Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kebisingan dan kondisi meteorologi adalah:


1. Mengukur tingkat kebisingan dari suatu lokasi;
2. Mengukur kondisi meteorologi terkait dengan penentuan tingkat kebisingan;
3. Mengetahui cara mengoperasikan Sound Level Meter (SLM).

1.2 Metode Percobaan

Metode yang digunakan pada percobaan kebisingan dan kondisi meteorologi


adalah metode sederhana. Metode sederhana ini adalah metode pengukuran
kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) dengan mengecek
selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5
(lima) detik.

1.3 Prinsip Pengukuran

Kondisi meteorologi diukur dengan menggunakan Environment Meter, GPS, dan


kompas. Angin akan menggerakkan baling-baling yang ada pada perangkat
Environment Meter, rotasi yang ditimbulkan akan dicatat oleh rangkaian
elektronik pada alat ini. Environment Meter akan mencatat tekanan udara,
kelembaban, suhu dan laju aliran udara. Sedangkan pengukuran kebisingan
dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM). Sound Level
Meter (SLM) berfungsi apabila benda bergetar atau masuk ke dalam alat, maka
akan menyebabkan perubahan udara yang ditangkap alat ini dan akan
menggerakkan meter petunjuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Sampel pada praktikum mengenai kebisingan dan kondisi meteorologi kali ini
dilakukan di sekitaran mushalla teknik. Sampling dilakukan pada Hari Selasa
tanggal 29 Maret 2022, pada pukul 12.06 WIB. Lokasi sampling berada pada
koordinat 0054’48” Lintang Selatan dan 10027’51” Bujur Timur dengan elevasi
285 meter di atas permukaan laut. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel
adalah cerah dengan suhu 280C. Kondisi di daerah sampling terdapat beberapa
tumbuhan dan pepohonan. Kebisingan pada daerah sampling berasal dari pengeras
suara yang digunakan oleh mushalla.

Kondisi meteorologi lokasi sampling pada praktikum kebisingan dilihat dari


kondisi suhu, tekanan, kelembapan, dan kecepatan angin. Suhu rata-rata di lokasi
pengambilan sampel adalah 32,54°C. Tekanan rata-rata di lokasi pengambilan
sampel sebesar 975,58 inHg. Kelembaban pada saat pengambilan sampel sebesar
64,5% dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,27 m/s yang arah anginnya
bergerak dari barat ke timur.

2.2 Umum

Kebisingan dalam kesehatan beraktivitas dan kerja perlu diperhatikan. Bising


diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara
kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spektrum pendengaran). Hal ini telah menimbulkan sejumlah
permasalahan, diantaranya: sumber kebisingan atau polusi suara dari kendaraan
dan polusi udara yang terjadi akibat gas buang. Dampak dari kebisingan di
lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan
komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, sedangkan
keluhan somatik yaitu tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang
dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/industri. Sedangkan
gangguan kesehatan psikologis dapat berupa gangguan belajar, gangguan istirahat,
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
gangguan sholat atau ibadah, gangguan tidur dan gangguan lainnya (Tampubolon,
2020).

2.3 Kebisingan

2.3.1 Pengertian Kebisingan


Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan/diinginkan manusia dan
merupakan faktor lingkungan yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
suatu usaha atau kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu, kesehatan manusia dan
ternak, hewan dan alam. sistem Kesejahteraan lingkungan, termasuk. Tingkat
kebisingan adalah ukuran energi suara yang dinyatakan dalam desibel (dB).
Setelah polusi udara dan air, polusi suara perkotaan dianggap oleh WHO sebagai
jenis polusi paling serius ketiga. Secara umum, polusi suara perkotaan disebabkan
oleh berbagai penyebab, antara lain lalu lintas jalan raya, kegiatan konstruksi dan
komersial, industri, bandara, dan kawasan pemukiman (Dewanty, 2015).

