dan Penghidupan
Orang Pinggiran
Perpustakaan
dan Penghidupan
Orang Pinggiran
ix
x Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Mahasiswa dan pembaca dari bidang minat ilmu lain juga bisa
menggunakan data dari buku ini sebagai bahan rujukan pem-
banding kajian mereka.
Kajian buku ini menggunakan pendekatan kualitatif d engan
teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan yang ter-
kadang disertai dengan observasi partisipan, dan wawancara
secara mendalam terhadap sejumlah narasumber dan informan
terpilih. Hampir seluruh informan adalah orang-orang yang ter-
golong penduduk miskin pedesaan yang pekerjaannya bersifat
serabutan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada pihak-pihak yang turut andil dalam penyusunan buku
ini, baik langsung ataupun tidak langsung. Sebut saja beberapa di
antaranya sebagai berikut:
1) Yth. Rektor Unpad dan Jajaran Pimpinan Universitas
Padjadjaran, yang telah mencanangkan Unpad sebagai
Research University, sehingga hal ini mendorong tim
penulis untuk melakukan riset dan membukukan hasil
kajiannya ke dalam tulisan ini.
xii Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
PENULIS
Daftar Isi
Prakata vii
Daftar Isi xi
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xiv
Bab 1 Pendahuluan 1
A. Realitas Kemiskinan Pedesaan 1
B. Peristilahan 5
Bab 2 Tinjauan Pustaka Dan Pendekatan 11
A. Beberapa Kepustakaan Terkait 11
B. Pendekatan 16
Bab 3 Jenis-Jenis Penghidupan Orang Pinggiran 19
A. Jenis Penghidupan Orang Miskin Pedesaan 19
B. Kategorisasi Jenis Penghidupan 42
xiii
xiv Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Tabel:
1. Kategorisasi 42
xv
Daftar Gambar
Gambar:
I. Gotong Royong Di Masyarakat Pedesaan 3
II. Bersiap Menjemur Sale Pisang 16
xvi
Bab 1
Pendahuluan
1
2 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
1 Sumber: Bank Dunia 2011; situs resmi bank dunia pada: http://go.worldbank.org,
diakses tanggal 1 Agustus 2011.
2 Sumber: Bank Dunia, Jakarta, 2006; situs resmi bank dunia pada: http://
go.worldbank.org, diakses tanggal 1 Agustus 2011.
4 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
B. Peristilahan
Buku ini menggunakan judul dengan istilah orang pinggiran
atau orang-orang pinggiran untuk menggambarkan suatu
situasi dan kondisi sosial orang-orang atau penduduk berkate-
gori miskin di pedesaan. Alasannya adalah karena istilah orang
pinggiran lebih akrab didengar oleh berbagai kalangan. Istilah
ini pun, baik secara denotatif maupun secara konotatif, tidak me-
miliki kecenderungan makna yang menghina atau mengang-
gap hina bagi orang-orang yang memang berada dalam wilayah
pinggiran. Dalam beberapa konteks sosial, kata miskin diang-
gap menghina atau merendahkan mereka yang disebut. Sedang-
kan kata pinggiran tidak mengandung makna hinaan bagi pen-
dengarnya, bahkan bisa jadi dianggapnya sebagai kata candaan.
(Lihat tayangan Orang Pinggiran pada siaran Trans7 periode
2012-2014, sebagian kepustakaannya dicantumkan dalam Daftar
Pustaka).
Berikut adalah sejumlah penggalan kalimat, paragraf, dan
tulisan yang mengandung makna orang pinggiran yang sempat
penulis lacak di media sosial, elektronik, cetak, dan kepustakaan
digital masa sekarang. Dari penggalan-penggalan kalimat ini
terungkap makna orang pinggiran, orang terpinggirkan, orang
miskin, orang yang perlu dikasihani, orang yang kondisinya di-
manfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan ekonomi, politik,
atau kepentingan lainnya.
6 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
B. Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualita-
tif interpretif, yang secara khusus digunakan untuk menjelas-
kan konsep miskin menurut sudut pandang orang miskin serta
pengalaman-pengalaman mereka dalam mencari informasi pe-
kerjaan selama ini. Peneliti melakukan observasi secara langsung,
sambil melakukan wawancara secara mendalam terhadap infor-
man kunci. Peneliti mencatat segala aktivitas informan, melaku-
kan wawancara tidak berstruktur, dan terkadang pada kondisi
tertentu ikut ambil bagian dengan kehidupan dan pekerjaan me
reka (observatory participation).
yuran yang tumbuh liar di sawah, pencari kroto untuk pakan bu-
rung, dan jenis pekerjaan lain yang bersifat khas.
Jenis-jenis pekerjaan ini nantinya dijelaskan dan dikaji satu
per satu untuk kemudian dikategorisasikan dan dicari kesamaan
atau perbedaan khasnya sehingga bisa dipetakan secara jelas. Ha-
sil pemetaan ini kemudian divisualisasikan dalam bentuk model
tabulasi jenis pekerjaan atau penghidupan penduduk miskin
pedesaan. Model pemetaan ini nantinya bisa dikembangkan lagi
menjadi model-model penghidupan orang miskin pedesaan yang
dikaitkan dengan aspek tertentu secara lebih spesifik, misalnya
aspek kebutuhan informasi, aspek kebutuhan dasar, aspek ke-
butuhan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga, aspek
ketinggalan informasi, aspek komunikasi sosial, aspek lingkup
usaha, dan dan aspek-aspek lainnya yang ditemukan di lapangan.
