Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical


Oxygen Demand, BOD)

NAMA : Sophia Az-Zahro Setiawan


NIM : 104221015
KELOMPOK : 2

LABORATORIUM PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS


LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
BAB I
A. Tujuan
1. Menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba
aerobik untuk mengoksidasi bahan karbon organik dalam sampel air
limbah.
B. Prinsip Dasar
1. Air Limbah Domestik
Menurut Permen LHK No. 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, air limbah merupakan air sisa-sisa dari suatu hasil
usaha dan/atau kegiatan yang berasal dari aktivitas kehidupan sehari-
hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Tchobanoglous et al (1991) mengatakan bahwa air limbah merupakan
air buangan yang dihasilkan dari pemakaian air untuk berbagai
aktivitas manusia. Air limbah juga merupakan sumber pencemar yang
berasal dari berbagai sumber seperti, tempat tinggal, industri,
perusahaan komersial serta institusi. Salah satu jenis air limbah yang
murni berasal dari keperluan manusia sehari-hari tanpa aktivitas
industri ialah air limbah domestik.
Limbah cair baik domestik maupun non domestik, mempunyai
beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya. Karakteristik limbah
cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, ,kimia, dan biologi
(Metcalf & Eddy, 2003). Karakteristik air limbah ini sangatlah
bervariasi, sehingga tergantung pada sumber air limbah tersebut.
Adapun faktor waktu serta metoda pengambilan sampel juga
berpengaruh pada karakteristik air limbah (Said, 2000).
Menurut Fachrizal (2004) selain merusak lingkungan bagian yang
paling berbahaya dari limbah domestik yaitu mikroorganisme patogen
yang berada dalam tinja manusia, karena dapat menularkan beragam
penyakit apabila masuk ke tubuh manusia. Maka untuk mencegah
dan mengatasi masalah pencemaran air di badan air, maka dibuat
standar baku mutu air limbah. Baku mutu air limbah merupakan
ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau
kegiatan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menahan laju
beban pencemaran adalah dengan memberlakukan peraturan terbaru
baku mutu air limbah domestik yaitu Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016
Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Berikut
merupakan data baku mutu air limbah:

Tabel 1.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik


Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 mL 3000
Debit L/orang/hari 100

2. BOD₅ (Biochemical Oxygen Demand)


BOD (Biological Oxygen Demand) didefinisikan sebagai oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-
bahan organik yang ada di dalam air. Uji BOD dibutuhkan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk
maupun perindustrian. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa
bahan organik dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan
dan energinya dari proses oksidasi (Fachrurozi, 2010).
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui
dengan menginkubasi air pada suhu 20°C selama lima hari. Agar
bahan-bahan organik dapat pecah secara sempurna pada suhu 20°C
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi agar lebih praktis diambil
waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi 5 hari tersebut hanya dapat
mengukur kira-kira 68% dari total BOD (Sasongko, 1990).

C. Reaksi
MnSO4(aq)+2NaOH(aq)→Mn(OH)2(aq)+Na2SO4(aq)
2Mn(OH)2(aq)+ O2(aq)→2MnO2(s)+2H2O(l)
MnSO2(s)+ 2KI(l)+2H2O(l)→Mn(OH)2(aq)+I2(aq)+2KOH(aq)
I2(aq)+2Na2S2O3(aq)→Na2S2O3(aq)+2Nal
BAB II
A. Alat dan Bahan
a. Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand)
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini ialah botol DO,
lemari inkubasi atau water cooler dengan suhu 20⁰ C ± 1⁰C, botol dari
gelas 5-10 L, pipet volumetric 1 mL dan 10 mL, Labu ukur 100 mL, 200
mL, dan 1000 mL, pH meter, DO meter yang terkalibrasi, shaker, oven,
dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah aquades,
larutan nutrisi, larutan suspense bibit mikroba, larutan air pengencer,
larutan glukosa-asam glutamat, larutan asam dan basa 1 N (larutan
asam sulfat dan larutan natrium hidroksida), larutan natrium sulfit,
inhibitor nitrifikasi allylthiourea (ATU), asam asetat, larutan kalium
iodida 10%, dan larutan indikator amilum (kanji).

B. Cara Kerja
a) Persiapan Pengujian
1. Sampel dikondisikan pada suhu 20°C ± 3°C.
2. Dalam labu ukur, dilakukan pengenceran sampel dengan larutan
pengencer hingga 1 L. Jumlah pengenceran sangat bergantung
pada karakteristik sampel, dan dipilih pengenceran yang
diperkirakan dapat menghasilkan penurunan oksigen terlarut
minimal 2,0 mg/L dan sisa oksigen terlarut minimal 1,0 mg/L
setelah inkubasi 5 hari.
3. Pengenceran sampel dapat dilakukan berdasarkan faktor
pengenceran seperti tabel 1.2
Tabel 1.2 Faktor Pengenceran
Jumlah Sampel Faktor
Jenis Sampel
(%) Pengeceran
Limbah industri yang sangt pekat 0,01-1,0 10000-100
Limbah yang diendapkan 1,0-5,0 100-20
Efluen dari proses biokimia 5,0-25 20-4
Air Sungai 25-100 4-1

