Anda di halaman 1dari 14

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET

KARBONISASI 500OC DENGAN AKTIVATOR KOH

Eka Ranti Bendari1), Made Sukaryawan2), Desi3)


(Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)
Email : ekarantibendari@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi aktivator KOH pada kondisi optimum dan karakterisasi karbon
aktif dari cangkang buah karet. Penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu persiapan bahan, karbonisasi, aktivasi, dan
karakterisasi karbon aktif. Proses karbonisasi dilakukan menggunakan furnace dengan suhu 500oC. Kemudian karbon
diaktivasi dengan larutan KOH variasi konsentrasi 5 persen, 10 persen, 15 persen, dan 20 persen selama 24 jam. Hasil
karakterisasi karbon aktif kondisi optimum diperoleh pada konsentrasi aktivator 20 persen dengan nilai karakterisasi:
kadar air 4,83 persen, kadar zat menguap 54,39 persen, kadar abu 2,07 persen, dan kadar karbon terikat 47,68 persen.
Hasil daya serap terhadap iodin 159,4 persen, daya serap terhadap metilen biru 19,997 mg/g, dan daya serap terhadap
benzena 8,263 persen.

Kata Kunci : Karbon Aktif, Cangkang Buah Karet, Konsentrasi Aktivator KOH, Karakterisasi.

Abstract
This research is purposed to determine the concentration of the activator KOH on the optimum condition and
characterization of activated carbon from rubber fruit shells. This research was conducted with several stages, namely
the preparation of materials, carbonization, activation, and characterization of activated carbon. Carbonization process
is performed using a furnace with a temperature of 500 oC. Then the activated carbon with KOH liquid concentration
variation of 5 percent, 10 percent, 15 percent and 20 percent for 24 hours. The results of the characterization of
activated carbon obtained optimum conditions at a concentration of 20 percent to the value activators characterization:
4.83 percent moisture, ash content of 2,07 percent, 54,39 percent volatile matter and 47,68 percent fixed carbon. The
results of iodine 159.4 mg/g, absorption of methylene blue 19,997 mg/g, and the absorption of benzene 8.263 percent.

Keywords : Activated Carbon, Rubber Fruit Shells, activator concentration KOH, characterization.

1. Pendahuluan menggunakan teknologi alternatif, cangkang buah


Karet merupakan jenis tanaman industri yang karet dapat diolah menjadi produk yang
banyak dibudidayakan dan dikembangkan secara bermanfaat dan bernilai jual yang tinggi. Selain
luas di beberapa negara yaitu Indonesia. Sumatera untuk menanggulangi penumpukan limbah,
Selatan merupakan daerah penghasil karet dengan cangkang karet juga dapat menghasilkan produk
jumlah yang cukup besar. Tanaman karet yang aman dan ramah lingkungan. Untuk
menghasilkan cangkang buah karet yang mengatasi penumpukkan limbah, cangkang buah
merupakan limbah dari perkebunan karet. karet dapat dibuat menjadi produk berupa karbon
Cangkang buah karet merupakan limbah yang aktif.
Pembuatan karbon aktif dilakukan
belum termanfaatkan secara optimal dan tidak
dengan beberapa tahap yakni dehidrasi,
memiliki nilai jual (Vinsiah, dkk, 2014). Dengan
karbonisasi, dan aktivasi (Dahlan, dkk,
2013). Pada penelitian ini, bahan baku basa kuat sehingga bisa menghilangkan
utama yang digunakan dalam penelitian ini zat-zat pengotor dalam karbon seperti
adalah cangkang buah karet jenis PB260 volatil dan tar sehingga membuat karbon
yang berasal dari perkebunan karet yang lebih berpori.
berada didaerah Ogan Ilir Indralaya.
1.1 Tanaman Karet
Pemilihan cangkang buah karet sebagai Tanaman karet (Havea Brasilliensis)
bahan baku pembuatan karbon aktif karet merupakan tanaman yang dapat tumbuh
karena bagian tersebut mengandung baik di daerah dataran rendah hingga
senyawa aktif berupa lignin. Kandungan ketinggian 200 meter dari permukaan laut
lignin yang cukup banyak pada cangkang dengan kebutuhan sinar matahari
buah karet ini dapat diolah menjadi produk minimum 5-7 jam perhari dan dapat
karbon aktif yang sangat bermanfaat dan tumbuh hingga mencapai ketinggian 15-25
memiliki nilai jual yang tinggi. Pada meter. Tanaman ini berasal dari Lembah
proses karbonisasi, suhu yang digunakan Sungai Amazon, Brazil, Amerika Serikat
o o
adalah 500 C. Pemilihan suhu 500 C (Vinsiah, dkk, 2014).
didukung oleh penelitian yang dilakukan Menurut Vinsiah, dkk (2014)
oleh Vinsiah, dkk, (2014), suhu bahwa secara fisik cangkang buah karet
karbonisasi yang digunakan berkisar 300 - memiliki ciri sebagai tumbuhan yang
o
600°C. Dalam penelitiannya, suhu 500 C berlignin. Konstruksi cangkang yang keras
merupakan suhu optimum pada proses mengindikasi bahwa cangkang buah karet
karbonisasi. ini mengandung senyawa aktif berupa
Pada pembuatan karbon aktif dari lignin. Selain pemanfaatannya yang masih
cangkang buah karet ini, aktivator yang kurang optimal, jika dibandingkan dengan
digunakan adalah larutan bersifat basa bagian lainnya, cangkang termasuk bagian
yaitu KOH dengan variasi konsentrasi 5 yang mengandung lignin yang cukup
persen, 10 persen, 15, persen, dan 20 banyak, sehingga bagian ini cukup
persen. Pemilihan aktivator KOH didasari potensial untuk diolah menjadi produk
oleh penelitian Vinsiah, dkk, (2014), karbon aktif yang sangat bermanfaat dan
proses aktivasi dilakukan menggunakan bernilai jual yang tinggi. Hal ini akan
larutan bersifat asam berupa H3PO4 dengan membuat cangkang karet lebih
konsentrasi 7 persen. Dari hasil penelitian termanfaatkan.
yang telah dilakukan, pada konsentrasi
aktivator H3PO4 7% daya serap terhadap Tabel 1.1 Komposisi Kimia yang Terkandung

