuk mendapatkan pengetahuan Pratyaksa, Anumana
dan Agama dialah berpengetahuan lengkap.
2. Teologi Jawa
Di samping sistem teologi Hindu juga akan diuraikan sitem
teologi lokal Jawa yang melandasi pelaksanaan ritual kematian
itu. Teologi masyarakat Jawa termuat dalam beberapa buku
seperti buku Manunggaling Kawulo Gusti sebagai berikut :
Artinya :
Manusia yang melakukan penyembahan sejati
seumpama sebuah kapal yang muatannya ialah garam.
Ini suatu pralambang
Dalam pelayaran di tengan laut, muatannya menjadi
terlalu berat dan kapalnya tenggelam di tengah laut.
Kembalilah garam ke laut (P.J Zoetmulder.2000 : 332).
Artinya :
Kalau tanpa sarana atau alat tidak akan mungkin sampai
pada keinginannya, bagaikan bedug yang tanpa senjata,
dihadapan Hyang Widhi tidak akan mengabulkannya,
kepada orang yang tanpa pelaksanaan bagaikan sedekah
(yadnya) kepada Hyang Widhi (bhakti yang harus diikuti
aturan-aturannya), dimana ada penguasa diperintah oleh
anak buahnya.
Artinya :
ditamsilkan orang hidup ini
di dunia itu seumpamanya
hanya seperti orang yang singgah minum
semisal burung terbang, lepas dari sangkarnya,
ke mana hinggapnya kelak, janganlah sampai keliru,
seumpama orang saling berkunjung ketetangga,
akhirnya pasti pulang ketempat asal mulanya
(Mulyono, 1979 : 195).
Artinya :
Hendaknya waspada terhadap penghayatan roroning
atunggil, agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma,
penghayatan ini terbukti dalam penyepian, tersimpan
di dalam pusat kalbu, adapun proses terungkapnya tabir
(penutup alam gaib), laksana terlindasanya dalam kantuk
bagi orang yang sedang mengantuk, penghayatan gaib
itu datang laksana lintasan mimpi, sesungguhnya orang
yang telah menghayati semacam itu, berarti telah tahu
jalan kemana pergi keasalnya (Soesilo, 2003 : 119-120).
RITUAL KEMATIAN
PADA MASYARAKAT JAWA
Artinya :
Kehendak hamba mengantar atman, bersatulah atman
dengan brahman, atman Jiwatman : .................. atman
Artinya :
Ditamsilkan orang hidup ini
di dunia itu seumpamanya
hanya seperti orang yang singgah minum
semisal burung terbang, lepas dari sangkarnya,
ke mana hinggapnya kelak, janganlah sampai keliru,
seumpama orang saling berkunjung ketetangga,
akhirnya pasti pulang ketempat asal mulanya
(Mulyono, 1979 : 195).
Artinya :
Hendaknya waspada terhadap penghayatan roroning atunggil,
Agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma,
penghayatan ini terbukti dalam penyepian,
tersimpan di dalam pusat kalbu,
adapun proses terungkapnya tabir (penutup alam gaib),
laksana terlindasanya dalam kantuk bagi orang yang
sedang mengantuk,
Artinya :
Kalau tanpa sarana atau alat tidak akan mungkin sampai
pada keinginannya, bagaikan bedug yang tanpa senjata,
dihadapan Hyang Widhi tidak akan mengabulkannya,
kepada orang yang tanpa pelaksanaan bagaikan sedekah
(yadnya) kepada Hyang Widhi (bhakti yang harus diikuti
aturan-aturannya), dimana ada penguasa diperintah oleh
anak buahnya.
Artinya :
Kehendak hamba mengantar atman, bersatulah atman
dengan brahman, atman Jiwatman : .................. atman
sakit, atman sembah,
Atman berjalan, atman kembali, kembali pada Brahman,
Menyatu ke alam siwa.
