Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF DARI ANION

SO42-

Judul : Analisis Kualitatif Kandungan Sulfat dalam Aliran Air dan Air Danau
di Kawasan Jakabaring Sport CityPalembang
Penulis : Desti Erviana, Annisa Widya Budaya, Silvi Hariani, Arriya Winda,
dan Luffiya Yulia Sari
Tahun : 2018
Volume : 2
Halaman : 4

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah perairan di wilayah Jakabaring


Sport City Palembang mengandung ion sulfat atau tidak. Dengan melakukan analisis kualitatif
dengan menggunakan sampel yang diambil langsung dari lima titik berbeda yang akan
direaksikan dengan HCl dan BaCl2. Hasil yang diperoleh adalah lima sampel air positif yang
mengandung ion sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih. Ion sulfat
adalah salah satu dari anion utama yang ada di air secara alami. Sulfat merupakan ion penting
dalam ketersediaan air serta memiliki pengaruhn yang penting bagi manusia bila tersedia dalam
jumlah banyak. Batas maksimum sulfat dalam air adalah sekitar 250 mg / L untuk air yang
dikonsumsi manusia.

PENDAHULUAN

Untuk menentukan kadar ion tertentu dengan menggunakan pereaksi yang selektif
dan spesifik. Pereaksi selektif yaitu pereaksi yang memberikan sebuah reaksi tertentu
untuk suatu jenis kation ataupun anion tertentu. Dengan tujuan memperlihatkan perubahan-
perubahan kimia seperti terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan
timbulnya gas. Salah satu jenis ion yang dapat diketahui kandungannya adalah ion
sulfat. Ion sulfat merupakan jenis ion padatan dengan rumus empiris SO4 dengan massa
molekul 96.06 satuan massa atom. konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400
mg/L. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, konsentrasi dari sulfat yang
diperbolehkan adalah 250 mg/L.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, gelas kimia, pipet
tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pengaduk, indikator universal dan kertas saring.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel air yang diambil dari 5 titik
di kawasan Jakabaring Sport City Palembang, BaCl2,1M, dan HCl 6 M.
METODOLOGI

Pengambilan Sampel pada penelitian ini diambil dari kawasan Jakabaring Sport City
Palembang. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 titik pada aliran air yang termasuk air
danau. Sampel kemudian diberi kode sampel 4.A, 4.B, 4.C, 4.D dan 4.E. Sampel diamati
secara organoleptis, masing-masing sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring.
Sampel yang telah disaring diambil sebanyak 5 mL dan diukur pH menggunakan indikator
universal. Identifikasi Ion Sulfat (SO42-). Masing-masing sampel sebanyak 10 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi label. Sampel ditambahkan dengan 5 mL
larutan HCl 6 M, kemudian ditambahkan 5 mL larutan BaCl 2 1 M dan diaduk.
Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari Identifikasi dari kelima sampel tersebut didapatkan bahwa semua sampel
mengandung sulfat yang ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih pada sampel
tersebut. Endapan putih yang paling banyak berada pada sampel nomor 4A. yang diartikan
bahwa sampel nomor 4A memiliki kandungan sulfat terbanyak. Hal tersebut dikarenakan sifat
sulfat yang sangat larut dalam air kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat dan
barium sulfat, yang tak larut. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis gravimetri
sulfat. Penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat dapat
membentuk endapan putih barium sulfat yang menunjukkan adanya anion sulfat

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

Kelebihan dari jurnal ini yaitu metodologi yang simple dan sederhana tidak
memerlukan biaya yang cukup banyak untuk Identifikasi.
Kekurangan juranl ini yaitu kurang dijelaskan reaksi-reaksi apa saja yang terjadi di dalam
proses analisis

Judul : UJI KADAR SULFAT PADA AIR MINUM DALAM KEMASAN


(AMDK) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Penulis : Meita Sari Ananda
Tahun : 2019
Volume : 1
Halaman : 4

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar sulfat (SO4-2) dalam AMDK (Air
Minum Dalam Kemasan), kesesuaian kadar sulfat pada AMDK dengan Permenkes No.
429/MENKES/PER/IV/2010 dan mengetahui kualitas AMDK yang dikonsumsi secara
kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sampel direaksikan dengan BaCl2 untuk
memperoleh suspensi BaSO4 yang terdeteksi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum 420 nm. Data absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menentukan
kadarnya dengan menggunakan persamaan linear dari larutan baku sulfat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa AMDK dengan berbagai merk dagang
memiliki kandungan sulfat yang sangat kecil dimana pembacaan konsentrasi sulfat yang diteliti
rata-rata masih di bawah limit yaitu <0,0397 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa AMDK secara
umum baik untuk dikonsumsi dan masih layak dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