Sumber data penelitian diperoleh melalui hasil pengamatan
langsung dan wawancara dengan informan yang jumlahnya 22
orang, yang termasuk penduduk berkategori miskin, sesuai
dengan kriteria dari Bank Dunia dan BPS sebagaimana sudah
dikemukakan di bagian lalu. Banyaknya informan ini didasarkan
atas pertimbangan kecukupan sesuai dengan kriteria sampling
purposif (Cresswell, 2008). Seluruh informan ini memiliki peker-
jaan pokok sebagai buruh dan bekerja secara serabutan di sektor
pertanian tradisional. Mereka tidak ada yang hanya menekuni
satu jenis pekerjaan. (Lihat tabulasi jenis pekerjaan (Tabel 1)
pada pembahasan selanjutnya.
Bab 3
Jenis-Jenis Penghidupan
Orang Pinggiran
19
20 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
45
46 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Saya sabar saja karena saya memang orang gak punya13, ungkap
Wasimin melanjutkan cerita pengalamannya ketika merasa di-
hina orang lain.
Atas kondisi seperti itu, Wasimin merasa perlu untuk men-
cari suasana yang lain, kondisi yang lain, atau tempat lain yang
diharapkan lebih mau menerima keadaannya yang tidak punya.
Dia pun memutuskan untuk pindah rumah ke alamat yang seka-
rang. Asalnya dia bertempat tinggal di desa sebelah.
Miskin adalah orang tidak punya, tidak mampu, wong cilik, rumah
gubuk.
Dari gambaran sekilas tentang pandangan Wasimin sebagai salah
satu informan kunci pada penelitian ini, terutama ketika penulis
melakukan observasi dan wawancara mendalam dengannya, ti-
dak sepatah kata pun yang pernah keluar darinya istilah miskin.
Konsep miskin tidak populer di kalangan penduduk miskin.
Yang banyak dimunculkan adalah istilah tidak punya, tidak
mampu, tidak punya apa-apa. Istilah miskin hanya dan banyak
dikemukakan oleh orang lain di luar kelompok miskin. Bahkan,
jika ada orang lain mengatakan miskin yang ditujukan kepada
seseorang, dan didengar oleh orang yang dikategorikan sebagai
penduduk miskin, dia merasa terhina. Kata miskin diinterpre-
tasikan sebagai penghinaan. Yang lebih halus dan bisa diterima
oleh mereka yang berkategori miskin, termasuk oleh Wasimin se-
bagai salah satu informan kunci penelitian ini adalah istilah orang
tidak punya, orang tidak mampu, dan orang kecil (wong cilik), yang
selalu terkait dengan konteks ekonomi dan kepemilikan benda-
benda yang bernilai ekonomi.
Prinsip kemandirian:
Sebagai orang kecil dan atau orang tidak punya, Wasimin merasa
hidup itu harus bekerja tanpa harus mengandalkan jasa orang
lain. Ada yang menyuruh kerja, ia lakukan dengan rasa tanggung
jawab. Kalau tidak ada yang menyuruh atau tidak ada yang mem-
butuhkan tenaganya, maka ia bekerja secara mandiri dengan cara
repek (mencari kayu bakar di hutan terdekat). Ia tidak bergantung
pada jasa orang lain. Ia pun berusaha untuk tidak berhutang ke-
pada siapa pun, termasuk kepada program-program bantuan
dari pemerintah. Dengan begitu, ia merasa hidup itu enak, tidak
pusing memikirkan masalah-masalah penghidupan.
Nyanyian keluguan/kepolosan:
Ada hal yang bisa digarisbawahi pada cerita Wasimin di atas,
yakni, ia merupakan sosok anggota masyarakat yang tidak pu-
nya, namun merasa diri dikecewakan oleh orang-orang yang
menganggap dirinya sebagai pengurus masyarakat. Sebagai orang
tidak punya, sebetulnya dia mau disuruh mengerjakan apa saja
terkait dengan penghidupannya, termasuk misalnya disuruh
menandatangani daftar isian yang entah apa maksudnya, disuruh
kerja bakti, tetapi dia tidak pernah mendapatkan mendapatkan
bantuan dari pemerintah yang dijanjikan.
Kekecewaan-kekecewaan seperti itu sering ia ungkapkan
kepada sesama orang kecil sebagai bentuk nyanyian keluguan
yang terus hidup di pedesaan. Penulis pun mendapat cerita dari
Wasimin secara langsung tentang bentuk-bentuk kekecewaan
tadi, sebagaimana digambarkan dalam paparan cerita di atas.
Wasimin tidak pernah dendam atau membenci seseorang
atau siapa pun yang menjadi pengurus di desa, namun dalam
praktiknya, seperti diungkapkannya dalam cerita di atas, ia men-
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 53
Aku ini orang gak punya dan istri saya ada rezeki sedikit
ya harus menerima apa adanya, hidup ayem-tentrem. Po
54 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Saya bisanya buruh tani dan repek, Pak. Jadi ya, kembali ke bu-
ruh dan repek lagi.22 Untungnya pada waktu itu ada orang yang
memberikan garapan sawah, 25 bata (sekitar 320 m) untuk ber-
tiga. Lumayan untuk nambah biaya makan,23 kata Wasimin lagi.