iodin dan metilen biru belum memenuhi dalam Cangkang Karet (Fadillah dan Alfiarty,

SNI 06 – 3730 – 1995. Selain itu juga, 2015)

menurut Nurdiansyah dan Susanti (2014),


Komponen Penyusun Persentase (%)
KOH merupakan senyawa yang bersifat
Lignin 21,36 Gambar 2.1. menunjukkan perbedaan
Selulosa 59,75
struktur grafit dan struktur umum karbon
Hemiselulosa 18,33
aktif.
1.2 Kegunaan Tanaman Karet
Kebutuhan karet alam maupun karet
(a) (b)
sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Gambar 1.1 (a) Struktur grafit (b) struktur umum
karbon aktif (Verlina, 2014)
Kebutuhan karet sintetik relative lebih
mudah dipenuhi karena sumber bahan Berdasarkan Dahlan, dkk, (2013)
baku relatif tersedia walaupun harganya bahwa secara garis besar, ada 3 tahap
mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi pembuatan karbon aktif, yaitu :
sebagai bahan baku industri tetapi 1) Proses Dehidrasi
diproduksi sebagai komoditi perkebunan Proses dehidrasi bertujuan untuk
(Anwar, 2001). menghilangkan air yang terkandung di dalam
bahan baku. Caranya yaitu dengan menjemur di
1.3 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah senyawa karbon bawah sinar matahari atau pemanasan di dalam

amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan oven sampai diperoleh bobot konstan.

yang mengandung karbon dengan luas 2) Proses Karbonisasi

permukaan berkisar antara 300 m 2/gram Karbonisasi atau pengarangan

hingga 3500 m2/gram dan ini berhubungan adalah suatu proses pemanasan pada suhu

dengan struktur pori internal sehingga tertentu dari bahan-bahan organik dengan

memiliki sifat sebagai adsorben. Arang jumlah oksigen sangat terbatas, biasanya

aktif dapat mengadsorpsi gas dan dilakukan di dalam furnace.

senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat 3) Proses Aktivasi

adsorpsinya selektif, tergantung pada besar Aktivasi arang berarti penghilangan zat – zat

atau volume pori-pori dan luas permukaan. yang menutupi pori – pori pada permukan arang.

Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu Hidrokarbon pada permukaan arang dapat

25-1000% terhadap berat arang aktif dihilangkan melalui proses oksidasi menggunakan