Artinya :
Orang terkemuka patut memberi sedekah kepada tamu
yang miskin, membangun kembali candiyg sudah
roboh dan tidak terpakai lagi, lalu menghiasinya
Artinya :
ditamsilkan orang hidup ini
di dunia itu seumpamanya
Artinya :
Cipta suci, mulya sejati, air hidup yang dibersihkan
Dari sumber Bhatara Wisnu, cipta harum Siwa-Wisnu
Badan kembali pada cipta menyatu dengan atman,
atman sekumcup melati
Tenang-tenang di samudra, atman pilah atman pilih,
atma mulya
“Om A Ta Sa Ba I
Om Wa Si Ma Na Ya Mang Ang Ung
Murchantu Swargantu Moskantu Shamantu
Ang Ksama Sampurnaya namah swaha”
Artinya :
Semoga tenag menghembuskan nafas terakhir
Dalam perjalanan ke sorga dan semoga mencapai moksa
Semoga sempurna semuanya (Surayin, 2002 : 3).
1. Ritual Geblak
Ritual Geblak adalah ritual kematian pada tahap pertama.
Ritual Antyesti atau ritual kematian ini wujud nyatanya seperti
perawatan jenasah mulai dari saat menghembuskan nafas terakhir
(Geblak) sampai dengan penguburannya.
Upacara Geblak diawali dengan pembersihan jenasah,
yaitu:
a. Memandikan Jenasah.
- Perlengkapan memandikan jenasah :
- Air ditaruh dalam kendi (guci kecil)
- Air tiga (3) tempat yang isinya : air bunga setaman
(campur), air daun kelor dan air bening atau jernih
- Dupa
b. Pelaksanaan memandikan jenasah
- Jenasah di bawa keluar (biasanya dihalaman rumah)
kemudian ditaruh diatas pangkuan (orang yang ditugaskan
untuk memangku jenasah sewaktu jenasah dimandikan).
- Pemangku memantrai air yang ada dalam kendi dengan
mantra :
Artinya :
Ada tunjung putih, sekuncup melati akan
menyucikan diri
Untuk menghadap ibi pertiwi, Bhatari Durga
Yang membersihkan, Bhatara Wisnu yang menyucikan
Bhatara Bantala yang akan menerima
Artinya :
Oh roh mandilah engkau, si kumpulan roh
Mandilah semua kumpulan roh untuk menjadikan suci
Artinya :
Mengambil bunga di air setaman.
Artinya :
Ibu pertiwi badan swargi : .................. yang
berasal
Dari tanah kembali ke tanah
Sang Hyang Baruna, badan swargi...........
yang berasal
Dari air kembalilah ke air
Sang Hyang Agni, badan swargi :.............
yang berasal
Dari api kembalilah ke api
Sang Hyang Bayu, badan swargi :.............
yang berasal
Dari angin kembalilah ke angin
Sang Hyang Akosso, badan swargi :..........
yang berasal
Dari udara kembalilah ke udara
Artinya :
Sang Hyang Nilaganda berbunga pundak
kasutri
Sang Hyang Gondosono berbunga mawar
angsona
Sang Hyang Pundak setegel berbadan gambir
hermaya
Gondo lepas kembali kepada Dewa
Air kembali ke nilawati
Banyu, idep, titi jati, pralina.
Artinya :
Wahono Mulya kendaraannya swargi :
.................
Artinya :
Silahkan makan oh para roh suci (Dewa)
Silahkan makan oh kumpulan roh
Silahkan makan oh semua roh
Hormat kepada semua roh
Artinya :
Om Hyang menghaturkan bunga
Om Hyang kebahagiaan bunga
Sari pawitram ya namah swaha
Apabila jenasah sudah selesai dirapikan dan
siap untuk diberangkatkan ke kuburan, dilakukan
persembahyangan Panjurungng Suksmo, yang
diikuti oleh anggota keluarga yang memiliki upacara
kematian dan umat Hindu yang mendatangi upacara
kematian tersebut yang dipimpin oleh Pandito/Wasi
(Pemangku)
2. Sikap trajubahu :
Om Dewa pitaro sarwah
Pariwara guna saha
Harsaya sarwa pujanam
Prasiddhantu sukha kritam
Om Dewa bhujti mahasuddhanam
Bhojanam parama suddam
Dewa tusta pariwaram
Triptya sarwa Dewa mritanam
3. Sikap Asana :
Artinya :
Gusti Hyang Maha suci iku dumunung ana ing
dalem baline
Sarupane makluk, iku sumurupo .....................