Wasimin tampak tegar menghadapi hidup dan penghidupan
yang keras, baik di desa maupun di kota. Itu tiada lain karena
tanggung jawabnya sebagai manusia yang hidup. Orang hidup
dan ingin hidup, ya harus bekerja. Apalagi punya anak-anak
yang harus diberi makan. Anak saya semuanya lima, semuanya
sudah pada berkeluarga. Ada yang di Jakarta, ada yang di sini.
Bungsunya di sini, di sebelah saya. Ya, semuanya bisa mencari
penghidupannya sendiri-sendiri. Ya buruh juga.24
Wasimin merasa dirinya sebagai wong bodo (tidak
berpendidikan, tidak sekolah lagi setelah tamat SD), jadi ha-
rus banyak bertanya kepada orang-orang yang dianggapnya
bisa memberikan pengetahuan. Seperti diakuinya bahwa H.
Mudin, tetangganya dan hampir setiap saat bertemu di mesjid
pada saat shalat berjamaah adalah sosok orang tua yang diang-
gapnya sebagai guru bagi Wasimin. Selain itu, sebagai anggota
masyarakat pedesaan pada umumnya, Wasimin juga sering ber-
gaul dengan orang-orang di seputarannya, baik formal maupun
informal. Yang formal antara lain ketika mengikuti pertemuan di
pemerintahan seperti ada undangan rapat di RT maupun di desa.
Sedangkan yang informal misalnya keikutsertaannya dalam ber-
bagai kegiatan pengajian di masjid, di acara hajatan tetangganya,
atau di tempat lain yang masih di lingkungannya.
atau pada saat tidak sedang bekerja sebagai buruh atau peker-
jaan lainnya. Waktu yang digunakan untuk berbagi pengalaman
dan pengetahuan tadi biasanya dilakukan pada saat habis waktu
Ashar sampai menjelang adzan Maghrib (sekitar pukul 16.00
18.00 WIB). Tempatnya pun sering sembarang. Artinya tidak
selamanya di rumah. Terkadang di depan rumah, terkadang di
emperan rumah, terkadang juga di jalan.
berjalan seperti apa adanya. Akan tetapi, ketika ada orang lain
yang ikut nimbrung dalam obrolan dimaksud, tema obrolan
pun bergeser ke arah yang lain, seperti ungkapan berikut: Orang-
orang itu, karena mungkin merasa panas atau apa, punya tanah
sedikit, dijual habis untuk pindah ke Sulawesi. Biar saja mereka
pindah jauh. Saya mah di sini saja, sudah betah.34
Intinya, Wasimin memiliki alasan dan tujuan yang jelas tentang
keputusannya memilih buruh dan pencari kayu bakar di hutan ter-
dekat, sebagai pilihan pekerjaannya selama ini, di samping buruh
serabutan lainnya. Dengan memilih jenis pekerjaan seperti ini, ia
berharap hidupnya bisa tenang, tenteram, tidak perlu pusing me-
mikirkan harapan yang tidak jelas.
40 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada 2 Maret 2015, dan
observasi pada kurun waktu 2014-2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 73
41 Hasil wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2 Maret 2015
42 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada 2 Maret 2015, dan
observasi pada kurun waktu 2014-2015
43 Hasil wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2 Maret 2015
74 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
44 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada 2 Maret 2015, dan
observasi pada kurun waktu 2014-2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 75
47 Hasil wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2 Maret 2015
48 Ibid. Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada 2 Maret 2015,
dan observasi pada kurun waktu 2014-2015
49 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada 2 Maret 2015, dan
observasi pada kurun waktu 2014-2015
78 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
serta tidak terlalu tinggi. Jenis pohon kelapa genjah ini tingginya
tidak melebihi 6 meter. Sementara itu, pohon kelapa yang biasa
adalah jenis pohon kelapa yang ukuran batang pohonnya besar,
dan ukuran tingginya bisa mencapai 20 meter. Jenis pohon ke-
lapa yang terakhir inilah yang biasa digunakan oleh para pen-
duduk desa untuk bahan bangunan rumah seperti balok tiang,
kaso, kampilan, papan, dan kusen. Sedangkan jenis pohon kelapa
genjah biasanya kecil-kecil sehingga tidak bisa dijadikan bahan
bangunan rumah. Kebanyakan jenis pohon kelapa genjah ini
hanya dijadikan kayu bakar jika sudah tidak produktif lagi.
51 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2
Maret 2015, dan observasi pada kurun waktu 2014-2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 81
53 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada tanggal 2 Maret
2015, dan observasi pada kurun waktu 2014-2015
54 Hasil wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2 Maret 2015
84 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
55 Hasil wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2 Maret 2015
56 Sarian hasil observasi dan wawancara penulis dengan Adin, pada hari Tanggal, 2
Maret 2015, dan observasi pada kurun waktu 2014-2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 85
57 Hasil observasi dan wawancara dengan Informan Ali Subhan, pada 2 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2014-2015
58 Hasil observasi dan wawancara dengan Informan Ali Subhan, pada 2 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2014-2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 87
sawah sudah mulai ada airnya sehingga bisa diolah, baik dengan
cara mencangkul, menggunakan sapi atau kerbau untuk memba-
jak sawah, atau dengan menggunakan mesin traktor pembajak
sawah. Saat sekarang di desa ini hampir tidak ada sawah yang
diolah dengan menggunakan bantuan sapi atau kerbau. Zaman
itu sudah berlalu. Sekitar 15 tahun yang lalu, sapi dan kerbau ma-
sih ada yang digunakan untuk membajak sawah. Sekarang semua
pekerjaan mengolah sawah sudah menggunakan mesin traktor.