(Sembiring dan Sinaga, 2003). oksidator yang sangat lemah (CO2 dan uap air)
Struktur arang/karbon aktif agar atom karbon yang lain tidak turut teroksidasi.
menyerupai struktur grafit. Grafit Selain itu dapat juga dilakukan proses dehidrasi
mempunyai susunan seperti plat-plat yang dengan garam-garam seperti ZnCl2 atau CaCl2.
sebagian besar terbentuk dari atom karbon Kualitas karbon aktif tergantung dari jenis
yang berbentuk heksagonal. Menurut bahan baku, teknologi pengolahan, cara pengerjaan
Vinsiah, dkk, (2014), perbedaan struktur dan ketetapan penggunaannya. Oleh karena itu,
grafit dengan karbon aktif terletak pada dari produsen yang perlu diketahui adalah kualitas
persilangan rantai karbonnya dan apa yang ingin dihasilkan dengan menggunakan
ketebalan lapisannya (microcrystalin). bahan baku yang ada, serta untuk apa tujuan
kegunaan arang aktif tersebut. Kualitas karbon Adsorpsi kimia yaitu adsorpsi
aktif dapat dinilai berdasarkan persyaratan (SNI) yang terjadi karena terbentuknya ikatan
06-3730-1995 pada Tabel 2.3. kimia antara molekul-molekul adsorbat
dengan adsorben. Menurut Shofa, (2012),
Tabel 1.2 Standar Kualitas Karbon Aktif Menurut
ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen
Standar Karbon Aktif (SNI) 06-3730-1995
atau ion. Ikatan yang terbentuk sangat kuat
No. Parameter Persyaratan
1. Kadar Air (%) Maks.15 sehingga spesi aslinya dapat ditemukan.
2. Kadar Abu (%) Maks. 10 Karena kuatnya ikatan kimia yang
Kadar Zat Menguap
3. Maks. 25 terbentuk, maka adsorbat tidak mudah
(%)
Kadar Karbon Terikat terdesorpsi.
4. Maks. 65
(%)
Daya Serap Terhadap 1.5 Metilen Biru
5. Min. 750
Iodin (mg/g)
Daya Serap Terhadap Metilen biru memiliki rumus kimia
6. Min. 120
Metilen Biru (mg/g) C16H18N3SCl merupakan senyawa aromatik
Daya Serap Terhadap
7 Min. 25 yang beracun dan termasuk zat warna
Benzena (mg/g)
kationik dengan daya adsorpsi yang sangat
kuat. Pada umumnya metilen biru
1.4. Adsorpsi digunakan sebagai pewarna sutra, wool,
Secara umum, adsorpsi adalah proses
tekstil, kertas, peralatan kantor, dan
mengumpulkan benda-benda terlarut yang
kosmetik (Halimah, 2016). Senyawa ini
terdapat dalam larutan antara dua
berupa kristal berwarna hijau gelap pada
permukaan. Antar permukaan tersebut
suhu kamar, memiliki berat molekul
seperti zat padat dan zat cair, zat padat dan
319,86 g/mol, titik lebur 105°C, dan daya
gas, zat cair dan cair, atau gas dan zat cair.
larut sebesar 4,36 × 104 mg/L. Larutan
Walaupun proses tersebut dapat terjadi
metilen biru dapat memberikan warna biru
pada seluruh benda, maka yang sering
apabila dilarutkan dalam air atau alkohol
terjadi adalah bahan padat yang
serta berada pada lingkungan dengan
mengadsorpsi partikel yang berada dalam
tingkat oksidasi yang tinggi (Andriana,
air limbah (Verlina, 2014).
Menurut Miranti, (2012), Adsorpsi 2016). Berikut merupakan struktur metilen
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: biru :
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan
adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya
Van Deer Waals. Gaya Van Deer Waals Gambar 2.2 Struktur Molekul Metilen Biru
merupakan gaya tarik menarik yang realtif (Fajrianti, dkk, 2015)

lemah antara adosrobat dengan permukaan


2. Metode Penelitian
adsorben. 2.1 Alat dan Bahan
2. Adsorpsi kimia
a. Alat : Furnace, Grinder, Ayakan 100 dikeringkan dalam oven dengan suhu
mesh, Neraca analitik, Corong, pH meter, 110°C untuk mengurangi jumlah
Pipet tetes, Labu ukur, Gelas kimia, pelarutnya. Karbon aktif yang didapat
Magnetic Stirer, Stirer, Spektrofotometer selanjutnya dikarakterisasi.
UV-Vis.
b. Bahan : Cangkang buah karet, Larutan 2.2.2 Karakterisasi Karbon Aktif
KOH 5%, 10%, 15%, dan 20%, Aquades, a. Uji Kadar
1. Kadar Air
Larutan iodium, Larutan metilen biru, Timbang 1 gram sampel dan masukkan
Benzena. kedalam kurs porselen yang telah

