Anda di halaman 1dari 30

Universitas

Warmadewa

KELOMPOK A
SISTEM AKUSTIKA

KELOMPOK A
UTILITAS BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
Universitas
Warmadewa

OUR TEAM
PUTU JULIANITA DEWI 202262122001

KADEK HENDRA SATRIA WIGUNA 202262122004

I KOMANG DWI YASA PUTRA 202262122006

MUTIARA PRAYITNO 202262122007

KOMANG ADIMAS PRAMANA PUTRA 202262122011

I KADEK WIRAYUDA 202262122013

AGINTHA SIANIPAR 202262122019

AL AMIN AUZU 202262122020


Universitas
Warmadewa

MATERI
DEFINISI AKUSTIK DAN NOISE

PERAMBATAN KEBISINGAN PADA BANGUNAN

PENGUKURAN KEBISINGAN

PENGENDALIAN KEBISINGAN

KRITERIA AKUSTIK DALAM MENDESAIN BANGUNAN

PROBLEM DALAM MENDESAIN AKUSTIKA BANGUNAN

MATERIAL AKUSTIK

PENERAPAN AKUSTIK DALAM SUATU OBJEK


Universitas
Warmadewa
DEFINISI AKUSTIK DAN NOISE
Akustik

Dalam perancangan bangunan, arsitek perlu serius mempertimbangkan persyaratan akustik seiring dengan persyaratan lainnya
seperti struktur dan mekanikal-elektrikal. Akustik mencakup studi gelombang mekanik, termasuk suara, dan memiliki peran krusial
dalam merumuskan hukum fisika suara. Pengembangan bisnis sistem tata suara, khususnya dalam 'home theatre' dan 'karaoke',
menunjukkan peningkatan minat dan kebutuhan masyarakat terhadap ruangan dengan kondisi akustik yang memadai. Akustik ruang,
yang berkaitan dengan perubahan suara dan gangguan suara, memainkan peran penting dalam merancang ruangan seperti home
theatre, karaoke, dan tempat ibadah.

Cabang Ilmu Akustik

1. Musical acoustics (acoustics of musical instruments)


2. Electroacoustics (audio, Loudspeaker and microphone design)
3. Architectural acoustics (auditoriums, listening rooms)
4. Psychoacoustics (human hearing and perception of sound)
5. Underwater acoustics (sonar, echo ranging, military applications)
6. Medical ultrasonics (using sound to kill cancer cells without surgery)

AGINTHA
Universitas
Warmadewa
DEFINISI AKUSTIK DAN NOISE
Noise
Derau atau yang disebut noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik ( suara ), eleketris, maupun elektronis yang
hadir dalam suatu sistem ( rangkaian listrik/elektronika ) dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan.

Sumber noise dapat dikelompokkan dalam tiga kategori


Sumber noise intrinsic yang muncul dari fluktuasi acak di dalam suatu sistem fisik seperti thermal dan shot noise.
Sumber noise buatan manusia seperti motor, switch, elektronika digital.
Noise karena gangguan alamiah seperti petir dan bintik matahari.

Jenis-Jenis Noise
1. Correlated noise
​Correlated noise adalah hubungan antara sinyal dan noise masuk dalam kategori ini. Karena itu, correlated noise hanya muncul saat ada sinyal.
2. Uncorrelated noise
​Uncorrelated noise adalah noise yang dapat muncul kapanpun, saat terdapat sinyal maupun tidak ada sinyal. Uncorrelated noise muncul tanpa memperhatikan
adanya sinyal atau tidak. Noise dalam kategori ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori umum, yaitu :
1. Eksternal Noise terbagi menjadi tiga sumber utama:
Atmospheric noise (gangguan atmosfer bumi)
Ekstraterrestrial noise (sinyal dari luar atmosfer)
Man-made noise (noise yang dihasilkan manusia seperti oleh motor elektrik dan aktivitas peralihan alat).
2. Internal Noise terdiri dari:
Thermal noise (perpindahan elektron akibat digitasi thermal)
Shot noise (fluktuasi pada arus elektrik karena jumlah partikel pembawa energi terbatas), dan Transit-time noise (noise yang terjadi pada frekuensi tinggi saat
sinyal melintasi semikonduktor).

AGINTHA
Universitas

PERAMBATAN KEBISINGAN
Warmadewa

DALAM BANGUNAN
Kebisingan yang terjadi dalam bangunan dapat berasal dari
berbagai titik. Jenis perambatan kebisingan dapat dibedakan
menurut medium yang dilalui gelombang bunyi, yaitu:
1. Airborne sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium udara.
Model perambatan semacam ini akan sangat mudah masuk ke dalam bangunan jika
terdapat lubang, celah, atau retak pada elemen bangunan, terutama pada elemen
vertikal seperti dinding. Perambatan juga dapat terjadi melalui elemen vertikal atas,
yaitu atap atau/dan plafon. Perletakan jendela dan lubang ventilasi atau pemakaian
elemen penutup atap dari material yang tidak rapat seperti rumbia atau gen tens
dengan kait yang tidak presisi, juga akan merambatkan kebisingan.

2. Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk proses
perambatan bunyi melalui benda padat. Dalam konteks ini benda padat
diasosiasikan dengan elemen bangunan iru sendiri, sehingga disebut
Structureborne sound. Perambatan melalui elemen bangunan umumnya terjadi
ketika sumber kebisingan menempel atau sangat berdekatan dengan elemen tersebut,
misalnya menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding. (Mediastika,
2005)

HENDRA SATRIA
Universitas

PENGUKURAN BISING
Warmadewa

ZONA KEBISINGAN
Zona kebisingan merujuk pada area atau lingkungan di mana tingkat kebisingan cukup tinggi.
Sumber kebisingan kebisingan diperoleh dari industri industri oleh aktifitas mesin mesin yang
beroperasi. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan
dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga.

ADIMAS PRAMANA
Universitas

PENGUKURAN BISING
Warmadewa

ZONA KEBISINGAN
Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan :
1.Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan
kesehatan/social & sejenisnya.
2.Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan dan
rekreasi.
3.Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
4.Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis
dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (InternationalAir Transportation Association)


1.Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
2.Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan
earplug)
3.Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff
4.Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
ADIMAS PRAMANA
Universitas
Warmadewa

PENGUKURAN BISING
ALAT PENGUKUR KEBISINGAN
Alat Pengukur Kebisingan
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dapat
menggunakan Sound Level Meter/Decible Meter
Sound Level Meter ialah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa
sakit ditelinga. Sound level meter biasanya digunakan di lingkungan kerja
seperti, industri penerbangan dan sebagainya
Kegunaan/Fungsi
Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB
dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20-20.000Hz.

ADIMAS PRAMANA
Universitas
Warmadewa

PENGUKURAN BISING
CARA MENGGUNAKAN/MENGUKUR
Cara Menggunakan/Mengukur :
1. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue/berkelanjutan, selektor pada posisi slow
untuk jenis kebisingan impulsif/ terputus-putus.
2. Pilih selektor range intensitas kebisingan.
3. Tentukan area pengukuran.
4. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6 kali
pembacaan. Hasil pengukuran yaitu angka yang ditunjukkan pada monitor.
5. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan (Lek) {Lek = 10 log 1/n (10
L1/10+10L2/10+10L3/10+….) dBA}.

ADIMAS PRAMANA
Universitas
Warmadewa

PENGUKURAN BISING
CARA MEMBACA SKALA DAN HASIL
Cara Membaca Skala dan Hasil :
Tekan tombol ON untuk mengaktifkannya.
Sebelum pengukuran test suara, putar tombol penyetel untuk menentukan tingkat tekanan suara.
Misalnya 70-80 dB, 70 berada pada garis tebal atas sebelah kiri (0) dan 80 pada garis tebal atas sebelah
kanan ( 10 ). Pada sound level meter tipe S2A memiliki 10 skala, dan skala terluar (0) berupa garis skala
berwarna merah.
Pada pembacaan meter ini, jika jarum penunjuk skala bergerak ke kanan maka hasilnya positive (+)
dan ke kiri hasilnya negative (-).
Baca hasil pengukuran pada sound level meter secara langsung.
Tulis hasil pengukuran.
Setelah pengukuran, matikan tombol ON ke OFF.

ADIMAS PRAMANA
Universitas

PENGENDALIAN PADA
Warmadewa

SUMBER KEBISINGAN
Pengendalian pada sumber kebisingan seharusnya dilakukan pada tahap perancangan
atau pemasangan mesin atau sumber bunyi. Hal‐hal yang dapat dilakukan adalah antara
lain :
Memberi peredam pada mesin.
Meskipun tidak menghilangkan 100% kebisingan, peredam
pada mesin mampu mengurangi kebisingan yang dihasilkan.
Menempatkan sumber kebisingan pada posisi yang tepat.
Meletakkan sumber kebisingan di posisi yang jauh dengan
ruangan yang memerlukan ketenangan.
Contoh : area belakang atau basement.
Mengatur jadwal operasi mesin. Peredam suara pada
Operasi mesin sebaiknya dilakukan di luar jam tidur pada pompa air

bangunan hotel dan apartemen dan ketika bangunan sudah


sepi pengunjung pada bangunan mall.
MUTIARA
Universitas

PENGENDALIAN PADA
Warmadewa

PERAMBATAN KEBISINGAN
Pengendalian dengan cara ini pada dasarnya berfungsi memperpanjang jarak antara
sumber dengan penerima. Ini berarti bahwa sumber seakan‐akan dijauhkan dari penerima.
Beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :
Memasang penghalang antara sumber dan
pendengar.
memberi bahan penyerap di sekitar
sumber.
Menggunakan lantai yang empuk dan
langit-langit gantung.
tembok pemisah antar rumah
menggunakan 2 lapisan dimulai dari
pondasi sampai ke atap untuk
Home theater yang menggunakan isolator pada dinding
menghindarkan kebisingan langkah kaki
dan lantai untuk meredam kebisingan.
dari satu rumah ke rumah tetangga.
MUTIARA
Universitas

PENGENDALIAN PADA
Warmadewa

PENERIMA KEBISINGAN
Upaya pengendalian pada
penerima biasanya perlu
diiakukan di lokasi dengan
mesin‐mesin yang sangat
bising. Para karyawan yang
perlu melakukan pengawasan
dan pengendalian mesin di Ear plug
daerah semacam ini pada
dasarnya harus menutup
telinganya. Hal ini dapat
dilakukan dengan memakai ear
Ear muff
muff, ear plug atau bahkan
kapas. Kapas

MUTIARA
Universitas

KRITERIA AKUSTIK DALAM


Warmadewa

DESAIN AKUSTIKA BANGUNAN


1. Liveness
Kriteria ini berkaitan dengan persepsi
3. Fullness vs Clarity
subjektif pengguna ruangan terhadap Kriteria ini menunjukkan jumlah
waktu dengung (reverberation time) yang refleksi suara (energi pantulan)
dimiliki oleh ruangan. Ruangan yang live, dibandingkan dengan energi suara
biasanya berkaitan dengan waktu dengung langsung yang dikandung dalam
yang panjang, dan ruangan yang death energi suara yang didengar oleh
berkaitan dengan waktu dengung yang pendengar yang berada dalam
pendek. ruangan tersebut.

2. Intimacy
Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa
intim kita mendengar suara yang dibunyikan
dalam ruangan tersebut. Secara objektif,
kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda
(beda waktu) datangnya suara langsung
dengan suara pantulan awal yang datang ke
suatu posisi pendengar dalam ruangan.
KMSAPUTRA
Universitas

KRITERIA AKUSTIK DALAM


Warmadewa

DESAIN AKUSTIKA BANGUNAN


5. Texture
4. Warmth vs Brilliance
Kriteria ini menunjukkan seberapa banyak
Kedua kriteria ini ditunjukkan oleh spektrum pantulan yang diterima oleh pendengar
waktu dengung ruangan. Apabila waktu dengung dalam waktu-waktu awal (< 60 ms)
ruangan pada frekuensi-frekuensi rendah lebih menerima sinyal suara. maka ruangan
besar daripada frekuensi mid-high, maka ruangan tersebut dikategorikan memiliki texture
akan lebih terasa hangat (warmth). yang baik.

6. IntimBlend dan Ensemble


Kriteria Blend menunjukkan bagaimana
kondisi mendengar yang dirasakan di area
pendengar. Bila seluruh sumber suara yang
dibunyikan di ruangan tersebut tercampur
dengan baik (dan dapat dinikmati
tentunya), maka kondisi mendengar di
ruangan tersebut dikatakan baik. KMSAPUTRA
Universitas

PROBLEM DALAM DESAIN


Warmadewa

AKUSTIKA BANGUNAN
Sebuah ruangan yang didesain untuk suatu fungsi tertentu, baik yang
mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak, seringkali dihadapkan
pada problem-problem berikut:
1. Focusing of Sound (Pemusatan Suara)
Terjadi jika terdapat permukaan cekung dalam ruang, dan diberi material yang
bersifat menyerap suara atau yang bersifat menyebar. Solusinya bisa dengan
cara membuat permukannya absorptif dengan menggunakan akustik spray
(mengaplikasikan plester semprot dengan mulus ke langit-langit dan/atau
dinding)
2. Echoe (pantulan berulang dan kuat)
Pantulan suara yang terjadi akibat bidang permukaan yang sejajar dan datar,
sehingga suara memantul berulang.
Solusinya dengan memanfaatkan panel dinding/langit, tirai akustik
JULIANITA
Universitas

PROBLEM DALAM DESAIN


Warmadewa

AKUSTIKA BANGUNAN
3. Resonance (Resonansi)
Seperti echo, terjadi pada dinding yang berbentuk persegi atau kotak,
contohnya kamar mandi yang dindingnya sebagaian besar atau keseluruhan
dilapisi keramik.
4. External Noise (Bising)
Kebisingan dari luar ruangan yang menembus kedalam ruangan melalui
permukaan ruangan, solusinya dengan dapat memberi space atau memisahkan
struktur ruangan dengan struktur sekitar dapat mengurangi kebisingan

5. Doubled RT (Waktu dengung ganda)


Biasanya terjadi pada koridor atau ruang samping yang memiliki waktu
dengung panjang, solusinya dengan mengubah permukaan dalam ruangan
misalnya dari yang semula reflektif menjadi absorptif. Cara mengatasinya yaitu
dengan memahami waktu gema Setiap material memiliki karakter serap dan
pantul yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda.
JULIANITA
Universitas

MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa

MACAM DAN JENIS MATERIAL DAN PANEL AKUSTIK RUANG

1. Material Penyerap (Absorber)


Material penyerap digunakan jika di dalam ruang didinginkan adanya pengurangan waktu
dengung. Material penyerap ini juga memiliki beberapa jenis
Penyerap Berporos (Lunak) / Porous Absorber
Material ini biasa dianggap mampu menyerap bunyi dengan baik.
Contoh dari material ini adalah panel akustik fabrikasi seperti amrstrong acoustic panel / jayabell, mineral wool
seperti rockwool dan glass wool, dan karpet / fabric. Setiap produk dan jenis material memiliki koefisien
absorpsinya masing-masing, namun kecenderungan penyerapan dapat dilihat dalam gambar berikut :

Mineral Wool Tanpa Penutup Mineral Wool dengan Penutup Perforasi


WIRAYUDA
Universitas

MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa

MACAM DAN JENIS MATERIAL DAN PANEL AKUSTIK RUANG

2. Material Pemantul (Reflektor)


Panel pemantul digunakan jika menginginkan adanya bunyi pantul yang mendukung
kualitas akustik di posisi tertentu. Bahan yang digunakan biasanya bersifat licin dan keras
sehingga pemantulan spekular dapat terjadi.

3. Material Penyebar (Diffuser)


Material penyebar bunyi / diffuser dibutuhkan jika menginginkan adanya distribusi bunyi
yang merata dengan mempertahankan waktu dengung ruang. Dengan adanya diffuser,
respon ruang terhadap bunyi menjadi lebih “diffuse” sehingga tidak terdapat adanya
“focusing effect” atau “flutter echo” atau bahkan “echo” / gema itu sendiri yang dapat
mengurangi kejelasan bunyi.

WIRAYUDA
Universitas

MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa

Permukaan Finish Material


material yang digunakan pada ruangan Akustika Arsitektur bermacam-macam misalnya
tampilan permukaan kayu, fabrik, batu, cat, dan lain-lain. Biasanya arsitek atau interior
yang melakukan proses pemilihan tampilan material yang disesuaikan dengan konsep
desain bangunan secara keseluruhan

material panel akustik yang


di finishing dengan lapisan
fabrik.

