Warmadewa
KELOMPOK A
SISTEM AKUSTIKA
KELOMPOK A
UTILITAS BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
Universitas
Warmadewa
OUR TEAM
PUTU JULIANITA DEWI 202262122001
MATERI
DEFINISI AKUSTIK DAN NOISE
PENGUKURAN KEBISINGAN
PENGENDALIAN KEBISINGAN
MATERIAL AKUSTIK
Dalam perancangan bangunan, arsitek perlu serius mempertimbangkan persyaratan akustik seiring dengan persyaratan lainnya
seperti struktur dan mekanikal-elektrikal. Akustik mencakup studi gelombang mekanik, termasuk suara, dan memiliki peran krusial
dalam merumuskan hukum fisika suara. Pengembangan bisnis sistem tata suara, khususnya dalam 'home theatre' dan 'karaoke',
menunjukkan peningkatan minat dan kebutuhan masyarakat terhadap ruangan dengan kondisi akustik yang memadai. Akustik ruang,
yang berkaitan dengan perubahan suara dan gangguan suara, memainkan peran penting dalam merancang ruangan seperti home
theatre, karaoke, dan tempat ibadah.
AGINTHA
Universitas
Warmadewa
DEFINISI AKUSTIK DAN NOISE
Noise
Derau atau yang disebut noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik ( suara ), eleketris, maupun elektronis yang
hadir dalam suatu sistem ( rangkaian listrik/elektronika ) dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan.
Jenis-Jenis Noise
1. Correlated noise
Correlated noise adalah hubungan antara sinyal dan noise masuk dalam kategori ini. Karena itu, correlated noise hanya muncul saat ada sinyal.
2. Uncorrelated noise
Uncorrelated noise adalah noise yang dapat muncul kapanpun, saat terdapat sinyal maupun tidak ada sinyal. Uncorrelated noise muncul tanpa memperhatikan
adanya sinyal atau tidak. Noise dalam kategori ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori umum, yaitu :
1. Eksternal Noise terbagi menjadi tiga sumber utama:
Atmospheric noise (gangguan atmosfer bumi)
Ekstraterrestrial noise (sinyal dari luar atmosfer)
Man-made noise (noise yang dihasilkan manusia seperti oleh motor elektrik dan aktivitas peralihan alat).
2. Internal Noise terdiri dari:
Thermal noise (perpindahan elektron akibat digitasi thermal)
Shot noise (fluktuasi pada arus elektrik karena jumlah partikel pembawa energi terbatas), dan Transit-time noise (noise yang terjadi pada frekuensi tinggi saat
sinyal melintasi semikonduktor).
AGINTHA
Universitas
PERAMBATAN KEBISINGAN
Warmadewa
DALAM BANGUNAN
Kebisingan yang terjadi dalam bangunan dapat berasal dari
berbagai titik. Jenis perambatan kebisingan dapat dibedakan
menurut medium yang dilalui gelombang bunyi, yaitu:
1. Airborne sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium udara.
Model perambatan semacam ini akan sangat mudah masuk ke dalam bangunan jika
terdapat lubang, celah, atau retak pada elemen bangunan, terutama pada elemen
vertikal seperti dinding. Perambatan juga dapat terjadi melalui elemen vertikal atas,
yaitu atap atau/dan plafon. Perletakan jendela dan lubang ventilasi atau pemakaian
elemen penutup atap dari material yang tidak rapat seperti rumbia atau gen tens
dengan kait yang tidak presisi, juga akan merambatkan kebisingan.
2. Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk proses
perambatan bunyi melalui benda padat. Dalam konteks ini benda padat
diasosiasikan dengan elemen bangunan iru sendiri, sehingga disebut
Structureborne sound. Perambatan melalui elemen bangunan umumnya terjadi
ketika sumber kebisingan menempel atau sangat berdekatan dengan elemen tersebut,
misalnya menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding. (Mediastika,
2005)
HENDRA SATRIA
Universitas
PENGUKURAN BISING
Warmadewa
ZONA KEBISINGAN
Zona kebisingan merujuk pada area atau lingkungan di mana tingkat kebisingan cukup tinggi.
Sumber kebisingan kebisingan diperoleh dari industri industri oleh aktifitas mesin mesin yang
beroperasi. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan
dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
ADIMAS PRAMANA
Universitas
PENGUKURAN BISING
Warmadewa
ZONA KEBISINGAN
Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan :
1.Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan
kesehatan/social & sejenisnya.
2.Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan dan
rekreasi.
3.Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
4.Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis
dan sejenisnya.
PENGUKURAN BISING
ALAT PENGUKUR KEBISINGAN
Alat Pengukur Kebisingan
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dapat
menggunakan Sound Level Meter/Decible Meter
Sound Level Meter ialah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa
sakit ditelinga. Sound level meter biasanya digunakan di lingkungan kerja
seperti, industri penerbangan dan sebagainya
Kegunaan/Fungsi
Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB
dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000Hz.
ADIMAS PRAMANA
Universitas
Warmadewa
PENGUKURAN BISING
CARA MENGGUNAKAN/MENGUKUR
Cara Menggunakan/Mengukur :
1. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue/berkelanjutan, selektor pada posisi slow
untuk jenis kebisingan impulsif/ terputus-putus.
2. Pilih selektor range intensitas kebisingan.
3. Tentukan area pengukuran.
4. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6 kali
pembacaan. Hasil pengukuran yaitu angka yang ditunjukkan pada monitor.
5. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan (Lek) {Lek = 10 log 1/n (10
L1/10+10L2/10+10L3/10+….) dBA}.
ADIMAS PRAMANA
Universitas
Warmadewa
PENGUKURAN BISING
CARA MEMBACA SKALA DAN HASIL
Cara Membaca Skala dan Hasil :
Tekan tombol ON untuk mengaktifkannya.
Sebelum pengukuran test suara, putar tombol penyetel untuk menentukan tingkat tekanan suara.
Misalnya 70-80 dB, 70 berada pada garis tebal atas sebelah kiri (0) dan 80 pada garis tebal atas sebelah
kanan ( 10 ). Pada sound level meter tipe S2A memiliki 10 skala, dan skala terluar (0) berupa garis skala
berwarna merah.
Pada pembacaan meter ini, jika jarum penunjuk skala bergerak ke kanan maka hasilnya positive (+)
dan ke kiri hasilnya negative (-).
Baca hasil pengukuran pada sound level meter secara langsung.
Tulis hasil pengukuran.
Setelah pengukuran, matikan tombol ON ke OFF.
ADIMAS PRAMANA
Universitas
PENGENDALIAN PADA
Warmadewa
SUMBER KEBISINGAN
Pengendalian pada sumber kebisingan seharusnya dilakukan pada tahap perancangan
atau pemasangan mesin atau sumber bunyi. Hal‐hal yang dapat dilakukan adalah antara
lain :
Memberi peredam pada mesin.
Meskipun tidak menghilangkan 100% kebisingan, peredam
pada mesin mampu mengurangi kebisingan yang dihasilkan.
Menempatkan sumber kebisingan pada posisi yang tepat.
Meletakkan sumber kebisingan di posisi yang jauh dengan
ruangan yang memerlukan ketenangan.
Contoh : area belakang atau basement.
Mengatur jadwal operasi mesin. Peredam suara pada
Operasi mesin sebaiknya dilakukan di luar jam tidur pada pompa air
PENGENDALIAN PADA
Warmadewa
PERAMBATAN KEBISINGAN
Pengendalian dengan cara ini pada dasarnya berfungsi memperpanjang jarak antara
sumber dengan penerima. Ini berarti bahwa sumber seakan‐akan dijauhkan dari penerima.
Beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :
Memasang penghalang antara sumber dan
pendengar.
memberi bahan penyerap di sekitar
sumber.
Menggunakan lantai yang empuk dan
langit-langit gantung.
tembok pemisah antar rumah
menggunakan 2 lapisan dimulai dari
pondasi sampai ke atap untuk
Home theater yang menggunakan isolator pada dinding
menghindarkan kebisingan langkah kaki
dan lantai untuk meredam kebisingan.
dari satu rumah ke rumah tetangga.
MUTIARA
Universitas
PENGENDALIAN PADA
Warmadewa
PENERIMA KEBISINGAN
Upaya pengendalian pada
penerima biasanya perlu
diiakukan di lokasi dengan
mesin‐mesin yang sangat
bising. Para karyawan yang
perlu melakukan pengawasan
dan pengendalian mesin di Ear plug
daerah semacam ini pada
dasarnya harus menutup
telinganya. Hal ini dapat
dilakukan dengan memakai ear
Ear muff
muff, ear plug atau bahkan
kapas. Kapas
MUTIARA
Universitas
2. Intimacy
Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa
intim kita mendengar suara yang dibunyikan
dalam ruangan tersebut. Secara objektif,
kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda
(beda waktu) datangnya suara langsung
dengan suara pantulan awal yang datang ke
suatu posisi pendengar dalam ruangan.
KMSAPUTRA
Universitas
AKUSTIKA BANGUNAN
Sebuah ruangan yang didesain untuk suatu fungsi tertentu, baik yang
mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak, seringkali dihadapkan
pada problem-problem berikut:
1. Focusing of Sound (Pemusatan Suara)
Terjadi jika terdapat permukaan cekung dalam ruang, dan diberi material yang
bersifat menyerap suara atau yang bersifat menyebar. Solusinya bisa dengan
cara membuat permukannya absorptif dengan menggunakan akustik spray
(mengaplikasikan plester semprot dengan mulus ke langit-langit dan/atau
dinding)
2. Echoe (pantulan berulang dan kuat)
Pantulan suara yang terjadi akibat bidang permukaan yang sejajar dan datar,
sehingga suara memantul berulang.
Solusinya dengan memanfaatkan panel dinding/langit, tirai akustik
JULIANITA
Universitas
AKUSTIKA BANGUNAN
3. Resonance (Resonansi)
Seperti echo, terjadi pada dinding yang berbentuk persegi atau kotak,
contohnya kamar mandi yang dindingnya sebagaian besar atau keseluruhan
dilapisi keramik.
4. External Noise (Bising)
Kebisingan dari luar ruangan yang menembus kedalam ruangan melalui
permukaan ruangan, solusinya dengan dapat memberi space atau memisahkan
struktur ruangan dengan struktur sekitar dapat mengurangi kebisingan
MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa
MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa
WIRAYUDA
Universitas
MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa
WIRAYUDA
Universitas
MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa
Color (warna)
Warna material Akustika Arsitektural sebaiknya bisa disesuaikan dengan desain ruangan
yang ada agar terjadi kesinambungan antar komponen.
WIRAYUDA
Universitas
MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa
Shape (bentuk)
Bentuk material sebaiknya fleksibel dan bisa disesuaikan dengan desain yang diinginkan
namun tidak mengurangi kualitas akustiknya.Bentuknya bisa bermacam-macam,
misalnya lingkaran, segi empat, segi enam, maupun segi-segi lainnya yang bisa
dimodifikasi ujung-ujungnya.
contoh bentuk-bentuk
material yang dapat
diaplikasikan pada desain
ruangan agar lebih estetik
WIRAYUDA
Universitas
PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa
Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle
(1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara
garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat : kekerasan (loudness) yang
cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan
ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik.
AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa
PENERAPAN AKUSTIK
DALAM SUATU OBJEK
1. Kekerasan (Loudness) yang Cukup
Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan
oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi
terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk,
karpet, tirai ). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness
yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara
Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi.
Penaikan Sumber Bunyi
Pemiringan Lantai
Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara
Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang
Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan
Penempatan penonton di area yang menguntungkan
AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa
PENERAPAN AKUSTIK
DALAM SUATU OBJEK
2. Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat
Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga mempengaruhi kualitas bunyi.
Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan yang lazim digunakan , yaitu: bentuk empat
persegi (rectangular shape), bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe
shape) dan bentuk hexagonal (hexagonal shape).
Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke setiap bagian ruang,
baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi. Untuk mencapai keadaan
tersebut menurut Doelle (1990:60) perlu diusahakan pengolahan pada elemen
pembentuk ruangnya, yakni unsur langit-langit, lantai dan dinding, dengan cara
membuat permukaan yang tidak teratur, penonjolan elemen bangunan, langit-langit
yang ditutup, kotak-kotak yang menonjol, dekorasi pada permukaan dinding yang
dipahat, bukaan jendela yang dalam dan sebagainya.
AL AMIN AUZU
Universitas
PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa
AL AMIN AUZU
Universitas
PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa
AL AMIN AUZU
Universitas
PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa
Karpet
Bahan berpori Penyerap panel Bahan akustik karena
Bahan akustik yang Penyerap panel kemampuannya
termasuk kategori ini merupakan bahan kedap mereduksi dan bahkan
adalah papan serat (fiber yang dipasang pada meniadakan bising
board), plesteran lembut lapisan penunjang yang benturan dari atas atau
(soft plasters), mineral padat (solid baking) tetapi dari permukaan seperti
wools dan selimut isolasi terpisah oleh suatu suara seretan kaki, bunyi
rongga langkah kaki.
AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa UTILIAS BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH
Oleh : Kelompok A