PENDAHULUAN

Penggunaan air minum dalam kemasan meningkat tajam terbukti bahwa terdapat lebih
dari 350 perusahaan air minum kemasan yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan data Badan
Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Club,
Cleo dan lain-lain. Ion sulfat cukup sulit dihilangkan dari air, sehingga untuk memisahkannya
harus memakai metode membran elektrodialisis dan cara mentedeksi ion tersebut dapat
menggunakan metode uji kualitatif maupun kuantitatif.
Uji kuantitatif menggunakan alat seperti spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang yang telah ditentukan, sedangkan untuk mendeteksi secara cepat adalah uji
kualitatif yaitu cukup dengan mereaksikan sampel air dengan larutan barium klorida 10% pada
kondisi pH netral. Dalam pemeriksaan ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif yaitu
menggunakan alat spektrofotometer UV- Vis dan ditentukan pada panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih
terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia sehingga memungkinkan
kecermatan yang didapatkan lebih besar dan lebih efektif

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat Spektrofotometer
UV-Vis, labu ukur 100 ml, erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 5 dan 10 ml, gelas kimia 500 ml,
oven dan labu semprot.
Bahan yang digunakan meliputi sampel (AMDK), barium klorida (BaCl2), larutan baku
sulfat, larutan buffer dan air suling.

METODOLOGI

Melakukan pembuatan larutan standar dengan larutan baku sulfat 100 mg/L dipipet
sebanyak 0; 5; 10; 15; 20; 25; 30 dan 40 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Selanjutnya ditambahkan air suling sampai tanda tera sehingga diperoleh konsentrasi sulfat 0;
5; 10; 15; 20; 25; 30 dan 40 mg/L. Kemudian pembuatan kurva kalibrasi spektrofotometer
dioptimalkan sesuai petunjuk alat untuk pengujian kadar sulfat, selanjutnya larutan standar
dipindahkan kedalam erlemeyer 250 mL dan ditambahkan 20 ml larutan buffer. Setelah
homogen ditambahkan 0,2 g sampai dengan 0,3 g barium klorida, diaduk. Pengukuran
dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm setelah beberapa menit
penambahan barium klorida.
Analisa Sulfat sebanyak 50 ml larutan uji AMDK dimasukkan kedalam erlenmeyer 250
mL dan ditambahkan 20 mL larutan buffer. Setelah homogen ditambahkan 0,2 g sampai
dengan 0,3 g barium klorida, diaduk. Dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 420 nm setelah beberapa menit penambahan barium Dilakukan analisis
duplo.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data pengukuran ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan standar
maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya. Hubungan ini membentuk garis linier dalam
grafik yang menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi. Garis regresi yang
diperoleh memiliki persamaan y = 0,0116x + 0,0059 dengan nilai R2 sebesar 0,9978. Nilai ini
menunjukan bahwa linearitas dari kurva adalah baik dan dapat digunakan dalam penentuan
konsentrasi sampel.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar sulfat dalam sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang diambil masih berada di bawah ambang batas menurut Permenkes
tahun1990, yaitu 400 ppm/L untuk kualitas air bersih dan Permenkes tahun 2010, yaitu 250
ppm/L untuk kualitas air minum. Oleh karena itu, menurut peneliti Air Minum Dalam Kemasan
ini sangat baik untuk dikonsumsi dan layak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

REVIEW JURNAL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF DARI KATION


ZN2+

Judul : ANALISIS PARAMETER OPTIMUM PENYERAPAN KATION ZN(II)


OLEH BIOMASSA Hydrilla verticillata
Penulis : Meyrina Eka Putr
Tahun : 2014
Volume : 17
Halaman : 8

ABSTRAK

Hydrilla verticillata memiliki gugus fungsi yang mempunyai elektron bebas. Apabila
gugus fungsi ini dikontakkan dengan larutan yang mengandung logam berat, ikatan dengan
logam berat akan terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas serapan
biomassa Hydrilla verticillata pada kondisi optimum dan ki- netika reaksinya dengan
menggunakan metode pengukuran spektrofotometer serapan atom (SSA) dan FTIR.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kondisi optimum penyerapan kation
Zn2+ oleh biomassa Hydrilla verticillata adalah pada pH 5, dengan waktu kontak 120 menit
dan kapasitas serapan maksimum 125 ppm. Orde reaksi penyerapan kation Zn2+ oleh biomassa
Hydrilla verticillata adalah 1.

