Anda di halaman 1dari 18

pitikusuma

Just another WordPress.com site

pengukuran nilai BOD padaair


KEBUTUHAN OKSIGEN BIOKIMIAWI (BOD)
I. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Metode pengukuran ini dimaksudkan mengukur
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (KOB/BOD) dalam air.
b. Tujuan
Tujuan metode pengukuran ini adalah untuk memperoleh
kadar KOB/BOD dalam air.

II. PERALATAN DAN BAHAN


a. Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri atas:
1) Lemari pengeram KOB dengan kisaran suhu -10 hingga
50C dan stabilkan pada suhu 20C pada saat pengukuran;
2) Botol KOB 300 mL;

3) Aerator;
4) Gelas ukur 1000 mL;
5) Gelas piala 2000 mL;
6) Peralatan untuk pengukuran oksigen terlarut sesuai
dengan SNI 06-6989.14.2004
b. Bahan
Bahan kimia yang berkualitas p.a dan bahan lain yang
digunakan pengukuran ini terdiri atas:
1) Larutan pengencer;
2) Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N;
3) Larutan asam sulfat (H2SO4) 0,1 N;
4) Larutan natrium sulfit (Na2SO3) 0,025 N.

III. DASAR TEORI


Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai
banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada
saat pemecahan bahan organik. Pada kondisi aerobic,
pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik
ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan
energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973).
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Sehingga
makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD
nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih
adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika
BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar. Penentuan

BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran


dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD
merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut
pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan
organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang
harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari
udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang
ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel
tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, Hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut
selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air
terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C.
Penguraian bahan organik secara biologis di alam,
melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut
reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai
suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup
bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan
organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama
pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis
dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat
dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya
selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan
pada 20C yang merupakan suhu yang umum di alam.
Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses
oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai
menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam
prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama
5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu
persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5

hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari
merupakan 70 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC
CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari,
dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia
(NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa,
ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi
menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi
hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi
adalah :

2NH3 + 3O2 2NO2 + 2H+ + 2H2O


2NO2 + O2 2 NO3

Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen


terlarut, sehingga perlu diperhitungkan.
Dalam praktek untuk penentuan BOD yang berdasarkan
pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO), biasanya
dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.
Prosedur secara umum adalah menyesuaikan sampel pada
suhu 20C dan mengalirkan oksigen atau udara kedalam air
untuk memperbesar kadar oksigen terlarut dan
mengurangi gas yang terlarut, sehingga sampel mendekati
kejenuhan oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran
pengukuran BOD didasarkan atas kecepatan degradasi
biokimia bahan organik yang berbanding langsung dengan
banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu.
Kecepatan dimana oksigen yang digunakan dalam
pengenceran sampel berbanding lurus dengan persentase
sampel yang ada dalam pengenceran dengan anggaapan

faktor lainnya adalah konstan. Sebagai contoh adalah 10 %


pengenceran akan menggunakan sepersepuluh dari
kecepatan penggunaan sampel 100% (SAWYER & MC
CARTY, 1978). Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas
aimya perlu diperhatikan dan secara umum yang dipakai
aquades yang telah mengalami demineralisasi. Untuk
analisis air laut, pengencer yang digunakan adalah
standard sea water (SSW). Derajat keasaman (pH) air
pengencer biasanya berkisar antara 6,5 8,5 dan untuk
menjaga agar pH-nya konstan bisa digunakan larutan
penyangga (buffer) fosfat. Untuk menentukan BOD, terlebih
dahulu diukur DO nya (DO 0 hari), sementara sampel yang
lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20C,
selanjutnya setelah 5 hari diukur DO nya (DO 5 hari). Kadar
BOD ditentukan dengan rumus :