b) Pengujian
1. 2 buah botol DO disiapkan, ditandai masing-masing botol dengan
notasi A1; A2.
2. Larutan sampel dimasukkan ke dalam masing-masing botol DO A1
dan A2; sampai meluap, kemudian dotutup masing masing botol
secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung
udara.
3. Pengocokan dilakukan beberapa kali, kemudian dtambahkan air
bebas mineral pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup.
4. Botol A2 disimpan dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5
hari.
5. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan terhadap larutan dalam
botol A1 dengan alat DO meter yang terkalibrasi atau dengan
metoda secara titrasi . Hasil pengukuran, merupakan nilai oksigen
terlarut nol hari (A1). Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari
harus dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran.
6. Pengerjaan 5.3 butir e) diulangi untuk botol A2 yang telah
diinkubasi 5 hari ± 6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh
merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2).
7. Pengerjaan 5.3 butir a) sampai f) diulangi untuk penetapan blanko
dengan menggunakan larutan pengencer tanpa sampel. Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol
hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2).
8. Pengerjaan 5.3 butir a) sampai f) diulangi untuk penetapan kontrol
standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat.
Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut
nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2).
9. Pengerjaan 5.3 butir a) sampai butir f) dilakukan kembali terhadap
beberapa macam pengenceran sampel
BAB III
A. Data Pengamatan
1. Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand)

Tabel 1.3 Standarisasi

Standarisasi Simplo Standarisasi Duplo Rata-Rata


(mL) (mL) Standarisasi (mL)
10,40 10,30 10,35

Tabel 1.4 Blanko pada saat BOD₀

Pengujian Simplo
Pengujian Duplo (mL) Rata-Rata (mL)
(mL)
2,40 2,35 2,375

Tabel 1.5 Blanko pada saat BOD₅

Pengujian Simplo
Pengujian Duplo (mL) Rata-Rata (mL)
(mL)
2,20 1,90 2,05

Tabel 1.6 Sampel pada saat BOD₀

Pengujian Simplo
Pengujian Duplo (mL) Rata-Rata (mL)
(mL)
2,0 1,90 1,95

Tabel 1.7 Sampel pada saat BOD₅

Pengujian Simplo
Pengujian Duplo (mL) Rata-Rata (mL)
(mL)
0,30 0,30 0,30

2. Perhitungan
a) Standarisasi Na₂S₂O₃
𝑁₂ 𝑥 𝑉₂
𝑁₁ =
𝑉₁

0,025 𝑁 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑁₁ =
10,35 𝑚𝐿
𝑵₁ = 𝟎, 𝟎𝟐𝟒𝟏 𝑵

b) DO Blanko hari ke-0


0,0241 𝑥 2,375 𝑥 8000 𝑥 1,007
𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 0 =
50

𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟎 = 𝟗, 𝟐𝟐 𝒎𝒈/𝑳

c) DO Blanko hari ke-5

0,0241 𝑥 2,20 𝑥 8000 𝑥 1,007


𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 5 (1) =
50

𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟓 = 𝟖, 𝟓𝟒 𝒎𝒈/𝑳

0,0241 𝑥 1,90 𝑥 8000 𝑥 1,007


𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 5 (2) =
50

𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟓 = 𝟕, 𝟑𝟖 𝒎𝒈/𝑳

8,54 + 7,38
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 5 =
2

𝑹𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟓 = 𝟕, 𝟗𝟔 𝒎𝒈/𝑳

d) DO Sampel hari ke-0

0,0245 𝑥 1,95 𝑥 8000 𝑥 1,067


𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 0 =
50

𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟎 = 𝟕, 𝟔𝟗 𝒎𝒈/𝑳

e) DO Sampel hari ke-5

0,0245 𝑥 0,30 𝑥 8000 𝑥 1,067


𝐷𝑂 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 − 5 =
50

𝑫𝑶 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆 − 𝟓 = 𝟏, 𝟏𝟗 𝒎𝒈/𝑳

f) BOD₅ Sampel

𝐵₁ − 𝐵₂
(𝐶₁ − 𝐶₂) − (
𝐵𝑂𝐷₅ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑉𝐵 ) 𝑥 𝑉𝑠
𝑃
9,22 − 7,69
(7,69 − 1,19) − ( ) 𝑥 0,225
0,3
𝐵𝑂𝐷₅ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
0,25