Om tam sarwanamgacheha
Sarwa bhavena bharata
Tat pramadahat paramdantim
Thanam prasyasisasvatam
Artinya :
Tertuju kepada Gusti yang melindungi
semuanya oh....
Dari kerurahannya, kamu akan mendapatkan
yang paling tinggi mencapai tempat yang
langgeng.
Artinya :
Begitulah cara saya menerangkan kebijak-sanaan
Yang lebih rahasia, yang melebihi semua rahasia
Maka pikirkan semua dengan serius dan setelah itu,
Lakukan menurut kehendakmu.
Artinya :
Begitulah nasehat saya yang benar ini
Itulah rahasia segalanya, kamu itu sangat saya
sayangi
Maka saya akan berkata yang membuat
keselamatanmu.
Artinya :
Tunjukkan ciptaanMu padaku
Berbaktilah padaKu, beryadnya padaku
Kamu akan mencapai kepadaKu, itu sudah Aku
tentukan
Kamu akan sampai padaKu
Artinya :
Tinggalno sekabehing kwajibanmu nalika isih
Hurip ing alamdonyo, ngayomo marang ingsun
Ingsun bakal ngluwari sira saka sekabehing disa.
Wis aja melu apa-apa
Om idham na tapaskana
Na bhakta ya kadhacana
Ha ca nam yo bhasyuyati
Om ya paranam guhyam
Madbhakteshoabidasyate
Bhaktim mayi param kritva
Ma evai shyateasamsayah
Artinya :
Sing sape wae mulangake wewadi kang luhur iki,
Marang wong kang bekti marang ingsun
Siro kabeh iku wis kena tinamtoake bekal tumeka
marang ingsun
Om agnir-agnir djotir
Om dupam samar payami
Om ang dupa diprasta ya namah swaha
OM I BA SA TA A OM YA NA MA SIWAYA
OM MANG UNG ANG
(bunga dimasukan gelas yang berisi air untuk tirta suci)
- Brahmaprajapati
- Percikan :
- Di ubun-ubun :
Om bhudamaha pawitra yanamah swaha
Om dharma maha tirtha yanamah swaha
Om Sang Hyang Brahma toyam yanamah swaha
- Minum (3x)
Om Brahma pawaka
Om Wisnu amerta
Om Siwa jnana
- Raup (3x)
Om suksma ya namah
Om parama sukma yanamah
Om sukma ksama sampurna yanamah swaha
Kedua :
- Sembah sungkem
- Asana
- Pranayama
- Karasodana
- Sikap Memuja/Muspa kosong (diucapkan secara bersama-
sama)
Artinya :
Sang Hyang Widhi, sembah sungkem kami
sampaikan, semoga kami senantiasa dalam
perlindunganMu. Hyang widhi engkau adalah
penuntun kami, tujuan hidup kami, dan kami
sangat berterima kasih karena engkau telah
melebur kegelapan seperti gelapnya malam dengan
mendatangkan sinar terang seperti siang hari dan
seterusnya. Semoga semuanya mendatangkan
kerahayuan. Hyang widhi kami mohon limpah-
kanlah teguh sentausa dalam batin ami, sinar
terang dalam kehidupan kami, tentram jiwa kami,
sehat jasmani kami, dan leburlah segala dosa kami.
Kami mohon semoga Engkau senantiasa menuntun
kami menuju jalan yang benar, limpahkanlah
rejeki yang senantiasa datang pada kami, dan kami
mohon agar Engkau menghindarkan kami dari
segalqa kesalahan dalam perjalanan hidup kami,
hapuslah segala bahaya, hapuslah segala perbedaan,
limpahkanlah panjang umur, panjang rejeki kami,
limpahkanlah kerahayuan dalam segalanya.
