Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Hukum Perdata
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mengenai Kepemilikan Pulau

Dosen : Dr. Betty Dina Lambok, S.H., M.H.


Disusun Oleh : Kelompok II
-R. Geraldi F -Riyadhi A N
-Elang M Arjuna -M Roni P
-Panji Putra S -Intan Bella
-M Septian D P -Widya Nur R
-Alfein Maghribi Atari’Syah
(Kelas/Semester: 2F/III)

Fakultas Hukum
Universitas Swadaya Gunung Jati
2019

Fein Fuhrer
BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tanah merupakan sumber daya vital bagi setiap orang. Tanah dalam fungsinya merupakan
sarana untuk mencari penghidupan (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri, maupun yang dipergunakan sebagai
tempat untuk bermukim dengan didirikannya perumahan sebagai tempat tinggal yang
berimplikasi pada kejelasan status domisili seseorang mengenai status kependudukan dalam
administrasi. Dengan pengetahuan bahwa tanah sebagai sumber alam terbatas luasnya,
maupun kemampuan untuk memproduksinya, maka dengan sendirinya timbul keharusan untuk
menggunakan setiap jengkal tanah dengan sehemat-hematnya dan seefisien mungkin.
Indonesia sebagai negara kepulauan(maritim) merupakan berkah tersendiri bagi warga
negaranya jika bisa mengolah kekayaan sumber daya alam yang bertebaran di Indonesia dari
Sabang Sampai Merauke jika semua itu dioptimalkan oleh sumber daya manusia siap dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pulau?
2) Apakah pulau dapat dimiliki atau tidak? dan bagaimanakah tinjauan yuridis dalam
kepemilikan pulau?
3) Kasus mengenai kepemilikan Pulau?

C. Tujuan Masalah
1) Mengetahui definisi Pulau.
2) Mengetahui apakah pulau di Indonesia dapat dimiliki atau tidak menurut tinjauan
yuridis.
3) Mengetahui suatu kasus yang pernah terjadi mengenai kepemilikan pulau.

Fein Fuhrer
BAGIAN II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pulau
 Menurut peraturan menteri agraria dan tata ruang/ kepala badan pertanahan
nasional Republik Indonesia No. 17 tahun 2016 tentaang penataan pertanahan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, pasal 1 ayat (3) Pulau adalah daerah daratan
yang dibentuk secara alamiah yang dikelilingi oleh air dan yang ada diatas permukaan
air pada air pasang.1
 Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pulau adalah tanah (daratan) yang
dikelilingi air (di laut, di sungai, atau di danau). 2
 Menurut Undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas uu no 27
tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pasal 1 ayat 3
bahwa pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2000 km2
(dua ribu kilo meter persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.3

B. Tinjauan Yuridis Mengenai kepemilikan pulau


Aturan kepemilikan pulau itu awalnya memang menjadi ranah hukum pertanahan. Bahwa
pulau itu adalah bidang-bidang tanah yang pengaturan kepemilikannya atau pengalihannya itu
tunduk dalam Undang-undang Pokok Agraria. Bahkan sudah cukup lama pada masa Orde Baru
ada aturan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional pada saat itu bahwa pulau kecil tidak boleh
dimiliki hanya oleh satu subjek hukum saja. Artinya tidak boleh satu orang atau satu
perusahaan menguasai sepenuhnya satu pulau, itu aturan zaman Kementerian Agraria dan
Badan Pertanahan Nasional. Tetapi pastinya bagaimana perkembangan kepemilikan pulau itu
ranahnya Badan Pertanahan Nasional, bahwa sejak tahun 2007 sebetulnya ada Undang-undang
yang mengatur tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil persisnya Undang-
undang No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 4

Pertama dalam Undang-undang ini terdapat aturan apa yang disebut sebagai pulau kecil
itu memiliki definisinya, luasannya, dan seterusnya. Kedua di dalam pulau-pulau kecil ini untuk
kepentingan apa saja boleh dipakai dan di luar itu tidak boleh. Di dalam Undang-undang ini
dikatakan bahwa karena pulau kecil itu bidangnya sangat terbatas dan eksistensinya
merupakan satu kesatuan ekosistem pesisir dan laut, maka karakteristik pulau-pulau kecil tidak
boleh hanya dilihat sebagai bidang-bidang tanah saja. Oleh karena itu di dalam Undang-undang
ini dikatakan bahwa untuk pulau-pulau kecil maka hanya boleh dimanfaatkan pertama untuk
kepentingan riset, pendidikan, dan wisata bahari itu dari sisi kelautan bahwa pulau itu betul-
betul tidak boleh diperlakukan hanya sekadar bidang-bidang tanah. 5

1
peraturan menteri agraria dan tata ruang/ kepala badan pertanahan nasional Republik Indonesia No. 17 tahun 2016 tentang
penataan pertanahan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
2
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional,2005. Kamus besar bahasa indonesia : jakarta.balai pustaka
3
Undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas uu no 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau keci
4
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008, jakarta: kencana.
5
Ibid.

Fein Fuhrer
Asas Nasionalitas adalah salah satu asas dalam UUPA. Asas Nasionalitas dalam hal ini
sama dengan Asas hanya warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik atas tanah. (Pasal
21 Ayat (1) jo. Pasal 26 Ayat (2) UUPA). Hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing dan
pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang dengan ancaman batal demi hukum. Dalam
asas ini ditegaskan bahwa orang asing tidak dapat memiliki tanah di Indonesia dan hanya warga
negara Indonesia yang dapat memiliki tanah di Indonesia. Jadi tanah itu hanya disediakan untuk
warga negara dari negara-negara yang bersangkutan. Asas nasionalisme ini terdapat dalam
UUPA Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 1 ayat (1) (2) dan (3). Pasal 1 ayat (1) UUPA, menyatakan
bahwa ”seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang
bersatu sebagai bangsa Indonesia”. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA, menyatakan
bahwa ”Seluruh bumi, air dan rang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan YME adalah bumi, air, dan
ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”. Ini berarti bumi, air, dan
angkasa dalam wilayah Republik Indonesia menjadi hak bagi bangsa Indonesia, jadi tidak
semata-mata menjadi hak daripada pemiliknya saja. Demikian pula , tanah-tanah di daerah dan
pulau-pulau tidak semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang
bersangkutan saja. Pada Pasal 1 ayat (3) UUPA, dinyatakan bahwa “ hubungan antara bangsa
Indonesia dan bumi ,air serta ruang angkasa termasuk dalam ayat (2) Pasal ini adalah hubungan
yang bersifat abadi “.6

Dengan demikian warga negara asing atau badan usaha asing tidak mempunyai hak milik
atas tanah di Indonesia. namun warga negara asing dapat memiliki tanah di Indonesia dengan
Hak Guna Usaha (HGU), Hak guna Bangunan (HGB), Hak Pakai (HP) dan Hak sewa Untuk
Bangunan. Kesemua hak yang diberikan kepada warga negara asing oleh pemerintah
dinyatakan sudah cukup untuk memberikan peran kepada warga negara asing untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia. Hak-hak ini diberikan kepada asing untuk
memajukan perekonomian di Indonesia tanpa mencederai dari asas nasionalitas dan asa
kebangsaan yang dianut dalam UUPA. Hal ini secara garis besar telah diatur dalam Pasal 41 &
Pasal 42 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan diatur lebih lanjut dalam PP No. 40 tahun
1996 tentang Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pakai (HP) atas
tanah.
Penjelasan mengenai hak-hak tersebut antara lain:

1.) Hak Guna Usaha (HGU)


Berdasarkan Pasal 28 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria
(UUPA), Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan
miliknya sendiri atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara untuk perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan. HGU hanya dapat diberikan untuk keperluan pertanian, perikanan
atau peternakan untuk tanah yang luasnya minimal 5 hektar, serta terhadap HGU tidak dapat
beralih atau dialihkan kepada pihak lain namun dapat dibebani dengan Hak Tanggungan. HGU
dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun, kecuali untuk perusahaan yang