Bunyi yang menyebabkan kebisingan berasal dari sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya
sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran ini menyebabkan
terjadinya gelombang rambatan energi mekanis pada medium udara menurut pola
rambatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai bunyi
atau suara sedangkan dengan konteks ruang dan waktu dapat menyebabkan
gangguan kenyamanan dan Kesehatan (Nurwahid, 2014).

2.3.2 Sifat, Sumber, Jenis dan Karakteristik Kebisingan

Berdasarkan sprektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi bising dibagi atas
(Oktorina, 2017):
1. Bising yang terus menerus (Continuous/ Steady Noise)
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti,
misalnya blower, pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar dan
peralatan pemprosesan. Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi
dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2. Bising yang terputus-putus (Intermittent Noise)
Kebisingan saat tingkat kebisingan naik dan turun dengan cepat, seperti lalu
lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara. Bising jenis ini sering disebut
juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-
menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan,
kapal terbang, kereta api.
2. Bising yang menghentak (Impulsif Noise)
Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek
awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan,
misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam,
ledakan dan dari suara tembakan senjata api. Bising jenis ini memiliki
perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan
biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan
mercon, meriam.
2. Bising frekuensi rendah (Low Frequency Noise)
Bising ini memiliki energi akustik yang penting dalam range frekuensi 8-100
Hz. Bising jenis ini biasanya dihasilkan oleh mesin diesel besar di kereta api,
kapal dan pabrik, bising jenis ini sukar ditutupi dan menyebar dengan mudah
ke segala arah dan dapat didengar sejauh bermil-mil.
3. Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang.
Misalnya mesin tempa.

Kebisingan dapat berasal dari segala sesuatu yang menghasilkan bunyi dan
bersifat sangat subjektif tergantung situasi dan kondisi dan sensitivitas
pendengarnya. Dua setting umum dimana kebisingan dapat menjadi sebuah
masalah (Arzani, 2018):
a. Kebisingan Transportasi (Transportation Noise)
Keributan yang disebabkan oleh mobil, truk, kereta api, dan pesawat dan alat
transportasi yang lain merupakan alasan yang paling besar karena pertama, hal
tersebut sangat berkembang luas. Kedua, biasanya hal tersebut sangat bising.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
b. Kebisingan Kerja (Occupational Noise)
Salah satu karakteristiknya adalah kebisingan ini sangat besar karena terdiri
dari banyak suara yang berbeda. Jika sangat ekstrim, hal ini dapat
mengakibatkan keributan yang dapat di-cover dan kondisinya dapat ditoleransi,
akan tetapi jika tidak demikian, hasil dari keributan ini menjadiresistan untuk
diadaptasi dan lebih mungkin untuk menyebabkan keributan dan distres.
Occupational noise ini juga sangat pervasive dan tingkat bunyi pada beberapa
tempat sangat kuat. Hal penting lainnya menjadi sumber keributan di derah
perumahan adalah air conditioner.

Bermacam-macam sumber kebisingan yang merupakan dampak dari aktivitas


berbagai proyek pembangunan dapat dibagi ke dalam empat tipe pembangunan
yaitu (Arzani, 2018):
1. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan pemukiman.
2. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan gedung bukan untuk tempat tinggal
tetap, misalnya untuk perkantoran, gedung umum, hotel, rumah sakit, sekolah
dan lain sebagainya.
3. Sumber kebisingan dari tipe pembangunan industri.
4. Sumber kebisingan dari tipe pekerjaan umum, misalnya jalan, saluran induk air,
selokan induk air, dan lainnya.

Dilihat dari sifat sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu (Arzani, 2018):
1. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan
lainnya.

Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua (Arzani, 2018):
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya
sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan yang
timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi (Arzani, 2018):
1. Bising Interior
Merupakan bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau
mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat
musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada di gedung
tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan
lain-lain.
2. Bising Eksterior
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun udara,
dan alat-alat konstruksi.