5 X [ kadar { DO(0 hari) DO (5 hari) }] ppm

Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun


BOD, diusahakan seminimal mungkin larutan sampai yang
akan diperiksa tidak berkontak dengan udara bebas.
Khusus untuk penentuan BOD, sebaiknya digunakan botol
sampel BOD dengan volume 250 ml dan semua isinya
dititrasi secara langsung. Perhitungan kadar DO nya :
DO,ml/L = B/B -2 x 5,6 x 10 x N x V

Dimana :
B = volume botol sampel BOD = 250 ml

B 2 = volume air dalam botol sampel setelah ditambah 1


ml MnCl2 dan 1 ml NaOH-KI.
5,6 = konstanta yang sama dengan ml oksigen ~ 1 mgrek
tiosulfat
10 = volume K2Cr2O7 0,01 N yang ditambahkan
N = normalitas tiosulfat
V = volume tiosulfat yang dibutuhkan untuk titrasi.
Berikut ini adalah tabel nilai DO dan BOD untuk tingkat
pencemaran perairan
Tingkat
pencemaran

Parameter
DO (ppm)

BOD

Rendah

>5

0 10

Sedang

05

10 20

Tinggi

25

Tabel 1. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai


DO dan BOD
Sumber : WIROSARJONO (1974)

Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan kriteria
mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku
air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan
mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/
sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan,
dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air
tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman/ pertanian
Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan
kualitas air diantaranya adalah :

DO (Dissolved Oxygen)

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demad), dan

Jumlah total Zat terlarut

IV. PERSIAPAN DAN PENGUKURAN


a. Persiapan Contoh/sampel
1) Sample yang bersifat asam atau basa harus
dinetralkan sampai pada pH 7,0 0,1 dengan menggunakan
asam atau basa.

2) Sampel yang diduga mengandung sisa klor aktip (yang


dapat menghalangi proses mikrobiologi) harus ditentukan
konsentrasi klor aktipnya. Per mol klor aktip yang
dikandung sampel, dibutuhkan satu mol zat pereaksi
seperti Na2SO3
3) Sampel yang diduga mengandung zat beracun.
4) Sampel yang mengandung oksigen melebihi
kejenuhannya (terlalu jenuh), misalnya lenih dari 9 mg O2 /
l pada 20C, perlu diturunkan kadar oksigennya dengan
cara pengocokan. Keadaan tersebut dapat terjadi pada
sampel yang ditumbuhi ganggang.
5) Pengenceran sampel:
Oleh karena jumlah oksegen dalam botol terbatas,
maksimum 9 mg/L tersedia, dan sebaiknya oksigen terlarut
pada masa akhir masa inkubasi antara 3-6 mg O2/L, maka
sampel perlu diencerkan.
b. Cara Pengukuran
Pengukuran kadar KOB/BOD dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Mengambil sampel air sebanyak 500 mL diencerkan di
beaker glass dengan air suling yang sudah diaerasi selama
2 jam sehihingga volumenya menjadi 2000 mL.
b. Membagi sample menjadi 6 botol winkler dan botol
winkler diberi nama. Misalnya BOD hari ke 0, BOD hari ke 1
dan seterusnya sampai hari ke 5.
c. Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida
ke dalam botol winkler BOD hari ke 0, sementara itu ke 5
botol winkler lainnya dimasukkan ke dalam inkubator.

d. Menutup botol winkler BOD hari ke 0 dan


menghomogenkan hingga terbentuk gumpalan yang
sempurna.
e. Membiarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai 10
menit.
f. Menambahkan 5 ml H2SO4 pekat, menutup dan
menghomogenkan hingga endapan larut sempurna.
g. Mengambil 50 ml sampel dengan pipet dan
memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 150 ml
h. Meneteskan indikator amilum/ kanji berwarna biru
kemudian menitrasi sampel dengan Na2SO3 sampai warna
biru tepat hilang dan mencatan volume Na2SO3 yang
terpakai.
i. Botol winkler selanjutnya diukur nilai DO nya seperti
tahapan d-h.