6
UU no 5 tahun 1960 tentangperaturan dasar pokok-pokok agraria.

Fein Fuhrer
memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan HGU untuk waktu paling lama 35 tahun,
misalnya untuk perkebunan kelapa sawit yang merupakan tanaman berumur panjang. Atas
permintaan pemegang hak, dan dengan mengingat keadaan perusahaannya, jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 25 tahun. 7Berikut beberapa hal perlu Anda
ketahui tentang HGU:
1. Minimal 5 hektar HGU hanya dapat diberikan atas tanah yang luasnya minimal 5
hektar. Jika luas tanah yang dimohonkan HGU mencapai 25 hektar atau lebih, maka
penggunaan HGU-nya harus menggunakan investasi modal yang layak dan teknik
perusahaan yang baik sesuai perkembangan zaman.
2. WNI Hak Guna Usaha diberikan berdasarkan Penetapan Pemerintah. Pihak yang
dapat mempunyai HGU adalah warga Negara Indonesia dan badan hukum yang
didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
3. Tak dimiliki asing HGU tidak dapat dimiliki oleh orang asing dan badan hukum asing.
Pemberian HGU kepada pada badan hukum bermodal asing hanya dimungkinkan
dalam hal diperlukan berdasarkan undang-undang yang mengatur pembangunan
nasional semesta berencana.
4. Syarat pemberian HGU Adapun syarat-syarat pemberian HGU, demikian juga
peralihan dan penghapusannya, harus didaftarkan. Pendaftaran tersebut meliputi
pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah, pendaftaran hak-hak atas tanah dan
peralihannya, serta pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian kuat.

Hapusnya HGU diatur dalam ketentuan pasal 34 UUPA yang menyatakan sebagai berikut:8
a. Jangka waktunya berakhir
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak
terpenuhi
c. Dilepaskannya oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir
d. Dicabut untuk kepentingan umum
e. Ditelantarkan
f. Tanahnya musnah
g. Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2)

2.) Hak Guna Bangunan (HGB)


Menurut ketentuan Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Pokok Agraria, Hak Guna Bangunan
adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Menurut Pasal 21 PP Nomor 40
Tahun 1996, tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Bangunan adalah Tanah Negara,
Tanah Hak Pengelolaan dan Tanah Hak Milik. Sesuai Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok
Agraria, hak guna bangunan dapat diberikan untuk jangka waktu 20 tahun dan paling lama 30
tahun dan dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun.

7
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008, jakarta: kencana.
8
ibid

Fein Fuhrer
HGB hanya dapat dimiliki oleh kedua subjek berikut dan tidak dapat dimiliki oleh orang
asing:9

1. Warga Negara Republik Indonesia


2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia yang berkedudukan di
Indonesia (Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996)

Ciri-ciri Hak Guna Bangunan


Jangka waktunya terbatas, artinya pada sewaktu waktu akan berakhir. HGB diberikan
pada jangka waktu paling lama 30 tahun dan atas permintaan pemegang hak serta mengingat
keperluan dan keadaan bangunan bangunannya, HGB dapat diperpanjang dengan jangka waktu
paling lama 20 tahun.HGB dapat beralih dan dialihkan ke pihak lain sepanjang jangka waktunya
belum habis. HGB dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan sepanjang
jangka waktu berlakunya belum habis.HGB termasuk salah satu hak yang wajib di daftar.HGB
juga dapat dilepaskan oleh pemegangnya sehingga tanahnya menjadi tanah negara.

Hapusnya HGB diatur dalam ketentuan pasal 40 UUPA yang menyatakan sebagai
berikut:10
a. Jangka waktunya berakhir
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak
terpenuhi
c. Dilepaskannya oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir
d. Dicabut untuk kepentingan umum
e. Ditelantarkan
f. Tanahnya musnah
g. Ketentuan dalam pasal 36 ayat (2)

3.) Hak Pakai


Berdasarkan UUPA pasal 41 ayat (1) Hak pakai dalah hak un tuk menggunakan dan/ atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang
bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini. 11Pasal 41 ayat (2) Hak
pakai dapat diberikan:12
a) Selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk
keperluan tertentu.

9
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008, jakarta: kencana.
10
ibid
11
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008, jakarta: kencana.
12
ibid

Fein Fuhrer
b) Dengan cuma-Cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apa pun.Pasal 41
ayat (3) Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-
unsur pemerasan.
Dalam ketentuan pasal 39 peraturan pemerintah No. 40 tahun 1996 subjek pemegang
hak pakai yaitu:13
a. WNI
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia
c. Departemen, lembaga pemerintahan non departemen dan pemerintah daerah
d. Badan-badan keagamaan dan sosial
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
f. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia
g. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional

Hapusnya hak pakai salah satunya terdapat pada pasal 56 peraturan pemerintah no. 40
tahun 1996, yaitu:14
1. Hapusnya hak pakai atas tanah negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 55
mengakibatkan tanahnya menjadi tanah negara,
2. Hapusnya hak pakai atas tanah pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55
mengakibatkan tanahnya kembali dalam penguasaan pemegang hak pengelolaan,
3. Hapusnya hak pakai atas tanah hak milik sebagaimana dimaksud dalam pasal 55
mengakibatkan tanahnya kembali dalam penguasaan pemegang hak milik.

C. kasus tentang kepemilikan pulau adalah :


Kasus Pulau Bakungan Besar (Virgin Cocoa) dan Pulau Bakungan Kecil (Pulau Nunukan),
pulau dikuasai asing bukanlah yang pertama. Banyak pulau lainnya. Apakah yang dilakukan
warga asing ini melanggar aturan yang ada?

Dua pulau yang berada di kabupaten Berau provinsi Kalimantan Timur pun diduga telah
diambil alih warga negara asing. Kedua pulau tersebut adalah pulau Bakungan Besar atau
disebut Virgin Cocoa dan Pulau Bakungan Kecil atau Pulau Nunukan.Salah satu stasiun televisi
swasta Indonesia telah memberitakan berita ini. Dari tayangan tersebut diketahui awalnya
empat orang wisatawan asal Indonesia yang sedang menjelajah Kepulauan Derawan berniat
ingin mengunjungi Pulau Bakungan Besar (Virgin Cocoa) dan Pulau Bakungan Kecil (Pulau
Nunukan).

Kedua pulau tersebut memang indah. Bahkan di area pulau terdapat resort
mewah. Namun, sangat disayangkan, saat keempat wisatawan lokal tersebut malah diusir oleh
warga negara asing yang mengaku memiliki pulau tersebut.

13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008, jakarta: kencana.
14
ibid

Fein Fuhrer
Sebelumnya, mereka diminta untuk membayar biaya masuk jutaan rupiah. Merasa
menjadi warga negara Indonesia sah yang berhak menikmati keindahan alam yang ada,
keempat wisatawan lokal memrotes larangan berkunjung dan beranggapan bahwa pulau ini
telah dikuasai asing.
Dari tayangan televisi tersebut, wisatawan lokal menyampaikan kekecewaannya.
“Sesungguhnya ini tidak boleh terjadi karena ini masih di NKRI. Perbatasan pun
masih jauh, kok masih ada barang-barang privasi seperti ini. Apakah uang bisa
membeli negara ini? Kepercayaan apa yang negara ini berikan untuk menjaga
negara ini kalau negara saja justru memperjualbelikan dan memberikan izin untuk
menjaga privasi mereka?” ungkap Sultan, salah seorang wisatawan yang diusir dari
pulau tersebut.

Di sisi lain, Bupati Berau tak membenarkan atau pun membantah perihal isu kepemilikan
pulau oleh asing ini.

“Terkait dengan objek wisata dua Pulau Bakungan Besar atau Pulau Virgin Cocoa dan
Pulau Bakungan Kecil atau Pulau Nunukan apakah itu memang disewa atau dibeli
yang jelas selama ini tidak pernah mengurus izin di kita,” tutur Bupati Berau,
Muhharam

1. Penguasaan Pulau Kecil oleh Negara


Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) menyatakan bahwa Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar ketentuan dalam pasal
33 ayat (3) UUD 1945 ini, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.15

Ini berarti bahwa bumi, air dan ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia
menjadi hak pula dari bangsa Indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak dari para
pemiliknya saja. Demikian pula tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau tidaklah semata-
mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan saja.16 Maksud
“dikuasai oleh negara” dalam hal ini adalah Negara sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh
rakyat (bangsa) bertindak selaku Badan Penguasa. Negara bukanlah berarti “memiliki” tetapi
negara diberi wewenang sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia untuk: 17
a. mengatur dan menyelenggarakan penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.
b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air
dan ruang angkasa itu.

15
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
16
Romawi II angka (1) Penjelasan Umum UUPA
17
Romawi II angka (2) Penjelasan Umum UUPA

Fein Fuhrer
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

Pulau-pulau yang berada di wilayah negara Indonesia itu dikuasai oleh negara. Untuk
itu, negara mempunyai wewenang-wewenang yang telah disebutkan tadi.

2. Pulau Kecil dan Pengaturannya


Pengaturan mengenai pulau kecil dapat kita lihat dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil(“UU 27/2007”) sebagaimana
diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 (“UU 1/2014”) dan lebih rinci lagi diatur
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17
Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil(“Permen
Agraria 17/2016”).

Dalam rangka optimalisasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, negara
bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam
bentuk penguasaan kepada pihak lain (perseorangan atau swasta) melalui mekanisme
perizinan.18 Pemberian izin kepada pihak lain tersebut tidak mengurangi wewenang negara
untuk membuat kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan
pengurusan (bestuursdaad), melakukan pengelolaan (beheersdaad), dan melakukan
pengawasan (toezichthoudensdaad). Dengan demikian, negara tetap menguasai dan
mengawasi secara utuh seluruh pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 19

3. Hak Atas Tanah Pulau-Pulau Kecil

1.) Permen Agraria 17/2016 pasal 9 ayat (1) mengatur bahwa pulau-pulau kecil dapat
diberikan Hak Atas Tanah.20 Tetapi, pemberian Hak Atas Tanah di pulau-pulau kecil harus
memperhatikan hal-hal berikut:21
a. penguasaan atas pulau-pulau kecil paling banyak 70% (tujuh puluh persen) dari luas
pulau, atau sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah
provinsi/kabupaten/kota dan/atau rencana zonasi pulau kecil tersebut;
b. sisa paling sedikit 30% (tiga puluh persen) luas pulau kecil yang ada dikuasai langsung
oleh negara dan digunakan dan dimanfaatkan untuk kawasan lindung, area publik
atau kepentingan masyarakat; dan
c. harus mengalokasikan 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau untuk kawasan
lindung.
2.) Permen no 17 tahun 2016 pasal 10 ayat (2) Penguasaan dan pemilikan tanah di pulau
kecil tidak boleh menutup akses publik. Akses publik adalah: 22

18
Penjelasan Umum Paragraf 3 UU 1/2014
19
ibid
20
Pasal 9 ayat (1) Permen Agraria 17/2016
21
Pasal 9 ayat (2) Permen Agraria 17/2016
22
Pasal 10 ayat (1) dan (2) Permen Agraria 17/2016

Fein Fuhrer
a. akses perorangan atau kelompok orang untuk berlindung, berteduh, menyelamatkan
diri, mencari pertolongan dalam pelayaran;
b. akses perorangan atau kelompok orang dengan ijin resmi untuk melaksanakan
kegiatan terkait pendidikan, penelitian, konservasi dan preservasi.
3.) Permen no 17 tahun 2016 pasal 6 ayat (2) Selain syarat yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pemberian Hak Atas Tanah, pemberian Hak Atas Tanah di
pulau-pulau kecil juga harus memenuhi syarat:23
a. peruntukannya sesuai dengan rencana tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota,
atau rencana zonasi Pulau-Pulau Kecil;
b. mendapat rekomendasi dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam hal belum
diatur mengenai peruntukan tanah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); dan
c. memenuhi ketentuan perizinan dari instansi terkait.

Ketentuan mengenai subjek hak, jenis hak, jangka waktu, peralihan, pembebanan,
kewajiban dan larangan serta hapusnya Hak Atas Tanah di Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penggunaan dan pemanfaatan tanah
dicatat dalam buku tanah dan sertipikat.24

4.) Permen no 17 tahun 2016 pasal 9 ayat (3) dan ayat (4)
Dalam hal pulau-pulau kecil belum terdapat penguasaan tanah, maka penguasaannya
diprioritaskan untuk Pemerintah pusat.25 Pemerintah dapat menguasai dan memanfaatkan
pulau-pulau Kecil secara utuh jika diperlukan untuk kepentingan nasional. 26 Kepentingan
nasional antara lain:27
a. pertahanan dan keamanan;
b. kedaulatan negara;
c. pertumbuhan ekonomi;
d. sosial dan budaya;
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
f. pelestarian warisan dunia; dan/atau
g. program strategis nasional.