Tiga karakteristik kebisingan yang dapat mengganggu adalah: (Arzani, 2018):


1. Besar kecilnya suara (Volume)
Semakin keras sumber kebisingan, semakin besar pengaruhnya dalam
komunikasi verbal dan semakin tinggi perhatian dan stres yang diasosiasikan
dengan kerasnya kebisingan.
2. Prediksi (Predictability)
Semakin tidak terprediksi sumber kebisingan, semakin besar perhatian yang
kita curahkan untuk memahami tugas yang kita lakukan.
3. Persepsi Kontrol (Perceived Control)
Semakin lemah kontrol yang dapat kita lakukan terhadap kebisingan, maka
semakin sulit bagi kita untuk beradaptasi terhadap kebisingan.

2.3.3 Dampak Kebisingan

Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada


indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah
sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan.
Pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan menetap kepada
indera-indera pendengaran. Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat
kebisingan. Pemantauan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan alat Sound
Level Meter (Nurwahid, 2014).

Selain gangguan kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendegar,


kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan kenyamanan, kecemasan dan
WAHYUDI SAPUTRA 2110941003
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan
lainnya. Secara umum pengaruh kebisingan terhadap masyarakat dapat dibagi
menjadi 2, yaitu (Nurwahid, 2014):

a. Ganguan Fisiologis
Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang
langsung terjadi pada faal manusia yang diantaranya :
1. Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat
dengan permukaan kulit menyempit akibat bising > 70 dB;
2. Otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB;
3. Gangguan tidur;
4. Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat
merusak gendang telinga.
Penurunan daya dengar dapat dibagi menjadi 3 kategori meliputi (Nurwahid,
2014):
1) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara yang
keras seperti sebuah letusan. Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga
dapat mencapai struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis
dapat menyebabkan rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang
pendengaran atau rusak organ spirale. Trauma akustik merupakan setiap
perlukaan yang merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising
dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

2) Temporary Threshold Shift (TTS)/Tuli Sementara


Tuli sementara merupakan efek jangka pendek dari pemaparan bising berupa
kenaikan ambang pendengaran sementara yang kemudian setelah berakhirnya
pemaparan bising, akan kembali pada kondisi semula. TTS adalah kelelahan
fungsi pada reseptor pendengaran yang disebabkan oleh energi suara dengan
tetap dan tidak melampui batas tertentu. Maka apabila akhir pemaparan dapat

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
terjadi pemulihan yang sempurna. Akan tetapi jika kelelahan melampaui batas
tertentu dan pemaparan terus berlangsung setiap hari, maka TTS secara
berlahan-lahan akan berubah menjadi PTS. TTS diakibatkan pemaparan
terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami
penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat
secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.

3) Permanent Threshold Shift (PTS)/Tuli Permanen


Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat
irreversible sehingga tidak mungkin tejadi pemulihan. Gangguan dapat terjadi
pada syaraf-syaraf pendengaran, alat-alat korti atau dalam otak sendiri.Ini
dapat diakibatkan oleh efek kumulatif paparan terhadap bising yang berulang.
a. Gangguan pencernaan
b. Gangguan system saraf
b. Gangguan Psikologis
Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk
diukur. Gangguan psikologis dapat berupa kurang konsentrasi, rasa tidak
nyaman, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain. Bising juga dapat berpengaruh terhadap produktifitas kerja bagi
masyarakat pekerja. Pengaruh bising terhadap produktivitas kerja yaitu:
a. Kuantitas hasil kerja sama, kualitas berbeda bila dalam keadaan bising
b. Kerja yang banyak menggunakan pemikiran lebih banyak terganggu
dibanding dengan kerja manual. Selain sisi negative berupa gangguan
fisiologis dan psikologis bising juga memberikan sisi negatif salah satunya
adalah menambah produktifitas musik.

2.3.4 Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain (Pohan,
2014):
1. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control)

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Pengendalian secara teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif
untuk mengurangi tingkat kebisingan. Pengendalian teknik dilakukan dengan
cara:
a. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan
dari benda yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan
pembuangan, mengganti peralatan yang lama dengan peralatan yang baru
yang mempunyai desain yang lebih baik.
b. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang harus dan
memberikan pelumas pada bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkan dari pekerja atau menutupi.
d. Memasang peredam dengan bantalan karet agar bunyi yang ditimbulkan oleh
getaran dan bagian logam dapat dapat dikurangi dengan mengurangi
ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban berjalan.
e. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap
bunyi di tempat tersebut.
2. Pengendalian administratif (Administrative control) dengan cara:
a. Melakukan shift kerja;
b. mengurangi waktu kerja;
c. melakukan training;
d. alat pelindung diri.

2.3.5 Pengukuran Tingkat Kebisingan

Sound Level Meter (SLM) adalah instrumen dasar yang digunakan dalam
pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.
Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk
memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total.
Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi
danintensitasnya. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk
mengkompensasi perbedaan respon manusia (Wistyana, 2014).

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
2.3.6 Baku Mutu Kebisingan

Baku mutu tingkat kebisingan suatu tempat diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Pemerintah Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan adalah:
Tabel 2.1 Baku Mutu Kebisingan
Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB(A)
A. Peruntukan Kawasan
1. Kawasan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
a. Banda Udara
60
b. Stasiun Kereta Api
70
c. Pelabuhan Laut
d. Cagar Budaya
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996

2.4 Kondisi Meteorologis

Kondisi Meteorologi adalah keadaan sesaat cuaca, temperatur, tekanan udara dan
kecepatan angin di atmosfer yang tidak mengenal batas wilayah administrasi
pemerintahan dan negara. Informasi cuaca dituntut untuk bersifat umum dan
menyeluruh bebas dari rahasia. Indonesia informasi prakiraan cuaca yang sudah
dikenal oleh masyarakat adalah berawan, cerah dan hujan. Meteorologi
merupakan data pendukung yang dijadikan data acuandalam penggambaran suatu
pengukuran kebisingan. Data pendukung meteorologi dapat seperti tempperatur,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Parameter-parameter dalam
meteorology adalah (Aryo, 2016):

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
1. Suhu
Suhu adalah nilai derajat kepanasan dari suatu batasan ruang atau wilayah.
Satuan suhu biasanya dinyatakan dalam derajat Celciusatau Kelvin dalam
satuan SI. Suhu terjadi karena adanya aliran energi kalor dari radiasi matahari
melalui gelombang panjan gke molekul-molekul udara du atmosfer dan
molekul benda lainya di permukaan bumi.
2. Tekanan
Tekanan secara fisis didefinisikan sebagai gaya persatuan luas F/A. tekanan
udara terjadi adalah gaya yang bekerja pada molekul-molekul udara per satuan
kolom. Tekanan udara terjadi karena molekul-molekul udara pada suatu kolom
mengalami gaya berat akibat adanya perbedaan suhu pada suatu kolom udara
yang menyebabkan perbedaan pemuaian udara, sehingga tekanan udaranya pun
berbeda.
3. Angin
Angin sebagai pergerakkan massa udara karena terjadinya perbedaan tekanan
udara pada tempat yang berbeda.
4. Penguapan
Penguaan atau evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap air.
Penguapan dipengaruhi oleh pinyanaran matahari, suhu, tekanan, dan keadaan
angin.
5. Awan
Awan terbentuk karena proses penguapan di permukaan bumi.
6. Kelembapan
Kelembapan adalah keadaan yang menunjukkan banyaknya jumlah uap yang
terkandung dalam udara

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Sound Level Meter (SLM), untuk mengukur tingkat kebisingan.
2. Tripod, untuk tempat meletakkan SLM.
3. Kompas, untuk menentukan arah angin.
4. Environment Meter, untuk mengukur suhu, kelembaban, kecepatan angin dan
tekanan udara.
5. Global Positioning System (GPS), untuk menentukan koordinat titik sampling.
6. Stopwatch, untuk menghitung waktu.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah:


a. Pengukuran meteorologi
1. Kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, dan tekanan udara diukur dengan
Environment Meter setiap 10 menit.
2. Arah angin diukur dengan kompas.
3. Setelah sampling berakhir, kecepatan udara dicatat.
b. Pengukuran kebisingan
1. Tripod dipasang setinggi ± 150 cm sebagai tempat untuk meletakkan SLM.
2. Sound Level Meter dihidupkan pada tripod lalu diarahkan pada kebisingan
dan dihitung selama 5 detik dalam 10 menit.
3. Data yang didapat dicatat.