PENDAHULUAN

Proses biosorpsi merupakan teknologi alternatif pengolahan limbah secara biologis


untuk mengurangi ion logam berat dari air limbah. Proses biosorpsi ini terjadi pada permukaan/
lapisan pertama dinding sel dan permukaan eksternal lain dari suatu biomassa. Biosorpsi
diharapkan menjadi salah satu jalan keluar guna mengatasi problem limbah logam berat yang
dihasilkan dari proses industri, elektroplating, limbah penambangan, residu pupuk, pestisida,
hingga bekas instalasi senjata kimia.
Zn dihasilkan dari proses pengolahan nikel yang tergolong ke dalam mineral
mikronutrien karena jika kadar Zn terserap dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan
gangguan metabolisme Fe dan Cu, teratoma, ledygioma, seminoma, dan chorioepithelioma
harus diadakan suatu proses pengolahan limbah Alat logam. Salah satu alternatif pengolahan
limbah lo- gam Zn ini adalah menggunakan proses biosorpsi dengan menggunakan biomassa
Hydrilla verticilata. Penelitian serapan ini diharapkan dapat memberikan data tambahan
kondisi optimum bagi proses penyerapan untuk biomassa Hydrilla verticillata dan orde reaksi
dari proses biosorpsi tersebut. Selain itu hasil peneli- tian ini diharapkan menjadi salah satu
alternatif dalam proses penanganan pencemaran logam berat limbah cair khususnya logam Zn
dengan menggunakan biomassa pada proses biosorpsi.
Hydrilla verticillata memiliki gugus fungsi yang mempunyai elektron bebas. Apabila
gugus fungsi ini dikontakkan dengan larutan yang mengandung logam berat, ikatan dengan
logam berat akan terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas serapan
biomassa Hydrilla verticillata pada kondisi optimum dan kinetika reaksinya dengan
menggunakan metode pengukuran spektrofotometer serapan atom (SSA) dan FTIR.

ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah peralatan gelas, shaker, pH meter,
timbangan analitis, blender, pengayak, centrifugar, blender, desikator spektrofotometer
serapan atom (SSA), dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR).
Bahan-bahan yang digunakan adalah Hydrilla verticillata, kristal Zn(NO3)2.4H2O,
HNO3 65%, NH4OH p.a, dan aquades. Metoda pengukuran konsentrasi logam Zn
menggunakan SSA pada panjang gelombang 213,9 nm. Jumlah logam Zn yang diserap
dihitung dari selisih antara konsentrasi sebelum dan sesudah dikontak dengan biomassa.

METODOLOGI

Hydrilla verticillata dipisahkan dari media tumbuh, dicuci, lalu dikeringkan di udara
terbuka (tanpa terkena cahaya matahari secara langsung). Biomassa kering dihaluskan dan
diayak hingga ukuran sebesar 250 μm . Hasil ayakan direndam dengan larutan asam nitrat encer
(1%) selama dua jam, sesekali diaduk, lalu disaring, dicuci, dan dinetralkan dengan aquades.
Keringkan kembali dengan cara yang sama. Sebagian kecil biomassa diidentifikasi dengan
FTIR. Sisanya disimpan di dalam desikator sebagai adsorben. Penentuan pH Optimum
dilakukan k dalam tiga buah erlenmeyer dimasukkan biomassa sebanyak 0,5 gram lalu
dikontakkan dengan 25 ml larutan Zn2+ 25 ppm. Kemu- dian pH larutan diatur hingga menjadi
tiga. Campuran di-shaker pada kecepatan 165 rpm selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah
diberi perlakuan, biomassa di-centrifuge selama sepuluh menit kemudian dipisahkan filtrat dan
residunya. Filtrat diukur dengan SSA. Hal yang sama dilakukan untuk pH 4, 5, dan 6.
Penentuan waktu kontak optimum yaitu tiga buah erlenmeyer dimasukkan biomassa sebanyak
0,5 gram lalu dikontakkan dengan 25 ml larutan Zn2+ 25 ppm dengan pH optimum, kemudian
campuran di-shaker pada kecepatan 165 rpm dengan waktu kontak selama 30 menit pada suhu
kamar. Biomassa di-centrifuge selama sepuluh menit kemudian dipisahkan antara filtrat dan
residunya. Filtrat di- ukur dengan SSA.
Penentuan serapan maksimum kedalam tiga buah erlenmeyer dimasukkan biomassa
sebanyak 0,5 gram lalu dikontakkan dengan 25 ml larutan Zn2+ 25 ppm, dengan pH optimum.
Campuran di-shaker pada kecepa- tan 165 rpm dengan waktu kontak optimum pada suhu
kamar. Biomassa di-centrifuge selama sepuluh menit kemudian dipisahkan antara filtrat dan
residunya. Filtrat diukur dengan SSA. Hal yang sama dilakukan untuk konsentrasi awal 50, 75,
100, 125, dan 150 ppm. Penentuan orde reaksi dimasukkan biomassa sebanyak 0,5 gram lalu
dikontakkan dengan 25 ml larutan ion Zn2+ masing-masing dengan variasi konsentrasi 25, 50,
75, 100, dan 125 ppm, pada pH 5. Campuran di-shaker pada kecepatan 165 rpm dengan waktu
kontak 30 menit pada suhu kamar. Kemudian, biomassa di-centrifuge selama sepuluh menit
kemudian dipisahkan antara filtrat dan residunya. Filtrat diukur dengan SSA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan uji terhadap biomassa Hydrilla verticillata dengan menggunakan