Penggunaan mesin traktor pembajak sawah inilah yang se-
cara perlahan tapi pasti menghilangkan kesempatan kerja bagi
buruh tani. Kalau dulu sawah banyak diolah secara tradisional
oleh tenaga orang yang dianggap kurang mampu (miskin), seka-
rang pekerjaan mereka sudah diambil alih oleh mesin. Sekarang
mencari buruhan (pekerjaan) sangat sulit di desa. Terkadang ada
yang nyuruh kerja, terkadang ya tidak ada. Makanya saya men-
cari pekerjaan sambilan, yakni memelihara domba. Itu pun kalau
ada yang mempercayai saya memeliharakan dombanya.59
61 Hasil wawancara dengan Informan kunci, Ali Subhan, pada 2 Maret 2015
62 Hasil observasi dan wawancara dengan Informan Ali Subhan, pada 2 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2014-2015
90 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
ruh saja, dengan alasan lebih mudah dan risikonya kecil. Kata Ali
selanjutnya:
Saya ini ibarat bekerja hari ini untuk dimakan hari ini. Sa
ya tidak berani berharap banyak yang jauh-jauh. Mohon maaf
saja saya ini blak-blakan seperti ini, wong keadaannya memang
begini. Sebenarnya, saya sih kepinginnya, bekerja buruh tapi
terus, manjang (berkelanjutan), supaya tenang, ada kepastian
gitu. Misalnya menggarap sawah milik orang lain.64
64 Hasil wawancara dengan Informan kunci, Ali Subhan, pada 2 Maret 2015
65 Hasil wawancara dengan Informan kunci, Ali Subhan, pada 2 Maret 2015
92 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
71 Hasil observasi dan wawancara dengan Informan Ali Subhan, pada 2 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2014-2015
96 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
72 Mbawon adalah istilah yang banyak digunakan oleh penduduk di desa Sukamukti
kecamatan Pamarican kabupaten Ciamis. Sedangkan derep lebih banyak digunakan
oleh penduduk yang berada di kampung Pahauran desa Sindangasih kecamatan
Banjarsari kabupaten Ciamis. Baik mbawon atau derep, maksudnya sama, yakni
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan cara
membantu memanenkan padi milik orang lain, dan sang penderep atau pembawon
tadi mendapatkan upah dari padi yang dipanennya. Umumnya penderep atau pem-
bawon ini mendapatkan upah sebesar 1/6, 1/7, atau 1/8 dari hasil panenan padi yang
diderepnya.
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 97
73 Cilok. Sejenis makanan yang terbuat dari aci yang diberi bumbu penyedap, berben
tuk bulat-bulat mirip kelereng.
98 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
74 Hasil wawancara dengan Informan kunci, Ali Subhan, pada 2 Maret 2015
75 Hasil wawancara dengan Informan kunci, Ali Subhan, pada 2 Maret 2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 99
76 Hasil observasi dan wawancara dengan Sahal, informan kunci, pada 4 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2013
102 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
77 Hasil observasi dan wawancara dengan Sahal, informan kunci, pada 4 Maret 2015,
dan observasi langsung pada kurun waktu 2013
78 Hasil wawancara dengan Sahal, informan kunci, pada 4 Maret 2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 103
uang itu hanya 6 juta lebih 300. Saya gak tahu uang itu ke mana
lebihnya. Pokonya, pada gak bener lah para pengurus itu.
Contoh lagi. Saya dengar, katanya di desa ini ada sapi
bantuan, ada domba bantuan, ada bebek bantuan, tapi saya
belum pernah dapat. Saya hanya pernah dapat BLT dulu, seka
li, sekarang gak lagi. Gak tahu kenapa, padahal saya kan orang
gak punya.
Ibarat tembung zaman akhir, orang yang bener hanya
bisa mengelus dada, gumun (heran). Usahanya juga pada
rebutan. Lahan orang lain diambil, direbut. Tak pikir-pikir, aku
sudah tua, bisanya hanya gumum (heran) dan mengelus dada
(merasa sedih tapi gak bisa berbuat apa-apa).
Miskin artinya tidak punya, bodoh, tidak berhasil, sensitif, dan ter
hina
Cerita atau lebih tepatnya uneg-uneg yang dikemukakan
Paino berikut bisa menggambarkan keadaan, perasaan, dan
83 Hasil observasi dan wawancara dengan Paino pada 4 Maret, 2012, dan observasi
langsung pada kurun waktu 2014-2015
110 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
sar. Maka dari itu dia berani bereaksi secara fisik dengan cara
menempeleng orang yang dianggap menghinanya.
Dari ungkapan-ungkapan yang disampaikan di atas, Paino
secara tidak langsung menganggap dirinya sebagai orang yang
tidak punya. Tak sepatah katapun istilah miskin yang keluar
dari pengakuannya. Ia lebih langsung mengemukakan bahwa
ia adalah orang yang gak punya, wong ora duwe dalam bahasa
aslinya, Jawa. Usaha dari dulu, dari pagi sampai pagi lagi ibarat-
nya, tapi begini-begini saja, tidak berhasil,84 kata Paino pada
suatu saat.
Sebagai orang yang tidak punya, Paino merasa diri biasa saja
dalam menjalani kehidupannya. Usahanya pun sebagai penarik
becak dilakoninya dengan wajar. Sementara itu dalam kehidupan
sehari-harinya pun tampak rukun dengan para tetangganya. Na-
mun, ketika ada salah seorang tetangganya mengatainya dengan
istilah miskin, ia amat tersinggung.
Interpretasi penulis tentang paparan yang dikemukakan
Paino adalah bahwa kemiskinan, atau miskin itu identik d engan
orang yang tidak punya, orang yang tidak berhasil dalam usa-
hanya, dan orang yang terhina. Penyebutan ini sifatnya hanya
sebuah label atau kategorisasi untuk memudahkan pemosisian
status sosial seseorang di masyarakat. Akan tetapi, penyebutan
seperti itu bukan untuk secara langsung ditujukan kepada yang
bersangkutan dengan tujuan menyinggung perasaannya. Penu-
lis menafsirkan karakter Paino sebagai orang tidak punya yang
merasa terhina dengan keadaannya dan oleh karenanya menjadi
sangat sensitif terhadap orang lain yang menyinggung-nying-
gung keadaannya.
Sangat jelas dan tegas tentang sikap Paino tentang apa yang
dibutuhkannya saat ini berkaitan dengan proses perjalanan
penghidupannya sebagai penarik becak. Ia tidak mempunyai
pikiran dan harapan yang terlalu jauh, yang dalam pikirannya ti-
dak mungkin bisa menggapainya. Yang ada dalam perasaannya
saat ini adalah hidup tenang, nyaman, dan tentram.
Soal penghasilannya sebagai penarik becak, dia tidak terlalu
mempermasalahkannya. Dapat besar dia senang, dapat sedikit
juga harus diterima dan disyukuri. Yang penting dalam men-
jalani hidup dan penghidupannya, dia diberi kesehatan saja su-
dah cukup, supaya bisa bekerja mencari makan.
seperti domba dan sapi, diambil lagi oleh desa. Katanya untuk di-
berikan lagi kepada yang membutuhkan, kata Paino lagi.
Dengan keyakinan seperti itu, maka ketika Paino mendapat-
kan jatah bantuan bebek senilai 350.000 rupiah, bebek-bebek itu
ia jual. Paino merasa lebih membutuhkan uang untuk keperluan
yang lain daripada bebek. Selain alasan itu, Paino juga menge-
mukakan alasan bahwa orang lain yang mendapatkan bantuan
seperti itu juga menjualnya dengan alasan lebih membutuhkan
uang untuk keperluan lainnya.
Paino, dan mungkin juga mereka yang mendapatkan ber-
bagai bantuan dari pemerintah, berpikiran seperti itu. Bahwa
yang namanya bantuan, ya memberi, bukan meminjamkan. Dari
informasi seperti ini saja sebetulnya bisa diambil hikmah-nya
bahwa ada sesuatu yang tidak nyambung antara program-pro-
gram yang digulirkan pemerintah, biarpun program itu sifatnya
bantuan untuk rakyat miskin, yang tujuan jangka panjangnya
adalah untuk mengentaskan kemiskinan, dengan kebutuhan
yang dirasakan atau diinginkan oleh masyarakat. Setidaknya,
program-program pembangunan yang dilakukan oleh pemerin-
tah, terkait dengan program pemberantasan kemiskinan, masih
memerlukan kajian yang lebih dalam lagi.
Masalah yang sebenarnya sama juga terjadi pada saat ada
bantuan dari pemerintah untuk penduduk yang rumahnya rusak
terkena gempa beberapa tahun yang lalu. Banyak perilaku tak ju-
jur dan permainan tertentu yang dilakukan oleh oknum peme
rintah di desa. Lihat saja paparan Paino di atas dan sejumlah
informan di penelitian ini yang secara hampir sama menyebut-
kan bahwa banyak terjadi penyimpangan dengan dana bantuan
tersebut. Contohnya antara lain adalah ada rumah yang tidak
rusak namun dilaporkan rusak sehingga mendapat bantuan.
Ada juga rumah yang rusaknya ringan, seperti misalnya hanya
120 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
100 Hasil observasi lapangan pada kurun waktu 2013-2014 dan wawancara dengan
Mujer pada 4 Maret 2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 129
102 Gubuk sekepel atau rumah sebesar sekepalan tangan adalah makna kiasan yang
menggambarkan ukuran rumah yang sangat kecil dengan kondisi yang serba
kekurangan. Rumah dengan julukan seperti itu biasanya ditempati oleh mereka
yang tergolong miskin di desa ini.
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 131
106 Hasil observasi lapangan pada kurun waktu 2013-2014 dan wawancara dengan Mu
jer pada 4 Maret 2015
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 135
hari, akan ketahuan siapa yang mencuri. Pak kyai ngasih doa
untuk saya amalkan setiap hari, hasilnya tunggu saja 40 hari
kemudian.
Lama berlalu, saya juga sudah agak lupa kejadiannya. Tapi,
ndilalah hari itu saya pergi ke pasar Banjarsari, pas hari pasaran,
hari selasa, saya lagi duduk, tiba-tiba ada ayam saya lagi dibawa
oleh seseorang. Pada saat itu saya pun teringat ayam saya, dan
ayam tadi memiliki ciri-ciri yang sama dengan ayam saya. Saya
pun tanya kepada orang yang membawa ayam tadi. Setelah di
lacak, ternyata orang tadi baru saja membeli dari seseorang.
Saya tanya ayam itu dapat beli dari siapa, namanya s iapa,
ternyata menurut orang tadi, dia beli kepada seseorang yang
beralamat di Cikohkol (desa sebelah di kecamatan Banjarsari).
Setelah saya merasa pasti itu ayam saya yang hilang 40 hari
yang lalu, saya melaporkan kejadian itu kepada polisi desa.
Dan setelah diurus, akhirnya pencuri tadi ditangkap dan dipen
jara selama 6 bulan. Ayam saya bisa kembali, namun hanya 6
ekor yang kembali. Lumayan.
Aku menggarap sawah 200 bata milik orang lain. Itu kan
sama dengan mempunyai garapan 100 bata utuh. Selain itu,
saya juga nyambi jualan barang-barang yang mudah didapat,
seperti HP, pulsa. Tapi ya itu, sekarang usaha sangat sulit,
banyak saingan. Orangnya pada adu pinter. Meskipun tidak
punya konter, tapi bisa dijajakan ke rumah-rumah, berhasil
juga menjual barang-barang dan ada hasilnya.
Tahun 2000-an sampai 2005-an, setiap saya pergi ke
pasar, sudah bisa dipastikan saya mendapatkan rezeki dari ha
sil calo ayam bangkok (ayam adu). Tapi sekarang, hal tersebut
sudah gak zaman. Gak laku. Para pencari ayam bangkok sudah
di desa ini. Ia adalah sosok ibu rumah tangga murni, yang pe-
kerjaannya hanya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-
anak di rumah. Suaminya dulu bekerja sebagai supir pribadi
seorang boss di Jakarta, yang kemudian oleh boss-nya diangkat
menjadi supir perusahaan miliknya, hingga suatu saat sang suami
tercinta meninggalkannya untuk selama-lamanya sekitar sepuluh
tahun yang lalu (tahun 2001).
Ketika suaminya masih hidup, Nunah tidak terlalu memikir-
kan masalah penghidupannya sehari-hari, karena tiap bulan sua-
minya mengirim sejumlah uang untuk kebutuhan hidupnya di
desa. Namun sejak ditinggal mati suaminya itu, kesedihan, kepa-
hitan, dan kegetiran dalam menjalani kehidupan, terutama dalam
upaya mendidik dan memberi makan anak-anaknya yang jum-
lahnya lima orang, terasa sangat berat ia rasakan. Terkadang dia
menangis sendirian di kamarnya ketika memikirkan nasib diri dan
keluarganya yang seperti sekarang ini. Namun setelah dipikir-pikir,
ternyata hidup harus tetap berjalan, anak-anak pun harus bisa
sekolah. Akhirnya ia bangkit dan bekerja menjalani kehidupannya.
terkait dengan apa yang dirasakannya saat ini, dan seperti apa
kondisinya sekarang:111
111 Hasil wawancara dengan Nunah, 9 Maret 2015, dan hasil observasi langsung pada
kurun waktu 2014
144 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
116 Paila atau paceklik adalah masa-masa di suatu desa sedang tidak ada bahan
pangan hasil pertanian, masa-masa kurang lebih 1-2 bulan menjelang panen raya.
Pada musim paceklik ini, biasanya ditandai dengan musin kemarau yang amat pan
jang, sehingga tanaman banyak yang mati, sawah kering kerontang, kebun pun
tidak bisa ditanami palawija. Pada kondisi seperti ini, penduduk desa, terutama
yang tergolong miskin, sangat menderita karenanya, pangan tidak ada, pekerjaan
sebagai buruh pun tidak ada.
117 Hasil wawancara dengan Nunah pada 9 Maret 2015
118 Hasil wawancara dengan Nunah pada 9 Maret 2015
152 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
jawab apa pada waktu itu. Sampai sekarang, saya ingat pesan
itu. Dan satu-satu anak saya sekolah, meskipun belum selesai.
Masih ada dua yang lagi sekolah, yang bungsu di SD kelas 6
dan kakaknya di SMK. Dengan biaya yang sangat tidak mencu
kupi. Hanya dengan modal serabutan seperti ini.
Pesan suami saya, masih saya ingat hingga saat ini. Kat
anya, Saya sekolah, masa anak saya gak sekolah. Saya wanti-
wanti ya, agar anak-anak disekolahkan. Dan, tanpa pikir pan
jang, waktu itu saya langsung jawab dengan Insya Allah.
jika saya mencuri untuk saya, mungkin saya sudah kaya. Lihat,
rumah saya juga bisa Bapak lihat, seperti ini kondisinya. Gak
ada apa-apa, gak punya apa-apa.
sini saya gak dengar. Kayaknya sih gak ada. Saya sering ketemu
golongan (kepala kampung), dia gak cerita tentang itu kok.
131 Hasil wawancara dengan Sidul 10 Maret 2015 dan observasi langsung pada kurun
waktu 2014
132 Hasil wawancara dengan Bingun pada 10 Maret 2012
164 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
dia masih mencari terus usaha apa kira-kira yang bisa meng-
hasilkan cukup untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Seperti
dikatakannya, sebagai penarik becak adalah pekerjaan sambilan-
nya, yang utama adalah yang sedang dicarinya, yang hingga seka-
rang belum ditemukan.