(Wawancara, Samingan Waluyo, 25 Pebruari 2005).
Ke empat :
Artinya :
Kehendakku mengantar atman, bersatulah atman
dengan brahman, atman Jiwatman : ..................
atman sakit, atman sembah,
Kelima :
Om agnir-agnir djotir
Om dupam samar payami
Om ang dupa diprasta ya namah swaha
OM I BA SA TA A OM YA NA MA SIWAYA
OM MANG UNG ANG
(bunga dimasukan gelas yang berisi air untuk
tirta suci)
- Brahmaprajapati
- Percikan :
- Di ubun-ubun :
Om bhudamaha pawitra yanamah swaha
Om dharma maha tirtha yanamah swaha
Om Sang Hyang Brahma toyam yanamah swaha
- Raup (3x)
Om suksma ya namah
Om parama sukma yanamah
Om sukma ksama sampurna yanamah swaha
Kedua :
1. Sembah sungkem
2. Asana
3. Pranayama
4. Karasodana
5. Sikap Memuja/Muspa kosong (diucapkan secara
bersama-sama)
Ketiga :
1. Om bhur bwah swah .....................(Trisandya bait 1)
2. Om Narayana............................ (Trisandya bait 2)
3. Om Twam Siwa ....................... (Trisandya bait 3)
Ke empat :
Artinya :
Kehendakku mengantar atman, bersatulah atman
dengan brahman, atman Jiwatman : ..................
atman sakit, atman sembah,
Atman berjalan, atman kembali, kembali pada
Brahman,
Menyatu ke siwa baka.
Kelima :
Dilanjutkan dengan mengidungkan kidung lelayu
(karena hanya beberapa orang saja yang bisa mengidungkan
kidung ini, maka kidung ini hanya dibaca oleh salah satu
orang yang hadir dalam upacara tersebut).
Kidung Lelayu
Duh Gusti pepunden hulun
Kang amrbo tri bawana
Poro wargo jalu wanito
Sung pujo panjurung suksmo
2. Persiapan Upacara
Setelah penentuan hari pelaksanaan Ritual
Kematian selanjutnya dua hari sebelum hari diadakan
upacara, keluarg yang akan melakukan upacara tersebut
menghubungi sanak familinya agar ikut serta membantu
kerja dalam upacara nanti. Dalam mempersiapkan
Om Aghnam Astu,
OM A TA SA BA I OM WA SI MA NA YA MANG
ANG UNG
Murchantu swargantu moksantu shamantu
Ang ksamasampurnaya namah swadha
2) Bunga
Cara penggunaan bunga bagi setiap orang adalah berbeda-
beda. Akan tetapi bunga memegang peranan yang sangat
penting didalam kehidupan umat manusia untuk menyampaikan
perasaannya dan yang menerima diharapkan merasa puas serta
memahami apa yang dimaksud.
3) Api/Dupa
Api memegang peranan sangat penting dalam agama Hindu,
boleh dikatakan setiap upacara didahului dengan menyalakan api.
Menurut sumber-sumber yang ada, penggunaan api yang demikian
menonjol, disebabkan karena sifat-sifat yang dimiliki yaitu :
1. Panasnya meresap ke segala pelosok baik di dalam air, udara,
tumbuh-tumbuhan ataupun mahluk hidup lainnya termasuk
manusia. Asapnya dapat terangkat sendiri keangkasa
memancarkan sinar putih berkilauan, kemudian menyebar
kesegala penjuru. Sifat api yang demikian menyebabkan api
dianggap sebagai perantara bumi dengan langit, manusia
dengan pencipta, penolongnya, dan pembawa persembahan.
2. Api selalu menimbulkan nyala yang baru, sinar cahaya
memancar kesegala penjuru, dapat memberi penerangan pada
Artinya :
Dengan hymne dan sanjungan suci
Kami memohon kepada Agni-Mu ya Tuhan dari banyak
Keluarga yang melayani Dewa-Dewa sesungguhnya
Kepada-Nya juga orang-orang lain menyalakan-Nya.