FTIR, dan didapatkan hasil bahwa di dalam biomassa ini terdapat gugus fungsi seperti O-H,
C=O, dan N-H. Pada saat sebelum dikontakkan dengan larutan Zn2+, gugus fungsi ini memiliki
intensitas22%. Setelah dikontakkan dengan larutan Zn2+ intensitasnya bertambah menjadi
23,5%. Hal ini menunjukan telah terjadi penyerapan oleh gugus fungsi O-H, C=O, dan N-
H(penyerapan secara kimia). pH optimum serapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla
verticillata terjadi pada pH 5. Penyerapan ion seng(II) meningkat seiring dengan bertambahnya
konsentrasi larutan. Pada konsentrasi 25 ppm jumlah ion seng(II) yang terserap adalah 0,918
mg/gram biomassa. Penyerapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla verticillata meningkat
sampai pada konsentrasi 125 ppm dengan jumlah ion seng(II) yang terserap adalah 5,45
mg/gram. Peningkatan konsentrasi larutan ion seng(II) selanjutnya tidak memberikan
peningkatan pada kapasitas penyerapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla verticillata. Hal ini
dapat disebabkan karena seluruh gugus fungsi yang terdapat pada biomassa Hydrilla
verticillata telah berikatan dengan ion seng(II) (gugus fungsi yang ada pada biomassa telah
jenuh), sehingga kelebihan ion seng(II) yang terdapat dalam larutan tidak dapat membentuk
ikatan lagi dengan gugus fungsi yang ada pada biomassa.
Penyerapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla verticillata dipengaruhi oleh waktu
kontak. Semakin lama waktu kontak jumlah ion seng(II) yang terserap semakin meningkat
sehingga tercapai serapan maksimum. Jumlah ion seng(II) terserap maksi- mum pada waktu
kontak 120 menit, yakni sebesar 0,9125 mg/gram. Penyerapan ion seng(II) terjadi secara kimia
sesuai dengan isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa pada permukaan penyerap
terdapat sejumlah pusat aktif (gugus fungsi) yang sebanding dengan luas permukaan penyerap,
yang pada setiap pusat aktifnya hanya satu molekul yang dapat diserap. Penyerapan ion
seng(II) oleh biomassa Hydrilla verticillata sangat dipengaruhi oleh konsentrasi awal larutan.
Penyerapan ion seng(II) meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan. Pada
konsentrasi 25 ppm jumlah ion seng(II) yang terserap adalah 0,918 mg/gram biomassa.
Penyerapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla verticillata meningkat sampai pada konsentrasi
125 ppm dengan jumlah ion seng(II) yang terserap adalah 5,45 mg/gram.
Kondisi optimum penyerapan kation Zn2+ oleh biomasssa Hydrilla verticillata adalah
pada pH 5, waktu kontaknya 120 menit, dan kapasitas serapan maksimum adalah 125 ppm.
Orde reaksi penyerapan kation Zn2+ oleh biomasssa Hydrilla verticillata adalah 1. Kondisi
optimum yang telah didapatkan dari percobaan ini bisa diaplikasikan untuk mengurangi limbah
cair dari logam Zn.
Judul : ANALISIS UNSUR MINOR KATION DALAM SAMPEL AIR ALAM
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KROMATOGRAFI ION
Tahun : 2016
Volume : 5
Halaman : 7