𝑩𝑶𝑫₅ 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 = 𝟐𝟐, 𝟐𝟐 𝒎𝒈/𝑳

B. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengujian air limbah domestik untuk
mengetahui oksigen yang diperlukan mikroba dalam mengoksidasi bahan
organik. Semakin banyak bahan organik yang ada dalam sampel air
limbah maka semakin banyak juga oksigen yang diperlukan oleh mikroba.
Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka
ditentukan DO awal dan DO setelah diinkubasi selama 5 hari, dimana
selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba.
Fungsi penambahan MnSO₄ adalah untuk mengikat oksigen
menjadi Mn(OH)₂ dengan prinsip dalam larutan yang bersifat basa kuat
MnSO₄ akan bereaksi dengan basa (OHˉ) membentuk endapan Mn(OH)₂.
Proses pengendapan air sampel memerlukan waktu 6-10 menit dengan
botol winkler sambil dihomogenkan beberapa kali agar larutan menyatu
dengan sampel. Endapan yang tebentuktidak berwarna putih seperti
endapan larutan yang bersifat basa kuat,melainkan coklat pekat.
Penambahan MnSO₄ dilaksanakan untuk perlakuan pertama kepada
sampel air kemudian dilakukan penambahanalkali iodida azida. Peran
MnSO₄ ialah mengikat oksigen yang adadidalam air (gugus oksida
maupun karboksil) yang terdapat oksigensedangkan alkali iodida
berperan untuk mengendapkan sebagai reagen. Sehingga urutan
perlakuannya harus sesuai agar terbentuk endapan yangdiinginkan sesuai
tujuan penambahan.
Penambahan MnSO₄ dan alkali iodida pada sampel air diberikan
masing-masing 1 mL pada pengukuran DO awal (DO₀), keduanya harus
sama takarannya dengan tujuan agar membentuk endapan. Penambahan
H₂SO₄ dilakukan setelah pengendapan sempurna yang akan melarutkan
kembali endapan yang terbentuk dan membebaskan molekul iodium (I₂)
yang ekuivalen dengan oksigen telarut. Penambahan H₂SO₄ dalam
suasana asam kuat akan mengoksidasi ion iodida menjadi I₂ bebas dan
melepaskan Mn dari endapan Mn(OH)₂. Penambahan H₂SO₄ ke dalam air
selalu panas yang akan berpengaruh terhadap temperatur air. Kenaikan
temperatur akan berpengaruh terhadap penguapan I₂, oleh karena itu
setelah ditambahkan H₂SO₄, larutan sampel harus dibiarkan beberapa
saat agar kelarutan sempurna. Penambahan larutan indikator
amilum/kanji ditambahkan sebelumtitik ekivalen I₂ dan oksigen terlarut
terjadi dan dapat membentukkompleks berwarna biru pada larutan
sampel (Padmaningrum, 2008). Perlakuan yang diberikan sebanyak 2
tetes pada pengujian DO₅ yang menghasilkan warna (perubahan)
kebiruan pada sampel air. Perlakuan titrasi natrium tiosulfat (Na₂S₂O₃)
dilakukan segerasetelah air berubah kebiruan. Setelah dilakukan titrasi
warna air berubahke warna sebelumnya.
Pada pengujian BOD₅, diperoleh hasil sebesar 22,22 mg/L. Hasil
yang didapatkan praktikan dalam pengujian ini masih berada di bawah
ambang batas maksimum yang ditentukan. Pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, baku mutu maksimum kadar BOD yang diperbolehkan
adalah sebesar 30 mg/L. Semakin besar nilai BOD maka kandungan DO
semakin rendah,keduanya merupakan parameter kimia perairan namun
memilikihubungan yang berkebalikan, karena BOD mengindikasikan
bahwasuatu sungai tercemar atau tidak. Nilai BOD sangat bergantung
pada nilai DO hari ke-5. Inkubasi yang diberlakukan pasti menunjukkan
perubahan, perbedaan dari penelitian maupun perhitungan DO awal.
BAB IV
A. Kesimpulan
Pada percobaan ini adalah untuk menguji kebutuhan oksigen
biokimia (Biochemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah. Adapun
hasil BOD hari ke-5 yang didapatkan adalah sebesar 22,22 mg/L yang
mana hasil ini masih berada di bawah ambang batas maksimum yang
ditetapkan oleh Pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati
lagi dan memahami semua prosedur pengerjaan praktikum. Diharapkan
peneliti lebih memiliki wawasan yang luas mengenai baku mutu air atau
air limbah yang akan digunakan agar tidak terjadi kekeliruan pada saat
membandingkan hasil praktikum dengan baku mutu yang seharusnya
digunakan dan diharapkan praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan
lancar dan cepat selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas. UPN.
Surabaya.
Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and
Reuse. Mc Graw Hill Inc. Newyork.
Padmaningrum, R.T. 2008. Titrasi Iodimetri. Makalah, FMIPA – UNY,
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya.
2017. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Malang.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Said, Nusa Idaman. 2000. Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Proses
Biofin Tercelup. JTL.DTL. BPPT.
Tchobanoglous, G., et al. 1991. Wastewater Engineering: Collection,
Treatment, Disposal. Newyork.

Anda mungkin juga menyukai