Artinya :
Oh Tuhan, kuat laksana api, Maha Kuasa tuntunlah
kami semua segala yang hidup ke jalan yang baik
Segala tingkah laku menuju kepada-Mu yang bijaksana
Jauhkan dari jalan yang tercela yang jatuh dari pada-Mu
Baik penghormatan maupun kata-kata yang hamba
lakukan.
Artinya :
Brahma adalah persembahan itu, brahma adalah mentega
Yang dipersembahkan pada api Brahma
Hanya kepada Brahmanlah ia yang mengetahui Brahman
Menghadap dalam kegiatan kerjanya (Puja, 199 : 121)
Artinya :
Beberapa orang yogi hanya mempersembahkan
Kurban kepada para Dewa yang lain mempersem-
bahkan
Sang diri sebagai kurban oleh sang diri
Ke dalam api Brahman (Puja, 199 : 121)
4) Daksina/cok Bakal
Alas dari Daksina/Cok Bakal disebut dengan wakul-daksina
atau bebedogan. Pada dasarnya isi daksina dapat dibagi menjadi
4 jenis yaitu :
1. Jenis daun-daunan (pesel-peselan, plawa atau sirih)
2. Jenis buah-buahan (beras, bija dan lainnya)
3. Jenis bunga (bunga pada canang atau canang sari)
4. Air, yaitu air pada kelapa (air kelapa)
Artinya :
Jika AKU berhenti bekerja maka ketiga dunia ini kan
hancur lebur
Dan AKU akan menjadi pencipta dari kehidupan yang
tak teratur
Dan AKU akan merusak manusia ini.
5) Pabyakala
Penggunaan banten pabyakala dalam Ritual Kematian
memiliki fungsi sebagai penyucian, menolakmenetralisir para
Bhuta Kala yang tidak sewajarnya berada pada tempat upacara
atau diri orang yang diupacarai. Pabyakala digunakan sebagai
pendahuluan suatu upacara.
7) Bubur Pitara
Dalam pelaksanaan Ritual Kematian, bubur pitara memiliki
fungsi sebagai suguhan ditujukan kepada Sang Hyang Atma.
8) Banyu Kunir
Banyu Kunir yang dipergunakan pada upacara kematian atau
Ritual Kematian yang diutamakan adalah warna kuningnya, karena
warna kuning merupakan warna yang dianggap suci tetapi lebih
mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi seperti keagungan,
kemakmuran, kewibawaan, kemuliaan ataupun kesempurnaan.
Oleh karena itu penggunaan warna kuning ini lebih diutamakan
pada hal-hal yang bersifat penyucian seperti Bhuta-yadnya dan
Pitra-yadnya.
TEOLOGI HINDU
DALAM RITUALKEMATIAN DI JAWA
Artinya :
Bapa kami, pencipta kami penguasa kami,
yang mengetahui semua tempat, segala yang ada
Dialah satu-satunya, memakai nama Dewa yang
berbeda-beda
Dialah yang dicari oleh semua makhluk dengan renungan.
(RG.X 82 – 3)
Artinya :
Hendaknya diketahui bahwa ia maha kuasa
Tak bertubuh, tak teraba, tak berurat nadi
Suci, tak kena oleh penderitaan, maha tahu
Ahli pikir, maha besar, ada tanpa diadakan
Pemberi rahmat atas segala keinginan sejak
Zaman dahulu kala.
Artinya :
Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat
Tuhan yang maha kuasa yang dipuja dengan gembira
dalam setiap pemujaan, Tuhan maha sakti, selalu dipuja
kami memohon semoga Tuhan yang maha Pemurah
melimpahkan rahmat kepada kami.
Artinya :
Kepada itu kami persembahkan sesajian, kepadamu kami
panjatkan doa kami kepadamu yang dipuja pada doa kami,
Engkau adalah ibarat mata air dalam gurun pasir, ya Tuhan.
Bagi manusia yang menyembahmu oh raja yang abadi.