3.3 Rumus

Rumus yang digunakan pada percobaan kebisingan dan kondisi meteorologi


adalah:

Pengukuran tingkat kebisingan siang hari:


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS

Keterangan:
N = Jumlah data pengukuran
T1 = Banyaknya frekuensi pengukuran
Li = Tekanan bunyi sesaat
Ls = Leq selama siang hari

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

4.1.1 Data Kondisi Meteorologi

Tabel 4.1 Kondisi Meteorologi


Kecepatan
Data Suhu Tekanan Flow Rate Arah Kelembapan
Jam Angin
Ke- (oC) (inHg) (cfm) Angin (%)
(m/s)
1 16.48 32,6 975,7 1 0,3 BT 63,1
2 16.58 32,4 975,6 1 0,4 BT 63,7
3 17.08 32,1 975,5 1 0,3 BT 64,4
4 17.18 32,5 975,5 1 0,1 BT 64,9
5 17.28 32,9 975,7 1 0,2 BT 64,8
6 17.38 32,7 975,5 1 0,3 BT 65,1
7 17.48 32,6 975,6 1 0,3 BT 65,5
Rata- 32,54 975,58 1 0,27 BT 64,5
rata
Sumber:Data Praktikum Laboratorium Kualitas Udara, 2022

Ket : BT = Bujur Timur

4.1.2 Data Taraf Intensitas Kebisingan


Tabel 4.3 Taraf Intensitas Kebisingan
Detik Ke- Taraf Intensitas (dB)
5 49,7
10 51,3
15 49,4
20 47,9
25 46,6
30 50,0
35 47,7
40 48,3
45 48,4
50 49,7
55 49,1
60 47,6
65 50,1
70 53,1
75 54,7
80 48,4
85 50,4
90 47,9
95 47,5
100 47,8
105 51,8
110 48,3
115 48,0
120 52,6
125 47,2
130 50,1
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Detik Ke- Taraf Intensitas (dB)
135 48,3
140 50,5
145 53,4
150 52,8
155 48,4
160 49,3
165 52,5
170 50,2
175 53,2
180 50,9
185 49,6
190 50,0
195 50,0
200 49,0
205 54,2
210 41,6
215 49,5
220 49,2
225 50,4
230 50,3
235 50,1
240 54.1
245 56,2
250 49,1
255 53,2
260 48,8
265 53,8
270 43,6
275 52,6
280 52,4
285 52,8
290 53,1
295 51,6
300 48,1
305 50,2
310 54,4
315 46,5
320 54,3
325 48,6
330 47,7
335 49,3
340 51,6
345 52,3
350 53,4
355 52,7
360 47,5
365 48,7
370 47,8
375 52,2
380 49,5
385 49,8
390 51,9
395 49,5
400 40,3
405 51,4
410 51,4
415 51,1
420 48,2

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Detik Ke- Taraf Intensitas (dB)
425 48,2
430 52,3
435 50,2
440 50,7
445 51,1
450 51,1
455 48,4
460 47,4
465 47,6
470 48,8
475 49,7
480 51,5
485 48,8
490 51,6
495 47,9
500 49,2
505 51,4
510 50,5
515 50,3
520 53,8
525 51,0
530 52,5
535 49,6
540 52,5
545 49,7
550 48,8
555 50,8
560 50,4
565 50,0
570 51,7
575 50,2
580 56,2
585 52,5
590 49,4
595 49,7
600 52,0
Rata-rata 50,2
Sumber:Data Praktikum Laboratorium Kualitas Udara, 2022