Kalau ada yang menyuruh bekerja, saya lakukan, kalau tidak ada,
diam
Sebelum ini, Ponijo pernah merantau ke Kalimantan, bekerja se
bagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Cukup lama ia di sana,
namun akhirnya tidak betah, dan pulang ke desanya. Di desa ini,
ia bekerja sebagai buruh tani serabutan. Ponijo bercerita kepada
penulis pada saat wawancara berlangsung, yang tidak penulis
edit, intinya sebagai berikut:144
143 Hasil wawancara dengan Ponijo pada 10 Maret 2015 dan observasi langsung pada
kurun waktu 2014
144 Hasil wawancara dengan Ponijo pada 10 Maret 2015 dan observasi langsung pada
kurun waktu 2014
Detail Makna Personal Penghidupan Orang Pinggiran 175
Saya ini sudah tua, gak kuat tenaganya jika harus beker
ja keras seperti dulu. Sekarang pekerjaan saya membuat sale.
Itung-itung untuk menunggu umur, ada hasilnya. Sebisa-bisa
150 Hasil wawancara dengan Boniah pada 11 Maret 2015 dan observasi langsung pada
kurun waktu 2014
182 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Miskin artinya: gak ada apa-apa, gak punya apa-apa, dari muda
hingga tua, tidak ada perkembangan
Boniah tidak menyebut dirinya miskin, namun mengungkapkan
dirinya sebagai orang yang gak punya apa-apa-apa, gak ada apa-
apa. Dari kecil hingga tua dan punya buyut, tidak ada apa-apa,
tidak ada perubahan, segini-segini saja,151 katanya.
Pandangan Boniah tentang makna miskin tampak dalam
ungkap an-ungkapan yang muncul dalam percakapannya
dengan penulis pada saat wawancara berlangsung. Berikut ini
penuturannya:152
Rasa saya, dari muda, dari kecil sampai punya putu dan
buyut, ya seperti ini saja, gak ada perubahan. Tanah yang dulu
ditempati ya ini, gak nambah. Anak saya sudah banyak, tapi ya
seperti ini saja, tidak ada perkembangan. Sekarang, anak-anak
pada jauh. Kalau lagi sedikit sakit, saya bingung, mencari anak,
mendekati anak.
Tentang penghasilan, terkadang ya punya, terkadang ya
tidak. Misalnya ada undangan hajatan dari tetangga jauh, lagi
gak ada uang, yang bagaimana lagi, ya cari hutangan.
Di sini cari duit susah. Di kota kan gampang cari duit. Di
sini dari kecil hingga nini-nini gini, tidak ada perubahannya,
tetap seperti dulu, gak ada apa-apa, gak punya apa-apa.
158 Hasil wawancara dengan Soleh pada 11 Maret 2015 dan hasil observasi lapangan
pada kurun waktu 2014-2015
188 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Ya, suatu diri yang memiliki prinsip dan tekad kuat dalam
menjalani hidup dan mencari penghidupan. Diri yang berprinsip
bahwa anak-anaknya harus sekolah. Anak harus sekolah ini se-
dikit banyak terinspirasi oleh tetangganya yang mempunyai anak
yang berhasil jadi orang karena mereka sekolah. Dan, Soleh
pun tampaknya mengikuti dan menjalani prinsip itu.
192 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
Pada saat yang lain saya juga dagang mie ayam, di tempat-
tempat keramaian seperti di acara hajatan di kampung ini.
Keahlian bertani dan dagang ini, asalnya saya hanya
coba-coba saja setelah mendengar dan ngobrol dengan orang
lain yang juga berdagang. Saya mencobanya. Coba dagang
mie ayam, seperti itu, terus coba dagang bakso, hasilnya se
perti itu. Usaha yang lain juga dicoba. Memelihara domba,
juga pernah nyoba. Semuanya juga harus dicoba. Nanti mana
yang pas dan lebih menguntungkan, itu yang ditekuni.
Saya pernah mencoba dagang sayuran di daerah sini, tapi
gak kaharti (masuk akal, kurang laku sehingga keuntungannya
tidak banyak), jadi saya pindah ke desa lain. Di desa Bantarda
wa saya dagang sayuran, lumayan punya pelanggan. Kalau su
dah habis Zuhur, ibu-ibu di sana sudah pada menunggu pada
mau membeli sayuran.
Dulu, sebenarnya yang pokok adalah mie ayam. Tapi
karena di sini, tani juga bisa, menggarap sawah orang lain, juga
saya kerjakan.
Kalau musim panen, ya mbawon. Kalau lagi sehat, mba-
won bisa dapat banyak. Mbawon sekarang kan tidak seperti
dulu, pakai ani-ani (sejenis alat untuk memanen padi, satu-sa
tu). Sekarang pakai arit, jadi bisa dapat banyak. Satu rumpun
padi bisa sekaligus dipotong pakai arit. Sekarang, dalam satu
musim panen, kalau dua orang, misalnya suami dan istri, bisa
dapat 300 400 kg gabah.
Saya juga pernah mencoba bikin gula kelapa. Menjadi
penderes nira kelapa untuk dijadikan gula. Saya menyewa be
berapa pohon kelapa untuk dideres niranya dan saya buat gula.
Tapi sekarang tidak lagi, tidak kaharti (tidak menguntungkan).
Saya hitung-hitung, kurang kaharti. Saya berhenti. Saya pun
mencoba berdagang gowengan (sayuran), berjualan sayuran
dengan cara dijajakan ke desa sebelah. Gak di sini jualannya,
sebab di sini sudah ada yang berdagang sayuran. Sampai seka
rang, sebelum panen, saya masih jualan sayuran keliling desa,
di desa Puloerang, sebelah utara desa sini.