Artinya :
Wisnu membentangkan bumi ini dan menjadikan tempat
tinggal bagi manusia. Kaum yang hina aman sentausa
di bawah lingkungannya yang mulia telah menjadikan
bumi ini tempat mereka.
Artinya :
Dari mana semua ada ini lahir, dengan apa yang lahir
ini hidup,
Kemana mereka masuk setelah kembali, ketahuilah
bahwa itu adalah Brahman.
Artinya :
Adapun penampakan Bhatara Siwa dalam menciptakan
dunia ini ialah; Brahma wujudnya waktu menciptakan
dunia ini, Wisnu wujudnya waktu memelihara dunia,
Rudra wujudnya waktu memerelina dunia ini, demikianlah
tiga wujudnya (tri Murti) hanya beda nama.
Artinya :
Seluruh alam ini muncul dari Bhatara Siwa, kemudian
lenyap kembali kepada Bhatara Siwa juga.
Artinya :
Tuhan yang Esa dipanggil dengan banyak nama,
Dewa Agni, Aditya, Vayu, Candrama, sukra, Brahman
Apah juga Dewa Prajapati (Raja semua mahluk)
Artinya :
Seperti api yang satu adanya, menyusupi segenap alam,
bentuknya menjadi bermacam-macam sesuai dengan
objek yang dibakarnya, demikian juga halnya Tuhan
yang tunggal dalam semua mahluk menjadi bermacam-
macam sesuai dengan apa (yang ia masuki), namun Ia
juga berada di luar (itu semua).
Artinya :
Bhatara Siwa meresapi segala, Ia gaib tak dapat
dipikirkan, ia seperti angkasa, tak terjangkau oleh
pikiran dan indriya.
Artinya :
Adappun penampakan Bhatara Siwa dalam menciptakan
dunia ini ialah; Brahma wujudnya waktu menciptakan
dunia ini, Wisnu wujudnya waktu memelihara
Artinya :
Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat
Tuhan yang maha kuasa yang dipuja dengan gembira
dalam setiap pemujaan, Tuhan maha sakti, selalu dipuja
kami memohon semoga Tuhan yang maha Pemurah
melimpahkan rahmat kepada kami.
Artinya :
Kepada itu kami persembahkan sesajian, kepadamu
kami panjatkan doa kami kepadamu yang dipuja pada
doa kami, Engkau adalah ibarat mata air dalam gurun
pasir, ya Tuhan. Bagi manusia yang menyembahmu oh
raja yang abadi.
Artinya :
Om Paduka Bhatara Siwa, atman jiwa swargi.............
Penuh dengan dosa, nista, penuh papa,
Semoga mendapatkan perlindungan dariMU
Artinya :
Om Paduka Bhatara, yang saya sembah
Semoga Paduka membebaskan atman jiwatman swargi....
Dari papa sengsara, dan tuntunlah ke jalan yang benar.
Artinya :
Ya Tuhan (gusti) melindungi semua yang hidup,
bebeskanlah sukmanya nya dia (yang meninggal) dari
penderitaan semua dosa, berikanlah jalan yang lurus.
Swargi ................. asal kelahiran dari bumi, air, api,
Angin, udara, jiwamu bergetar di angkasa
Artinya :
Ya Tuhan, semoga kau mengapuni segala prilaku, ucapan-
ucapan, kata-kata almarhum dan semua kesalahan yang
ia perbuat, semogamendapatkan sorga.
Artinya :
ditamsilkan orang hidup ini
di dunia itu seumpamanya
hanya seperti orang yang singgah minum
semisal burung terbang, lepas dari sangkarnya,
ke mana hinggapnya kelak, janganlah sampai keliru,
seumpama orang saling berkunjung ketetangga,
akhirnya pasti pulang ketempat asal mulanya
(Mulyono, 1979 : 195).
Artinya :
Cipta suci, mulya sejati, air hidup yang dibersihkan
Dari sumber Bhatara Wisnu, cipta harum Siwa-Wisnu
Artinya :
“kembalilah keasal mulamu sendiri-sendiri
kawula menyatu kepada Betara
semoga swargi.............. mendapatkan ketentraman
menuju kepada kaswargan mencapai kemoksaan
semoga menemukan kesempurnaan sejati
Om damai, damai, damai Om”
Artinya :
Tuhan yang Esa dipanggil dengan banyak nama,
Dewa Agni, Aditya, Vayu, Candrama, sukra, Brahman
Apah juga Dewa Prajapati (Raja semua mahluk)
Artinya :
Seperti api yang satu adanya, menyusupi segenap alam,
bentuknya menjadi bermacam-macam sesuai dengan
objek yang dibakarnya, demikian juga halnya Tuhan
yang tunggal dalam semua mahluk menjadi bermacam-
macam sesuai dengan apa (yang ia masuki), namun Ia
juga berada di luar (itu semua).
Artinya :
ditamsilkan orang hidup ini
di dunia itu seumpamanya
hanya seperti orang yang singgah minum
semisal burung terbang, lepas dari sangkarnya,
ke mana hinggapnya kelak, janganlah sampai keliru,
seumpama orang saling berkunjung ketetangga,
akhirnya pasti pulang ketempat asal mulanya
(Mulyono, 1979 : 195).
Artinya :
Bhatara Siwa meresapi segala, Ia gaib tak dapat
dipikirkan, ia seperti angkasa, tak terjangkau oleh
pikiran dan indriya.
Artinya :
Ya Tuhan hanya engkau sebagai sumber yang telah ada
dan akan ada di dunia ini, seisi jagat ini, Engkau maha
gaib, Engkau menghilangkan segala bentuk kegelapan,
Engkau maha Tunggal dan taiada kembaranMu. Hamba
pasarah semoga atman si meninggal mendapatkan sorga.
Artinya :
Kalau tahu Pamoring Kawula Gusti,
Serta Suksma yang dituju ada,
Oleh warna pada kamu tempatnya,
Seperti wayang kamu itu,
Dari dalang gerak wayang,
Padahal panggung itu jagat,
PENUTUP
6.1. Simpulan
Ritual kematian dilaksanakan oleh masyarakat Jawa secara
umum tanpa memandang agama yang dianutnya. Ritual ini masih
sangat kental dilaksanakan dengan segala attacaranya umumnya
di dalam masyarakat Kejawen dan masyarakat Hindu di Jawa.
Banyak orang melaksanakan namun hampir sebagaian besar
belum ada mengetahui secara mendalam mengenai makna teologis
pelaksanakaan ritual itu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ritual Kematian adalah merupakan tradisi leluhur orang
Jawa yang dilaksanakan ketika ada keluarga meninggal
dunia, Ritual ini digunakan sebagai sarana persembahan
kepada Tuhan untuk mendoakan almarhum agar rohnya bisa
mencapai sorga bahkan moksa.
2. Ritual kematian ini rangkaian Pelaksanaannya mulai dari
meninggal Ritual Geblak (Baru Meninggal), Tiga hari (telung
dinane),Upacara Tujuh Hari (pitung dina),Upacara Empat
Puluh Hari (petang puluh dina), Upacara Seratus Hari (satus
dina), Upacara Pendak Pisan (satu tahun setelah meninggal),
Upacara Pendak Pindo (dua tahun setelah meninggal), Seribu
Hari atau Nyewu (tiga tahun setelah meninggal).
3. Fungsi ritual Kematian adalah untuk membantu proses
kesempurnaan roh orang yang meninggal dan cepat lebur
serta cepat bersatu dengan Tuhan (tercapainya Manunggaling
Kawula lan Gusti).Teologi Hindu terdapat dalam Ritual
Kematian pada masyarakat Jawa yakni teologi yang
berhubungan dengan 1). Tuhan Yang Tunggal/Esa sebagai
6.2. Saran-Saran
Demi kelanggengan dan kelestarian tentang Ritual Kematian
yang merupakan salah satu warisan tradisional maka dianjurkan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Karena pelaksanaan Ritual Kematian yang menurut agama
Hindu merupakan saraana menyempurnakan atman, maka
hendaknya para pendukungnya melaksanakan sesuai dengan