2.2 Prosedur Penelitian diketahui beratnya. Kemudian, sampel

2.2.1 Pembuatan Karbon Aktif dimasukkan dalam oven lalu dipanaskan


a. Persiapan Sampel pada suhu 110oC hingga berat sampel
Cangkang buah karet terlebih dahulu konstan. Lalu, dinginkan dalam desikator
dikumpulkan. Lalu, dicuci dengan air dan timbang berat akhir pada sampel.
sampai bersih, kemudian dikeringkan 2. Kadar zat Menguap
dibawah sinar matahari. Selanjutnya, Timbang 1 gram karbon aktif lalu

dimasukkan kedalam oven selama 1 jam masukkan kedalam cawan yang telah

pada suhu 110oC. Setelah didapatkan diketahui beratnya. Kemudian masukkan

cangkang buah karet bersih dan kering, sampel kedalam oven pada suhu 900 oC

kemudian dikarbonisasi (diarangkan). selama 7 menit hingga mengalami

b. Proses Karbonisasi penguapan. Setelah penguapan selesai,

Cangkang buah karet terlebih dahulu cawan dimasukkan kedalam desiaktor

ditimbang dengan menggunakan neraca sampai suhu konstan lalu timbang berat

analitik. Setelah itu, dikarbonisasi dalam akhir pada sampel.

furnace dengan suhu 500oC selama 1 jam. 3. Kadar Abu


Arang cangkang buah karet kemudian Timbang 1 gram karbon aktif lalu
dihaluskan dan diayak dengan ayakan masukkan kedalam cawan yang telah
berukuran 100 mesh. diketahui beratnya. Kemudian dipanaskan
c. Proses Aktivasi menggunakan furnace pada suhu 500oC
Pada proses aktivasi, karbon selama 1 jam. Selanjutnya, cawan yang
direndam dalam larutan aktivator KOH berisikan abu didinginkan dalam desikator
dengan variasi konsentrasi 5 persen, 10 dan timbang berat konstan abu yang
persen, 15 persen, dan 20 persen selama 24 diperoleh.
jam dengan rasio 1:4. Kemudian, karbon b. Uji Daya Serap
1. Uji Daya Serap Terhadap Iodium
dicuci yang bertujuan untuk
Timbang sampel sebanyak 0,1 gram lalu
menghilangkan pH basa dari karbon dan
dimasukkan ke dalam beker gelas.
disaring. Setelah pH = 7 (netral), karbon
Tambahkan 50 ml larutan iodin 500 ppm,
kemudian aduk menggunakan magnetic pembakaran tidak sempurna selulosa
stirer selama 30 menit. Pipet filter sebanyak cangkang buah karet. Adapun reaksi
5 ml lalu masukkan ke dalam labu ukur 25 pembakaran tidak sempurna selulosa
ml. Encerkan dengan aquadest hingga cangkang buah karet sebagai berikut :
(C6H10O5)n + O2 (g) → C(s) + CO(g) + H2O(g)
larutan menjadi 50 ml dan ukur daya
(Fitria dan Tjahjani, 2016)
serapnya pada panjang gelombang
Pada tahap karbonisasi cangkang
maksimum antara 400-700 nm
buah karet, suhu yang digunakan adalah
menggunakan spetrofotometer UV-vis.
500oC. Pemilihan suhu 500oC ini didasari
2. Uji Daya Serap Terhadap Metilen Biru
oleh penelitian Vinsiah, dkk, (2014), yang
Timbang sampel sebanyak 0,25 gram lalu
menggunakan suhu 300 oC, 400oC, 500oC,
dimasukkan ke dalam beker gelas.
dan 600.oC pada proses karbonisasi. Dalam
Tambahkan 50 ml larutan metilen biru,
penelitiannya, suhu 500oC merupakan suhu
kemudian magnetic stirer selama 30 menit.
optimum yang digunakan pada saat
Pipet filter sebanyak 5 ml lalu masukkan ke
karbonisasi. Menurut Kurniati (2008),
dalam labu ukur 50 ml. Encerkan dengan
pada suhu 500oC merupakan tahap
aquadest hingga larutan menjadi 50 ml dan
pemurnian arang atau kadar karbon. Selain
ukur daya serapnya pada panjang gelombang
itu juga, Maulana, (2011) mengatakan
maksimum antara 400-700 nm
bahwa rentang suhu 400–600oC terjadi
menggunakan spetrofotometer UV-vis.
pembentukan karbon.
3. Uji Daya Serap Terhadap Benzena
Jenuhkan desikator dengan uap benzena. Tabel 4.1 Data Rendemen Karbonisasi Sampel
Timbang 1 gram karbon aktif lalu masukkan
Karbonisasi
ke dalam desikator.Diamkan karbon aktif Bahan Baku
No Keterangan
selama 24 jam di dalam desikator. Pada Suhu
500°C
Selanjutnya, timbang kembali karbon aktif.
Massa Sebelum
1. 4 kg
furnace
Massa Setelah
2. 0,89 kg
3. HASIL DAN PEMBAHASAN furnace
3. Massa Hilang 3,11 kg
3.1 Karbonisasi
4. % Rendemen 22,25 %
Karbonisasi merupakan proses yang
5. % Yang hilang 77,75 %
sangat penting, tujuannya adalah untuk
mendapatkan arang/karbon dari cangkang 3.2 Hasil Karakterisasi
buah karet yang digunakan sebagai bahan Pengujian karakterisasi karbon aktif
baku. Proses karbonisasi merupakan suatu bertujuan untuk mengetahui kualitas
proses pembakaran yang akan mengubah karbon aktif berdasarkan syarat mutu SNI
suatu material menjadi karbon. 06 – 3730 -1995. Karakterisasi karbon
Karbonisasi Karbon dihasilkan dari aktif dari cangkang buah karet terdiri dari
penentuan kadar air, kadar abu, zat
Kadar Zat Menguap
menguap (volatile matter), uji daya serap

Kadar Zat Mengap


80
iodium, uji daya serap metilen biru, uji 60
daya serap benzena. 40

(%)
20
1. Kadar Air 0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Kadar Air Konsentrasi Aktivator KOH


Persantase Kadar Air (%)

15
Gambar 4.2 Grafik Kadar Zat Menguap
10
5 Penentuan kadar zat menguap dilakukan
0 bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Konsentrasi Aktivator KOH senyawa volatile yang terdapat dalam karbon aktif.
Nilai kadar zat menguap yang dihasilkan semakin
Gambar 4.1 Grafik Kadar Air rendah seiring dengan tingginya konsentrasi
aktivator KOH pada saat aktivasi. Hal ini terjadi
Penentuan kadar air dilakukan bertujuan
karena adanya pelepasan senyawa yang terserap
untuk menunjukkan tingkat kemurnian suatu
pada pori permukaan karbon aktif seperti CO 2, CO,
karbon aktif yang dihasilkan. Nilai kadar air dari
dan H2 (Verlina, 2014). Menurut Pratiwi dan
karbon aktif yang dihasilkan semakin rendah
Tjahjani (2016), kadar zat menguap menunjukkan
seiring dengan tingginya konsentrasi aktivator
penguraian senyawa non-karbon yang menempel
KOH saat proses aktivasi. Hal ini menunjukkan
pada permukaan karbon aktif pada saat karbonisasi
sedikitnya kandungan air yang tertinggal dan
dan aktivasi.
menutupi pori karbon aktif (Fitria dan Tjahjani,
2016). Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian 3. Kadar Abu
Vinsiah, dkk, (2014), yang mengatakan bahwa
Persentase Kadar Abu (%)

Kadar Abu
rendahnya kadar air yang dihasilkan menunjukkan
3
bahwa kandungan air yang terkandung pada 2
karbon telah banyak hilang akibat dehidrasi ketika 1
proses karbonisasi berlangsung. Selain itu juga, 0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
menurut Esterlita dan Herlina, (2015), kadar air Konsentrasi Aktivator KOH
yang rendah menunjukkan aktivator berhasil
mengikat molekul air yang terkandung dalam Gambar 4.3 Grafik Kadar Abu
bahan serta lepasnya kandungan air bebas dan air
Penentuan kadar abu juga sangat berpengaruh
terikat dalam bahan baku selama proses
terhadap daya serap karbon aktif. Penetuan kadar
karbonisasi.
abu bertujuan untuk menentukan jumlah oksida
2. Kadar Zat Menguap yang terkandung dalam karbon aktif. Kadar abu
yang dihasilkan semakin meningkat seiring dengan
tingginya konsentrasi aktivator KOH. Hal serupa karbon terikat (Pratiwi dan Tjahjani,
juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh 2016).
Santoso, dkk, (2014) yakni semakin tinggi
5. Daya Serap Terhadap Iodin
konsentrasi aktivator maka kadar abu yang
Pengujian daya serap terhadap iodin ini
dihasilkan juga semakin meningkat. Hal ini terjadi
dikakukan untuk mengetahui kemampuan
karena karbon masih terdapat zat pengotor berupa
karbon aktif dalam menyerap molekul-
mineral anorganik dan oksida logam yang
molekul berukuran kecil atau mikropori
menutupi pori-pori (Pratiwi dan Tjahjani, 2016).
yang kurang dari 1 nm.
Menurut Subadra, dkk, (2014), besarnya kadar abu
yang dihasilkan berkaitan dengan pembentukan
Daya Serap Terhadap Iodin
pori-pori pada karbon aktif. Semakin banyak pori-

Daya Serap (mg/g)


180
pori yang terbentuk maka abu yang dihasilkan juga
160
semakin banyak. 140
4. Kadar Karbon Terikat 120
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Kadar Karbon Terikat Konsentrasi Aktivatotr KOH
Kadar Karbon Terikat

60
40 Gambar 4.5 Grafik Daya Serap Terhadap Iodin
(%)

20
0 Daya serap iodin tertinggi diperoleh
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
pada konsentrasi 20 persen. Hal ini
Konsentrasi Konsentrasi KOH
menunjukkan bahwa semakin tinggi

Gambar 4.4 Grafik Kadar Karbon Terikat konsentrasi aktivator maka semakin kuat
ikatan dengan senyawa sisa selama proses
Penentuan kadar karbon terikat karbonisasi dan dikeluarkan melewati pori-
bertujuan untuk mengetahui kadar karbon pori sehingga permukaan karbon semakin
murni yang terdapat pada karbon aktif. berpori. Hal itu yang mengakibatkan
Nilai kadar karbon terikat yang dihasilkan besarnya daya serap karbon aktif (Fitria
meningkat seiiring dengan tingginya dan Tjahjani, 2016). Nilai daya serap
konsentrasi aktivator yang digunakan pada terhadap iodin masih belum memenuhi
saat aktivasi. Hal serupa juga ditemukan syarat mutu karbon aktif yang ditentukan
pada penelitian Hartanto dan Ratnawati, oleh Standar Nasional Indonsia (SNI 06 –
(2010), yakni semakin tinggi konsetrasi 3730 – 1995) yakni sebesar 750 mg/g.
aktivator maka kadar karbon terikat Menurut Vinsiah, dkk, (2014), penyebab
semakin besar. Hal ini terjadi karena kadar rendahnya daya serap karbon aktif
karbon terikat dipengaruhi oleh kadar zat terhadap iodin ini karena masih banyaknya
menguap dan kadar abu. Semakin kecil kontaminan yang masih menempel pada
kadar zat menguap dan kadar abu pada permukaan karbon aktif.
karbon aktif maka semakin besar kadar
6. Daya Serap Terhadap Metilen Biru serap karbon aktif terhadap benzena belum
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia
mengetahui besarnya daya serap karbon aktif (SNI 06 – 3730 – 1995). Rendahnya daya
menyerap molekul dengan ukuran yang lebih besar serap karbon aktif terhadap benzena
dari ukuran 1 nm. karena permukaan karbon aktif masih
Daya Serap Terhadap Metilen Biru ditutupi oleh senyawa polar seperti fenol,
Daya Serap (mg/g)

20 aldehid, dan karboksilat. Hal ini terjadi


19.99 disebabkan oleh proses karbonisasi yang
19.98
19.97 tidak sempurna (Rasjiddin, 2006).
19.96
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 4. SIMPULAN DAN SARAN
Konsentrasi Aktivator KOH
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah
Gambar 4.6 Grafik Daya Serap Terhadap
dilakukan, maka dapat disimpulkan
Metilen Biru
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian, semakin
1. Pada karakterisasi karbon aktif dari cangkang
tinggi konsentrasi daya serap karbon aktif
buah karet meliputi : kadar air, kadar zat
terhadap metilen biru semakin meningkat.
menguap, kadar abu, dan kadar karbon terikat,
Hal ini terjadi karena semakin tinggi
hanya kadar air dan kadar abu yang
konsentrasi aktivator pori-pori karbon aktif
memenuhi syarat mutu SNI 06 – 3730 – 1995.
yang terbentuk semakin besar sehingga
Sedangkan untuk daya serap karbon aktif
semakin banyak senyawa pengotor yang
terhadap iodium, daya serap terhadap metilen
keluar melewati pori-pori.
biru dan daya serap terhadap benzena belum
7. Daya Serap Terhadap Benzena memenuhi syarat mutu SNI 06 – 3730 – 1995.
2. Kualitas karbon aktif optimum diperoleh pada
Daya Serap Terhadap Benzena konsentrasi aktivator KOH 20 persen dengan
10
Daya Serap (%)

nilai karakterisasi kadar air sebesar 4,83


5 persen, kadar zat menguap sebesar 54,39
persen, kadar abu sebesar 2,07 persen, kadar
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 karbon terikat sebesar 47,68 persen dan daya
Konsentrasi Aktivator KOH serap iodin sebesar 159,4 mg/g, daya serap
metilen biru sebesar 19,997 mg/g, serta daya
Gambar 4.7 Grafik Daya Serap Terhadap Benzena
serap benzena sebesar 8,263 persen.
Dari hasil yang diperoleh, daya serap 4.2 SARAN
karbon aktif terhadap benzena semakin Berdasarkan hasil penelitian
meningkat seiring dengan tingginya mengenai pembuatan karbon aktif dari
konsentrasi aktivator. Walaupun, daya cangkang buah karet, disarankan :
serap karbon aktif meningkat, nilai daya
1. Bagi masyarakat, bahwa cangkang buah karet untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
bisa dijadikan karbon aktif tetapi kurang efektif Indonesia, ISSN 1693-4393 : Hal. 1
Fajrianti, Elsa, dkk. (2015). Optimasi Transpor
jika digunakan sebagai adsorben (penyerap).
2. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini bisa Metilen Biru Melalui Teknik Membran
dijadikan bahan ajar tentang adsorpsi karbon Cair Fasa Ruah. Jurnal Kimia Unand.
aktif. 4(4) : 1-6.
DAFTAR PUSTAKA Falahiyah. (2015). Adsorpsi Methylen Blue
Menggunakan Abu dari Sabut dan
Andriana, Nida. (2016). Pemanfaatan Silika Gel Tempurung Kelapa Teraktivasi Asam
Berbasis Abu Terbang (Fly Ash) BatuBara Sulfat. Skripsi. Malang : Universitas Islam
PLTU Paiton-Probolinggo sebagai Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Adsorben Zat Warna Metilen Biru. Skripsi. Fauzi, Achmad. (2008). Kesesuaian Lahan
Universitas Jember Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)
Anonim. (2015). Para (Pohon) (online). Berdasarkan Aspek Agroklimat Di
https://id.wikipedia.org/wiki/Para_(pohon), Sulawesi Tenggara. Skripsi. Bogor : IPB.
Diakses pada 14 Agustus 2016. Fessenden, F, alih bahasa oleh Pudjatmaka. (1982).
Anwar, Chairil. (2001). Manajemen dan Teknologi Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Budidaya Karet. Medan : Pusat Penelitian Fitria, Via & Siti Tjahjani. (2016). Pembuatan dan
Karet. Karakterisasi Karbon Aktif dari
Badan Standar Nasional Indonesia. (1995). Arang Tempurung Keluwak (Pangium Edule)
Aktif Teknis (SNI 06-3730-1995). Jakarta : dengan Aktivator H3PO4. Prosiding
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. Seminar Nasional Kimia dan
Dahlan, M. Hatta, dkk. (2013). Penggunaan
Pembelajarannya : 7-12, Jurusan Kimia
Karbon Aktif dari Biji Kelor dapat
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Memurnikan Minyak Jelantah. Jurnal Halimah, Siti Nur. (2016). Pembuatan dan
Teknik Kimia, 19(3) : 46. Karakterisasi serta Uji Adsorpsi Karbon
Desi & Bety Lesmini. (2015). Variasi Konsentrasi
Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites
Aktivator H3PO4 Terhadap Daya Serap
Moluccana) Terhadap Metlen Biru.
Karbon Aktif Cangkang Buah Karet. Jurnal
Skripsi. Bandar Lampung : Universitas
Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, (3)1 :
Lampung.
60-64 Hartanto, Singgih dan Ratnawati. (2010).
Esterlita, M. O & N. Herlina. (2015). Pengaruh
Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung
Penambahan Aktivator ZnCl2, KOH, dan
Kelapa Sawit dengan Aktivasi Kimia.
H3PO4 dalam Pembuatan Karbon Aktif dari
Jurnal Sains Materi Indonesia, 2(1). : 12
Pelepah Aren (Arenga Pinnata). Jurnal
-16
Teknik Kimia USU, 4(1) : 47 -52 Jamilatun, Siti dan Martomo Setyawan. (2014).
Fadillah, Haris & Alivia Alfiarty. (2015). The
Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung
Fluence of Pyrolysis Temperature and
Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan
Time To The Yield and Quality Of Rubber
Asap Cair. Spektrum Industri, 12(1): 73.
Fruit (Hevea Brasiliensis) Shell Liquid
Smoke. Pengembangan Teknologi Kimia