4.2 Perhitungan

T1 = Data Awal = 49,7 dB


L1 = Rata-rata = 50,2 dB

LS = 55,12 dB

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
4.3 Pembahasan

Sampel pada praktikum mengenai kebisingan dan kondisi meteorologi kali ini
dilakukan di Lapangan Basket FakultasTeknik, Universitas Andalas, pada hari
Jumat, 17 Maret 2023 pada pukul 08.55 WIB. Koordinat titik sampling terletak
pada koordinat 0°54’46” Lintang Selatan 100º27’53” Bujur Timur. Lokasi
sampling yang dipilih memiliki nilai elevasi yaitu 288 meter di atas permukaan air
laut.Keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel cerah, memiliki suhu rata-rata
sebesar 30°C. Sumber kebisingan dan pencemar di lokasi tersebut berasal dari
aktivitas manusia yang melewati lokasi serta debu yang berterbangan pada lokasi
tersebut.

Berdasarkan data dan perhitungan yang telah dilakukan pada praktikum


Kebisingan dan Kondisi Meteorologi ini, didapatkan tingkat kebisingan pada
lokasi pengambilan sampel adalah sebesar 59,31 dB. Pengambilan sampel
dilakukan di sekitar lapangan basket Fakultas Teknik Universitas Andalas.
Dengan kondisi meteorologi sekitar yaitu, suhu rata-rata 34,328oC, tekanan rata-
rata 975,671 mmHg, kelembapan rata-rata adalah 67,64%. Kecepatan rata-rata
angin 0,257 m/s dan Kondisi arah angina bergerak dari arah Selatan ke Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996


tentang Baku Tingkat Kebisingan yang diperbolehkan untuk lingkungan tempat
ibadah dan sejenisnya adalah sebesar 55 dB. Berdasarkan data dan perhitungan
yang telah dilakukan, nilai intensitas kebisingan di sekitaran Lapangan Basket
Fakultas Teknik dapat dikatakan sudah melewati baku mutu yang ditetapkan
dalam peraturan. Hal ini dapat menyebankan gangguan-gangguan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Sumber suara dari praktikum ini berasal dari kendaraan bermotor yang lewat dan
aktivitas-aktivitas mahasiswa, dan kondisi tempat sampling berdekatan dengan
mushalla, sehingga sumber suara juga berasal dari suara yang ditimbulkan oleh
aktivitas-aktivitas di mushalla tersebut.

Usaha untuk mengendalikan kebisingan dengan melakukan usaha proteksi secara


personal. Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah penggunaan earmuffs.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Pemilihan proteksi ini disesuaikan dengan kondisi. Secara umum,
penggunaan earmuffs bisa mengurangi desibel yang masuk ke telinga. Namun
juga harus diingat bahwa proteksi yang berlebihan sangat dimungkinkan dapat
mengurangi efektifitas proses. Earmuffs, terbuat dari karet dan
plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi
seluruh telinga, ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah
diawasi dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.
Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan ketidaknyamanan, rasa
panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada kacamata dan
helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis karena ukurannya
besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika digunakan dengan tepat,
tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang pas dan pekerja menggunakan
kaca mata.

Sebagai Teknik Lingkungan, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan yang tinggi di udara sehingga berdampak buruk bagi kesehatan adalah
dengan melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat untuk meminimalisir
tingkat kebisingan dengan penggunaan peralatan yang ramah lingkungan.
Pemberian alat peredam (barrier) dengan vegetasi dan perencanaan dinding
dengan kombinasi material yang dapat mereduksi tingkat kebisingan dari luar
bangunan. Pemilihan dan penggunaan alat transportasi yang tepat dan sesuai
dengan keadaan serta ramah lingkungan juga dapat dilakukan untuk
meminimalisir tingkat kebisingan.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kesimpulan:


1. Sampel pada praktikum mengenai kebisingan dan kondisi meteorologi kali ini
dilakukan di sekitaran Lapangan Basket Fakultas Teknik dengan titik
koordinat 0°54’46” Lintang Selatan 100º27’53” Bujur Timur dan elevasinya
berada di 288 mdpl.
2. Berdasarkan data dan perhitungan yang telah dilakukan pada praktikum
Kebisingan dan Kondisi Meteorologi ini, didapatkan tingkat kebisingan pada
lokasi pengambilan sampel adalah sebesar 59,31 dB.
3. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan yang diperbolehkan adalah sebesar 55 dB,
sehingga dapat dikatakan sudah melewati baku mutu yang ditetapkan dalam
peraturan;
4. Kebisingan dilokasi sampling tersebut berasal dari aktivitas orang-orang yang
melalui tempat tersebut mulai dari aktivitas kendaraan bermotor, dan juga
bersumber dari suara yang dihasilkan oleh aktivitas mahasiswa/i di mushalla
Fakultas Teknik, Universitas Andalas.
5. Usaha untuk mengendalikan kebisingan dengan melakukan usaha proteksi
secara personal yaitu dengan menggunakan earmuffs;
6. Sarjana Teknik Lingkungan berperan dalam melakukan sosialisasi dan
menghimbau masyarakat untuk meminimalisir tingkat kebisingan dengan
penggunaan peralatan yang ramah lingkungan.

5.2 Saran

Saran yang dapat praktikan berikan setelah praktikum ini adalah :


1. Praktikan harus lebih teliti, memperhatikan aturan-aturan, dan sesuai petunjuk
yang diberikan oleh asisten saat praktikum.
2. Mahasiswa diharpakan mampu menerapkan ilmu yang dimiliki untuk
mengurangi dan mengatasi pencemaran udara.
LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
3. Sarjana Teknik Lingkungan diharapkan dapat menciptakan inovasi dan
membuat teknologi yang efektif dalam mereduksi tingkat kebisingan apabila
telah melewati baku mutu yang ada.
4. Pemerintah harus lebih tegas dalam penetapan, pemantauan, dan evaluasi
tingkat kebisingan pada suatu kawadan atau daerah.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS

DAFTAR PUSTAKA

Arzani. 2018. Pengaruh Formulasi Sofspa Terhadap Intensitas Kebisingan Mesin


Penggiling Kompos. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996. Batas


Kebisingan Maksimum dalam Tingkat Kerja. Jakarta: Sekretariat Negara.

Oktorina, Sarrita. 2017. Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja Pada


Pembangunan Twin Tower Uin Sunan Ampel Surabaya. Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Aryo, M. 2016. Laporan Praktikum Pengukuran Kebisingan Dari Sumber Bising


Mesin Gergaji Kayu dan Lalu Lintas dengan SLM. Surakarta: FK. Univ.
Sebelas Maret.

Dewanty, Rindy Astike. 2015. Analisis Dampak Intensitas Kebisingan Terhadap


Gangguan Pendengaran Petugas Laundry. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 229–237

Nurwahid, Mohamad Dedy. 2014. Laporan Praktikum Pengukuran Kebisingan


Dari Sumber Bising Mesin Gergaji Kayu dan Lalu Lintas dengan SLM.
Surakarta: FK. Universitas Sebelas Maret.

Herawati, P. 2016. Dampak Kebisingan dari Aktivitas Bandaran Sultah Thaha


Jambi Terhadap Pemukiman Sekitar Bandara. Jambi : Universitas
Batanghari Jambi.

Pohan, Sitta Suanda. 2014. Analisis Tingkat Kebisingan Pada Lantai Produksi
Dengan Metode Pola Sebaran Pemetaan Kebisingan (Studi Kasus: Pt.
Agro Sarimas Indonesia). Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003


LABORATORIUM KUALITAS UDARA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS
Tampubolon. 2020. Analisis Penggunaan Knalpot Berbahan Komposit Untuk
Mengurangi Tingkat Kebisingan Pada Motor Suzuki Satria. Universitas
Pembinaan Masyarakat Indonesia, Indonesia.

Wistyana, Rezka. 2014. Monitoring Faktor Bahaya Kebisingan Di Area Produksi


Channel 1-13 Pt. Skf Indonesia, Cakung Jakarta Timur. Surakarta:
Fakultas Kedokteran.

WAHYUDI SAPUTRA 2110941003

Anda mungkin juga menyukai