Jadi, pulau-pulau kecil dapat diberikan Hak Atas Tanah tetapi dengan syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi dan dengan tidak menutup akses publik terhadap pulau tersebut.

4. Perizinan-Perizinan di Pulau Kecil


Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian perairan pesisir dan
pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memilikiIzin Lokasi. Izin Lokasi
menjadi dasar pemberian Izin Pengelolaan.28 Izin Lokasi adalah izin yang diberikan untuk

23
Pasal 11 ayat (2) Permen Agraria 17/2016
24
Pasal 12 Permen Agraria 17/2016
25
Pasal 9 ayat (5) Permen Agraria 17/2016
26
Pasal 9 ayat (3) Permen Agraria 17/2016
27
Pasal 9 ayat (4) Permen Agraria 17/2016
28
Pasal 16 UU 1/2014

Fein Fuhrer
memanfaatkan ruang dari sebagian Perairan Pesisir yang mencakup permukaan laut dan kolom
air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu dan/atau untuk
memanfaatkan sebagian pulau-pulau kecil.29 Sementara, izin pengelolaan adalah izin yang
diberikan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan
pulau-pulau kecil.30 Kegiatan yang dimaksud adalah:31
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam.
Dalam pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap, Masyarakat Lokal dan
Masyarakat Tradisional dapat diberikan izin lokasi. Izin lokasi dan izin pengelolaan diberikan
kepada Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional yang melakukan pemanfaatan ruang dan
sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil, untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari.32

5. Dasar yuridis lainnya yang mengatur tentang kepemilikan pulau adalah :


 Menurut UUPA nomor 5 tahun 1960 pasal 2 ayat 1 “atas dasar ketentuan dalam
pasal 33 ayat 3 UUPA dan hal-hal sebagai yang di maksud dalam pasal 1, bumi air
dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada
tingkatan tertinggi di kuasai oleh negar sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
 UUPA nomor 5 tahun 1960 pasal 21 ayat 1 hanya warga negaraIndonesia yang
dapat mempunyai hak milik.
 Permen ( peraturan metri agraria ) pasal 1 ayat 9 dan pasal undang undang nomor
27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil pasal 1
ayat 23 tanah reklamasi adalah tanah hasil dari kegitan yang dilakukan oleh orang
atau bada hukum dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau
dari sudut lingkungan dan osial ekonomi dengan cara pengurungan pengeringan
lahan dan drainase.

29
Pasal 1 angka 18 UU 1/2014
30
Pasal 1 angka 18A UU 1/2014
31
Pasal 19 ayat (1) UU 1/2014
32
Pasal 20 UU 1/2014

Fein Fuhrer
BAGIAN III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas kepemilikan pulau tidak dapat di penuhi sepenuhnya oleh
pribadi baik oleh warga Negara Indonesia dan warga negara asing.

B. SARAN
Sebaiknya pulau Indonesia memang harus dijaga dan dikuasai oleh Negara agar semua
sumber daya alam di pulau tersebut serta kekayaan hayatinya tidak dirusak oleh pihak yang tak
bertanggung jawab.

Fein Fuhrer
DAFTAR PUTAKA

peraturan menteri agraria dan tata ruang/ kepala badan pertanahan nasional Republik
Indonesia No. 17 tahun 2016 tentaang penataan pertanahan di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
Pusat bahasa departemen pendidikan nasional,2005. Kamus besar bahasa indonesia : jakarta:
balai pustaka.
Undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas uu no 27 tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, seri hukum harta kekayaan: hak-hak atas tanah, 2008,
Jakarta: kencana.
UU no 5 tahun 1960 tentang Peraturan dasar poko-pokok agrarian.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58acfa5997514/bolehkah-pulau-pulau-kecil-
diberikan-hak-atas-tanah/
https://m.kbr.id/02-
2014/boleh_atau_tidak_membeli_dan_memiliki_pulau_di_indonesia_/34453.html

Fein Fuhrer

Anda mungkin juga menyukai