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan studi banding mengenai kualitas air alam yang
diperoleh dari berbagai lokasi di Ternate, Maluku Utara. Empat jenis air seperti air sungai, air
sumur, air danau, dan air PDAM dievaluasi. Pada penelitian ini, teknik kromatografi ion
digunakan sebagai metode analisis untuk menentukan kation anorganik (litium, natrium,
amonium, kalium, kalsium, dan magnesium) yang terkandung dalam berbagai jenis air alam.
Kombinasi Metrosep C2-150 sebagai kolom analitik dengan campuran eluen 4 mM asam
tartarat dan 0,75 mM asam dipikolinik digunakan dalam percobaan ini.

PENDAHULUAN

Kromatografi ion adalah salah satu metode analisis yang paling efektif dan populer
sekarang ini untuk mendeteksi ion-ion anorganik, baik anion maupun kation dengan tingkat
ketelitian yang cukup akurat. Teknik ini, juga menawarkan kemudahan penyediaan sampel,
kecepatan dalam analisis serta jumlah sampel yang dibutuhkan relatif sedikit pada setiap kali
suntikan sampel. Dengan kelebihan-kelebihan inilah, kemudian teknik kromatografi ion sangat
cocok untuk tujuan analisis yang sifatnya rutin. Analisis kualitatif dan kuantitatif unsur-unsur
minor kation (Li+, Na+, NH+, K+, Ca2+ dan 4Mg2+) dalam berbagai jenis sampel air adalah salah
satu parameter untuk menentukan kualitas air. Ion anorganik bermuatan positif satu dan dua
tersebut adalah ion-ion yang paling umum ditemukan di hampir semua jenis air alam. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi air, baik kualitatif
maupun kuantitatif kandungan kation yang terdapat dalam berbagai jenis air yang ada di kota
Ternate, Maluku Utara.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Compact 761 Metrohm Ion
Chromatography (Swiss) yang juga sudah dilengkapi dengan kolom pemisah kation tipe
Metrosep C2-150 yang digunakan untuk analisis.
Bahan yang digunakan eluen yang mengeluarkan gas yang terkandung didalamnya
serta disaring dengan menggunakan filter membran yang berukuran berukuran 0,45 μm. larutan
LiCl, NaCl, NH4Cl, KCl, CaCl2, dan MgCl2. Aquadest

METODOLOGI

Empat jenis air yang dikumpulkan dari air sungai, air sumur, dan air danau, air PDAM.
Keempat jenis air ini diambil dari kota Ternate, Maluku Utara. Pengambilan sampel dilakukan
secara random. Masing- masing jenis air diambil di beberapa lokasi, kemudian dicampur
menjadi satu, berdasarkan jenisnya, hingga terkumpul 4 jenis air yang umum ditemukan
sebagai air alam.Sampel air ini kemudian disimpan dalam lemari es suhu 4oC. Untuk
menghindari kontaminasi. Sebelum sampel disuntikkan ke dalam sistem kromatografi ion,
sampel ini dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, dan kemudian disaring dengan
menggunakan filter membran dengan pori-pori berukuran 0,45 μm. Sampel yang disuntikkan
kemudian bercampur dengan eluen, dan bersamaan menuju kolom pemisah. Kation kemudian
diukur oleh detektor konduktivitas, dan kromatogram hasil pendeteksian dapat dilihat pada
Data Processor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kuantitatif keenam kation diatas dalam sampel air alam adalah berdasarkan
plot metode kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi yang ada, diperoleh bahwa jenis kation yang
konsentrasinya tinggi adalah ion Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+, dengan pembagian komposisi
kation dalam sampel sebagai berikut : Na+ dari 5,31% (air PDAM) ke 12,25% (air sungai) ;
K+ dari 1,05% (air sungai) ke 3,08% (air sumur) ; Ca2+ 8,89% (air PDAM) ke 19,67% (air
sumur) ; Mg2+ 2,05% (air PDAM) ke 5,32% (air sumur). Keenam kation yang biasanya ada
pada setiap sampel air alam dapat terdeteksi dengan sempurna dengan menggunakan
kombinasi kolom Metrosep C2-150 dan eluen campuran antara 4 mM asam tartrate + 0,75 mM
asam dipikolinik. Kualitas air yang diperoleh dari analisis air alam, sedikitnya akan menjadi
dasar dan acuan pada kondisi air secara umum, yang tentu berpotensi menjadi sumber air
minum yang akan dikonsumsi setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai