PENDAHULUAN
Sampel pada praktikum mengenai kebisingan dan kondisi meteorologi kali ini
dilakukan di sekitaran mushalla teknik. Sampling dilakukan pada Hari Selasa
tanggal 29 Maret 2022, pada pukul 12.06 WIB. Lokasi sampling berada pada
koordinat 0054’48” Lintang Selatan dan 10027’51” Bujur Timur dengan elevasi
285 meter di atas permukaan laut. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel
adalah cerah dengan suhu 280C. Kondisi di daerah sampling terdapat beberapa
tumbuhan dan pepohonan. Kebisingan pada daerah sampling berasal dari pengeras
suara yang digunakan oleh mushalla.
2.2 Umum
2.3 Kebisingan
Bunyi yang menyebabkan kebisingan berasal dari sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya
sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran ini menyebabkan
terjadinya gelombang rambatan energi mekanis pada medium udara menurut pola
rambatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai bunyi
atau suara sedangkan dengan konteks ruang dan waktu dapat menyebabkan
gangguan kenyamanan dan Kesehatan (Nurwahid, 2014).
Berdasarkan sprektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi bising dibagi atas
(Oktorina, 2017):
1. Bising yang terus menerus (Continuous/ Steady Noise)
Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti,
misalnya blower, pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar dan
peralatan pemprosesan. Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi
dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.
Kebisingan dapat berasal dari segala sesuatu yang menghasilkan bunyi dan
bersifat sangat subjektif tergantung situasi dan kondisi dan sensitivitas
pendengarnya. Dua setting umum dimana kebisingan dapat menjadi sebuah
masalah (Arzani, 2018):
a. Kebisingan Transportasi (Transportation Noise)
Keributan yang disebabkan oleh mobil, truk, kereta api, dan pesawat dan alat
transportasi yang lain merupakan alasan yang paling besar karena pertama, hal
tersebut sangat berkembang luas. Kedua, biasanya hal tersebut sangat bising.
Dilihat dari sifat sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu (Arzani, 2018):
1. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan
lainnya.
Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua (Arzani, 2018):
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya
sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan yang
timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.
a. Ganguan Fisiologis
Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang
langsung terjadi pada faal manusia yang diantaranya :
1. Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat
dengan permukaan kulit menyempit akibat bising > 70 dB;
2. Otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB;
3. Gangguan tidur;
4. Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat
merusak gendang telinga.
Penurunan daya dengar dapat dibagi menjadi 3 kategori meliputi (Nurwahid,
2014):
1) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara yang
keras seperti sebuah letusan. Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga
dapat mencapai struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis
dapat menyebabkan rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang
pendengaran atau rusak organ spirale. Trauma akustik merupakan setiap
perlukaan yang merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising
dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
Pengendalian kebisingan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain (Pohan,
2014):
1. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control)
Sound Level Meter (SLM) adalah instrumen dasar yang digunakan dalam
pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.
Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk
memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total.
Respon manusia terhadap suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi
danintensitasnya. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk
mengkompensasi perbedaan respon manusia (Wistyana, 2014).
Baku mutu tingkat kebisingan suatu tempat diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Pemerintah Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan adalah:
Tabel 2.1 Baku Mutu Kebisingan
Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan dB(A)
A. Peruntukan Kawasan
1. Kawasan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
a. Banda Udara
60
b. Stasiun Kereta Api
70
c. Pelabuhan Laut
d. Cagar Budaya
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
Kondisi Meteorologi adalah keadaan sesaat cuaca, temperatur, tekanan udara dan
kecepatan angin di atmosfer yang tidak mengenal batas wilayah administrasi
pemerintahan dan negara. Informasi cuaca dituntut untuk bersifat umum dan
menyeluruh bebas dari rahasia. Indonesia informasi prakiraan cuaca yang sudah
dikenal oleh masyarakat adalah berawan, cerah dan hujan. Meteorologi
merupakan data pendukung yang dijadikan data acuandalam penggambaran suatu
pengukuran kebisingan. Data pendukung meteorologi dapat seperti tempperatur,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Parameter-parameter dalam
meteorology adalah (Aryo, 2016):
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Sound Level Meter (SLM), untuk mengukur tingkat kebisingan.
2. Tripod, untuk tempat meletakkan SLM.
3. Kompas, untuk menentukan arah angin.
4. Environment Meter, untuk mengukur suhu, kelembaban, kecepatan angin dan
tekanan udara.
5. Global Positioning System (GPS), untuk menentukan koordinat titik sampling.
6. Stopwatch, untuk menghitung waktu.
3.3 Rumus
Keterangan:
N = Jumlah data pengukuran
T1 = Banyaknya frekuensi pengukuran
Li = Tekanan bunyi sesaat
Ls = Leq selama siang hari
4.1 Data
4.2 Perhitungan
LS = 55,12 dB
Sampel pada praktikum mengenai kebisingan dan kondisi meteorologi kali ini
dilakukan di Lapangan Basket FakultasTeknik, Universitas Andalas, pada hari
Jumat, 17 Maret 2023 pada pukul 08.55 WIB. Koordinat titik sampling terletak
pada koordinat 0°54’46” Lintang Selatan 100º27’53” Bujur Timur. Lokasi
sampling yang dipilih memiliki nilai elevasi yaitu 288 meter di atas permukaan air
laut.Keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel cerah, memiliki suhu rata-rata
sebesar 30°C. Sumber kebisingan dan pencemar di lokasi tersebut berasal dari
aktivitas manusia yang melewati lokasi serta debu yang berterbangan pada lokasi
tersebut.
Sumber suara dari praktikum ini berasal dari kendaraan bermotor yang lewat dan
aktivitas-aktivitas mahasiswa, dan kondisi tempat sampling berdekatan dengan
mushalla, sehingga sumber suara juga berasal dari suara yang ditimbulkan oleh
aktivitas-aktivitas di mushalla tersebut.
Sebagai Teknik Lingkungan, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan yang tinggi di udara sehingga berdampak buruk bagi kesehatan adalah
dengan melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat untuk meminimalisir
tingkat kebisingan dengan penggunaan peralatan yang ramah lingkungan.
Pemberian alat peredam (barrier) dengan vegetasi dan perencanaan dinding
dengan kombinasi material yang dapat mereduksi tingkat kebisingan dari luar
bangunan. Pemilihan dan penggunaan alat transportasi yang tepat dan sesuai
dengan keadaan serta ramah lingkungan juga dapat dilakukan untuk
meminimalisir tingkat kebisingan.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Sitta Suanda. 2014. Analisis Tingkat Kebisingan Pada Lantai Produksi
Dengan Metode Pola Sebaran Pemetaan Kebisingan (Studi Kasus: Pt.
Agro Sarimas Indonesia). Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.