Selain itu, saya juga hampir selalu ada memelihara
domba. Tidak banyak, hanya beberapa. Milik orang lain. Maro,
istilahnya. Nanti jika punya anak dua, maka saya dapat satu
dan pemilik domba dapat satu. Ya, itung-itung menambah
196 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
A. Permasalahan
Banyak persoalan yang sering muncul di benak para profe-
sional menyangkut keberadaan orang miskin. Hingga sekarang
pertanyaan itu masih belum bisa dijawab dengan tuntas. Miskin
itu apa, dan orang miskin itu yang bagaimana? Adakah kesamaan
atau perbedaan pandang an tentang miskin dan kemiskinan
menurut para ahli? Adakah yang bisa dilakukan untuk m ereka?
Bagaimana melakukannya? Memang sudah banyak definisi,
pengertian, pandangan, penjelasan, bahkan kajian tentang isti-
lah miskin, orang miskin, dan kemiskinan tersebut, baik secara
umum maupun secara lebih serius. Di kalangan awam, miskin itu
sama dengan ungkapan yang merujuk kepada keberadaan orang
yang dianggap tidak punya secara ekonomi. Sementara itu, di
199
200 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
B. Pendekatan
Pendekatan pendampingan kegiatan atau yang sering disebut
denganPRA (Participatory Rural Appraisal) digunakan dalam
penelitian ini. Metode PRA pada dasarnya adalah kerangka kon-
septual, prinsip-prinsip, nilai ideologis, visi yang ingin dicapai,
serta metode yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan pe-
202 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
C. Hasil
Ada sejumlah temuan hasil penelitian yang cukup menarik un-
tuk dikemukakan di sini. Kategorisasi hasil temuan penelitian
lapangan berikut merupakan tipikalisasi dari semua konsepsi
tentang miskin menurut pandangan, perasaan, pengalaman, dan
ungkapan mereka selama ini. Mereka memaknai miskin sesuai
dengan apa yang mereka rasakan dan alami.
Miskin adalah orang yang merasa tidak memiliki apa-apa
dalam hampir segalanya dan harus menerima kondisi secara
ikhlas. Ungkapan seperti ini termasuk ke dalam konteks kepe-
Upaya yang Bisa Dilakukan Perpustakaan 205
A. Penutup
Setelah memahami secara emik keberadaan orang miskin pede-
saan, dan mungkin orang miskin pada umumnya, lantas apa
yang bisa pustakawan lakukan buat mereka? Berikut adalah ba-
han diskusi dan sekaligus sebagai rekomendasi kepada siapa pun
yang peduli dengan keberadaan orang miskin pedesaan:
227
228 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
B. Bahan Diskusi
1) Beragam jenis dan sumber informasi yang dicari dan
digunakan oleh orang miskin pedesaan melekat dan
mewujud dalam bentuk pekerjaan itu sendiri, yakni je-
nis pekerjaan serabutan di sektor pertanian tradisional.
2) Ruang lingkup dari jenis dan sumber informasi yang di-
cari dan digunakan oleh orang miskin pedesaan, amat
terbatas, yakni seputar tetangga, kerabat dekat, dan sesa-
ma pekerjaan sejenis.
3) Informasi dan sumber informasi yang berasal dari un-
sur resmi atau formal, seperti dari sektor pemerintahan,
hampir tidak pernah digunakan oleh orang miskin pede-
saan. Demikian juga dengan sumber dan saluran infor-
masi yang berbasis media, baik cetak maupun elektro
nik, hampir tidak pernah digunakan oleh orang miskin
pedesaan.
C. Rekomendasi
1) Pemerintah hendaknya lebih proaktif dalam memban-
tu orang-orang miskin pedesaan keluar dari kondisi
mereka, dengan memperbanyak program yang langsung
bisa dirasakan oleh penduduk miskin pedesaan. Salah
satu contohnya adalah melalui kegiatan PKM (Pengabdi-
an Kepada Masyarakat) yang dilakukan oleh Perguruan
Tinggi, yang program-program kegiatannya diarahkan
Penutup, Bahan Diskusi, dan Rekomendasi 231
233
234 Perpustakaan dan Penghidupan Orang Pinggiran
A D
amit-amit 46, 51 derep 35, 54, 59, 60, 87, 94,
96, 151, 179
B Derep 34
Bahan Diskusi ix, xii, 227, dukun 29, 30, 31
230 Dukun 30
belum berhasil 2, 70, 72, 73,
89, 121, 136, 154, 164, G
205, 206 Gagal Sepanjang Hidup xii,
bonggol kayu 17 99
gubuk 23, 47, 48, 130, 133,
C 134, 183
ceg uweg-uweg 46, 51
236
Indeks 237
R U
rancah 20, 24, 40, 41, 191 upaya perpustakaan 221
rawa 17, 20, 28, 40, 41
Realitas Kemiskinan xi, 1 W
Rekomendasi ix, xii, 227, wong tuwo 30
230
repek 46, 50, 51, 52, 54, 55,
56, 57, 60, 64, 67
T
terhina 48, 49, 50, 109, 110,
111, 190, 209, 210
tetangga dekat 43, 213
Tidak ada yang bisa diker-
jakan 173
Tidak Pernah Berkembang
xii, 181
9 786026 242150