Kurniati, Elly. (2008). Pemanfaatan Cangkang Surface Diffusion Model. Skripsi :
Kelapa Sawit sebagai Arang Aktif. Jurnal Universitas Katolik Parahyangan.
Ramdja, A. Fuadi, dkk. (2008). Pembuatan Karbon
Penelitian Ilmu Teknik, 8(2). Jawa Timur :
Aktif dari Pelepah Kelapa (Cocus
FTI.
Maulana, Andri. (2011). Pembuatan Karbon Aktif Nucifera). Jurnal Teknik Kimia, 15(2) : 2-
Berbahan Dasar Petroleum Coke dengan 3.
Rasjiddin, Irham. (2006). Pembuatan Arang Aktif
Metode Aktivasi Kimiawi. Skirpsi.
dari Tempurung Biji Jambu Mede
Depok : Universitas Indonesia.
Miranti, Siti Tias. (2012). Pembuatan Karbon Aktif (Anacardium Oxxidentale) sebagai
dari Bambu dengan Metode Aktivasi Adsorben pada Pemurnian Minyak Goreng
Terkontrol Menggunakan Activating Agent Bekas. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
H3PO4 dan KOH. Skripsi. Depok : Bogor.
Sandi, Anggun Pradilla & Astuti. (2014). Pengaruh
Universitas Indonesia.
Nurdiansyah, Haniffudin & Diah Susanti. (2013). Waktu Aktivasi Menggunakan H3PO4
Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi Terhadap Struktur dan Ukuran Pori Karbon
dan Temperatur Aktivasi Fisika dari Berbasis Arang Tempurung Kemiri
Elektroda Karbon Aktif Tempurung Kelapa (Aleurites Moluccana). Jurnal Fisika
dan Tempurung Kluwak Terhadap Nilai Unand. 3(2) : 115
Santoso, dkk. (2014). Pembuatan dan Karakterisasi
Kapasitansi Electric Double Layer
Karbon Aktif dari Kulit Singkong
Capacitor (EDLC). Jurnal Teknik Pomits.
(Manihot Esculenta Crantz) Menggunakan
2(1) : F-13-F18.
Nurdiati, Depi & Astuti. (2015). Sintesis Komposit Activating Agent KOH. Jurnal Keteknikan
Pani/Karbon dari Tempurung Kemiri Pertanian Tropis dan Biosistem. 2(3). 279-
(Aleurites Moluccana) sebagai Elektroda 286.
Sembiring & Sinaga. (2003). Arang Aktif
Kapasitor. Jurnal Fisika Unand, 4(1) : 15.
Pratiwi, Arlin Yulianita & Siti Tjahjani. (2016). (Pengenalan dan Proses Pembuatannya).
Karakteristik Karbon Aktif Cangkang Sumatera Utara: Jurusan Teknik Industri
Bintaro (Cerberra Odollamg.) dengan Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Aktivator H2SO4. Prosiding Seminar Utara.
Shofa. (2012). Pembuatan Karbon Aktif Berbahan
Nasional Kimia dan Pembelajarannya : 1-
Baku Ampas Tebu dengan Aktivasi Kalium
6, Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Hidroksida. Skripsi. Depok : Universitas
Negeri Surabaya.
Pujiyanto. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Super Indonesia.
Subadra, Indah, dkk. (2002). Activated Carbon
dari Batubara dan Tempurung Kelapa.
Production From Coconut Shell With
Tesis. Depok : Universitas Indonesia.
Putranto, Aditya & Stephanie Angelina. (2014). (NH4)HCO3 Activator As An Adsorbent In
Pemodelan Perpindahan Massa Adsorpsi Virgin Coconut Oil Purification. Prosiding
Zat Warna Pada Florisil dan Silica Gel Seminar Nasional DIES ke 50 FMIPA
dengan Homogeneous and Heterogeneous UGM.
Surest, Azhary H, dkk. (2008). Pengaruh Suhu,
Konsentrasi Zat Aktivator dan Waktu
Aktivasi terhadap Daya Serap Karbon
Aktif dari Tempurung Kemiri. Jurnal
Teknik Kimia. 15(2) : 17-18.
Utomo, Suratmin. (2014). Pengaruh Waktu
Aktivasi Ukuran Partikel Terhadap Daya
Serap Karbon Aktif dari Kulit Singkong
dengan Aktivator NaOH. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi. Jakarta :
Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah.
Verlina , Wa Ode Veby. (2014). Potensi Arang
Aktif Tempurung Kelapa Sebagai
Adsorben Emisi Gas CO, NO, dan NOx
pada Kendaraan Bermotor. Skripsi.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
Vinsiah, Rananda, dkk. (2014). Pembuatan Karbon
Aktif Dari Cangkang Kulit Buah Karet
(Hevea Brasilliensis). Jurnal Penelitian
Pendidikan Kimia. 1(2) : 189-199.
Wulandari, Fitri, dkk. (2015). Pengaruh
Konsentrasi Larutan NaOH Pada Karbon
Aktif Tempurung Kelapa untuk Adsorpsi
Logam Cu2+. Spektra: Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. 16(2) : 60-63.

Anda mungkin juga menyukai