WIRAYUDA
Universitas

MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa

Color (warna)
Warna material Akustika Arsitektural sebaiknya bisa disesuaikan dengan desain ruangan
yang ada agar terjadi kesinambungan antar komponen.

panel material akustik yang


dilapisi dengan fabrik
berwarna sesuai dengan
desain ruangan dan warna
dinding

WIRAYUDA
Universitas

MATERIAL AKUSTIK
Warmadewa

Shape (bentuk)
Bentuk material sebaiknya fleksibel dan bisa disesuaikan dengan desain yang diinginkan
namun tidak mengurangi kualitas akustiknya.Bentuknya bisa bermacam-macam,
misalnya lingkaran, segi empat, segi enam, maupun segi-segi lainnya yang bisa
dimodifikasi ujung-ujungnya.

contoh bentuk-bentuk
material yang dapat
diaplikasikan pada desain
ruangan agar lebih estetik

WIRAYUDA
Universitas

PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa

DALAM SUATU OBJEK


Salah satu contoh penerapan akustik pada gedung pertunjulkan dimana kami akan
membahas persyaratan serta hal-hal yang mempengaruhi akustik ruang.
A. Syarat-syarat tata akustik

Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle
(1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara
garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat : kekerasan (loudness) yang
cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan
ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik.

AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa
PENERAPAN AKUSTIK
DALAM SUATU OBJEK
1. Kekerasan (Loudness) yang Cukup

Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan
oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi
terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk,
karpet, tirai ). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness
yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara
Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi.
Penaikan Sumber Bunyi
Pemiringan Lantai
Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara
Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang
Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan
Penempatan penonton di area yang menguntungkan

AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa
PENERAPAN AKUSTIK
DALAM SUATU OBJEK
2. Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat

Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga mempengaruhi kualitas bunyi.
Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan yang lazim digunakan , yaitu: bentuk empat
persegi (rectangular shape), bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe
shape) dan bentuk hexagonal (hexagonal shape).

3. Distribusi Bunyi yang Merata

Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke setiap bagian ruang,
baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi. Untuk mencapai keadaan
tersebut menurut Doelle (1990:60) perlu diusahakan pengolahan pada elemen
pembentuk ruangnya, yakni unsur langit-langit, lantai dan dinding, dengan cara
membuat permukaan yang tidak teratur, penonjolan elemen bangunan, langit-langit
yang ditutup, kotak-kotak yang menonjol, dekorasi pada permukaan dinding yang
dipahat, bukaan jendela yang dalam dan sebagainya.

AL AMIN AUZU
Universitas

PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa

DALAM SUATU OBJEK


4. Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik
Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pengolahan
elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan yang menimbulkan permasalahan
akustik. Adapun cacat akustik yang biasa terjadi pada sebuah gedung pertunjukan
yang tidak di desain dengan baik menurut Doelle (1990:64) ada delapan jenis, yakni:
gema/echoes, pemantulan yang berkepanjangan (long - delayed reflections),
gaung,pemusatan bunyi, ruang gandeng (coupled spaces), distorsi, bayangan bunyi, dan
serambi bisikan (whispering gallery).

AL AMIN AUZU
Universitas

PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa

DALAM SUATU OBJEK


5. Penggunaan bahan penyerap bunyi
Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen pembentuk ruang
gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan kualitas suara yang
memuaskan. Doelle (1990:33) menjelaskan mengenai bahan-bahan penyerap bunyi yang
digunakan dalam perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam
ruang-ruang bising dan dapat dipasang pada dinding ruang atau di gantung sebagai
penyerap ruang yakni yang berjenis bahan berpori dan panel penyerap (panel absorber)
serta karpet.

AL AMIN AUZU
Universitas

PENERAPAN AKUSTIK
Warmadewa

DALAM SUATU OBJEK

Karpet
Bahan berpori Penyerap panel Bahan akustik karena
Bahan akustik yang Penyerap panel kemampuannya
termasuk kategori ini merupakan bahan kedap mereduksi dan bahkan
adalah papan serat (fiber yang dipasang pada meniadakan bising
board), plesteran lembut lapisan penunjang yang benturan dari atas atau
(soft plasters), mineral padat (solid baking) tetapi dari permukaan seperti
wools dan selimut isolasi terpisah oleh suatu suara seretan kaki, bunyi
rongga langkah kaki.
AL AMIN AUZU
Universitas
Warmadewa UTILIAS BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN

SEKIAN DAN
TERIMAKASIH
Oleh : Kelompok A

Anda mungkin juga menyukai