V. PENGOLAHAN DATA
Data yang didapat dari praktikum ini adalah volume
natrium thiosulfat dari hari ke 0 sampai hari ke 5 disajikan
dalam table berikut :
hari ke

volume Na2SO3

0.4 mL

0.3 mL

0.25 mL

0.2 mL

0.3 mL

0.15 mL

V1N1 = V2N2
N1 =

= 6,44 gr/mL

Untuk nilai DO1 sampai DO4 dapat dilihat pada table


dibawah dan dihitung menggunakan rumus yang sama
dengan DO0
DO

ln c

0.4

6.44

1.863

0.3

4.83

1.575

0.25

4.03

1.394

0.2

3.22

1.169

0.3

4.83

1.575

0.21

3.39

1.221

0.15

2.42

0.884

Dari tabel perhitungan diatas maka didapat grafik seperti


dibawah ini

Perhitungan DO5

Maka, nilai k = 0,0982 dan ln c0 = 1,8098

VI. Analisa
a. Analisa Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan
oksigen biokimiawi dari suatu sampel air. Sebelum
memulai praktikum, praktikan diharuskan untuk
mempersiapkan alat. Alat yang digunakan harus benarbenar bersih dan tidak terdapat sisa-sisa zat lain.
Langkah selanjutnya praktikan mengambil 500 mL air
sample dan memasukkan sampel ke dalam beaker glass
kemudian sampel dicampurkan dengan 1500 mL air suling
yang telah diaerasi selama 2 jam dan dihomogenkan agar
air sampel dan air suling yang sudah diaerasi bercampur
sempurna. Setelah itu, sample dalam beaker glass dibagi ke
dalam 6 winkler yang diisi sampai penuh. Hal ini bertujuan
agar tidak ada udara yang masuk ke dalam tabung winkler
yang nantinya akan mempengaruhi besarnya DO dalam air.
6 botol winkler yang sudah diisi dengan sample diberi label
bertuliskan BOD hari ke 0 sampai BOD hari ke 5.
Sampel pada botol winkler BOD hari ke 0 dihitung nilai DO
nya dan 5 botol winkler lain dimasukkan ke dalam
inkubator yang suhunya dijaga sebesar 20C. Pada botol
winkler hari ke 0 dimasukkan 1ml MnSO4 dan 1 ml alkali
iodida azida langsung ditutup agar oksigen dalam botol

winkler tidak terpengaruh oleh udara luar dan


dihomogenkan. Setelah itu, larutan sampel ditunggu
sampai gumpalan dalam sampel mengendap sempurna
dalam waktu 5 10 menit. Penambahan iodide azida akan
menhasilkan endapan coklat yang berarti bahwa oksigen
dalam sample telah terikat sehingga dapat diukur besarnya.
Oksigen yang terdapat didalam larutan sampel akan
mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan ke dalam larutan,
sehingga di dalam larutan akan terjadi endapan MnO2.
Setelah itu dimasukkan 1 mL H2SO4 dan dihomogenkan
sampai semua gumpalan dalam botol winkler menghilang.
Penambahan asam sulfat ke dalam larutan sampel dan
kalium iodide akan membebaskan iodine yang ekuivalen
dengan oksigen terlarut di dalam larutan sampel. Iodine
yang dibebaskan akan dianalisa dengan titrasi iodometris
yaitu dengan larutan standar thiosulfat.
Langkah selanjutnya mengambil 50 mL sampel dan
dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer dan
ditambahkan beberapa tetes indikator amilum sampai
sample berwarna biru. Warna biru ini menunjukkan
bahwa di dalam sampel terdapat oksigen terlarut. Setelah
itu, sample dititrasi menggunakan natruim thiosulfat
Na2SO3 sampai warna biru tepat hilang dan kemudian
praktikan mencatat volume thiosulfat yang digunakan.
Volume thiosulfat yang digunakan dalam titrasi inilah yang
dianggap sebagai volume oksigen terlarut dalam sampel
tersebut.
Pada hari-hari selanjutnya yaitu hari ke 1 sampai hari ke 5,
botol winkler dikeluarkan dari dalam inkubator dan
praktikan mengukur nilai DO dari botol ini. Tahapan kerja
yang dilakukan sama halnya dengan yang dilakukan pada

botol winkler hari ke 0. Kemudian praktikan mencatat


volume thiosulfat yang digunakan pada saat titrasi untuk
mendapatkan nilai BOD dari sampel ini.
Reaksi pada percobaan pengukuran BOD ini tidak berbeda
dengan yang terjadi pada percobaan DO. Sehinggan reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
(1) MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + K2SO4
(2) Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O
(3) MnO2 + KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 +
2KOH
(4) I2 + 2S2O32- S4O6 + 2I

b. Analisa hasil
Volume titrasi larutan thiosulfat yang didapat dari hari ke 0
sampai hari ke 5 dapat dilihat dari table berikut ini

hari ke

volume Na2SO3

0.4 mL

0.3 mL

0.25 mL

0.2 mL

0.3 mL

0.15 mL

Setelah dari perhitungan maka didapat nilai BOD dengan


menggunakan rumus

Dan didapat besarnya nilai BOD sebesar 3.05 gr/mL


Menurut tabel tingkat pencemaran perairan berdasarkan
nilai DO dan BOD, air sampel yang memiliki nilai BOD
sebesar 3.05 gr/mL ini dapat dikategorikan sebagai air
dengan tingkat pencemaran yang rendah. Mungkin pada
tempat dimana sampel ini diambil belum banyak
pencemaran yang terjadi sehingga nilai BOD pun berkisar
antara 0-10 gr/Ml.
Dalam grafik yang disajukan dalam perhitungan,
seharusnya nilai DO makin lama makin kecil dan ketika
perhitungan nilai DO pada hari ke 5 nilai oksigen
terlarutnya sudah tetap. Hal ini disebabkan oleh aktifitas
bakteri yang yang menurun setiap harinya dan berhenti
pada hari ke 5

c. Analisa kesalahan
Dalam praktikum ini kesalahan yang mungkin terjadi
antara lain:
Kesalahan dalam mengambil volume sampel, kurang
teliti dalam membaca volume dari larutan yang akan
dimasukkan ke dalam sampel dan juga kuranh teliti
dalam membaca volume thiosulfat yang digunakan
dalam titrasi.
Kesalahan praktikan dalam melakukan titrasi thiosulfat
sehingga volume yang tercatat bisa berlebih dari yang
seharusnya.

VII. KESIMPULAN
Untuk menghitung besarnya nilai BOD dari suatu sampel
air dilakukan dengan mengitung besarnya nilai DO dari
hari ke 0 sampai hari ke 5. Kemudian mengurangi nilai
DO hari ke 0 denagn nilai DO hari ke 5
Besar nilai BOD yang didapat dari pengukuran sampel ini
sebesar 3.05 gr/mL.
Menurut tabel tingkat pencemaran perairan berdasarkan
nilai DO dan BOD, air sampel yang memiliki nilai BOD
sebesar 3.05 gr/mL ini dapat dikategorikan sebagai air
dengan tingkat pencemaran yang rendah.
VIII. REFERENSI
www.wikipedia.org (http://www.wikipedia.org/) diunduh pada
tanggal 6 April 2010
www.lipi.com (http://www.lipi.com/) diunduh pada tanggal 6
April 2010

About these ads (https://wordpress.com/about-these-ads/)

April 11, 2011 - Posted by pitikusuma | environmental


science

2 Comments
1. oioioioioi berat amat isi blognya..
Comment by Qie | April 17, 2011 | Reply
biar gak kayak badan gw qie..
ringan :p
Comment by pitikusuma | April 17, 2011 | Reply

Fitriana Kusuma Wardani


its about me-about my life
and thanks for reading my story
regrads
piti

Site info
pitikusuma
The Andreas04 Theme. Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai